• Tidak ada hasil yang ditemukan

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : STUDI DESKRIPTIF POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA DI KELAS XI SMK ISLAM AL HIKMAH MAYONG JEPARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : STUDI DESKRIPTIF POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA DI KELAS XI SMK ISLAM AL HIKMAH MAYONG JEPARA"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Kesehatan dan Budaya

HIKMAH 6

STUDI DESKRIPTIF POLA ASUH ORANG TUA PADA REMAJA DI KELAS XI SMK ISLAM AL HIKMAH MAYONG JEPARA

Asmawahyunita1, dan Ummu Lathifah2 INTISARI

Pola asuh orang tua yang demokratis menjadikan adanya komunikasi yang dialogis antara anak dan orang tua dan ada kehangatan pertautan perasaan. Oleh sebab itu, anak remaja yang merasa diterima oleh orang tua memungkinkan mereka untuk memahami, menerima. Tujuan dari penelitian ini mendiskripsikan pola asuh orang tua pada remaja.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan tanggal 16 november 2012 di SMK PGRI 1 Mejobo kudus di dapatkan 10 siswa. 2 siswa pola asuh orang tua otoriter, 6 siswa pola asuh yang demokratis, dan 2 siswa pola asuh primitif.

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode pendekatan

cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas XI pemasaran sejumlah

68 siswi yang diambil secara total sampling. Pengumpulan data penelitian dengan menggunakan kuesioner. diolah secara editing, coding, tabulating, serta dianalisis secara univariat.

Berdasarkan hasil pengolahan data pola asuh orang tua pada remaja menunjukan sebagian besar mendapatkan pola asuh orang tua yang demokratis, yaitu sebanyak 59 responden (86.8%), sebanyak 7 responden (10.3%) mendapatkan pola asuhyang otoriter, sebanyak 2 responden (2.9%) mendapatkan pola asuh yang serba boleh.

Diharapkan dengan pola asuh demokratis remaja dapat meningkatkan prestasi baik di akademik maupun nonh akademik, sehingga menciptakan generasi yang berkualitas.

Kata kunci : Pola Asuh Orang Tua PENDAHULUAN

Menurut Depkes remaja merupakan periode transisi perkembangan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Mencakup aspek biologi, kognitif, dan perubahan sosial yang berlangsung antara usia 10 – 19 tahun (Santrock, 1993). Masa remaja terdiri dari masa remaja awal (10 – 14 tahun), masa remaja pertengahan (14 – 17 tahun ), dan masa remaja akhir (17 – 19 tahun) (Poltekes Depkes, 2010).

Pada tahun 2007 jumlah remaja umur 10-25 tahun sangat besar terdapat sekitar 64 juta jiwa atau 28,6% dari jumlah penduduk indonesia sebanyak 222 juta. Disamping jumlahnya yang besar, remaja juga mempunyai permasalahan yang sangat kompleks seiring dengan masa transisi yang dialami remaja. (BKKBN, 2011; h.1)

Menurut Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2009, jumlah penduduk di Jawa Tengah adalah 33.561.468 jiwa dengan jumlah remaja usia 12-17 tahun 3.878.474 jiwa. Suara Merdeka (2008) menjelaskan awal masa remaja berlangsung kira-kira dari 13 tahun sampai 16 tahun dan akhir remaja bermula dari usia 16 sampai 18 tahun yaitu usia matang secara hukum. Artinya jumlah usia dalam kategori remaja di Kudus sekitar 140 ribuan jiwa.

Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang memberikan fondasi primer bagi perkembangan anak. Sedangkan lingkungan sekitar dan sekolah ikut memberikan nuansa pada perkembangan anak. Karena itu baik-buruknya struktur keluarga dan masyarakat sekitar memberikan pengaruh baik atau buruknya pertumbuhan kepribadian anak. Pendidikan umum

(2)

Jurnal Kesehatan dan Budaya

HIKMAH 7

dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dengan demikian, keluarga merupakan salah satu lembaga yang mengemban tugas dan tanggung jawab dalam mencapai tujuan pendidikan umum. Orang tua merealisasikannya dengan cara menciptakan situasi dan kondisi yang dihayati oleh anak-anak agar memiliki dasar-dasar dalam mengembangkan disiplin diri. (Kartono kartini, 2011, h. 57; Shochib, 2011, h.2)

Orang tua atau guru sering kurang mau memahami anak-anak sebagai suatu individu yang unik. Keinginan anak sering disamaratakan, dengan menuntuk mereka untuk mampu berprestasi dalam beberapa bidang sekaligus. Akibatnya, mereka sering menemui kegagalan dan akhirnya justru mengalami frustasi. Kenyataannya di lapangan yang diamati oleh peneliti menunjukan perilaku beberapa anak sebagai perwujudan rendahnya disiplin diri, seperti perkelahian antar remaja, mengunci orang tua di kamar mandi, bolos sekolah, merokok, minim-minuman keras, dan pemerkosaan. Kasus tersebut dimungkinkan oleh beberapa sebab, antara lain beberapa sebab, antara lain pergaulan kelompok sebaya, pengaruh media massa, lingkungan masyarakat, lingkungan keluarga, penyebab utamanya kondisi keluarga yang negatif. (Syamsu, 2011; Shochib, 2011, h. 4)

Kualitas rumah tangga dan keluarga atau kehidupan jelas memainkan peran paling besar dalam membentuk kepribadian remaja. Misalnya rumah tangga berantakan disebabkan oleh kematian ayah atau ibu, perceraian, hidup pisah, poligami, ayah mempunyai simpanan “istri” lain. Semua itu merupakan sumber yang subur untuk memunculkan delikuensi remaja, sebagai akibat munculnya delikuensi anak menjadi bingung, risau, sedih, malu, sering diliputi perasaan dendam bencii sehingga anak menjadi kacau dan liar. Mereka akan mencari kompensasi bagi kerisauan batin sendiri di luar lingkungan keluarga. Kebutuhan hidup seorang anak tidak hanya bersifat materi saja, tetapi lebih dari itu. Ia juga membutuhkan kebutuhan psikologi untuk pertumbuhan dan perkembangan kepribadiannya. (Shochib, 2011, h. 9)

Dalam memasuki zaman industrialisasi ini, ditantai dengan banyaknya keluarga modern yang suami-istrinya bekerja di luar rumah tanpa mengenal lelah demi ekonomi keluarga tidak berkurang. Perpecahan keluarga merupakan fenomena faktual, yang menyebabkan terjadinya kenakalan anak karena tidak lengkapnya orang tua, perlu upaya orang tua untuk menciptakan situasi dan kondisi yang dapat mengundang anak berdialog dengan mereka sejak dini agar anak menyadari moral sebagai landasan keteraturan disiplin dirinya. (Kartono Kartini, 2011, h. 59-60; Agoes 2004, h.110)

Pola asuh orang tua yang demokratis menjadikan adanya komunikasi yang dialogis antara anak dan orang tua dan ada kehangatan pertautan perasaan. Oleh sebab itu, anak remaja yang merasa diterima oleh orang tua memungkinkan mereka untuk memahami, menerima. Anak-anak yang kurang mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari orang tua itu selalu merasa tidak aman, merasa kehilangan tempat berlindung dari tempat berpijak. Anak-anak mulai menghilang dari rumah,lebih suka bergelandangan dan mencari kesenangan hidup yang imaginer di tempat-tempat lain. Dia mulai berbohong, mencuri untuk menarik perhatian dan mengganggu orang tuanya. Mereka juga mulai mengembangkan reaksi kompensatoris negatif untuk mendapatkan keenakan dan kepuasan hidup dengan melakukan perbuatan kenakalan atau kriminal. (Shochib, 2011, h. 6; Kartoni Kartini, 2011, h. 59-60)

Perkembangan remaja juga sangat rentan terhadap pengeruh lingkungan. Lingkungan sosial budaya yang tidak positif merupakan faktor resiko bagi remaja untuk terjebak dalam perilaku yang tidak sehat, misal merokok, minum minuman keras, penggunaan narkoba, seks pranikah, tawuran, tindakan kriminal, dan kebut kebutan di jalan ( Poltekes,2010, h. 95 )

(3)

Jurnal Kesehatan dan Budaya

HIKMAH 8

Data yang ada di Komnas Perlindungan Anak (Komnas PA) untuk tahun 2011, anak yang berhadapan dengan hukum karena menjadi pelaku kejahatan di seluruh Indonesia tercatat 528 kasus. Catatan Komnas PA klasifikasi pendidikan pelaku di tingkat SD sebanyak 29 kasus, SMP 80 kasus, SMA 247 kasus dan putus sekolah 155 kasus. Komnas PA juga mencatat beberapa modus yang terjadi dan dilakukan kejahatan remaja tersebut. Diantaranya modus pencurian dengan jumlah 124, perkosaan 59, pelecehan seks 3 kasus, kekerasan 136, membawa senjata tajam 99, judi 10, narkoba 71, penculikan 1, teror bom 2 dan pembunuhan 38.

Data BNP Provinsi jawa tengah ( 2010 ) menjelaskan bahwa jawa tengah menduduki peringkat 26 dari seluruh provinsi di Indonesia sebanyak 1038 pengguna narkoba kenakalan pada remaja ini merupakan permasalahan besar

yang sangat perlu diperhatikan

dan hal ini merupakan tantangan dan tanggung jawab bagi kita semua demi meningkatkan kualitas dan kwantitas remaja, dengan meningkatnya kwalitas remaja dapat meningkatkan kwalitas bangsa dan negara dalam mewujudkan Bangsa yang bermoral dan martabat. Kiranya perlu kita bersama – sama berupaya secara preventif, promotif dan rehabilitative terhadap masalah kenakalan remaja pergaulan bebas dan penyalahgunaan narkoba.

SMK PGRI 1 Mejobo Kudus yang berada disebelah timur kota Kudus, SMK PGRI 1 Mejobo Kudus merupakan salah satu sekolah di kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus. Jumlah siswa di SMK PGRI 1 Mejobo Kudus 1.123 siswa. (Data umum sekolah)

Data siswa SMK PGRI 1 Mejobo Kudus tahun 2013 sejumlah 1.123 siswa terdiri dari kelas X, XI, XII.

Tabel 1.1 Data siswa kelas XI pemasaran SMK PGRI 1 Mejobo Kudus tahun 2013

No Kelas XI Jumlah Siswa

1. PM 1 35 Siswa

2. PM 2 33 Siswa

Jumlah 68 Siswa

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan tanggal 16 november 2012 di SMK PGRI 1 Mejobo Kudus di dapatkan 10 siswa. 2 siswa pola asuh orang tua otoriter dengan sikap anak yang terpaksa memilih sekolah karena menuruti keinginan orang tua, 6 siswa pola asuh yang demokratis dengan sikap orang tua yang selalu memberi kesempatan menjadi dirinya sendiri dengan pemantauan orang tua, dan 2 siswa pola asuh primitif dengan sikap orang tua yang memberi kebebasan anak ingin pulang kapanpun.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Studi Diskriptif Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Di Kelas XI Pemasaran SMK PGRI 1 Mejobo Kudus”.

METODE PENELITIAN

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survey deskriptif dengan pendekatan

croos sectional. Penelitian ini menggunakan total sampling. Data yang digunakan pada

(4)

Jurnal Kesehatan dan Budaya

HIKMAH 9

HASIL PENELITIAN

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja di SMK PGRI 1 Mejobo Kudus Tahun 2013

No. Kategori Frekuensi (%)

1. Otoriter 7 10.3

2. Demokratis 59 86.8

3. Serba boleh 2 2.9

Jumlah 68 100

Berdasarkan Hasil Penelitian Yang Telah Diuraikan Akan Dilakukan Pembahasan Lebih Lanjut. Penelitian Dengan Judul “Studi Deskriptif Pola Asuh Orang Tua Pada Remaja Di Kelas Xi Pemasaran Smk Pgri 1 Mejobo Kudus” Yang Dilakukan Bulan Februari 2013 Dengan Cara Membagikan Kuesioner Langsung Kepada Responden Sejumlah 68 Responden. Dan dianalisis secara univariat.

BAHASAN

1. Pola asuh orang tua pada remaja

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan diatas dengan judul studi deskriptif pola asuh orang tua pada remaja di kelas XI pemasaran SMK PGRI 1 Mejobo Kudus pada tanggal 18 Februari 2013 didapatkan hasil bahwa sebagian besar siswa SMK PGRI 1 Mejobo Kudus mendapatkan pola asuh orang tua yang demokratis sebanyak 59 responden (86.8%), dan sebagian kecil mendapatkan pola asuh serba boleh sebanyak 2 responden (2.9%), dan 7 responden (10.3%) mendapatkan pola asuh yang otoriter.

KESIMPULAN

1. Pola asuh orang tua otoriter yaitu sebanyak 7 responden (10,3%). 2. Pola asuh orang tua demokratis yaitu sebanyak 59 responden (86.8%). 3. Pola asuh orang tua serba boleh yaitu sebanyak 2 responden (2.9%). SARAN

Bagi remaja (khususnya siswa SMK PGRI 1 Mejobo Kudus) diharapkan siswa dengan pola asuh yang demokratis dapat memberikan prestasi baik akademik dan non akademik. Bagi institusi pendidikan diharapkan mampu memberikan pendidikan tentang perilaku yang baik dalam lingkungan sekitar. Contohnya : Dengan cara mewajibkan siswa setiap masuk ruangan mengucapkan salam. Bagi Akademik diharapkan akademik dapat menyediakan lebih banyak lagi buku sumber pengeluaran terbaru untuk meningkatkan kualitas penelitian. Bagi peneliti sendiri diharapka ada penelitian lebih lanjut mengenai pola asuh orang tua pada remaja dengan variabel yang berbeda dan tempat penelitian yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

(5)

Jurnal Kesehatan dan Budaya

HIKMAH 10

Shochib M. Pola asuh orang tua dalam mengembangkan disiplin diri. Jakarta; Rineka cipta; 2011.

Syamsu Y. Psikologi perkembangan anak dan remaja. Bandung; Remaja rosdarkarya; 2011. Politekkes depkes. Kesehatan remaja problem dan solusinya. Jakarta; Salemba medika; 2010. Agoes D. Psikologi perkembangan remaja. Bogor; Ghalia Indonesia; 2004.

Septriatri B. Mencetak balita cerdas dan pola asuh orang tua. Yogyakarta; Nuha medika; 2012 Pudiastuti D. 3 fase penting pada wanita. Jakarta; Gramedia; 2012

Dewi E. Memahami perkembangan fisik remaja. Yogyakarta; publishing; 2012 Notoatmodjo S. Metode penelitian kesehatan. Jakarta; Rineka cipta; 2005.

Alimul A. Metode penelitian kebidanan teknik analisis data. Jakarta; Salemba medika; 2010. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta; Rineka cipta; 2010

Saryono. Metodologi penelitian kebidanan. Yogyakarta; Nuha medika; 2010. Machfoedz I. Metode penelitian. Yogyakarta; Fitramaya; 2009

Sugiyono. Statistik untuk penelitian. Bandung; Alfabeta; 2011

Referensi

Dokumen terkait

1) Kelompok fauna daratan / terestrial yang umumnya menempati bagian atas pohon mangrove, terdiri atas: insekta, ular, primata, dan burung. Kelompok ini tidak memiliki sifat

• Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja di BUMN, BUMD dan Swasta sebesar 4,5% (empat koma lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan : 4%

Selain pengaruh kualitas kehidupan kerja, pengaruh lingkungan kerja yang ditinjau dari fasilitas kantor, hubungan antara karyawan dengan pimpinan perusahaan,

PEMERINTAH KABUPATEN LEBONG UNIT IAYANAN PENGADAAN (UtP). POKJA BARANG DAN JASA

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan remaja putri SMA Negeri 3 Batam tentang manfaat vitamin E untuk mengobati dismenore.. Metode yang digunakan adalah

yang diamati, tapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. Wawancara, sebagai salah satu teknik pengumpulan data yang efektif dalam penelitian yang menggunakan

Hasil pengamatan dan analisi data menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa implementasi pendidikan kearifan lokal dapat diterapkan

temukan hasil bahwa pemimpin prodi Teknologi Pangan menggunakan gaya kepemimpinan transformasional, dari hasil penelitian pemimpin prodi Teknologi Pangan bisa