• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKEMBANGAN INDEKS HARGA KONSUMEN/INFLASI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

No. 53/10/72/Th.XVII, 1 Oktober 2014

P

ERKEMBANGAN

I

NDEKS

H

ARGA

K

ONSUMEN

/I

NFLASI

Selama September 2014, Deflasi Sebesar 0,36 Persen

Mulai Januari 2014, penghitungan inflasi secara nasional telah menggunakan IHK tahun dasar baru (2012=100) berdasarkan hasil Survei Biaya Hidup (SBH) 2012. Dibandingkan tahun dasar lama (2007=100), terdapat perluasan cakupan kota yang diikuti oleh perubahan paket komoditas dan diagram timbang. Penggunaan tahun dasar baru dilakukan untuk menyesuaikan perubahan pola konsumsi masyarakat dibandingkan periode sebelumnya. SBH 2012 dilaksanakan di 82 kota, yang terdiri dari 33 ibukota provinsi dan 49 kota besar terpilih lainnya. Dari seluruh kota pantauan, terdapat 66 kota yang merupakan cakupan kota SBH lama dan 16 lainnya merupakan cakupan kota baru. Paket komoditas Kota Palu hasil SBH 2012 mencapai 346 komoditas.

Secara nasional, terdapat beberapa kota yang mengalami inflasi selama September 2014 yakni Pangkal Pinang (1,29 persen), Merauke (1,08 persen), Bukittinggi (0,95 persen), Singaraja (0,92 persen), Ternate (0,87 persen), Sorong (0,85 persen), Bengkulu (0,73 persen), Mamuju (0,71 persen), Tarakan (0,71 persen), dan kota lainnya di bawah 0,70 persen. Sedangkan beberapa kota yang mengalami deflasi selama September 2014 yakni Tual (0,89 persen), Bau-Bau (0,77 persen), Palopo (0,60 persen), Maumere (0,55 persen), Palu (0,36 persen), Kupang (0,32 persen), dan kota lainnya di bawah 0,30 persen.

 Dari 82 kota pantauan secara nasional, 64 kota mengalami inflasi sedangkan 18 kota lainnya mengalami deflasi selama September 2014. Kota Palu terjadi deflasi sebesar 0,36 persen dengan indeks harga 115,12.

 Inflasi tertinggi terjadi di Kota Pangkal Pinang sebesar 1,29 persen, sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Kota Tual sebesar 0,89 persen. Deflasi Kota Palu menduduki peringkat ke-78 secara nasional dan ke-15 di Kawasan Sulampua.

 Kenaikan indeks harga terjadi pada beberapa kelompok pengeluaran meliputi sandang (1,14 persen), kesehatan (0,82 persen), pendidikan, rekreasi, dan olahraga (0,38 persen), perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,34 persen), makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,20 persen), serta transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (0,11 persen). Sebaliknya, kelompok pengeluaran bahan makanan mengalami penurunan sebesar 3,18 persen.

Laju inflasi tahun kalender hingga September 2014 sebesar 4,24 persen, sedangkan laju inflasi year on

(2)

Dari 18 kota di wilayah Sulawesi, Maluku, dan Papua (Sulampua), 8 kota mengalami inflasi dan 10 kota lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Kota Merauke (1,08 persen), diikuti Ternate (0,87 persen), Sorong (0,85 persen), Mamuju (0,71 persen), dan kota lainnya di bawah 0,50 persen. Sedangkan kota yang mengalami deflasi yakni Tual (0,89 persen), Bau-Bau (0,77 persen), Palopo (0,60 persen), Palu (0,36 persen), dan kota lainnya di bawah 0,30 persen.

I. Perkembangan Inflasi/Deflasi Menurut Kelompok Pengeluaran

Selama September 2014, deflasi sebesar 0,36 persen dipengaruhi oleh penurunan indeks harga kelompok bahan makanan sebesar 3,18 persen. Namun demikian, kenaikan indeks harga masih terjadi pada kelompok pengeluaran sandang (1,14 persen), kesehatan (0,82 persen), pendidikan, rekreasi, dan olahraga (0,38 persen), perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar (0,34 persen), makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,20 persen), serta transport, komunikasi dan jasa keuangan (0,11 persen).

Inflasi

Laju

Inflasi Inflasi Sep 2013 Des 2013 Ags 2014 Sep 2014

Sep 2014 * tahun Kalender 2014 ** [2] [3] [4] [5] [6] [7] [8] [9] U m u m 109,16 142,34 115,54 115,12 -0,36 4,24 5,46 -0,36 1 Bahan Makanan 112,54 165,50 115,82 112,14 -3,18 -0,17 -0,36 -0,63 2 Makanan Jadi, minuman, Rokok, dan

Tembakau 113,42 169,54 126,02 126,27 0,20 8,17 11,33 0,05 3 Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan

Bahan bakar 105,13 137,98 110,24 110,61 0,34 4,63 5,21 0,08 4 Sandang 102,94 130,20 105,22 106,42 1,14 3,44 3,38 0,07 5 Kesehatan 103,78 128,08 109,63 110,53 0,82 6,18 6,50 0,03 6 Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga 107,41 138,09 111,75 112,17 0,38 4,29 4,43 0,02 7 Transportasi, Komunikasi, dan Jasa

Keuangan 110,10 107,51 116,90 117,03 0,11 3,81 6,29 0,02 *) Perubahan IHK bulan September 2014 terhadap IHK bulan Agustus 2014

**) Perubahan IHK bulan September 2014 terhadap IHK bulan Desember 2013 ***) Perubahan IHK bulan September 2014 terhadap IHK bulan September 2013

[1]

Tabel 1

Perkembangan Inflasi/Deflasi Kota Palu Menurut Kelompok Pengeluaran (2012=100) September 2014

Indeks Harga Konsumen

Year on Year ***

Andil Inflasi Kelompok Pengeluaran

Perkembangan inflasi/deflasi Kota Palu selama September 2014 menurut kelompok

pengeluaran secara lebih rinci sebagai berikut:

1. Bahan Makanan

Kelompok bahan makanan selama September 2014 mengalami penurunan indeks harga sebesar 3,18 persen yakni dari 115,82 pada Agustus 2014 menjadi 112,14 pada September 2014. Secara keseluruhan

(3)

hasilnya (1,74 persen), serta sayur-sayuran (0,86 persen). Sedangkan kenaikan indeks harga terjadi pada subkelompok bumbu-bumbuan (1,90 persen), bahan makanan lainnya (1,76 persen), kacang-kacangan (1,71 persen), ikan diawetkan (1,55 persen), lemak dan minyak (1,10 persen), serta telur, susu, dan hasil-hasilnya (0,51 persen).

Beberapa komoditas kelompok bahan makanan yang memiliki andil terhadap deflasi meliputi ikan

selar (0,29 persen), teri (0,09 persen), mujair (0,07 persen), bawang merah (0,07 persen), cakalang (0,06

persen), kakap merah (0,04 persen), layang (0,04 persen), bandeng (0,03 persen), dan daging ayam ras (0,03 persen). Sedangkan andil komoditas lainnya terhadap deflasi masing-masing di bawah 0,03 persen. 2. Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau

Dibandingkan bulan sebelumnya, kelompok ini mengalami kenaikan indeks harga sebesar 0,20 persen menjadi 126,27 selama September 2014. Andil kelompok ini terhadap inflasi sebesar 0,05 persen. Kenaikan indeks harga terjadi pada makanan jadi sebesar 0,28 persen dan minuman yang tidak beralkohol sebesar 0,05 persen. Sedangkan tembakau dan minuman beralkohol relatif tetap.

Beberapa komoditas pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau yang memberikan andil terhadap inflasi yakni wafer sebesar 0,042 persen dan gula pasir sebesar 0,001 persen. Sementara komoditas lainnya masing-masing memiliki andil di bawah 0,001 persen.

3. Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar

Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar mengalami kenaikan indeks harga sebesar 0,34 persen, yakni dari 110,24 pada Agustus 2014 menjadi 110,61 pada September 2014. Secara keseluruhan, kelompok ini memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,08 persen. Seluruh subkelompok pengeluaran mengalami kenaikan indeks harga yakni subkelompok bahan bakar, penerangan dan air (0,92 persen), penyelenggaraan rumahtangga (0,80 persen), perlengkapan rumahtangga (0,75 persen), dan biaya tempat tinggal (0,06 persen).

Beberapa komoditas yang mempengaruhi inflasi dalam kelompok ini adalah tarif listrik (0,03 persen), detergen bubuk (0,02 persen), sewa rumah (0,01 persen), bahan bakar rumahtangga (0,01 persen), dan pembasmi nyamuk spray (0,01 persen). Pengaruh harga pada komoditas lainnya masing-masing di bawah 0,01 persen.

4. S a n d a n g

Kelompok sandang mengalami kenaikan indeks harga sebesar 1,14 persen, yakni dari 105,22 pada Agustus 2014 menjadi 106,42 pada September 2014. Secara keseluruhan, besarnya andil terhadap inflasi sebesar 0,07 persen. Dalam kelompok ini, tiga subkelompok mengalami kenaikan indeks harga masing-masing sandang anak-anak sebesar 5,05 persen, sandang laki-laki sebesar 0,41 persen, dan sandang wanita sebesar 0,09 persen. Sebaliknya, satu subkelompok lainnya mengalami penurunan indeks harga yakni barang pribadi dan sandang lain sebesar 0,46 persen.

(4)

Komoditas pada kelompok sandang yang memiliki andil terhadap inflasi meliputi baju anak setelan (0,03 persen), seragam sekolah anak (0,01 persen), baju kaos berkerah (0,01 persen), celana panjang

jeans (0,01 persen), sandal kulit (0,01 persen), dan komoditas lainnya di bawah 0,01 persen.

5. K e s e h a t a n

Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, kelompok kesehatan selama September 2014 mengalami kenaikan indeks harga sebesar 0,82 persen dari 109,63 pada Agustus 2014 menjadi 110,53 pada September 2014. Kelompok kesehatan memiliki andil terhadap inflasi sebesar 0,03 persen.

Dari empat subkelompok pengeluaran untuk kesehatan, terjadi kenaikan indeks harga pada subkelompok obat-obatan sebesar 3,14 persen serta perawatan jasmani dan kosmetika sebesar 0,64 persen, sedangkan subkelompok lainnya relatif tetap. Beberapa komoditas yang memiliki andil terhadap inflasi meliputi obat dengan resep (0,014 persen), hand body lotion (0,009 persen), obat gosok (0,003 persen), vitamin (0,003 persen), dan komoditas lainnya dengan andil masing-masing di bawah 0,002 persen.

6. Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga

Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga mengalami kenaikan indeks harga selama September 2014 sebesar 0,38 persen atau dari 111,75 pada Agustus 2014 menjadi 112,17 pada September 2014. Kelompok ini secara keseluruhan memiliki andil terhadap inflasi sebesar 0,02 persen.

Dari lima subkelompok pengeluaran, terjadi kenaikan indeks harga pada subkelompok kursus-kursus/pelatihan sebesar 10,48 persen dan rekreasi sebesar 0,07 persen. Sedangkan subkelompok lainnya relatif tetap. Komoditas yang memiliki andil terhadap inflasi meliputi biaya bimbingan belajar sebesar 0,02 persen, kursus bahasa asing sebesar 0,01 persen, kamera sebesar 0,001 persen, dan komoditas lainnya di bawah 0,001 persen.

7. Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan

Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan mengalami kenaikan indeks harga sebesar 0,11 persen yakni dari 116,90 pada Agustus 2014 menjadi 117,03 pada September 2014. Secara keseluruhan kelompok ini memberikan andil terhadap inflasi sebesar 0,02 persen.

Dari empat subkelompok pengeluaran, transportasi mengalami kenaikan indeks harga sebesar 0,16 persen, sedangkan komunikasi dan pengiriman, sarana dan penunjang transportasi serta jasa keuangan relatif stabil selama September 2014. Komoditas yang memiliki andil terhadap inflasi yakni tarif

angkutan udara sebesar 0,02 persen, sedangkan yang memiliki andil terhadap deflasi berasal dari bensin

(5)

II. Perkembangan Inflasi/Deflasi Selama Tiga Tahun Terakhir

Deflasi Kota Palu selama September 2014 sebesar 0,36 persen, merupakan yang terendah dibandingkan deflasi bulan yang sama pada tahun 2012 sebesar 2,00 persen dan tahun 2013 sebesar 0,75 persen. Pada bulan yang sama tahun 2014, laju inflasi tahun kalender sebesar 4,24 persen, lebih rendah dibandingkan tahun 2013 sebesar 6,39 persen dan 2012 sebesar 4,98 persen. Dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year on year), laju inflasi 2014 sebesar 5,46 persen, merupakan yang terendah selama tiga tahun terakhir.

No. Inflasi 2012 2013 2014

1 Inflasi September -2,00 -0,75 -0,36

2 Laju Inflasi (Tahun Kalender) 4,98 6,39 4,24 3 Laju Inflasi (Year on Year ) 6,78 7,29 5,46

Tabel 2

Perbandingan Inflasi/Deflasi Bulanan dan Laju Inflasi Kota Palu Tahun 2012 - 2014

Fluktuasi harga bulanan selama periode Agustus - September tahun 2014, menunjukkan pola yang hampir serupa dengan tahun 2012 dan 2013. Namun penurunan indeks harga tahun 2014 relatif lebih landai dan tidak terjadi lonjakan peningkatan sebagaimana pada tahun 2012 dan 2013. Memasuki triwulan III tahun 2013 dan 2014, terjadi lonjakan peningkatan selama Juli dan menurun hingga September. Sementara pada periode yang sama tahun 2012, masih terjadi peningkatan hingga Agustus dan mengalami penurunan ekstrim selama September.

-3,00 -2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Grafik 1

Inflasi/Deflasi Bulanan Kota Palu Tahun 2012 - 2014

(6)

III. Perbandingan Inflasi/Deflasi Nasional dan Kawasan Sulampua

Selama September 2014 secara nasional terjadi inflasi sebesar 0,27 persen, dengan laju inflasi tahun kalender sebesar 3,71 persen dan

year on year sebesar 4,53 persen. Dari 82 kota

pantauan, 64 kota mengalami inflasi sedangkan 18 kota lainnya mengalami deflasi.

Inflasi tertinggi terjadi di Kota Pangkal Pinang sebesar 1,29 persen, sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Kota Tual sebesar 0,89 persen. Deflasi Kota Palu menduduki peringkat ke-78 secara nasional dan ke-15 di Kawasan Sulampua. -0,89 -0,77 -0,60 -0,36 -0,28 -0,26 -0,22 -0,18 -0,13 -0,03 0,03 0,04 0,39 0,46 0,71 0,85 0,87 1,08

Gambar 2. Inflasi Kawasan Sulampua Bulan September 2014

IHK Inflasi (%) Laju Inflasi

(%) Y o Y [2] [3] [4] [5] 1 Merauke 116,79 1,08 5,86 5,29 2 Ternate 117,01 0,87 4,61 5,40 3 Sorong 115,20 0,85 6,06 5,34 4 Mamuju 112,54 0,71 3,91 4,46 5 Jayapura 113,08 0,46 1,58 4,23 6 Makassar 111,45 0,39 3,81 3,57 7 Pare-Pare 110,89 0,04 3,04 3,04 8 Gorontalo 109,62 0,03 0,95 3,59 9 Manado 110,90 -0,03 2,54 4,00 10 Kendari 110,43 -0,13 2,10 1,05 11 Watampone 112,81 -0,18 4,03 4,55 12 Manokwari 110,10 -0,22 3,37 5,27 13 Ambon 111,86 -0,26 3,85 2,27 14 Bulukumba 119,99 -0,28 4,56 7,30 15 Palu 115,12 -0,36 4,24 5,46 16 Palopo 111,34 -0,60 4,09 4,03 17 Bau-Bau 115,31 -0,77 5,35 3,98 [1] Tabel 3

Perbandingan Indeks Harga dan Tingkat Inflasi/Deflasi Beberapa Kota di Kawasan Sulampua

September 2014 Kota

Gambar

Gambar 2.  Inflasi Kawasan Sulampua Bulan September 2014

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, disimpulkan bahwa bank umum kovensional memiliki kinerja keuangan yang lebih baik dibandingkan bank umum syariah berdasarkan rasio LDR karena

Kemudian apabila telah disetujui akan dikeluarkan Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA), sehingga rencana kerja dan anggaran untuk Belanja Modal pemerintah dapat

Pola baru tafsir Indonesia modern adalah keberadaan corak pendidikan dalam tafsir.Upaya Mahmud Yunus dalam Tafsir Al-Qur’a>n Karim bertujuan untuk menggali

Penelitian ini merupakan penelitian yuridis normatif, yakni penelitian yang menggali alasan dikeluarkannya Keputusan Presiden Nomor 6 Tahun 2000, latar belakang sosial politik

Proyek-proyek besar seperti gedung pencakar langit memerlukan fondasi yang kuat untuk menyangga beban yang besar di atasnya. Jika daya dukung tanah dilokasi

Kepekaan terhadap makhluk hidup dan lingkungannya merupakan sikap ilmiah khusus yang sangat diperlukan oleh orang yang belajar biologi maupun pendidik biologi untuk menempa

Perbedaan dari penulisan yang dilakukan penulis dengan penulisan – penulisan di atas adalah letak pembahasan yang akan dilaksanakan, dimana penulis memfokuskan pada

Melihat potensi wakaf khususnya tanah wakaf yang ada di kabupaten Kuningan yang dapat mendukung pembangunan pendidikan akan tetapi faktanya beberapa pondok