• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN BERBASIS ANDROID (Studi Kasus Apotek Bethesda Farma )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN BERBASIS ANDROID (Studi Kasus Apotek Bethesda Farma )"

Copied!
131
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN

BERBASIS ANDROID

(Studi Kasus “Apotek Bethesda Farma”)

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Dika Sinta Nathania NIM : 162114069

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN

BERBASIS ANDROID

(Studi Kasus “Apotek Bethesda Farma”)

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Akuntansi

Program Studi Akuntansi

Oleh :

Dika Sinta Nathania NIM : 162114069

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Tak ku tahu kan hari esok, namun langkahku tegap. Bukan surya ku harapkan, karena surya kan lenyap.

Banyak hal tak ku pahami dalam masa menjelang. Tapi terang bagiku ini : tangan Tuhan yang pegang.”

Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang. –Amsal 23:18

Seperti tingginya langit dari bumi, Demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu Dan rancangan-Ku dari rancanganmu. –Yesaya 55:9

Ku persembahkan untuk : Tuhan Yesus Papa dan Mama Kakek Nenek dan keluarga besar Sahabat-sahabatku Teman Seperjuangan

(4)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vi

KATA PENGANTAR... vii

HALAMAN DAFTAR ISI... ix

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR... xii

DAFTAR LAMPIRAN... xiii

ABSTRAK... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Batasan Masalah... 5

D. Tujuan Penelitian... 6

E. Manfaat Penelitian... 6

F. Sistematika Penulisan... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 9

A. Sistem Informasi Akuntansi... 9

B. Siklus Transaksi... 18

C. Bagan Alir (Flowchart)... 19

D. Diagram Aliran Data (Data Flow Diagram)... 22

E. Diagram Hubungan Entitas (ERD)... 24

F. Persediaan... 24

G. Obat... 34

(5)

x

I. Aplikasi... 36

J. Android... 36

K. Smartphone... 37

L. Siklus Hidup Pengembangan Sistem... 38

M. Penelitian Terdahulu... 42

BAB III METODE PENELITIAN... 44

A. Desain Penelitian... 44

B. Waktu dan Tempat Penelitian... 44

C. Subjek Penelitian... 45

D. Teknik Pengumpulan Data... 45

E. Teknik Analisis Data... 48

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN... 55

A. Sejarah Singkat Usaha... 55

B. Lokasi Usaha... 56

C. Struktur Organisasi ... 56

D. Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab... 57

BAB V PEMBAHASAN... 60

A. Analisis Proses Bisnis dan Komponen SIA... 60

B. Analisis Hambatan yang Ditemui... 71

C. Solusi Pemecahan Masalah dan Kebutuhan Sistem... 72

D. Perancangan Sistem... 72 BAB VI PENUTUP... 96 A. Kesimpulan... 96 B. Keterbatasan Penelitian... 97 C. Saran Penelitian... 98 DAFTAR PUSTAKA... 99 LAMPIRAN ... 102

(6)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Simbol Bagan Alir ... 20 Tabel 2. Simbol Diagram Aliran Data ... 23 Tabel 3. Contoh perhiyungan peniliaian persediaan metode FIFO dengan pencatatan perpetual ... 28 Tabel 4. Contoh perhitungan penilaian persediaan metode FIFO dengan pencatatan periodik ... 29 Tabel 5. Contoh perhitungan penilaian persediaan metode LIFO dengan pencatatan perpetual ... 30 Tabel 6. Contoh perhitungan penilaian persediaan metode LIFO dengan pencatatan periodik ... 31 Tabel 7. Contoh perhitungan penilaian persediaan metode Average Cost dengan pencatatan perpetual ... 32 Tabel 8. Contoh perhitungan penilaian persediaan metode Average Cost dengan pencatatan periodik ... 33

(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur organisasi bisnis Apotek Bethesda Farma Sintang .... 55

Gambar 2. Bagan Alir Pembelian Obat Jika Obat Tersedia... 64

Gambar 3. Bagan Alir Pembelian Obat Jika Obat Tidak Tersedia... 65

Gambar 4. Bagan Alir Penjualan Obat Jika Obat Tersedia... 67

Gambar 5. Bagan Alir Penjualan Obat Jika Obat Tidak Tersedia... 68

Gambar 6. Bagan Alir Sistem Login... 73

Gambar 7. Bagan Alir Sistem Data Barang... 74

Gambar 8. Bagan Alir Sistem Menu Pegawai... 74

Gambar 9. Bagan Alir Sistem Menu Penjualan Barang... 75

Gambar 10. Bagan Alir Sistem Menu Tambah Barang... 75

Gambar 11. Bagan Alir Sistem Menu Laporan... 76

Gambar 12. Bagan Alir Program Dengan Metode FIFO... 80

Gambar 13. DFD Konteks Program... 81

Gambar 14. DFD Level 0 Program... 82

Gambar 15. DFD Proses Sign In... 84

Gambar 16. DFD Proses Transaksi dan Laporan... 85

Gambar 17. DFD Gudang... 86

Gambar 18. ERD Program... 86

Gambar 19. Rancangan Halaman Login... 87

Gambar 20. Rancangan Menu Utama... 88

Gambar 21. Rancangan Form Menu Tambah Obat... 89

Gambar 22. Uji Coba Menu Data Barang... 90

Gambar 23. Uji Coba Menu Pegawai... 91

Gambar 24. Uji Coba Menu Penjualan Barang... 92

(8)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Buku Catatan Penjualan Obat... 102

Lampiran 2. Buku Catatan Obat Habis... 103

Lampiran 3. Buku Penerimaan Obat... 103

Lampiran 4. Kartu Stok Obat... 104

Lampiran 5. Foto Observasi Lokasi Penelitian... 105

Lampiran 6. Standar Operasional Prosedur... 108

Lampiran 7. Panduan Pengguna Aplikasi... 109

(9)

xiv ABSTRAK

PERANCANGAN SISTEM INFORMASI PERSEDIAAN

BERBASIS ANDROID

(Studi Kasus “Apotek Bethesda Farma”)

Dika Sinta Nathania NIM : 162114069 Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2020

Perkembangan zaman yang semakin pesat diiringi dengan perkembangan teknologi memberikan dampak yang cukup signifikan bagi banyak aspek. Salah satu aspek yang sangat terpengaruhi dengan adanya perkembangan teknologi adalah dunia bisnis, termasuk bisnis Apotek. Seperti bisnis lainnya, Apotek memerlukan Sistem Informasi Akuntansi yang baik dalam hal pencatatan penjualan, pembelian serta persediaan obat demi terciptanya kinerja Apotek yang optimal sehingga Apotek dapat mampu bersaing. Penelitian ini bertujuan untuk merancang aplikasi berbasis android yang membantu dalam perhitungan persediaan obat pada Apotek, sehingga diharapkan dapat menghasilkan perhitungan persediaan yang lebih cepat dan akurat.

Jenis penelitian ini adalah penelitian studi kasus. Data diperoleh melalui tahap wawancara, observasi dan dokumentasi. Objek penelitian ini adalah siklus persediaan obat pada Apotek Bethesda Farma Sintang. Perancangan sistem dilakukan dengan pembuatan aplikasi berbasis Android dan penggunaan Smartphone.

Hasil dari penelitian ini adalah rekomendasi aplikasi perhitungan persediaan dengan metode FIFO (First-In-First-Out). Aplikasi persediaan ini berhasil memperbaiki masalah dalam perhitungan persediaan pada Apotek dengan menghasilkan laporan stok obat yang lebih akurat dan lebih cepat sehingga dapat meningkatkan kualitas pengambilan keputusan.

(10)

xv ABSTRACT

ANDROID BASED INVENTORY INFORMATION SYSTEM

DESIGN

(Case Study “Bethesda Farma Pharmacy”)

Dika Sinta Nathania NIM : 162114069 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2020

The development of an increasingly rapid era accompanied by technological developments have a significant impact on many aspects. One aspect that is greatly affected by technological developments is the business world, including the Pharmacy business. Like other businesses, Pharmacy requires a good Accounting Information System in terms of recording sales, purchases and drug inventory for the creation of an optimal performance of Pharmacy so that Pharmacy can be able to compete. This study aims to design an Android-based application that helps in calculating drug inventory at pharmacies, so that it is expected to produce inventory calculations that are faster and more accurate.

This type of research is a case study research. Data obtained through interviews, observation and documentation. The object of this research is the cycle of drug supply at the Bethesda Farma Sintang Pharmacy. The system design is done by making Android-based applications and the use of smartphones.

The results of this study are recommendations for the application of inventory calculations using the FIFO (First-In-First-Out) method. This inventory application successfully fix the problem in inventory calculations at the Pharmacy by producing more accurate and faster drug stock reports so as to improve the quality of decision making.

Keywords: Accounting Information Systems, Applications, Drug Inventory Calculations

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan zaman yang semakin pesat diiringi dengan perkembangan teknologi memberikan dampak yang cukup signifikan bagi banyak aspek. Salah satu aspek yang sangat terpengaruhi dengan adanya perkembangan teknologi adalah dunia bisnis. Kini dunia bisnis semakin kompetitif dan sering berubah menimbulkan persaingan antar organisasi bisnis. Setiap organisasi bisnis selalu dihadapkan kepada kebutuhan untuk memperoleh informasi yang baru, lebih cepat dan lebih andal untuk kemajuan organisasinya. Demi memenuhi kebutuhan informasi tersebut, sistem informasi pada organisasi bisnis selalu mengalami perubahan, mulai dari penyesuaian kecil hingga penyesuaian besar. Hal tersebut menuntut organisasi bisnis untuk bisa menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi yang ada agar kebutuhan informasi yang diperlukan bisa terpenuhi sehingga dapat mampu bersaing dengan bisnis lainnya.

Pada era digital seperti sekarang ini, banyak bisnis yang sudah beralih dari sistem manual ke penggunaan teknologi infromasi digital. Penggunaan teknologi informasi digital dalam dunia bisnis diharapkan dapat memberikan kemudahan dalam membantu setiap proses atau aktivitas yang terjadi mulai dari penjualan hingga perhitungan persediaan. Teknologi informasi yang dapat menyediakan informasi yang menyeluruh dan tepat waktu sangat berguna untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasi sehari-hari dan membantu meningkatkan kualitas pengambilan keputusan yang akan diambil oleh pihak

(12)

manajemen. Sebagai contoh teknologi yang digunakan sebagai sarana dalam membantu proses bisnis yaitu berupa komputer, tablet, iPad dan smartphone dengan terdapat aplikasi di dalamnya. Aplikasi inilah yang nantinya dapat digunakan oleh bisnis tersebut untuk menunjang proses aktivitas operasional bisnis yang terjadi.

Salah satu indikator penting dalam proses bisnis adalah Sistem Informasi Akuntansi (SIA). Dengan adanya Sistem Informasi Akuntansi, diharapkan dapat memperbaiki informasi yang dihasilkan oleh sistem yang sudah ada sehingga aktivitas operasional bisnis dapat berjalan lebih efektif dan efisien. Selain itu Sistem Informasi Akuntansi dapat menambah nilai suatu badan bisnis yaitu dengan dihasilkannya informasi yang akurat dan andal. Salah satu bisnis yang saat ini sedang tumbuh dengan pesatnya adalah bisnis perdagangan farmasi (Apotek). Apotek memerlukan sistem informasi akuntansi yang baik dalam hal pencatatan penjualan, pembelian serta persediaan obat demi terciptanya kinerja apotek yang optimal.

Mengutip dari ekonomi.bisnis.com yaitu pernyataan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang mengatakan bahwa pengembangan industri farmasi di Indonesia khususnya sektor yang menghasilkan produk kesehatan masih cukup prospektif. Peluang ini salah satunya dipacu karena adanya program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dengan jumlah peserta sebanyak dua ratus tujuh belas juta jiwa. Potensi tersebut menjadi kesempatan untuk pengembangan industri farmasi di Indonesia. Hal ini memberikan pengaruh kepada bisnis apotek. Melihat prospek yang baik,

(13)

masyarakat mulai tertarik untuk membuka usaha apoteknya sendiri demi mendapatkan keuntungan sehingga timbul persaingan antar bisnis apotek.

Pertumbuhan apotek yang cukup pesat juga terjadi di Kota Sintang, yaitu pada sekitar tahun 2017 sampai dengan tahun 2019. Di tahun 2017, tercatat sejumlah dua puluh apotek yang terdaftar. Untuk tahun 2018, tercatat ada tiga puluh satu apotek terdaftar yang berarti dalam jangka waktu satu tahun dari tahun 2017 sampai dengan 2018 terjadi pertumbuhan atau penambahan sebanyak sebelas apotek dan pada tahun 2019 terdaftar ada tiga puluh empat apotek dengan penambahan tiga apotek dari tahun sebelumnya, adapun data tersebut diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sintang. Fakta pertumbuhan apotek yang semakin tinggi dengan perkembangan teknologi digital membuat apotek semakin dituntut untuk dapat bersaing dan bertahan.

Apotek Bethesda Farma adalah salah satu badan usaha yang bergerak di dalam bidang perdagangan farmasi yang berlokasi di Kota Sintang, Kalimantan Barat. Pertumbuhan apotek di Kota Sintang yang terjadi sangat pesat, mengakibatkan banyak apotek-apotek pesaing yang muncul. Hal tersebut membuat Apotek Bethesda Farma memerlukan sebuah sistem informasi akuntansi yang dapat membantu dalam aktivitas operasional apotek sehari-hari sehingga tetap dapat mempertahankan eksistensinya dan tidak tergeserkan oleh apotek-apotek baru.

Apotek Bethesda Farma terletak di tempat yang strategis, yaitu di tepi Jalan Raya serta dekat dengan permukiman penduduk. Sejak awal berdirinya

(14)

hingga saat ini, apotek telah menerima pelanggan yang datang untuk melakukan pembelian, baik obat dalam, obat luar maupun alat-alat kesehatan. Apotek ini juga telah memiliki pelanggan-pelanggan tetapnya.

Apotek Bethesda Farma memerlukan pencatatan data-data transaksi penjualan, pembelian serta penilaian persediaan obat. Sistem Informasi persediaan Apotek Bethesda Farma sampai saat ini masih menggunakan cara yang manual. Pengecekan persediaan obat pada apotek ini dengan menggunakan kartu stok dan para pekerja harus melakukan perhitungan fisik terhadap persediaan obat yang masih tersisa. Pada setiap terjadi transaksi penjualan, bagian kasir harus selalu mencatat dengan manual pada buku penjualan untuk obat yang telah terjual serta pada kartu stok obat.

Dalam kegiatan mengolah data persediaan obat terdapat beberapa permasalahan seperti waktu yang lama untuk melakukan pengecekan persediaan obat dan keterlambatan dalam melakukan pemesanan stok obat. Penyimpanan data dan informasi persediaan obat saat ini masih menggunakan kartu stok obat dan dengan melakukan perhitungan fisik di gudang. Hal tersebut memungkinkan kesalahan perhitungan maupun pencatatan yang mengakibatkan ketidakakuratan data. Karena masalah tersebut maka, peneliti akan melakukan penelitian terhadap kondisi sistem yang sedang berjalan dan merancang sistem informasi yang sesuai kebutuhan apotek dengan berbasis Android. Penggunaan Android bertujuan untuk memudahkan pemilik dan karyawan apotek dapat mengakses sistem pada smartphone masing-masing serta meminimalkan biaya yang dikeluarkan. Sistem informasi ini diusulkan agar dapat mengatasi permasalahan

(15)

atau kendala terhadap sistem yang saat ini sedang berjalan dan dibuat untuk memenuhi kebutuhan apotek akan informasi-informasi yang dibutuhkan untuk dapat bersaing dengan bisnis apotek yang lain. Dengan memanfaatkan sistem ini nantinya diharapkan pengawasan atau kontrol terhadap proses penjualan, pembelian dan penilaian persediaan pada Apotek Bethesda Farma bisa menjadi lebih akurat dan andal serta dapat berguna bagi pemilik dalam pengambilan keputusannya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana perancangan sistem informasi khususnya pada siklus persediaan obat dengan berbasis Android pada Apotek Bethesda Farma?

C. Batasan Masalah

Batasan masalah pada penelitian ini hanya berfokus pada sistem informasi akuntansi di dalam siklus persediaan obat Apotek Bethesda Farma.

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuat perancangan sistem informasi khususnya pada siklus persediaan obat pada Apotek dalam bentuk aplikasi yang dapat memberikan dan menyajikan informasi perhitungan persediaan akhir sesuai dengan metode yang digunakan pada Apotek.

(16)

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat bagi tiga pihak, antara lain sebagai berikut :

1. Bagi Apotek Bethesda Farma

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemikiran dan informasi bagi apotek untuk mengimplementasikan sistem informasi akuntansi. Dengan adanya sistem ini juga diharapkan penerapannya dapat membantu dalam aktivitas operasional khususnya pada siklus persediaan obat yaitu dengan dihasilkannya laporan persediaan akhir obat yang lebih akurat dan cepat sehingga membantu pemilik dalam pengambilan keputusan.

2. Bagi Universitas

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan referensi, tambahan informasi serta memberikan sumbangan pemikiran bagi mahasiswa Universitas Sanata Dharma yang ingin mendalami sistem informasi akuntansi terutama dalam hal Sistem Informasi Akuntansi persediaan obat pada apotek.

3. Bagi Penulis

Dari penelitian ini penulis mendapatkan ilmu dan informasi-informasi yang lebih mendalam terkait sistem informasi akuntansi, menambah wawasan serta dapat menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh selama masa perkuliahan dan melatih dalam hal menerapkan sistem informasi akuntansi yang baik.

(17)

F. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disajikan dengan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas dasar teori-teori yang digunakan dalam penelitian.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini membahas mengenai jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, tempat dan waktu penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

BAB IV GAMBARAN UMUM

Bab ini membahas mengenai informasi gambaran umum dari objek penelitian yang meliputi sejarah singkat usaha, lokasi usaha, struktur organisasi serta tugas, wewenang dan tanggung jawab.

BAB V PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai analisis proses bisnis yang sedang berjalan dan komponen Sistem Informasi Akuntansi, analisis

(18)

hambatan atau kendala yang ditemui, solusi pemecahan masalah dan perancangan sistem yaitu melalui proses analisis perancangan sistem, desain sistem, pengujian dan implementasi.

BAB VI PENUTUP

Bab ini membahas mengenai kesimpulan dari penelitian, keterbatasan penelitian dan saran.

(19)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Informasi Akuntansi

Sistem merupakan serangkaian bagian yang saling tergantung satu dengan lainnya dan saling bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu sistem pasti tersusun dari sub-sub sistem yang lebih kecil yang juga saling tergantung dan bekerja sama untuk mencapai tujuan (Setiawati, 2011:3). Menurut Romney (2015:29) sistem adalah dua atau lebih komponen yang saling terkait dan berinteraksi untuk mencapai tujuan, terdiri dari subsistem yang mendukung sistem yang lebih besar dan setiap subsistem dirancang untuk mencapai satu atau lebih tujuan dari organisasi.

Penyataan tersebut sejalan dengan pendapat Mardi (2011:3) yaitu sistem merupakan suatu kesatuan yang memiliki tujuan bersama dan memiliki bagian-bagian yang saling berintegrasi satu sama lain. Sebuah sistem harus memiliki dua kegiatan; pertama, adanya masukan (input) yang merupakan sebagai sumber tenaga untuk dapat beroperasinya sebuah sistem; kedua, adanya kegiatan operasional (proses) yang mengubah masukan menjadi keluaran (output) berupa hasil operasi (tujuan/sasaran/target pengoperasian suatu sistem).

Dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan suatu kesatuan atau gabungan dari beberapa elemen atau komponen yang saling berkaitan atau terintegrasi antar satu bagian dengan bagian yang lainnya. Dengan melibatkan masukan

(20)

(input), kegiatan operasional (proses) yang mengubah input tersebut kemudian menjadi keluaran (output).

Sistem tidak dapat dipisahkan dari informasi. Menurut Satzinger (2010:6), Informasi merupakan data yang telah diubah atau dimanipulasi menjadi konteks yang berarti dan berguna bagi pemakai pemakainya. Sedangkan menurut Romney (2015:30), informasi adalah data yang telah dikelola dan diproses untuk memberikan arti dan memperbaiki proses pengambilan keputusan.. Dapat disimpulkan bahwa informasi merupakan hasil dari pengolahan data mentah yang diubah menjadi sebuah bentuk yang lebih berguna dan berarti bagi pemakainya, menggambarkan suatu kejadian (event), dan sesatuan nyata (fact and entity) serta dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.

Menurut Romney (2015:30), ada beberapa karakteristik yang membuat suatu informasi berguna dan memiliki arti bagi pengambilan keputusan, yaitu sebagai berikut :

1. Relevan, artinya yaitu suatu informasi harus dapat mengurangi ketidakpastian, meningkatkan pengambilan keputusan, serta menegaskan atau memperbaiki ekspektasi sebelumnya.

2. Reliabel, artinya suatu informasi bebas dari kesalahan atau bias; menyajikan kejadian atau aktivitas organisasi secara akurat.

3. Lengkap, yaitu tidak menghilangkan aspek penting dari suatu kejadian atau aktivitas yang diukur.

(21)

4. Tepat Waktu, artinya diberikan pada waktu yang tepat bagi pengambil keputusan dalam mengambil keputusan.

5. Dapat Dipahami, yaitu informasi disajikan dalam format yang dapat dimengerti dan jelas.

6. Dapat Diverifikasi, artinya ketika dua orang yang independen dan berpengetahuan dibidangnya, dan masing-masing dapat menghasilkan informasi yang sama.

7. Dapat Diakses, yaitu suatu informasi tersedia untuk pengguna ketika mereka membutuhkannya dan dalam format yang dapat digunakan.

Sistem dan informasi merupakan dua hal yang diperlukan oleh organisasi dalam menjalankan aktivitas bisnisnya dan dalam hal pengambilan keputusan. Setiawati (2011:4) menyatakan bahwa Sistem Informasi sebagai sistem pemrosesan data yang biasanya terdiri dari sekumpulan komponen baik manual maupun berbasis komputer yang terintegrasi untuk mengumpulkan, menyimpan dan mengelola data serta menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai pemakai informasi tersebut.

Akuntansi memiliki peranan yang penting di dalam suatu entitas karena akuntansi dapat menghasilkan informasi yang menjelaskan kinerja keuangan entitas dalam suatu periode tertentu dan kondisi keuangan entitas pada tanggal tertentu. Secara umum, akuntansi dapat diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan keuangan yang ditujukan bagi para pemangku kepentingan di dalam perusahaan untuk melihat bagaimana kondisi dari perusahaan tersebut. Menurut Walter (2012:3) Akuntansi merupakan suatu sistem informasi, yang

(22)

mengukur aktivitas bisnis, memproses data menjadi laporan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada pengambil keputusan yang akan membuat keputusan yang dapat mempengaruhi aktivitas bisnis. Rudianto (2012:4) mendefinisika akuntansi adalah aktivitas mengumpulkan, menganalisis, menyajikan dalam bentuk angka, mengklasifikasikan, mencatat, meringkas, dan melaporkan aktivitas/transaksi suatu badan usaha dalam bentuk informasi keuangan. Pernyataan tersebut sesuai juga dengan pendapat dari Setiawati

(2011:14) yang menjelaskan bahwa akuntansi merupakan proses

mengidentifikasi, mengukur, mencatat dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi bisnis tersebut (pengguna informasi). Pada dasarnya fokus utama dari akuntansi adalah transaksi bisnis. Sedangkan transaksi bisnis adalah peristiwa ekonomi atau kegiatan perusahaan yang dapat dinyatakan dalam satuan moneter sehingga dapat dicatat oleh seorang akuntan.

Disimpulkan bahwa akuntansi merupakan teknik pencatatan transaksi-transaksi bisnis yang terjadi secara sistematis dan kronologis yang disajikan dalam bentuk angka atau suatu mata uang yang berfungsi sebagai alat untuk mengkomunikasikan kepada pihak yang berkepentingan dalam bentuk laporan keuangan.

Menurut Romney (2015:36) Sistem Informasi Akuntansi adalah suatu sistem yang mengumpulkan, mencatat, menyimpan dan mengolah data untuk menghasilkan informasi bagi pengambil keputusan. Sistem Informasi Akuntansi

(23)

bisa dan mampu menjadi sistem informasi utama organisasi dan menyediakan informasi bagi pengguna yang dibutuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka. Romney (2015:36) juga menyatakan bahwa ada enam komponen dari SIA :

1. Orang yang menggunakan sistem; Mardi (2014:6) menjelaskan bahwa pelaku (orang) adalah yang bertindak sebagai operator sistem atau orang yang mengendalikan dan melaksanakan berbagai fungsi. Pihak-pihak yang memanfaatkan sistem informasi akuntansi perusahaan terdiri atas, pertama yaitu pihak internal perusahaan yang terdiri dari para manajer yang dalam kapasitasnya di perusahaan memerlukan informasi sesuai bentuk tugas dan tanggung jawabnya, mereka membuat keputusan berdasarkan data dan informasi yang dihasilkan oleh SIA. Apabila informasi yang mereka peroleh dapat menunjang tugasnya, maka kinerja perusahaan akan meningkat. Kedua, pihak eksternal yaitu pihak-pihak dari luar perusahaan yang memiliki kepentingan dengan perkembangan perusahaan, posisi mereka adakalanya menentukan terhadap eksistensi perusahaan ke depan. Mereka memerlukan informasi yang dihasilkan oleh SIA, mereka adalah pemegang saham, kreditor dan masyarakat umum. Noor (2013:18-19) menyatakan ada dua pihak yang menggunakan informasi akuntansi dari sebuah perusahaan yaitu :

1) Pihak Eksternal yang meliputi antara lain yaitu yang pertama adalah perusahaan/investor, sebagai pemilik memerlukan informasi akuntansi untuk mengetahui perkembangan perusahaan dan untuk menilai keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaan. Kedua yaitu calon investor, sebelum menanamkan modalnya, calon

(24)

investor memerlukan data akuntansi untuk melihat apakah perusahaan tersebut dapat memberikan keuntungan yang maksimum, melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan bagaimana prospek kedepan usaha perusahaan. Ketiga adalah kreditor/calon kreditor, yang termasuk lembaga-lembaga keuangan seperti Bank dan Lembaga Keuangan Bukan Bank, serta pemasok yang melakukan penjualan secara kredit kepada perusahaan. Pihak-pihak tersebut memerlukan informasi keuangan untuk mengetahui posisi dan prospek keuangan perusahaan, keadaan likuiditas dan solvabilitas sehingga risiko kredit macet dapat dikurangi. Keempat yaitu pemerintah, yang memerlukan informasi akuntansi dalam perhitungan pajak. Kelima adalah karyawan, dengan informasi akuntansi karyawan dapat melihat bagaimana prospek perusahaan untuk kedepannya yang berkaitan juga dengan kesejahteraannya.

2) Pihak Internal yaitu manajer atau pimpinan perusahaan, yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap kegiatan perusahaan. Pimpinan perusahaan memerlukan informasi akuntansi sebagai dasar untuk membuat perencanaan, mnentukan kebijakan, demi kepentingan pengawasan kegiatan perusahaan serta untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapainya.

2. Prosedur dan instruksi yang digunakan untuk mengumpulkan, memproses dan menyimpan data; menurut Mardi (2014:6) prosedur merupakan kegiatan mengumpulkan, memproses dan menyimpan data tentang aktivitas bisnis

(25)

perusahaan yang dilakukan baik secara manual maupun terotomatisasi. Sedangkan Noor (2013:15) mendefinisikan prosedur merupakan suatu rangkaian aktifitas atau kegiatan yang dilakukan dengan cara yang sama dan berulang-ulang dalam suatu urutan kegiatan transaksi perusahaan sehari-hari yang melibatkan beberapa orang dalam dalam satu departemen atau lebih serta suatu sistem yang merupakan sebuah rangkaian tindakan yang menyangkut beberapa orang.

3. Data mengenai organisasi dan aktivitas bisnisnya; mengarah pada fakta-fakta yang dikumpulkan, disimpan dan diproses dengan sistem informasi.

4. Perangkat lunak yang digunakan untuk mengolah data; menurut Mardi (2014:6) perangkat lunak (software) dipakai untuk mengolah data perusahaan.

5. Infrastruktur teknologi informasi; perangkat yang diguanakan dalam pengoperasian sistem, meliputi komputer, perangkat periferal, dan perangkat jaringan komunikasi yang digunakan dalam SIA;

6. Pengendalian internal dan pengukuran keamanan yang menyimpan data SIA.

Enam komponen tersebut memungkinkan SIA untuk memenuhi tiga fungsi bisnis penting sebagai berikut :

1. Mengumpulkan dan menyimpan data mengenai aktivitas, sumber daya, dan personel organisasi. Organisasi memiliki sejumlah proses bisnis, seperti melakukan penjualan atau membeli bahan baku, yang sering diulang.

(26)

2. Mengubah data menjadi informasi sehingga manajemen dapat merencanakan, mengeksekusi, mengendalikan dan mengevaluasi aktivitas, sumber daya dan personel.

3. Memberikan pengendalian yang memadai untuk mengamankan aset dan data organisasi.

Menurut Romney (2015:37) SIA yang didesain dengan baik dapat menambah nilai untuk organisasi dengan :

1) Meningkatkan kualitas dan mengurangi biaya produk atau jasa. 2) Meningkatkan efisiensi.

3) Berbagi pengetahuan.

4) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas rantai pasokannya. 5) Meningkatkan struktur pengendalian internal.

6) Meningkatkan pengambilan keputusan.

Sistem Informasi Akuntansi menambah nilai bagi perusahaan (Noor, 2013:69). Sistem Informasi Akuntansi dapat memberi nilai tambah dengan :

1) Memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu.

2) Penerapan Sistem Informasi Akuntansi meningkatkan efektivitas dan efisiensi biaya dalam mengumpulkan informasi ekonomi.

3) Membantu serta meningkatkan kualitas keputusan yang akan diambil oleh pihak manajemen.

(27)

Adapun manfaat dan tujuan Sistem Informasi Akuntansi menurut Setiawati (2011:5-7) adalah sebagai berikut :

1) Mengamankan harta/kekayaan perusahaan, yang meliputi kas perusahaan, persediaan barang dagang dan aset tetap perusahaan.

2) Menghasilkan beragam informasi untuk pengambilan keputusan.

3) Menghasilkan informasi untuk pihak eksternal, seperti informasi besarnya pajak yang harus dibayarkan oleh perusahaan dan juga menentukan besarnya laba rugi usaha.

4) Menghasilkan informasi untuk penilaian kinerja karyawan atau divisi. 5) Menyediakan data masa lalu untuk kepentingan audit (pemeriksan).

6) Menghasilkan informasi untuk penyusunan dan evaluasi anggaran perusahaan.

7) Menghasilkan informasi yang diperlukan dalam kegiatan perencanaan dan pengendalian.

Romney (2015:12) mengemukakan bahwa SIA dapat membantu meningkatkan pengambilan keputusan dalam beberapa cara yaitu, dapat mengidentifikasi situasi yang membutuhkan tindakan manajemen seperti saat ada penyimpangan pada laporan biaya yang besar maka hal tersebut dapat menstimulasi manajemen untuk dapat menginvestigasi dan mengambil tindakan; dapat mengurangi ketidakpastian dan memberikan dasar untuk memilih alternatif tindakan; dapat menyimpan informasi mengenai hasil keputusan sebelumnya yang memberikan umpan balik bernilai serta dapat digunakan untuk meningkatkan pengambilan keputusan di masa yang akan datang; dapat

(28)

memberikan informasi yang akurat dan tepat waktu; serta dapat menganalisis data penjualan.

B. Siklus Transaksi

Menurut Noor (2013:50) siklus pemrosesan transaksi pada sistem akuntansi adalah meliputi tahap Input-Proses-Output. Operasi bisnis normal terdiri atas serangkaian peristiwa ekonomi. Siklus transaksi mendemonstrasikan bagaimana peristiwa di awali suatu siklus transaksi yang memengaruhi peristiwa dan catatan berikutnya dalam siklus. Siklus transaksi menekankan sifat dasar semua proses bisnis dan akuntansi yang berlangsung.

Menurut Romney (2015:41) terdapat beberapa siklus transaksi yang terjadi di dalam proses bisnis, yaitu :

1. Siklus Pendapatan (Revenue Cycle)

Siklus Pendapatan adalah serangkaian aktivitas bisnis dan operasi pemrosesan informasi terkait yang terus menerus dengan menyediakan barang dan jasa kepada pelanggan dan menerima kas sebagai pembayaran atas penjualan tersebut.

2. Siklus Pengeluaran (Expenditure Cycle)

Siklus Pengeluaran adalah serangkaian aktivitas bisnis dan operasi pemrosesan informasi terkait yang terus-menerus berhubungan dengan pembelian persediaan untuk dijual kembali atau bahan baku untuk digunakan dalam memproduksi barang serta pembayaran barang dan jasa.

(29)

3. Siklus Produksi atau Konversi (Production or Conversion Cycle)

Siklus Produksi adalah aktivitas yang terkait dengan penggunaan tenaga kerja, bahan baku dan peralatan untuk menghasilkan barang jadi atau produk.

4. Siklus Sumber Daya Manusia/Penggajian (Human Resources/Payroll

Cycle)

Siklus Sumber Daya Manusia adalah aktivitas yang terkait dengan

memperkerjakan, melatih, memberi kompensasi, mengevaluasi,

mempromosikan dan memberhentikan karyawan. 5. Siklus Pembiayaan (Financing Cycle)

Adalah aktivitas yang terkait dengan mengumpulkan dana dengan menjual saham perusahaan kepada investor atau meminjam uang serta membayar dividen dan bunga.

C. Bagan Alir (Flowchart)

Romney (2015:83-84) menjelaskan bahwa, bagan alir (flowchart) adalah teknik analitis bergambar yang menggunakan seperangkat simbol standar yang digunakan untuk menjelaskan beberapa aspek dari sistem informasi secara jelas, ringkas dan logis. Bagan alir mencatat cara proses bisnis dilakukan dan cara dokumen mengalir melalui organisasi. Bagan alir digunakan untuk menganalisis cara meningkatkan proses bisnis dan arus dokumen. Simbol bagan alir dibagi ke dalam empat kategori yaitu sebagai berikut :

(30)

1) Simbol input/output menunjukkan input ke atau output dari sistem.

2) Simbol pemrosesan menunjukkan pengolahan data, baik secara elektronik atau manual.

3) Simbol penyimpanan menunjukkan tempat data disimpan.

4) Simbol arus dan lain-lain menunjukkan arus data, di mana bagan alir dimulai dan berakhir, keputusan dibuat dan cara menambah catatan penjelas untuk bagan alir

Tabel 1. Simbol Bagan Alir

Simbol Nama Keterangan

Terminator (Start, End) Menyatakan permulaan atau akhir dari suatu proses.

Process Menyatakan suatu

proses yang dilakukan oleh komputer.

Manual Operation Simbol yang

menunjukkan

pengolahan yang tidak

dilakukan dengan

menggunakan komputer (manual).

(31)

Tabel 1. Simbol Bagan Alir (Lanjutan)

Simbol Nama Keterangan

Connector Symbol Simbol keluar-masuk

atau penyambungan

proses pada

lembar/halaman yang berbeda.

Connector Symbol Simbol keluar-masuk

atau penyambung

proses pada

lembar/halaman yang berbeda.

Decission Symbol Simbol pemilihan

proses berdasarkan

kondisi yang ada.

Simbol Dokumen Simbol yang

menyatakan input

berasal dari dokumen dalam bentuk kertas atau output dicetak ke kertas.

(32)

Tabel 1. Simbol Bagan Alir (Lanjutan)

Simbol Nama Keterangan

Anak Panah Sebagai simbol garis

alur proses.

Output Elektronik Simbol yang

menyatakan peralatan yang digunakan untuk

menampilkan output

adalah dengan

menggunakan

perangkat elektronik seperti terminal atau layar monitor.

Entri Data Elektronik Alat entri data

elektronik seperti

komputer, terminal, tablet atau telepon. Sumber : (Romney & Steinbart 2015 : 83-84)

D. Diagram Aliran Data (Data Flow Diagram)

Romney (2015:76-78) mendefinisikan Data Flow Diagram adalah suatu diagram yang menggambarkan aliran data pada suatu organisasi secara grafis termasuk sumber data/tujuan, aliran data, proses transformasi dan penyimpanan

(33)

data. Aliran data adalah perpindahan data di antara proses, penyimpanan, sumber dan tujuan. Simbol data flow diagram adalah sebagai berikut :

Tabel 2. Simbol Diagram Aliran Data

Simbol Nama Keterangan

Sumber dan Tujuan Data

(Data Sources and

Destinations)

Simbol kotak persegi

melambangkan orang

dan oerganisasi yang mengirim data ke dan yang menerima data dari sistem.

Aliran Data (Data

Flows)

Aliran data

dilambangkan dengan

garis panah melengkung ataupun lurus. Simbol ini menunjukkan aliran data ke dalam atau keluar.

Proses Transformasi

(Transformation

Processes)

Simbol lingkaran

menggambarkan proses yang mengubah data dari input menjadi sebuah output.

(34)

Tabel 2. Simbol Diagram Aliran Data (Lanjutan)

Simbol Nama Keterangan

Penyimpanan Data

(Data Stores)

Simbol dua garis horizontal melambangkan penyimpanan data. Pengendalian Internal (Internal Control) Simbol segitiga melambangkan pengendalian internal. Sumber : (Romney & Steinbart 2015 :76-78)

E. Diagram Hubungan Entitas (Entity Relationship Diagram)

Fathansyah (2018:81) mendefinisikan Entity Relationship Diagram adalah gambaran sistematis dari model hubungan antar entitas yang berisi komponen-komponen himpunan entitas dan hubungan relasi yang masing-masing dilengkapi dengan atribut-atribut yang mempresentasikan seluruh fakta dari “dunia nyata” yang kita tinjau.

F. Persediaan

1. Pengertian Persediaan

Persediaan pada umumnya merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan. Hal ini mudah dipahami karena persediaan merupakan faktor penting dalam menentukan kelancaran operasi perusahaan. Ditinjau dari segi neraca, persediaan adalah barang-barang atau bahan

(35)

yang masih tersisa pada tanggal neraca, atau barang-barang yang akan segera dijual, digunakan atau diproses dalam periode normal perusahaan (Sartono, 2010:443). Menurut Santoso (2010:239) persediaan adalah aktiva yang ditujukan untuk dijual atau diproses lebih lanjut untuk menjadi barang jadi atau kemudian dijual sebagai kegiatan utama perusahaan. Sedangkan menurut Sumarsan (2018:39) persediaan barang dagang adalah aset lancar yang dibeli oleh suatu perusahaan yang bertujuan untuk dijual kembali demi mendapatkan keuntungan bagi perusahaan.

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa persediaan adalah aktiva lancar dalam bentuk barang yang dimaksudkan atau ditujukan untuk dijual dan diproses lebih lanjut yang merupakan faktor penting dalam menentukan kelancaran operasi perusahaan.

Menurut SAK UMKM, pengakuan dan pengukuran persediaan adalah, entitas mengakui persediaan ketika diperoleh sebesar biaya perolehannya. Biaya perolehan persediaan mencakup seluruh biaya pembelian, konversi dan biaya lainnya seperti biaya angkut. Teknik pengukuran biaya persediaan dapat menggunakan metode biaya standar atau dengan metode eceran jika hasilnya mendekati dengan biaya perolehan. Entitas dapat memilih menggunakan metode

first-in first-out (FIFO), last-in-firtst-out (LIFO) atau dengan menggunakan metode

rata-rata tertimbang untuk menentukan biaya perolehan persediaan.

Terdapat dua sistem pencatatan persediaan menurut Rudianto (2012:222) yaitu :

(36)

Metode fisik disebut juga metode periodik adalah metode pengelolaan persediaan, dimana arus keluar masuknya barang tidak dicatat secara terinci sehingga untuk mengetahui nilai persediaan pada suatu saat tertentu dan untuk mengetahui nilai persediaan akhir harus melakukan perhitungan barang secara fisik (stock opname) digudang. Perhitungan metode fisik mengharuskan perhitungan barang yang ada (tersisa) pada akhir periode akuntansi ketika menyusun laporan keuangan.

2) Sistem Persediaan Perpetual

Sistem perpetual merupakan metode pengelolaan persediaan dimana arus masuk dan arus keluar dicatat secara rinci. Dalam metode ini setiap jenis persediaan dibuatkan kartu stock yang mencatat secara rinci keluar masuknya barang di gudang beserta dengan harganya.

Sedangkan Noor (2013:58-59) menjelaskan dua sistem pencatatan persediaan sebagai berikut :

1) Sistem Persediaan Periodik (Periodic Inventory System)

Tidak memiliki buku besar pembantu atau kartu persediaan, perhitungan persediaan harus dilakukan untuk menyusun laporan keuangan periodik (setahun), tidak ada pencatatan atas persediaan untuk semua pembelian dan penjualan serta sistem persediaan periodik ini biasanya digunakan untuk perusahaan-perusahaan yang menjual barang dagangan dengan harga yang relatif murah serta jenis atau tipe barang yang banyak.

(37)

Sistem ini selalu melakukan pencatatan persediaan yang rutin setiap terjadi transaksi pembelian dan penjualan barang, memiliki buku besar pembantu dan kartu persediaan, tidak perlu melakukan perhitungan persediaan untuk menyusun laporan keuangan periodik kecuali pada akhir tahun, dapat digunakan untuk semua jenis barang dan sistem persediaan perpetual baik diterapkan untuk tujuan pengendalian.

Menurut Hery (2014:242) terdapat tiga metode penilaian persediaan, yaitu:

1. FIFO

Metode FIFO (First-in, First-out) merupakan metode penilaian persediaan yang menghitung harga pokok dari barang yang pertama kali dibeli adalah yang akan diakui pertama kali sebagai harga pokok penjualan. Tidak berarti bahwa unit atau barang yang pertama kali dibeli adalah unit atau barang yang pertama kali dijual. Penekanan pada metode ini adalah bukan pada barang atau unitnya, namun pada harga pokoknya.

Jika perusahaan menggunakan metode FIFO dalam menilai persediaan akhirnya dan asumsi bahwa telah terjadi peningkatan harga barang atau inflasi, maka penggunaan metode FIFO ini akan menghasilkan nilai persediaan akhir yang paling besar, harga pokok penjualan yang paling kecil dan laba kotor serta laba bersih yang paling besar.

Contoh perhitungan penilaian persediaan dengan metode FIFO pada pencatatan perpetual :

(38)

Tabel 3. Contoh perhitungan penilaian persediaan FIFO dengan perpetual.

Sumber : (Hery 2014 : 244-258)

Dengan asumsi bahwa harga jual per unit adalah Rp 300.000,- maka besar persediaan akhir yang akan disajikan dalam neraca per 31 Maret adalah : 48 unit x Rp 210.000 = Rp 10.080.000,-

90 unit x Rp 220.000 = Rp 19.800.000,-

138 unit = Rp 29.880.000,-

Sedangkan besarnya penjualan, harga pokok penjualan dan laba kotor yang akan disajikan dalam laporan laba rugi untuk bulan yang berakhir 31 Maret adalah sebagai berikut :

Penjualan (140 unit x Rp 300.000,-) Rp 42.000.000,-

Harga Pokok Penjualan (Rp 28.400.000,-)

Laba Kotor Rp 13.600.000,-

Contoh perhitungan penilaian persediaan dengan metode FIFO pada pencatatan periodik :

(39)

Tabel 4. Contoh perhitungan penilaian persediaan FIFO dengan periodik.

Sumber : (Hery 2014 : 244-258)

Menggunakan data di atas, berdasarkan perhitungan fisik yang dilakukan pada tanggal 31 Desember menunjukkan bahwa besarnya barang dagangan yang belum terjual adalah 500 unit. Maka nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan adalah :

400 unit x Rp 110.000,- = Rp 44.000.000,- 100 unit x Rp 100.000,- = Rp 10.000.000,-

500 unit Rp 54.000.000,-

Besarnya harga pokok penjualan adalah :

= Harga pokok barang tersedia dijual – Harga pokok persediaan akhir = Rp 100.000.000 – Rp 54.000.000

= Rp 46.000.000,- 2. LIFO

Pada metode LIFO (Last-in, first-out) harga pokok dari barang yang terakhir kali dibeli adalah yang akan diakui pertama kali sebagai harga pokok penjualan. Dengan menggunakan metode LIFO, yang akan menjadi nilai persediaan akhir adalah harga pokok dari unit atau barang yang pertama kali dibeli. Jika perusahaan menggunakan metode LIFO dalam menilai persediaan akhirnya, maka penggunaan metode LIFO ini akan

(40)

menghasilkan nilai persediaan akhir yang paling kecil, harga pokok penjualan yang yang paling besar dan laba kotor serta laba bersih yang paling kecil. Dalam hal periode inflasi atau ketika harga barang meningkat, maka penggunaan metode LIFO akan memberikan penghematan dalam hal pajak penghasilan.

Contoh perhitungan penilaian persediaan dengan metode LIFO pada pencatatan perpetual :

Tabel 5. Contoh perhitungan penilaian persediaan LIFO dengan perpetual.

Sumber : (Hery 2014 : 244-258)

Dengan asumsi bahwa harga jual per unit adalah Rp 300.000,- maka besar persediaan akhir yang akan disajikan dalam neraca per 31 Maret adalah : 22 unit x Rp 200.000,- = Rp 4.400.000,-

26 unit x Rp 210.000,- = Rp 5.460.000,- 90 unit x Rp 220.000,- = Rp19.800.000,-

(41)

Sedangkan besarnya penjualan, harga pokok penjualan dan laba kotor yang akan disajikan dalam laporan laba rugi untuk bulan yang berakhir 31 Maret adalah sebagai berikut :

Penjualan (140 unit x Rp 300.000,-) Rp 42.000.000,-

Harga Pokok Penjualan (Rp 28.620.000,-)

Laba Kotor Rp 13.380.000,-

Contoh perhitungan penilaian persediaan dengan metode LIFO pada pencatatan periodik :

Tabel 6. Contoh perhitungan penilaian persediaan LIFO dengan periodik.

Sumber : (Hery 2014 : 244-258)

Menggunakan data di atas, berdasarkan perhitungan fisik yang dilakukan pada tanggal 31 Desember menunjukkan bahwa besarnya barang dagangan yang belum terjual adalah 500 unit. Maka nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan adalah :

100 unit x Rp 80.000 = Rp 8.000.000,- 200 unit x Rp 90.000 = Rp 18.000.000,- 200 unit x Rp 100.000 = Rp 20.000.000,-

500 unit Rp 46.000.000,-

Besarnya harga pokok penjualan adalah :

(42)

= Rp 100.000.000 – Rp 46.000.000 = Rp 54.000.000,-

3. Average Cost Method

Pada penggunaan metode biaya rata-rata, harga pokok penjualan per unit dihitung berdasarkan rata-rata harga perolehan per unit dari barang yang tersedia dijual. Jika perusahaan menggunakan metode biaya rata-rata dalam menilai persediaan akhir, akan menghasilkan harga pokok penjualan dan laba kotor serta laba bersih yang berada di antara hasil metode FIFO dan LIFO.

Contoh perhitungan penilaian persediaan dengan metode Average Cost pada pencatatan perpetual :

Tabel 7. Contoh perhitungan penilaian persediaan Average Cost dengan perpetual.

Sumber : (Hery 2014 : 244-258)

Dengan asumsi bahwa harga jual per unit adalah Rp 300.000,- maka besar persediaan akhir yang akan disajikan dalam neraca per 31 Maret adalah : 178 unit x Rp 216.764 = Rp 38.583.992,-

(43)

Sedangkan besarnya penjualan, harga pokok penjualan dan laba kotor yang akan disajikan dalam laporan laba rugi untuk bulan yang berakhir 31 Maret adalah sebagai berikut :

Penjualan (140 unit x Rp 300.000,-) Rp 42.000.000,-

Harga Pokok Penjualan (Rp 28.496.000,-)

Laba Kotor Rp 13.504.000,-

Contoh perhitungan penilaian persediaan dengan metode Average pada pencatatan periodik :

Tabel 8. Contoh perhitungan penilaian persediaan Average Cost dengan periodik.

Sumber : (Hery 2014 : 244-258)

Menggunakan data di atas, berdasarkan perhitungan fisik yang dilakukan pada tanggal 31 Desember menunjukkan bahwa besarnya barang dagangan yang belum terjual adalah 500 unit. Maka nilai persediaan akhir dan harga pokok penjualan adalah :

= Rp 100.000.000 : 1000 unit

= Rp 100.000,- per unit (harga perolehan) Nilai persediaan akhir :

= Rp 100.000,- x 500 unit = Rp 50.000.000,-

(44)

Harga pokok penjualan : = 500 unit x Rp 100.000 = Rp 50.000.000,- G. Obat

1. Pengertian Obat

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk bilogi yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia.

Selain pengertian obat diatas, berikut beberapa pengertian obat secara khusus :

1) Obat Baru : Obat baru adalah obat yang berisi zat (berkhasiat/tidak berkhasiat), seperti pembatu, pelarut, pengisi, lapisan atau komponen lain yang belum dikenal sehingga tidak diketahui khasiat dan kegunaannya.

2) Obat Jadi : Obat jadi adalah obat dalam keadaan murni atau campuran dalam bentuk serbuk, tablet, pil, kapsul, supositori, cairan, salep atau bentuk lainnya yang secara teknis sesuai dengan Farmakope Indonesia atau buku resmi lain yang ditetapkan pemerintah.

3) Obat Paten : Obat paten adalah obat jadi dengan nama dagang yang terdaftar atas nama pembuat yang telah diberi kuasa dan obat tersebut dijual dalam kemasan asli dari perusahaan yang memproduksinya.

(45)

4) Obat Asli : Obat asli adalah obat yang diperoleh langsung dari bahan-bahan alamiah, diolah secara sederhana berdasarkan pengalaman dan digunakan dalam pengobatan tradisional.

H. Apotek

1. Pengertian Apotek

Menurut Peraturan Pemerintah No.59 Tahun 2009 apotek merupakan suatu tempat atau terminal distribusi obat pembekalan farmasi yang dikelola oleh apoteker sesuai standar dan etika farmasi. Apotek merupakan tempat transaksi jual beli obat dan juga tempat pelayanan kesehatan yang berhubungan dengan farmasi seperi obat-obatan, bahan obat, alat kesehatan yang ditujukan bagi masyarakat umum.

Sedangkan menurut Bogadenta (2012:18) apotek berasal dari bahasa Yunani apotheca, yang secara harfiah berarti “penyimpanan”. Dalam bahasa Belanda, apotek disebut aphoteek, yang berarti tempat menjual dan meramu obat. Dapat disimpulkan bahwa apotek merupakan tempat atau terminal distribusi obat, tempat menjual dan meramu obat serta tempat untuk penyimpanan obat yang mengutamakan kepentingan masyarakat yaitu dalam hal menyediakan dan menyerahkan perbekalan farmasi yang bermutu baik.

2. Tugas dan Fungsi Apotek

(46)

1) Sebagai tempat pengabdian profesi seorang apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan apoteker.

2) Sarana yang digunakan untuk melakukan pekerjaan kefarmasian.

3) Sarana yang digunakan untuk memproduksi dan mendistribusikan sediaan farmasi, antara lain obat, bahan baku obat, obat tradisional dan kosmetika. 4) Sarana pembuatan dan pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

pengadaan, penyimpanan dan pendistribusian atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional.

I. Aplikasi

Menurut Safaat H. (2014) perangkat lunak aplikasi adalah suatu subkelas perangkat komputer yang memanfaatkan kemampuan komputer langsung untuk melakukan suatu tugas yang diinginkan pengguna. Contoh utama perangkat lunak aplikasi adalah pengolah kata, lembar kerja dan pemutar media.

Dapat disimpulkan bahwa aplikasi adalah sebuah program atau perangkat lunak yang dirancang atau dibuat untuk tujuan tertentu yang melakukan aktifitas tertentu melalui proses atau prosedur aliran data dengan menggunakan infrastruktur teknologi informasi yang menghasilkan data sesuai dengan kebutuhan pengguna.

J. Android

1. Pengertian Android

Android menurut Safaat H. (2014) adalah sebuah sistem operasi untuk perangkat mobile yang berbasis Linux yang mencakup sistem operasi, middleware

(47)

dan aplikasi. Android menyediakan platform terbuka bagi para pengembang untuk menciptakan aplikasi.

Sedangkan menurut Istiyanto (2013:19) android merupakan suatu software yang terdistribusi open source. Terdiri dari sistem operasi, middleware dan key

application (aplikasi dasar). Sistem operasi Android didesain untuk perangkat

mobile dan merupakan turunan sistem operasi berbasis kernel Linux, beberapa bagiannya juga identik dengan sistem operasi GNU-Linux, diantaranya kernel, pustaka atau librari, framework, dengan penambahan Dalvik virtual machine. Dengan kata lain, OS Android sangat identik dengan OS Linux.

Menurut Madcoms (2018:1) Android adalah sistem operasi yang berbasis Linux yang khusus diperuntukkan bagi perangkat telepon selulerdengan fitur layar sentuh (touchscreen) seperti smartphone serta tablet.

Dapat disimpulkan bahwa android merupakan sistem operasi perangkat bergerak yang berbasis linux yang diperuntukkan bagi penggunaan ke perangkat bergerang seperti mobile dan komputer tablet layar sentuh.

K. Smartphone

Menurut Istiyanto (2013:1) smartphone (ponsel cerdas) merupakan salah satu wujud realisasi ubiquitos computing (ubicomp) di mana teknologi tersebut memungkinkan proses komputasi dapat terintegrasi dengan berbagai aktifitas keseharian manusia dengan jangkauannya yang tidak dibatasi dalam satu wilayah atau suatu area.

(48)

L. Siklus Hidup Pengembangan Sistem

Menurut Mardi (2014:123) Siklus hidup pengembangan sistem (System

Development Life Cycle = SDLC) adalah serangkaian aktivitas yang dilaksanakan

oleh profesional dan pemakai sistem untuk mengembangkan dan

mengimplementasikan sistem informasi. Sistem ini dikembangkan melalui sebuah proses formal (Hall, 2009). SDLC terdiri atas lima aktivitas yang secara logis dan dapat diterima oleh para ahli dalam komunitas sistem.

2. Aktivitas SDLC

Mardi (2014:123-126) menjelaskan kelima aktivitas SDLC sebagai berikut :

a) Perencanaan Sistem : Perencanaan disusun berdasarkan perhitungkan kebutuhan sistem. Dalam perumusan sasaran strategis, baik di bidang pemasaran, produksi, pengembangan produk baru atau pembukaan bisnis baru, semuanya harus didukung dengan sistem informasi yang dapat membantu operasional organisasi sehingga dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Untuk memahami bagaimana sistem yang dibutuhkan dan akan dikembangkan, maka perlu tahap-tahap sebagai berikut :

1) Menyampaikan pertanyaan mendalam kepada pengguna tentang apa yang menjadi kebutuhan utama dari sistem yang akan dikembangkan.

2) Menganalisa sistem yang ada terhadap bagaimana penggunaan sistem saat ini.

(49)

3) Membuat prototipe desain sistem untuk membentuk apa yang diinginkan pengguna dari sistem yang ingin dibangun.

b) Analisis Sistem : Analisis sistem adalah proses menguji sistem informasi yang sudah ada dengan melakukan survei sehingga dapat diperoleh petunjuk berbagai kemungkinan perbaikan dan pengembangan sistem yang dapat dilakukan, kemudian menyesuaikan dengan kebutuhan pengguna. Alasan dilakukannya analisis sistem berkisar pada hal berikut :

a. Sistem yang ada sudah tidak kondusif dan tidak memenuhi kebutuhan pengguna.

b. Mendesaknya keperluan informasi baru, yang lebih cepat dan relevan. Jika keperluan ini tidak segera dipenuhi, berakibat pada perusahaan akan dikalahkan oleh para pesaing.

c. Kemunculan teknologi baru yang lebih efisien dan ekonomis. c) Desain Sistem : Dalam tahap mendesain sistem dilakukan proses

menerjemahkan saran yang dihasilkan dari analisis sistem ke dalam bentuk yang dapat diimplementasikan. Desain sistem dapat dilakukan dalam dua tahap :

1) Desain Konseptual yaitu proses memutuskan prosedur untuk memenuhi kebutuhan pemakai sistem. Langkah ini dilakukan dengan mengidentifikasi dan mengevaluasi desain alternatif yang tepat. Sistem yang akan dikembangkan merupakan sistem yang dapat memenuhi tujuan perusahaan dan mampu dikendalikan.

(50)

2) Desain Fisik yaitu pada tahap ini terjadi proses dokumen input dan output dirancang, program komputer ditulis, file serta database dibuat, prosedur dikembangkan dan pengendalian dipersiapkan untuk bisa terintegrasi ke dalam sistem baru yang sedang dikembangkan.

d) Implementasi Sistem

Pada proses ini, ketika semua aktivitas pengembangan sistem telah dilakukan maka tahap selanjutnya adalah menyatukan semua sistem, diantaranya perangkat keras dan software dipasang pada entitas, instalasi peralatan dan pengkodean program sudah siap untuk dilakukan uji coba. Aktivitas organisasi telah berubah ke sistem baru. Setelah sistem baru terpasang dan beroperasi secara normal, penyesuaian serta evaluasi dapat dilakukan untuk mendeteksi dan memperbaiki kelemahan dari desain sistem.

e) Operasional dan Pemeliharaan

Selama pengoperasian sistem, secara periodik sistem akan ditinjau kembali oleh tenaga ahli. Tenaga ahli akan memberikan rekomendasi terkait dengan jika diperlukan adanya perubahan seperti pengembangan sistem jika muncul kebutuhan baru terhadap sistem yang telah berjalan.

Adapun tujuan dari pengembangan sistem menurut Mardi (2014:122) adalah untuk peningkatan pada perusahaan atau bisnis yang bersangkutan. Peningkatan tersebut diharapkan terjadi pada beberapa hal sebagai berikut :

(51)

1) Kinerja, seberapa bagusnya kinerja pada perusahaan dapat diukur dari jumlah pekerjaan yang dapat dilakukan pada saat tertentu dengan rata-rata waktu tertunda di antara dua transaksi. Dengan menerapkan Sistem Informasi yang sudah terkomputerisasi maka setiap transaksi yang terjadi akan berlangsung dengan lebih cepat dan lebih efisien. Kinerja perusahaan tidak dapat hanya dinilai berdasarkan jumlah keuntungan finansialnya saja namun dapat dinilai dan diukur dari beberapa aspek lainnya salah satu contohnya seperti ketepatan dan kecepatan waktu, aspek lingkungan, aspek eksternal dan lain sebagainya. 2) Kualitas informasi yang disajikan, informasi yang dihasilkan haruslah

informasi yang memenuhi kebutuhan organisasi dan juga penggunanya karena semakin berkualitas informasi yang dihasilkan maka dapat berpengaruh kepada kesuksesan dari perusahaan tersebut. Tantangan ke depan bagi organisasi-organisasi adalah harus memiliki kemampuan dalam mengelola informasi sehingga dapat menghasilkan informasi yang berkualitas serta dapat tumbuh dan bersaing dengan organisasi atau bisnis lainnya.

3) Keuntungan akibat penurunan biaya operasional dan administrasi.

4) Dengan sistem baru yang lebih efisien diterapkan pada sebuah perusahaan diharapkan dapat meningkatkan pengendalian perusahaan terhadap operasional secara lebih efisien.

5) Penggunaan atau penerapan sistem yang telah dikembangkan dapat menghasilkan informasi yang lebih detail dan tepat waktu. Informasi yang tepat waktu adalah informasi yang diterima oleh penggunanya tepat pada saat informasi tersebut dibutuhkan untuk kepentingan pengambilan keputusan.

(52)

M. Penelitian Terdahulu

Untuk memperkuat teori, penulis melampirkan penelitian terdahulu yang telah dilakukan. Penelitian pertama, yang dilakukan oleh Mujiati (2014) dengan judul “Analisis dan Perancangan Sistem Informasi Stok Obat Pada Apotek Arjowinangun”. Pada penelitian ini dijelaskan bahwa Apotek Arjowinangun dalam sistem stok obatnya masih menggunakan sistem yang konvensional yang dirasa kurang efektif bagi operasional Apotek itu sendiri. Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan perancangan sistem informasi stok obat Apotek Arjowinangun. Hasil dari penelitian ini adalah sistem informasi akuntansi berbasis komputer yang dapat membantu Apotek dalam siklus pembelian dan penjualan obat serta memudahkan dalam mencatat stok obat serta membuat operasional Apotek menjadi lebih efektif.

Penelitian kedua, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Yesica (2016) dengan judul “Perancangan Sistem Informasi Persediaan Apotek Dengan Database Management System”. Penelitian ini mengangkat masalah yang dialami oleh Apotek X berkaitan dengan persediaan yaitu selisih antara jumlah barang tercatat dengan jumlah aktual, keterlambatan pemesanan barang serta barang yang mendekati tanggal kadaluarsa yang terlambat diretur kepada supplier atau distributor. Penyimpanan data dan informasi yang masih menggunakan buku, nota dan bukti tertulis lainnya memungkinkan terjadinya kesalahan perhitungan dan mengakibatkan ketidakakuratan data. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah SDLC dan penerapan teknik Joint

(53)

yang dibuat merupakan aplikasi berbasis web yang memiliki keunggulan dalam hal penggunaan serta pemilihan perangkat keras. Bahasa pemrograman yang digunakan adalah MySQL 5.0. Hasil dari penelitian ini berupa prototype sistem informasi manajemen persediaan apotek yang mampu menyelesaikan masalah yang selama ini terdapat di Apotek dengan menyediakan informasi persediaan yang akurat, terbarui secara otomatis dan dapat mengetahui barang yang mendekati tanggal kadaluarsa.

Penelitian ketiga, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Hari dan Ronaldo (2019) dengan judul “Rancang Bangun Aplikasi Persediaan Obat Pada Klinik Umum Grace Medika Cikarang”. Penelitian ini menggunakan metoda Waterfall untuk pengembangan perangkat lunak, model berkembang secara sistematis dari satu tahap ke tahap lain. Implementasi program yang digunakan pada sistem informasi persediaan obat menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 dan hasil dari rancang bangun aplikasi persediaan obat pada penelitian ini terdiri dari tiga sub bab program, yaitu sub program input (data user, data obat), sub sistem proses (program pengolahan data) dan sub sistem output (laporan data obat masuk dan laporan data obat keluar). Adapun hasil dari penelitian ini adalah sebuah sistem penilaian persediaan obat yang mencakup proses pencatatan data transaksi obat keluar dan masuk serta menyelesaikan masalah yang ada pada Klinik Umum yaitu memperbaiki kesalahan dalam penulisan data stok obat, data yang hilang akibat kerusakan pada kartu stok obat dan hasil yang lebih akurat serta penyimpanan data yang menjadi lebih terjamin keamanannya.

(54)

44

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian studi kasus. Penelitian studi kasus merupakan penelitian yang berfokus pada pengumpulan informasi terkait objek tertentu, acara atau kegiatan, seperti unit atau organisasi bisnis tertentu. Studi kasus menurut Yin (2009) adalah investigasi empiris terhadap fenomena kontemporer tertentu dalam konteks kehidupan nyata yang menggunakan berbagai metode pengumpulan data. Penelitian ini akan berfokus pada perancangan sistem informasi akuntansi berbasis android dengan menerapkan aplikasi di dalamnya yaitu aplikasi inventory obat sehingga kesimpulan dapat dibuat berdasarkan objek dari penelitian. Metode dalam penelitian ini adalah metode kualitiatif dengan menggunakan tiga teknik dalam menganalisis data yaitu dengan reduksi data, panyajian data dan penarikan kesimpulan.

B. Subjek dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Subjek pada penelitian ini adalah pemilik dari Apotek Bethesda Farma sekaligus manager dan bagian keuangan dari Apotek tersebut.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian adalah siklus persediaan obat pada Apotek Bethesda Farma beserta dokumen, prosedur, sistem dan pencatatan akuntansi dalam hal persediaan obat.

(55)

C. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Apotek Bethesda Farma yang terletak di Jalan Oevang Oeray RT.05/RW.003, Desa Baning Kota, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Desember 2019 sampai dengan Maret 2020.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian adalah :

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan secara langsung dengan maksud untuk mendapatkan informasi atau data-data dari sesuatu yang diamati atau diselidiki. Menurut Sekaran (2013) observasi merupakan suatu proses yang

melibatkan kegiatan melihat, mencatat, menganalisis dan

menginterpretasikan perilaku, tindakan, atau peristiwa secara terencana.

Pada tahap observasi ini akan dilakukan dengan cara mendatangi langsung Apotek dan melihat serta mencatat bagaimana proses bisnis yang terjadi sehari-hari. Dari tahap observasi ini, akan diperoleh informasi bagaimana Apotek tersebut mencatat transaksi penjualan yang terjadi dan bagaimana pencatatan persediaan obat setiap adanya penjualan.

(56)

2. Wawancara

Salah satu metode pengumpulan data adalah mewawancarai responden untuk dapat memperoleh informasi mengenai permasalahan yang akan diteliti. Wawancara adalah suatu percakapan yang diarahkan pada suatu masalah tertentu dan merupakan proses tanya jawab lisan di mana dua orang atau lebih berhadapan secara fisik (Setyadin dalam Gunawan 2013:160). Menurut Sekaran (2013:136) wawancara adalah metode pengumpulan data yang efektif, terutama selama tahap penelitian eksploratif. Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Esterberg dalam Sugiyono (2013:231)

Spillane (2008:152) menyatakan bahwa ada macam-macam teknik atau wawancara yang dapat dilaksanakan :

1. Wawancara dengan empat mata atau wawancara pribadi.

2. Wawancara lewat telepon.

3. Wawancara lewat pos.

4. Kombinasi ketiganya.

Menurut Sekaran (2013) terdapat dua jenis wawancara yaitu :

1). Wawancara Tidak Terstruktur

Disebut wawancara tidak terstruktur karena pewawancara tidak memasuki situasi wawancara dengan rangkaian pertanyaan yang

(57)

direncanakan yang akan diberikan kepada responden. Tujuan wawancara tidak terstruktur adalah mengetahui beberapa isu pendahuluan, sehingga peneliti dapat menentukan variabel yang memerlukan investigasi mendalam lebih lanjut.

2). Wawancara Terstruktur

Wawancara yang dilakukan ketika sejak awal diketahui informasi apa yang diperlukan. Pewawancara memiliki daftar pertanyaan yang direncanakan untuk ditanyakan kepada responden, baik secara pribadi, melalui telepon atau komputer.

Tahap wawancara adalah tahap selanjutnya yang akan peneliti lakukan. Pada tahap ini akan dilaksanakan wawancara terstruktur dengan daftar pertanyaan-pertanyaan lisan yang sudah peneliti siapkan dan ditujukan kepada pemilik Apotek. Dari tahap ini akan diperoleh data tentang sejarah apotek, struktur organisasi, tugas, wewenang dan tanggung jawab, kendala serta siklus akuntansi yang terjadi.

3. Dokumentasi

Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara. Menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), ceritera, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pengolahan data Poliklinik “X” Bandung masih menggunakan sistem manual, dimana pengolahan dan pembuatan laporan masih kurang teliti, sehingga sering menyulitkan dalam pencarian

a. Marimba: pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani, ruhani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran

Berdasarkan hasil uji statistik menggunakan uji beda t, terdapat perbedaan yang signifikan an- tara rata-rata tingkat kecukupan protein sebelum dan sesudah pemberian sarapan

Hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas XI SMA Negeri 1 Teluk Belitung Kecamatan Merbau Kabupaten Meranti berkategorisedang dengan rata- rata 78.8 dari

Peserta didik menyimak penjelasan guru untuk berdiskusi untuk mengidentifikasi masalah yang akan dibahas dalam teks hikayat, yaitu pertanyaan ciri teks hikayat; bahasa

Pada Prosedur Pembayaran Angsuran Kredit, Seksi Administrasi Kredit membuat Bukti Penerimaan Kas yang terdiri dari Bukti Setoran dan Kwitansi tetapi Seksi Administrasi Kredit

Hasil dari perancangan basis datanya adalah pada tahapan konseptual merupakan tahapan merancang model data sesuai dengan data-data yang dibutuhkan oleh Apotek Newton

Produk yang dikembangkan pada penelitian ini adalah LKPD berbasis inkuiri pada materi pengklasifikasian ikan menggunakan Model Prosedur pengembangan hasil adaptasi dari