• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penyebaran Dan Tingkat Serangan Penyakit Layu Pada Tanaman Pisang Di Kabupaten Bengkulu Selatan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penyebaran Dan Tingkat Serangan Penyakit Layu Pada Tanaman Pisang Di Kabupaten Bengkulu Selatan"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Penyebaran Dan Tingkat Serangan Penyakit Layu Pada Tanaman Pisang Di Kabupaten Bengkulu Selatan

Ishak Manti

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Barat Jl. Raya Padang-Solok, Km. 40, Sukarami

ABSTRACT

Distribution and Infection Rate of Dwarf Diseases on Banana Plantation in South Bengkulu Regency. This study was conducted using survey method during 2003-2004. Dwarf disease is one of the major diseases attacking banana crops in Indonesia. Some years ago, dwarf disease decreased the banana production significantly in Bengkulu, but the exact data have not yet found and the pathogens and its distribution of that disease were unknown. So that, the study on the distribution and infection rate of dwarf disease in South Bengkulu regency as a banana production center in Bengkulu province should be done. The result of this study could be used as a base information for controling dwarf disease effectively. There were seven varieties of bananas found, which were Kepok, Ambon, Jantan, Tanduk, Rawas, Muli, and Kapar. Kepok, Ambon and Jantan varieties were more dominant than the others. Dwarf disease infected by Fusarium and bacteria were found in almost all locations of banana plantion in South Bengkulu regency.

Key words : Dwarf disease, infection, banana, and South Bengkulu.

PENDAHULUAN

i Indonesia, pisang merupakan tanam-an rakyat ytanam-ang dapat tumbuh di ham-pir seluruh tipe agroekosistem, sehingga tanaman ini menduduki posisi pertama da-lam hal luas bila dibandingkan dengan ta-naman buah lainnya (Ganry, 1990). Secara umum usahatani pisang secara intensif be-lum banyak dilakukan. Walaupun demikian, tanaman pisang mempunyai peranan pen-ting dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi dan sekaligus dapat menjadi sumber pen-dapatan bagi sebagian besar masyarakat di pedesaan.

Salah satu kendala dalam usahatani pi-sang adalah serangan hama dan penyakit. Ada lima jenis hama yang menyerang ta-naman pisang, yaitu: (1) penggulung daun (Erionata thrax L), (2) penggerek bonggol (Cosmopolites sardidus G), (3) penggerek batang (Odoiporus longicollis Oliv), (4) pe-rusak buah seperti Thrips (Chaetanapho-trips signipennis) dan ngengat kudis (Naco-leia octasema), dan (5) hama perusak akar seperti nematoda (Rhadopholus similis Cobb) (Hasyim et al., 1996). Sedangkan

penyakit yang terpenting adalah: (1) layu Fusarium (penyakit panama), (2) becak daun (sigatoka), (3) layu bakteri (penyakit moko atau penyakit darah), dan (4) penya-kit kerdil yang disebabkan oleh virus (bana-na top virus) (Sahlan et al., 1996).

Serangan hama dan penyakit tersebut di atas pada pertanaman pisang bisa ber-akibat fatal (terjadi kegagalan panen), ter-utama penyakit yang bersifat endemis, apabila tidak dilakukan tindakan pengenda-lian dini dan tanaman bersifat rentan (ti-dak tahan). Jenis hama dan penyakit yang menyerang tanaman pisang di Indonesia re-latif cukup banyak, namun ada beberapa jenis yang termasuk utama atau penting, karena sulit dikendalikan, cepat berkem-bang, cepat menyebar dari satu lokasi ke lokasi lain, serta dapat menimbulkan kema-tian (puso) dan terjadinya out break secara luas.

Pada tahun 1980-an dilaporkan adanya serangan penyakit layu Fusarium dan penyakit layu bakteri di beberapa daerah di Indonesia yang secara cepat menyebar hampir ke semua pertanaman pisang di

(2)

luruh provinsi termasuk di Bengkulu (Setya-wati, 1996; Apriyanto et al., 2007). Pada tahun 1994 dilaporkan pertama kali adanya serangan penyakit layu secara luas di per-kebunan pisang Cavendish (655 ha) milik PT Nusantara Tropical Fruit di Lampung (Nugroho, 2002). Pada tahun 2000-an se-rangan penyakit layu terdapat di hampir semua kabupaten di Provinsi Bengkulu, te-tapi tingkat serangannya masih bervariasi antar kabupaten dan jenis patogennya be-lum diketahui. Gejala yang banyak dijum-pai adalah tanaman menjadi layu dan ke-mudian mati menjelang atau sedang ber-buah. Luas dan tingkat serangan penyakit ini setiap tahun terus meningkat dan menu-runkan produksi (Apriyanto et al., 2007). Petani juga mengeluhkan serangan penya-kit ini yang telah mengurangi pendapatan-nya.

Untuk bisa mengendalikan penyakit la-yu pada tanaman pisang perlu dilakukan identifikasi jenis patogen dan tingkat se-rangannya pada suatu wilayah, sehingga tindakan pengendalian bisa lebih efektif dan efisien. Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis penyakit dan ting-kat serangannya pada tanaman pisang di Kabupaten Bengkulu Selatan.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian dilakukan pada tahun 2003-2004 dengan metode survai. Lokasi peng-amatan meliputi 15 kecpeng-amatan dengan 36 lokasi. Untuk mengidentifikasi jenis penya-kit dilakukan pengamatan gejala serangan, sedangkan untuk mengetahui status serang-an dilakukserang-an pengamatserang-an tingkat serserang-angserang-an- serangan-nya, kemudian diambil sampel jaringan ta-naman dan dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi. Pengambilan sampel tanam-an dilakuktanam-an dengtanam-an penelusurtanam-an jaltanam-an ra-ya pada beberapa desa di lima belas keca-matan tersebut. Titik pengambilan sampel

ma desa dan kecamatan dicatat. Tanaman sampel diambil dari area yang populasi ta-naman pisangnya cukup banyak. Pada se-tiap sampel diamati dengan seksama geja-la serangan, tingkat serangan penyakit, dan jenis pisangnya. Bagian tanaman yang di-ambil untuk sampel adalah batang (bong-gol), buah atau akar pada beberapa lokasi dengan gejala serangan yang berbeda dengan asumsi jenis patogennya berbeda pula. Jenis penyakit ditentukan dengan mengisolasi patogen yang didapat. Isolasi dilakukan dengan mengambil inokulum dari jaringan tanaman dan kemudian dibuat sus-pensinya untuk ditumbuhkan pada media NA untuk bakteri dan PDA untuk jamur. Se-telah tumbuh kemudian dimurnikan dan di-amati di bawah mikroskop untuk menentu-kan jenis patogen.

HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis Pisang

Jenis pisang yang terdapat di lokasi pengamatan sebanyak 13 macam, tetapi yang dominan hanya 7 yaitu Kepok, Jan-tan, Ambon, Kapar, Muli, Rawas, dan Tan-duk. Penyebaran tanaman pisang pada 36 lokasi yang diamati, pisang Kepok terdapat di semua lokasi (100%), pisang Jantan di 29 lokasi (81%), Ambon dan Kapar di 20 lokasi (56%), Muli di 13 lokasi (36%), Rawas di 12 lokasi (33%), dan pisang Tanduk hanya di 10 lokasi (28%). Artinya, jenis pisang yang banyak dijumpai di Kabupaten Bengkulu Se-latan adalah Kepok, Jantan, dan Ambon. Keadaan ini sama dengan Kabupaten Re-jang Lebong (Apriyanto et al., 2007). Jenis-jenis pisang tersebut di atas juga dominan di Provinsi Bengkulu.

Jenis Patogen Penyebab Penyakit Layu Berdasarkan hasil pengamatan secara mikroskopis di laboratorium ternyata

(3)

bah-bisa diidentifikasi secara detail, tetapi ber-dasarkan gejala serangannya diduga Pseu-domonas (Rolstonia) solanacearum dengan ciri khasnya adalah membentuk koloni-koloni kecil berwarna merah kehitaman di tengahnya atau koloni bulat tidak teratur, berair dan berwarna putih di bagian tepi serta berwarna merah muda di bagian tengah koloni (Nugroho, 2002).

Sebaran Penyakit Layu

Gejala penyakit layu, baik yang dise-babkan oleh Fusarium (terjadi penguningan daun dimulai dari bagian tepi dan meram-bat ke bagian dalam secara cepat sehingga seluruh permukaan daun menguning, layu dan kadangkala patah pada bagian pangkal pelepah daun, tanaman akan mati kalau tingkat serangan tinggi) maupun oleh bak-teri (daun menguning dimulai dari bagian tengah atau dekat pelepah, penguningan diikuti dengan layunya daun pada saat su-dah membuka, daun yang masih menggu-lung akan patah dan adanya lendir yang berwarna putih abu-abu sampai coklat ke-merahan keluar dari potongan buah dan bonggol tanaman pisang), telah dijumpai di hampir semua lokasi pengamatan (Tabel 1). Data ini menunjukkan bahwa penyakit layu, baik yang disebabkan oleh jamur Fusarium maupun oleh bakteri, sudah menyerang ta-naman pisang dan menyebar pada semua lokasi kebun pisang di Kabupaten Bengkulu Selatan.

Status penyakit layu pada setiap lokasi pengamatan bervariasi, mulai dari tidak ada serangan, ringan, sedang sampai berat (Tabel 1). Tinggi rendahnya tingkat serang-an penyakit layu sserang-angat dipengaruhi oleh agroclimatology zone, dimana penyakit layu lebih dominan pada dataran tinggi dengan temperatur 20-220C dan pada da-taran rendah dengan temperatur 24-300C (Kung’u et al., 2001).

Penyebaran penyakit layu yang disebab-kan oleh Fusarium lebih dominan karena dijumpai pada 35 lokasi dari 36 lokasi yang diamati (97%), sedangkan penyakit layu yang disebabkan oleh bakteri hanya dite-mukan di 26 lokasi (72%) (Tabel 1). Tingkat serangan berat oleh Fusarium hanya terda-pat pada satu lokasi (Desa Baru), sedang-kan oleh bakteri terdapat di dua lokasi (Tanjung Baru dan Gindo Suli). Secara umum serangan Fusarium berstatus sedang sedangkan bakteri relatif rendah, kedua penyakit tersebut bisa terdapat pada satu lokasi/rumpun tanaman. Di Gindo Suli sta-tus serangan oleh bakteri tinggi tetapi ti-dak dijumpai Fusarium, sebaliknya di Desa Baru serangan Fusarium tinggi tetapi pato-gen bakteri tidak ada.

Intensitas Serangan Penyakit Layu Dari 7 jenis pisang yang dominan, hanya 4 jenis yang terserang oleh penyakit layu (Fusarium dan bakteri) yaitu Kepok, Jan-tan, Ambon, dan Tanduk. Intensitas serang-an penyakit layu pada pisserang-ang Kepok sebesar 46,86%, Ambon 71,67%, Jantan 1,49%, dan Tanduk 5,56% (Tabel 2). Ternyata serangan tertinggi terjadi pada pisang Ambon diikuti oleh pisang Kepok dan Tanduk, sedangkan yang terendah pada pisang Jantan. Hasil survai di Kabupaten Rejang Lebong me-nunjukkan hal yang sama, yaitu pisang Jan-tan relatif sedikit terserang oleh penyakit layu dan dapat dikatakan lebih toleran dibanding pisang Kepok dan Ambon (Apriyanto et al., 2007).

Pada tiga jenis pisang lainnya yaitu Rawas, Muli dan Kapar tidak dijumpai ada-nya serangan peada-nyakit layu. Penyebabada-nya bisa saja karena penyebaran yang terbatas atau mungkin ketiga jenis pisang itu mem-punyai sifat tahan/toleran terhadap serangan penyakit tersebut.

(4)

Tabel 1. Penyebaran dan status serangan penyakit layu pisang oleh Fusarium dan bakteri di

Kabupaten Bengkulu Selatan.

No. Lokasi/Desa Pengamatan Penyakit layu oleh

Fusarium Bakteri 1. Merpas ++ + 2. Air Kolek ++ - 3. Ulak Pandan ++ - 4. Tanjung Baru + +++ 5. Sk. Bandung ++ - 6. Sekunyit ++ + 7. Pd. Hangat ++ - 8. Sukarami ++ - 9. Bangun Jiwa ++ + 10. M. Saung ++ - 11. Cahaya Batin ++ + 12. Awat Mata ++ - 13. Tlg. Taois ++ + 14. Lawang Agung ++ + 15. Keban Agung I ++ + 16. Palak Siring ++ + 17. Nanjungan ++ + 18. Suka Negeri ++ + 19. Pajar Bulan ++ + 20. Pandan Giling ++ + 21. Kota Padang + - 22. Gindo Suli - +++ 23. Bandar Agung ++ ++ 24. Pdg. Bakung ++ ++ 25. Nanti Agung ++ + 26. G. Bantan ++ + 27. Talang Alai ++ ++ 28. Muara Maras ++ + 29. Bakal Dalam ++ ++ 30. Kota Agung ++ + 31. Rimbo Keduri ++ + 32. Desa Baru +++ - 33. Sukasari + ++ 34. Riak Siabun + ++ 35. Air Periukan + ++ 36. Babatan + -

Keterangan : - = tidak ada serangan, + = ringan, ++ = sedang, dan +++ = berat.

Tabel 2. Intensitas serangan penyakit layu pada beberapa jenis pisang yang dominan di

Kabupaten Bengkulu Selatan.

Jenis Pisang Jumlah rumpun yang diamati rumpun sakit Jumlah Intensitas serangan (%)

Kepok 329 160 46,86

Ambon 39 28 71,67

Jantan 201 3 1,49

Tanduk 18 1 5,56

(5)

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil survai terhadap penyebaran dan tingkat serangan penyakit layu pada pi-sang di Kabupaten Bengkulu Selatan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Jenis pisang yang banyak dijumpai adalah pisang Kepok, Jantan, Ambon, Tanduk, Muli, Rawas dan Kapar, tetapi yang dominan adalah Kepok, Jantan, Ambon, dan Kapar.

2. Jenis patogen yang menimbulkan penyakit layu adalah jamur Fusarium oxysforum f, sp. Cubense dan bakteri diduga spesiesnya Pseudomonas (Rols-tonia) solanacearum.

3. Penyakit layu telah menyerang dan menyebar pada hampir semua lokasi pertanaman pisang di Bengkulu Selatan. Penyebaran penyakit layu oleh jamur Fusarium lebih dominan dibanding bak-teri. Dari 36 lokasi pengamatan, penya-kit yang disebabkan oleh jamur dijum-pai pada 35 lokasi (97%) sedangkan oleh bakteri hanya di 26 lokasi (75%).

4. Serangan penyakit layu hanya dijumpai pada empat dari tujuh jenis pisang yai-tu pisang Kepok, Jantan, Ambon, dan Tanduk. Intensitas serangan penyakit layu tertinggi pada pisang Ambon (71,67%), diikuti oleh pisang Kepok (46,86%), Tanduk (5,56%), dan pisang Jantan (1,49%).

5. Untuk menentukan spesies dan ras bak-teri yang menimbulkan penyakit layu pada pisang disarankan untuk melaku-kan indentifikasi yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanto, D., I. Manti, dan Hartal. 2007. Ta-naman pisang serta hama dan penyakitnya di Kabupaten Rejang Lebong. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia. Edisi Khusus Dies Natalis Ke-26 UNIB, No. 1, 2007. Lembaga Penerbitan Fakultas Pertanian, UNIB, Beng-kulu. Hlm. 111-121.

Ganry, J. 1990. Evaluation report on the banana project at Gunung-Bating Lampung, Indonesia. CIRAT, France. 27p.

Hasyim, A., Harlion, Desmawati, dan Jumjunidang. 1996. Hama-hama penting pada pertanaman pisang. Buku Komoditas Pisang. Balitbu, Solok. Hlm. 63-84.

Kung’u, J.N., M.A. Rutherford, and P. Jeffries. 2001. Distribution of Fusarium wilt of banana in Kenya and its impact on smallholder farmer. Infonusa 10 (1): 28-32. Nugroho, H. 2002. Pengendalian penyakit layu

tanaman pisang Cavendish di perkebunan pisang PT Nusantara Tropica Fruit Lampung. Makalah Seminar Nasional Penyakit Layu Pisang, Padang, 22-23 Oktober 2002.

Sahlan, Nurhadi, dan C. Hermanto. 1996. Penyakit-penyakit utama tanaman pisang. Buku Komoditas pisang. Balitbu, Solok. Hlm. 85-110.

Setyawati, T. 1996. Prospek dan kendala budi-daya pisang. Buku Komoditas Pisang. Balit-bu, Solok. Hlm. 1-13.

Gambar

Tabel 1.  Penyebaran dan status serangan penyakit layu pisang oleh Fusarium dan bakteri di  Kabupaten Bengkulu Selatan

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan klien dalam melakukan audit laporan keuangannya akan memilih kantor akuntan publik (KAP) yang memiliki reputasi baik, yang dapat diandalkan dari segi service,

Fokus Kajian : Penerapan Sistem Struktur Dan Tata Ruang Pada Bangunan Vertikal.. Penyusun : Liong Christian

Hasil pengujian secara parsial, character mempunyai pengaruh yang positif terhadap keputusan pemberian kredit pada Bank Perkreditan Rakyat di Kota Semarang, dapat

Selanjutnya, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang membantu kelancaran penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “ ASUHAN

Sebagaimana diilustrasikan pada gambar 3, penilaian kinerja 360 derajat mengakomodasi proses evaluasi kognitif terhadap penilaian kinerja yang dialami individu karena

Kepala ruangan yang dipersepsikan oleh perawat pelaksana menggunakan model kepemimpinan servant mempunyai OR 5,691 artinya berpeluang meningkatkan kinerja pe-

Tujuannya adalah agar para pengguna sistem tidak harus menghapal kode-kode (umumnya dalam bentuk numerik) yang sulit untuk diingat untuk dapat berkomunikasi dengan sebuah

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa berfikir kritis mahasiswa pendidikan biologi Se-Kota Pekanbaru dalam kategori Cukup dengan persentase