Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015
ANALISIS KARATERISTIK PEMBAKARAN BRIKET ARANG LIMBAH
INDUSTRI KELAPA SAWIT dengan VARIASI BAHAN PEREKAT
(BINDER) KANJI dan TAR MENGGUNAKAN METODE
THERMOGRAVIMETRI ANALYSIS (TGA)
Novi Caroko
1, a *, Wahyudi
2,bdan Edy Wahyu Utomo
3,c1,2,3Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Indonesia anovicaroko@yahoo.co.id
Abstrak
Kondisi cadangan energi di Indonesia khususnya energi fosil (minyak bumi dan batubara) semakin hari semakin menipis. Salah satu c a r a untuk mengatasi krisis permasalahan energi tersebut adalah dengan pengembangan energi alternatif yang bersifat terbarukan. Biomassa merupakan salah satu bahan bakar alternatif terbarukan yang pontensial untuk dikembangkan di Indonesia. Contoh biomassa adalah cangkang, serat dan tandan kosong Kelapa Sawit yang merupakan limbah dari industri minyak Kelapa Sawit. Dalam penelitian ini limbah industri minyak Kelapa Sawit tersebut dilakukan proses pirolisis untuk mendapatkan arang/char dan tar sebagai salah satu bahan
binder. Arang dihancurkan terlebih dahulu hingga lolos ukuran 20 mesh, kemudian serbuk arang
tersebut dibuat briket dengan tekanan pembriketan 200 kg/cm2 dan persentase binder 10%. Variasi
binder yang digunakan adalah kanji, tar dan paduan antara kanji dan tar. Pengujian karakteristik
pembakaran dilakukan dengan menggunakan metode termogravimetri analisys (TGA). Berdasarkan data hasil percobaan yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan bahwa peningkatan persentase kadar air akan berakibat menurunnya persentase kadar fixed carbon pada briket tersebut. Hal ini akan berakibat menurunnya nilai ITVM (Initiation Temperature of Volatile
Matter), ITFC (Initiation Temperature of Fixed Carbon), PT (Peak of weight loss Temperature),
BT (Burning out Temperature) dan meningkatnya nilai energi aktivasi (Ea) yang mengkibatkan semakin lamanya waktu pembakaran.
Kata kunci : Binder, Biomassa, Briket, BT, Energi aktivasi, ITFC, ITVM, Limbah Padat Industri
Minyak Kelapa Sawit, PT, Thermogravimetri Analysis.
Pendahuluan
Semakin pesatnya era globalisasi berbanding lurus dengan penggunaan energi di dunia, sehingga hal ini berdampak terjadinya krisis energi. Dampak krisis energi di Indonesia terlihat dari kian mahalnya harga energi minyak bumi seperti minyak tanah, bensin dan solar. Kenaikan harga minyak bumi mejadi masalah besar bagi pemerintah karena akan menaikkan biaya subsidi menjadi sekitar Rp. 50 Trilyun (Wahyuni, 2013). Selain dampak tersebut, kenaikan harga minyak juga berakibat munculnya permasalahan di masyarakat berupa juga ikut
meningkatnya harga-harga kebutuhan pokok sehari-hari.
Cangkang, serat dan tandan kosong merupakan limbah padat pabrik pengolahan minyak Kelapa Sawit (PMKS), limbah tersebut termasuk biomassa yang keberadaannya belum termanfaatkan secara optimal.
Melihat limbah padat industri minyak Kelapa Sawit yang belum termanfaatkan sepenuhnya, maka timbul pemikiran untuk mengolah limbah industri minyak Kelapa Sawit tersebut menjadi bahan bakar padat atau biobriket sebagai salah satu bahan bakar
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015
alternatif. Pada pengujian limbah industri minyak Kelapa Sawit untuk dijadikan bahan bakar alternatif ini akan dikaji mengenai pengaruh penggunaan perekat kanji, tar dan campuran kanji+tar terhadap karakteristik pembakaran briket arang limbah industri minyak Kelapa Sawit meliputi lama waktu pembakaran, n i l a i Initiation Temperature of
Volatile Matter (ITVM), Initation
Temperature of Fixed Carbon (ITFC), Peak of weight loss rate Temperature (PT), Burning out Temperature (BT) dan energi
aktivasi (E) dengan menggunakan metode
Thermogravimetri Analysis (TGA). Dari hasil
penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan bahan bakar alternatif yang lebih murah dan ramah lingkungan.
Metodologi
Gambar 1. Diagram alir penelitian. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah padat industri minyak Kelapa Sawit yang terdiri dari cangkang, tandan kosong dan serat Kelapa Sawit,seperti terlihat pada gambar 2.
(a) (b)
(c)
Gambar 2. Limbah Industri Kelapa Sawit. (a). Cangkang, (b). Serat dan (c). Tandan kosong.
Dari bahan yang telah tersedia selanjutnya dilakukan penimbangan dan selanjutnya dilakukan pengarangan
Penimbangan dan pengayakan arang A A Pengolahan data Kesimpulan Selesai Pengujian Spesimen:
Pengujian menggunakan metode thermogravimetri analisis.
Temperatur awal pembakaran 27oC (suhu lingkungan)
Hasil pengujian berupa data pengurangan massa dan kenaikan temperatur
Pengumpulan bahan :
Limbah Kelapa Sawit
Tepung kanji
Belum
Apakah pirolisis dan pembuatan Tar sudah sesuai ?
Sudah Penimbangan bahan
Penimbangan arang
Mulai
Pembuatan spesimen uji :
Penimbangan sampel
Variasi bahan perekat: kanji, tar, dan kanji+tar
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015
(pirolisis). Hasil akhir proses pirolisis yaitu berupa arang dan tar. Berikut adalah skema instalasi pirolisis yang digunakan.
Gambar 3. Skema instalasi pirolisis. Arang dari proses pirolisis selanjutnya dihancurkan dan diayak dengan ukuran 20 mesh. Proses selanjutnya adalah pembuatan briket arang dengan mencampurkan bahan baku dengan bahan perekat dengan berat sempel ± 3 g, dimana persentase bahan perekat 10% dari berat total sempel. Bahan baku yang telah tercampur rata dimasukan ke dalam cetakan yang berbentuk silinder dengan diameter 1,5 cm dan tinggi 3 cm, kemudian dilakukan pengepresan dengan tekanan 200 kg/cm2 dan didiamkan selama 2 menit. Setelah itu briket arang dikeluarkan dari cetakan.
Gambar 4. Briket arang
Setelah proses pembriketan, langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian pembakaran menggunakan metode
thermogravimetri analysis (TGA), dimana
temperatur awal yang digunakan adalah suhu ruangan. Hasil dari pengujian berupa data pengurangan massa dan kenaikan temperatur selama proses pembakaran. Skema instalasi peralatan uji pembakaran dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5. Skema instalasi peralatan uji pembakaran
Hasil
a. Pengaruh perekat terhadap lamanya waktu pembakaran
Gambar 6. Pengaruh variasi perekat terhadap lama waktu pembakaran.
Pada Gambar 6. di atas dapat diketahui bahwa lama waktu pembakaran memiliki tren linier yang meningkat seiring dengan peningkatan nilai kadar airnya. Hal ini dimungkinkan karena kandungan air pada briket arang akan menghambat proses pembakaran briket.
b. Pengaruh variasi perekat terhadap besarnya nilai ITVM
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015
Gambar 7. Pengaruh perekat terhadap nilai ITVM.
Berdasarkan Gambar 7 dapat diketahui bahwa nilai ITVM memiliki tren linier yang menurun, hal ini kemungkinan dipengaruhi oleh meningkatnya kandungan Volatile Matter pada briket arang. Sehingga semakin
tinggi kandungan volatile matter maka akan semakin menurunkan nilai ITVM.
c. Pengaruh variasi perekat terhadap nilai ITFC
Gambar 8. Pengaruh variasi perekat terhadap nilai ITFC.
Dari Gambar 8 dapat diketahui bahwa grafik ITFC memiliki tren linier yang menurun, dimana briket dengan perekat kanji memiliki temperatur ITFC tertinggi diikuti briket oleh perekat campuran dan perekat tar. Tingginya nilai ITFC dipengaruhi oleh kandungan
volatile matter dan fixed carbon, dimana
semakin tinggi nilai kandungan volatile matter maka kandungan fixed carbon akan
semakin rendah, sehingga nilai ITFC akan semakin rendah.
d. Pengaruh perekat terhadap besarnya nilai PT
Gambar 9. Pengaruh perekat terhadap nilai PT.
Dari Gambar 9 dapat diketahui bahwa nilai PT memiliki tren linier yang menurun dimana briket arang dengan perekat kanji memiliki nilai PT tertinggi dibandingkan briket dengan perekat tar dan campuran. Tingginya nilai PT pada perekat kanji dimungkinkan karena tingginya kandungan fixed carbon pada briket. Sehingga dapat diketahui bahwa semakin tinggi kandungan fixed carbon pada suatu briket, maka nilai PTnya akan semakin tinggi.
e. Pengaruh perekat terhadap besarnya nilai BT.
Gambar 10. Pengaruh variasi perekat terhadap nilai BT.
Dari Gambar 10 dapat diketahui bahwa grafik BT menunjukkan tren linier yang menurun dimana briket arang dengan perekat kanji memiliki nilai BT tertinggi dibandingkan briket berperekat tar dan campuran. Tingginya nilai BT pada perekat kanji dimungkinkan karena pengaruhi kadar
fixed carbon, dimana semakin tinggi nilai
fixed carbon maka akan diikuti oleh semakin tingginya nilai BT.
f. Pengaruh perekat terhadap besarnya nilai energi aktivasi (Ea)
Gambar 11. Pengaruh perekat terhadap nilai Ea.
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015
Dari Gambar 11 dapat diketahui bahwa nilai energi aktivasi memiliki tren linier meningkat, dimana briket arang dengan perekat kanji memiliki nilai energi aktivasi terendah dibandingkan briket arang dengan perekat tar dan campuran. Rendahnya nilai energi aktivasi ini kemungkinan dipengaruhi oleh nilai kandungan air pada briket arang tersebut.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa meningkatnya persentase kadar air briket arang limbah industri minyak Kelapa Sawit akan berakibat menurunnya persentase kadar fixed carbon. Hal ini akan berakibat
pada menurunnya nilai ITVM (Initiation
Temperature of Volatile Matter), ITFC
(Initiation Temperature of Fixed Carbon), PT (Peak of weight loss Temperature), BT
(Burning out Temperature) dan memperbesar nilai energi aktivasi (Ea) yang mengakibatkan semakin lamanya waktu pembakaran.
Referensi
[1]Grover, P.D. dan Misha, S.K., 1996,
Biomass Briquentting : Tecnology and Pracetices, Field Document No. 46,
FAO-Regional Wood Energy Development
Program (RWEDP) In Asia, Bangkok.
[2] Sulistyanto, A., 2006, Karakteristik
Pembakaran Biobriket Campuran Batubara Dan Sabut Kelapa. Vol 7.No.2. pp. 77-84.
[3] Wahyuni, S., 2013, Panduan Praktis