GEMA TH. XXVI/47/Agustus 2013 – Januari 2014 1281 PAIR-LIST READING DALAM
INDONESIA- INGGRIS INTERLANGUAGE
Eny Kustiyah
enykustiyah_uniba@yahoo.co.id
Ariviani Dewi
ari.viani@yahoo.co.id
(Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Batik Surakarta)
ABSTRACT
This research aims at revealing the existence of interlanguage in the second language learning process and desccribing the sources of interlanguage. The method of the research is descriptive qualitative. The objects of the research are derived from the abstract of scientific journals in Paradigma Vol.04 No.01 February-July 2010 and Serambi Hukum Vol.02 No. 02a February-July 2008. The present researcher employs library research and note-taking technique to collect the data. Selinker’s Interlanguage is the theoretical approach in this research. The outcome of the research is as follows: (1) the existence of interlanguage found in the abstract of UNIBA’s scientific journals; (2) the sources on interlanguage are derived from language transfer, overgeneralization and simplification.
Key words: interlanguage, language transfer, overgeneralization, simplification
PENDAHULUAN
Perbedaan tata bahasa antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris turut menyumbangkan warna dalam khasanah kajian Interlanguage. Seseorang yang sedang belajar bahasa kedua (L2) akan mengalami berbagai macam kesulitan dan menghadapi tantangan terhadap aturan tata bahasa yang sama sekali baru atau asing pada awalnya. Kesulitan dan tantangan ini tidak menyurutkan minat dan niat dalam pembelajaran L2, bahkan pebelajar L2 memberikan respon dengan segala keterbatasan yang dimilikinya. Usaha pebelajar L2 yang menggunakan tata bahasa L1 atau mencampur tata bahasa L1 dan L2
supaya tersampaikan maksudnya inilah yang menarik untuk dikaji yang akhirnya melahirkan terminology Interlanguage dipopulerkan pertama kali oleh Larry Selinker pada tahun 1972.
Penyebaran isu Interlanguage sedemikian cepat karena tata bahasa baru yang diciptakan oleh setiap pebelajar L2 bervariasi dan mempunyai keunikan tersendiri sehingga menarik minat para linguist untuk mempelajarinya. Salah satu bukti nyata adanya Interlanguage yang peneliti temukan saat ini adalah abstraksi yang ditulis di jurnal penelitian di Universitas Islam Batik Surakarta. Terciptanya Interlanguage ini terjadi dalam berbagai aspek
GEMA TH. XXVI/47/Agustus 2013 – Januari 2014 1282
seperti pengaruh bahasa ibu, overgeneralization dan simplification.
Meski demikian, usaha aktif untuk menyampaikan pesan yang dimaksud ini layak diapresiasi. Adanya Interlanguage dalam pembelajaran L2 merupakan suatu bukti bahwa proses kognitif telah terjadi. Proses ini tidak berhenti sampai disini saja akan tetapi terus maju berkembang untuk meraih native like competence.
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini deskriptif kualitatif. Adapun obyek penelitian, teknik mengumpulkan data, dan teknik menganalisa data akan disajikan sebagai berikut.
Obyek penelitian ini adalah abstraksi bahasa Inggris dalam jurnal penelitian Paradigma Vol.04 No.01 Pebruari-Juli 2010 dan jurnal penelitian Serambi Hukum Vol. 02 No. 02a Pebruari-Juli 2008 UNIBA Surakarta. Sementara tipe data adalah teks atau dokumen seperti kata, frase, anak kalimat, dan kalimat.
Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan note taking; yaitu bagian dari menulis dokumen dari paragrap atau esai yang akan didokumentasikan dalam lembaran riset. Adapun sumber data utama berasal dari abstraksi kedua jurnal penelitian tersebut, sedangkan sumber data sekunder diambil dari berbagai sumber rujukan berupa kajian pustaka. Maka dari itu penting kiranya mengkritisi teks yang akan di analisa dan kemudian membuat keputusan tentang apa yang akan dan tidak akan dipergunakan dalam analisa data.
Teknik analisa data dalam penelitian ini akan menggunakan
Konsep Selinker yang
mengungkapkan eksistensi interlanguage dalam proses pembelajaran L2 serta menguraikan tentang latar belakang terjadinya interlanguage. Langkah pertama, peneliti mengklasifikasi data sesuai dengan latar belakang terjadinya interlanguage. Kemudian, penulis akan membuat pair-list reading dalam Indonesia-Inggris sehingga akan terbaca dengan jelas keberadaan interlanguage dalam kalimat-kalimat yang tercipta. Selanjutnya, penulis akan melacak latar belakang terjadinya interlanguage berdasarkan konsep Selinker dan akhirnya penulis menguraikan gambaran proses kognitif dan partisipasi aktif pebelajar L2 sampai tercipta “sistem tata bahasa baru” yang disebut Interlanguage.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Variasi perkembangan pebelajar bahasa kedua (L2) menunjukkan besarnya minat dan keinginan untuk terus maju. Kemajuan yang diraih bukan tanpa kendala. Berbagai tantangan dihadapi para pebelajar L2 dalam usahanya menyampaikan ide dan gagasan dalam bahasa kedua seperti kosa kata dan tata bahasa yang berbeda dengan bahasa ibunya. Ide maupun gagasan yang tertuang dalam bentuk tulisan dalam abstraksi jurnal ilmiah di UNIBA menunjukkan eksistensi interlanguage karena bahasa yang tercipta bukan L1 dan bukan pula L2. Proses menuju kompetensi L2 ini akan
dilacak menggunakan
Interlanguagenya Selinker yang
GEMA TH. XXVI/47/Agustus 2013 – Januari 2014 1283
menawarkan tiga sebab terjadinya interlanguage yaitu: language transfer, overgeneralization, dan simplification. A. Language Transfer
1. Negative Transfer
a) “The objective of this research was to determine
and describe the
development of the financial performance of the PDAM in Surakarta on the years
2006-2008 based on the
Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999.”
Kata-kata bercetak tebal dan miring dalam pair-list Indonesia Inggrisnya sebagai berikut:
pada tahun 2006-2008 “on the years 2006-2008”
Dalam konteks on the years
2006-2008, penulis abstrak
cenderung menggunakan tata bahasa ibu sehingga frase tersebut hanya di transfer secara literal. Dengan demikian, frase tersebut terkesan kata per kata yang di jajar namun kurang bermakna dalam bahasa kedua. Terdapat suatu agreement dalam bahasa target bahwa preposition untuk tahun harus menggunakan in dan hal ini tidak bisa ditawar lagi. Kondisi ini termasuk dalam negative transfer karena bahasa L1 jelas mempengaruhi L2. Adapun penulisan yang benar adalah sebagai berikut:
“The objective of this research was to determine
and describe the
development of the financial performance of the PDAM in Surakarta in 2006-2008 based on the Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999.”
b) “Therefore, this article will explain about poductive waqf in history and fiqh perspective, legal fundament and strategy of development and productive waqf management models in Indonesia, specially to
institute of education of Islam and organization of Islam mass.”
Posisi adjective dalam frase bercetak tebal ini terbalik sehingga tidak memenuhi agreement dalam bahasa target. Hal ini akan lebih jelas terlihat dalam pair-list reading berikut ini:
Khususnya institute pendidikan Islam
specially to institute of education of Islam
dan organisasi massa Islam
and organization of Islam mass
Jika ditulis ulang menggunakan kaidah L2, maka akan terdapat sedikti perubahan pada posisinya menjadi:
“specially to institute of Islamic Education and Islamic mass organization”
GEMA TH. XXVI/47/Agustus 2013 – Januari 2014 1284
2. Avoidance
“The objective of this research was to determine and describe the development of the financial performance of the
PDAM in Surakarta on the years 2006-2008 based on the Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47 Tahun 1999.”
Dalam kalimat ini, penulis abstrak menemui kesulitan untuk mencari padanan kata sehingga penulis abstrak menuliskannya apa adanya. Adapun pair-list readingnya sebagai berikut: PDAM in Surakarta pada tahun 2006-2008 PDAM in Surakarta on
the years 2006-2008.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri based on the
Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 47
tahun 1999 Nomor 47 Tahun
1999.
Kalau di tulis ulang, maka akan ada perubahan seperti di bawah ini:
‘The objective of this research was to determine and to describe the development of the financial performance of the Regional Drinking Water
Company of Surakarta in
2006-2008 based on the Decree of Ministry of Domestic Affair Number 47,1999.
Kata dan frase bercetak tebal dan miring diatas menunjukkan kalau penulis abstrak menghindar dari pencarian
padanan kata dalam bahasa kedua sehingga penulisannya tetap dalam bahasa Indonesia. Penghindaran dari kesulitan untuk mencari padanan kata ini termasuk dalam avoidance. Penghindaran ini termasuk salah satu usaha pebelajar L2 untuk “menyelamatkan” ide dan gagasan yang ditulisnya. 3. Overuse
a) Besides, it is necessary to check for water leaks that
occur in order to reduce
losses experienced by the company.
Kata that occur in order dalam kalimat diatas masuk dalam kategori overuse
karena kata itu
ditransliterasi apa adanya dari bahasa L1 seperti dalam pair-list reading berikut ini: Yang terjadi agar supaya
“that occur in order”
Kata that occur in order yang diikuti to reduce jelas sekali berpola Indonesia. Adapun pola bahasa L2 tidak memerlukannnya sehingga penghilangan kata
that occur in order dalam
kalimat itu tidak akan mengurangi maknanya. Jika peneliti menulis ulang, maka kalimat itu akan berubah menjadi: “Besides,
it is necessary to check the water leaks to reduce losses experienced by the
company.”
b) This article explores the problem of productive waqf (communal ownership) with
GEMA TH. XXVI/47/Agustus 2013 – Januari 2014 1285
the model of management of social enterprise.
Kata of yang berjajar
dengan management
ditengahnya menjadi overuse karena tidak memenuhi kaidah dalam bahasa L2. Salah satu of harus dihilangkan sehingga akan berubah menjadi: “This aticle explores the problem of productive waqf (communal ownership) with the model of management social enterprise.
B. Overgeneralization
Peneliti tidak menemukan overgeneralization dalam level phonetic dan discourse, namun overgeneralization paling banyak terdapat dalam Grammatical Level seperti temuan di bawah ini. a) As a whole of 10 (ten) there are three indicators are good
performance are: the ratio of
productive assets to the water sales, billing period, and the effectiveness of billing.
Pair-list reading kata-kata diatas adalah:
Terdapat tiga indikator yang baik performennnya yaitu: “there are three indicators are
good performance are:”
Verb be, are di dalam satu kalimat tidak memenuhi kaidah dalam tata bahasa bahasa L2 sehingga hal ini termasuk generalisasi berlebihan dalam level grammar. Penulis abstraksi kurang memahami standar tata bahasa L2 sehingga
menggunakan are untuk memudahkannya
mengungkapkan gagasannya. Adapun verb be, are yang
kedua semestinya
memerlukan subyek untuk
membuatnya menjadi
grammatically well form. Menurut konteks kalimatnya, akan ada penambahan dan penghilangan beberapa kata jika ditulis ulang sehingga berubah menjadi: “there are
three indicators belong to good prformance, they are:”
b) The suggest for the problem is using Economic Order Quantity (EOQ) method to
make overstock degradation of the medicine stock.
Dalam frase bercetak tebal diatas, terdapat beberapa kosa kata yang tidak dapat diterima dalam level grammar karena sudah dijelaskan dimuka. Dengan kata lain ada kosa kata yang harus dihilangkan. Pair-list readingnya sebagai berikut:
Utuk membuat overstok berkurang dari stok obat
To make overstock degradation of the medicine stock.
Untuk mengurangi kekeliruan dalam level grammar, maka frase itu akan berubah menjadi: “to reduce medicine overstock”
c) The purpose of this paper is
discovering and analyzing
GEMA TH. XXVI/47/Agustus 2013 – Januari 2014 1286
program creator with GPL and comprehend social function of copyrights at computer program covers by GPL.
Pair-list reading noun phrase diatas sebagai berikut:
Sedang menemukan dan sedang menganalisa
“is discovering and
analyzing”
Dalam konteks present progressive tense, frase is
discovering and analyzing
sepintas lalu seakan telah memenuhi kaidah dalam tata bahasa L2. Namun perlu peneliti garis bawahi bahwa pola penulisan karya ilmiah diatas dalam konteks present sehingga bentuk Verb-ing harus diganti ke dalam to
infinitive untuk memenuhi
agreement bahasa L2. Maksud penulis abstraksi diatas adalah untuk menemukan dan untuk menganalisa sehingga penggunaan to infinitive
akan lebih cocok dan sesuai dengan konteksnya. Jika peneliti tulis ulang, maka noun phrase diatas akan berubah menjadi: “to discover and to analyze”
C. Simplification
“The small entrepreneur perception consists of the perception on accounting information use, comparison of
costs and benefits and also
difficulty level in using the accounting information.”
Pair-list reading dalam frase bercetak tebal diatas adalah sebagai berikut:
Perbandingan biaya dan laba
comparison of costs and benefits
Pola ini merupakan penyederhaan dari bahasa L1 ke bahasa L2. Dalam konteks kalimat diatas, membandingkan dua hal memerlukan preposition between agar memenuhi kaidah tata bahasa L2. Perubahan frase itu ada pada penghilangan of serta
penambahan between.
Penggunaan between ini tidak mempengaruhi perubahan maknanya seperti dalam perubahan berikut ini:
“comparison between cost and benefit”
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai sebab-sebab terjadinya interlanguage, maka peneliti sampai pada simpulan sebagai berikut:
1. Penyebab terjadinya interlanguage yang pertama adalah Language transfer; proses ini menggambarkan pebelajar 2 yang menggunakan bahasa L1 sebagai sumber utama. Language transfer menempati urutan teratas dalam proses terjadinya interlanguage. Adapun proses transfernya memiliki empat macam efek berbeda yaitu negative transfer yang terdiri dari 30 kalimat, avoidance hanya ada 3 kalimat, dan overuse terdiri dari 5 kalimat. Total interlanguage yang
GEMA TH. XXVI/47/Agustus 2013 – Januari 2014 1287
terjadi dalam proses language transfer sebanyak 38 kalimat. Dalam proses ini pengaruh bahasa L1 masih mendominasi terjadinya pembelajaran L2
sehingga terjadilah
interlanguage.
2. Penyebab kedua terjadinya
interlanguage yaitu
overgeneralization. Situasi ini terjadi ketika pebelajar L2 menggunakan kaidah aturan bahasa L2 dalam kondisi yang native speaker tidak akan melakukannya.
Overgeneralization ini terjadi dalam tiga level; at phonetic level, at the grammatical level, dan at the level of discourse. Dalam phonetic level, peneliti tidak menemukannya karena datanya berupa tulisan, sementara phonetic berkenaan dengan pengucapan yang datanya dapat diperolah dari dialog, interview, debat, diskusi, ceramah dan lainnya. Adapun dalam grammatical level, peneliti menemukan 13 kalimat yang menunjukkan terjadinya interlanguage. Peneliti juga tidak menemukan adanya interlanguage dalam Level Discourse. Jadi total
interlanguage dalam
overgeneralization sebanyak 13 kalimat. Overgeneralization berkebalikan dengan language transfer. Jika bahasa L1 mendominasi dalam language transfer, maka bahasa L2
mendominasi dalam
overgeneralization namun tidak memenuhi kaidah aturan
bahasa L2 sehingga muncullah “bahasa unik” yang bukan bahasa L1 namun juga bukan pula bahasa L2.
3. Penyebab ketiga terjadinya interlanguage adalah simplification. Peneliti menemukan 11 kalimat dalam simplifikasi. Proses ini terjadi karena pebelajar L2 tidak yakin bisa memproduksi kalimat dalam bahasa L2 sehingga menyederhanannya sendiri. Jika peneliti jumlah keseluruhan interlanguage yang terjadi sebanyak 62 kalimat dalam jurnal penelitian Paradigma Vol.04 No.01 Pebruari-Juli 2010 dan jurnal penelitin Serambi Hukum Vol.02 No. 02a Pebruari-Juli 2008.
Akhirnya, peneliti menawarkan saran sebagai berikut:
1. Karena interlanguage sebuah proses, maka peneliti tidak bisa mengatakan bahwa penulis abstrak gagal mempelajari bahasa L2, namun peneliti
lebih condong
memandangnya sebagai proses pembelajaran yang masih sedang dan akan terus berlangsung. Oleh karena itu, kajian interlanguage perlu diterapkan di sekolah untuk membantu pengajar mengetahui perkembangan pembelajaran L2.
2. Adanya Interlanguage diharapkan bisa membantu
GEMA TH. XXVI/47/Agustus 2013 – Januari 2014 1288
para pengajar bahasa kedua menyusun strategi jitu yang
menekankan upaya
meminimalisasi kekeliruan berdasarkan sebab-sebab terjadinya interlanguage.
DAFTAR PUSTAKA
Brown, H Douglas. 2004. Principles of Language Learning and Teaching. London: Longman Corder, S. Pitt. 1982. Error Analysis
and Interlanguage. London:
Oxford University Press
Creswell, John W, 2007. Qualitative Inquiry and Research Design.
Choosing Among Five
Approache. Second Edition.
Thousand Oaks. London. New Delhi: Sage Publications, Inc. Dekyodtspotter, Laurent. 2001. “The
Universal Parser and Interlanguage Domain Specific Mental Organization in the Comprehension of Combien Interrogatives in English-French Interlanguage” Second Language Research 17,2 (2001); pp. 91-143
Ellis, Rod. 2004. Understanding Second Language Acquisition. Cambridge: C.U.P
Fauziati, Endang. 2009. Readings on
Applied Linguistics: A
Handbook for Language
Teacher and Teacher
Researcher.
Han, Zhaohong. 2004. Fossilization in
Adult Second Language
Acquisition. Toronto:
Multilingual Matters.
Hatch, Evelyn (Ed) 1999. Second Language Acquisition. Rowley, Mass: Newburry House
Krashen, Steven. 1982. Principle and Practice in Second Language Acquisition. Englewood Cliffs, NJ: Prentice Hall
---. 2002. Exploration in Language Aquisition and Use: The Taipei Lectures. Taipei: Crane Publishing Company Lakshmanan, Usha and Larry
Selinker. 2001. “Analysing Interlnguage: how do we know what learners know?” Second Language Research 17,4 (2001); pp. 393-420
Moursi, Anwar. 2012. “Analysing Interlanguage Stages ALEs Pass through in the Acquisition of the Simple Past Tense” English Language Teaching Vol. 5, No. 10: 2012
Ning, M.I.”Implications of Interlanguage Error Analysis and Research on English Language Testing and Teaching” Higher Education of Social Science. Vol.2, No. 2, 2012, pp.4-7
Richrads, Jack and Theodores Rodgers. 1992. Approaches and Methods in Language Teaching. Cambridge Univrsity Press Schulz, Barbara. 2011. “Syntactic
Creativity in Second Language English: wh-scope marking in Japanese-English Interlanguage” Second Language Research 27 (3) 313-341
Smith, Michael Sharwood. 1994.
Second Language Learning:
Theoretical Foundations.
London: Longman
GEMA TH. XXVI/47/Agustus 2013 – Januari 2014 1289
Saville-Troike, Muriel. 2006. Introducing Second Language Acquisition. Cambridge: C.U.P Selinker, Larry. 1988. Papers in
Interlanguge. Occasional Papers No.44, Singapore: SEAMEO Regional Language Center ---. 1977.
“Interlanguage.” In Jack C. Richard (Ed) Error Analysis:
Perspectives on Second
Language Acquisition. London: Longman
---. 1997. Rediscovering
Interlanguage. London:
Longman
Sridhar, N.S. 1980. “Contrastive Analysis, Error Analysis, and Interlanguage: Three Phases of One Goal.” In Kenneth Croft (Ed) Readings on English as Second Language