• Tidak ada hasil yang ditemukan

Modul Pelat 13

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Modul Pelat 13"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

Pelat

Pelat

1.

1. Pengertian pelatPengertian pelat

Pelat adalah elemen horizontal struktur yang mendukung beban mati maupun Pelat adalah elemen horizontal struktur yang mendukung beban mati maupun

 beban

 beban hidup hidup dan dan menyalurkannya menyalurkannya ke ke rangka rangka vertikal vertikal dari dari sistem sistem struktur. struktur. PelatPelat

merupakan struktur bidang (permukaan) yang lurus, (datar atau melengkung) yang merupakan struktur bidang (permukaan) yang lurus, (datar atau melengkung) yang

tebalnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan dimensi yang lain. Dari segi statika, tebalnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan dimensi yang lain. Dari segi statika,

kondisi tepi (

kondisi tepi (boundary conditionboundary condition) pelat dibagi menjadi : tumpuan bebas () pelat dibagi menjadi : tumpuan bebas ( free free),),

 bertumpu sederhana (

 bertumpu sederhana (simply supported simply supported ) dan jepit.) dan jepit.

Berdasarkan aksi strukturalnya, pelat dibedakan menjadi empat,

Berdasarkan aksi strukturalnya, pelat dibedakan menjadi empat, yaitu :yaitu :

1.

1. Pelat kaku : merupakan pelat tipis yang memilikki ketegaran lenturPelat kaku : merupakan pelat tipis yang memilikki ketegaran lentur

(( flexural rigidity flexural rigidity), dan memikul beban dengan aksi dua dimensi, terutama), dan memikul beban dengan aksi dua dimensi, terutama

dengan momen dalam (lentur dan puntir) dan gaya geser transversal, dengan momen dalam (lentur dan puntir) dan gaya geser transversal,

yang umumnya sama dengan balok. Pelat yang dimaksud dalam bidang yang umumnya sama dengan balok. Pelat yang dimaksud dalam bidang

teknik adalah pelat kaku, kecuali jika dinyatakan lain. teknik adalah pelat kaku, kecuali jika dinyatakan lain.

2.

2. Membran : merupakan pelat tipis tanpa ketegaran lentur dan memikulMembran : merupakan pelat tipis tanpa ketegaran lentur dan memikul

 beban

 beban lateral lateral dengan dengan gaya gaya geser geser aksial aksial dan dan gaya gaya geser geser terpusat. terpusat. AksiAksi

 pemikul

 pemikul beban beban ini ini dapat dapat didekati didekati dengan dengan jaringan jaringan kabel kabel yang yang tegangtegang

karena ketebalannya yang sangat tipis membuat daya tahan momennya karena ketebalannya yang sangat tipis membuat daya tahan momennya

dapat diabaikan. dapat diabaikan.

3.

3. Pelat flexibel : merupakan gabungan pelat kaku dan membran danPelat flexibel : merupakan gabungan pelat kaku dan membran dan

memikul beban luar dengan gabungan aksi momen dalam, gaya geser memikul beban luar dengan gabungan aksi momen dalam, gaya geser

transversal dan gaya geser terpusat, serta gaya aksial. Struktur ini sering transversal dan gaya geser terpusat, serta gaya aksial. Struktur ini sering

(2)

Lx Lx L Lyy LLyy Ly/Lx > 2 Ly/Lx > 2

dipakai dalam industri ruang angkasa karena perbandingan berat dengan dipakai dalam industri ruang angkasa karena perbandingan berat dengan

 bebannya menguntung  bebannya menguntungkan.kan.

4.

4. Pelat tebal : merupakan pelat yang kondisi tegangan dalamnyaPelat tebal : merupakan pelat yang kondisi tegangan dalamnya

menyerupai kondisi kontinu tiga dimensi. menyerupai kondisi kontinu tiga dimensi.

2.

2. Pelat Satu ArahPelat Satu Arah

Pelat satu arah adalah apabila perbandingan sisi panjang terhadap sisi pendek Pelat satu arah adalah apabila perbandingan sisi panjang terhadap sisi pendek

yang saling tegak lurus lebih besar dari 2, pelat dapat dianggap hanya bekerja sebagi yang saling tegak lurus lebih besar dari 2, pelat dapat dianggap hanya bekerja sebagi

 pelat satu arah dengan lenturan utama pada arah sisi yang lebih pendek.  pelat satu arah dengan lenturan utama pada arah sisi yang lebih pendek.

Pada bangunan bangunan beton bertulang, suatu jenis lantai yang umum dan Pada bangunan bangunan beton bertulang, suatu jenis lantai yang umum dan

dasar adalah tipe konstruksi pelat balok-balok induk (gelagar) dimana permukaan dasar adalah tipe konstruksi pelat balok-balok induk (gelagar) dimana permukaan

 pelat

 pelat itu itu dibatasi dibatasi oleh oleh dua dua balok balok yang beyang bersebelahan rsebelahan pada pada sisi sisi dan dan dua dua gelagar gelagar padapada

kedua ujung. Pelat satu arah adalah pelat yang panjangnya dua kali atau lebih besar kedua ujung. Pelat satu arah adalah pelat yang panjangnya dua kali atau lebih besar

dari pada lebarnya, maka hampir semua beban lantai menuju ke balok-balok dan dari pada lebarnya, maka hampir semua beban lantai menuju ke balok-balok dan

sebagian kecil saja

sebagian kecil saja yang akan menyalur secara langsung ke gelagar.yang akan menyalur secara langsung ke gelagar.

Kondisi pelat ini untuk tulangan utama sejajar dengan gelagar atau sisi Kondisi pelat ini untuk tulangan utama sejajar dengan gelagar atau sisi

 pendek

 pendek dan dan tulangan tulangan susut susut atau atau suhu suhu sejajar sejajar dengan dengan balok-balok balok-balok atau atau sisisisi

 panjangnya.

 panjangnya. Permukaan Permukaan yang yang melendut melendut dari dari sistem sistem pelat pelat satu satu arah arah mempunyaimempunyai

kelengkungan tunggal. Sistem pelat satu arah dapat terjadi pada pelat tunggal kelengkungan tunggal. Sistem pelat satu arah dapat terjadi pada pelat tunggal

maupun menerus, asal perbandingan panjang bentang kedua sisi memenuhi. maupun menerus, asal perbandingan panjang bentang kedua sisi memenuhi.

Gambar 2.4

(3)

A.

A. Langkah-langkah Perhitungan Tulangan Pelat 1 ArahLangkah-langkah Perhitungan Tulangan Pelat 1 Arah

1.

1. Menentukan beban pelat.Menentukan beban pelat.

Setelah menentukan syarat-syarat batas, bentang dan tebal pelat Setelah menentukan syarat-syarat batas, bentang dan tebal pelat

kemudian beban-beban dihitung. Untuk pelat yang sederhana berlaku kemudian beban-beban dihitung. Untuk pelat yang sederhana berlaku

rumus: rumus:

W U U  = 1,2 W  = 1,2 W  D D + 1,6 W  + 1,6 W  L L

Tentukan syarat-syarat batas Tentukan syarat-syarat batas

Tentukan panjang bentang Tentukan panjang bentang

Tentukan tebal pelat Tentukan tebal pelat (dengan bantuan syarat

(dengan bantuan syarat lendutan) lendutan)

Hitung beban beban Hitung beban beban

Tentukan momen yang menentukan Tentukan momen yang menentukan

Hitung tulangan Hitung tulangan

Pilih tulangan Pilih tulangan

Periksa lebar retak secara Periksa lebar retak secara memeriksa lebar jaringan memeriksa lebar jaringan

Tebal pelat dan tulangan memadai Tebal pelat dan tulangan memadai

ρ ρ < < ρ ρ maksmaks ss > s > s maksmaks ss ≤ s maks≤ s maks Ρ min ≤ ρ ≤ ρ maks Ρ min ≤ ρ ≤ ρ maks ket :

ket : W W U U  = = beban beban ultimite ultimite

W  D D = = beban mati beban mati

W  L L = = beban hidup beban hidup

Gambar 2.5

Gambar 2.5 Diagram alir untuk menghitung tulangan pada pelatDiagram alir untuk menghitung tulangan pada pelat 1 arah dan 2 arah

(4)

2.

2. Menentukan momen pelat 1 arah.Menentukan momen pelat 1 arah.

Dalam menentukan momen pada pelat 1 arah adalah sebagai berikut : Dalam menentukan momen pada pelat 1 arah adalah sebagai berikut :

- untuk momen tumpuan = 1/8 Wu - untuk momen tumpuan = 1/8 Wu lxlx22

- untuk momen lapangan = 1/8 Wu lx - untuk momen lapangan = 1/8 Wu lx22

- untuk momen jepit tak terduga = 1/24 Wu lx - untuk momen jepit tak terduga = 1/24 Wu lx22

3.

3. Menentukan rasio tulangan pelat satu arahMenentukan rasio tulangan pelat satu arah

Persentase tulangan yang ditentukan, harus diperiksa sesuai dengan Persentase tulangan yang ditentukan, harus diperiksa sesuai dengan

ρ

ρminmin ≤ ρ≤ ρanlanl ≤ ρ≤ ρmaks.maks.

  ρ  ρ minmin = = 0,0025 0,0025 (Koefisien CUR (Koefisien CUR pelat).pelat).

  ρ  ρ maxmax = 0,75= 0,75 ρ  ρ balancebalance

= 0,75 = 0,75













+

+

fyfy  fy  fy cc  xf   xf  600 600 600 600 .. 1 1 .. '' 85 85 ,, 0 0  β   β  

  ρ  ρ minmin << ρ  ρ analisaanalisa << ρ  ρ maxmax Dimana :Dimana : φφ =8,5 =8,5

 ρ   ρ anlanl == 22 bd  bd   Mu  Mu  =  = φφ . . ρ  ρ  . .  fy fy [1- [1- 0,5880,588 ρ  ρ .. cc  f   f   fy  fy '' ]] 2 2 bd  bd   Mu  Mu = (

= (φφ . . ρ  ρ  . .  fy fy) - () - (φφ . . ρ  ρ  . .  fy fy . 0.588 . 0.588 ρ ρ.. cc  f   f   fy  fy '' )) 

 Kemudian gunakan rumus ABCKemudian gunakan rumus ABC

a a ac ac b b b b 2 2 4 4 2 2 ,, 1 1 ,, 2 2

±

±

=

=

 ρ   ρ  a a ac ac b b b b 2 2 4 4 1 1 ,, 2 2

+

+

=

=

 ρ   ρ  a a ac ac b b b b 2 2 4 4 2 2 ,, 2 2

=

=

 ρ   ρ  Dari persamaan

Dari persamaan ρ ρ1 dan1 dan ρ ρ2 2 ambil nilai yambil nilai yang terkecil dan ang terkecil dan gunakangunakan

sebagai

sebagai ρ ρ analisa analisa

4.

4. Luas tulanganLuas tulangan c

c b b aa

Jika

Jika ρ ρ anl < anl < ρmin maka ρ pakai ρ minρmin maka ρ pakai ρ min

Jika

(5)

Lx Lx

L

Lyy LLyy

Setelah tahapan tahap diatas diselesaikan maka dapat dihitung luas Setelah tahapan tahap diatas diselesaikan maka dapat dihitung luas

tulangan

tulangan yaitu yaitu : : AAss total = total = ρ ρ . b . d . b . d

Dimana nilai b = panjang bentang per 1 meter pelat. Dimana nilai b = panjang bentang per 1 meter pelat.

Tulangan pembagi untuk pelat satu arah

Tulangan pembagi untuk pelat satu arah yaitu berdasarkan SK SNI T-yaitu berdasarkan SK SNI

T-511991-03 pasal 3.16.6, jarak maksimum antara tulangan baja adalah = 511991-03 pasal 3.16.6, jarak maksimum antara tulangan baja adalah =

3.(h) atau 500mm. 3.(h) atau 500mm.

3.

3. Sistem Pelat Dua ArahSistem Pelat Dua Arah

Persyaratan jenis pelat lantai dua arah jika perbandingan dari bentang Persyaratan jenis pelat lantai dua arah jika perbandingan dari bentang

 panjang terhadap

 panjang terhadap bentang pendek bentang pendek kurang dari kurang dari dua. Beban dua. Beban pelat pelat lantai lantai pada pada jenis jenis iniini

disalurkan ke empat sisi pelat atau ke empat balok pendukung, akibatnya tulangan disalurkan ke empat sisi pelat atau ke empat balok pendukung, akibatnya tulangan

utama pelat diperlukan pada kedua arah sisi pelat. Permukaan lendutan pelat utama pelat diperlukan pada kedua arah sisi pelat. Permukaan lendutan pelat

mempunyai kelengkungan ganda. mempunyai kelengkungan ganda.

Ly/Lx Ly/Lx ≤ 2≤ 2

Pelat dua arah yang ditumpu pada keempat tepinya adalah struktur statis tak Pelat dua arah yang ditumpu pada keempat tepinya adalah struktur statis tak

tentu. Seperti pada pelat satu arah yang menerus pada lebih dari dua tumpuan, juga tentu. Seperti pada pelat satu arah yang menerus pada lebih dari dua tumpuan, juga

dapat digunakan tabel untuk mempermudah analisis dan perencanaan pelat dua arah, dapat digunakan tabel untuk mempermudah analisis dan perencanaan pelat dua arah,

yaitu Tabel 2.7 yaitu Tabel 2.7

Tabel ini menunjukkan momen lentur yang bekerja pada jalur selebar 1 Tabel ini menunjukkan momen lentur yang bekerja pada jalur selebar 1

meter, masing-masing pada arah – 

meter, masing-masing pada arah –  x x dan pada arah –  dan pada arah –  y y.. Gambar 2.6

(6)

 Mlx

 Mlxadalah momen lapangan maksimum per meter lebar diarah – adalah momen lapangan maksimum per meter lebar diarah –  x x;;

 Mly

 Mlyadalah momen lapangan maksimum per meter lebar diarah – adalah momen lapangan maksimum per meter lebar diarah –  y y;;

 Mtx

 Mtxadalah momen tumpuan maksimum per meter lebar diarah – adalah momen tumpuan maksimum per meter lebar diarah –  x x;;

 Mty

 Mtyadalah momen tumpuan maksimum per meter lebar diarah – adalah momen tumpuan maksimum per meter lebar diarah –  y y;;

 Mtix

 Mtixadalah momen jepit tak terduga (insidentil) per meter adalah momen jepit tak terduga (insidentil) per meter lebar diarah – lebar diarah –  x x;;

 Mtiy

 Mtiy adalah momen jepit tak terduga (insidentil) per  adalah momen jepit tak terduga (insidentil) per meter lebar diarah – meter lebar diarah –  y y;;

Skema penyaluran Skema penyaluran  beban ‘metode  beban ‘metode amplop’ kali W

amplop’ kali W u lantai u lantaillxx

Momen per meter Momen per meter lebar lebar Ly/lx Ly/lx 1,0 1,0 1,2 1,2 1,4 1,4 1,6 1,6 1,8 1,8 2,0 2,0 2,5 2,5 3,03,0 II II II III III IVa IVa Mlx = 0,001 W Mlx = 0,001 W u u llxx x x Mly = 0,001 W Mly = 0,001 W u u llxx

2 2  x  x Mtix = ½ mlx Mtix = ½ mlx Mtiy = ½ mly Mtiy = ½ mly Mlx = 0,001 W Mlx = 0,001 W u u llxx 2 2  x  x Mly = 0,001 W Mly = 0,001 W u u llxx

2 2  x  x Mtx =- 0,001 W Mtx =- 0,001 W u u llxx22 x x Mty = -0,001 W Mty = -0,001 W u u llxx22 x x

Mlx = 0,001 W Mlx = 0,001 W u u llxx 2 2  x  x Mly = 0,001 W Mly = 0,001 W u u llxx

2 2  x  x Mtx =- 0,001 W Mtx =- 0,001 W u u llxx 2 2  x  x Mty = -0,001 W Mty = -0,001 W u u llxx

2 2  x  x Mtix = ½ mlx Mtix = ½ mlx Mtiy = ½ mly Mtiy = ½ mly Mlx = 0,001 W Mlx = 0,001 W u u llxx22 x x Mly = 0,001 W Mly = 0,001 W u u llxx

2 2

 x  x

Mty = -0,001 W Mty = -0,001 W u u llxx22 x x

Mtix = ½ mlx Mtix = ½ mlx 41 54 41 54 67 67 79 79 87 87 97 97 110 110 117117 41 41 35 35 31 31 28 28 26 26 25 25 24 24 2323 25 25 34 34 42 42 49 49 53 53 58 58 62 62 6565 25 25 22 22 18 18 15 15 15 15 15 15 14 14 1414 51 51 63 63 72 72 78 78 81 81 82 82 83 83 8383 51 51 54 54 55 55 54 54 54 54 53 53 51 51 4949 30 30 41 41 52 52 61 61 67 67 72 72 80 80 8383 30 30 27 27 23 23 22 22 20 20 19 19 19 19 1919 68 68 84 84 97 97 106 106 113 113 117 117 122 122 124124 68 68 74 74 77 77 77 77 77 77 76 76 73 73 7171 24 36 24 36 49 49 63 63 74 74 85 85 103 103 113113 33 33 33 33 32 32 29 29 27 27 24 24 21 21 2020 69 69 85 85 97 97 105 105 110 110 112 112 112 112 112112 IVb IVb Va Va Mlx = 0,001 W Mlx = 0,001 W u u llxx 2 2  x  x Mly = 0,001 W Mly = 0,001 W u u llxx22 x x

Mtx =- 0,001 W Mtx =- 0,001 W u u llxx 2 2  x  x Mtiy = ½ mly Mtiy = ½ mly Mlx = 0,001 W Mlx = 0,001 W u u llxx22 x x Mly = 0,001 W Mly = 0,001 W u u llxx

2 2

 x  x

Mty = -0,001 W Mty = -0,001 W u u llxx

2 2  x  x Mtix = ½ mlx Mtix = ½ mlx 33 33 40 40 47 47 52 52 55 55 58 58 62 62 6565 24 24 20 20 18 18 17 17 17 17 17 17 16 16 1616 69 69 76 76 80 80 82 82 83 83 83 83 83 83 8383 31 45 31 45 58 58 71 71 81 81 91 91 106 106 115115 39 39 37 37 34 34 30 30 27 27 25 25 24 24 2323 91 91 102 102 108 108 111 111 113 113 114 114 114 114 114114

(7)

2.1.1

2.1.1 Perencanaan Dimensi Balok dan PelatPerencanaan Dimensi Balok dan Pelat

Berdasarkan standar SK SNI T-15-1991-03 Pasal 3.1.10 memberikan Berdasarkan standar SK SNI T-15-1991-03 Pasal 3.1.10 memberikan

 pembatasan lebar

 pembatasan lebar flens efektif flens efektif balok T sebagai berikut : balok T sebagai berikut :

a.

a. LebarLebar  flens  flens efektif efektif   yang diperhitungkan tidak lebih besar dan diambil  yang diperhitungkan tidak lebih besar dan diambil

nilai terkecil dari nilai-nilai berikut : nilai terkecil dari nilai-nilai berikut :

 Seperempat panjang Seperempat panjang bentang balok bentang balok ( ¼ ( ¼ L)L)

 BBww + 16 h + 16 hf f 

 Jarak dari pusat kepusat antar -balokJarak dari pusat kepusat antar -balok  b.

 b. Untuk balok yang hanya mempuyaiUntuk balok yang hanya mempuyai  flens flens pada satu sisi,  pada satu sisi, lebarlebar flens efektif  flens efektif 

yang diperhitungkan tidak lebih besar dan diambil nilai terkecil dari yang diperhitungkan tidak lebih besar dan diambil nilai terkecil dari

nilai-nilai berikut : nilai-nilai berikut :

 Seperduabelas panjang bentang balok ( 1/12 Seperduabelas panjang bentang balok ( 1/12 L)L)

Vb Vb VIa VIa VIIb VIIb Mtiy = ½mly Mtiy = ½mly Mlx = 0,001 W Mlx = 0,001 W u u llxx 2 2  x  x Mly = 0,001 W Mly = 0,001 W u u llxx22 x x

Mtx =- 0,001 W Mtx =- 0,001 W u u llxx22 x x Mtix = ½ mlx Mtix = ½ mlx Mtiy = ½mly Mtiy = ½mly Mlx = 0,001 W Mlx = 0,001 W u u llxx 2 2  x  x Mly = 0,001 W Mly = 0,001 W u u llxx

2 2  x  x Mtx =- 0,001 W Mtx =- 0,001 W u u llxx22 x x Mty = -0,001 W Mty = -0,001 W u u llxx22 x x

Mtix = ½ mlx Mtix = ½ mlx Mlx = 0,001 W Mlx = 0,001 W u u llxx 2 2  x  x Mly = 0,001 W Mly = 0,001 W u u llxx22 x x

Mtx =- 0,001 W Mtx =- 0,001 W u u llxx22 x x

Mty = -0,001 W Mty = -0,001 W u u llxx

2 2  x  x Mtiy = ½mly Mtiy = ½mly 39 39 47 47 57 57 64 64 70 70 75 75 81 81 8484 31 31 25 25 23 23 21 21 20 20 19 19 19 19 1919 91 91 98 98 107 107 113 113 118 118 120 120 124 124 124124 25 25 36 36 47 47 57 57 64 64 70 70 79 79 6363 28 28 27 27 23 23 20 20 18 18 17 17 16 16 1616 54 54 72 72 88 88 100 100 108 108 114 114 121 121 124124 60 60 69 69 74 74 76 76 76 76 76 76 73 73 7171 28 28 37 37 45 45 50 50 54 54 58 58 62 62 6565 25 25 21 21 19 19 18 18 17 17 17 17 16 16 1616 60 60 70 70 76 76 80 80 82 82 83 83 83 83 8383 54 54 55 55 55 55 54 54 53 53 53 53 51 51 4949 Tabel 2.4

Tabel 2.4 Momen yang menentukan per meter lebar dalam jalur tengah padaMomen yang menentukan per meter lebar dalam jalur tengah pada  pelat dua arah akibat beban terbagi rata

(8)

 6 h6 hf f 

 ½ jarak bersih dengan balok disebelahnya½ jarak bersih dengan balok disebelahnya c.

c. Untuk balok yang khusus dibentuk sebagai balok T dengan maksudUntuk balok yang khusus dibentuk sebagai balok T dengan maksud

untuk mendapatkan tambahan luas daerah tekan, ketebalan

untuk mendapatkan tambahan luas daerah tekan, ketebalan  flens flens tidaktidak

 boleh

 boleh lebih lebih besar besar dari dari setengah setengah lebar lebar balok balok dan dan lebarlebar  flens flens total tidaktotal tidak

 boleh lebih dari empat kali lebar balok  boleh lebih dari empat kali lebar balok

Pada SKSNI T15 – 1991 – 03 tabel 2.1 tercantum tebal minimum sebagai Pada SKSNI T15 – 1991 – 03 tabel 2.1 tercantum tebal minimum sebagai

fungsi terhadap bentang. Nilai – nilai pada tabel tersebut berlaku struktur yang tidak fungsi terhadap bentang. Nilai – nilai pada tabel tersebut berlaku struktur yang tidak

mendukung serta sulit berdeformasi atau berpengaruh terhadap struktur yang mudah mendukung serta sulit berdeformasi atau berpengaruh terhadap struktur yang mudah

rusak akibat lendutan yang besar. rusak akibat lendutan yang besar.

 Nilai

 Nilai kelangsingan kelangsingan yang yang diberikan diberikan itu itu berlaku berlaku untuk untuk beton beton normal normal dandan

tulangan dengan

tulangan dengan  f  f  y y = 400 Mpa ( 4000 kg/cm²). Untuk= 400 Mpa ( 4000 kg/cm²). Untuk  f  f  y y yang lain dapatyang lain dapat

digunakan faktor pengali

digunakan faktor pengali

��

0

0,,4

4 +

+





700

700



  yang akan menghasilkan nilai apapun. Bila  yang akan menghasilkan nilai apapun. Bila

memakai baja

memakai baja f  f  y y = 240 Mpa maka nilainya adalah 0,4 + = 240 Mpa maka nilainya adalah 0,4 +

240

240

700

700

 = 0,74 = 0,74

Tumpuan

Tumpuan SederhanSederhana a Satu Satu menerus menerus Dua Dua menerus menerus KantileverKantilever Komponen

Komponen  f  f  y y  f  f  y y  f  f  y y  f  f  y y

400 400 240 240 400 400 240 240 400 400 240 240 400 400 240240 Pelat Pelat mendukung mendukung satu arah satu arah

1

1

20

20

1

1

27

27

1

1

24

24

1

1

32

32

1

1

28

28

1

1

37

37

1

1

10

10

1

1

13

13

Balok Balok mendukung mendukung satu arah satu arah

1

1

16

16

1

1

21

21

1

1

18,5

18,5

1

1

24,5

24,5

1

1

21

21

1

1

28

28

1

1

8

8

1

1

11

11

Tabel 2.1

(9)

Penentuan lebar balok sangat tergantung dari besarnya gaya lintang. Penentuan lebar balok sangat tergantung dari besarnya gaya lintang.

Seringkali dengan mengambil b

Seringkali dengan mengambil bww = 1/2 h sampai 2/3 h ternyata cukup memadai. = 1/2 h sampai 2/3 h ternyata cukup memadai.

2.1.2

2.1.2 Syarat Lendutan Pelat dan Balok sebagai Struktur Monolit.Syarat Lendutan Pelat dan Balok sebagai Struktur Monolit.

Syarat batas pada tebal pelat adalah

Syarat batas pada tebal pelat adalah h min < hh min < h≤ h≤ h max. dimanamax. dimana

h = h = .(ln).(ln) 1 1 1 1 0,12 0,12 --.m .m 5. 5. 36 36 1500 1500 fy fy 0,8 0,8















 

 

 

 



 

 

 

 

+

+

+

+

+

+

 β   β  α  α   β   β 

Struktur monolit pada pelat dan balok saling berhubungan sehingga dalam Struktur monolit pada pelat dan balok saling berhubungan sehingga dalam

menentukan dimensinya harus bersamaan dimana tebal (

menentukan dimensinya harus bersamaan dimana tebal (h)h) pelat bergantung dengan pelat bergantung dengan

dimensi balok begitu juga sebaliknya. dimensi balok begitu juga sebaliknya.

Langkah-langkah dalam menentukan struktur monolit pelat dan balok adalah Langkah-langkah dalam menentukan struktur monolit pelat dan balok adalah

sebagai berikut : sebagai berikut :

 Menentukan daerah balok dan pelat dimana bentang terpanjang adalahMenentukan daerah balok dan pelat dimana bentang terpanjang adalah (( Ly Ly) dan bentang terpendek adalah () dan bentang terpendek adalah ( Lx Lx))

 Menentukan lebar balok (Menentukan lebar balok (bbW W ))

Lebar balok

Lebar balok bbW W  adalah adalah ½½ hh – – 22//33hh cukup memadai. cukup memadai.

 Bentang bersih balok (Bentang bersih balok (ln)ln) = = Ly – b Ly – bW W 

 Menentukan rasio bentang bersih arah memanjang terhadap arahMenentukan rasio bentang bersih arah memanjang terhadap arah melebar plat 2 arah (

melebar plat 2 arah ( β  β )) = =

−

−



−

−



 Menghitung Tebal pelat minimum :Menghitung Tebal pelat minimum : h min h min ≥≥  β   β  9 9 36 36 1500 1500 8 8 ,, 0 0

+

+

+

+

fyfy x ln x ln 

(10)

(A1) (A1) (A2) (A2)  bw  bw  be  be X X Y2 Y2 Y1 Y1 Y Y h max h max ≤≤ 36 36 1500 1500 8 8 ,, 0 0

+

+

fyfy x ln x ln asumsi nilai

asumsi nilai hfhf adalahadalah h min < hfh min < hf ≤≤ hhmaxmax

 Menentukan lebar mamfaat / lebar flensMenentukan lebar mamfaat / lebar flens efektif (efektif (bebe))

 Menetukan titik pusat berat.Menetukan titik pusat berat. A

A11 = luas flens efektif = luas flens efektif

A

A22 = luas balok efektif = luas balok efektif

Y = Y = A total A total Y2) Y2) x x (A2 (A2 Y1) Y1) x x A1 A1 ((

+

+

 Momen Inersia terhadap sumbu XMomen Inersia terhadap sumbu X

II b1 b1= = {{

12 12 1 1

((bebe ..hfhf33) + A1(Y-Y1)) + A1(Y-Y1)22}}

II b2 b2= = {{

12 12 1 1

((bebe..hfhf33) + A1(Y-Y1)) + A1(Y-Y1)22}}

IIs1s1== 12 12 1 1  (Ly . (  (Ly . (h-hf h-hf ))33 IIs2s2== 12 12 1 1  (Lx . (  (Lx . (h-hf h-hf ))33 

 Menentukan nilai rata rata αMenentukan nilai rata rata αmm

Dimana α adalah rasio kekakuan lentur penampang balok terhadap Dimana α adalah rasio kekakuan lentur penampang balok terhadap

kekakuan pelat, dengan lebar yang dibatasi secara lateral oleh garis kekakuan pelat, dengan lebar yang dibatasi secara lateral oleh garis

sumbu panel yang bersebelahan (bila ada) pada setiap sisi balok, atau sumbu panel yang bersebelahan (bila ada) pada setiap sisi balok, atau

sudut antara sengkang miring dan sumbu longitudinal komponen sudut antara sengkang miring dan sumbu longitudinal komponen

struktur. struktur. 1 1 1 1 1 1  Is  Is  Ib  Ib

=

=

α  α  2 2 2 2 2 2  Is  Is  Ib  Ib

=

=

α  α 

( (

11 22

))

2 2 1 1 α  α  α  α  α  α mm

=

=

+

+

(11)

.(ln) .(ln) 1 1 1 1 0,12 0,12 --.m .m 5. 5. 36 36 1500 1500 fy fy 0,8 0,8















 

 

 

 



 

 

 

 

+

+

+

+

+

+

=

=

 β   β  α  α   β   β  hf  hf 

Jika nilai hf < h min SNI yaitu 120mm, maka dipakai h min SNI. Jika Jika nilai hf < h min SNI yaitu 120mm, maka dipakai h min SNI. Jika

nilai hf

nilai hf≥ h max analisa maka harus merubah dimensi balok atau≥ h max analisa maka harus merubah dimensi balok atau

menambah

menambah balok balok anak, sehingga anak, sehingga h min h min SNI SNI < < hfhf ≤ hmax≤ hmax

2.1.3

2.1.3 Persyaratan Kekuatan.Persyaratan Kekuatan.

Ketidakpastian berkaitan dengan besar beban mati pada struktur lebih kecil Ketidakpastian berkaitan dengan besar beban mati pada struktur lebih kecil

daripada ketidakpastian dengan beban hidup. Hal demikian dapat menimbulkan daripada ketidakpastian dengan beban hidup. Hal demikian dapat menimbulkan

 perbedaan

 perbedaan dari dari besar besar faktor-faktor faktor-faktor beban. beban. Pada Pada SKSNI-T15-1991-0SKSNI-T15-1991-03 3 Subbab Subbab 3.2.23.2.2

menentukan

nilai-menentukan nilai-nilai γnilai γQQ sebagai berikut : sebagai berikut :

a.

a. Untuk beban matiUntuk beban mati γγDD = 1,2 = 1,2

 b.

 b. Untuk beban hidupUntuk beban hidup γγll = = 1,61,6

Maka rumus yang digunakan adalah U = 1,2 D + 1,6 L Maka rumus yang digunakan adalah U = 1,2 D + 1,6 L

Keterangan : Keterangan :

U

U = = kuat kuat perlu perlu untuk untuk menahan menahan beban beban yang yang telah telah dikalikan dikalikan dengan dengan faktorfaktor

 beban atau

 beban atau momen dan gaya dalam yang berhmomen dan gaya dalam yang berhubungan dengannya.ubungan dengannya.

D

D = = beban beban mati, mati, atau atau momen momen dan dan gaya gaya dalam dalam yang yang berhubungan berhubungan dengandengan

 beban tersebut.  beban tersebut.

L

L = = beban beban hidup, hidup, atau momen atau momen dan gdan gaya dalam aya dalam berhubungan berhubungan dengandengan

 beban tersebut.  beban tersebut.

 Kekuatan yang ter

(12)

Untuk beban angin berlaku faktor beban γ

Untuk beban angin berlaku faktor beban γww = 1,6. Berdasarkan kemungkinan = 1,6. Berdasarkan kemungkinan

kecil tentang timbulnya beban hidup maksimal dan beban angin maksimal pada saat kecil tentang timbulnya beban hidup maksimal dan beban angin maksimal pada saat

yang bersamaan, maka pada perhitungan di mana beban angin yang menentukan yang bersamaan, maka pada perhitungan di mana beban angin yang menentukan

 boleh digunakan suatu faktor reduk  boleh digunakan suatu faktor reduksi.si.

Maka rumus yang digunakan adalah U = 0,75 (1,2 D + 1,6 L + 1,6 W) Maka rumus yang digunakan adalah U = 0,75 (1,2 D + 1,6 L + 1,6 W)

2.1.4

2.1.4 Faktor reduksi kekuatanFaktor reduksi kekuatan

∅∅

Ketidak pastian kekuatan bahan terhadap pembebanan dianggap sebagai Ketidak pastian kekuatan bahan terhadap pembebanan dianggap sebagai

faktor reduksi kekuatan

faktor reduksi kekuatan

∅∅

. Berdasarkan SKSNI 03-2847-2002 pasal 11.3-02 untuk. Berdasarkan SKSNI 03-2847-2002 pasal 11.3-02 untuk

∅∅

 sebagai berikut: sebagai berikut: a.

a. Untuk Untuk beban beban lentur lentur tanpa tanpa beban beban aksial aksial = = 0,800,80

 b.

 b. Untuk Untuk gaya gaya aksial aksial tarik tarik dan dan aksial aksial tarik tarik dengan dengan lentur lentur = = 0,800,80

c.

c. Untuk gaya akUntuk gaya aksial tekan dan aksial tekan dengan sial tekan dan aksial tekan dengan lentur lentur = 0,65= 0,65

d.

d. Untuk Untuk gaya gaya lintang lintang dan dan torsi torsi = = 0,600,60

2.1.5

2.1.5 Penutup beton tulanganPenutup beton tulangan

Dua besaran yang berperan penting pada analisis penampang beton bertulang Dua besaran yang berperan penting pada analisis penampang beton bertulang

adalah tinggi total

adalah tinggi total hhdan tinggi efektif d.dan tinggi efektif d.

a.

a. untuk sebuah pelat, hubungan antarauntuk sebuah pelat, hubungan antara hh dandan d d  ditentukan oleh, ditentukan oleh,

h

h ==d d  + ½ Ø + ½ Ø tul. uttul. ut + p + p

keterangan : keterangan :

d = tinggi efektif (jarak dari serat tekan ketitik berat tulangan tekan) d = tinggi efektif (jarak dari serat tekan ketitik berat tulangan tekan)

 p = tebal penutup beton untuk

 p = tebal penutup beton untuk menutup tulangan terluar.menutup tulangan terluar.

Ø

(13)

bb d  d  hh 1/2 Øtul. ut  1/2 Øtul. ut  Øsengkang Øsengkang  p  p hh d d  1/2 Øtul. ut  1/2 Øtul. ut   p  p  b.

 b. untuk sebuah balok, hubungan antarauntuk sebuah balok, hubungan antara hh dandan d d  ditentukan oleh, ditentukan oleh, h

h ==d d  + ½ Ø + ½ Øtul. uttul. ut +Ø +Øsengkangsengkang+ p+ p

keterangan : keterangan : Ø

Ø tul. uttul. ut = diameter = diameter tulangan tulangan utama utama ØØsengkangsengkang = diameter sengkang= diameter sengkang

c.

c. salah satu faktor yang menentukan perbedaan antarasalah satu faktor yang menentukan perbedaan antara d d  dandan h,h,  baik  baik dalamdalam

 pelat

 pelat maupun maupun balok balok adalah adalah penutup penutup betonbeton  p p. Lapisan pelindung yang. Lapisan pelindung yang

digunakan sesuai dengan ketentuan tebal penutup beton akan : digunakan sesuai dengan ketentuan tebal penutup beton akan :

1.

1. Menjamin penanaman tulangan dan lekatannya dengan beton.Menjamin penanaman tulangan dan lekatannya dengan beton. 2.

2. Menghindari korosi pada tulangan yang mungkin dapat terjadi.Menghindari korosi pada tulangan yang mungkin dapat terjadi. 3.

3. Meningkatkan perlindungan struktur terhadap kebakaran.Meningkatkan perlindungan struktur terhadap kebakaran.

Penutup beton yang diberikan cukup memenuhi fungsi ini, bergantung pada Penutup beton yang diberikan cukup memenuhi fungsi ini, bergantung pada ::

1.

1. Kepadatan dan kekedapan beton.Kepadatan dan kekedapan beton. 2.

2. Ketelitian pelaksanaan pekerjaan.Ketelitian pelaksanaan pekerjaan. 3.

3. Sambungan disekitar konstruksi tersebut.Sambungan disekitar konstruksi tersebut.

Berdasarkan SK SNI T15-1991-03 Pasal 3.3.16-7 tebal

Berdasarkan SK SNI T15-1991-03 Pasal 3.3.16-7 tebal minimum penutupminimum penutup

 beton adalah sebagai berikut :  beton adalah sebagai berikut :

Bagian konstruksi

Bagian konstruksi Yang tidak langsungYang tidak langsung  berhubungan dengan  berhubungan dengan

tanah dan cuaca tanah dan cuaca

Yang langsung Yang langsung  berhubungan deng  berhubungan denganan

tanah dan cuaca tanah dan cuaca Gambar 2.1

(14)

Lantai / dinding

Lantai / dinding ØØDD-36 dan lebih-36 dan lebih

kecil

kecil : : 20mm20mm > Ø

> ØDD-36 : 40mm-36 : 40mm

Ø

ØDD-16 dan lebih-16 dan lebih

kecil

kecil : : 40mm40mm > Ø

> ØDD-16 : 50mm-16 : 50mm

Balok

Balok Seluruh Seluruh diameter diameter : : 40mm 40mm ØØDD-16 dan lebih-16 dan lebih

kecil

kecil : : 40mm40mm > Ø

> ØDD-16 : 50mm-16 : 50mm

Kolom

Kolom Seluruh Seluruh diameter diameter : : 40mm 40mm ØØDD-16 dan lebih-16 dan lebih

kecil

kecil : : 40mm40mm > Ø

> ØDD-16 : 50mm-16 : 50mm

2.1.6

2.1.6 Persentase tulangan minimumPersentase tulangan minimum

Berdasarkan SK SNI T15-1991-03 Pasal 3.3.3-5 tulangan minimum Berdasarkan SK SNI T15-1991-03 Pasal 3.3.3-5 tulangan minimum

ρ min yang disyaratkan

ρ min yang disyaratkan adalah sebagai berikut :adalah sebagai berikut :

Seluruh mutu beton

Seluruh mutu beton  f  f  y y== 250 Mpa (2500 250 Mpa (2500

kg/cm kg/cm22))

 f 

 f  y y== 400 Mpa (4000 400 Mpa (4000

kg/cm kg/cm22)) Balok dan umumunya

Balok dan umumunya 0,00560,0056 0,00350,0035

Alternatif

Alternatif 4/3 ρ an4/3 ρ an 4/3 ρ an4/3 ρ an

Pelat

Pelat 0,0025 0,0025 0,00180,0018

2.1.7

2.1.7 Perhitungan perencanaanPerhitungan perencanaan

Apabila momen

Apabila momen  M  M uu  pada sebuah penampang diketahui kemudian  pada sebuah penampang diketahui kemudian

diperkirakan ukuran beton

diperkirakan ukuran beton bb dandan d.d. Selanjutnya mutu beton dan mutu bajaSelanjutnya mutu beton dan mutu baja

ditentukan, maka jumlah tulangan yang diperlukan dapat dihit ditentukan, maka jumlah tulangan yang diperlukan dapat dihit ung.ung.

Untuk menghitung ρ an dapat menggunakan rumus: Untuk menghitung ρ an dapat menggunakan rumus:









²²

=

=



 . .

φφ

 . .

 

 

 (1

 (1



0,588

0,588

 

 

 

 

′′



))

Tabel 2.2

Tabel 2.2 Tebal minimum penutup beton padaTebal minimum penutup beton pada

tulangan terluar tulangan terluar

Tabel 2.3

(15)

Pada persamaan ini pada ruas kanan hanya bergantung pada mutu beton dan Pada persamaan ini pada ruas kanan hanya bergantung pada mutu beton dan

mutu baja serta jumlah tulangan. Akan tetapi karena mutu beton dan baja telah mutu baja serta jumlah tulangan. Akan tetapi karena mutu beton dan baja telah

dipilih maka ruas ini telah bernilai tertentu. Jadi yang tidak diketahui hanyalah dipilih maka ruas ini telah bernilai tertentu. Jadi yang tidak diketahui hanyalah

 jumlah tulangan ρ. Kemudian diselesaikan dengan rumu

 jumlah tulangan ρ. Kemudian diselesaikan dengan rumus abc.s abc.

A.

A. Distribusi gaya-gaya dalam pelat dua arahDistribusi gaya-gaya dalam pelat dua arah

Seperti pada pelat satu arah

Seperti pada pelat satu arah yang menerus, pemakaian tabel ini dibatasiyang menerus, pemakaian tabel ini dibatasi

 beberapa syarat:  beberapa syarat:

 Beban terbagi rata.Beban terbagi rata.

 Perbedaan yang terbatas antara besarnya beban maksimum danPerbedaan yang terbatas antara besarnya beban maksimum dan minimum

minimum pada pada panel panel (lekukan) (lekukan) dipelat: dipelat: WW u min u min ≥ 0,4 w≥ 0,4 wu maksu maks

 Perbedaan yang terbatas antara beban maksimal pada panel Perbedaan yang terbatas antara beban maksimal pada panel yangyang  berbeda-beda:

 berbeda-beda:

•• WW u min u minterkecilterkecil ≥≥ 0,8 w 0,8 wu maksu maksterbesar terbesar 

•• 0,5 W0,5 W u lantai u lantaillxx

•• 0,5 W0,5 W u lantai u lantaillxx

 Perbedaan yang terbatas pada panjang bentang yaitu, bentang terpendekPerbedaan yang terbatas pada panjang bentang yaitu, bentang terpendek ≥ 0,8

≥ 0,8 x x bentang terpanjang. bentang terpanjang.

B.

B. Langkah-langkah Perhitungan Tulangan Pelat 2 ArahLangkah-langkah Perhitungan Tulangan Pelat 2 Arah

1.

1. Menentukan beban pelat.Menentukan beban pelat.

Setelah menentukan syarat-syarat batas, bentang dan tebal pelat Setelah menentukan syarat-syarat batas, bentang dan tebal pelat

kemudian beban-beban dihitung. Untuk pelat yang sederhana berlaku rumus: kemudian beban-beban dihitung. Untuk pelat yang sederhana berlaku rumus:

W U U  = 1,2 W  = 1,2 W  D D + 1,6 W  + 1,6 W  L L ket :ket : W W U U  = = beban beban ultimite ultimite

W  D D = = beban mati beban mati

(16)

2.

2. Menentukan momen pelat dua arah.Menentukan momen pelat dua arah.

Dalam menentukan momen pada pelat dua arah adalah sebagai berikut : Dalam menentukan momen pada pelat dua arah adalah sebagai berikut :

 Hitung Wu lxHitung Wu lx22

 Hitung ly/lx, liat tabel metode Amplop nilai koefisien perbandinganHitung ly/lx, liat tabel metode Amplop nilai koefisien perbandingan  bentang terpanjang dengan b

 bentang terpanjang dengan bentang terpendekentang terpendek

 Hitung Mu = (koef tabel metode amplop berdasarkan ly/lx) . (Wu lxHitung Mu = (koef tabel metode amplop berdasarkan ly/lx) . (Wu lx22)) 3.

3. Menentukan rasio tulangan di momen berdasarkan arah x dan arah y.Menentukan rasio tulangan di momen berdasarkan arah x dan arah y.

 Pada arah x :Pada arah x : Mu/bd 

Mu/bd 22 =  = (momen arah (momen arah x) x) (b.d (b.d 22 arah x) arah x)

 Pada arah y :Pada arah y : Mu/bd 

Mu/bd 22 =  = (momen arah (momen arah y) y) (b.d (b.d 22 arah y) arah y)

2 2 bd  bd   Mu  Mu  =  = φφ . . ρ  ρ  . .  fy fy [1- [1- 0,5880,588 ρ  ρ .. cc  f   f   fy  fy '' ]] 2 2 bd  bd   Mu  Mu = (

= (φφ . . ρ  ρ  . .  fy fy) - () - (φφ . . ρ  ρ  . .  fy fy . 0.588 . 0.588 ρ ρ.. cc  f   f   fy  fy '' )) 

 Kemudian gunakan rumus ABCKemudian gunakan rumus ABC

a a ac ac b b b b 2 2 4 4 2 2 ,, 1 1 ,, 2 2

±

±

=

=

 ρ   ρ  a a ac ac b b b b 2 2 4 4 1 1 ,, 2 2

+

+

=

=

 ρ   ρ  a a ac ac b b b b 2 2 4 4 2 2 ,, 2 2

=

=

 ρ   ρ  Dari persamaan

Dari persamaan ρ ρ1 dan1 dan ρ ρ2 2 ambil nilai yambil nilai yang terkecil dan ang terkecil dan gunakangunakan sebagai

sebagai ρ ρ analisa analisa

4.

4. Luas tulanganLuas tulangan A

Ass total = total = ρ ρ . b . d . b . d

Pada arah x : Pada arah x :

A

Ass total = ( ρ total = ( ρ arah arah x) x) (b.d (b.d 22 arah x) arah x)

Pada arah y : Pada arah y :

A

Ass total = ( ρ total = ( ρ arah yarah y) ) (b.d (b.d 22 arah y arah y

c

c b b aa

Jika

Jika ρ ρ anl < ρmin maka ρ pakai ρ minanl < ρmin maka ρ pakai ρ min

Jika

(17)

ANALISIS PELAT

ANALISIS PELAT

4.1

4.1 DATA DATA UMUMUMUM

Dalam Perhitungan analisis ini dilampirkan beberapa data umum dalam Dalam Perhitungan analisis ini dilampirkan beberapa data umum dalam

 perencanaan antara lain :  perencanaan antara lain :

o

o Bangunan Bangunan = = 4 4 lantailantai

o

o Fungsi bangunan Fungsi bangunan = = Rumah Rumah tokotoko

o

o Mutu beton ( f’cMutu beton ( f’c) ) = = 25 25 MpaMpa

o

o Mutu baja ( fyMutu baja ( fy) ) = = 240 240 MpaMpa

o

o Struktur bangunan Struktur bangunan = = Struktur Struktur beton beton bertulangbertulang

o

o Plafon+penggantung Plafon+penggantung = = gypsum gypsum board+rangka board+rangka hollowhollow

o

(18)

   5    5 . .    0    0    0    0    5    5 . .    0    0    0    0    5    5 . .    0    0    0    0 5 5..0000 55..0000 55..0000    5    5 . .    0    0    0    0 V V O O II D D V V O O II D D V V O O II D D A A    1    1 . .    5    5    0    0 1.25 1.25 B B CC D D EE FF G G HH II JJ KK LL M M  N N OO 1.2 1.255 1.21.255 4.2

4.2 ANALISA ANALISA PELATPELAT

4.2.1

4.2.1 Analisa Analisa Tebal Tebal Pelat Pelat LantaiLantai

Syarat-syarat batas (h min < h

Syarat-syarat batas (h min < h ≤ h max)≤ h max) berdasarkan syarat lendutan berdasarkan syarat lendutan

Data-data yang digunakan adalah: Data-data yang digunakan adalah:

Mutu beton

Mutu beton f ’c = f ’c = 25 Mpa 25 Mpa

Mutu Baja

Mutu Baja f ‘ y = f ‘ y = 240 Mpa240 Mpa

a.

a. Tinjau daerah HTinjau daerah H

h min h min ≥≥  β   β  9 9 36 36 1500 1500 8 8 ,, 0 0

+

+

+

+

fyfy x ln x ln ln = 5000 – 250 = ln = 5000 – 250 = 4750 mm.4750 mm. 250 250 5000 5000 250 250 5000 5000

=

=

 β   β  = = 1,0001,000 h min h min ≥≥ )) 000 000 ,, 1 1 9 9 (( 36 36 1500 1500 240 240 8 8 ,, 0 0  x  x

+

+

+

+

x 4750 x 4750 h min h min ≥≥ 101.333 mm. 101.333 mm.  b.

 b. Mencari hMencari h maximummaximum (h max)(h max)

h max h max ≤≤ 36 36 1500 1500 8 8 ,, 0 0

+

+

fyfy x ln x ln h max h max ≤≤ 36 36 1500 1500 240 240 8 8 ,, 0 0

+

+

x 4750 x 4750 h h maxmax ≤ 12≤ 126,667 mm.6,667 mm. Gambar 4.1

(19)

126 126 1250 1250 250 250 254 254 380 380 bw = 250mm bw = 250mm be = 1250 mm be = 1250 mm 126 126 1250 1250 250 250 254 254 380 380 (1) (1) (2) (2) 500 500 63 63 253 253

Asumsi tebal plat yang diambil adalah 126 mm (syarat SNI dengan tebal Asumsi tebal plat yang diambil adalah 126 mm (syarat SNI dengan tebal

 pelat minimum 120 mm sehingg

 pelat minimum 120 mm sehingga aman).a aman).

c.

c. Penentuan lebar mamfaatPenentuan lebar mamfaat

 be = ¼

 be = ¼ x x lebar bentang yang ditujulebar bentang yang dituju

 be = ¼

 be = ¼ x x 5000 mm = 1250 5000 mm = 1250 mmmm

Dengan cara lain be didapat Dengan cara lain be didapat

 be = bw + (16 x tebal bentang y

 be = bw + (16 x tebal bentang yang dituju)ang dituju) ,,

 be = 250 mm + (16 x 1

 be = 250 mm + (16 x 126 mm) = 2266mm26 mm) = 2266mm

maka diambil be yang terkecil maka diambil be yang terkecil

 be = 1250 mm.  be = 1250 mm.

d.

d. Penentuan titik pusat beratPenentuan titik pusat berat

A A(1)(1) = 1250 mm x  = 1250 mm x 126 mm = 157500 mm126 mm = 157500 mm22.. A A(2)(2)= = 250 250 mm mm x x 254 254 mm mm = = 63500 63500 mmmm22.. A A (total)(total) = 157500 mm = 157500 mm22 + 63500 mm + 63500 mm22 = 221000 mm = 221000 mm22 X

X = = 1250 1250 / / 2 2 ---karena simetriskarena simetris X = 625 mm. X = 625 mm. Y = Y = A total A total Y2) Y2) x x (A2 (A2 Y1) Y1) x x A1 A1 ((

+

+

Y = Y = 221000 221000 253) 253) x x (63500 (63500 63) 63) x x 157500 157500 ((

+

+

Y = 117,593 mm Y = 117,593 mm Gambar 4.2

Gambar 4.2 lebar mamfaatlebar mamfaat

 pada balok T  pada balok T

Gambar 4.3

Gambar 4.3 Titik pusat beratTitik pusat berat  pada balok T  pada balok T

(20)

120 120 1250 1250 250 250 260 260 380 380 Y = 117,593 mm Y = 117,593 mm X = 625 mm X = 625 mm 625 625 e.

e. Momen Inersia terhadap sumbu XMomen Inersia terhadap sumbu X

II b1 b1= = {{ 12 12 1 1 (1250x126 (1250x12633) + ) + 157500(117,157500(117,593-63)593-63)22}} +{ +{ 12 12 1 1 (250x254 (250x25433) + ) + 63500(254-1163500(254-117,593)7,593)22}} II b1 b1= 2.183.458.015 mm= 2.183.458.015 mm44 II b1 b1= = II b2 b2= = 2.183.458.012.183.458.015 5 mmmm44 IIs1s1== 12 12 1 1  (5000 x (254)  (5000 x (254)33= 6.827.943.333 mm= 6.827.943.333 mm44 IIs2s2== 12 12 1 1  (5000 x (254)  (5000 x (254)33= 6.827.943.333 mm= 6.827.943.333 mm44 Ecb = Ecs Ecb = Ecs  jadi :

 jadi : Maka :Maka :

320 320 ,, 0 0 333 333 6.827.943. 6.827.943. 015 015 2.183.458. 2.183.458. 1 1 1 1 1 1

=

=

=

=

=

=

 Is  Is  Ib  Ib α  α 

( (

11 22

))

2 2 1 1 α  α  α  α  α  α mm

=

=

+

+

320 320 ,, 0 0 333 333 6.827.943. 6.827.943. 015 015 2.183.458. 2.183.458. 2 2 2 2 2 2

=

=

=

=

=

=

 Is  Is  Ib  Ib α  α 

( (

00,,320320 00,,320320

))

2 2 1 1

+

+

=

=

m m α  α  α αm = 0,320m = 0,320 f.

f. Kontrol tebal pelat yang diambilKontrol tebal pelat yang diambil

h h ≥≥















 

 

 

 



 

 

 

 

+

+

+

+

+

+

1 1 1 1 0,12 0,12 --.m .m 5. 5. 36 36 1500 1500 fy fy 0,8 0,8  β   β  α  α   β   β 

( ( ))

lnln h h ≥≥















 

 

 

 



 

 

 

 

+

+

+

+

+

+

000 000 ,, 1 1 1 1 1 1 0.12 0.12 --0,320 0,320 000 000 ,, 1 1 .. 5 5 36 36 1500 1500 240 240 0,8 0,8

( (

47504750

))

h h ≥≥ 125,273 mm125,273 mm Syarat Syarat = = 101.333 101.333 mmmm ≤ h ≤ 126,667≤ h ≤ 126,667 mm mm Gambar 4.4

Gambar 4.4 Momen inersiaMomen inersia  pada balok T  pada balok T

(21)

Maka dari hasil di atas diambil tebal pelat lantai dan diambil tebal plat atap Maka dari hasil di atas diambil tebal pelat lantai dan diambil tebal plat atap

 untuk tebal plat lantai diambil = 126 mm. untuk tebal plat lantai diambil = 126 mm.

 untuk  untuk tebal plat atap tebal plat atap diambil diambil = 110 = 110 mm.mm. 4.2.2

4.2.2 Perhitungan Perhitungan Pembebanan Pembebanan PelatPelat

4.2.2.a Data 4.2.2.a Data

1. Pada pelat atap : 1. Pada pelat atap :

-

- Tebal Tebal pelat pelat atap atap = = 0,110 0,110 mm

-

- Tebal Tebal finishing finishing = = 0,030 0,030 mm

-

- Tebal Tebal volume volume hujan hujan = = 0,030 0,030 mm

-

- Berat/volume Berat/volume beton beton bertulang bertulang = = 2400 2400 kg/m³kg/m³

-

- Berat/volume Berat/volume beton beton = = 2100 2100 kg/m³kg/m³

-

- Berat Berat /volume /volume air air hujan hujan = = 1000 1000 kg/m³kg/m³

-

- Berat Berat beban beban bergerak bergerak lantai lantai atap atap = = 100 100 kg/m²kg/m²

-

- Berat Berat plafond+penggantung plafond+penggantung = = 18 18 kg/m²kg/m²

2. Pada pelat lantai : 2. Pada pelat lantai :

-

- Tebal Tebal pelat pelat lantai lantai = = 0,126 0,126 mm

-

- Tebal Tebal finishing finishing = = 0,030 0,030 mm

-

- Berat/volume Berat/volume beton beton bertulang bertulang = = 2400 2400 kg/m³kg/m³

-

- Berat/volume Berat/volume beton beton = = 2100 2100 kg/m³kg/m³

-

- Berat Berat beban beban bergerak bergerak lantai lantai 2 2 dan dan 3 3 = 250 = 250 kg/m²kg/m²

-

- Berat Berat keramik keramik = = 60 60 kg/m²kg/m²

-

(22)

110 110 78 78 8686 p p Ø D Ø D h h 4.2.2.b P

4.2.2.b Pembebanan Pelat Aembebanan Pelat Ataptap

1. Beban Mati ( WD ) 1. Beban Mati ( WD )

- Berat sendiri

- Berat sendiri pelat pelat (0,110 x (0,110 x 2400 Kg2400 Kg/m/m33) ) = = 264 264 Kg/mKg/m22

- Berat lapisan kedap air (

- Berat lapisan kedap air ( 2 x 21 Kg/m2 x 21 Kg/m22) ) = = 42 42 Kg/mKg/m22

- Berat Plafon + penggantung = (11 + 7) kg/m

- Berat Plafon + penggantung = (11 + 7) kg/m22 = = 18 18 Kg/mKg/m

2.

2. Beban Beban Hidup Hidup ( ( WL WL ))

2 2  +  + 324 324 Kg/mKg/m22 -

- Beban Beban atap atap menurut menurut SNI SNI (sesuai (sesuai kegunaan kegunaan bangunan) bangunan) = 100 = 100 kg/mkg/m22

- Berat air hujan 30 mm( 0,03 x1000 kg/m

- Berat air hujan 30 mm( 0,03 x1000 kg/m33) ) = = 30 30 Kg/mKg/m

4.2.2.c Pembebanan Pelat Lantai 3 dan 2 4.2.2.c Pembebanan Pelat Lantai 3 dan 2

2 2  +  + 130 Kg/m 130 Kg/m22 1. Beban Mati ( WD ) 1. Beban Mati ( WD ) -

- Berat Berat sendiri sendiri plat plat t t = = 126 126 mm mm ( ( 0,126x 0,126x 2400 2400 ) ) = = 302.4 Kg/m302.4 Kg/m22

-

- Berat Berat finishing finishing plat plat 30mm 30mm ( ( 0,030 0,030 x x 2100 2100 ) ) = = 63 63 Kg/mKg/m22

-

- Berat Berat keramik keramik = = 60 60 Kg/mKg/m22

- Berat Plafon + penggantung = (11 + 7) kg/m

- Berat Plafon + penggantung = (11 + 7) kg/m22   = = 18 18 Kg/mKg/m

2.

2. Beban Beban Hidup Hidup ( ( WL WL ))

2 2 + + 443.4 Kg/m 443.4 Kg/m22 -

- Beban Beban lantai lantai menurut menurut SNI SNI (sesuai (sesuai kegunaan kegunaan bangunan) bangunan) = = 250 250 kg/mkg/m22

4.5.1.a Perencanaan Tulangan Pelat Lantai atap 4.5.1.a Perencanaan Tulangan Pelat Lantai atap

A.

A. Pembebanan Pembebanan Pelat LanPelat Lantai Ataptai Atap

Data Data

Beban Beban Mati Mati = = 324 324 kg/mkg/m22..

;;  Tebal Tebal Pelat Pelat = = 110 110 mm mm = = 0,110m0,110m

Gambar 4.9

(23)

 Beban Hidup = 130 kg/m Beban Hidup = 130 kg/m22.. Direncanakan

Direncanakan

 Selimut Selimut Beton Beton : : P P = = 20 20 mm mm = = 0,020m0,020m ::  Diameter Tulangan : Diameter Tulangan : ∅∅ D  D = 8 mm = 8 mm = 0,008m= 0,008m

(lihat Tabel 3 pada buku Gideon Kusuma halaman 44) (lihat Tabel 3 pada buku Gideon Kusuma halaman 44)

 Syarat Syarat – – syarat Bsyarat Bentang entang : : ly ly = B= Bentang entang terpanjang.terpanjang. lx

lx = = Bentang Bentang terpendek.terpendek.

 Tinggi Efektif ; Tinggi Efektif ; dx = h – P – ½ dx = h – P – ½ ∅∅ Dx. Dx. = 110 – = 110 – 20 – 4 20 – 4 = = 86 mm = 0,86 mm = 0,086m. (arah X)086m. (arah X) dy = h – P – dy = h – P – ∅∅ Dx – ½ Dx – ½ ∅∅ Dy. Dy. = 110 = 110 – 20 – 20 – 8 – 8 – 4 – 4 = = 78 mm = 78 mm = 0,078m. (arah 0,078m. (arah Y)Y) B.

B. Perhitungan Perhitungan Tulangan Tulangan Pelat AtapPelat Atap

1.

1. Kasus 1 Pelat 1 arahKasus 1 Pelat 1 arah

  Wu Wu = = 1,2 1,2 WD WD + + 1,6 1,6 WL.WL. = = 1,2 (321,2 (324) + 4) + 1,6 (1301,6 (130)) = = 596,80 596,80 kg/mkg/m22 = = 0,5968 0,5968 ton/mton/m22   Mu Mu = = 1/8 1/8 Wu Wu lxlx22 = 1/8 (0,5968 ton/m = 1/8 (0,5968 ton/m22) . (1,5) . (1,5 m)m)22 = 0,168 ton m = 0,168 ton m

(24)

   5    5   0 . .    0   0    0    5    5   0 . .    0   0    0    5    5   0 . .    0   0    0 5 5..0000 55..0000 55..0000    5    5   0 . .    0   0    0 V V O O II D D V V O O II D D V V O O II D D    1    1   5 . .    5   0    0 1 1..2255 11..2255 11..2255 Kasus 3 Kasus 3 Pelat 2 Pelat 2 arah arah Kasus 3 Kasus 3 Pelat 2 Pelat 2 arah arah Kasus 4 Kasus 4 Pelat 2 Pelat 2 arah arah Kasus 5 Kasus 5 Pelat 2 Pelat 2 arah arah Kasus 2 Kasus 2 Pelat 2 Pelat 2 arah arah Kasus 5 Kasus 5 Pelat 2 Pelat 2 arah arah Kasus 1 Kasus 1 Pelat 1 arah Pelat 1 arah Kasus 5 Kasus 5 Pelat 2 Pelat 2 arah arah Kasus 2 Kasus 2 Pelat 2 Pelat 2 arah arah Kasus 5 Kasus 5 Pelat 2 Pelat 2 arah arah Kasus 5 Kasus 5 Pelat 2 Pelat 2 arah arah Kasus 2 Kasus 2 Pelat 2 Pelat 2 arah arah Kasus 5 Kasus 5 Pelat 2 Pelat 2 arah arah Kasus 1 Kasus 1 Pelat 1 arah Pelat 1 arah Kasus 1 Kasus 1 Pelat 1 arah Pelat 1 arah 

 Rasio Tulangan ( Rasio Tulangan ( ρρ ) : ) :  ρ 

 ρ minmin = = 0,0025 0,0025 (Koefisien CUR (Koefisien CUR pelat).pelat).

 ρ   ρ maxmax = 0,75= 0,75













+

+

fyfy  fy  fy c c  xf   xf  600 600 600 600 .. 1 1 .. '' 85 85 ,, 0 0  β   β  = 0,75 = 0,75









+

+

240240 600 600 600 600 .. 85 85 ,, 0 0 .. 240 240 25 25 85 85 ,, 0 0 xx = 0,75 = 0,75

[ [

00,,08850885 x x00,,8585xx00..71427142

]]

= 0,04298 = 0,04298  ρ 

 ρ minmin << ρ  ρ analisaanalisa < ρ < ρ maxmax Dimana :Dimana : φφ =8,5 =8,5

Gambar 4.10

Gambar 4.10 Analisis tulangan atapAnalisis tulangan atap  berdasarkan kasus  berdasarkan kasus

Jika ρ anl < ρmin maka ρ pakai ρ min Jika ρ anl < ρmin maka ρ pakai ρ min

Jika ρ anl > ρmaks maka ρ pakai ρ maks Jika ρ anl > ρmaks maka ρ pakai ρ maks

(25)

 ρ   ρ anlanl == 22 bd  bd   Mu  Mu  =  = φφ . . ρ  ρ  . .  fy fy [1- [1- 0,5880,588 ρ  ρ .. c c  f   f   fy  fy '' ]] 2 2 bd  bd   Mu  Mu = (

= (φφ . . ρ  ρ  . .  fy fy) - () - (φφ . . ρ  ρ  . .  fy fy . 0.588 . 0.588 ρ ρ.. c c  f   f   fy  fy '' )) .) .) 2500 2500 24000 24000 .. .. 588 588 ,, 0 0 .. 24000 24000 .. .. 85 85 ,, 0 0 (( )) 24000 24000 .. .. 85 85 ,, 0 0 (( )) 078 078 ,, 0 0 .( .( 1 1 168 168 ,, 0 0 2 2 ==  ρ  ρ  −−  ρ  ρ  ρ ρ  27,613 27,613 = = 2040020400 ρ ρ – 115153,92 – 115153,92 ρ ρ22 115153,92 115153,92 ρ ρ22 –  – 2040020400 ρ ρ = = 27,615 27,615

Kemudian gunakan rumus ABC Kemudian gunakan rumus ABC

a a ac ac b b b b 2 2 4 4 2 2 ,, 1 1 2 2

±

±

=

=

 ρ   ρ  92 92 ,, 115153 115153 2 2 92 92 ,, 115153 115153 613 613 ,, 27 27 4 4 20400 20400 )) 20400 20400 (( 2 2 ,, 1 1 2 2  x  x  x  x  x  x

±

±

=

=

 ρ   ρ  92 92 ,, 115153 115153 2 2 119 119 ,, 20086 20086 20400 20400 2 2 ,, 1 1  x  x

±

±

=

=

 ρ   ρ  92 92 ,, 115153 115153 2 2 119 119 ,, 20086 20086 20400 20400 1 1  x  x

+

+

=

=

 ρ   ρ  92 92 ,, 115153 115153 2 2 119 119 ,, 20086 20086 20400 20400 2 2  x  x

=

=

 ρ   ρ  1758 1758 ,, 0 0 1 1

=

=

 ρ   ρ   ρ  ρ 22

 =

 =

00,,00140014

Kemudian ambil nilai terkecil dari

Kemudian ambil nilai terkecil dari ρ ρ1 atau1 atau ρ ρ2, yaitu nilai2, yaitu nilai ρ ρ2 yaitu2 yaitu

0,0014. Tetapi karena nilai

0,0014. Tetapi karena nilai ρ  ρ analisaanalisa << ρ  ρ minmin maka dipakai maka dipakai ρ  ρ minmin==

0,0025 0,0025

 A Ass total = total = ρ ρ . b . dy . b . dy

= 0,0025 . (1m) . (0,078m) = 0,0025 . (1m) . (0,078m) = 2,75 x 10 = 2,75 x 10-4-4 m m22 = 275 mm = 275 mm22

Maka tulangan yang dipakai adalah Ø8 – 160mm Maka tulangan yang dipakai adalah Ø8 – 160mm

a

(26)

Perhitungan momen serta tulangan dilanjutkan dalam bentuk tabel Perhitungan momen serta tulangan dilanjutkan dalam bentuk tabel

Mu Mu/bd 

Mu Mu/bd 22  ρ ρanlanl  ρ ρ min min As As (mm(mm22) ) TulanganTulangan Tumpuan Tumpuan dan lapangan dan lapangan ⅛ Wu L⅛ Wu Lx² x² 0,168 0,168 27,29 27,29 0,0014 0,0014 0,0025 0,0025 275 275 Ø8-160Ø8-160 Jepit Jepit 1/241/24 WuWu Lx² Lx² 0,168 0,168 27,29 27,29 0,0014 0,0014 0,0025 0,0025 275 275 Ø8-160Ø8-160

Perhitungan tulangan pembagi Perhitungan tulangan pembagi

Berdasarkan SK SNI T-511991-03 pasal 3.16.6, jarak maksimum Berdasarkan SK SNI T-511991-03 pasal 3.16.6, jarak maksimum

antara

antara tulangan tulangan baja baja adalah adalah = = 3.(h) 3.(h) atau atau 500mm500mm

Maka jarak tulangan pembagi = (3) . (110mm) Maka jarak tulangan pembagi = (3) . (110mm)

= 330 mm

= 330 mm ≈ 250mm≈ 250mm

Penulis menggunakan tulangan pembagi = Ø8 – 250mm Penulis menggunakan tulangan pembagi = Ø8 – 250mm

2.

2. Perhitungan Kasus 2 Skema II Pelat 2 ArahPerhitungan Kasus 2 Skema II Pelat 2 Arah

  Wu lxWu lx22 = 0,5968 T/m= 0,5968 T/m22 . (5m) . (5m)22 = 14,92 T = 14,92 T   ly/lx = ly/lx = 5,000m/5,000m5,000m/5,000m = 1,000 = 1,000 

 Mu Mu = = (koef (koef tabel tabel metode metode amplop amplop berdasarkan berdasarkan ly/lx) ly/lx) . . (Wu (Wu lxlx22)) Mlx

Mlx = = 0,025 0,025 x x 14,92 14,92 = = 0,37 0,37 T T mm

Mly

Mly = = 0,025 0,025 x x 14,92 14,92 = = 0,37 0,37 T T mm

 Mu/bd Mu/bd 22 = (momen  = (momen arah x atau yarah x atau y) ) (b.d (b.d 22 arah x atau y) arah x atau y) Mu/bd 

Mu/bd 22 = (Mlx) / (b . dx = (Mlx) / (b . dx22) ) = (0,37) = (0,37) / (1. / (1. 0,0860,08622) = 50,43 T/m) = 50,43 T/m22

Mu/bd 

Mu/bd 22 = (Mly) / (b . dy = (Mly) / (b . dy22) ) = (0,37) = (0,37) / (1. / (1. 0,0780,07822) = 61,31 T/m) = 61,31 T/m22 Tabel 4.2

(27)

 Rasi tulangan di momen MlxRasi tulangan di momen Mlx  ρ   ρ anlanl == 22 bd  bd   Mu  Mu  =  = φφ . . ρ  ρ  . .  fy fy [1- [1- 0,5880,588 ρ  ρ .. c c  f   f   fy  fy '' ]] 2 2 bd  bd   Mu  Mu = (

= (φφ . . ρ  ρ  . .  fy fy) - () - (φφ . . ρ  ρ  . .  fy fy . 0.588 . 0.588 ρ ρ.. c c  f   f   fy  fy '' )) .) .) 2500 2500 24000 24000 .. .. 588 588 ,, 0 0 .. 24000 24000 .. .. 85 85 ,, 0 0 (( )) 24000 24000 .. .. 85 85 ,, 0 0 (( )) 086 086 ,, 0 0 .( .( 1 1 37 37 ,, 0 0 2 2 ==  ρ  ρ  −−  ρ  ρ  ρ ρ  50,43 = 20400 50,43 = 20400 ρ ρ – 115153,92 – 115153,92  ρ ρ22 115153,92 115153,92 ρ ρ22 –  – 2040020400 ρ ρ = = 50,43 50,43

Kemudian gunakan rumus ABC Kemudian gunakan rumus ABC

a a ac ac b b b b 2 2 4 4 2 2 ,, 1 1 ,, 2 2

±

±

=

=

 ρ   ρ  92 92 ,, 115153 115153 2 2 92 92 ,, 115153 115153 43 43 ,, 50 50 4 4 20400 20400 20400 20400 2 2 ,, 1 1 ,, 2 2  x  x  x  x  x  x

±

±

=

=

 ρ   ρ  92 92 ,, 115153 115153 2 2 461 461 ,, 19822 19822 20400 20400 2 2 ,, 1 1  x  x

±

±

=

=

 ρ   ρ  92 92 ,, 115153 115153 2 2 461 461 ,, 19822 19822 20400 20400 1 1  x  x

+

+

=

=

 ρ   ρ  92 92 ,, 115153 115153 2 2 461 461 ,, 19822 19822 20400 20400 2 2  x  x

=

=

 ρ   ρ  1746 1746 ,, 0 0 1 1

=

=

 ρ   ρ   ρ  ρ 22

 =

 =

00,,00250025

Kemudian ambil nilai terkecil dari

Kemudian ambil nilai terkecil dari ρ ρ1 atau1 atau ρ ρ2, yaitu nilai2, yaitu nilai ρ ρ2 yaitu2 yaitu

0,0025. Tetapi karena nilai

0,0025. Tetapi karena nilai ρ  ρ analisaanalisa == ρ  ρ minmin maka dipakai maka dipakai ρ  ρ anlanl= 0,0025= 0,0025

  AAss total = total = ρ ρ . b . d . b . d = 0,0025 . (1m) . (0,086m) = 0,0025 . (1m) . (0,086m) = 2,16 x 10 = 2,16 x 10-4-4 m m22 = 216 mm = 216 mm22

Maka tulangan yang dipakai adalah Ø8 – 200mm Maka tulangan yang dipakai adalah Ø8 – 200mm

a

(28)

 Perhitungan momen momen serta tulangan dilanjutkan dalam tabelPerhitungan momen momen serta tulangan dilanjutkan dalam tabel

m

m koef koef Mu Mu Mu/bd Mu/bd 22  ρ ρ anlanl  ρ ρmin min As As (mm(mm22) Tulangan) Tulangan

Hasil analisis tulangan akhir pada kasus 2 skema Hasil analisis tulangan akhir pada kasus 2 skema IIII

mlx mlx 0,025 0,025 0,373 0,373 50,433 50,433 0,0025 0,0025 0,0025 0,0025 216 216 Ø8-160Ø8-160 mly mly 0,025 0,025 0,373 0,373 61,318 61,318 0,0031 0,0031 0,0025 0,0025 239 239 Ø8-160Ø8-160 mtx mtx 0,051 0,051 0,761 0,761 102,883 102,883 0,0052 0,0052 0,0025 0,0025 447 447 Ø8-80Ø8-80 mty mty 0,051 0,051 0,761 0,761 125,079 125,079 0,0064 0,0064 0,0025 0,0025 496 496 Ø8-80Ø8-80

Hasil analisis tulangan akhir pada kasus 3 skem Hasil analisis tulangan akhir pada kasus 3 skema IIIa III

mlx mlx 0,0465 0,0465 0,390 0,390 52,765 52,765 0,0027 0,0027 0,0025 0,0025 226 226 Ø8-160Ø8-160 mly mly 0,025 0,025 0,210 0,210 34,486 34,486 0,0017 0,0017 0,0025 0,0025 195 195 Ø8-160Ø8-160 mtx mtx 0,0905 0,0905 0,760 0,760 102,694 0,0052 102,694 0,0052 0,0025 0,0025 446 446 Ø8-80Ø8-80 mty mty 0,0755 0,0755 0,634 0,634 104,148 0,0053 104,148 0,0053 0,0025 0,0025 410 410 Ø8-80Ø8-80 mtix mtix 0,0225 0,0225 0,195 0,195 26,383 26,383 0,0013 0,0013 0,0025 0,0025 215 215 Ø8-200Ø8-200 mtiy mtiy 0,0125 0,0125 0,105 0,105 17,243 17,243 0,0008 0,0008 0,0025 0,0025 195 195 Ø8-200Ø8-200

Hasil analisis tulangan akhir pada kasus 4 skema Va Hasil analisis tulangan akhir pada kasus 4 skema Va

mlx mlx 0,0515 0,0515 0,432 0,432 58,439 58,439 0,0029 0,0029 0,0025 0,0025 250 250 Ø8-200Ø8-200 mly mly 0,0355 0,0355 0,298 0,298 48,970 48,970 0,0024 0,0024 0,0025 0,0025 195 195 Ø8-240Ø8-240 mty mty 0,105 0,105 0,881 0,881 144,841 144,841 0,0074 0,0074 0,0025 0,0025 578 578 Ø8-80Ø8-80 mtix mtix 0,026 0,026 0,216 0,216 29,219 29,219 0,0014 0,0014 0,0025 0,0025 215 215 Ø8-240Ø8-240 mtiy mtiy 0,018 0,018 0,149 0,149 24,485 24,485 0,0012 0,0012 0,0025 0,0025 195 195 Ø8-240Ø8-240

Hasil analisis tulangan akhir pada kasus 5 skem

Hasil analisis tulangan akhir pada kasus 5 skema Viaa Via

mlx mlx 0,025 0,025 0,373 0,373 50,433 50,433 0,0025 0,0025 0,0025 0,0025 216 216 Ø8-160Ø8-160 mly mly 0,028 0,028 0,418 0,418 68,665 68,665 0,0034 0,0034 0,0025 0,0025 268 268 Ø8-160Ø8-160 mtx mtx 0,054 0,054 0,806 0,806 132,426 0,0067 132,426 0,0067 0,0025 0,0025 580 580 Ø8- Ø8- 8080 mty mty 0,060 0,060 0,895 0,895 147,140 0,0075 147,140 0,0075 0,0025 0,0025 588 588 Ø8- Ø8- 8080 mtix mtix 0,0125 0,0125 0,187 0,187 25,216 25,216 0,0012 0,0012 0,0025 0,0025 215 215 Ø8-200Ø8-200 Tabel 4.3

(29)

126 126 94 94102102 p p Ø D Ø D h h    5    5 . .    0    0    0    0    5    5 . .    0    0    0    0    5    5 . .    0    0    0    0 5 5..0000 55..0000 55..0000    5    5 . .    0    0    0    0 V V O O II D D V V O O II D D V V O O II D D    1    1 . .    5    5    0    0 1.25 1.25 1.21.255 1.21.255 Kasus 3 Kasus 3 Pelat 2 Pelat 2 arah arah Kasus 3 Kasus 3 Pelat 2 Pelat 2 arah arah Kasus 4 Kasus 4 Pelat 2 Pelat 2 arah arah Kasus 5 Kasus 5 Pelat 2 Pelat 2 arah arah Kasus 2 Kasus 2 Pelat 2 Pelat 2 arah arah Kasus 5 Kasus 5 Pelat 2 Pelat 2 arah arah Kasus 1 Kasus 1 Pelat 1 arah Pelat 1 arah Kasus 5 Kasus 5 Pelat 2 Pelat 2 arah arah Kasus 2 Kasus 2 Pelat 2 Pelat 2 arah arah Kasus 5 Kasus 5 Pelat 2 Pelat 2 arah arah Kasus 5 Kasus 5 Pelat 2 Pelat 2 arah arah Kasus 2 Kasus 2 Pelat 2 Pelat 2 arah arah Kasus 5 Kasus 5 Pelat 2 Pelat 2 arah arah Kasus 1 Kasus 1 Pelat 1 arah Pelat 1 arah Kasus 1 Kasus 1 Pelat 1 arah Pelat 1 arah 4.5.1.b P

4.5.1.b Perencanaan Tulangan Pelat Lantai erencanaan Tulangan Pelat Lantai 3 dan 23 dan 2

A.

A. Pembebanan Pembebanan Pelat Lantai 3 Pelat Lantai 3 dan 2dan 2

 Tebal Tebal Pelat Pelat = = 126 126 mm mm = = 0,126m0,126m

 Beban Beban Mati Mati = = 443,4 443,4 kg/mkg/m22..

 Beban Hidup = 250 kg/m Beban Hidup = 250 kg/m22..

 Tinggi Efektif ; Tinggi Efektif ; dx dx = = h h – – P P – – ½½ ∅∅ Dx. Dx. = 126 – = 126 – 20 – 4 20 – 4 = = 102 mm102 mm dy dy = = h h – – P P –– ∅∅ Dx – ½ Dx – ½ ∅∅ Dy. Dy. = 126 = 126 – 20 – 20 – 8 – 8 – 4 – 4 = = 94 mm94 mm B.

B. Perhitungan Perhitungan Tulangan Pelat LTulangan Pelat Lantai 3 antai 3 dan 2dan 2

1.

1. Kasus 1 Pelat 1 arahKasus 1 Pelat 1 arah

Perhitungan momen serta tulangan dilanjutkan dalam bentuk tabel Perhitungan momen serta tulangan dilanjutkan dalam bentuk tabel

Mu Mu/bd 

Mu Mu/bd 22  ρ ρ anlanl  ρ ρmin min As As (mm(mm22) ) TulanganTulangan Tumpuan & Tumpuan & Lapangan Lapangan ⅛ Wu Lx² ⅛ Wu Lx² 0,262 0,262 29,67 29,67 0,0015 0,0015 0,0025 0,0025 275 275 Ø8-120Ø8-120 Jepit Jepit 1/241/24 WuWu Lx² Lx² 0,262 0,262 29,67 29,67 0,0015 0,0015 0,0025 0,0025 275 275 Ø8-120Ø8-120 Gambar 4.11

Gambar 4.11 Potongan PelatPotongan Pelat Lantai 3

Lantai 3

Gambar 4.12

Gambar 4.12 Analisis tulangan lantai 3Analisis tulangan lantai 3  berdasarkan kasus

 berdasarkan kasus

Tabel 4.4

(30)

2.

2. Perhitungan Pelat 2 ArahPerhitungan Pelat 2 Arah

m

m koef koef Mu Mu Mu/bd Mu/bd 22  ρ ρanlanl  ρ ρmin min As As (mm(mm22) Tulangan) Tulangan

Hasil analisis tulangan akhir pada kasus 2 skem Hasil analisis tulangan akhir pada kasus 2 skema IIa II

mlx mlx 0,025 0,025 0,583 0,583 55,993 55,993 0,0028 0,0028 0,0025 0,0025 284 284 Ø8-120Ø8-120 mly mly 0,025 0,025 0,583 0,583 65,929 65,929 0,0033 0,0033 0,0025 0,0025 310 310 Ø8-120Ø8-120 mtx mtx 0,051 0,051 1,188 1,188 114,225 114,225 0,0058 0,0058 0,0025 0,0025 590 590 Ø8 Ø8 – – 6060 mty mty 0,051 0,051 1,188 1,188 134,495 134,495 0,0069 0,0069 0,0025 0,0025 645 645 Ø8 Ø8 - - 6060

Hasil analisis tulangan akhir pada kasus 3 skema Hasil analisis tulangan akhir pada kasus 3 skema IIIIII

mlx mlx 0,0465 0,0465 0,609 0,609 58,583 58,583 0,0029 0,0029 0,0025 0,0025 298 298 Ø8-120Ø8-120 mly mly 0,025 0,025 0,328 0,328 37,085 37,085 0,0018 0,0018 0,0025 0,0025 235 235 Ø8-120Ø8-120 mtx mtx 0,0905 0,0905 1,186 1,186 114,016 114,016 0,0058 0,0058 0,0025 0,0025 589 589 Ø8-60Ø8-60 mty mty 0,0755 0,0755 0,990 0,990 111,997 111,997 0,0057 0,0057 0,0025 0,0025 533 533 Ø8-60Ø8-60 mtix mtix 0,0225 0,0225 0,305 0,305 29,291 29,291 0,0014 0,0014 0,0025 0,0025 215 215 Ø8-180Ø8-180 mtiy mtiy 0,0125 0,0125 0,164 0,164 18,543 18,543 0,0009 0,0009 0,0025 0,0025 235 235 Ø8-180Ø8-180

Hasil analisis tulangan akhir pada kasus 4 s

Hasil analisis tulangan akhir pada kasus 4 skema Vakema Va

mlx mlx 0,0515 0,0515 0,675 0,675 64,882 64,882 0,0032 0,0032 0,0025 0,0025 330 330 Ø8-120Ø8-120 mly mly 0,0355 0,0355 0,465 0,465 52,661 52,661 0,0026 0,0026 0,0025 0,0025 235 235 Ø8-180Ø8-180 mty mty 0,105 0,105 1,376 1,376 155,758 155,758 0,0080 0,0080 0,0025 0,0025 752 752 Ø8-60Ø8-60 mtix mtix 0,026 0,026 0,338 0,338 32,441 32,441 0,0016 0,0016 0,0025 0,0025 255 255 Ø8-180Ø8-180 mtiy mtiy 0,018 0,018 0,233 0,233 26,330 26,330 0,0013 0,0013 0,0025 0,0025 235 235 Ø8-180Ø8-180

Hasil analisis tulangan akhir pada kasus 5 skema Hasil analisis tulangan akhir pada kasus 5 skema ViaVia

mlx mlx 0,025 0,025 0,583 0,583 55,993 55,993 0,0028 0,0028 0,0025 0,0025 284 284 Ø8-120Ø8-120 mly mly 0,028 0,028 0,652 0,652 73,841 73,841 0,0037 0,0037 0,0025 0,0025 347 347 Ø8-120Ø8-120 mtx mtx 0,054 0,054 1,258 1,258 142,407 142,407 0,0073 0,0073 0,0025 0,0025 743 743 Ø8- Ø8- 6060 mty mty 0,060 0,060 1,398 1,398 158,230 158,230 0,0081 0,0081 0,0025 0,0025 764 764 Ø8- Ø8- 6060 mtix mtix 0,0125 0,0125 0,291 0,291 27,996 27,996 0,0014 0,0014 0,0025 0,0025 255 255 Ø8-180Ø8-180 Tabel 4.5

(31)
(32)
(33)
(34)

km/wc km/wc +0.05 +0.05 +0.10 +0.10    5    5 . .    0    0    0    0    5    5 . .    0    0    0    0    5    5 . .    0    0    0    0 1 1..5500 33..5500 33..5500 11..5500 11..5500 33..5500 15.00 15.00    2    2 . .    5    5    0    0    2    2 . .    5    5    0    0 5 5..0000 55..0000 55..0000 15.00 15.00    2    2    0    0 . .    0    0    0    0    1    1 . .    2    2    5    5  A  A AA B B B B km/wc km/wc +0.05 +0.05 km/wc km/wc +0.05 +0.05 U Upp UUpp UUpp + +00..1100 ++00..1100 PLAN

PLAN 1 ST FLOOR PLAN1 ST FLOOR PLAN C O N S U L T A N T C O N S U L T A N T  ARCHITECT  ARCHITECT CONTRUCTION CONTRUCTION STRUCTURE STRUCTURE OWNER OWNER

SEPTIA EDI PRATAMA SEPTIA EDI PRATAMA

1:100 1:100 PROJECT ADDRESS PROJECT ADDRESS DUTA PRATAMA DUTA PRATAMA P R O J E C T P R O J E C T Perencana & Perancang Perencana & Perancang

N

NOOTTEE TTIITTLLEE SSUUBBTTIITTLLEE SSCCAALLEE TTIITTLLEE NANAMMEE AAPPPPRR

HOME STORE HOME STORE DATE OF COMPLETION DATE OF COMPLETION CHAPTER CHAPTER SHEET NUMBER SHEET NUMBER 1 1 1 1 --DATE OF DATE OF REVISION REVISION

SEPTIA EDI PRATAMA SEPTIA EDI PRATAMA

09 - 01 - 2013 09 - 01 - 2013 9 - 02 - 2012

9 - 02 - 2012

SEPTIA EDI PRATAMA SEPTIA EDI PRATAMA SEPTIA EDI PRATAMA SEPTIA EDI PRATAMA

LAMPIRAN LAMPIRAN

Gambar

Gambar 2.5 Diagram alir untuk menghitung tulangan pada pelat Diagram alir untuk menghitung tulangan pada pelat 1 arah dan 2 arah
Tabel ini menunjukkan momen lentur yang bekerja pada jalur selebar 1Tabel ini menunjukkan momen lentur yang bekerja pada jalur selebar 1 meter, masing-masing pada arah – 
Tabel 2.4 Momen yang menentukan per meter lebar dalam jalur tengah pada Momen yang menentukan per meter lebar dalam jalur tengah pada  pelat dua arah akibat beban terbagi rata
Tabel 2.1 Tebal minimum Tebal minimum h h
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pengawas sekolah memberikan pembinaan, penilaian, dan bantuan/bimbingan mulai dari rencana program, proses, sampai dengan hasil dalam pengelolaan sekolah untuk

Selepas tempoh 12 bulan tamat, Wood akan menyemak jumlah saham belian yang terdapat pada akaun saham dalam talian anda; hanya saham yang anda beli layak menerima saham padanan.

Semakin tinggi umur responden maka persepsi responden terhadap efektifitas kelompok semakin baik, sedangkan umur tidak berhubungan secara signifikan dengan tujuan kelompok, struktur

Shintō merupakan agama rakyat Jepang yang memiliki ajaran kepercayaan menurut mitos atau kepercayaan masyarakat sehingga Shintō tidak memiliki pendiri dan tidak memiliki kitab

Setelah melakukan percobaan siswa dapat menjelaskan pengaruh gaya terhadap percepatan roket air yang bergerak sesuai dengan hukum II Newton.. Setelah melakukan percobaan siswa

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah

Bagimana menguji proses bisnis pelayanan IMB Usaha saat ini dan usulan yang dapat memenuhi penyelesaian seluruh permohonan IMB usaha di BPMPT Kabupaten Garut.. 1.3

Dari hasil analisis data yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan umum bahwa penggunaan bentuk keigo yaitu verba irassharu