• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Beberapa Faktor Dengan Kinerja Bidan Desa Dalam Pencapaian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Juwana Kabupaten Pati

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan Antara Beberapa Faktor Dengan Kinerja Bidan Desa Dalam Pencapaian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Juwana Kabupaten Pati"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Hubungan Antara Beberapa Faktor Dengan Kinerja Bidan Desa Dalam

Pencapaian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Juwana Kabupaten Pati

Yulia Vanda

1

, Retno Astuti

2 1

Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang

2

Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Semarang

Email :

yuliaeditia@yahoo.co.id

ABSTRACT

Based on initiative survey among 10 midwives showed that there were any midwife did not conduct breast feeding initiation, did not promote exclusive breast feeding, and did not show how to treatment of mother breast, 60 % caused by did not received lactation management, 50 % caused by lack of appreciation and compensation, and 30 % caused by lack of facilities for exclusive breast feeding socialization. The aims of this study was to analyze correlation factors of midwives performance in achievement of exclusive breast feeding in Juwana primary health care Pati 2014.

This study was explanatory research with cross sectional approach, data collection used questionnaire of 28 samples taken by total sampling, data analysis used rank spearman statistic test.

Result showed that compensation of respondents were good enough (44.4%), awards of respondents were less (55.6 %), work condition were pretty good (44.4%), work training was good enough (40.7%), performance achievement of midwives in exclusive breast feeding were good enough (55.6%). Bivariate analysis showed that there was any correlation between compensation (p = 0.003) awards (p = 0.000) working conditions (p = 0.013) with midwives performance in achieving exclusive breast feeding and no correlation between training (p = 0.227) with performance in achieving exclusive breast feeding.

Health Department of Pati should noticed salary of midwives that have working period more than 5 years, providing an extra intensive to appropriate midwives certain of workload and conduct lactation management training so benefits of the training can be perceived by the midwives.

Keywords : Midwives, Midwives Performance, Exclusive breast feeding

ABSTRAK

Berdasarkan survey awal dengan 10 orang bidan desa diperoleh bahwa masih terdapat bidan yang tidak melakukan IMD, tidak melakukan sosialisasi ASI eksklusif, dan tidak mengajarkan cara perawatan payudara pada ibu bayi, sebanyak 60% disebabkan karena belum mendapatkan pelatihan manajemen laktasi, 50% disebabkan karena kurangnya penghargaan dan kompensasi, dan 30% disebabkan karena kurangnya fasilitas untuk sosialisasi ASI eksklusif.Tujuan dari penelitian adalah untuk mengnalisis beberapa faktor yang berhubungan dengan kinerja bidan desa dalam pencapaian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Juwana Tahun 2014.

Jenis penelitian yang digunakan adalah explanatory research, dengan pendekatan cross sectional, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket dengan 28

(3)

sampel yang diambil dengan dengan cara total sampling, analisas data dilakukan dengan uji Rank-Spearman.

Hasil analisis univariat menunjukan kompensasi responden cukup baik sebesar 44.4%, penghargaan responden kurang baik sebesar 55.6%, kondisi kerja cukup baik sebesar 44.4%, pelatihan cukup baik sebesar 40.7%, kinerja bidan dalam pencapaian ASI eksklusif cukup baik sebesar 55.6%. Hasil analisis bivariat yaitu ada hubungan antara kompensasi (p = 0.003), penghargaan (p = 0.000), kondisi kerja (p = 0.013) dengan kinerja bidan desa dalam pencapaian ASI eksklusif dan tidak ada hubungan antara pelatihan (p = 0.227) dengan kinerja bidan desa dalam pencapaian ASI eksklusif.

Sebaiknya Dinas Kesehatan Kabupaten Pati memperhatikan gaji bidan desa yang memiliki masa kerja lebih dari 5 tahun, memberikan insentif tambahan kepada bidan desa sesuai beban kerjaan tertentu dan, memberikan pelatihan manajemen laktasi secara merata sehingga manfaat pelatihan tersebut juga dapat dirasakan oleh seluruh bidan desa.

PENDAHULUAN

Angka kematian bayi adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. (1)Di Indonesia saat ini tercatat angka kematian bayi masih tinggi yaitu 40/1000 kelahiran hidup di pedesaan sedangkan di perkotaan mencapai 26/1000 kelahiran hidup pada Tahun 2012 padahal sesuai dengan target Millenium Development Goals(MDGs), pada Tahun 2015 indonesia harus menurunkan angka angka kematian bayi menjadi 17/1000 kelahiran hidup.(2)

Untuk mengurangi angka kematian bayi salah satunya dapat di lakukan dengan program ASI eksklusif. ASI merupakan makanan bagi bayi karena mengandung gizi yang sesuai dengan kebutuhan bayi. Pemberian ASI sejak usia dini, terutama ASI eksklusif yaitu pemberian hanya ASI saja sejak bayi baru lahir sampai usia enam bulan. ASI dapat meningkatkan sistim kekebalan tubuh, mencegah penyakit diare, penyakit saluran pernafasan, peyakit telinga, penyakit saluran kencing, menyusui dapat menyebabkan pengeluaran hormon pertumbuhan dan membangun hubungan saling percaya antara bayi dan ibu.(3)

Hasil penelitian dari Afiana Rohmani Tahun 2010, bahwa terdapat hubungan antara pemberian ASI eksklusif dengan tumbuh kembang bayi usia 0-6 bulan, hal ini tidak akan terjadi bila ASI diberikan secara baik dan benar mengingat kegunaan ASI sangat penting bagi tumbuh kembang bayi.

Menyadari pentingnya ASI eksklusif untuk bayi, pemerintah menerbitkan PP No. 33 Tahun 2012 tentang pemberian ASI eksklusif sebagai bentuk dukungannya. PP ini bertujuan mengajak banyak pihak untuk meningkatkan cakupan ASI eksklusif terutama tenaga kesehatan, selain itu peraturan tentang ASI eksklusif talah ditetapkan melalui Kepmenkes RI No. 450/Menkes/IV/2004.(4)

(4)

Standar pelayanan minimal atau bisa disingkat SPM adalah standar pelayanan minimal yang harus didapatkan oleh masyarakat dan menjadi program yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat dan pelaksanaanya diwajibkan kepada pemerintah daerah sesuai dengan sumber daya dan kemampuan daerah. Sebagian besar dari standar pelayanan minimal (SPM) daerah merupakan tanggung jawab dan beban puskesmas, oleh karena itu puskesmas dituntut secara profesional bekerjasama dengan lintas sektoral dan lintas program demi pencapaian standar pelayanan minimal (SPM) sebagai dasar evaluasi untuk puskesmas.

Profil kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012 data cakupan ASI ekslusif hanya mencapai 25,6%, menurun jika dibandingkan dengan pada Tahun 2011 yaitu 45,18%. Rendahnya persentase pemberian ASI eksklusif kemungkinan karena banyaknya faktor yang menyebabkan kegagalan dalam pemberian ASI baik faktor internal (pengetahuan, pendidikan, dan pekerjaan ibu) maupun eksternal (promosi susu formula, penolong persalinan) yang menyebabkan kegagalan dalam pemberian ASI selama 6 bulan. (5)

Masalah ibu tidak dapat memberikan ASI salah satunya karena harus bekerja. Produksi ASI pun menurun karena kelelahan setelah bekerja. Selain itu, banyak di antara mereka yang mengalami gangguan dalam menyusui. Sebenarnya untuk ibu yang bekerja dapat menyusui bayinya dengan cara memeras ASI menggunakan tangan atau pompa dan menyimpannya di lemari pendingin. (6) Selain itu berhasilnya pencapaian ASI eksklusif juga dipengaruhi oleh tenaga kesehatan yaitu perawat, bidan atau dokter yang merupakan ujung tombak bagi ibu-ibu menyusui.

Peran bidan dalam program pemberian ASI eksklusif ini sangat penting tidak hanya bagi bayi tetapi juga bagi ibu menyusui. Pemberian ASI diharapkan dapat membantu perekonomian Indonesia yang sedang mengalami krisis ekonomi, sedangkan bagi perusahaan tempat ibu bekerja, pemberian ASI dapat menghemat biaya pengobatan, meningkatkan produktivitas kerja dan meningkatkan citra perusahaan sekaligus dapat meningkatkan kesehatan ibu dan bayi.( 7)

Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah asuhan kebidanan dengan persalinan normal yang mengacu pada asuhan yang bersih dan aman selama persalinan dan setelah bayi lahir untuk mencegah komplikasi. (8) Tujuan asuhan persalinan normal adalah menjaga kelangsungan hidup dan memberikan derajat kesehatan bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya terintegrasi dan kualitas pelayanan yang optimal.

Menurut Profil Kesehatan Kabupaten Pati Tahun 2013 menunjukan bahwa presentase cakupan ASI eksklusif sebesar 64,8% meskipun, presentase cakupan ASI

(5)

eksklusif sudah terhitung tinggi jika di bandingkan dengan kabupaten lainnya namun, pencapaian cakupan ASI eksklusif di Kabupaten Pati masih belum mencapai target SPM (Standar Pelayanan Minimal) yaitu 80%. (9)

Bidan merupakan orang pertama yang membantu memotivasi ibu dalam memberikan ASI eksklusif. Masih rendahnya cakupan ASI eksklusif di daerah pedesaan, salah satunya disebabkan oleh kinerja bidan. Tugas bidan dalam program ASI eksklusif meliputi 1). Memberikan konseling ASI pada ibu menyusui, 2). Memberikan motivasi kepada ibu bayi agar tetap menyusui, 3). Melakukan pemantauan pemberian ASI eksklusif, 4). Melakukan inisiasi menyusui dini (IMD) setelah bayi lahir, 5). Melakukan Sosialisasi ASI eksklusif, 6). Mengajarkan kepada ibu bayi tentang cara menyusui dan perawatan payudara agar tidak terjadi masalah dalam menyusui.

Di Kabupaten Pati terdapat 5 puskesmas yang masih memiliki presentase cakupan ASI eksklusif terendah yaitu : Wedari II 37,1%, Pati II 45,5%, Jakenan 46,5%, Margorejo 49,5%, dan Juwana 54,5%.(9) Berdasarkan survai pendahuluan di Wilayah Kerja Puskesmas Juwana masih terdapat bidan desa tidak melakukan IMD, tidak mengajarkan pada ibu bayi tentang cara menyusui, perawatan payudara yang benar dan tidak melakukan sosialisasi ASI eksklusif, dari 10 bidan desa 60% belum mendapatkan pelatihan manajemen laktasi dan bidan hanya mendapatkan pelatihan APN (Asuhan Persalinan Normal), 50% disebabkan karena kurangnya penghargaan dan kompensasi, 30% disebabkan karena kurangnya fasilitas untuk program ASI eksklusif, dan 10% disebabkan karena kurangnya pengetahuan bidan desa.

Berdasarkan teori dua faktor dari Frederick Herzberg kompensasi, kondisi kerja, penghargaan dan pelatihan merupakan faktor yang mempengaruhi tinggi atau rendahnya kinerja dari seseorang. Sehingga peneliti merasa tertarik untuk meneliti faktor faktor yang berpengaruh terhadap kinerja bidan desa dalam pencapaian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Juwana Kabupaten Pati.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian explanatory research yaitu merupakan suatu penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel yang ingin diteliti dengan menguji hipotesis yang telah ditetapkan. (10) Metode penelitian yang digunakan adalah survei dengan pendekatan cross sectional yaitu dengan melakukan pengamatan variabel-variabel satu dengan yang lain.

(6)

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah keseluruhan bidan desa di Wilayah Kerja Puskesmas Juwana Kabupaten Pati yang berjumlah 28, sedangkan sampel dari penelitian ini diambil secara total sampling yaitu sebesar 28 bidan desa yang merupakan jumlah keseluruhan bidan di Wilayah Puskesmas Kecamatan Juwana Kabupate Pati.

Analisis yang dipakai yaitu uji Rank – Spearman untuk mengetahui kekuatan hubungan, jika signifikansi > 0.05 maka Ho diterima, sedangkan variabel dependent dalam penelitian ini adalah pencapaian ASI eksklusif dengan variabel independent yaitu kompensasi, penghargaan, kondisi kerja dan pelatihan.

HASIL

1.

Analisis Univariat a. Umur Responden

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Umur

Kelompok Umur (Tahun) Distribusi Frekuensi Jumlah % 28-30 19 70.4 31-33 7 25.9 34-36 1 3.7 Total 27 100

Berdasarkan tabel 1 diatas dijumpai kelompok umur responden terbanyak berusia 28-30 tahun yaitu sebanyak 70.4%.

b. Lama Kerja

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Lama Kerja

Lama Kerja (Tahun) Distribusi Frekuensi Jumlah % 4-7 24 88.9 8-11 2 7.4 12-15 1 3.7 Total 27 100

Berdasarkan tabel 2 diatas dapat terlihat lama kerja responden terbanyak 4-7 tahun yaitu sebanyak 88.9%.

(7)

c. Tingkat Pendidikan

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Distribusi Frekuensi

Jumlah %

D1 1 3.7

D3 26 96.3

Total 27 100

Berdasarkan tabel 3. Diatas terlihat tingkat pendidikan terbanyak D3 yaitu sebanyak 96.3%.

d. Kompensasi

Tebel 4. Distribusi FreskensiKompensasi

Kompensasi Distribusi Jumlah % Kurang baik 11 40.7 Cukup baik 12 44.4 Baik 4 14.8 Total 27 100

Berdasarkan tabel 4. diatas dapat dilihat berdasarkan kategori kompensasi terbanyak, yaitu cukup baik sebesar 44.4%.

e. Kondisi Kerja

Tebel 5.

Distribusi Freskensi Kondisi Kerja

Kondisi Kerja Distribusi

Jumlah %

Kurang baik 10 37.0

Cukup baik 12 44.4

Baik 5 18.5

Total 27 100

Berdasarkan tabel 5. diatas dapat dilihat berdasarkan kategori kondisi kerja terbanyak yaitu cukup baik sebesar 44.4%.

(8)

f. Penghargaan

Tebel 6. Distribusi Freskensi Penghargaan

Penghargaan Distribusi Jumlah % Kurang baik 15 55.6 Cukup baik 8 29.6 Baik 4 14.8 Total 27 100

Berdasarkan tabel 6. terlihat berdasarkan kategori penghargaan terbanyak yaitu kurang baik sebesar 55.6% Pelatihan

g. Pelatihan

Tebel 7. Distribusi Freskuensi Pelatihan

Pelatihan Distribusi Jumlah % Kurang baik 7 25.9 Cukup baik 11 40.7 Baik 9 33.3 Total 27 100

Berdasarkan tabel 7. terlihat berdasarkan kategori pelatihan terbanyak yaitu cukup baik sebesar 40.7%.

h. Kinerja

Tebel 8. Distribusi Freskuensi Kinerja dalam pencapaian ASI

Kinerja Distribusi Jumlah % Kurang baik 5 18.5 Cukup baik 15 55.6 Baik 7 25.9 Total 27 100

Berdasarkan tabel 8. terlihat berdasarkan kategori kinerja terbanyak yaitu cukup baik sebesar 55.6%.

(9)

2. Analisis Bivariat

Tabel 9.

Hasil Uji Rank Spearman Kompensasi, Kondisi Kerja, Penghargaan, Pelatihan, Kinerja Bidan dalam Pencapaian ASI Eksklusif

Variable Bebas Variable Terikat P Value Tingkat Korelasi Rho Hasil Kompensasi Kinerja bidan dalam pencapaian ASI eksklusif 0.003 Korelasi Sedang 0.549 Ada hubungan

Kondisi kerja Kinerja bidan dalam pencapaian ASI eksklusif 0.000 Korelasi Kuat 0.732 Ada hubungan Penghargaan Kinerja bidan dalam pencapaian ASI eksklusif 0.013 Korelasi Sedang 0.473 Ada hubungan Pelatihan Kinerja bidan dalam pencapaian ASI eksklusif 0.227 Korelasi Lemah 0.240 Tidak ada hubungan

Berdasarkan hasil uji spearman terdapat hubungan antara kompensasi, kondisi kerja, dan penghargaan dengan kinerja bidan desa dalam pencapaian ASI eksklusif, hal ini dapat dibuktikan pada p-value kompensasi 0.003, kondisi kerja 0.000, dan penghargaan sebesar 0.013 ( < 0.05) sehingga Ha diterima, sedangkan tidak terdapat hubungan antara pelatihan dengan kinerja bidan desa dalam pencapaian ASI eksklusif, hal ini dibuktikan p-value sebesar 0.277 (> 0.05) sehingga Ha ditolak.

PEMBAHASAN

1. Hubungan antara Kompensasi dengan Kinerja Bidan dalam Pencapaian ASI Eksklusif

Berdasarkan hasil penelitian sebesar 44.4% memiliki asumsi gaji cukup baik hal tersebut dikarenakan gaji bidan desa di Wilayah Kerja Puskesmas Juwana telah setiap bulan, dan bidan desa lebih memilih mencari penghasilan dari pekerjaan lain di luar puskesmas dikarenakan tidak adanya kenaikan gaji untuk bidan PTT yang telah bekerja lebih dari 5 tahun, hal ini dibuktikan sebesar 18.5% responden menyatakan sangat tidak setuju bila besar gaji yang diterima telah sesuai dengan lama kerja.

(10)

Berdasarkan hasil penelitian didapati gaji bidan desa PTT sering tidak diberikan dengan tepat waktu, gaji bidan PTT akan naik bila bidan rutin melakukan pelaporan ke kementrian kesehatan selama menjadi bidan sehingga kenaikan gaji dapat ditanggapi, selain itu di Puskesmas Juwana terdapat pelayanan rawat inap dengan jumlah tempat tidur 38 buah namun dikarenakan kurangnya tenaga bidan di Wilayah Puskesmas Juwana bidan desa harus merangkap pekerjaanya untuk bekerja shift di ruang rawat inap, namun saat bidan, desa mendapatkan pekerjaan melebihi jam kerja bidan tidak mendapatkan insentif tambahan, sehingga bidan desa merasa gaji yang diterima tidak sesuai dengan beban kerja.

Berdasarkan teori kinerja Herzberg dalam Triyono Ayon, Herzberg dikenal dengan teori dua faktor menyatakan kompensasi merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan sebagai motivasi prestasi kerja dalam bekerja maupun melaksanakan tugas–tugasnya, dengan kompensasi yang cukup maka pekerja akan termotivasi untuk mencapai tingkat prestasi yang tinggi.(11) Hal ini sesuai dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Latifah yang mengemukakan bahwa terdapat hubungan antara kompensasi dengan pelaksanaan manajemen laktasi pada pelayanan perinatal.

2.

Hubungan antara Kondisi Kerja dengan Kinerja Bidan Desa dalam Pencapaian ASI

Eksklusif

Berdasarkan hasil penelitian sebesar 44.4% responden memiliki asumsi memiliki kondisi kerja cukup baik dikarenakan dengan pengaturan jam kerja dengan sistem shift membuat bidan seluruhnya melalukan rawat gabung karena tersedianya ruang rawat gabung di puskesmas, selain itu sebagian besar bidan telah melakukan IMD dikarenakan dukungan dari supervisi, namun terkadang ibu bayi tidak bersedia IMD karena ibu bayi tidak mengetahui manfaat dari IMD itu sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 18.5% menyatakan sangat tidak setuju bila tokoh masyarakat seperti kepala desa telah ikut serta dalam membentuk KP-ASI (Kelompok Pendukung ASI) hal ini dikarenakan tidak semua kepala desa aktif dalam kegiatan-kegiatan desa dan dengan dibentuknya KP-ASI akan menambah beban kerja untuk bidan sendiri, karena selama ini sudah ada KP-KIA/kelas ibu hamil sebagai tempat untuk sosialisasi ASI. Kendala yang sering dihadapi bidan desa pencapaian ASI eksklusif yaitu kurangnya pemenuhan gizi ibu ketika hamil sehingga pada saat melahirkan, tidak cukup ASI yang di produksi dan selain itu terkadang terjadi masalah pada bayi yaitu bayi sering tidak mau menyusu.

14.8% menyatakan sangat tidak setuju bila sudah terdapat media sosialisasi ASI seperti leaflet di tempat kerja bidan, media sosialisasi bidan desa dalam mensosialisasikan ASI eksklusif yaitu poster dan leflet tetapi masih terdapat banyak bidan desa yang tidak

(11)

diberikan leaflet di tempat kerjanya untuk media sosialisasi ASI eksklusif sehingga bidan desa lebih memilih meyuruh ibu bayi untuk mencari informasi sendiri mengenai ASI eksklusif hal tesebut dikarenakan tidak adanya dana yang tersedia utuk program ASI eksklusif.

11.1% menyatakan sangat tidak setuju bila pemerintah telah memberikan jaminan kesehatan untuk bidan desa PTT dan bidan desa PNS, bagi bidan desa PNS sudah ada jaminan kesehatan yang diberikan dari pemerintah namun untuk bidan desa PTT belum terdapat jaminan kesehatan yang jelas dari pemeritah, bidan PTT harus mengajukan jaminan kesehatan sendiri ke puskesmas maka barulah diberikan jaminan kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian terdapat bidan desa yang tidak di sediakan tempat di balai desa dikarenakan terbatasnya ruang di balai desa serta kondisi balai desa yang sudah tidak layak ditempati. Selain kader juga tidak selalu memberikan penyuluhan ASI eksklusif di Posyandu dikarenakan kader merupakan tenaga kesehatan yang suka rela dalam menjalankan tugas sehingga tidak selalu hadir di posyandu, bidan juga sering terlambat hadir di posyandu dan sulit dalam memantau ibu menyusui dikarenakan terdapat bidan desa yang tidak berdomisili di Kecamatan Juwana sehingga banyak ibu menyusui yang jarang atau tidak hadir dalam postandu.

Berdasarkan teori Hezberg kondisi kerja merupakan salah satu faktor yang dapat digunakan sebagai motivasi prestasi kerja dalam bekerja maupun melaksanakan tugas– tugasnya, dengan kondisi kerja yang aman, nyaman dan didukung oleh peralatan yang memadai maka dapat mendukung pekerjaan secara maksimal.(11) Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wawan setiawan yang menyatakan adanya hubungan antara kondisi kerja dengan kinerja bidan dalam pertolongan persalinan di Kabupaten Tasikmalaya. (12)

3. Hubungan antara Penghargaan dengan Kinerja Bidan Desa dalam Pencapaian ASI Eksklusif

Berdasarkan hasil penelitian sebesar 55.6% responden memiliki asumsi penghargaan kurang baik dikarenakan bidan desa belum pernah mendapatkan penghargaan karena hasil dari perstasi yang diraih, 55.6% menyatakan sangat tidak setuju bila mendapat cuti tambahan dari atasan bila kinerja baik berdasarkan hasil penelitian cuti yang diberikan kepada bidan desa dalam 1 tahun yaitu selama 12 hari namun pada kenyataan yang didapat, bidan desa tidak diijinkan mengambil cuti tambahan atau mengambil cuti lebih dari 2 hari, hal ini dikarenakan Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Tak Tetap (PTT) yang bekerja secara fungsional melayani pasien tidak diperkenankan mengambil cuti tambahan.

(12)

29.6% sangat tidak setuju mendapat insentif tambahan bila cakupan ASI eksklusif meningkat hal tersebut dikarenakan kementrian kesehatan tida pernah memberikan insentif tambahan kepada bidan apabila beban kerja bidan bertambah ataupun bidan melakukan prestasi yang baik, dan 22.2% sangat tidak setuju bila mendapatkan piagam dari dinas kesehatan bila kinerja baik dikarenakan bidan di Wilayah Kerja Puskesmas Juwana belum pernah mendapatkan piagam dari prestasi kerja yang dilakukan.

Dari 27 bidan desa yang telah di teliti 3 bidan PNS dan 24 bidan desa yang berstatus Pegawai Tak Tetap belum pernah di angkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), supervisi juga belum selalu memberikan penghagaan jika hasil pencapaian ASI eksklusif mengalami peningkatan, supervisi hanya namun tanggung jawab lebih bila bidan telah mencapai target yang ditentukan, namun supervisi sudah selalu mengikutsertakan bidan desa dalam rapat Puskesmas sebagai penghargaan dikarenakan bidan desa merupakan ujung tombak dalam peningkatan ASI eksklusif maupun Kesehatan Ibu Anak (KIA).

Penghargaan merupakan semua penghargaan yang dapat berupa uang atau barang secara langsung maupun tidak langsung sebagai imbalan dari suatu prestasi kerja. 23 Hal ini sejalan dengan penelitian Selain yang dilakukan oleh Melly yang menyatakan terdapat hubungan antara penghargaan dengan kinerja bidan puskesmas dalam program pemberian ASI eksklusif di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Samarinda.(13)

4.

Hubungan antara Pelatihan dengan Kinerja Bidan Desa dalam Pencapaian ASI

Eksklusif

Berdasarkan hasil penelitian sebesar 40.7% responden memiliki asumsi memiliki pelatihan cukup baik hal ini dikarenakan bidan tidak terlalu bergantung dari pelatihan namun skill juga bisa didapat dari pengalaman bekerja,11.1% menyatakan sangat tidak setuju bila Puskesmas selalu memberikan pelatihan yang terencana dan merata kepada semua bidan.

Pentingnya dilakukan pelatihan manajemen laktasi pada petugas kesehatan sesuai dengan pendapat Rosmentina dalam penelitian Latifah, untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan petugas perlu diadakan pelatihan yang dapat dilakukan di rumah sakit itu sendiri atau ditempat lain.(14)

Hal ini tidak sesuai dengan pendapat Asminjatipelaksanaan pelatihan pada bidan dilakukan agar bidan mengetahui dan dapat melaksanakan pelayanan sesuai dengan pedoman manajemen laktasi. (15)

Berdasarkan hasil penelitian pelatihan manajemen laktasi sudah pernah diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pati namun tidak semua bidan mengikuti pelatihan manajemen laktasi karena supervisi tidak mewajibkan bidan desa untuk mengikuti setiap pelatihan yang

(13)

diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pati, hal ini dikarenakan pelatihan yang diberikan kepada bidan tidak bersifat gratis sehingga pelatihan yang diberikan Dinas Kesehatan Kabupaten Pati menjadi tidak merata dan tidak mungkin bidan mengikuti seluruh pelatihan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Pati.

Bidan setuju bila dengan diberikannya pelatihan manajemen laktasi akan menambah skill dan pengalaman bidan dalam meningkatkan pencapaian ASI eksklusif namun untuk meningkatkan pencapaian ASI eksklusif tidak harus mendapatkan pelatihan manajemen laktasi melainkan pengalaman dapat diperoleh dari bekerja sehari hari-hari.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Didapatkan prosentase kompensasi cukup setuju 44.4%, kondisi kerja cukup baik sebesar 44.4%, penghargaan kurang baik sebesar 55.6%, dan pelatihan cukup baik sebesar 40.7%.

2. Berdasarkan hasil uji statistik terdapat hubungan antara kompensasi, kondisi kerja, penghargaan dengan kinerja bidan desa dalam pencapaian ASI eksklusif (p < 0.05), sedangkan pelatihan tidak ada hubungan dengan kinerja bidan desa dalam pencapaian ASI eksklusif (p > 0.05).

SARAN

Sebaiknya Dinas kesehatan Kabupaten Pati memberikan pelatihan dengan sistemTraining Of Trainers (TOT) kepada salah satu bidan desa agar pelatihan dapat lebih efektif dilakuakan dan, untuk Puskesmas Juwana agar lebih memberdayakan tokoh masyarakat, kader untuk turut ikut serta dalam mendukung ASI eksklusif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Direktorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. Direktorat Gizi Masyarakat Jakarta. 2002

2. BKKBN. SDKI. Laporan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia Tahun 2012. Jakarta. 2013

3. Nurmiati. Pemberian ASI Terhadap Ketahanan Hidup Bayi di Indonesia. Vol 2. Makara Kesehatan. Jakarta. 2008

4. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 450/Menkes/IV/2004. Pemberian ASI secara eksklusif. Jakarta. 2004

(14)

5. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2012. Jawa Tengah. 2013

6. Siregar, A. Pemberian ASI eksklusif dan Faktor – faktor yang mempengaruhinya. Fakultas Kesehtan Masyarakat Universitas Sumatra Utara. 2004

7. Wikojosastro, H. Ilmu Kebidanan. Edisi 3. Yayasan Rachim. Jakarta. 2002

8. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pusat Kesehatan Masyarakat. Departemen Kesehatan. Ditrektorat Jendral Bina Kesehatan Masyarakat. Jakarta.2004

9. Dinas Kesehatan Kabupaten Pati. Profil Kesehatan Kabupaten Pati Tahun 2013. Pati. 2013

10. Swarjana, K. Metodologi Penelitian Kesehatan. Andi Offset. Yogyakarta. 2012 11. Triyono Ayon. Sumber Daya Manusia. Oryza. Yogyakarta. 2012

12. Wawan, S. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kinerja Bidan Dalam Pertolongan Persalinan Di Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2007. Universitas Diponegoro. 2007

13. Melly, Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Kinerja Bidan Puskesmas dalam Program Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Samarinda Tahun 2011. Universitas Diponegoro. 2011

14. Latifah, Hubungan Karakteristik Petugas Kesehatan Dengan Pelaksanaan Manajemen Laktasi Pada Pelayanan Perinatal Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Mutia Sari Kabupaten Bengkalis Tahun 2007. Universitas Sumatera Utara. 2008

15. Asminjati, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif Di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Lega Bogor Tahun 2001. Universitas Indonesia. 2001

Referensi

Dokumen terkait

BAB I PENDAHULUAN ... Latar Belakang Masalah ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Kerangka Penelitian ... Konsep Pembelajaran ... Proses

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK.. KANTOR WILAYAH JAWA

Security of a data is a thing to be observed in keeping the votes information especially that contains information that may only be known its contents by who is entitled

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa dengan diterapkannya model pembelajaran POE (Predict – Observe -

Kesimpulan, kesimpulan dari karya ilmiah ini adalah semua pasien (Ny.R, Nn.Sa, Ny.Su) mengalami peningkatan terhadap kemampuan klien dalam mengontrol halusinasi. Saran, saran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh celebrity endorser dan typical-person endorser pada iklan sampho Clear dan mengetahui pengaruh celebrity endorser

The coffee template rule reconstructs the coffee element, but it does so by using literal text to redefine the price and availability tags and by using xsl:apply- templates to

Sumber: Data sekunder yang diolah... Aneka