• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendahuluan. Kata Kunci : Nutrisi kurang, balita, menu pendamping ASI. Abstract

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pendahuluan. Kata Kunci : Nutrisi kurang, balita, menu pendamping ASI. Abstract"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KELUARGA DENGAN BALITA NUTRISI KURANG Yanuri Setyadi* Henny Permatasari,S.Kp,. M.Kep,. Sp.Kom**

*RS Bina Husada Cibinong, Jln Mayor Oking Jaya Atmaja No.101 Cibinong Bogor- Jawa Barat Email: [email protected]

**Keilmuan Keperawatan Komunitas, Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia Kampus FIK UI Depok, 16424.

Abstrak

Kurang gizi menjadi masalah kesehatan perkotaan terutama pada balita. Faktor langsung yang mempengaruhi status gizi adalah asupan makanan dan penyakit penyerta. Upaya pemerintah melalui program gizi balita di Puskesmas, menerap kan program melalui kebijakan Perkesmas. Peran perawat dalam pelaksanaan Perkesmas adalah memberikan asuhan keperawatan keluarga. Bentuk intervensi keperawatan memberikan pendidikan kesehatan, melatih psikomotor penyusunan dan pembuatan menu makanan pendamping ASI. Intervensi diberikan kepada keluarga selama 7 minggu di Kelurahan Sukatani Tapos Depok. Evaluasi: tercapainya peningkatan gizi kurang pada balita dan peningkatan berat badan balita. Saran dan rencana tindak lanjut: penyusunan menu dan membuat makanan pendamping ASI (MP ASI) menjadi cara yang efektif mengatasi dan memperbaiki balita dengan nutrisi kurang.

Kata Kunci : Nutrisi kurang, balita, menu pendamping ASI

Abstract

Poor nutrition into urban health problems, especially in infants. Factors directly affecting nutritional status are food intake and comorbidities. Government efforts through nutritional programs in health centers, menerap the program through PHN policy. The role of nurses in the implementation of PHN is providing nursing care family. Form of nursing interventions provide health education, training and preparation of menu creation psychomotor complementary feeding. Intervention given to the family for 7 weeks in the Village Sukatani Tapos Depok. Evaluation: achievement of improvements in malnutrition among infants and toddlers weight gain. Advice and follow-up plan: preparation of menus and make complementary foods (complementary feeding) be an effective way to overcome and improve nutrition toddler with less.

Keywords: Lose nutrition, toddler, menu complementary breast milk Pendahuluan

Globalisasi telah mengakibatkan restrukturi-sasi kota dan wilayah di dunia. Perkembangan dunia era sekarang ini begitu cepat, ditandai dengan banyaknya daerah yang dulunya desa telah menjadi kota dan daerah yang sebelumnya kota telah berkembang menjadi metropolitan. Jumlah populasi sepertiga dari populasi di 11 negara Asia Tenggara tinggal di perkotaan. Jumlah ini adalah separuh dari populasi perkotaan di dunia, yang diperkira-kan meningkat hingga 60% pada tahun 2030 dan menjadi 70% pada tahun 2050. Lebih dari sepertiga penduduk kota tinggal di kawasan

kumuh yang mempengaruhi kesehatan fisik, sosial dan mental penduduk kota yang menjadi tantangan pengelolaan dan pengaturan wilayah kota. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2010 mengungkapkan permasalahan masyarakat di daerah urban atau perkotaan sangat kompleks dan dapat berdampak pada masalah ekonomi, sosial, peningkatan jumlah penduduk, serta perubahan lingkungan. Masalah-masalah yang muncul antara lain adalah pengang-guran, sempitnya lahan untuk pemukiman, dan polusi udara yang akan

(2)

berdampak kepada penurunan derajat kesehatan masyarakat di daerah urban atau perkotaan (www.depkes.go.id).

Prevalensi nasional Gizi Buruk pada Balita adalah 5,4%, dan Gizi Kurang pada Balita adalah 13,0%. Keduanya menunjukkan bahwa baik target Rencana Pembangunan Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi (20%), maupun target

Mille-nium Development Goals pada 2015 (18,5%)

telah tercapai pada 2007. Keterbatasan ekonomi yang berarti ketidak-mampuan daya beli keluarga yang berarti tidak mampu membeli bahan makanan yang berkualitas baik, maka pemenuhan gizi pada balitanya juga akan terganggu. balita dengan pendapatan keluarga yang kurang berisiko mengalami kejadian gizi buruk 16,62 kali dibanding dengan balita yang memiliki pen-dapatan keluarga yang cukup. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa balita yang pendapat-an keluargpendapat-anya ypendapat-ang kurpendapat-ang, berpelupendapat-ang 16,62 kali berisiko untuk menderita gizi buruk dibanding dengan balita yang pendapatan keluarganya cukup. Sehingga dapat disimpul-kan bahwa pendapatan keluarga merupadisimpul-kan faktor penyebab gizi buruk pada anak balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mata Kota Kendari (Ratna, 2013). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Depok, kasus gizi buruk hasil validasi status gizi di 63 kelurahan di Kota Depok dari tahun ke tahun mengalami penu-runan. Tahun 2010, jumlah balita gizi buruk sebanyak 199 orang atau 0,18 persen. Tahun

2011, jumlah balita gizi buruk turun menjadi 129 orang atau 0,11 persen, dan tahun 2012 turun menjadi 120 balita atau 0,10 persen (Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Keseha-tan Kota Depok, 2014).

Metode

Metode yang diterapkan selama Praktik Klinik Keperawatan Kesehatan Masyarakat Perkotaan (PK-KKMP) adalah pemberian asuhan keperawatan dengan penerapan proses keperawatan, meliputi pengkajian, penegakan diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Asuhan keperawatan terhadap ke-luarga dilakukan dengan kunjungan rumah dua kali dalam satu minggu. Asuhan kepera-watan dilaksanakan dengan memberikan inovasi unggulan berupa pemberian makanan pendamping ASI bagi balita kelolaan.

Pengkajian karakteristik keluarga bapak W adalah tipe keluarga inti (nuclear family), yaitu tipe keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak kandung yang tinggal dalam satu atap. Keluarga pada tingkat perkembang-an dengperkembang-an perkembang-anak toddler. Periode yperkembang-ang ditun-jukkan perkembangan dari mulai bergerak sampai dapat berjalan. Periode ini merupakan perkembangan kepribadian dan pertumbuhan fisik yang besar. Perkembangan motorik berlangsung terus menerus, mereka juga mempelajari standar peran, kontrol diri, sadar ketergantungannya pada orangtua dan keman-dirian, dan mulai membentuk konsep diri. Pada saat dilakukan pengkajian, keluarga

(3)

me-ngatakan An T mulai sulit makan sejak ber-usia 9 bulan, dan sejak saat itu setiap melaku-kan penimbangan berat badan anaknya dirasa-kan susah naik. Pola madirasa-kan An T adalah 3 kali sehari dan masih minum ASI. Ibu J me-ngatakan tidak memberikan makanan selingan diantara waktu makan tersebut karena makan pokok saja anaknya susah makan. Menurut ibu J anaknya juga tidak menyukai susu formula walaupun sudah dicoba memberkan-nya.

Keluarga mengatakan bahwa anak T juga sering mengalami sakit batuk, pilek, dan panas. Setiap bulan selalu mengalami demam, batuk, dan pilek. Ibu J mengatakan anaknya saat ini juga belum mampu berdiri dan berjalan sendiri seperti anak seusianya. Ibu J mengatakan belum pernah membawa anaknya ke fasilitas kesehatan dalam me-nangani masalah berat badan dan gizi kurang tersebut. Keluarga mengatakan An T dilaku-kan penimbangan setiap bulan di Posyandu. Ibu J juga mengata-kan anaknya jarang makan atau makan tidak teratur, senang memakan makanan jajan dari warung seperti makanan snack yang asin-asin dan berbumbu. Ibu J mengatakan jika anaknya mengalami batuk pilek, anaknya di bawa ke bidan terdekat. Keluarga masih mengalami keterbatasan in-formasi tentang masalah kesehatan gizi kurang yang dialami oleh anaknya. Keluarga saat ini sudah melakukan keputusannya untuk merawat anak T yang mengalami gizi kurang. Keluarga sudah berupaya melakukan

perawa-tan sederhana terkait gizi kurang yang terjadi pada anaknya, seperti memberikan makan sesuai waktu makan, memberikan ASI kepada anak T dan mengasuh anak sesuai dengan usianya. An T belum mampu tercukupi ke-butuhan nutrisinya dikarenakan variasi maka-nan sehari-hari yang kurang bervariasi dan ke-terbatasan/daya beli keluarga terhadap bahan makanan yang dibutuhkan anaknya. Keluarga sampai saat ini belum melakukan modifikasi lingkungan, karena keterbatasan informasi bagaimana cara melakukan/memodifikasi ling kungan untuk perbaikan gizi anaknya. Keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan di Posyandu untuk penimbangan berat badan anak-nya dan mendatangi bidan jika anaknya sakit batuk, pilek dan panas.

Pengkajian fokus terhadap balita anak T, di-dapatkan anak T sulit makan, setiap bulannya berat badan tidak naik, sering sakit. An T pola makannya 3 kali sehari dengan menu nasi dan sayur sop, tetapi setiap kali makan porsi ma-kan tidak habis. An T tidak pernah mendapat makanan tambahan selain makan 3 kali sehari. Hasil pemeriksaan fisik An T tampak kurus, konjungtiva pucat, anemis, rambut tipis, mudah dicabut dan kusam,dan rewel. Pengukuran antropometri; BB/TB= 7 kg/75 cm, LLA= 10 cm, masih minum ASI, tidak selera makan, hanya sedikit saja makan biskuit, dan KMS berada pada garis kuning. Saat ini an T belum dapat berdiri dan berjalan sendiri, belum dapat mengungkatpan kata. An T juga mengalami batuk, pilek, pemerik-saan

(4)

fisik suhu badan 36,5 °C, nadi 102 x/menit, pernafasan 30x/menit.

Diagnosa adalah pernyataan sebagai kesim-pulan hasil dari analisa data pengkajian yang telah didapat. NANDA (2012) menyebutkan perumusan diagnosa menggunakan diagnosa tunggal tanpa ada etiologi. Diagnosa kepera-watan yang umum pada keluarga dengan masalah kesehatan gizi kurang pada balita berdasarkan rujukan Diagnosa Nanda 2012-2014. Data yang dijabarkan tersebut dapat ditegak-kan diagnosa keperawatan pada An T, yaitu:

a. Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh.

b. Gangguan tumbuh kembang. c. Bersihan jalan nafas tidak efektif.

Perencanaan merupakan tahap lanjutan dari proses keperawatan setelah tahap perumusan masalah keperawatan dalam bentuk inter-vensi. Intervensi didefinisikan perencanaan tindakan yang dirancang untuk membantu klien dalam beralih dari tingkat kesehatan saat ini ke tingkat yang diinginkan dalam hasil yang diharapkan. Perencanaan dilakukan dengan intervensi inovasi penyusunan dan pembuatan makanan pendamping ASI pada anak, yang tujuan umumnya dalam asuhan keperawatan keluarga terpenuhi asupan nutrisi pada gizi kurang. Tujuan khusus dari inter-vensi inovasi ini adalah mencapai pening-katan pengetahuan dan melatih psikomotor keluarga dalam penyusunan dan pembuatan

makanan pendamping bagi anak. Perencanaan dibuat dalam dua kali pertemuan, yaitu per-temuan pertama memberikan edukasi tentang makanan pendamping ASI bagi anak. Tahap berikutnya bersama dengan keluarga menyu-sun dan membuat makanan pendamping ASI sesuai kemampuan keluarga. Kontrak perte-muan berupa waktu, tempat, dan materi yang akan didiskusikan. Persiapan materi, media, dan metode intervensi inovasi yang akan diberikan.

Implementasi keperawatan merujuk pada pe-rencanaan intervensi yang ditetapkan, media yang digunakan berupa lembar balik, leaflet, dan contoh bahan makanan pendamping ASI instan. Pelaksanaan tindakan keperawatan pertama dilakukan pada hari 26 Mei 2014 jam 09.30 WIB di kediaman bapak W. Implemen-tasi dilakukan terhadap keluarga bapak W dengan anak yang mengalami gizi kurang dengan memberikan pengetahuan berupa edukasi terhadap orang tua klien. Selanjutnya keluarga dilibatkan dalam peran sertanya dalam melakukan tindakan perawatan tehadap An T demgan cara memberikan pengetahuan secara kognitif akan menanbah pengetahuan untuk keluarga, sehingga psikomotor bertam-bah dalam memenuhi nutrisi anaknya. Pendidikan ke sehatan yang diberikan kepada keluarga berupa; 1) Mendiskusikan kembali dengan keluarga tentang merawat anggota keluarga yang mengalami kurang gizi. 2) Men jelaskan kepada keluarga tujuan menyusun, membuat makanan pendamping ASI. 3)

(5)

Men-jelaskan kepada keluarga pengertian, manfaat, jenis dan macam makanan pendamping ASI untuk balita sulit makan. Menjelaskan cara menyusun, membuat makanan pendamping ASI kembali kepada keluarga. 4) Memberikan contoh cara membuat formula makanan pendamping ASI sesuai kemampuan keluarga, yaitu formula tempe wortel.

Implementasi kedua dilakukan dengan pe-nyusunan menu dan membuat makanan pendamping ASI. Pelaksanaan kegiatan dilaku-kan oleh keluarga dalam memilih dan menyusun menu sesuai keinginan keluarga, serta pembuatan makanan pendamping ASI sesuai kemampuan keluarga. Kegiatan pelak-sanaan dilaku kan sejak Jum’at, tanggal 30 Mei 2014 sampai dengan 14 Juni 2014. Pe-nyusunan menu dan pembuatan makanan pendamping ASI dilaksanakan sesuai kontrak waktu dengan keluarga, setiap pertemuan selama 30-45 menit. Kegiatan diawali dengan penyusunan menu yang akan dibuat hari ini, dilanjutkan dengan melakukan pembuatan makanan pen damping ASI (berupa MPASI instan atau lokal buatan sendiri), dan meman-tau apakah anak mau mengkonsumsi makanan pendamping ASI yang telah disajikan.

Evaluasi merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan, evaluasi dilakukan untuk me-nilai apakah hasil yang diharapkan sudah terpenuhi, bukan untuk melaporkan intervensi keperawatan telah dilakukan (Potter & Perry, 2009). Tahapan evaluasi dilakukan dengan

metode interview untuk hasil edukasi keseha-tan. Tahapan evaluasi dari implemen-tasi keperawatan terkait penyusunan dan pembua-tan makanan pendamping dilakukan dengan metode interview untuk hasil implementasi edukasi kesehatan.

Sedangkan evaluasi psikomotor dilakukan dengan metode observasi langsung terhadap aktivitas imple-mentasi penyusunan menu dan membuat makanan pendamping ASI. Evaluasi di-lakukan dengan 2 tahapan, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Menilai hasil dari pendidikan kesehatan yang telah dilakukan oleh keluarga bapak W mampu mencapai sesuai kriteria hasil yang telah dibuat, sehingga diperoleh hasil secara subyektif dan obyektif melalui evaluasi formatif. Melalui evaluasi sumatif dilakukan penilaian secara dengan mengobservasi lang-sung peran serta keluarga. Penilaian secara subyektif dan obyektif juga dilakukan dalam evaluasi sumatif atas kemampuan keluarga dalam menyusun dan membuat makanan pendamping ASI.

Intervensi inovasi keperawatan unggulan berdasarkan hasil pengkajian fungsi tahap perawatan keluarga, dimana masalah pem-berian nutrisi atau makanan yang diberikan kepada An T kurang bervariasi, dan menu makanan yang diberikan kepada An T sesuai dengan kemampuan keluarga. Pemberian makanan pendamping ASI diberikan melalui penyusunan makanan pendamping ASI secara bervariasi yang diberikan kepada An T yang

(6)

mengalami sulit makan. Pelaksanaan tindakan keperawatan pertama dilakukan pada hari 26 Mei 2014 jam 09.30 WIB di kediaman bapak W. Implementasi dilakukan terhadap keluarga bapak W dengan anak yang mengalami gizi kurang dengan memberikan pengetahuan berupa edukasi terhadap orang tua klien. Selanjutnya keluarga dilibatkan dalam peran sertanya dalam melakukan tindakan perawa-tan tehadap An T demgan cara memberikan penge-tahuan secara kognitif akan menanbah pengetahuan untuk keluarga, sehingga psiko-motor bertambah dalam memenuhi nutrisi anaknya.

Pembahasan

Perawat mempunyai peran yang sangat strategis, yaitu dengan memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat perkotaan secara langsung, baik kepada individu, keluarga, dan masyaraka (Kemenkes, 2006). Upaya peme-rintah melalui Puskesmas sebagai pemberi pe-layanan primer mempunyai tugas penting dalam pemantauan gizi melalui program Perkesmas sebagai bagian integral upaya kesehatan wajib Puskesmas yaitu promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, KIA/KB, P2M, Gizi dan pengobatan. Bentuk praktik pelayanan kesehatan yang diberikan yang dilakukan adalah dengan memberikan asuhan,keperawatan keluarga dengan meng-aplikasikan peran perawat sebagai perawat kesehatan masyarakat.

Pengkajian fokus terhadap balita anak T, di-dapatkan anak T sulit makan, setiap bulannya berat badan tidak naik, sering sakit. An T pola makannya 3 kali sehari dengan menu nasi dan sayur sop, tetapi setiap kali makan porsi makan tidak habis. An T tidak pernah men-dapat makanan tambahan selain makan 3 kali sehari. Hasil pemeriksaan fisik An T tampak kurus, konjungtiva pucat, anemis, rambut tipis, mudah dicabut dan kusam,dan rewel. Pengukuran antropometri; BB/TB= 7 kg/75 cm, LLA= 10 cm, masih minum ASI, tidak selera makan, hanya sedikit saja makan biskuit, dan KMS (Kartu Menuju Sehat) ber-ada pber-ada garis kuning. Saat ini anak T belum dapat berdiri dan berjalan sendiri, belum dapat mengungkatpan kata. An T juga meng-alami batuk, pilek, pemeriksaan fisik suhu badan 36,5 °C, nadi 102 x/menit, pernafasan 30x/menit.

Indikator dari status gizi adalah tingginya prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada anak bawah lima tahun (balita) yang didasarkan pada berat badan menurut umur (BB/U). Gizi kurang masih merupakan masa-lah di Indonesia. Hal ini ditandai dengan masih tingginya prevalensi balita gizi kurang yaitu pada tahun 2005 sebesar 28% (Susenas, 2005). Hasil analisa data dari pengkajian data fokus yang ditemukan pada keluarga bapak W khususnya anak T dapat disimpulkan dalam masalah keperawatan ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Nanda, 2013). Penegakan masalah didasarkan pada

(7)

analisa data dan batasan karaktristik yang ditemukan pada keluarga bapak W khusunya An T. Data hasil pengkajian didapatkan bahwa keluarga sudah sebagian mampu menerapkan fungsi kesehatan keluarga dalam mengelola masalah kesehatan gizi kurang. Nutrisi kurang pada balita akan menyebabkan asupan nutrisi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik (Nanda, 2013).

Perencanaan dilakukan dengan intervensi inovasi penyusunan dan pembuatan makanan pendamping ASI pada anak, yang tujuan umumnya dalam asuhan keperawatan keluarga terpenuhi asupan nutrisi pada gizi kurang. Tujuan khusus dari intervensi inovasi ini adalah mencapai peningkatan pengetahuan dan melatih psikomotor keluarga dalam penyusunan dan pembuatan makanan pen-damping bagi anak. Perencanaan dibuat dalam dua kali pertemuan, yaitu pertemuan pertama memberikan edukasi tentang makanan pen-damping ASI bagi anak.

Pendidikan kesehatan yang diberikan kepada keluarga berupa; 1) Mendiskusikan kembali dengan keluarga tentang merawat anggota keluarga yang mengalami kurang gizi. 2) Men jelaskan kepada keluarga tujuan menyusun, membuat Makanan Pendamping ASI. 3) Men-jelaskan kepada keluarga pengertian, manfaat, jenis dan macam makanan pendamping ASI untuk balita sulit makan. Menjelaskan cara menyusun, membuat makanan pendamping ASI kembali kepada keluarga. 4) Memberikan

contoh cara membuat formula makanan pen-damping ASI sesuai kemampuan keluarga. Kesimpulan

Implementasi intervensi unggulan yaitu inovasi melakukan penyusunan menu dan membuat makanan pendamping ASI pada anak dengan nutrisi kurang dengan memberi-kan edukasi kesehatan dan melatih psiko-motor keluarga. Evaluasi dari implementasi inovasi melakukan penyusunan menu dan membuat makanan pendamping ASI pada anak dengan nutrisi kurang dilakukan secara formatif, yaitu didapatkan peningkatan penge-tahuan keluarga bapak W mengenai inovasi me-lakukan penyusunan menu dan membuat makanan pendamping ASI untuk anak dengan nutrisi kurang. Evaluasi sumatif didapatkan keaktifan keluarga bapak W dalam inovasi melakukan penyusunan menu dan membuat makanan pendamping ASI untuk anak dengan nutrisi kurang.

Intervensi melakukan penyusunan menu dan membuat makanan pendamping ASI untuk anak dengan nutrisi kurang dapat dioptimal-kan menjadi program unggulan di Puskesmas sukatani terkait program gizi balita. Mengem-bangkan intervensi inovasi melakukan penyu-sunan menu dan membuat makanan pen-damping ASI untuk anak dengan nutrisi kurang. Meningkatkan kemampuan psiko-motor perawat praktik terkait inovasi melakukan penyusunan menu dan membuat makanan pendamping ASI untuk anak dengan

(8)

nutrisi kurang. Meningkatkan kemampuan psikomotor melakukan penyusunan menu dan membuat makanan pendamping ASI untuk anak dengan nutrisi kurang. Melanjutkan program intervensi inovasi penyusunan menu dan membuat makanan pendamping ASI untuk anak dengan nutrisi kurang.

Rencana tindak lanjut untuk keluarga adalah dengan melakukan kesepakatan untuk me-lanjutkan semua intervensi keperawatan yang telah diberikan oleh perawat dalam me-nangani masalah kesehatan ketidakseimbang-an nutrisi kurketidakseimbang-ang dari kebutuhketidakseimbang-an tubuh pada anak T. Pemecahan masalah dalam proses asuhan keperawatan dengan intervensi penyu-sunan menu dan membuat makanan pen-damping ASI adalah mengoptimalkan ke-mampuan keluarga dan pemanfaatan sumber dan sesuai kemampuan keluarga.

Referensi

Depkes RI (2005): Gizi Seimbang Menuju hidup

Sehat Bagi Balita, Direktorat Gizi Masyarakat.

Jakarta.

Depkes RI(2007): Panduan Umum Keluarga

Sadar Gizi, Ditjen Bina Kedehatan Masyarakat,

Depkes RI, Jakarta.

Depkes RI. (2009). Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Bidang Kesehatan. Jakarta.

http://gizi.depkes.go.id/enam-provinsi-sulit- keluar-dari-permasalahan-kemiskinan-dan-prevalensi-gizi-kurang http://gizi.depkes.go.id/workshop-cakupan-indikator-pembinaan-gizi-masyarakat http://www.nutrition.org/publications/the-journal-of-nutrition/ http://www.depok-ku.com/135/ Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok 2014. http://gizi.depkes.go.id/enam-provinsi-sulit ke luar-dari-permasalahan-kemiskinan-dan-preva lensi-gizi-kurang http://gizi.depkes.go.id/workshop-cakupan-in dikator-pembinaan-gizi-masyarakat http://www.nutrition.org/publications/the-jour nal-of-nutrition/

Kesehatan Ke luarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Depok 2014.

 

Kemenkes RI (2013): Pembangunan di Indonesia

2012-2014. Jakarta.

 

Ratna, U.N (2013): Faktor-faktor Penyebab Gizi

Buruk pada Anak Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Mata Kota Kendari; Dosen STIKES

Mandala Waluya Kota Kendari

Riset Kesehatan Dasar Nasional.(2007): Badan

penelitian dan pengembangan kesehatan, Jakarta;

www. docstoc. Com/.../ laporan hasil riset kesehatan dasar (riskesdas)-nasional 2007 (diaskes 14 Juni 2014)

Rikerdas (2013): badan litbang kesehatan

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini mengungkap perbedaan penilaian customer terhadap kompetensi lulusan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan yang disingkat LPTK Islam (Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

sebuah konsep komunikasi (Deri dan Prabawa, 2014). J-Project belum memiliki tagline yang dapat membantu membangun kesadaran merek perusahaan tersebut. Tagline yang

Pada penelitian ini, dirancang dan diimplementasikan sebuah sistem yang dapat memantau getaran dan amplitudo terbesar pada struktur bangunan yang diakibatkan oleh

Adapun perlaksanaan bimbingan konseling Islam dengan Terapi Ruqyapuncture dalam mengurangi Migrain akibat Stress adalah ada gangguan pengaruh sekeliling, yang menyebabkan klien

Pada Desa Numponi dan Desa Sanleo Kecamatan Malaka Timur, Kabupaten Malaka terdapat potensi alam dan sumberdaya manusia yang bisa dimanfaatkan dalam rangka penyelenggaraan

Berdasarkan hasil mengenai pengetahuan remaja putri tentang vaksinasi HPV (Human Papilloma Virus) untuk mencegah kanker serviks di SMKN 4 Kota Tanjungpinang Tahun

25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Provinsi Kalimantan Selatan 2005-2025 ini mengacu pada

Menurut pendapat J.S. Rolicek dan R.L. Warren dalam bukunya pengantar sosiologi, perubahan kebudayaan adalah satu proses melaluinya berbagai bagian dalam satu