• Tidak ada hasil yang ditemukan

3 METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "3 METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Penelitian dilaksanakan di perairan Hansisi, Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang, NTT. Penelitian dilaksanakan selama 8 (delapan) bulan dimulai dari persiapan sampai analisis data. Waktu pelaksanaan penelitian lapangan 4 (empat) bulan, identifikasi perifiton di laboratorium 1 (satu) bulan dan tabulasi sampai analisis data 3 (tiga) bulan, terhitung dari bulan April sampai dengan November 2006.

Kondisi perairan Hansisi didominasi oleh beberapa ekosistem pesisir seperti padang lamun (seagrass), algae (seaweeds) dan terumbu karang. Perairan pantainya ditutupi oleh hamparan terumbu karang di sepanjang pantai. Kondisi terumbu karang banyak mengalami kerusakan akibat penangkapan dengan bom. Hal ini ditandai dari banyaknya patahan-patahan karang yang berserakan.

Proporsi tutupan karang di lokasi penelitian I sekitar 40 – 50 %, didominasi oleh karang keras (hard coral), dengan substrat pasir ditambah patahan karang dan karang lunak (soft coral). Pada lokasi penelitian II 75 % persentase penutupan karang didominasi oleh karang lunak (soft coral), dengan substrat berpasir ditambah patahan karang.

Jenis karang keras (hard coral) yang tumbuh di lokasi penelitian adalah

Symphylia radians, Echinopora mammiformis, Caulastrea furcata, Hydrophora grandis, Scolymia sp, Porites cylindrica, Goniopora sp, Acropora palifera, A. digitifera, A. latistella, A. formosa, Montipora digitata dan lain-lain. Selanjutnya

jenis karang lunak (soft coral) yang tumbuh di lokasi penelitian adalah

Lobophytum sp, Sarcophyton sp, Crassocaule sp, dan Sinularia sp yang dominan.

Selain itu, terdapat juga berbagai jenis ikan karang, kima, lobster, teripang, dan lain-lain. Dari pengamatan visual terlihat bahwa karang yang mengalami kerusakan sudah mulai tumbuh kembali. Hal ini dapat dilihat pada beberapa jenis karang cabang mulai muncul tunas baru.

Kegiatan masyarakat yang dilakukan di sekitar lokasi penelitian didominasi oleh kegiatan penangkapan, makameting (pengambilan hasil laut saat surut), dan

(2)

budidaya rumput laut. Beberapa kegiatan ini tentu sangat berpengaruh terhadap kondisi terumbu karang di perairan setempat.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Rumpon

Rumpon digunakan dalam penelitian berbentuk piramida. Rangka rumpon terbuat dari bambu dengan ukuran berbeda yakni ukuran kecil panjang : 1,25 m , lebar : 1,0 m dan tinggi : 1,25m, dan ukuran besar panjang : 1,75 m, lebar : 1,5 m dan tinggic: 1,75 m. Rumpon menggunakan pikatan/atraktor daun lontar (Borrasus flabellifer), dan daun gewang/gebang (Corypha gebanga) dibuat sebanyak 14 unit. Komponen- komponen rumpon disajikan pada Tabel 5, sedangkan gambar rumpon dan atraktor disajikan Lampiran 1 dan 2.

Tabel 5 Komponen-komponen rumpon yang digunakan dalam penelitian

No Komponen Bahan Ukuran Jumlah

1 Rangka rumpon Bambu P =1,75 m,Ø= 8 cm P =1.50 m,Ø= 8 cm P =1.25 m,Ø= 8 cm P =1.00 m,Ø= 8 cm 42 batang 14 batang 42 batang 14 batang

• Daun lontar 144 pelepah

2 Atraktor

• Daun gewang 24 pelepah

Tali temali • Tali pengikat rangka rumpon Nylon PE Ø = 5 mm 252 m • Tali pengikat atraktor Nylon PE Ø = 5 mm 140 m 3

• Tali jangkar Nylon PE Ø = 10 – 15 mm 84 m

• Pengait jangkar Besi beton P=60 cm,Ø = 8 mm 33,6 m

• Tali pelampung Nylon PE Ø = 10 – 15 mm 140 m

4 Jangkar Cor semen 10 kg 56 buah

5 Pelampung tanda Botol aqua 1 liter 28 buah

3.2.2 Bubu

Bubu digunakan dalam penelitian berbentuk setengah lingkaran (semi

(3)

memiliki satu pintu dengan panjang corong 0,8 m, lebar mulut bagian luar 0,25 m, lebar mulut bagian tengah 0,18 m dan lebar mulut bubu bagian dalam 0,15 m. Bubu dilengkapi dengan celah pelolosan berukuran 0,25 m x 0,25 m. Kerangka bubu terbuat dari besi beton dan badan bubu dari kawat ram dengan ukuran mesh size ½ inch. Bubu dibuat sebanyak 6 unit. Komponen- komponen bubu disajikan pada Tabel 6, sedangkan gambar bubu disajikan pada Lampiran 3.

Tabel 6 Komponen-komponen bubu yang digunakan dalam penelitian

No Komponen Bahan Ukuran Jumlah

1 Rangka

bubu Besi beton p = 120 cm,Ø= 12 mm l = 70 cm, Ø= 8 mm t = 60 cm, Ø= 12 mm

36 batang 18 batang 24 batang 2 Dinding

bubu Kawat ram (Wire mezh) merk Reyner Aretobe

Mezh size = ½ inch 32.58 m

Pintu Rangka

pintu Besi beton •• Panjang corong = 80 cm, Lebar mulut bagian luar = 25 cm

• Lebar mulut bubu bagian dalam = 18 cm

• Lebar mulut bubu bagian dalam = 15 cm

3

Dinding

pintu Kawat ram (Wire mesh) merk Reyner Aretobe

Mezh size = ½ inch 4,8 m

4 Celah pelolosan

Rangka dari kawat hass dan dinding dari kawat ram 25 cm x 25 cm 6 buah 5 Tali temali Tali pelampung Nylon PE Ø = 10 – 15 mm 110 m Tali jangkar Nylon PE Ø = 10 – 15 mm 40 m 6

Pengait

jangkar Nylon PE P = 1,0 m 24 m

7 Jangkar Cor semen 2,5 kg 24 buah

8 Pelampung Botol aqua 1 liter 24 buah

3.2.3 Perahu

Pengoperasian alat tangkap bubu selama penelitian menggunakan perahu motor milik nelayan dengan jenis mesin merk Yamaha berkekuatan 40 pK. Perahu yang digunakan memiliki ukuran panjang : 5 m, lebar : 1,5 m dan tinggi : 1,0 m.

(4)

3.2.4 Peralatan pengambilan data di lapangan

Alat-alat yang digunakan dalam pengambilan data terinci sebagai berikut : (1) untuk pengamatan tingkah laku ikan di rumpon digunakan video bawah air, camera, papan tulis bawah air (sabak/slate), SCUBA (self contain underwater

breathing apparatus), pensil 2B, counter dan stopwatch; (2) untuk menentukan

posisi penempatan rumpon digunakan GPS; (3) untuk pengambilan data hasil tangkapan digunakan bubu dasar; (4) untuk mengukur ukuran ikan digunakan mistar dengan ketelitian 30 cm; (5) untuk keperluan identifikasi ikan, dan perifiton menggunakan plastik sampel, botol sampel, aquades dan larutan formalin 10 dan 4 %, mikroskop, gelas objek, kaca penutup, tissue roll, alat tulis menulis serta buku identifikasi ikan, dan perifiton, dan (6) untuk pengamatan data oseanografi menggunakan alat Water Checker merk HORIBA dilengkapi dengan data suhu, salinitas, DO, dan kecerahan, serta untuk mengukur arah dan kecepatan arus menggunakan gabus yang diikat dengan tali nylon dan stopwatch.

3.3 Prosedur Penelitian

3.3.1 Prosedur penelitian di lapangan

(1) Mengkaji tingkah laku ikan dan pengaruh rumpon terhadap zone of

influence dari alat tangkap bubu.

Dalam mencapai tujuan penelitian ini, maka data diambil menggunakan metode sensus visual. Pengambilan data di bagi dalam dua tahapan sebagai berikut :

i) Pengamatan tingkah laku ikan di sekitar rumpon dan bubu Prosedur pengambilan data di lapangan sebagai berikut :

(i) Sebelum bubu dan rumpon di pasang di lokasi penelitian, terlebih dahulu di lakukan survei lokasi untuk menentukan lokasi penelitian dengan cara menyelam menggunakan SCUBA mengitari areal terumbu karang di perairan setempat.

(ii) Data survei tersebut, kemudian dibuat denah lokasi penelitian. Penentuan posisi penempatan bubu bersama rumpon menggunakan GPS. Lokasi penelitian rumpon dan bubu dapat dilihat pada Gambar 3.

(5)

(iii) Rumpon di pasang di perairan pada substrat didominasi karang keras (lokasi L1) dan karang lunak (lokasi L2) dengan jarak antara kedua lokasi tersebut sekitar 100 m. Jarak penempatan rumpon dan bubu dengan substrat karang keras disesuaikan dengan kondisi terumbu karang di lokasi penelitian. Ada dua ukuran modul rumpon yang digunakan dalam penelitian yakni modul ukuran kecil panjang : 1,25 m, lebar : 1,00 m dan tinggi: 1,25 m) dan ukuran besar panjang : 1,75 m, lebar : 1,50 m dan tinggi: 1,75 m). Setiap kelompok modul rumpon berjumlah 3 unit untuk ukuran kecil ada 2 kelompok, dan kelompok modul rumpon ukuran besar ada 2 kelompok. Bubu dipasang di antara kelompok modul rumpon. Jarak antara bubu dengan masing-masing modul rumpon pada setiap kelompok 5 m. Selain itu, dipasang juga bubu tanpa rumpon dengan jarak 25 m dari bubu yang dipasang bersama rumpon. Sketsa penempatan rumpon dan bubu di lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 3 Peta lokasi penempatan rumpon dan bubu di perairan Hansisi, Semau, Kupang.

(6)

(iv) Pengamatan awal dilakukan dengan mengamati kondisi karang serta ikan-ikan yang berada di sekitar terumbu karang.

(v) Pengamatan berikutnya dilakukan 30 menit setelah rumpon terpasang di perairan. Pengamatan terhadap jenis-jenis ikan karang yang hadir di sekitar zone of influence alat tangkap bubu dioperasikan bersama rumpon maupun tanpa rumpon menggunakan metode sensus visual (visual census method).

Ilustrasi tentang zona pengaruh alat tangkap (zone of influence/field of

influence) bubu yang dioperasikan bersama rumpon dan tanpa rumpon

dapat dilihat pada gambar di bawah ini. Ilustrasi ini dikembangkan berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Nikonorov, 1975, disajikan pada Gambar 5.

Gambar 4 Sketsa penempatan rumpon dan bubu di lokasi penelitian.

BRK BRB

Keterangan : BRK : Bubu rumpon kecil, BRB : Bubu rumpon besar, BTR :Bubu tanpa rumpon, RG: Rumpon gewang.

BTR

(7)

field of influence alat tangkap bubu

3

zona of influence alat tangkap bubu

2 1

R1

zona of influence alat

tangkapbubu

R1 R2 2

zona of influence alat tangkap bubu 1 R1 R2 2 3

zona of influence alat tangkap bubu 2 1 R1 1a. 1b.

field of influence alat tangkap bubu

(vi) Pengamatan berikut dilakukan seminggu sekali pada jam 08.00, jam 12.00, dan jam 16.00.

Pengamatan dilakukan terhadap tingkah laku ikan karang yang hadir di rumpon dan bubu meliputi jenis dan jumlah ikan yang hadir, jarak (radius) ikan terhadap rumpon dan bubu, lama waktu ikan berada di rumpon dan bubu, pola renang (soliter, bergerombol, dan berpasangan), serta pola gerak seperti cara datang dari arah depan dengan membuat gerak melingkar melawan arus, bergerak naik turun, maupun membuat gerakan searah jarum jam serta jumlah ikan yang hadir di rumpon dan bubu. Untuk menentukan jenis ikan karang yang hadir di sekitar rumpon dan bubu mengikuti petunjuk Gloerfelt dan Gambar 5 Zona pengaruh (zone of influence/field of influence) alat tangkap bubu

yang dioperasikan bersama rumpon. 2b.

2a

Keterangan :Jarak (radius) area pengaruh (zone of

influence) alat tangkap bubu; 1. Zone of influence;

2. Zone of action; 3. Zone of retention

Keterangan : 1,2 : Zone of influence/ field of influence, R1: jarak zona pengaruh alat tangkap bubu, R2 : jarak zona pengaruh alat tangkap bubu yang diperbesar dengan menambahkan rumpon

(8)

Kailola, 1984, Isa et al. 1998; Kuiter, 1992 dan Allen dan Stenee, 2002.

(vii) Untuk pengamatan tingkah laku ikan menggunakan video bawah air, camera digital, SCUBA, papan tulis bawah air (sabak/slate), pensil 2B, counter dan stopwatch.

(viii) Sebagai data pendukung diamati juga perifiton yang menempel pada setiap jenis daun atraktor. Daun atraktor yang digunakan untuk penempelan perifiton adalah daun lontar (Borrasus flabellifer), dan daun gewang/gebang (Corypha gebanga). Untuk mengetahui perifiton yang menempel pada setiap daun digunting salah satu helai yang diambil secara acak dengan ukuran panjang: 10 cm dan lebar: 5 cm. (Gambar 6) Kemudian permukaan daun di mana perifiton menempel dikeruk dengan pisau dan dimasukkan ke dalam botol sampel berisi larutan formalin 4 % untuk dianalisis di laboratorium.

ii) Pengamatan tingkah laku ikan di sekitar dan di dalam bubu

Pengamatan tingkah laku ikan karang di luar dan di dalam bubu melalui simulasi yang dilakukan di dalam keramba. Pengamatan tidak dapat dilakukan di lokasi penelitian karena kondisi perairan saat itu dalam keadaan bergelombang dan arusnya kuat. Pada kondisi ini keadaan perairan menjadi tidak stabil dan tingkat kekeruhannya tinggi sehingga sulit untuk melakukan pengamatan bawah air karena batas pandang (visibilitas) rendah dan sulit untuk mengamati jenis ikan yang hadir di rumpon dan bubu.

b. Daun gewang yang dipotong untuk pengambilan sampel a. Daun lontar yang dipotong untuk

pengambilan sampel perifiton P = 10 cm

L = 5 cm

P=10 cm

L=5 cm

Gambar 6 Daun lontar dan daun gewang sebagai tempat penempelan perifiton.

(9)

Kondisi ini mulai terjadi pada saat siang sampai sore hari. Keadaan perairan mulai berubah diatas jam 10.00 WITA sampai sore hari. Perubahan ini terjadi disebabkan karena pada jam 10.00 WITA keatas permukaan perairan menjadi panas dan angin mulai bertiup menyebabkan terjadi pengaliran massa air (arus). Adanya proses pengaliran massa air ini menyebabkan terjadinya pengadukan massa air sehingga perairan menjadi keruh. Selain itu, olah gerak dalam pengamatan bawah air juga sulit dilakukan dan pada kondisi ini ikan-ikan karang lebih banyak mencari lokasi persembunyian baik di celah-celah karang maupun di rumpon dan bubu sehingga ikan yang hadir di rumpon dan bubu konsentrasinya menjadi berkurang atau sedikit.

Pengamatan dilakukan di dalam keramba berukuran panjang: 2 m, lebar: 1.5 m dan tinggi: 2 m (Lampiran 4). Kemudian ikan hasil tangkapan bubu baik menggunakan rumpon maupun tanpa rumpon dimasukkan ke dalam keramba. Pengamatan dilakukan dari jam 11.00 – 17.00 WITA. Ikan yang dimasukkan ke dalam keramba untuk diamati sebanyak 17 spesies dengan pola tingkah laku berbeda-beda. Tingkah laku ikan karang di luar dan di dalam bubu diamati secara visual meliputi pola renang dan pola gerak ikan karang di luar maupun di dalam bubu serta cara ikan masuk dan meloloskan diri dari dalam bubu.

Penelitian tingkah laku ikan karang dalam keramba hanya dilakukan pada 17 spesies ikan karang. Informasi yang diperoleh masih sangat terbatas sehingga diharapkan perlu mengkaji lebih lanjut tingkah laku ikan dari jenis-jenis ikan karang lainnya.

(2) Mengkaji pengaruh rumpon terhadap ikan hasil tangkapan bubu baik jenis, jumlah, maupun ukuran.

Dalam mencapai tujuan penelitian ini, maka untuk mendapatkan data dilakukan proses penangkapan ikan. Penangkapan ikan dilakukan pada dua lokasi penelitian dengan prosedur kerja sebagai berikut:

(10)

(i) Penangkapan ikan menggunakan alat tangkap bubu dioperasikan bersama rumpon ukuran kecil dan besar menggunakan atraktor daun lontar saja dan juga menggunakan bubu tanpa rumpon.

(ii) Penangkapan dilakukan setelah rumpon berumur satu bulan di perairan. Operasi penangkapan dilakukan 2 kali pada jam yang berbeda yaitu penangkapan pertama (siang) dilakukan pada jam 07.00 dan pengangkatan bubu dilakukan sore hari jam 17.00, kemudian penangkapan kedua (malam) dilakukan pada jam 18.00 dan pengangkatan bubu dilakukan pada jam 07.00 pagi hari berikutnya. Proses penangkapan dilakukan setiap hari selama sebulan (30 hari).

(iii) Ikan hasil tangkap bubu bersama rumpon dan tanpa rumpon di pisahkan menurut jenis ikan, jumlah masing-masing jenis (individu), dan mengukur panjang total (total length).

(iv) Ikan hasil tangkapan yang sudah diamati, kemudian untuk keperluan identifikasi diambil setiap jenis satu individu. Alat dan bahan yang dibutuhkan untuk identifikasi ikan adalah plastik sampel, botol sampel, aquades dan larutan formalin 10 %, tissue roll, alat tulis menulis. Untuk penentuan jenis ikan mengikuti petunjuk Gloerfelt dan Kailola, 1984, Isa et al. 1998; Kuiter, 1992 dan Allen dan Stenee, 2002.

(v) Sisa hasil tangkapan yang belum layak ditangkap di lepaskan kembali ke perairan melalui celah pelolosan.

(vi) Sebagai data pendukung dilakukan pengukuran parameter lingkungan lokasi penelitian seperti DO, pH, suhu, salinitas, kecepatan dan arah arus serta kecerahan perairan. Pengukuran data oseanografi menggunakan alat Water Checker merk HORIBA dilengkapi dengan DO, pH, suhu, salinitas, dan kecerahan, sedangkan untuk mengukur arah dan kecepatan arus menggunakan gabus yang diikat dengan tali nylon dan stopwatch.

3.3.2. Prosedur penelitian di laboratorium

Identifikasi perifiton dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Faperta,

Undana, Kupang dan untuk membuat dokumentasi perifiton dilakukan di Laboratorium Kesehatan Ikan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB.

(11)

Untuk mengidentifikasi perifiton yang menempel pada atraktor daun lontar dan daun gewang/gebang mengikuti petunjuk Davis (1955); Ward et al. (1959); Newell dan Newell (1963); dan Yamaji (1976).

3.4 Analisis Data

3.4.1 Analisis komunitas perifiton dan ikan karang serta tingkah laku ikan karang di sekitar rumpon dan bubu

1. Analisis komunitas perifiton dan ikan karang a. Analisis kepadatan perifiton

Perhitungan kepadatan individu perifiton (n) pada setiap mm2 permukaan substrat (daun) mengikuti petunjuk A.P.H.A (American Public Health Association), 1989 sebagai berikut:

=

n Perifiton dalam konsentrat (N) Luas substrat (A) (mm2)

dimana : n = Kepadatan individu perifiton N = Jumlah perifiton dalam konsentrat A = Luas permukaan substrat (daun) (mm2)

b. Analisis indeks keragaman (H’), indeks keseragaman (E) dan indeks dominansi (C) perifiton dan ikan karang di rumpon dan bubu

(i) Analisis Indeks Keragaman (H’)

Analisis indeks keragaman digunakan untuk mengetahui keragaman perifiton menempel pada setiap jenis atraktor (aggregator) dan ikan karang yang hadir di rumpon dan bubu

mengikuti petunjuk Shannon-Weaner diacu oleh Krebs (1972)

sebagai berikut:

(

i i

)

S i p p H log 1 ' = =

dimana : S = Jumlah taksa

(12)

N n p i

i =

ni = Jumlah individu jenis ke-i

N = Jumlah total individu

Nilai indeks keragaman (H’) berkisar antara 0 - dengan kriteria sebagai berikut :

H’ < 3,2 : keragaman populasi kecil 3,2 < H’ < 9,9 : keragaman populasi sedang H’ > 9,9 : keragaman populasi besar

(ii) Analisis indeks Keseragaman (E)

Analisis indeks keseragaman digunakan untuk mengetahui keseragaman perifiton menempel pada setiap jenis atraktor (aggregator) dan ikan karang yang hadir di rumpon dan bubu. Perbandingan antara nilai indeks Keragaman dan Keragaman maksimum dinyatakan sebagai Keragaman populasi (C) mengikuti petunjuk Shannon-Weaner diacu oleh Krebs (1972) sebagai berikut:

maks H H H ' ' =

dimana : E = Indeks keseragaman

H’ maks = log2 S ( untuk rumpon dan bubu)

S = jumlah taksa

Keragaman maksimum dihitung sebagai berikut : H’ maks = log S, di mana S = jumlah taksa

Nilai keseragaman suatu populasi berkisar antara 0 – 1, di mana pembagian nilai tersebut menunjukkan keadaan komunitas sebagai berikut :

0,00 < E < 0,50 : komunitas berada pada kondisi tertekan 0,50 < E < 0,75 : komunitas berada pada kondisi labil 0,75 < E < 1,00 : komunitas berada pada kondisi stabil

(13)

(iii) Analisis Indeks Dominansi (C)

Analisis indeks dominansi digunakan untuk mengetahui nilai dominansi perifiton menempel pada setiap jenis atraktor (aggregator) dan ikan karang yang hadir di rumpon dan bubu mengikuti petunjuk Shannon-Weaner diacu oleh Krebs (1972) sebagai berikut:

( )

2 1 = = S i i p C

dimana : C = Indeks dominansi

pi = Proporsi jumlah spesies ke-i terhadap jumlah total

(ni/N)

Menurut Simpson diacu oleh Odum (1971) kisaran nilai indeks dominansi berkisar antara 0 - 1. Nilai C mendekati 1, maka semakin kecil keseragaman suatu populasi dan terjadi kecenderungan suatu jenis mendominasi populasi tersebut. Kisaran nilai indeks dominansi sebagai berikut :

0,00 < C 0,30 : dominansi rendah 0,30 < C 0,60 : dominansi sedang 0,60 < C 1,00 : dominansi tinggi 2. Analisis tingkah laku ikan karang

Analisis data radius, lama waktu, pola renang dan pola gerak ikan karang yang hadir di sekitar rumpon dan bubu dijelaskan secara deskriptif menggunakan tabel dan gambar.

Penentuan proporsi radius setiap spesies ikan karang terhadap

rumpon dan bubu, lama waktu setiap spesies ikan karang hadir di sekitar rumpon dan bubu, pola renang dan pola gerak setiap spesies

ikan karang di sekitar rumpon dan bubu menggunakan perhitungan sebagai berikut :

(14)

dimana: P = Proporsi setiap jenis ikan karang ni = Jumlah jenis ke-i

N = Jumlah total seluruh spesies

3.4.2 Analisis hasil tangkapan bubu 1. Analisis kelimpahan Ikan

Analisis kelimpahan ikan dimaksud untuk melihat jumlah ikan karang yang tertangkap pada alat tangkap bubu dioperasikan bersama rumpon dan tanpa rumpon. Analisis kelimpahan ikan karang mengikuti petunjuk Odum (1971) sebagai berikut:

n X

X = i

dimana : X = Kelimpahan ikan karang

Xi = Jumlah ikan karang pada stasion pengamatan ke-i

n = Luas bubu (m2)

2. Analisis statistik

Untuk melihat apakah ada perbedaan hasil tangkapan ikan karang yang tertangkap pada alat tangkap bubu dioperasikan bersama rumpon dan tanpa rumpon di lokasi L1 dan L2 pada penangkapan malam dan siang hari menggunakan uji t yang terdapat pada perangkat lunak MINITAB versi 13.20.

Gambar

Tabel 5  Komponen-komponen rumpon yang  digunakan dalam penelitian
Tabel 6 Komponen-komponen bubu yang digunakan dalam penelitian
Gambar 3  Peta lokasi penempatan rumpon dan bubu di perairan  Hansisi,  Semau, Kupang
Gambar  4  Sketsa penempatan rumpon dan bubu di lokasi penelitian.

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian kombinasi perlakuan dengan intensitas cahaya 25% dan takaran pupuk kandang 300 g/polybag pada pertanaman temu putih menghasilkan tinggi tanaman, berat

Dengan demikian, umat berpengharapan pada Tuhan yang datang, bukan takut pada peristiwa- peristiwa mengerikan akhir zaman, serta terus melakukan tugas di dunia

Pada tahap ini, yang dilakukan adalah pengguna memasukkan string yang akan dicari, kemudian menyimpan data yang dimasukkan ke database, kemudian database membaca seluruh data

mengontrol halusinasi pada klien, untuk tujuan khususnya adalah: klien dapat membina hubungan saling percaya, dan untuk kriteria hasilnya adalah: ekspresi wajah

Begitu juga pada saat menjelang hari Raya Natal bagi umat Kristen, para penduduk Dusun Balun Khususnya bergotong royong untuk membersihkan makam khusus Kristen tanpa adanya

PT Henan Putihrai Sekuritas tidak akan bertanggung jawab atas setiap kehilangan dan/atau kerusakan yang disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh laporan ini atau

&#34;KU, TI, KS dan SI&#34;, khusus untuk Kelas Unggulan **Matakuliah yang dicetak miring, menandakan matakuliah gabungan/lintas

Proses pembelajaran dengan Pendekatan Ilmiah, menurut Kemendikbud (2013: 146- 147), harus dilaksanakan dengan dipandu prinsip-prinsip atau kriteria ilmiah. Proses