• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian teori 1. Hasil belajar

Winkel (2004) mengatakan bahwa hasil belajar yang diperoleh siswa terhadap mata pelajaran adalah prestasi belajar. Hasil belajar sebagai perubahan pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam diri siswa sebagai akibat interaksi aktif dengan lingkungannya, perubahan-perubahan itu terjadi secara sadar, bersifat kontinu, relatif lama, terarah dan bersifat positif.

Menurut Hamalik (2006) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Sahertian (2004) hasil belajar merupakan gambaran tingkat penguasaan siswa terhadap sasaran belajar pada topik bahasan yang dipelajari, yang diukur dengan berdasarkan jumlah skor jawaban yang benar pada soal yang disusun sesuai dengan sasaran belajar.

Semua perubahan merupakan suatu hasil belajar dan mengakibatkan individu berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Perubahan akibat belajar itu akan bertahan lama, bahkan sampai taraf tertentu tidak menghilang lagi. Kemampuan yang diperoleh, menjadi milik pribadi yang tidak akan dihapus begitu saja, hal senada juga diungkapkan Winkel (2004) “ Hasil belajar itu tidak menghilang begitu saja, kecuali bila terjadi proses belajar yang baru atau terjadi kerusakan atau kelainan dalam otak yang mengganggu fungsi ingatan”.

Bloom dalam sudjana (2005) mengklasifikasikan hasil belajar dalam tiga ranah yaitu ; Ranah kognitif, berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang meliputi aspek-aspek pengetahuan kognitif tingkat rendah (ingatan dan pemahaman) kognitif tingkat tinggi (aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi), Ranah afektif yakni berkaitan dengan sikap yang meliputi aspek –aspek penerimaan, tanggapan, berkeyakinan, organisasi dan internalisasi, Ranah psikomotorik yakni yang berkenaan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak yang meliputi aspek-aspek gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan dan gerakan keterampilan yang kompleks.

Sudjana (2005) mengatakan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas atau pengalaman belajar, dan diantara ketiga ranah (kognitif, afektif dan psikomotorik) ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah karena berkaitan

(2)

dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran.

Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, penelitian ini menggunakan rumusan hasil belajar menurut Sudjana (2005) yang mengatakan hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas atau pengalaman belajar.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil belajar

Setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang tentu ada faktor - faktor yang mempengaruhinya, baik yang cenderung mendorong maupun yang menghambat. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar menurut Winkel (2004), terdapat dua faktor yang mempengaruhi hasil belajar, yaitu faktor pada pihak siswa, terdiri dari faktor psikis intelektual, yang meliputi taraf intelegensi, motivasi belajar, sikap, perasaan, minat, kondisi akibat keadaan sosiokultural atau ekonomis dan faktor fisik yang meliputi keadaan fisik. Faktor dari luar siswa terdiri dari faktor pengatur proses belajar di sekolah, yang meliputi kurikulum pengajaran, disiplin sekolah, teacher efektivenes, fasilitas belajar dan pengelompokan siswa; faktor sosial di sekolah yang meliputi sistem sosial, status sosial, dan interaksi guru serta siswa; dan faktor situasional, yang meliputi keadaan politis ekonomis, keadaan waktu dan tempat serta musim iklim.

Sudjana (2005) hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa itu dan faktor yang datang dari luar diri siswa atau faktor lingkungan, lebih jelasnya faktor intern (faktor yang terdapat dalam diri individu itu sendiri) antara lain ialah kemampuan yang dimilikinya, minat, motivasi serta faktor-faktor lainnya dan faktor ekstern (faktor yang berada di luar individu) diantaranya lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern tersebut meliputi beberapa hal antara lain: faktor jasmaniah yang terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh; faktor psikologis, terdapat tujuh faktor psikologis yang mempengaruhi belajar yaitu intelegensi, minat, bakat, motif, kematangan dan kelemahan.

Faktor ekstern adalah faktor yang ada di individu yang sedang belajar. Faktor ekstern meliputi beberapa hal antara lain faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. Siswa yang belajar

(3)

akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga, dan keadaan ekonomi keluarga. Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan pekerjaan rumah. Pekerjaan rumah dapat menjadi pengaruh penting dalam belajar tergantung siswa menanggapinya.

3. Pekerjaan rumah

Roestiyah (1991) pembelajaran yang berlangsung tatap muka di kelas terkadang untuk menyampaikan materi pelajaran yang telah disusun dalam rencana pembelajaran tidak dapat disampaikan secara penuh maka tidak tercapainya tujuan pembelajaran yang telah disusun. Salah satu cara untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan yakni guru memberikan tugas. Saat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru ada kendala waktu untuk menyelesaikan tugas tersebut di kelas, maka pengerjaan tugas tersebut dapat dikerjakan di rumah.

Pemberian tugas atau penugasan menurut Nasution (2003) diartikan sebagai suatu cara interaksi belajar mengajar yang ditandai dengan adanya tugas dari guru untuk dikerjakan siswa di sekolah ataupun di rumah secara perorangan atau berkelompok

Menurut Purwoto (2003) metode pemberian tugas biasa disebut dengan metode tugas. Tugas yang paling sering berikan dalam pengajaran matematika adalah pekerjaan rumah yang diartikan sebagai latihan menyelesaikan soal-soal, dapat pula menyuruh siswa mempelajari lebih dulu materi yang akan dibahas, menyuruh mencari bukti lain dari sebuah dalil, dan lain sebagainya. Pemberian tugas pekerjaan rumah dapat membantu masalah ketidak tercapaiannya tujuan belajar pada materi yang belum disampaikan, untuk meyakinkan siswa agar mengerjakan, dapat diberitahukan pada pertemuan selanjutnya untuk dicek pekerjaan rumah tersebut dan perlunya evaluasi untuk dapat memberikan motivasi kepada siswa dan juga sebagai pandangan guru sejauh mana materi yang disampaikan tercapai.

Cooper dalam Bembenutty (2011) dengan kegiatan melaksanakan pekerjaan rumah siswa secara aktif belajar dan merasa terangsang untuk meningkatkan belajar yang lebih baik, memupuk inisiatif dan menumbuhkan rasa tanggung jawab diharapkan mampu menyadarkan siswa untuk selalu memanfaatkan waktu senggang untuk hal-hal yang

(4)

menunjang peningkatan prestasi belajarnya dengan mengisi kegiatan-kegiatan yang berguna dan konstruktif.

Pemberian pekerjaan rumah bagi siswa sebaiknya digunakan sebagai latihan untuk meningkatkan pemahaman materi yang telah diberikan sebelumnya. Pekerjaan rumah tersebut akan menjadi tambahan pelajaran yang efektif jika digunakan siswa untuk latihan. Hal tersebut sejalan dengan Bembenutty (2011) yang mengatakan pekerjaan rumah sangat penting dan tambahan pembelajaran yang efektif secara berkelanjutan untuk meningkatkan dan memperluas materi yang sempit. Tugas tersebut diberikan kepada individu maupun kelompok. Siswa akan melaksanakannya didalam maupun diluar kelas dan diluar jam pelajaran.

Djamarah (2002) Pola pemberian pekerjaan rumah dipandang sebagai unsur yang penting dalam pengajaran. Hasil belajar siswa banyak ditentukan hingga manakah yang melakukan pekerjaan rumahnya dengan baik dan jujur. Fungsi pekerjaan rumah yang penting adalah mendorong anak belajar sendiri dan dilatih untuk tekun dalam melaksnakan tanggung jawabnya. Pekerjaan rumah harus dirancang oleh guru agar efektif. Siswa mungkin hanya meniru pekerjaan temannya, meski tidak secara langsung terkadang siswa hanya mengubah sedikit proses pengerjaan temannya.

Tujuan pemberian pekerjaan rumah sebaiknya bermanfaaat bagi kedua pihak untuk guru selain menutupi kekurangan materi yang belum tersampaikan juga dapat mengurangi ketergantungan siswa dalam menjadikan guru sebagai sumber ilmu pengetahuannya dan jika kesalahan penyampaian materi oleh guru dapat dibandingkan dengan sumber lain. Untuk siswa sendiri pemberian pekerjaan rumah ini dapat memotivasi siswa untuk lebih memperluas cakupan materi yang bisa manfaatkannya suatu saat nanti.

4. Kelebihan dan kelemahan Pemberian Pekerjaan Rumah.

Metode pemberian pekerjaan rumah dalam pelaksanaannya memiliki beberapa kelebihan disamping juga mempunyai beberapa kelemahan. Berdasarkan hasil kajian dapat dirangkum beberapa kelebihan dan kelemahan pemberian pekerjaan rumah pada Tabel 2.1

Tabel 2.1

Kelebihan dan Kelemahan Pekerjaan Rumah(PR)

No. Kelebihan Pekerjaan Rumah Kelemahan Pekerjaan Rumah 1. Dapat mengembangkan pola

berfikir dan kreativitas siswa

pekerjaan rumah sulit dikontrol oleh guru kemungkinan tugas itu dikerjakan oleh orang lain yang lebih ahli dari siswa.

(5)

No. Kelebihan Pekerjaan Rumah Kelemahan Pekerjaan Rumah 2. Sarana belajar yang efektif dan

efisien bagi siswa

Pemberian tugas terlalu sering dan banyak, akan dapat menimbulkan keluhan siswa 3. Dapat membina kebiasaan

siswa untuk mencari, mengolah menginformasikan dan mengkomunikasikan sendiri

Dapat menyita waktu siswa jika terlalu sulit.

4. Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa

Jika terlalu banyak PR yang diberikan akibatnya siswa mengalami kesulitan mengerjakan dan dapat mengganggu pertumbuhan siswa karena tidak punya waktu untuk melakukan kegiatan lain

5. Tugas pekerjaan yang terlalu sulit dapat menyebabkan siswa frustasi sehingga siswa merasa dirinya tidak akan bisa dan patah semangat.

5. Pekerjaan Rumah secara Berkelompok

Menurut Nasution (2003) tugas kelompok adalah bersama-sama melaksanakan tugas, bantu membantu dalam menyelesaikan tugas serta mempertinggi kegiatan belajar.

a. Kelompok

Walgito (2012) kelompok adalah dua atau lebih individu yang berinteraksi dan saling mempengaruhi serta memiliki tujuan bersama.

b. Pengertian Kerja Kelompok

Roestiyah (1988) mengatakan bahwa kerja kelompok sebagai salah satu strategi belajar mengajar, dimana siswa didalam kelas dipandang sebagai suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok, mereka bekerja sama dalam memecahkan masalah atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai tujuan pengajaran yang telah ditentukan oleh guru. Penggunaan teknik kerja kelompok untuk mengerjakan tugas mempunyai tujuan agar siswa mampu bekerja sama dengan teman yang lain dalam mencapai tujuan bersama.

Sumantri dan permana(2001) Karena kerja kelompok selalu didahului dengan diskusi dalam usaha membagi kerja yang harus diselesaikan para anggota, maka orang sering menganggap kerja kelompok sebagai kegiatan diskusi. Kelompok diskusi merupakan kelompok face to face tanpa memperhatikan besarnya kelompok,

(6)

pada umumnya problem yang dihadapi oleh semua kelompok adalah sama yakni; Semua kelompok memerlukan pemimpin, Semua kelompok mengembangkan pola yang khas dalam berhubungan dengan informasi baru atau informasi lain, Semua kelompok mengusahakan keseimbangan antara perhatian terhadap hubungan emosional dengan penyesuaian kelompok terhadap lingkungan.

c. Kelebihan dan Kelemahan Pekerjaan Rumah secara Kelompok.

Kelebihan dan kelemahan metode pemberian pekerjaan rumah secara berkelompok menurut Sumantri dan Permana (2001) dapat dilihat pada tabel 2.2

Tabel 2.2

Kelebihan dan Kelemahan Pekerjaan Rumah secara Kelompok No Kelebihan pemberian pekerjaan

rumah secara kelompok

Kelemahan pemberian pekerjaan rumah kelompok 1. Memberikan kesempatan

kepada siswa untuk menggunakan ketrampilan bertanya dan membahas masalah

Kerja kelompok hanya memberikan kepada siswa yang aktif dan mampu untuk kerjasama

2. Membuat siswa aktif mencari bahan untuk menyelesaikan tugas

Banyak membutuhkan waktu

3. Menggalang kerjasama dan kekompakan dalam kelompok.

Kemungkinan hanya beberapa siswa yang mengerjakan

4. Mengembangkan

kepemimpinan siswa dan pengajaran ketrampilan berdiskusi dan proses kelompok. 5. Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu serta kebutuhan belajarnya

6. Pekerjaan rumah secara individu a. Individu

Individu dalam hal ini adalah siswa, dimana setiap siswa mempunyai perbedaan dalam segala hal terhadap siswa lain Djamarah (2002) Sebaiknya guru memandang anak didik sebagai makhluk individual dengan segala perbedaannya, sehingga mudah melakukan pendekatan dalam pengajarannya.

(7)

Menurut Sudirman (1991) tugas mandiri adalah sesuatu yang wajib dikerjakan oleh siswa tidak tergantung pada orang lain. Tugas pekerjaan rumah secara individu adalah tugas yang dikerjakan sendiri bukan dikerjakan secara bersama tetapi menggunakan boleh dikerjakan dengan bantuan media lain agar tugas tersebut dapat dikerjakan secara maksimal, media yang digunakan berasal dari sumber buku, internet, teman sebaya atau orang yang sudah mengerti dan bahkan bisa dari pemberi tugas. Roestiyah (1991) metode pemberian pekerjaan rumah secara individu adalah merupakan suatu cara mengajar yang dilakukan guru dengan memberikan tugas dan siswa melaksanakan tugas secara mandiri. Guru memberikan permasalahan agar merangsang siswa untuk berpikir sehingga siswa berkembang sesuai dengan yang diharapkan yaitu siswa dapat menemukan sendiri pemahaman matematika yang diberikan. Metode ini biasanya dilakukan disebagian besar sekolah-sekolah yang dikembangkan agar siswa mampu melakukan observasi sendiri. Siswa bukan hanya mampu menghafalkan dan menirukan pendapat orang lain, tetapi merangsang siswa agar berani dan mampu menyatakan pendapatnya sendiri dengan aktif. Siswa mendapatkan tugas secara individu akan memperoleh pengalaman sendiri dan menemukan atau membuktikan soal-soal matematika yang diberikan oleh guru secara sendiri. Hal ini sependapat dengan Hudoyo (1990) bahwa siswa secara aktif terlibat didalam menemukan prinsip dasar sendiri akan memahami konsep lebih lanjut, ingat lebih lama dan akan mampu menggunakan kedalam konteks yang lain.

c. Kelebihan dan Kelemahan Pekerjaan Rumah secara Individu kelebihan dan kelemahan pekerjaan rumah secara individu menurut Roestiyah (1991) dapat dilihat pada Tabel 2.3

Tabel 2.3

Kelebihan dan Kelemahan Metode Tugas Rumah secara Individu N0 Kelebihan pekerjaan rumah

secara individu

kelemahan pekerjaan rumah secara individu

1. Persiapan pengajarannya sederhana

Dengan teknik ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan atau pembentukan sikap pada diri siswa.

(8)

N0 Kelebihan pekerjaan rumah secara individu

kelemahan pekerjaan rumah secara individu

2. Teknik ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak’kesiapan serta penguasaan ketrampilan kognitif atau pengenalan siswa

a. Bila kelas terlalu besar teknik ini kurang dapat diterapkan sehingga hasilnya kurang baik.

3 a. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat pribadi atau individu sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa tersebut

Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini.

4. Teknik ini mampu memberikan kesempatan pada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan masing-masing.

7. Manfaat metode pemberian pekerjaan rumah

Kaur (2011)menjelaskan tentang manfaat pekerjaan rumah bagi guru dan siswa. Manfaatnya bagi guru adalah untuk mengasah ketrampilan dan memahami konsep, sebagai metode dalam belajar ketika saat tidak bisa mengajar dan juga menumbuhkan sikap bertanggung jawab.

Manfaatnya bagi siswa yaitu: meningkatkan pengertian tentang konsep matematika, sebagai latihan dalam belajar, meningkatkan kemampuan dalam pemecahan masalah, Sebagai persiapan dalam menghadapi tes atau ujian sekolah, mengurangi kesalahan dalam materi yang telah diberikan dan menambah pengetahuan tentang matematika.

Bembenuty (2011) tentang strategi pemberian pekerjaan rumah akan menjadi efektif jika; pastikan bahwa siswa dapat mengerjakan tugas rumah dengan baik, tulis tugas yang akan diberikan di papan tulis, tugas yang diberikan harus jelas, berikan tugas rumah dengan jumlah sedikit, koordinasikan dengan guru lain tentang pemberian tugas agar tidak terlalu banyak pekerjaan rumah yang diberikan ke siswa, lebih baik jika orang tua mengetahui ada tugas rumah yang diberikan guru, adanya fasilitas-fasilitas misalnya buku-buku untuk menyelesaikan tugas, diperhitungkan taraf kesukaran atau berat atau tidaknya tugas dengan kemampuan siswa.

8. Hasil penelitian yang relevan dan tidak relevan

Hermawati (2008) menemukan ada beda hasil belajar siswa matematika yang diberi pekerjaan rumah secara berkelompok dan

(9)

individual. Hasilnya menunjukan bahwa hasil belajar siswa yang diberi pekerjaan rumah secara berkelompok lebih baik dari pada yang diberi pekerjaan rumah secara individual. Penelitian lain oleh Elis (2004 ) bahwa hasil belajar fisika siswa yang diberi pekerjaan rumah secara individu lebih baik daripada siswa yang diberi pekerjaan rumah secara kelompok.

9. Kerangka berfikir

Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan di atas maka dapat disusun suatu kerangka pemikiran bahwa pemberian pekerjaan rumah secara kelompok dan individu akan menyebabkan perbedaan terhadap hasil belajar matematika.

Bagan Pemberian PR

10. Hipotesis penelitian

Berdasarkan kajian pustaka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H0 : 𝜇1 = 𝜇2

Tidak ada perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP N 2 Susukan yang diberi pekerjaan rumah secara berkelompok dan secara individu. H1 : 𝜇1 ≠ 𝜇2

Ada perbedaan yang signifikan hasil belajar matematika siswa kelas VII SMP N 2 Susukan yang diberi pekerjaan rumah secara berkelompok dan secara individu.

Pekerjaan rumah secara berkelompok

Pembelajaran konvensional

Keterbatasan Waktu

Pemberian pekerjaan rumah

pekerjaan rumah secara individu

Referensi

Dokumen terkait

Pada Tabel 1 dapat diketahui bahwa karakteristik jenis kelamin pasien skabies di Poliklinik Bagian Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Al-Islam Bandung periode 1 Januari

Namun ternyata hal itu pun tidak cukup bagi telkomsel untuk menjadi internet service provider yang terbaik diantara pesaingnya, karena dapat dilihat dari hasil survei di

Seluruh dosen Program Studi Kebidanan DIII Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Purwokerto yang telah memberikan banyak ilmu kepada penulis selama

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaiamana responsibilitas Aparatur Pemerintah dalam mewujudkan Pelayanan Prima bagi masyarakat di Kelurahan Sukadame

Tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan model pembelajaran keterampilan motorik berbasis permainan yang sesuai untuk anak sekolah dasar usia 9-10 tahun serta

Artinya bahwa sektor tersebut memiliki laju pertumbuhan PDRB atau perekonomian yang lebih tinggi dari laju pertumbuhan nasional dan kontribusi yang lebih besar terhadap

Isi modul ini : Ketakbebasan Linier Himpunan Fungsi, Determinan Wronski, Prinsip Superposisi, PD Linier Homogen Koefisien Konstanta, Persamaan Diferensial Linier Homogen

Algoritma pewarnaan titik pada graf dengan sisi kabur untuk pengaturan lampu lalu lintas.. 24 Selanjutnya diberikan beberapa definisi yang akan digunakan pada teorema