BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Perpindahan massa antar fase hampir dijumpai disetiap proses dalam teknik kimia, sebagai contoh: ekstraksi cair-cair, leaching, distilasi, absorbsi, pengeringan, dan pendinginan.
Kontak antar fase gas dan cairan dapat terjadi dalam berbagai cara, misalnya: peristiwa dimana cairan dilewatkan kedalam bentuk lapisan film yang bergerak melalui cairan gas dilewatkan melalui tray tower.
Dengan adanya kontak antar gas dan cairan, maka akan terjadi perpindahan massa antara gas dan cairan. Oleh karena itu diperlukan koefisien perpindahan massa dari fase gas ke cairan (kgg) atau sebaliknya (kgl).
I.2 Rumusan Masalah
Praktikum WWC (Wetted Wall Coloumn) merupakan praktikum yang membahas tentang perpindahan massa antar fasa, yaitu gas dan cairan. Pada praktikum ini akan didapatkan besarnya koefisien perpindahan massa (kgl), kondisi operasi (temperature, tekanan, laju alir udara dan laju alir air) yang mempengaruhi besarnya kgl dan nilai bilangan tak berdimensi yaitu pengaruh bilangan Reynold terhadap bilangan Sheerwood.
I.3 Tujuan Instruksional Khusus
1. Menentukan besarnya kgl pada berbagai variabel operasi.
2. Menentukan pengaruh bilangan tak berdimensi NRe terhadap NSh.
I.4 Manfaat Percobaan
1. Mengetahui kondisi operasi yang mempengaruhi kgl
2. Mengetahui fenomena yang terjadi pada saat praktikum Wetted Wall Column
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Humidifikasi
Humidifikasi adalah proses perpindahan/penguapan air dari fase cair ke dalam campuran gas yang terdiri dari udara dan uap air karena adanya kontak antara cairan yang temperaturnya lebih tinggi dengan campurannya. Dalam proses humidifikasi, tergantung pada beberapa parameter, diantaranya:
Temperature Dry Bulb
Temperature dry bulb adalah temperatur yang terbaca pada termometer terkena udara bebas namun terlindung dari radiasi dan kelembapan. Temperatur dry bulb sering disebut sebagai temperatur udara, sehingga tidak menujukkan adanya jumlah uap air di udara.
Temperature Wet Bulb
Temperature wet bulb adalah temperatur kesetimbangan yang dicapai apabila sejumlah kecil cairan diuapkan ke dalam jumlah besar campuran uap gas yang tidak jenuh.
Metode yang dapat digunakan untuk mengukur temperature wet bulb adalah dengan menggunakan termometer yang diselubungi kapas atau kain basah kemudian dialirkan gas yang mempunyai properties T dry dan humidity H. Pada keadaan steady state, air akan menguap ke dalam aliran gas. Kapas atau kain basah akan mengalami pendinginan hingga suhu konstan. Suhu inilah yang disebut T wet bulb. Dalam penerapannya, T wet bulb digunakan untuk menentukan humidity dari campuran air-udara.
Dew point
Dew point adalah temperatur udara saat saturasi atau temperatur dimana uap air mulai mengembun ketika campuran udara dan uap air didinginkan.
Enthalpi
Enthalpi adalah banyaknya kalor (energi) yang ada dalam udara setiap satu satuan massa.
Relative humidity
Relative humidity adalah perbandingan antara fraksi mol uap dengan fraksi mol udara basah pada suhu dan tekanan yang sama (%).
Persen humidity
Persen humidity adalah besarnya kandungan uap air dalam udara kering. % humidity = berat uap air (basis kering) × 100%
berat campuran udara dan uap air
Humidity dinyatakan dengan y. Nilai y dapat dicari dengan menggunakan diagram psikrometrik, dengan mengetahui nilai temperature dry bulb dan temperature wet bulb.
2.2 Wetted Wall Column
Gambar 2.1. Wetted Wall Column
Ketika dinding kolom dibasahi dan terisolasi dari lingkungannya sehingga sistem operasi merupakan sistem adiabatik dan cairan diresirkulasi dari bagian dasar kolom melalui reservoir ke puncak kolom, system operasi digambarkan sebagai humidifikasi adiabatik. Dalam keadaan ini, hubungan antara komposisi
gas dan suhu gas dan cairan dapat dihitung dari termodinamika properti dan neraca massa dan energi. Berdasarkan pertimbangan, dinding kolom yang dibasahi sebagai humidifier adiabatik dengan ketentuan untuk kontrol suhu cairan di reservoir dan penambahan "make up" cairan ke reservoir pada suhu terkontrol. Asumsikan bahwa gas dan cairan seluruh sistem pada awalnya pada suhu yang sama. Massa dari cairan ditransfer sebagai proses penguapan, penurunan suhu yang diperlukan sebagai panas laten penguapan. Suhu cairan yang jatuh di bawah suhu gas, panas ditransfer dari gas ke cairan. Dengan cara ini gas didinginkan dan dilembabkan.
Jika cairan masuk ke puncak kolom, harus dipertahankan pada suhu cairan keluar, tingkat suhu menurun cair, dan gradien suhu cairan melalui kolom menurun sedangkan suhu dan kelembaban gas yang masuk tetap konstan . Suhu gas yang keluar akan menurun karena suhu cairan berkurang karena kecepatan transfer panas yang lebih besar diperoleh dengan perbedaan besar dalam suhu antara gas dan cairan. Suhu gas buang akan selalu lebih tinggi dari cairan masuk. Proses pendinginan ini akan berlanjut sampai laju transfer panas dari gas ke cairan hanya setara dengan panas laten yang dibutuhkan untuk menguapkan cairan.
2.3. Bilangan Tak Berdimensi
Terdapat beberapa faktor bilangan yang mempengaruhi koefisien perpindahan massa (kgl) diantaranya meliputi:
Bilangan Reynold (NRe)
Dalam mekanika fluida, bilangan Reynolds adalah rasio antara gaya inersia (vsρ) terhadap gaya viskos (μ/L) yang mengkuantifikasikan hubungan kedua gaya tersebut dengan suatu kondisi aliran tertentu. Bilangan ini digunakan untuk mengidentifikasikan jenis aliran yang berbeda, misalnya laminar dan turbulen. Dengan perumusan nilai bilangan sebagai berikut.
Dimana:
vs = kecepatan fluida, L = panjang karakteristik,
ν = viskositas kinematik fluida: ν = μ / ρ, ρ = kerapatan (densitas) fluida.
Bilangan Schmidt
Bilangan Schmidt merupakan rasio dari momentum dan difusivitas massa. Bilangan ini digunakan untuk menentukan sifat aliran-aliran fluida dimana pada aliran tersebut proses konveksi-difusi momentum dan massa berlangsung secara simultan. Dengan perumusan sebagai berikut.
Sc = V
D
=
µ 𝜌𝐷Dimana V = viskositas kinematis
(
µ𝜌
)
dalam satuan unit (m2 /s) D = difusivitas massa (m2/s)
µ =
viskositas dinamis dari aliran fluida (N.s/m2)𝜌 =
densitas dari fluida (kg/m3) Bilangan Sheerwood
Bilangan Sheerwood (Nusselt) merupakan bilangan tak berdimensi yang digunakan untuk mengetahui besarnya koefisien transfer massa (kgl) dimana merupakan rasio dari koefisien konveksi transfer massa dengan difusivitas transfer massa.
Sh = K.L
D
;
dimana L = panjang kolom perpindahan massa (m)D = difusivitas massa (m2.s-1) K=Koefisien transfer massa (m.s-1)
2.4. Pengertian tentang Koefisien Perpindahan Massa
Koefisien perpindahan massa adalah besaran empiris yang diciptakan untuk memudahkan persoalan-persoalan perpindahan massa antar fase, yang akan dibahas disini adalah koefisien perpindahan massa dari fase gas ke fase cair atau sebaliknya dari sifat-sifat zat untuk menekan. Hal ini dapat diperhatikan pada gambar di dasar ini:
Gambar 2.2. Pengaruh koefisien perpindahan massa dari fase gas ke fase cair atau dari fase cair ke fase gas
Koefisien perpindahan massa dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya: 1. Kondisi Operasi
Kondisi operasi dapat berupa laju alir, temperatur dan tekanan. 2. Kondisi Alat
Kondisi alat meliputi diameter dan tinggi/panjang alat. 3. Sifat Bahan
Sifat bahan dapat berupa densitas, viskositas, diffusivitas.
Bila terjadi perpindahan massa dari fase cair ke fase gas pada bidang selang film, gas – cair dalam hal ini adalah penguapan dari permukaan cairan ke permukaan atau aliran udara.
NAy = JAy + XA ( HAy + NBy) ………(1) Dimana :
NAy = fluks massa komponen A (dalam hal ini air) dalam arah y karena terbawa aliran fluida (gr mole / cm2 det)
NBy = fluks massa komponen B (dalam hal ini udara) dalam arah y karena dimana aliran fluida (gr mole / cm2 det)
XA = fraksi mol uap air difase gas yang merupakan fungsi dari y dan z JAy = fluks massa komponen A dalam arah y karena difusi molekuler
(gr mol / cm2 det)
Maka persamaan (1) dapat ditulis kembali sebagai berikut :
NAy – XA ( HAy + NBy ) = Jay……....………. (2) Menurut Hukum Fid pertama, maka
Pemecahan persamaan (3) untuk menentukan besarnya JAymemerlukan persyaratan bahwa XA/y diketahui lebih dulu. Untuk memecahkan persoalan yang rumit pada aliran, maka penggunaan persamaan (3) akan sangat menyulitkan. Oleh karena itu, didefinisikan koefisien perpindahan massa.
JAy∝ = kg. LoC ( XAo – XA )……….………….(4) Dimana ( XAo – XA) adalah beda konsentrasi dan dinyatakan dengan fraksi mol dalam arah perpindahan massa y. Pendefinisian ( XAo – XA) ini menentukan definisi yang tepat dari kg, LoC (tanda LoC dari fase gas diganti huruf g). pernyataan lokal disini dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kg dapat berbeda-beda dari satu posisi lain pada permukaan bidang selang perpindahan terjadi.
Agar lebih memudahkan pemakaian, maka didefinisikan kg rata-rata yang dinyatakan dengan KgL sebagai berikut :
o o s s s s kg Loc ds KgL ds
………...….(5)Menurut definisi dipuncakmaka kgL = harga rata-rata kg . LoC untuk seluruh permukaan perpindahan massa J. Tentang ( XAo – XA) pada umumnya dilakukan pendefinisian sebagai berikut :
XAo = fraksi mol kompenan A pada fase gas tepat dipergunakan bidang selang XA = fraksi mol rata-rata komponen A, difase gas atau dengan rumus :
A Ao X Loc dA X dA ………..………..(6) A = luas penampang aliran gas yang tegak lurus terhadap permukaan
perpindahan massa
XA = seperti didefinisikan dipuncakjuga sehingga “cap-muxing arrage” dari XA. LoC.
2.5. Perpindahan Massa pada Wetted Wall Column
Guna menelaah perpindahan massa dalam wetted wall column, perhatikan gambar berikut ini:
Gambar 2.3. Penampang membujur dari watted wall column untuk bagian dimana perpindahan massa fasa diukur/ditelaah.
Kita tinjau sistem setinggi dz. Neraca material komponen A yang dilakukan terhadap segmen tersebut menghasilkan persamaan differensial sebagai berikut :
d(W . XA) / dz = JAyD ………....…………..(7) dimana, W = laju alir massa gas dalam arah z (gr mole/det)
Dengan menggunakan kenyataan bahwa penambahan laju alir massa dalam arah z hanyalah karena adanya fluks massa JAy maka dapat dituliskan hubungan sebagai berikut:
. . AY dW J D dz ……….…..…..(8)
Persamaan (7) dan (8) akan menghasilkan hubungan :
(1 ) . . A A AY dX W X J D dz ……….…….……..(9)
Dengan menggunakan (4) maka persamaan (9) dapat diubah menjadi :
0 . . . (1 ) ( ) A A A A dX kg loc D dz X X X W ………....(10)
Dalam menyelesaikan persamaan (10) maka perlu penganggapan bahwa XA rata-rata (lihat persamaan (6)), maka anggapan tersebut dapat digunakan. Selanjutnya dengan mengabaikan perubahan total dari W sepanjang kolom, mka integrasi persamaan (10) untuk Z = 0 sampai Z = L menghasilkan :
Ruas kiri adalah definisi kg,l sedang ekspansi parsiil, ruas kanan dapat dengan mudah diintegrasikan.
𝐾𝑔𝑙 =
𝑊 𝜋.𝐷.𝐿(1−𝑋𝐴 0)𝑙𝑛
𝑋𝐴 0−𝑍𝐴 0(1−𝑋𝐴) 𝑋𝐴 0−𝑋𝐴 1(1−𝑋𝐴) ..…..(12) Dengan persamaan ini maka kgl dapat ditentukan dari data percobaan.Korelasi empiris dimensi dapat diketahui bahwa kg,l dipengaruhi oleh NRe, NSc, dan factor geometris kolom (L/D). Pengaruh faktor-faktor tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut
….…………(13) NRe = bilangan Reynold untuk aliran gas
NSc = bilangan Schmidt untuk fasa gas
L/D = perbandingan panjang kolom terhadap diameter kolom
Suatu proses dimana terjadi suatu perpindahan suatu unsur pokok dari daerah yang berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dinamakan perpindahan massa, Perpindahan massa yang terjadi dari suatu unsur yang berkonsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dipengaruhi oleh ciri aliran liquid, seperti pada kasus heat transfer, mekanisme perpindahan massa terjadi dengan cepat. Jika sejumlah campuran gas yang terdiri dari dua jenis molekul atau lebih, dimana konsentrasi masing-masing berbeda, maka masing-masing molekul ini cenderung menuju ke komposisi yang sama seragam. Proses ini terjadi secara alami. Perpindahan massa makroskopis ini tidak tergantung pada konveksi dalam sistem. Proses ini didefinisikan sebagai difusi molekul.
Pada persamaan perpindahan massa ditunjukkan hubungan antara flux dari substan yang terdifusi dengan gradient konsentrasi.
𝐽𝐴,𝑍= − 𝐷𝐴 𝐵
𝑑𝜏𝐴 𝑑𝑍
Dimana JA,Z merupakan molar flux pada Z, merupakan perubahan konsentrasi serta DAB adalah diffusivitas massa atau koefisien diffusivitas komponen A yang terdifusi melalui komponen B. Karena perpindahan masssa atau diffui hanya terjadi dalam campuran, maka pengaruh dari tiap komponen harus diperhitungkan. Misalnya, untuk mengetahui laju diffusi dari setiap
komponen relative terhadap kecapatan campuran. Kecepatan campuran harus dihitung dari kecepatan rata-rata tiap komponen.
Persamaan diatas dikenal dengan persamaan Hukum Frek’s, dimana DAB adalah koefisien diffusivitas. Koefisien diffusivitas tergantung pada:
1. Tekanan 2. Temperatur 3. Komposisi Sistem
Koefien diffusivitas masing-masing fase berbeda-beda. Koefien diffusivitas untuk gas lebih tinggi, yaitu antara 5.10-6 – 10-5 m2/s , untuk liquid 10 -10
– 10-9 m2/s dan untuk solid 10-14 -10-10 m2/s.
Perpindahan massa konvektif termasuk perpindahan antara fluida yang bergerak atau dua fluyida yang bergerak yang tidak tercampur. Model ini tergantung pada mekanisme perpindahan dan karakteristik gerakan fluida. Persamaan laju perpindahan massa konvektif sebagai berikut:
NA = kτ . ∆τA Dimana, NA = peprindahan massa molar zat A
∆τA = perbedaan konsentrasi antara permukaan dengan konsentrasi rata-rata fluida
kτ = koefien perpindahan massa konvektif
Mekanisme perpindahan massa antar permukaan dan fluida termasuk perpindahan massa molekul melalui lapisan tipis fluida stagnan dan aliran laminar.
Beberapa operasi perpindahan massa yang termasuk difusi suatu komponen gas ke suatu komponen yang tidak berdifusi anatara lain adalah absorbsi dan humidifikasi. Persamaan yang digunakan untuk menggambarkan koefisien perpindahan massa konvektif adalah:
𝑁𝐴,𝑍 =
𝐷𝐴𝐵.𝑃 𝑃𝐴1𝑃𝐴2 𝑅𝑇 𝑍2− 𝑍1 𝐿𝑛𝑃𝐵 Dimana:
NAZ = laju perpindahan molar DAB = diffuisivitas
P = tekanan R = konstanta gas
T = temperature Z = jarak
Persamaan ini diperoleh dari teori lapisan atau film theory, dimana gas melewati permukaan liquid. Teori lapisan ini didasarkan pada model dimana tahanan untuk berdifusi dari permukaan liquid ke aliran gas diasumsikan terjadi dalam suatu stagnan film atau laminar film tebal. Dengan kata lain, menunjukkan tebal lapisan liquid.
1. Transfer massa dari gas ke film falling liquid 2. Transfer massa dalam wetted wall column
Kebanyakan data dari transfer massa antara perm pipa dan aliran fluida telah ditentukan dengan menggunakan wetted wall columns. Alasan mendasar untuk menggunakan kolom-kolom ini untuk penyelidikan transfer massa adalah untuk mengontakkan luas area antara 2 fase sehingga dapat dihitung dengan tepat.
Koefisien transfer massa konvektif untuk jatuhnya liquid film dikorelasikan oleh Vivian dan pecamenet dengan korelasi:
𝐾𝐿𝑍 𝐷𝐴𝐵 = 0,433 (𝑆𝑐) 1/2[𝜌2𝑔𝑍3 µ2 ] 1/6 (Re)0,4 Dimana: Z = panjang
DAB = diffuisivitas massa antara komponen A dan B ρ = densitas liquid B
µ = viskositas liquid B g = percepatan gravitasi
Sc = schimdt number (dievaluasikan pada tempeartur film liquid) Re = Reynold number
2.6. Teori Penetrasi
Teori penetrasi yang dinyatakan oleh Trey Ball menyatakan kontak 2 fluida. Pada gambar (a) gelembung gas membesar melalui liquid yang mengabsorbsi gas. Partikel liquid mulamula berada di puncak gelembung dimana partikel liquid siap sepanjang permukaan gelembung. Pada gambar (b) terlihat dimana liquid dengan gerakan turbulen memperlihatkan arus eddy constant.
(a) (b)
Gambar 2.4. Teori Penetrasi
Mula-mula partikel gas terlarut tidak seragam dan mula-mula arus eddy dianggap diam, jika arus eddy dibiarkan berkontak dengan gas pada permukaannya, konsentrasi liquid permukaan gas Ca yang berada pada kelarutan keseimbangan gas dari liquid selama partikel liquid menjadi penentu difusi unsteady state atau penetrasi solute pada arah Z.
Untuk waktu yang pendek dan difusinya berlangsung pelan di dalam molekul solute yang larut tidak pernah mencapai kedalaman Zp sesuai dengan ketebalan arus eddy. Keadaan puncak yang ada pada fenomena transfer massa dalam dinding kolom yang dibasahi adalah :
CA0 pada 9 = 0 , untuk semua Z CA pada Z = 0 , 9 > 0
CA0 pada Z = ∞ , untuk semua 9
2.7. Teori Film
Gambar di dasar ini memperlihatkan cairan yang sedang jatuh pada lapisan (film) dengan aliran laminer ke dasar pada permukaan rotameter yang vertikal berkontak dengan gas A yang larut ke dalam cairan dengan konsentrasi A yang seragam C A0 dari pada A pada puncaknya.
Gambar 2.5. Teori Film
Pada permukaan cairan, konsentrasi gas terlarut CA , yang berada dalam keseimbangan dengan tekanan A pada fase gas karena CA > C A0 gas terlarut ke dalam cairan. Koefisien perpindahan massa Kgl dengan sejumlah gas terlarut setelah liquid terjenuh sejauh L dan dihitung.
Masalah ini dapat dipecahkan dengan penyelesaian simultan persamaan kontinuitas. Untuk komponen A dengan persamaan yang menggambarkan liquid yaitu persamaan laminer.
Persamaan simultan dan jumlah persamaan diferensial partikel menjadi lebih mudah dengan beberapa asumsi :
1. Tidak ada reaksi kimia
2. Pada arah A kondisinya tidak berubah 3. Kondisinya steady state
4. Kecepatan adsorbsi gas sangat kecil.
5. Difusi A pada arah yang diabaikan dibandingkan dengan gerakan ke dasar. 6. Sifat-sifat fisiknya constan
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat dan Bahan yang Digunakan
Bahan: - Udara - Air Alat: - Stopwatch - Thermometer 3.2 Variabel percobaan
Variabel Tetap : Waktu Kalibrasi Air = 10 detik Volume Wet Test Meter = 4 L
Laju Alir Udara Tetap = Laju Alir Air Tetap = Variabel Berubah : Laju Alir Rotameter Udara =
Laju Alir Rotameter Air =
3.3 Gambar Alat Utama
Keterangan : 1. Blower
2. Rotameter udara 3. Rotameter air
4. Kolom perpindahan massa
3.4 Respon
1. Kalibrasi Rotameter Air
Volume air yang ditampung (ml) dan waktu 10 detik pada setiap laju alir. 2. Kalibrasi Rotameter Udara
Waktu yang dibutuhkan (detik) untuk 1 kali putaran dengan volume wet test meter 4L.
3. Tahap Operasi
Suhu (0C) Wet Bulb dan Dry Bulb di dasar dan puncak kolom pada variabel laju alir air dan variabel laju alir udara pada waktu 10 menit.
4. Analisa Data Hasil Percobaan Mahasiswa diharapakan dapat:
a. Membuat kurva hubungan koefisien transfer massa (kgl) dengan laju alir dan dapat menjelaskan fenomena-fenomena yang terjadi b. Mengetahui pengaruh NRe terhadap NSh
c. Mencari konstanta a dan b dari persamaan bilangan tak berdimensi yang telah disusun
3.5 Data yang Dibutuhkan
1. Waktu untuk 1 kali putaran jarum wet test meter (sekon) 2. Volume air selama 10 detik (ml)
3. Td dan Tw input 4. Td dan Tw output
3.6 Prosedur Percobaan
Pelaksanaan pekerjaan dapat dibagi dalam dua tahap yaitu tahap persiapan dan tahap operasi.
A. Tahap Persiapan
1. Kalibrasi Rotameter Udara
Menjalankan rotameter udara
Mengisi wet test meter volume 4 liter dengan air sehingga putaran jarum konstan
Memasang wet test meter dengan air sehingga putaran jarum konstan Mengatur skala rotameter pada penunjukkan waktu tertentu (use valve) Menghitung waktu yang diperlukan untuk jarum pada wet test meter
melakukan satu putaran Mengulangi sampai 3x
Ulangi langkah di atas untuk skala rotameter udara yang lain
2. Kalibrasi Rotameter Air
Mengalirkan air dengan membuka kran pada jarak tertentu Membaca skala rotameter pada penunjuk tertentu
Mengalirkan air selama 10 menit dan menampung airnya untuk mengetahui volumenya.
Mengukur volume air Mengulangi sampai 3x
Mengulangi langkah diatas untuk skala rotameter yang lain
B. Tahap Operasi
1. Mengalirkan air dari kran air pada penunjukkan skala rotameter tertentu 2. Mengalirkan udara pada penunjukkan skala rotameter udara tertentu 3. Mengukur suhu wet bulb (ujung termometer diselubungi kapas basah) dan
dry bulb pada puncak dan dasar kolom
4. Membaca dan mencatat suhu pada termometer 5. Ulangi langkah 1-4 sebanyak 4 skala lainnya.
3.7 Analisa Hasil Percobaan
1. Dari percobaan didapatkan data Td dan Tw pada input serta Td dan Tw pada output
2. Dengan menggunakan diagram Psychrometric didapatkan nilai Y (humidity) 3. Perhitungan Kgl 𝐾𝑔𝑙 = 𝑊 𝜋. 𝐷. 𝐿𝑙𝑛 𝑋∗𝐴1− 𝑋𝐴1 𝑋∗ 𝐴2− 𝑋𝐴2
Dimana X*A1 plot Tw in, XA1 = Ym dan X*A2 plot Tw out, XA2 = Yk
4. Perhitungan Nsh 𝑁𝑆ℎ =
𝐾𝑔𝑙 𝑃𝑚 𝑅 𝑇 𝐷 𝑃𝑡2𝐷
𝐴𝐵
𝑁𝑆ℎ = 𝑎(𝑁𝑅𝑒)𝑏 ; a dan b dicari dengan metode Least Square
5. Perhitungan prosentase kesalahan
% 𝑘𝑒𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ𝑎𝑛 =
𝑁𝑠ℎ ℎ − 𝑁𝑠ℎ 𝑝 𝑁𝑠ℎ ℎ
DAFTAR PUSTAKA
Bird ,RB. Stewart, Wt and Light Foote, E.N. “Transport Phenomena”. John Willey and Jason. 1968.
Mc Cabe, WL and J Smith. “Unit Operation”. Mc Graw Hill. New York.1956. Treybal, RE. .Mass Transfer Operation. 3rd ec. Mc Graw Hill Book Co. Book of