• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI TANAMAN TEMU MANGGA (Curcuma mangga Val) DENGAN METODE UAP DAN AIR (Water and Steam Destillation) Oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI TANAMAN TEMU MANGGA (Curcuma mangga Val) DENGAN METODE UAP DAN AIR (Water and Steam Destillation) Oleh:"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh:

DELLA KARNEGI

NIM. 130 500 041

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

S A M A R I N D A

2016

(2)

Oleh:

DELLA KARNEGI

NIM. 130 500 041

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan

Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri

Samarinda

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2016

(3)

Judul Karya Ilmiah : RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI

TANAMAN TEMU MANGGA (Curcuma mangga

Val) DENGAN METODE UAP DAN AIR (Water

and Steam Destillation)

Nama

: Della Karnegi

NIM

: 130 500 041

Program Studi

: Teknologi Hasil Hutan

Jurusan

: Teknologi Pertanian

Lulus Ujian Pada Tanggal:

Lulus Ujian Pada T

.

Menyetujui,

Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan,

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Eva Nurmarini S. Hut, MP

NIP.19750808 1999032002

Pembimbing,

Penguji I,

Penguji II,

Firna Novari S. Hut, MP Heriad Daud Salusu S. Hut, MP Ir. Sumiati

NIP.197107171997022001 NIP.197008301997031001 NIP.95906121989032004

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Teknologi Pertanian,

Politeknik Pertanian Negeri

Samarinda

Hamka S. TP, M.Sc

(4)

DELLA KARNEGI. Rendemen dan Kualitas Minyak Atsiri Tanaman Temu

Mangga (Curcuma mangga Val) Dengan Metode Penyulingan Uap dan Air

(Water and Steam Destillation) dibawah bimbingan Firna Novari .

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya pemanfaatan kekayaan

alam hasil hutan non kayu di Indonesia khususnya temu mangga, yang dapat

meningkatkan nilai tambah dan nilai ekonomis. Selain dapat digunakan untuk

bahan rempah-rempahan, temu mangga juga dapat dimanfaatkan sebagai obat

tradisional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui rendemen dan

kualitas minyak atsiri dari sifat fisikanya dengan metode penyulingan uap dan

air (Water and Steam Destillation).

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang

kualitas minyak atsiri dari tanaman temu mangga dengan menggunakan

metode uap dan air (Water and Steam Destillation), sehingga dapat menjadi

pertimbangan pemanfaatan temu mangga (Curcuma mangga Val) sebagai

bahan baku minyak atsiri di masa yang akan datang.

Pada penelitian ini menggunakan perbedaan perlakuan bahan baku

temu mangga yaitu perlakuan penjemuran di bawah sinar matahari dengan

penjemuran selama 3 hari dan perlakuan kering udara dengan penjemuran

selama 5 hari yang bisa mempengaruhi rendemen maupun kualitas minyak

atsiri yang dihasilkan. Nilai rata -rata rendemen perlakuan di bawah sinar

matahari selama 3 hari lebih besar yaitu 1,8980 % dibandingkan nilai rata-rata

rendemen perlakuan kering udara selama 5 hari yaitu 1,6172 %, hasil

pengujian kualitas untuk perlakuan di bawah sinar matahari yaitu warna bening

kekuningan (tua), bau khas temu mangga (menyengat), kelarutan dalam

alkohol 1:5 (jernih), nilai rata-rata berat jenis 0,8023 dan nilai rata-rata indeks

bias 1,472. Sedangkan hasil pengujian kualitas dengan perlakuan kering udara

yaitu warna bening kekuningan (muda), bau khas temu mangga (sedang),

kelarutan dalam alkohol 1:3 (jernih), nilai rata-rata berat jenis 0,8163 dan nilai

rata-rata indeks bias 1,473.

Kata kunci: Minyak atsiri, temu mangga, penyulingan uap dan air (Water and

(5)

Della Karnegi lahir pada tanggal 28 Juli 1995 di Asa

Kecamatan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat.

Merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari

pasangan Bapak Bernabas Seleki dan Ibu Remita. Tahun

2002 memulai pendidikan Sekolah Dasar Negeri 005

Asa, Kecamatan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat

dan lulus pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan

pendidikan di SMP Negeri 1 Sendawar, dan lulus pada tahun 2010. Sete lah itu

melanjutkan pendidikan di SMK Surya Mandala Barong Tongkok, dan lulus pada

tahun 2013.

Kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di Politeknik Pertanian Negeri

Samarinda, Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Jurusan Teknologi Pertanian

pada tahun 2013. Pada tahun pertama mengikuti kegiatan perkuliahan sampai

tahun ketiga, pernah mengikuti paduan suara serta mengikuti kegiatan

kemahasiswaan yang lainnya.

Pada tanggal 3 Maret 30 April 2016 mengikuti program PKL (Praktik

Kerja Lapangan) di Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah, Meranggen Demak.

Selama melaksanakan kuliah pernah mendapat beasiswa yaitu beasiswa

peningkatan prestasi akademik (PPA) pada tahun 2014, kaltim cermelang pada

tahun 2015, dan beasiswa kabupaten stimulan biaya belajar (SBB) pada tahun

2015.

Sebagai syarat memperoleh predikat Ahli Madya Kehutanan, Penulis

melakukan penelitian dengan judul Rendemen dan Kualitas Minyak Atsiri

Tanaman Temu Mangga (Curcuma mangga Val) Dengan Metode Penyulingan

Uap dan Air (Water and Steam Destillation).

(6)

Dengan memanjatkan Puji dan Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa,

yang

memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian ini dan tersusunnya karya ilmiah ini. Karya ilmiah

disusun berdasarkan kegiatan dan hasil yang dilakukan di Laboratorium SKAP

(Sifat Kayu dan Analisis Produk) selama penelitian berlangsung dan merupakan

syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

dan mendapat sebutan Ahli Madya.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan

penghargaan kepada:

1. Ayahanda Bernabas Seleki dan Ibunda Remita tercinta yang telah

mengasuh dan memberikan bantuan yang sangat berharga berupa materi

serta dukungan kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan

karya ilmiah ini dengan baik dan tepat waktu.

2. Dosen Pembimbing, yaitu

Ibu

Firna Novari S. Hut, MP.

3. Ibu Feriani Paurru, SP selaku PLP Pendamping.

4. Kepala Laboratorium Sifat Kayu dan Analisis Produk Ir. Wartomo, MP.

5. Bapak Heriad Daud S. Hut, MP dan Ibu Ir. Sumiati selaku Dosen Penguji.

6. Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Ibu Eva Nurmarini S. Hut, MP

7. Ketua Jurusan Teknologi Pertanian, yaitu Bapak Hamka S.TP,M.Sc.

8. Bapak Ir. H. Hasanudin, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri

Samarinda.

9.

Untuk Martius Tang, terima kasih telah memberikan semangat dan

dukungannya kepada penulis.

10.

Rekan rekan mahasiswa Teknologi Hasil Hutan angkatan 2013 yang turut

serta membantu dalam pelaksanaan penelitian sehingga dapat selesai tepat

waktu.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih banyak

kekurangan . Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang

sifatnya membangun untuk menyempurnakan penulisan karya ilmiah ini . Penulis

juga mengucapkan mohon maaf sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan

dan kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini. Namun demikian penulis

berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membacanya

serta memerlukannya.

Samarinda,

DELLA KARNEGI

(7)

Halaman

HALAMAN PENGESAHAN ...

i

ABSTRAK ...

ii

RIWAYAT HIDUP ...

iii

KATA PENGANTAR ...

iv

DAFTAR ISI ...

vi

DAFTAR TABEL ...

vii

DAFTAR GAMBAR ...

viii

I. PENDAHULUAN ...

1

II. TINJAUAN PUSTAKA ...

4

A. Pengertian Minyak Atsiri ...

4

B. Metode Pengolahan Minyak Atsiri ...

6

C. Kegunaan Minyak Atsiri ...

11

D. Faktor yang Mempengaruhi Mutu Minyak Atsiri ...

12

E. Faktor yang Mempengaruhi Rendemen Minyak Atsiri ...

15

F. Kualitas Minyak Atsiri ...

16

G. Risalah Tanaman Temu Mangga (Curcuma mangga Val) ...

19

III. METODE PENELITIAN ...

28

A. Waktu dan Tempat Penelitian ...

28

B. Alat dan Bahan Penelitian ...

29

C. Prosedur Penelitian ...

29

D. Perhitungan dan Pengolahan Data ...

35

E. Pengujian Kualitas ...

36

F. Analisis Data ...

38

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...

40

A. Hasil Penelitian ...

40

B. Pembahasan ...

41

V. KESIMPULAN DAN SARAN ...

49

A. Kesimpulan ...

49

B. Saran ...

49

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(8)

Nomor Tubuh Utama

Halaman

1.

Hasil Analisis Minyak Atsiri Temu Mangga (Curcuma mangga Val)

dari Berbagai Umur Panen ... 27

2.

Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 28

3.

Nilai Rata-rata Rendemen Minyak Atsiri Temu Mangga

(Curcuma mangga Val) ...

40

4.

Nilai Pengujian Kualitas Minyak Atsiri Temu Mangga (Curcuma

mangga Val) dengan Penjemuran Di Bawah Sinar Matahari ...

40

5.

Nilai Pengujian Kualitas Minyak Atsiri Temu Mangga (Curcuma

mangga Val) dengan Perlakuan Penjemuran Kering Udara...

41

Lampiran

6.

Data Perhitungan Nilai Moisture Factor Temu Mangga (Curcuma

mangga Val) dengan Perlakuan Penjemuran Di Bawah Sinar

Matahari dan Perlakuan Penjemuran Kering Udara ...

54

7.

Data Perhitungan Nilai Rendemen Minyak Atsiri dari Temu Mangga

(Curcuma mangga Val) dengan Perlakuan Penjemuran Di bawah

Sinar Matahari dan Penjemuran Kering Udara ...

54

8.

Data Perhitungan Berat Jenis Minyak Atsiri dari Temu Mangga

(Curcuma mangga Val) dengan Perlakuan Penjemuran Di Bawah

Sinar Matahari dan Penjemuran Kering Udara ...

54

9.

Data Perhitungan Indeks Bias Minyak Atsiri dari Temu Mangga

(Curcuma mangga Val) dengan Perlakuan Penjemuran Di Bawah

Sinar Matahari dan Penjemuran Kering Udara ...

55

10.

Data Perhitungan Kelarutan dalam Alkohol Minyak Atsiri Temu

Mangga (Curcuma mangga Val) dengan Perlakuan Penjemuran

Di Bawah Sinar Matahari dan Perlakuan Penjemuran Kering

Udara ...

55

11.

Data Pengujian Warna dan Bau Minyak Atsiri dari Temu Mangga

(Curcuma mangga Val) dengan Perlakuan Penjemuran Di Bawah

Sinar Matahari dan Perlakuan Penjemuran Kering Udara ...

55

(9)

Nomor Tubuh Utama

Halaman

1.

Rimpang Temu Mangga ...

21

2.

Batang Temu Mangga ...

21

3.

Bunga Temu Mangga ...

22

4.

Akar dan Rimpang Temu Mangga ...

23

5.

Proses Penjemuran Di Bawah Sinar Matahari ...

30

6.

Proses Penjemuran Kering Udara ...

31

7.

Proses Penyulingan Minyak Atsiri Temu Mangga ...

33

8.

Proses Pemisahan Air dan Minyak Hasil Penyulingan ...

33

9.

Proses Penimbangan Minyak Atsiri ...

34

10.

Proses Pemurnian dengan MgSO

4

...

35

11.

Minyak Temu Mangga Penjemuran Di Bawah Sinar Matahari

(a), dan Minyak Temu Mangga Penjemuran Kering

Udara (b) ...

44

Lampiran

12.

Bagan Alur Proses Penelitian ...

56

13.

Tanaman Temu Mangga ...

57

14.

Bahan Baku Temu Mangga ...

58

15.

Bahan Baku Yang Sudah Diiris ...

58

16.

Proses Penimbangan Bahan Baku ...

59

17.

Hasil Penj emuran Kering Udara ...

59

18.

Hasil Penjemuran Di Bawah Sinar Matahari ...

60

19.

Proses Pemasukan Bahan Baku Ke Dalam Ketel ...

60

(10)

22.

Minyak Temu Mangga Penjemuran Di Bawah Sinar

Matahari (a), dan Minyak Temu Mangga Penjemuran Kering

(11)

Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat besar dan beragam untuk

dapat menambah devisa negara yang dengan sendirinya akan meningkatkan

taraf kehidupan masyarakat. Pemanfaatan kekayaan alam Indonesia salah

satunya adalah untuk meningkatkan pemanfaatan hasil hutan non kayu.

Banyaknya

kekayaan hayati Indonesia menjadikan semakin

berkembangnya ide-ide untuk meningkatkan nilai jual produk tanaman, salah

satu diantaranya adalah tanaman penghasil minyak atsiri (Essential oil). Minyak

atsiri merupakan salah satu komoditas ekspor non-kayu yang memiliki peluang

pasar dan sangat dibutuhkan keberadaannya oleh berbagai bidang industri,

maka dari itu produksi minyak atsiri mengalami perkembangan yang cukup

pesat. Hal tersebut disebabkan karena kegunaan minyak atsiri yang sangat luas

dan spesifik.

Indonesia memiliki potensi sebagai salah satu negara pengekspor minyak

atsiri, seperti minyak nilam, sereh wangi, cendana, pala, kenanga dan daun

cengkeh. Sebelum Perang Dunia II Indonesia pernah menjadi negara produsen

penghasil minyak atsiri nomor satu diantara negara-negara berkembang. Hampir

semua tanaman penghasil minyak atsiri yang saat ini tumbuh di wilayah

Indonesia sudah dikenal oleh sebagian masyarakat. Bahkan beberapa jenis

tanaman minyak atsiri menjadi bahan yang sangat penting dalam kehidupan

sehari-hari (Lutony dkk, 2000).

Setiap tahun konsumsi minyak atsiri atau minyak terbang dunia beserta

turunannya naik sekitar 8 10 %. Itu tak hanya terjadi di Indonesia, salah satu

(12)

seperti India, Thailand, dan Haiti. Pemicu kenaikan itu antara lain meningkatnya

kebutuhan minyak atsiri untuk industri parfum, kosmetik, dan kesehatan. Selain

itu kecenderungan konsumen untuk berpindah dari pola mengkonsumsi

bahan-bahan mengandung senyawa sintetik ke bahan-bahan alami turut mendongkrak

permintaan minyak atsiri. Apalagi produk-produk olahan minyak atsiri belum

dapat digantikan oleh bahan sintetis (Trubus Info Kit, 2009).

Secara fisik, tanaman yang menghasilkan minyak atsiri mempunyai ciri

-ciri yaitu mengeluarkan bau tertentu. Pada umumnya minyak atsiri yang

terkandung dalam tanaman tersebut dapat diambil dari daun, ranting, rimpang,

bunga, buah dan kulit batang. Minyak atsiri banyak digunakan sebagai bahan

wewangian, penyedap makanan, bahan baku kosmetik dan obat-obatan. Dengan

mengenal tanaman yang mengandung minyak atsiri akan mempermudah

mengidentifikasikan penggunaan minyak atsiri tersebut, karena minyak yang

dihasilkan dari tanaman yang berbeda akan menghasilkan kualitas dan jenis

yang berbeda pula. Kualitas minyak atsiri atau faktor-faktor yang menentukan

mutu minyak atsiri adalah sifat-sifat fisik dan kimia minyak atsiri.

Indonesia memiliki cukup banyak jenis tanaman yang memiliki kandungan

minyak atsiri salah satunya adalah tanaman temu mangga (Curcuma

mangga Val). Tanaman ini walau cukup dikenal oleh masyarakat tetapi belum

banyak orang tahu tentang temu mangga yang memiliki kandungan minyak atsiri.

Potensi temu mangga hanya dapat ditemukan didaerah tropis dengan

dua musin yaitu (hujan dan panas) tersebar dari Indonesia, China, Taiwan,

Thailand, dan Australia Utara.

Temu mangga (Curcuma mangga Val) merupakan famili dari

(13)

berbintik seperti jahe) memiliki bau khas seperti bau mangga. Beberapa manfaat

temu mangga sebagai obat tradisional diantaranya adalah obat maag,

penghilang nyeri pada saat haid (datang bulan), keputihan, mengobati jerawat,

bisul, memar, keseleo dan diare.

Dalam penelitian ini metode peyulingan yang digunakan adalah metode

penyulingan uap dan air (Water and Steam Destillation). Pada metode ini, ketel

penyulingan diisi air sampai batas saringan, bahan baku diletakkan diatas

saringan, sehingga tidak dapat berhubungan langsung dengan air yang

mendidih, tetapi akan berhubungan dengan uap air (Rusli, 2010).

Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui

rendemen dan kualitas minyak atsiri dari sifat fisikanya.

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

memberikan informasi tentang kualitas minyak atsiri dari tanaman temu mangga

(Curcuma mangga Val) dengan menggunakan metode penyulingan uap dan air

(Water and Steam Destillation), sehingga dapat menjadi pertimbangan

pemanfaatan temu mangga sebagai bahan baku minyak atsiri di masa yang akan

(14)

A. Pengertian Minyak Atsiri

Menurut Ketaren (1985) minyak yang terdapat dalam alam dibagi menjadi

beberapa golongan yaitu minyak mineral (mineral oil), minyak nabati dan hewani

yang dapat dimakan (Edible fat) dan minyak atsiri (essential oil).

Minyak atsiri adalah zat yang berbau wangi yang merupakan salah satu

hasil proses metabolisme dalam tanaman. Minyak atsiri mudah menguap pada

suhu kamar tanpa mengelami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi

sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik

dan tidak larut dalam air (Ketaren, 1985)

Menurut Gunawan dkk (2004) minyak atsiri adalah zat berbau yang

terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak

eteris, minyak essential karena pada suhu kamar mudah menguap. Istilah

esensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam

keadaan segar dan murni, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Namun, pada

penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi. Untuk mencegahnya, minyak

atsiri harus disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap, diisi penuh,

ditutup rapat, serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk.

Menurut Doyle dkk (1980) minyak atsiri adalah minyak yang mudah

menguap pada temperatur kamar tanpa mengalami dekomposisi, tetapi minyak

atsiri dapat rusak karena penyimpanan jika minyak atsiri dibiarkan lama. Minyak

atsiri akan mengabsorpsi oksigen dari udara sehingga akan berubah warna,

aroma, dan kekentalan sehingga sifat kimia minyak atsiri tersebut akan berubah.

Minyak atsiri tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik, dan berbau harum

(15)

Minyak atsiri atau dikenal juga sebagai minyak eteris, minyak esensial,

minyak terbang adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan

kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma

yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau

minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, hasil destilasi

minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi

Minyak atsiri akan menguap dari jaringan bersama uap air yang terbentuk

atau bersama uap air yang dilewatkan pada bahan. Campuran uap air dan

minyak atsiri dikondensasikan pada suatu saluran yang suhunya relatif rendah.

Hasil kondensasi berupa campuran air dan minyak atsiri yang sangat mudah

dipisahkan karena kedua bahan tidak dapat saling melarutkan

(Sastrohamidjojo, 2004).

Minyak atsiri disebut juga minyak eteris adalah minyak yang bersifat

mudah menguap, yang terdiri dari campuran yang mudah menguap, dengan

komposisi dan titik didih berbeda-beda. Setiap substansi yang dapat menguap

memiliki titik didih dan tekanan uap tertentu dan dalam hal ini dipengaruhi oleh

suhu. Pada umumnya tekanan uap yang rendah dimiliki oleh persenyawaan yang

memiliki titik didih tinggi (Guenther, 2006).

Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan.

Minyak atsiri memiliki komponen volatil pada beberapa tumbuhan dengan

karakteristik tertentu. Komponen aroma dari minyak atsiri cepat berinteraksi saat

dihirup, senyawa tersebut berinteraksi dengan sistem syaraf pusat, kemudian

sistem ini akan menstimulasi syaraf-syaraf pada otak di bawah kesetimbangan

(Buckle, 1999). Di Indonesia, penggunaan minyak atsiri bisa melalui berbagai

(16)

1. Melalui mulut atau dikonsumsi (oral), antara lain berupa jamu yang

mengandung minyak atsiri atau bahan penyedap makanan (bumbu).

2. Pemakaian luar (topical/external use), antara lain pemijatan lulur, obat

luka/memar, parfum/pewangi.

3. Pernapasan (inhalasi atau aromaterapi), antara lain wangi-wangian (perfum)

atau aromatika untuk keperluan aromaterapi.

4. Pestisida nabati, antara lain sebagai pengendali hama lalat buah, pengusir

(repelent) nyamuk dan anti jamur.

5. Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak

esensial, minyak terbang, serta minyak aromatik, adalah kelompok besar

minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah

menguap sehingga memberikan aroma yang khas.

Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut minyak atsiri misalnya

dalam bahasa Inggris volatile oil, etherial oil, essential oil dalam bahasa

Indonesia disebut minyak terbang atau minyak kabur. Karena minyak atsiri

mudah menguap bila dibiarkan ditempat terbuka (Lutony dkk, 2000).

B. Metode Pengolahan Minyak Atsiri

Menurut Harris (1987) pengolahan atau pengambilan minyak atsiri dari

tanaman dapat diperoleh melalui 3 cara, yaitu :

1. Metode Pengempaan (Pressing)

Pengambilan minyak atsiri dengan cara pengempaan umumnya

dilakukan terhadap bahan berupa biji, buah atau kulit buah tanaman pada

proses pengempaan sel -sel yang mengandung minyak akan pecah dan

minyak akan mengalir ke permukaan bahan. Campuran minyak dan air

(17)

pengambilan minyak atsiri secara pengempaan dilakukan dengan mengempa

bahan tanaman pada sebuah alat pres.

2. Metode Ektraksi Menggunakan Pelarut (Solvent)

Ektraksi minyak atsiri secara komersial umumnya dilakukan dengan

pelarut menguap (Solvent extraction). Ektraksi merupakan proses pemisahan

suatu zat dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Prinsip

ektraksi dengan pelarut menguap adalah melarutkan minyak atsiri di dalam

bahan pelarut organik (bahan kimia organik mengandung karbon) yang

mudah menguap dalam suatu wadah yang disebut ekstraktor (Guenther,

1987).

Proses ekstraksi ini digunakan khusus untuk mengektraksi minyak

bunga-bungaan dalam rangka mendapatkan mutu dan rendemen minyak

yang tinggi. Bila dipisahkan dengan metode lain, maka minyak atsiri yang

terkandung akan hilang selama proses pemisahan. Pengambilan minyak

atsiri menggunakan cara ini diyakini sangat efektif karena sifat minyak atsiri

yang larut sempurna di dalam pelarut organik (Guenther, 1987).

Pada proses pengambilan minyak

atsiri dengan ekstraksi

menggunakan pelarut, bahan -bahan minyak yang akan diambil minyaknya

ditambah dengan bahan atau zat pelarut (Solvent) yang dapat mengikat

minyak yang terdapat dalam bahan. Zat Solvent yang bercampur dengan

minyak atsiri tersebut selanjutnya akan dipisahkan untuk diambil minyak

atsirinya. pelarut yang dapat digunakan salah satunya adalah etanol metode

ini relatif mahal karena menggunakan bahan-bahan pelarut kimia etanol

(18)

3. Metode Penyulingan

Penyulingan adalah proses pemisahan komponen berupa cairan atau

padatan dari berbagai macam zat berdasrakan titik uap atau perbedaan

kecepatan menguap bahan (Rusli, 2010). Tujuan penyulingan yaitu

memisahkan jenis zat yang berbeda.

Dari ketiga metode ini, penyulingan merupakan metode yang paling

sering digunakan dalam pengolahan minyak atsiri dengan cara penyulingan

ada 3 metode yang digunakan, yaitu: (Rusli, 2010).

a. Penyulingan Dengan Air ( Water Destillation)

Prinsip kerja penyulingan dengan air adalah sebagai berikut;

Bahan yang akan disuling berhubungan langsung dengan air mendidih.

Bahan yang akan disuling kemungkinan mengambang/mengapung di

atas air atau terendam seluruhnya atau tergantung pada berat jenis dan

kuantitas bahan yang akan diproses air dapat dididihkan dengan api

secara langsung.

Sejumlah bahan tanaman ada kalanya harus diproses dengan

penyulingan air contoh (bunga mawar, bunga-bunga jeruk) sewaktu

terendam dan bergerak bebas dalam air mendidih.

Sedangkan bila bahan tersebut diproses dengan penyulingan

uap maka akan menyebabkan terjadinya pengumpulan hingga uap tidak

dapat menembusnya, penyulingan air ini tidak berubahnya bahan

tanaman direbus secara langsung.

Kualitas minyak atsiri yang dihasilkan cukup rendah, kadar minyaknya

sedikit, terkadang terjadi proses hidrolisis ester, dan produk minyaknya

(19)

b. Penyulingan Dengan Uap dan Air (Water and Steam Destillation)

Bahan tanaman yang akan diproses secara penyulingan uap air

ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah

berlubang-lubang yang ditopang di atas dasar alat penyulingan.

Bagian bawah alat penyulingan diisi air sedikit di bawah dimana

bahan ditempatkan penyulingan minyak atsiri dengan cara ini memang

sedikit lebih maju dan produksi minyaknya pun relatif lebih baik. Prinsip

kerja dari penyulingan macam ini adalah sebagai berikut; Ketel

penyulingan diisi air sampai batas saringan. Bahan baku diletakkan di

atas saringan, sehingga tidak berhubungan langsung dengan air yang

mendidih, tetapi akan berhubungan dengan uap air. Maka cara

penyulingan semacam ini disebut penyulingan tidak langsung (indirect

destillation).

Air yang menguap akan membawa partikel-partikel minyak atsiri

dan dialirkan melalui pipa ke alat pendingin sehingga terjadi

pengembunan dan uap air yang bercampur minyak atsiri tersebut akan

mencair kembali. Selanjutnya, dialirkan ke alat pemisah untuk

memisahkan minyak atsiri dari air.

Cara ini paling sering dilakukan oleh para petani atsiri dan

alat-alatnya pun dapat dibuat sendiri oleh para petani atsiri. Produk minyak

yang dihasilkannya cukup bagus, bahkan kalau pengerjaanya dilakukan

(20)

c. Penyulingan Langsung Dengan Uap (Steam Destillation)

Cara ketiga dikenal sebagai penyulingan uap atau penyulingan

uap langsung dan perangkatnya mirip dengan kedua alat penyuling

sebelumnya hanya saja tidak ada air di bagian bawah alat.

Uap yang digunakan lazim memiliki tekanan yang lebih besar

dari pada tekenan atmosfer dan dihasilkan dari hasil penguapan air

yang berasal dari suatu pembangkit uap air. Uap air yang dihasilkan

kemudian dimasukkan ke dalam alat penyulingan. Penyulingan minyak

atsiri secara langsung dengan uap memerlukan biaya yang cukup besar.

Karena harus disiapkan dua buah ketel, dan sebagian besar

peralatan terbuat dari stainless steel (SS) dan mild steel (MS).

Walaupun memerlukan biaya yang besar, kualitas minyak atsiri yang

dihasilkan memang jauh lebih sempurna.

Prinsip kerja penyulingan seperti ini hampir sama dengan cara

menyuling dengan air dan uap (indirect distillation), namun antara ketel

uap dan ketel penyulingan harus terpisah. Ketel uap yang berisi air

dipanaskan, lalu uapnya dialirkan ke ketel penyulingan yang berisi

bahan baku.

Partikel-partikel minyak pada bahan baku terbawa bersama uap

dan dialirkan ke alat pendingin. Di dalam alat pendingin itulah terjadi

proses pengembunan, sehingga uap yang bercampur minyak akan

mengembun dan mencair kembali. Selanjutnya, dialirkan ke alat

pemisah yang akan memisahkan minyak atsiri dari air. Kualitas produk

minyak yang dihasilkan jauh lebih sempurna dibandingkan dengan

(21)

C. Kegunaan Minyak Atsiri

Minyak atsiri dalam industri digunakan untuk pembuatan kosmetik,

parfum, antiseptik,

obat-makanan dan sebagai bahan pencampur rokok kretek (Ketaren, 1985). Minyak

atsiri dapat dipisahkan dari jaringan tanaman melalui proses destilasi. Pada

proses ini jaringan tanaman dipanasi dengan air atau uap air.

Berbicara mengenai minyak atsiri, tidak bisa lepas dari bau dan aroma,

karena fungsi minyak atsiri yang paling luas dan paling umum adalah sebagai

pengharum, baik itu sebagai parfum, kosmetik, pengharum ruangan, pengharum

sabun, pasta gigi, pemberi cita rasa pada makanan maupun produk rumah

tangga lainnya. Tidak begitu banyak atau hanya berapa jenis minyak atsiri yang

populer digunakan sebagai bahan terapi terhadap suatu jenis penyakit atau lebih

populer dengan istilah aroma terapi (Ketaren, 1985).

Pada dasarnya semua minyak atsiri mengandung campuran senyawa

kimia dan biasanya campuran tersebut sangat kompleks. Beberapa tipe senyawa

organik mungkin terkandung dalam minyak atsiri, seperti hidrokarbon, alkohol,

oksida, ester, aldehida, dan eter. Sangat sedikit sekali yang mengandung satu

jenis komponen kimia yang persentasenya sangat tinggi. Yang menentukan

aroma minyak atsiri biasanya komponen yang persentasenya tinggi. Walaupun

begitu, kehilangan satu komponen yang persentase nya kecil pun dapat

memungkinkan terjadinya perubahan aroma minyak atsiri tersebut (Agusta,

2000).

Menurut Guenther (1987) minyak atsiri atau sering disebut minyak

terbang banyak digunakan dalam industri sebagai bahan pewangi atau penyedap

(22)

Beberapa macam industri yang menggunakan minyak atsiri dan senyawa

aromatik atau campuran keduanya adalah:

1. Bahan perekat

2. Industri makanan ternak

3. Industri kue dan roti

4. Industri makanan kaleng

5. Industri bumbu

Mengingat banyaknya kegunaan dan industri yang memanfaatkan minyak

atsiri, maka pengusahaan minyak atsiri merupakan suatu sektor yang dapat

menunjang perekonomian suatu negara.

D. Faktor yang Mempengaruhi Mutu Minyak Atsiri

Permasalahan yang dihadapi Indonesia di dalam pengembangan minyak

atsiri sangat komplek. Akibatnya sangat beralasan jika sebagian besar mutu

minyak atsiri yang dihasilkan menjadi rendah. Menurut Luqman dkk (1994) ada

beberapa faktor yang mengpengaruhi mutu minyak atsiri, adapun faktor-faktor

yang mempengaruhi mutu minyak atsiri, yaitu :

1. Pengadaan Bahan Baku

Pengadaan bahan baku merupakan langkah paling awal yang perlu

diperhatikan agar minyak atsiri yang diproduksi bermutu tinggi. Adapun

permasalahan yang berkaitan dengan pengadaan bahan baku antara lain

meliputi pemilihan lokasi, cara pengolahan lahan. Kebanyakan tingkat

pengetahuan produsen bahan baku minyak atsiri masih kurang, terutama

dalam hal pemilihan lokasi yang betul-betul ideal bagi pertumbuhan tanaman

minyak atsiri. Pemilihan lokasi seharusnya dengan persyaratan tumbuh yang

(23)

produsen bahan baku minyak atsiri juga sering melakukan kesalahan dalam

pengolahan lahan. Misalnya saja lahan yang seharusnya dipajak atau

dicangkul pada kedalaman 50 cm, ternyata hanya diolah sampai kedalaman

25 cm. Atau lahan yang seharusnya diberi pupuk dasar terlebih dahulu

sebelum penanaman, ternyata tidak pernah di beri pupuk dasar.

2. Penanganan Pascapanen

Penanganan pascapanen dari bahan tanaman yang akan diambil

minyak atsirinya berkaitan erat dengan mutu dan rendemen minyak atsiri yang

dihasilkan. Penanganan pascapanen masing-masing bahan tanaman

penghasil minyak atsiri tidaklah sama. Misalnya, bunga kenanga tidak baik

mendapat perlakuan penundaan penyulingan sampai lebih dari satu malam

setelah bunga di panen, hasil panen akar wangi dianjurkan tidak langsung

diproses tetapi dibiarkan dahulu dalam keadaan kering selama beberapa

waktu (lebih dari satu bulan), daun nilam sebaliknya dikering anginkan selama

2 - 3 hari.

Bahan tanaman pun harus dikemas secara hati-hati sehingga bagian

tanaman tidak patah atau rusak. Cara penyimpanan harus dilakukan secara

benar, ruang penyimpanan pun sebaiknya memenuhi persyaratan. Kesalahan

penanganan pascapanen bahan tanaman yang akan diambil minyak atsirinya

akan berakibat sangat fatal terhadap mutu minyak maupun rendemennya.

3. Proses Produksi

Seperti halnya kesalahan yang dilakukan dalam pengadaan bahan

baku dan penanganan pascapanen, kesalahan didalam proses produksi atau

pengolahan pun akan menimbulkan dampak negatif terhadap mutu dan

(24)

produksi minyak atsiri, kesalahan yang menurunkam mutu serta rendemen

terletak pada kondisi peralatan yang digunakann atau karena faktor yang

lainya. Sebagai contoh, bahan tanaman yang seharusnya diolah melalui

model penyulingan dengan uap, ternyata diproses melalui penyulingan

dengan air, lama waktu penyulingan yang semestinya berlangsung selama 24

jam ternyata hanya disuling dalam waktu 8 10 jam.

Penanganan terhadap minyak atsiri yang dihasilkan juga perlu

diperhatikan, misalnya minyak atsiri yang seharusnya dikemas dalam

kemasan yang terbuat dari kaca atau gelas ternyata hanya dimasukkan ke

dalam wadah yang terbuat dari logam berkarat, kemasan yang dipakai

seharusnya berwarna gelap malah digunakan kemasan yang berwarna terang

atau tembus.

4. Tata Niaga

Rantai tata niaga sangat berpengaruh terhadap mutu minyak asiri.

Kenyataan membuktikan, selama ini umumnya rantai tata niaga minyak asiri

sangat panjang. Padahal kondisi seperti ini menurunkan mutu minyak,

sedangkan harga menjadi rendah akibat terlalu banyak pihak yang terlibat di

dalamnya.

5. Bentuk Pengusahaan

Hampir seluruh kegiatan usaha produksi minyak atsiri di Indonesia

dalam bentuk industri skala kecil. Industri kecil ini sesungguhnya mempunyai

potensi yang sangat besar dalam proses pembangunan sebab disamping

merupakan jenis usaha bersifat padat karya (dapat diandalkan sebagai

(25)

yang terlibat di dalamnya), juga dapat berperan nyata sebagai penopang

kelancaran dan kemajuan industri skala besar.

E. Faktor yang Mempengaruhi Rendemen Minyak Atsiri

Harris (1987) menyatakan bahwa rendemen minyak atsiri adalah

perbandingan antara hasil minyak atsiri dengan bahan tanaman yang diolah.

Menurut Guenther (1987) faktor-faktor yang mempengaruhi rendemen

adalah ketelitian dan kerapian dalam membuat alat penyulingan dan dalam

pelaksanaan proses penyulingan.

Lebih lanjut menurut Harris (1987) bahwa faktor-faktor yang juga

mempengaruhi rendemen, yaitu :

1. Perlakuan Pendahuluan

Perlakuan sebelum penyulingan terhadap bahan yang mengandung

minyak atsiri umumnya adalah perlakuan pengecilan ukuran bahan baku dan

penurunan kadar air bahan dengan cara pengeringan, pelayuan atau

fermentasi.

2. Jenis Bahan Baku yang Disuling

Dalam hal ini bisa berupa kulit, bunga, daun, buah, rimpang dan

sebagainya. Jika penyulingan menggunakan bahan berupa daun, tentu akan

dihasilkan rendemen yang lebih besar dari pada menggunakan bahan baku

berupa kulit.

3.

Peralatan yang Digunakan

Dari segi ini, misalnya pada penggunaan alat pemanas berupa kompor,

tentu akan memberikan panas yang tidak stabil. Hal ini juga didukung oleh

pendapat (Guenther, 1987) yang menyatakan bahwa suhu dan tekanan dapat

(26)

4.

Ketelitian Dalam Pelaksanaan Penyulingan

Keterampilan dan ketelitian seseorang dalam melakukan proses

penyulingan juga turut mempengaruhi nilai rendemen yang akan dihasilkan.

Misalnya ketelitian sesorang pada saat pemisahan air dan minyak

menggunakan pipet tetes tidak hati-hati (Harris, 1987). juga menambahkan

bahwa rendemen minyak atsiri juga dipengaruhi oleh keadaan bahan baku

yang diolah.

F. Kualitas Minyak Atsiri

Mutu minyak atsiri didasarkan atas kriteria atau bahasan yang dituang di

dalam standar mutu. Dari sifat fisik dapat diketahui keaslian minyak atsiri

tersebut dapat dilihat dari penampakkan warna serta bau atau aroma, sedangkan

dari sifat kimia dapat diketahui secara umum komponen kimia yang terdapat di

dalamnya (Wendrawan, 2010).

Komposisi kimia minyak atsiri akan menentukan nilai harga dan kegunaan

minyak tersebut, adapun kualitas minyak atsiri meliputi:

1. Bau

Minyak atsiri berbau khas dari tanaman penghasilnya, dan bau dari

minyak atsiri tersebut cepat berinteraksi saat dihirup. Senyawa-senyawa yang

berbau harum dari minyak atsiri atau suatu tumbuhan merupakan ciri khas

pada tanaman tersebut. (Buchbauer, 1991)

2. Warna

Warna minyak atsiri yang baru disuling biasanya tidak berwarna atau

berwarna kekuning-kuningan, tetapi ada juga beberapa minyak berwarna

kemerah-merahan, hijau, coklat, biru. Minyak atsiri apabila dibiarkan lama di

(27)

bau berubah, minyak menjadi lebih kental dan akhirnya membentuk resin

(Ketaren, 1985).

Warna minyak atsiri dipengaruhi oleh jenis bahan baku yang diekstrak

serta metode penyulingannya. Minyak dengan kualitas yang bagus memiliki

tingkat kecerahan warna yang cukup tinggi. Pengujian warna dapat dilakukan

dengan pengamatan melalui indra mata. (Ketaren, 1985).

3. Kelarutan Dalam Alkohol

Minyak atsiri dapat larut dalam alkohol pada perbandingan dan

konsentrasi tertentu. Dengan demikian, jumlah dan konsentrasi alkohol yang

dibutuhkan untuk melarutkan sejumlah minyak atsiri secara sempurna dapat

diketahui (Ketaren, 1985).

Menurut Guenther (1987) kelarutan minyak dalam alkohol ditentukan

dengan mengamati daya larut minyak dalam alkohol. Uji kelarutan alkohol

adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui derajat keasilan minyak atsiri

yang diuji. Minyak atsiri dapat larut dalam alkohol dengan perbandingan dan

konsentrasi tertentu. Dengan demikian dapat diketahui jumlah dan konsentrasi

alkohol yang dibutuhkan untuk melarutkan sejumlah minyak atsiri secara

sempurna. Selain larut dalam alkohol, minyak atsiri dapat larut di dalam

pelarut organik lainnya (Wendrawan, 2010).

4. Berat Jenis

Berat jenis adalah membandingkan antara kerapatan minyak pada

suhu 24

0

C terhadap kerapatan air pada suhu yang sama. Berat jenis

ditentukan dengan menggunakan mikropipet. Mikropipet sering digunakan

dalam penetapan berat jenis karena selain praktis dan

(28)

contoh minyak. Berat jenis suatu senyawa organik dipengaruhi oleh bobot

molekul, polaritas, suhu, dan tekanan. Secara umum nilai berat jenis minyak

atsiri berkisar antara 0,696 1,188 (Guenther, 1987).

Penentuan berat atau bobot jenis minyak atsiri adalah salah satu cara

analisa yang dapat menggambarkan kemurnian minyak (Ketaren, 1985).

5. Indeks Bias

Indeks bias minyak atsiri adalah perbandingan antara sinus sudut jatuh

dan sinus sudut bias jika seberkas cahaya dengan panjang gelombang

tertentu jatuh dari udara ke minyak dengan sudut tertentu. Alat untuk

mengukur indeks bias adalah refraktometer (Guenther, 1987).

Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di

dalam udara dengan kecepatan cahaya di dalam zat tersebut dalam suhu

tertentu.

(Guenther, 1987), menyatakan pada saat penentuan indeks bias

minyak harus dijaga dan harus dijauhi dari cuaca panas dan lembab sebab

udara dapat berkondensasi pada permukaan prisma yang dingin. Akibat akan

timbul kabut pemisah antara prisma gelap dan terang sehingga tidak terlihat

jelas. Jika minyak mengandung air maka garis pembatas akan kelihatan lebih

tajam, dan nilai indeks biasnya akan menjadi rendah.

Penentuan indeks bias dapat digunakan untuk menentukan kemurnian

minyak (Ketaren,1985). Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin

kecil nilai indeks biasnya. Ini disebabkan oleh sifat air yang mudah

membiaskan cahaya yang datang. Jadi minyak atsiri dengan nilai indeks bias

yang besar lebih bagus dibandingkan dengan minyak atsiri dengan nilai

(29)

Menurut Guenther (1990) indeks bias dipengaruhi oleh panjang rantai

karbon serta jumlah ikatan rangkap.

G. Risalah Tanaman Temu Mangga (Curcuma mangga Val)

Tanaman Temu Mangga (Curcuma mangga Val) umumnya tumbuh liar di

daerah kering pada tanah yang keras dan berbatu, atau ditanam sebagai

tanaman pagar. Syarat tumbuh tanaman berkisar antara 250 1000 mdpl (meter

diatas permukaan laut), jenis tanah yang digunakan untuk pertumbuhan temu

mangga yaitu tanah liat berpasir (lempung pasir) yang subur, tanah diolah cukup

dalam, serta ditambah pupuk organik (kotoran ternak atau kompos) (Syukur,

2003 ). Tanaman ini membutuhkan curah hujan yang cukup besar yaitu sekitar

900 4000 mm per tahun dengan bulan kering kurang dari 5 bulan diharapkan

curah hujan berangsur-angsur berkurang sehingga memungkinkan sinar

matahari bertambah banyak sampai rimpang siap panen. Tanaman temu

mangga dapat tumbuh baik dengan cahaya penuh maupun ternaung (tertutup)

atau cahaya matahari tidak langsung, Pertumbuhan temu mangga yang optimal

pada kelembaban udara berkisar antara 25-30°C, ketinggian tempat diatas 1200

mdpl (meter diatas permukaan laut) dengan suhu dibawah 24°C masih dapat

tumbuh (Syukur, 2003).

Temu Mangga mengandung minyak atsiri, amilium, tanin, gula, damar,

Myrcene, ocimene, pinene, dan kurkumin (Muhlisah, 1999). Sedangkan rimpang

dan daunya mengandung flavonoid, saponin, dan polifenol (Kardinan dkk,

(30)

Klasifikasi tanaman temu mangga adalah sebagai berikut: (Hutapea,

1993)

Klasifikasi Ilmiah yaitu :

Dunia

: Plantae

Divisi

: Spermatophyta

Anak Divisi

: Angiospermae

Kelas

: Monocotyledoneae

Bangsa

: Zingiberales

Suku

: Zingiberaceae

Marga

: Curcuma

Jenis

: Curcuma mangga Val

Risalah tanaman temu mangga adalah sebagai berikut :

1. Temu Mangga

Tanaman temu mangga memiliki batang semu yang tersusun dari

pelepah-pelepah daun, daunnya berwarna hijau, daun Tunggal, berpelepah,

lonjong, tepi rata, ujung dan pangkal meruncing, panjang pertulangan

menyirip, hijau. dibagian mata berbentuk seperti bulat lonjong dibagian ujung

pangkalnya, mempunyai tangkai sama dengan panjang daunnya, permukaan

atas bawah daun agak licin, tidak berbulu, bunga majemuk berbentuk bulir

yang muncul dari bagian ujung batang, mahkota bunga berwarna kuning

muda atau hijau keputihan, memiliki rimpang yang berbentuk bulat panjang,

renyah, dan mudah untuk dipatahkan. Kulitnya dipenuhi akar serabut yang

halus, rimpang utamanya keras, bila dibelah tampak daging buah berwarna

(31)

Salah satu tanaman yang telah lama dikenal oleh masyarakat

Indonesia sejak dahulu, yaitu tanaman temu mangga (Curcuma Mangga Val).

Nama daerah: Temu mangga (Melayu), temu mangga, koneng joho (Sunda),

temu poh (Jawa), temu pao (Madura), sedangkan nama asing untuk tanaman

temu mangga adalah Er-chu (Cina), Kha min khao (Thailand), dan White

Tumeric (Inggris) (Muhlisah, 1999).

Gambar 1. Rimpang Temu Mangga

2. Batang Temu Mangga

Tanaman temu mangga memiliki batang semu yang tersusun dari

pelepah-pelepah daun, batang bulat dan berdiri tegak serta mempunyai

rimpang yang bercabang di bawah tanah, berwarna coklat muda atau coklat

tua, di dalamnya berwarna kuning dan dibagian tengah putih

kekuning-kuningan, memiliki umbi bulat atau kotak. Bila berumur masih muda batang

tanaman ini berwarna putih, kemudian warnanya akan berubah menjadi hijau

(32)

3. Bunga Temu Mangga

Bunga temu mangga termasuk golongan bunga majemuk berbentuk

bulir yang muncul dari bagian ujung batang. ujung bunga terbelah, benangsari

menempel pada mahkota dan berwarna putih, putik berbentuk silindris, kepala

putik bulat dan berwarna kuning, mahkota lonjong berwarna putih. dengan

membentuk tabung , mahkota bunga berwarna kuning muda atau hijau

keputihan, terbelah.

Mahkota bunga berwarna kuning muda atau hijau keputihan

membentuk tabung, benangsari satu buah tidak sempurna, bulat telur

terbalik,warna bunga kuning keputih-putihan dan mempunyai tangkai

(Hutapea, 1993).

Gambar 3. Bunga Temu Mangga

Gambar 2. Batang Temu Mangga

(33)

4. Akar Temu Mangga

Tanaman temu mangga mempunyai jenis akar serabut yang berwarna

putih. Akar tersebut bercabang didalam tanah, membentuk rumpun dan

rimpang (Evizal, 2003).

Gambar 4. Akar dan Rimpang Temu Manga

5. Kandungan Temu Mangga

Kandungan senyawa fitokimia pada temu mangga mempunyai

beberapa aktivitas biologis, salah satunya sebagai antioksidan. Untuk dapat

tumbuh dan berkembang dengan baik, temu mangga membutuhkan tanah

yang baik agar ternaungi, Cara perbanyakan tanaman ini adalah dengan

rimpang atau anakan rimpang yang telah berumur 9 bulan.

Temu mangga juga mengandung senyawa antiok sidan alamiah, yaitu

kurkumin, Minyak atsiri, tanin, amilum, gula dan damar. Perbedaan kadar

senyawa fitokimia pada daun dan buah sangat dipengaruhi oleh tingkat

ketuaan daun atau kematangan, kondisi tanah, pemberian pupuk serta stres

lingkungan baik secara fisik, biologi maupun kimiawi. Kandungan dan kadar

senyawa fitokimia yang berbeda akan mempengaruhi aktivitas antioksidannya

(34)

Kegunaan temu mangga (Curcuma mangga Val) secara umum

merupakan tanaman rempah atau obat tradisional. Kegunaan temu mangga

ini dapat digunakan untuk pemakaian obat luar atau obat dalam. Contohnya

untuk pemakaian obat luar yaitu dengann cara parut temu mangga lalu

campur dengan minyak kelapa kemudian dioleskan kebagian yang sakit. Cara

ini dapat digunakan untuk lika lebam, bengkak, dan juga bisul. Sedangkan

untuk pemakaian obat dalam yaitu dengan carat emu mangga diiris-iris,

kemudian direbus, tambahkan gula areh atau gula putih untuk menghilangkan

rasa pahit dan setelah itu air disaring, kemudian bisa diminum saat masih

hangat atau sudah dingin.

Selain untuk pengobatan tradisional temu mangga juga dapat dijadikan

produk olahan seperti dikonsumsi atau dimakan sebagai lalapan (rimpang

segar), asinan, permen atau manisan, sirup, selai, dan botokan. (Hernani

dkk, 2001).

Kandungan dalam temu mangga yang bermanfaat bagi kesehatan

tubuh antara lain:

a) RIP (Ribozome inacting protein) yaitu kandungan zat yang sangat

bermanfaat untuk membantu dalam mencegah, menghambat,

pertumbuhan sel kanker yang ada didalam tubuh. Dikembangkan oleh

riset (American Institute Canser Reports).

b) Flavonoid dalam temu mangga relatif tinggi sehingga efektif sebagai

antioksidan. Bekerja sama dengan Saponin dalam temu mangga

membantu dalam proses meningkatkan daya tahan tubuh, sehingga

baik untuk membantu penyembuhan luka, infeksi, peradangan, serta

(35)

c) Zat curcumin atau anti inflamasi yaitu zat yang merupakan suatu

kandungan yang bisa membantu meningkatkan selera makan, serta

dapat meningkatkan mendorong organ hati untuk memproses lebih

banyak lemak sehingga dapat menekan pembentukan cadangan lemak

dalam tubuh.

d) Tanin meruapakan senyawa yang membantu proses penyembuhan

peradangan. Untuk mengatasi radang pada lambung, bronkitis,

keputihan, lebam, dan gatal-gatal.

e) Minyak atsiri bermanfaat sebagai anti radang, alergi, infeksi dan

peradangan. Minyak atsiri juga memberi efek hangat yang baik untuk

meredakan masuk angina, kembung, mual, dan sebagai anti diare.

Komponen utama minyak atsiri temu mangga adalah golongan

monoterpen hidrokarbon, dengan komponen utamanya mirsen (78,6%),

-

-

-pinen (2,9%) dan senyawa yang

-3-karen dan (Z)- -osimen.

Kandungan Curcuminoid dalam temu mangga sebesar 0.18-0.47%.

f) Zat volatile yaitu kandungan zat yang mudah sekali men guap dan dapat

menimbulkan aroma yang khas yang terdapat dalam temu mangga

(James, 2009).

Dampak negatif dalam mengkonsumsi jenis rempah-rempahan (temu

mangga) diantaranya adalah:

a) Salah satu dampak negative dari temu mangga adalah dapat

(36)

b) Temu mangga tidak baik dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyususi,

karena dapat mengganggu perkembangan janin, bahkan dapat

mengakibatkan keguguran.

c) Jika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan, temu mangga dapat

menurunkan kadar gula dalam darah secara drastic. Hal ini bisa

menyebabkan gangguan hypoglycemia, yaitu suatu kondisi dimana

tubuh kekurangan kadar gula darah.

d) Bagi seseorang yang memiliki jenis kulit sensitif, penggunaan temu

mangga pada kulit dapat mengakibatkan iritasi.

e) Mengkonsumsi temu mangga secara terus menerus dapat mengganggu

keefektifan berbagai macam obat-obatan. Sehingga doperlukan

pengawasan medis saat penggunaannya.

Dalam memproduksi benih sumber, paling sedikit ada dua faktor yang

perlu diperhatikan yaitu, varietas unggul dan teknik budidaya yang optimal.

Varietas unggul temu mangga sampai saat ini belum tersedia. Dengan

demikian untuk penyambungan dapat digunakan bahan yang telah diseleksi

dan dievaluasi dan diketahui sifat-sifatnya (Gusmaini dkk, 2004).

Temu m angga dapat diperbanyak secara vegetative yaitu melalui

pemecahan induk maupun anak (cabang) rimpang. Untuk lahan seluas satu

hektar diperlukan benih asal rim pang induk sebanyak 1500 - 2000 kg,

sedangkan benih asal rimpang cabang sebanyak 750 - 1000 kg. (Gusmaini

dkk, 2004).

Beberapa hasil analisis minyak atsiri temu mangga (Gusmaini dkk,

(37)

Tabel 1. Hasil Analisis Minyak Atsiri Temu Mangga Dari Berbagai Umur Panen.

Jenis analisis Umur tanaman Rata-rata

9 Bulan 10 Bulan 11 Bulan

Minyak atsiri ml/kg rimpang

kering 4,72 3,51 6,24 4,82

Osimen (%) 63,7 72,7 75,01 70,47 %

Mirsen(%) 13,3 11,9 10,6 11,9 %

p-simen (%) 2,48 3,16 3,36 3 %

Bilangan asam (%) 1,79 21,7 16,3 13,2 %

Putaran optik pada 27,5°C +1,35 +1,20 +1,10 +1,21

Indeks bias pada 27,5°C 1,438 1,482 1,481 1,467

Bobot jenis pada 25/25°C 0,8107 0,8165 0,8055 0,8109

Kelarutan dalam alkohol 70% dan 95%

Semua dapat larut dalam

(38)

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama periode waktu kurang lebih 3 bulan

dimulai 21 Desember 2015 29 Februari 2016, yang terdiri dari persiapan

sampel, proses penyulingan, pengujian kualitas dan pengolahan data serta

penulisan laporan akhir. Adapun rincian pelaksanaan penelitian dapat dilihat

pada bagan alur berikut ini:

Tabel 2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian

No Keterangan Minggu ke...Bulan Desember 2015 s/d Februari 2016 Minggu Agustus 2016 I II III IV I II 1 Persiapan Sampel 2 Proses Pengeringan 3 Proses Penyulingan 4 Proses Pemisahan

Minyak dan Air

5 Uji Kualitas

6 Analisis Data

7 Pengolahan Data

8 Laporan Akhir

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Sifat Kayu dan Analisis Produk

Jurusan Teknologi Pertanian Program Studi Teknologi Hasil Hutan Politeknik

Pertanian Negeri Samarinda.

B. Alat dan Bahan Penelitian

1. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah:

Karung, Koran , Pisau, Pengukur suhu (Termometer), Kertas plastik

besar, Kunci pas, Tang, Desikator, Separator, Kondensor, Timbangan

manual, Timbangan elektrik, Refraktometer, Mikropipet , Beaker glass, Botol

reaksi , Labu filtrasi , Pipet , Erlenmenyer, Kompor hook, Ember, Tissue,

(39)

2. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah:

Temu mangga (segar), Air, Magnesium Sulfat (MgSO

4

), Alkohol 95 %,

dan Aquades.

C. Prosedur Penelitian

1. Mempersiapkan Bahan Baku

Bahan baku temu mangga yang digunakan dalam penelitian ini dalam

kondisi segar dengan ciri, warna rimpang kulit rimpang cerah, tidak

mengerisut, masih dalam keadaan segar. Setelah diris bagian dalam terdapat

warna kuning, bahan baku 40 kg temu mangga (segar) dimasukkan kedalam

plastik besar supaya lebih mudah dalam proses pengangkutannya.

Selanjutnya Tanaman temu mangga (segar) dimasukkan kedalam plastk

besar supaya lebih mudah dalam proses pengangkutannya. Selanjutnya siap

untuk dikeringkan.

2. Proses Pengeringan Bahan Baku

Pada penelitian ini, bahan baku diperlakukan dengan 2 macam cara

yaitu:

a. Penjemuran di Bawah Sinar Matahari

Bahan baku segar 20 kg setelah diiris dibagi menjadi 2 untuk 2 kali

ulangan, satu bagian 10 kg, dikeringkan dengan cara dijemur dibawah

sinar matahari langsung selama 3 hari. Setelah bahan baku menajadi

kering kemudian ditimbang. Berat awal 10 kg temu mangga (segar) setelah

penjemuran dibawah sinar matahari menurun menjadi 1,6 kg untuk ulanga

pertama. Sedangkan untuk ulangan kedua berat awal 10 kg temu mangga

(segar) menurun menjadi 1,8 kg. selanjutnya persiapan untuk proses

(40)

Gambar 5. Proses Penjemuran Di Bawah Sinar Matahari

b. Penjemuran Kering Udara

Bahan baku segar 20 kg setelah diiris dibagi menjadi 2 untuk 2 kali

ulangan, satu bagian 10 kg, dikeringkan dengan cara dikering udara

selam 5 hari, pengeringan dilakukan dengan cara dihamparkan dan

diangin-anginkan dalam ruangan sampai bahan baku menjadi kering.

Setelah itu bahan baku ditimbang. Berat awal 10 kg temu mangga (segar)

setelah dikering udarakan menurun menjadi 1,9 kg untuk ulanga pertama.

Sedangkan untuk ulangan kedua berat awal 10 kg temu mangga (segar)

menurun menjadi 2,0 kg. selanjutnya persiapan untuk proses

penyulingan.

(41)

3. Perhitungan MF (Moisture Factor) Minyak Atsiri

MF =

Keterangan :

a) MF = ( Moisture Factor )

b) BKT = Berat Kering Tanur

c) BB = Berat Basah

Sebelum dilakukan proses penyulingan terlebih dahulu mencari nilai

MF (Moisture Factor ) dari bahan baku yang akan disuling.

4. Proses Penyulingan

Proses penyulingan menggunakan metode penyulingan uap dan air

(Water and Steam Destillation). Adapun langkah-langkah proses penyulingan

adalah sebagai berikut :

a. Menyiapkan peralatan penyulingan yang terdiri dari ketel suling, kondensor,

dan tempat penampungan sementara yaitu erlenmeyer.

b. Menyiapkan kompor hook sebagai sumber energi panas.

c. Menyiapkan ketel yang telah berisi air sampai permukaannya tidak jauh

dari bagian bawah saringan di mana bahan ditempatkan.

d. Memasukkan bahan baku sebanyak 1,6 kg untuk penyulingan pertama dan

untuk penyulingan kedua sebanyak 1,8 kg. Dimasukkan ke dalam ketel

suling yang telah dipasangi saringan, agar bahan baku terpisah dari air

yang mendidih.

e. Memasang tutup ketel pada alat penyulingan dan dikaitkan dengan baut.

Pemasangan baut ketel dilakukan dengan hati-hati agar tidak terdapat

(42)

f. Saat air direbus dan mendidih, uap yang terbentuk akan lewat melalui

saringan lubang-lubang kecil dan melewati celah-celah bahan. Minyak atsiri

dalam bahan pun akan ikut bersama uap panas tersebut menuju

kondensor (pendingin) sehingga terjadi pengembunan (uap air dan minyak

akan mengembun).

g. Selama 1 jam, keluar embun pada kondensor yang diikuti denga n tetesan

air yang tercampur minyak, pada ujung kondensor diletakkan erlenmeyer

untuk menampung air beserta minyak yang keluar. Pada mulut erlenmeyer

diberi aluminium foil supaya tidak ada celah untuk menguapnya minyak

atsiri.

h. Penyulingan dilaksanakan selama 8 jam. Lamanya penyulingan dimulai

ketika minyak keluar pertama kali sampai minyak tidak keluar lagi.

i. Penyulingan dengan suhu 80°C sampai dengan 100°C selama proses

penyulingan berlangsung.

Proses penyulingan untuk masing-masing perlakuan yaitu pengeringan

udara dan pengeringan di bawah sinar matahari dilakukan sebanyak dua kali

ulangan.

(43)

5. Proses Pemisahan Air dan Minyak Atsiri

Proses pemisahan air dan minyak atsiri menggunakan alat separator.

Pemisahan minyak dan air hanya dapat dilakukan ketika hasil penyulingan

dalam kondisi yang sudah dingin. Separator merupakan alat yang berfungsi

sebagai pemisah minyak dan air. Proses ini dapat dilihat pada Gambar

berikut :

6. Perhitungan Berat Minyak Atsiri

Berat minyak dapat ditentukan ketika telah dipisahkan dari air yaitu

dengan cara:

a. Menimbang berat botol kosong yang digunakan untuk menampung minyak

atsiri.

b. Menimbang berat botol yang sudah terisi dengan minyak atsiri

Gambar 8. Proses Pemisahan Air dan Minyak

(44)

7. Proses Pemurnian Minyak

Minyak atsiri yang diperoleh dibebaskan dari sisa air. Proses

pemurnian minyak menggunakan bahan kimia Mg SO

4

(magnesium sulfat).

MgSO

4

(magnesium sulfat) berfungsi sebagai pengikat air dan kotoran yang

masih tercampur pada minyak.

Cara memurnikan minyak yaitu minyak yang telah dipisahkan dari air

kemudian dimasukkan ke tabung reaksi kemudian diberi bahan kimia MgSO

4

(magnesium sulfat) secukupnya sampai minyak tersebut terlihat murni (tidak

ada air).

Gambar 10. Proses Pemurnian dengan MgSO

4

Gambar 9. Proses Penimbangan Minyak Atsiri

(45)

D. Perhitungan dan Pengolahan Data

1. Perhitungan Data

a. Menghitung data berat minyak atsiri dengan rumus:

BMA = BB

m

BB

0

Keterangan:

1) BMA = Berat Minyak Atsiri

2) BB

m

= Berat Botol dan Minyak

3) BB

0

= Berat Botol Kosong

b. Menghitung Rendemen Minyak Atsiri

Menurut

Harris

(1987)

rendemen dihitung berdasarkan

perbandingan antar output dan input dalam persen (%). Pengertian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

1) Output = berat minyak atsiri yang dihasilkan

2) Input = berat bahan baku sebelum dilakukan penyulingan.

2. Pengolahan Data

Dari hasil perhitungan rendemen dapat diketahui hasil rata-rata

rendemen. Menentukan rata-rata rendemen minyak atsiri dengan perhitungan

(46)

Keterangan :

a. = Jumlah rendemen rata-rata

b.

= Jumlah rendemen total

c. n = Jumlah proses penyulingan

E. Pengujian Kualitas

1. Uji Bau

a. Sampel minyak atsiri yang berada di dalam tabung reaksi dibuka

b. Dekatkan mulut tabung reaksi ke hidung kemudian dicium sampai tercium

bau khas minyak temu mangga (Buchbauer, 1991).

2. Uji Warna

a. Sampel minyak atsiri yang ada dimasukkan ke dalam tabung reaksi

b. Kemudian sampel minyak atsiri diuji diamati warnanya (Keteren, 1985).

3. Kelarutan Dalam Alkohol

a. Memasukkan minyak atsiri 1 ml ke dalam pipet kemudian tuangkan ke

dalam tabung reaksi

b. Tambahkan alkohol 1 ml demi 1 ml ke dalam tabung reaksi yang berisi

minyak atsiri

c. Pada setiap penambahan alkohol kemudian dikocok dan diamati

kejernihannya (Wendrawan, 2010).

4. Berat Jenis

Untuk mendapatkan nilai berat jenis dimodifikasikan menggunakan alat

lain seperti alat mikropipet.

Menentukan perhitungan minyak atsiri menggunakan rumus :

Gambar

Gambar 1. Rimpang Temu Mangga
Gambar 3. Bunga Temu Mangga Gambar 2. Batang Temu Mangga
Gambar 4. Akar dan Rimpang Temu Manga
Tabel 1. Hasil Analisis Minyak Atsiri Temu Mangga Dari Berbagai Umur Panen.
+7

Referensi

Dokumen terkait

senantiasa tidak bosan memberikan arahan yang benar kepada saya.. Adik - Adik Kandung saya yakni Diwita Augustine dan

ISSN. Behavioral Art Program adalah suatu intervensi yang bertujuan meningkatkan Interaksi sosial anak dengan ASD yang terdiri dari 6 strategi pengajaran, yakni: 1) memberikan

" Selection " atau seleksi didefinisikan sebagai suatu proses pengambilan keputusan dimana individu dipilih untuk mengisi suatu jabatan yang didasarkan pada penilaian

Kaikkosen ja Laeksen mukaan inkluusiota on myös helpompi toteuttaa musiikissa kuin monessa muussa ope- tettavassa aineessa siitä syystä, että musiikin oppiaineessa tehtävät

Sebelum kerangka teori dan kerangka konsep dibangunkan, adalah menjadi tanggungjawab penyelidik untuk membuat bacaan secara komprehensif dan membuat sorotan

Formulir Penjualan Kembali Unit Penyertaan yang memenuhi syarat dan ketentuan yang tercantum dalam Kontrak ini, Prospektus dan formulir Penjualan Kembali Unit Penyertaan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebaran jumlah jenis ikan hebivore bervariasi berdasarkan pulau dengan kisaran rata-rata 0,33 – 10 jenis dan kepadatan ikan herbivora berkisar

Menurut Sutabri (2012:38) sistem informasi adalah ”suatu sistem didalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan tramsaksi harian yang mendukung fungsi