Oleh:
DELLA KARNEGI
NIM. 130 500 041
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
S A M A R I N D A
2016
Oleh:
DELLA KARNEGI
NIM. 130 500 041
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan
Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL HUTAN
JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA
SAMARINDA
2016
Judul Karya Ilmiah : RENDEMEN DAN KUALITAS MINYAK ATSIRI
TANAMAN TEMU MANGGA (Curcuma mangga
Val) DENGAN METODE UAP DAN AIR (Water
and Steam Destillation)
Nama
: Della Karnegi
NIM
: 130 500 041
Program Studi
: Teknologi Hasil Hutan
Jurusan
: Teknologi Pertanian
Lulus Ujian Pada Tanggal:
Lulus Ujian Pada T
.
Menyetujui,
Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan,
Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Eva Nurmarini S. Hut, MP
NIP.19750808 1999032002
Pembimbing,
Penguji I,
Penguji II,
Firna Novari S. Hut, MP Heriad Daud Salusu S. Hut, MP Ir. Sumiati
NIP.197107171997022001 NIP.197008301997031001 NIP.95906121989032004
Mengesahkan,
Ketua Jurusan Teknologi Pertanian,
Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda
Hamka S. TP, M.Sc
DELLA KARNEGI. Rendemen dan Kualitas Minyak Atsiri Tanaman Temu
Mangga (Curcuma mangga Val) Dengan Metode Penyulingan Uap dan Air
(Water and Steam Destillation) dibawah bimbingan Firna Novari .
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya pemanfaatan kekayaan
alam hasil hutan non kayu di Indonesia khususnya temu mangga, yang dapat
meningkatkan nilai tambah dan nilai ekonomis. Selain dapat digunakan untuk
bahan rempah-rempahan, temu mangga juga dapat dimanfaatkan sebagai obat
tradisional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui rendemen dan
kualitas minyak atsiri dari sifat fisikanya dengan metode penyulingan uap dan
air (Water and Steam Destillation).
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang
kualitas minyak atsiri dari tanaman temu mangga dengan menggunakan
metode uap dan air (Water and Steam Destillation), sehingga dapat menjadi
pertimbangan pemanfaatan temu mangga (Curcuma mangga Val) sebagai
bahan baku minyak atsiri di masa yang akan datang.
Pada penelitian ini menggunakan perbedaan perlakuan bahan baku
temu mangga yaitu perlakuan penjemuran di bawah sinar matahari dengan
penjemuran selama 3 hari dan perlakuan kering udara dengan penjemuran
selama 5 hari yang bisa mempengaruhi rendemen maupun kualitas minyak
atsiri yang dihasilkan. Nilai rata -rata rendemen perlakuan di bawah sinar
matahari selama 3 hari lebih besar yaitu 1,8980 % dibandingkan nilai rata-rata
rendemen perlakuan kering udara selama 5 hari yaitu 1,6172 %, hasil
pengujian kualitas untuk perlakuan di bawah sinar matahari yaitu warna bening
kekuningan (tua), bau khas temu mangga (menyengat), kelarutan dalam
alkohol 1:5 (jernih), nilai rata-rata berat jenis 0,8023 dan nilai rata-rata indeks
bias 1,472. Sedangkan hasil pengujian kualitas dengan perlakuan kering udara
yaitu warna bening kekuningan (muda), bau khas temu mangga (sedang),
kelarutan dalam alkohol 1:3 (jernih), nilai rata-rata berat jenis 0,8163 dan nilai
rata-rata indeks bias 1,473.
Kata kunci: Minyak atsiri, temu mangga, penyulingan uap dan air (Water and
Della Karnegi lahir pada tanggal 28 Juli 1995 di Asa
Kecamatan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat.
Merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari
pasangan Bapak Bernabas Seleki dan Ibu Remita. Tahun
2002 memulai pendidikan Sekolah Dasar Negeri 005
Asa, Kecamatan Barong Tongkok, Kabupaten Kutai Barat
dan lulus pada tahun 2007. Kemudian melanjutkan
pendidikan di SMP Negeri 1 Sendawar, dan lulus pada tahun 2010. Sete lah itu
melanjutkan pendidikan di SMK Surya Mandala Barong Tongkok, dan lulus pada
tahun 2013.
Kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda, Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Jurusan Teknologi Pertanian
pada tahun 2013. Pada tahun pertama mengikuti kegiatan perkuliahan sampai
tahun ketiga, pernah mengikuti paduan suara serta mengikuti kegiatan
kemahasiswaan yang lainnya.
Pada tanggal 3 Maret 30 April 2016 mengikuti program PKL (Praktik
Kerja Lapangan) di Perum Perhutani Unit 1 Jawa Tengah, Meranggen Demak.
Selama melaksanakan kuliah pernah mendapat beasiswa yaitu beasiswa
peningkatan prestasi akademik (PPA) pada tahun 2014, kaltim cermelang pada
tahun 2015, dan beasiswa kabupaten stimulan biaya belajar (SBB) pada tahun
2015.
Sebagai syarat memperoleh predikat Ahli Madya Kehutanan, Penulis
melakukan penelitian dengan judul Rendemen dan Kualitas Minyak Atsiri
Tanaman Temu Mangga (Curcuma mangga Val) Dengan Metode Penyulingan
Uap dan Air (Water and Steam Destillation).
Dengan memanjatkan Puji dan Syukur Kepada Tuhan Yang Maha Esa,
yang
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian ini dan tersusunnya karya ilmiah ini. Karya ilmiah
disusun berdasarkan kegiatan dan hasil yang dilakukan di Laboratorium SKAP
(Sifat Kayu dan Analisis Produk) selama penelitian berlangsung dan merupakan
syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
dan mendapat sebutan Ahli Madya.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. Ayahanda Bernabas Seleki dan Ibunda Remita tercinta yang telah
mengasuh dan memberikan bantuan yang sangat berharga berupa materi
serta dukungan kepada penulis, sehingga penulis mampu menyelesaikan
karya ilmiah ini dengan baik dan tepat waktu.
2. Dosen Pembimbing, yaitu
Ibu
Firna Novari S. Hut, MP.
3. Ibu Feriani Paurru, SP selaku PLP Pendamping.
4. Kepala Laboratorium Sifat Kayu dan Analisis Produk Ir. Wartomo, MP.
5. Bapak Heriad Daud S. Hut, MP dan Ibu Ir. Sumiati selaku Dosen Penguji.
6. Ketua Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Ibu Eva Nurmarini S. Hut, MP
7. Ketua Jurusan Teknologi Pertanian, yaitu Bapak Hamka S.TP,M.Sc.
8. Bapak Ir. H. Hasanudin, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda.
9.
Untuk Martius Tang, terima kasih telah memberikan semangat dan
dukungannya kepada penulis.
10.
Rekan rekan mahasiswa Teknologi Hasil Hutan angkatan 2013 yang turut
serta membantu dalam pelaksanaan penelitian sehingga dapat selesai tepat
waktu.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan karya ilmiah ini masih banyak
kekurangan . Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun untuk menyempurnakan penulisan karya ilmiah ini . Penulis
juga mengucapkan mohon maaf sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan
dan kekurangan dalam penulisan karya ilmiah ini. Namun demikian penulis
berharap karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membacanya
serta memerlukannya.
Samarinda,
DELLA KARNEGI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ...
i
ABSTRAK ...
ii
RIWAYAT HIDUP ...
iii
KATA PENGANTAR ...
iv
DAFTAR ISI ...
vi
DAFTAR TABEL ...
vii
DAFTAR GAMBAR ...
viii
I. PENDAHULUAN ...
1
II. TINJAUAN PUSTAKA ...
4
A. Pengertian Minyak Atsiri ...
4
B. Metode Pengolahan Minyak Atsiri ...
6
C. Kegunaan Minyak Atsiri ...
11
D. Faktor yang Mempengaruhi Mutu Minyak Atsiri ...
12
E. Faktor yang Mempengaruhi Rendemen Minyak Atsiri ...
15
F. Kualitas Minyak Atsiri ...
16
G. Risalah Tanaman Temu Mangga (Curcuma mangga Val) ...
19
III. METODE PENELITIAN ...
28
A. Waktu dan Tempat Penelitian ...
28
B. Alat dan Bahan Penelitian ...
29
C. Prosedur Penelitian ...
29
D. Perhitungan dan Pengolahan Data ...
35
E. Pengujian Kualitas ...
36
F. Analisis Data ...
38
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ...
40
A. Hasil Penelitian ...
40
B. Pembahasan ...
41
V. KESIMPULAN DAN SARAN ...
49
A. Kesimpulan ...
49
B. Saran ...
49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Nomor Tubuh Utama
Halaman
1.
Hasil Analisis Minyak Atsiri Temu Mangga (Curcuma mangga Val)
dari Berbagai Umur Panen ... 27
2.
Tahapan Pelaksanaan Penelitian ... 28
3.
Nilai Rata-rata Rendemen Minyak Atsiri Temu Mangga
(Curcuma mangga Val) ...
40
4.
Nilai Pengujian Kualitas Minyak Atsiri Temu Mangga (Curcuma
mangga Val) dengan Penjemuran Di Bawah Sinar Matahari ...
40
5.
Nilai Pengujian Kualitas Minyak Atsiri Temu Mangga (Curcuma
mangga Val) dengan Perlakuan Penjemuran Kering Udara...
41
Lampiran
6.
Data Perhitungan Nilai Moisture Factor Temu Mangga (Curcuma
mangga Val) dengan Perlakuan Penjemuran Di Bawah Sinar
Matahari dan Perlakuan Penjemuran Kering Udara ...
54
7.
Data Perhitungan Nilai Rendemen Minyak Atsiri dari Temu Mangga
(Curcuma mangga Val) dengan Perlakuan Penjemuran Di bawah
Sinar Matahari dan Penjemuran Kering Udara ...
54
8.
Data Perhitungan Berat Jenis Minyak Atsiri dari Temu Mangga
(Curcuma mangga Val) dengan Perlakuan Penjemuran Di Bawah
Sinar Matahari dan Penjemuran Kering Udara ...
54
9.
Data Perhitungan Indeks Bias Minyak Atsiri dari Temu Mangga
(Curcuma mangga Val) dengan Perlakuan Penjemuran Di Bawah
Sinar Matahari dan Penjemuran Kering Udara ...
55
10.
Data Perhitungan Kelarutan dalam Alkohol Minyak Atsiri Temu
Mangga (Curcuma mangga Val) dengan Perlakuan Penjemuran
Di Bawah Sinar Matahari dan Perlakuan Penjemuran Kering
Udara ...
55
11.
Data Pengujian Warna dan Bau Minyak Atsiri dari Temu Mangga
(Curcuma mangga Val) dengan Perlakuan Penjemuran Di Bawah
Sinar Matahari dan Perlakuan Penjemuran Kering Udara ...
55
Nomor Tubuh Utama
Halaman
1.
Rimpang Temu Mangga ...
21
2.
Batang Temu Mangga ...
21
3.
Bunga Temu Mangga ...
22
4.
Akar dan Rimpang Temu Mangga ...
23
5.
Proses Penjemuran Di Bawah Sinar Matahari ...
30
6.
Proses Penjemuran Kering Udara ...
31
7.
Proses Penyulingan Minyak Atsiri Temu Mangga ...
33
8.
Proses Pemisahan Air dan Minyak Hasil Penyulingan ...
33
9.
Proses Penimbangan Minyak Atsiri ...
34
10.
Proses Pemurnian dengan MgSO
4...
35
11.
Minyak Temu Mangga Penjemuran Di Bawah Sinar Matahari
(a), dan Minyak Temu Mangga Penjemuran Kering
Udara (b) ...
44
Lampiran
12.
Bagan Alur Proses Penelitian ...
56
13.
Tanaman Temu Mangga ...
57
14.
Bahan Baku Temu Mangga ...
58
15.
Bahan Baku Yang Sudah Diiris ...
58
16.
Proses Penimbangan Bahan Baku ...
59
17.
Hasil Penj emuran Kering Udara ...
59
18.
Hasil Penjemuran Di Bawah Sinar Matahari ...
60
19.
Proses Pemasukan Bahan Baku Ke Dalam Ketel ...
60
22.
Minyak Temu Mangga Penjemuran Di Bawah Sinar
Matahari (a), dan Minyak Temu Mangga Penjemuran Kering
Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat besar dan beragam untuk
dapat menambah devisa negara yang dengan sendirinya akan meningkatkan
taraf kehidupan masyarakat. Pemanfaatan kekayaan alam Indonesia salah
satunya adalah untuk meningkatkan pemanfaatan hasil hutan non kayu.
Banyaknya
kekayaan hayati Indonesia menjadikan semakin
berkembangnya ide-ide untuk meningkatkan nilai jual produk tanaman, salah
satu diantaranya adalah tanaman penghasil minyak atsiri (Essential oil). Minyak
atsiri merupakan salah satu komoditas ekspor non-kayu yang memiliki peluang
pasar dan sangat dibutuhkan keberadaannya oleh berbagai bidang industri,
maka dari itu produksi minyak atsiri mengalami perkembangan yang cukup
pesat. Hal tersebut disebabkan karena kegunaan minyak atsiri yang sangat luas
dan spesifik.
Indonesia memiliki potensi sebagai salah satu negara pengekspor minyak
atsiri, seperti minyak nilam, sereh wangi, cendana, pala, kenanga dan daun
cengkeh. Sebelum Perang Dunia II Indonesia pernah menjadi negara produsen
penghasil minyak atsiri nomor satu diantara negara-negara berkembang. Hampir
semua tanaman penghasil minyak atsiri yang saat ini tumbuh di wilayah
Indonesia sudah dikenal oleh sebagian masyarakat. Bahkan beberapa jenis
tanaman minyak atsiri menjadi bahan yang sangat penting dalam kehidupan
sehari-hari (Lutony dkk, 2000).
Setiap tahun konsumsi minyak atsiri atau minyak terbang dunia beserta
turunannya naik sekitar 8 10 %. Itu tak hanya terjadi di Indonesia, salah satu
seperti India, Thailand, dan Haiti. Pemicu kenaikan itu antara lain meningkatnya
kebutuhan minyak atsiri untuk industri parfum, kosmetik, dan kesehatan. Selain
itu kecenderungan konsumen untuk berpindah dari pola mengkonsumsi
bahan-bahan mengandung senyawa sintetik ke bahan-bahan alami turut mendongkrak
permintaan minyak atsiri. Apalagi produk-produk olahan minyak atsiri belum
dapat digantikan oleh bahan sintetis (Trubus Info Kit, 2009).
Secara fisik, tanaman yang menghasilkan minyak atsiri mempunyai ciri
-ciri yaitu mengeluarkan bau tertentu. Pada umumnya minyak atsiri yang
terkandung dalam tanaman tersebut dapat diambil dari daun, ranting, rimpang,
bunga, buah dan kulit batang. Minyak atsiri banyak digunakan sebagai bahan
wewangian, penyedap makanan, bahan baku kosmetik dan obat-obatan. Dengan
mengenal tanaman yang mengandung minyak atsiri akan mempermudah
mengidentifikasikan penggunaan minyak atsiri tersebut, karena minyak yang
dihasilkan dari tanaman yang berbeda akan menghasilkan kualitas dan jenis
yang berbeda pula. Kualitas minyak atsiri atau faktor-faktor yang menentukan
mutu minyak atsiri adalah sifat-sifat fisik dan kimia minyak atsiri.
Indonesia memiliki cukup banyak jenis tanaman yang memiliki kandungan
minyak atsiri salah satunya adalah tanaman temu mangga (Curcuma
mangga Val). Tanaman ini walau cukup dikenal oleh masyarakat tetapi belum
banyak orang tahu tentang temu mangga yang memiliki kandungan minyak atsiri.
Potensi temu mangga hanya dapat ditemukan didaerah tropis dengan
dua musin yaitu (hujan dan panas) tersebar dari Indonesia, China, Taiwan,
Thailand, dan Australia Utara.
Temu mangga (Curcuma mangga Val) merupakan famili dari
berbintik seperti jahe) memiliki bau khas seperti bau mangga. Beberapa manfaat
temu mangga sebagai obat tradisional diantaranya adalah obat maag,
penghilang nyeri pada saat haid (datang bulan), keputihan, mengobati jerawat,
bisul, memar, keseleo dan diare.
Dalam penelitian ini metode peyulingan yang digunakan adalah metode
penyulingan uap dan air (Water and Steam Destillation). Pada metode ini, ketel
penyulingan diisi air sampai batas saringan, bahan baku diletakkan diatas
saringan, sehingga tidak dapat berhubungan langsung dengan air yang
mendidih, tetapi akan berhubungan dengan uap air (Rusli, 2010).
Adapun tujuan dari diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
rendemen dan kualitas minyak atsiri dari sifat fisikanya.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
memberikan informasi tentang kualitas minyak atsiri dari tanaman temu mangga
(Curcuma mangga Val) dengan menggunakan metode penyulingan uap dan air
(Water and Steam Destillation), sehingga dapat menjadi pertimbangan
pemanfaatan temu mangga sebagai bahan baku minyak atsiri di masa yang akan
A. Pengertian Minyak Atsiri
Menurut Ketaren (1985) minyak yang terdapat dalam alam dibagi menjadi
beberapa golongan yaitu minyak mineral (mineral oil), minyak nabati dan hewani
yang dapat dimakan (Edible fat) dan minyak atsiri (essential oil).
Minyak atsiri adalah zat yang berbau wangi yang merupakan salah satu
hasil proses metabolisme dalam tanaman. Minyak atsiri mudah menguap pada
suhu kamar tanpa mengelami dekomposisi, mempunyai rasa getir, berbau wangi
sesuai dengan bau tanaman penghasilnya, umumnya larut dalam pelarut organik
dan tidak larut dalam air (Ketaren, 1985)
Menurut Gunawan dkk (2004) minyak atsiri adalah zat berbau yang
terkandung dalam tanaman. Minyak ini disebut juga minyak menguap, minyak
eteris, minyak essential karena pada suhu kamar mudah menguap. Istilah
esensial dipakai karena minyak atsiri mewakili bau dari tanaman asalnya. Dalam
keadaan segar dan murni, minyak atsiri umumnya tidak berwarna. Namun, pada
penyimpanan lama minyak atsiri dapat teroksidasi. Untuk mencegahnya, minyak
atsiri harus disimpan dalam bejana gelas yang berwarna gelap, diisi penuh,
ditutup rapat, serta disimpan di tempat yang kering dan sejuk.
Menurut Doyle dkk (1980) minyak atsiri adalah minyak yang mudah
menguap pada temperatur kamar tanpa mengalami dekomposisi, tetapi minyak
atsiri dapat rusak karena penyimpanan jika minyak atsiri dibiarkan lama. Minyak
atsiri akan mengabsorpsi oksigen dari udara sehingga akan berubah warna,
aroma, dan kekentalan sehingga sifat kimia minyak atsiri tersebut akan berubah.
Minyak atsiri tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik, dan berbau harum
Minyak atsiri atau dikenal juga sebagai minyak eteris, minyak esensial,
minyak terbang adalah kelompok besar minyak nabati yang berwujud cairan
kental pada suhu ruang namun mudah menguap sehingga memberikan aroma
yang khas. Minyak atsiri merupakan bahan dasar dari wangi-wangian atau
minyak gosok (untuk pengobatan) alami. Di dalam perdagangan, hasil destilasi
minyak atsiri dikenal sebagai bibit minyak wangi
Minyak atsiri akan menguap dari jaringan bersama uap air yang terbentuk
atau bersama uap air yang dilewatkan pada bahan. Campuran uap air dan
minyak atsiri dikondensasikan pada suatu saluran yang suhunya relatif rendah.
Hasil kondensasi berupa campuran air dan minyak atsiri yang sangat mudah
dipisahkan karena kedua bahan tidak dapat saling melarutkan
(Sastrohamidjojo, 2004).
Minyak atsiri disebut juga minyak eteris adalah minyak yang bersifat
mudah menguap, yang terdiri dari campuran yang mudah menguap, dengan
komposisi dan titik didih berbeda-beda. Setiap substansi yang dapat menguap
memiliki titik didih dan tekanan uap tertentu dan dalam hal ini dipengaruhi oleh
suhu. Pada umumnya tekanan uap yang rendah dimiliki oleh persenyawaan yang
memiliki titik didih tinggi (Guenther, 2006).
Minyak atsiri merupakan zat yang memberikan aroma pada tumbuhan.
Minyak atsiri memiliki komponen volatil pada beberapa tumbuhan dengan
karakteristik tertentu. Komponen aroma dari minyak atsiri cepat berinteraksi saat
dihirup, senyawa tersebut berinteraksi dengan sistem syaraf pusat, kemudian
sistem ini akan menstimulasi syaraf-syaraf pada otak di bawah kesetimbangan
(Buckle, 1999). Di Indonesia, penggunaan minyak atsiri bisa melalui berbagai
1. Melalui mulut atau dikonsumsi (oral), antara lain berupa jamu yang
mengandung minyak atsiri atau bahan penyedap makanan (bumbu).
2. Pemakaian luar (topical/external use), antara lain pemijatan lulur, obat
luka/memar, parfum/pewangi.
3. Pernapasan (inhalasi atau aromaterapi), antara lain wangi-wangian (perfum)
atau aromatika untuk keperluan aromaterapi.
4. Pestisida nabati, antara lain sebagai pengendali hama lalat buah, pengusir
(repelent) nyamuk dan anti jamur.
5. Minyak atsiri, atau dikenal juga sebagai minyak eteris (aetheric oil), minyak
esensial, minyak terbang, serta minyak aromatik, adalah kelompok besar
minyak nabati yang berwujud cairan kental pada suhu ruang namun mudah
menguap sehingga memberikan aroma yang khas.
Banyak istilah yang digunakan untuk menyebut minyak atsiri misalnya
dalam bahasa Inggris volatile oil, etherial oil, essential oil dalam bahasa
Indonesia disebut minyak terbang atau minyak kabur. Karena minyak atsiri
mudah menguap bila dibiarkan ditempat terbuka (Lutony dkk, 2000).
B. Metode Pengolahan Minyak Atsiri
Menurut Harris (1987) pengolahan atau pengambilan minyak atsiri dari
tanaman dapat diperoleh melalui 3 cara, yaitu :
1. Metode Pengempaan (Pressing)
Pengambilan minyak atsiri dengan cara pengempaan umumnya
dilakukan terhadap bahan berupa biji, buah atau kulit buah tanaman pada
proses pengempaan sel -sel yang mengandung minyak akan pecah dan
minyak akan mengalir ke permukaan bahan. Campuran minyak dan air
pengambilan minyak atsiri secara pengempaan dilakukan dengan mengempa
bahan tanaman pada sebuah alat pres.
2. Metode Ektraksi Menggunakan Pelarut (Solvent)
Ektraksi minyak atsiri secara komersial umumnya dilakukan dengan
pelarut menguap (Solvent extraction). Ektraksi merupakan proses pemisahan
suatu zat dari suatu padatan atau cairan dengan bantuan pelarut. Prinsip
ektraksi dengan pelarut menguap adalah melarutkan minyak atsiri di dalam
bahan pelarut organik (bahan kimia organik mengandung karbon) yang
mudah menguap dalam suatu wadah yang disebut ekstraktor (Guenther,
1987).
Proses ekstraksi ini digunakan khusus untuk mengektraksi minyak
bunga-bungaan dalam rangka mendapatkan mutu dan rendemen minyak
yang tinggi. Bila dipisahkan dengan metode lain, maka minyak atsiri yang
terkandung akan hilang selama proses pemisahan. Pengambilan minyak
atsiri menggunakan cara ini diyakini sangat efektif karena sifat minyak atsiri
yang larut sempurna di dalam pelarut organik (Guenther, 1987).
Pada proses pengambilan minyak
atsiri dengan ekstraksi
menggunakan pelarut, bahan -bahan minyak yang akan diambil minyaknya
ditambah dengan bahan atau zat pelarut (Solvent) yang dapat mengikat
minyak yang terdapat dalam bahan. Zat Solvent yang bercampur dengan
minyak atsiri tersebut selanjutnya akan dipisahkan untuk diambil minyak
atsirinya. pelarut yang dapat digunakan salah satunya adalah etanol metode
ini relatif mahal karena menggunakan bahan-bahan pelarut kimia etanol
3. Metode Penyulingan
Penyulingan adalah proses pemisahan komponen berupa cairan atau
padatan dari berbagai macam zat berdasrakan titik uap atau perbedaan
kecepatan menguap bahan (Rusli, 2010). Tujuan penyulingan yaitu
memisahkan jenis zat yang berbeda.
Dari ketiga metode ini, penyulingan merupakan metode yang paling
sering digunakan dalam pengolahan minyak atsiri dengan cara penyulingan
ada 3 metode yang digunakan, yaitu: (Rusli, 2010).
a. Penyulingan Dengan Air ( Water Destillation)
Prinsip kerja penyulingan dengan air adalah sebagai berikut;
Bahan yang akan disuling berhubungan langsung dengan air mendidih.
Bahan yang akan disuling kemungkinan mengambang/mengapung di
atas air atau terendam seluruhnya atau tergantung pada berat jenis dan
kuantitas bahan yang akan diproses air dapat dididihkan dengan api
secara langsung.
Sejumlah bahan tanaman ada kalanya harus diproses dengan
penyulingan air contoh (bunga mawar, bunga-bunga jeruk) sewaktu
terendam dan bergerak bebas dalam air mendidih.
Sedangkan bila bahan tersebut diproses dengan penyulingan
uap maka akan menyebabkan terjadinya pengumpulan hingga uap tidak
dapat menembusnya, penyulingan air ini tidak berubahnya bahan
tanaman direbus secara langsung.
Kualitas minyak atsiri yang dihasilkan cukup rendah, kadar minyaknya
sedikit, terkadang terjadi proses hidrolisis ester, dan produk minyaknya
b. Penyulingan Dengan Uap dan Air (Water and Steam Destillation)
Bahan tanaman yang akan diproses secara penyulingan uap air
ditempatkan dalam suatu tempat yang bagian bawah dan tengah
berlubang-lubang yang ditopang di atas dasar alat penyulingan.
Bagian bawah alat penyulingan diisi air sedikit di bawah dimana
bahan ditempatkan penyulingan minyak atsiri dengan cara ini memang
sedikit lebih maju dan produksi minyaknya pun relatif lebih baik. Prinsip
kerja dari penyulingan macam ini adalah sebagai berikut; Ketel
penyulingan diisi air sampai batas saringan. Bahan baku diletakkan di
atas saringan, sehingga tidak berhubungan langsung dengan air yang
mendidih, tetapi akan berhubungan dengan uap air. Maka cara
penyulingan semacam ini disebut penyulingan tidak langsung (indirect
destillation).
Air yang menguap akan membawa partikel-partikel minyak atsiri
dan dialirkan melalui pipa ke alat pendingin sehingga terjadi
pengembunan dan uap air yang bercampur minyak atsiri tersebut akan
mencair kembali. Selanjutnya, dialirkan ke alat pemisah untuk
memisahkan minyak atsiri dari air.
Cara ini paling sering dilakukan oleh para petani atsiri dan
alat-alatnya pun dapat dibuat sendiri oleh para petani atsiri. Produk minyak
yang dihasilkannya cukup bagus, bahkan kalau pengerjaanya dilakukan
c. Penyulingan Langsung Dengan Uap (Steam Destillation)
Cara ketiga dikenal sebagai penyulingan uap atau penyulingan
uap langsung dan perangkatnya mirip dengan kedua alat penyuling
sebelumnya hanya saja tidak ada air di bagian bawah alat.
Uap yang digunakan lazim memiliki tekanan yang lebih besar
dari pada tekenan atmosfer dan dihasilkan dari hasil penguapan air
yang berasal dari suatu pembangkit uap air. Uap air yang dihasilkan
kemudian dimasukkan ke dalam alat penyulingan. Penyulingan minyak
atsiri secara langsung dengan uap memerlukan biaya yang cukup besar.
Karena harus disiapkan dua buah ketel, dan sebagian besar
peralatan terbuat dari stainless steel (SS) dan mild steel (MS).
Walaupun memerlukan biaya yang besar, kualitas minyak atsiri yang
dihasilkan memang jauh lebih sempurna.
Prinsip kerja penyulingan seperti ini hampir sama dengan cara
menyuling dengan air dan uap (indirect distillation), namun antara ketel
uap dan ketel penyulingan harus terpisah. Ketel uap yang berisi air
dipanaskan, lalu uapnya dialirkan ke ketel penyulingan yang berisi
bahan baku.
Partikel-partikel minyak pada bahan baku terbawa bersama uap
dan dialirkan ke alat pendingin. Di dalam alat pendingin itulah terjadi
proses pengembunan, sehingga uap yang bercampur minyak akan
mengembun dan mencair kembali. Selanjutnya, dialirkan ke alat
pemisah yang akan memisahkan minyak atsiri dari air. Kualitas produk
minyak yang dihasilkan jauh lebih sempurna dibandingkan dengan
C. Kegunaan Minyak Atsiri
Minyak atsiri dalam industri digunakan untuk pembuatan kosmetik,
parfum, antiseptik,
obat-makanan dan sebagai bahan pencampur rokok kretek (Ketaren, 1985). Minyak
atsiri dapat dipisahkan dari jaringan tanaman melalui proses destilasi. Pada
proses ini jaringan tanaman dipanasi dengan air atau uap air.
Berbicara mengenai minyak atsiri, tidak bisa lepas dari bau dan aroma,
karena fungsi minyak atsiri yang paling luas dan paling umum adalah sebagai
pengharum, baik itu sebagai parfum, kosmetik, pengharum ruangan, pengharum
sabun, pasta gigi, pemberi cita rasa pada makanan maupun produk rumah
tangga lainnya. Tidak begitu banyak atau hanya berapa jenis minyak atsiri yang
populer digunakan sebagai bahan terapi terhadap suatu jenis penyakit atau lebih
populer dengan istilah aroma terapi (Ketaren, 1985).
Pada dasarnya semua minyak atsiri mengandung campuran senyawa
kimia dan biasanya campuran tersebut sangat kompleks. Beberapa tipe senyawa
organik mungkin terkandung dalam minyak atsiri, seperti hidrokarbon, alkohol,
oksida, ester, aldehida, dan eter. Sangat sedikit sekali yang mengandung satu
jenis komponen kimia yang persentasenya sangat tinggi. Yang menentukan
aroma minyak atsiri biasanya komponen yang persentasenya tinggi. Walaupun
begitu, kehilangan satu komponen yang persentase nya kecil pun dapat
memungkinkan terjadinya perubahan aroma minyak atsiri tersebut (Agusta,
2000).
Menurut Guenther (1987) minyak atsiri atau sering disebut minyak
terbang banyak digunakan dalam industri sebagai bahan pewangi atau penyedap
Beberapa macam industri yang menggunakan minyak atsiri dan senyawa
aromatik atau campuran keduanya adalah:
1. Bahan perekat
2. Industri makanan ternak
3. Industri kue dan roti
4. Industri makanan kaleng
5. Industri bumbu
Mengingat banyaknya kegunaan dan industri yang memanfaatkan minyak
atsiri, maka pengusahaan minyak atsiri merupakan suatu sektor yang dapat
menunjang perekonomian suatu negara.
D. Faktor yang Mempengaruhi Mutu Minyak Atsiri
Permasalahan yang dihadapi Indonesia di dalam pengembangan minyak
atsiri sangat komplek. Akibatnya sangat beralasan jika sebagian besar mutu
minyak atsiri yang dihasilkan menjadi rendah. Menurut Luqman dkk (1994) ada
beberapa faktor yang mengpengaruhi mutu minyak atsiri, adapun faktor-faktor
yang mempengaruhi mutu minyak atsiri, yaitu :
1. Pengadaan Bahan Baku
Pengadaan bahan baku merupakan langkah paling awal yang perlu
diperhatikan agar minyak atsiri yang diproduksi bermutu tinggi. Adapun
permasalahan yang berkaitan dengan pengadaan bahan baku antara lain
meliputi pemilihan lokasi, cara pengolahan lahan. Kebanyakan tingkat
pengetahuan produsen bahan baku minyak atsiri masih kurang, terutama
dalam hal pemilihan lokasi yang betul-betul ideal bagi pertumbuhan tanaman
minyak atsiri. Pemilihan lokasi seharusnya dengan persyaratan tumbuh yang
produsen bahan baku minyak atsiri juga sering melakukan kesalahan dalam
pengolahan lahan. Misalnya saja lahan yang seharusnya dipajak atau
dicangkul pada kedalaman 50 cm, ternyata hanya diolah sampai kedalaman
25 cm. Atau lahan yang seharusnya diberi pupuk dasar terlebih dahulu
sebelum penanaman, ternyata tidak pernah di beri pupuk dasar.
2. Penanganan Pascapanen
Penanganan pascapanen dari bahan tanaman yang akan diambil
minyak atsirinya berkaitan erat dengan mutu dan rendemen minyak atsiri yang
dihasilkan. Penanganan pascapanen masing-masing bahan tanaman
penghasil minyak atsiri tidaklah sama. Misalnya, bunga kenanga tidak baik
mendapat perlakuan penundaan penyulingan sampai lebih dari satu malam
setelah bunga di panen, hasil panen akar wangi dianjurkan tidak langsung
diproses tetapi dibiarkan dahulu dalam keadaan kering selama beberapa
waktu (lebih dari satu bulan), daun nilam sebaliknya dikering anginkan selama
2 - 3 hari.
Bahan tanaman pun harus dikemas secara hati-hati sehingga bagian
tanaman tidak patah atau rusak. Cara penyimpanan harus dilakukan secara
benar, ruang penyimpanan pun sebaiknya memenuhi persyaratan. Kesalahan
penanganan pascapanen bahan tanaman yang akan diambil minyak atsirinya
akan berakibat sangat fatal terhadap mutu minyak maupun rendemennya.
3. Proses Produksi
Seperti halnya kesalahan yang dilakukan dalam pengadaan bahan
baku dan penanganan pascapanen, kesalahan didalam proses produksi atau
pengolahan pun akan menimbulkan dampak negatif terhadap mutu dan
produksi minyak atsiri, kesalahan yang menurunkam mutu serta rendemen
terletak pada kondisi peralatan yang digunakann atau karena faktor yang
lainya. Sebagai contoh, bahan tanaman yang seharusnya diolah melalui
model penyulingan dengan uap, ternyata diproses melalui penyulingan
dengan air, lama waktu penyulingan yang semestinya berlangsung selama 24
jam ternyata hanya disuling dalam waktu 8 10 jam.
Penanganan terhadap minyak atsiri yang dihasilkan juga perlu
diperhatikan, misalnya minyak atsiri yang seharusnya dikemas dalam
kemasan yang terbuat dari kaca atau gelas ternyata hanya dimasukkan ke
dalam wadah yang terbuat dari logam berkarat, kemasan yang dipakai
seharusnya berwarna gelap malah digunakan kemasan yang berwarna terang
atau tembus.
4. Tata Niaga
Rantai tata niaga sangat berpengaruh terhadap mutu minyak asiri.
Kenyataan membuktikan, selama ini umumnya rantai tata niaga minyak asiri
sangat panjang. Padahal kondisi seperti ini menurunkan mutu minyak,
sedangkan harga menjadi rendah akibat terlalu banyak pihak yang terlibat di
dalamnya.
5. Bentuk Pengusahaan
Hampir seluruh kegiatan usaha produksi minyak atsiri di Indonesia
dalam bentuk industri skala kecil. Industri kecil ini sesungguhnya mempunyai
potensi yang sangat besar dalam proses pembangunan sebab disamping
merupakan jenis usaha bersifat padat karya (dapat diandalkan sebagai
yang terlibat di dalamnya), juga dapat berperan nyata sebagai penopang
kelancaran dan kemajuan industri skala besar.
E. Faktor yang Mempengaruhi Rendemen Minyak Atsiri
Harris (1987) menyatakan bahwa rendemen minyak atsiri adalah
perbandingan antara hasil minyak atsiri dengan bahan tanaman yang diolah.
Menurut Guenther (1987) faktor-faktor yang mempengaruhi rendemen
adalah ketelitian dan kerapian dalam membuat alat penyulingan dan dalam
pelaksanaan proses penyulingan.
Lebih lanjut menurut Harris (1987) bahwa faktor-faktor yang juga
mempengaruhi rendemen, yaitu :
1. Perlakuan Pendahuluan
Perlakuan sebelum penyulingan terhadap bahan yang mengandung
minyak atsiri umumnya adalah perlakuan pengecilan ukuran bahan baku dan
penurunan kadar air bahan dengan cara pengeringan, pelayuan atau
fermentasi.
2. Jenis Bahan Baku yang Disuling
Dalam hal ini bisa berupa kulit, bunga, daun, buah, rimpang dan
sebagainya. Jika penyulingan menggunakan bahan berupa daun, tentu akan
dihasilkan rendemen yang lebih besar dari pada menggunakan bahan baku
berupa kulit.
3.
Peralatan yang Digunakan
Dari segi ini, misalnya pada penggunaan alat pemanas berupa kompor,
tentu akan memberikan panas yang tidak stabil. Hal ini juga didukung oleh
pendapat (Guenther, 1987) yang menyatakan bahwa suhu dan tekanan dapat
4.
Ketelitian Dalam Pelaksanaan Penyulingan
Keterampilan dan ketelitian seseorang dalam melakukan proses
penyulingan juga turut mempengaruhi nilai rendemen yang akan dihasilkan.
Misalnya ketelitian sesorang pada saat pemisahan air dan minyak
menggunakan pipet tetes tidak hati-hati (Harris, 1987). juga menambahkan
bahwa rendemen minyak atsiri juga dipengaruhi oleh keadaan bahan baku
yang diolah.
F. Kualitas Minyak Atsiri
Mutu minyak atsiri didasarkan atas kriteria atau bahasan yang dituang di
dalam standar mutu. Dari sifat fisik dapat diketahui keaslian minyak atsiri
tersebut dapat dilihat dari penampakkan warna serta bau atau aroma, sedangkan
dari sifat kimia dapat diketahui secara umum komponen kimia yang terdapat di
dalamnya (Wendrawan, 2010).
Komposisi kimia minyak atsiri akan menentukan nilai harga dan kegunaan
minyak tersebut, adapun kualitas minyak atsiri meliputi:
1. Bau
Minyak atsiri berbau khas dari tanaman penghasilnya, dan bau dari
minyak atsiri tersebut cepat berinteraksi saat dihirup. Senyawa-senyawa yang
berbau harum dari minyak atsiri atau suatu tumbuhan merupakan ciri khas
pada tanaman tersebut. (Buchbauer, 1991)
2. Warna
Warna minyak atsiri yang baru disuling biasanya tidak berwarna atau
berwarna kekuning-kuningan, tetapi ada juga beberapa minyak berwarna
kemerah-merahan, hijau, coklat, biru. Minyak atsiri apabila dibiarkan lama di
bau berubah, minyak menjadi lebih kental dan akhirnya membentuk resin
(Ketaren, 1985).
Warna minyak atsiri dipengaruhi oleh jenis bahan baku yang diekstrak
serta metode penyulingannya. Minyak dengan kualitas yang bagus memiliki
tingkat kecerahan warna yang cukup tinggi. Pengujian warna dapat dilakukan
dengan pengamatan melalui indra mata. (Ketaren, 1985).
3. Kelarutan Dalam Alkohol
Minyak atsiri dapat larut dalam alkohol pada perbandingan dan
konsentrasi tertentu. Dengan demikian, jumlah dan konsentrasi alkohol yang
dibutuhkan untuk melarutkan sejumlah minyak atsiri secara sempurna dapat
diketahui (Ketaren, 1985).
Menurut Guenther (1987) kelarutan minyak dalam alkohol ditentukan
dengan mengamati daya larut minyak dalam alkohol. Uji kelarutan alkohol
adalah uji yang dilakukan untuk mengetahui derajat keasilan minyak atsiri
yang diuji. Minyak atsiri dapat larut dalam alkohol dengan perbandingan dan
konsentrasi tertentu. Dengan demikian dapat diketahui jumlah dan konsentrasi
alkohol yang dibutuhkan untuk melarutkan sejumlah minyak atsiri secara
sempurna. Selain larut dalam alkohol, minyak atsiri dapat larut di dalam
pelarut organik lainnya (Wendrawan, 2010).
4. Berat Jenis
Berat jenis adalah membandingkan antara kerapatan minyak pada
suhu 24
0C terhadap kerapatan air pada suhu yang sama. Berat jenis
ditentukan dengan menggunakan mikropipet. Mikropipet sering digunakan
dalam penetapan berat jenis karena selain praktis dan
contoh minyak. Berat jenis suatu senyawa organik dipengaruhi oleh bobot
molekul, polaritas, suhu, dan tekanan. Secara umum nilai berat jenis minyak
atsiri berkisar antara 0,696 1,188 (Guenther, 1987).
Penentuan berat atau bobot jenis minyak atsiri adalah salah satu cara
analisa yang dapat menggambarkan kemurnian minyak (Ketaren, 1985).
5. Indeks Bias
Indeks bias minyak atsiri adalah perbandingan antara sinus sudut jatuh
dan sinus sudut bias jika seberkas cahaya dengan panjang gelombang
tertentu jatuh dari udara ke minyak dengan sudut tertentu. Alat untuk
mengukur indeks bias adalah refraktometer (Guenther, 1987).
Indeks bias merupakan perbandingan antara kecepatan cahaya di
dalam udara dengan kecepatan cahaya di dalam zat tersebut dalam suhu
tertentu.
(Guenther, 1987), menyatakan pada saat penentuan indeks bias
minyak harus dijaga dan harus dijauhi dari cuaca panas dan lembab sebab
udara dapat berkondensasi pada permukaan prisma yang dingin. Akibat akan
timbul kabut pemisah antara prisma gelap dan terang sehingga tidak terlihat
jelas. Jika minyak mengandung air maka garis pembatas akan kelihatan lebih
tajam, dan nilai indeks biasnya akan menjadi rendah.
Penentuan indeks bias dapat digunakan untuk menentukan kemurnian
minyak (Ketaren,1985). Semakin banyak kandungan airnya, maka semakin
kecil nilai indeks biasnya. Ini disebabkan oleh sifat air yang mudah
membiaskan cahaya yang datang. Jadi minyak atsiri dengan nilai indeks bias
yang besar lebih bagus dibandingkan dengan minyak atsiri dengan nilai
Menurut Guenther (1990) indeks bias dipengaruhi oleh panjang rantai
karbon serta jumlah ikatan rangkap.
G. Risalah Tanaman Temu Mangga (Curcuma mangga Val)
Tanaman Temu Mangga (Curcuma mangga Val) umumnya tumbuh liar di
daerah kering pada tanah yang keras dan berbatu, atau ditanam sebagai
tanaman pagar. Syarat tumbuh tanaman berkisar antara 250 1000 mdpl (meter
diatas permukaan laut), jenis tanah yang digunakan untuk pertumbuhan temu
mangga yaitu tanah liat berpasir (lempung pasir) yang subur, tanah diolah cukup
dalam, serta ditambah pupuk organik (kotoran ternak atau kompos) (Syukur,
2003 ). Tanaman ini membutuhkan curah hujan yang cukup besar yaitu sekitar
900 4000 mm per tahun dengan bulan kering kurang dari 5 bulan diharapkan
curah hujan berangsur-angsur berkurang sehingga memungkinkan sinar
matahari bertambah banyak sampai rimpang siap panen. Tanaman temu
mangga dapat tumbuh baik dengan cahaya penuh maupun ternaung (tertutup)
atau cahaya matahari tidak langsung, Pertumbuhan temu mangga yang optimal
pada kelembaban udara berkisar antara 25-30°C, ketinggian tempat diatas 1200
mdpl (meter diatas permukaan laut) dengan suhu dibawah 24°C masih dapat
tumbuh (Syukur, 2003).
Temu Mangga mengandung minyak atsiri, amilium, tanin, gula, damar,
Myrcene, ocimene, pinene, dan kurkumin (Muhlisah, 1999). Sedangkan rimpang
dan daunya mengandung flavonoid, saponin, dan polifenol (Kardinan dkk,
Klasifikasi tanaman temu mangga adalah sebagai berikut: (Hutapea,
1993)
Klasifikasi Ilmiah yaitu :
Dunia
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Anak Divisi
: Angiospermae
Kelas
: Monocotyledoneae
Bangsa
: Zingiberales
Suku
: Zingiberaceae
Marga
: Curcuma
Jenis
: Curcuma mangga Val
Risalah tanaman temu mangga adalah sebagai berikut :
1. Temu Mangga
Tanaman temu mangga memiliki batang semu yang tersusun dari
pelepah-pelepah daun, daunnya berwarna hijau, daun Tunggal, berpelepah,
lonjong, tepi rata, ujung dan pangkal meruncing, panjang pertulangan
menyirip, hijau. dibagian mata berbentuk seperti bulat lonjong dibagian ujung
pangkalnya, mempunyai tangkai sama dengan panjang daunnya, permukaan
atas bawah daun agak licin, tidak berbulu, bunga majemuk berbentuk bulir
yang muncul dari bagian ujung batang, mahkota bunga berwarna kuning
muda atau hijau keputihan, memiliki rimpang yang berbentuk bulat panjang,
renyah, dan mudah untuk dipatahkan. Kulitnya dipenuhi akar serabut yang
halus, rimpang utamanya keras, bila dibelah tampak daging buah berwarna
Salah satu tanaman yang telah lama dikenal oleh masyarakat
Indonesia sejak dahulu, yaitu tanaman temu mangga (Curcuma Mangga Val).
Nama daerah: Temu mangga (Melayu), temu mangga, koneng joho (Sunda),
temu poh (Jawa), temu pao (Madura), sedangkan nama asing untuk tanaman
temu mangga adalah Er-chu (Cina), Kha min khao (Thailand), dan White
Tumeric (Inggris) (Muhlisah, 1999).
Gambar 1. Rimpang Temu Mangga
2. Batang Temu Mangga
Tanaman temu mangga memiliki batang semu yang tersusun dari
pelepah-pelepah daun, batang bulat dan berdiri tegak serta mempunyai
rimpang yang bercabang di bawah tanah, berwarna coklat muda atau coklat
tua, di dalamnya berwarna kuning dan dibagian tengah putih
kekuning-kuningan, memiliki umbi bulat atau kotak. Bila berumur masih muda batang
tanaman ini berwarna putih, kemudian warnanya akan berubah menjadi hijau
3. Bunga Temu Mangga
Bunga temu mangga termasuk golongan bunga majemuk berbentuk
bulir yang muncul dari bagian ujung batang. ujung bunga terbelah, benangsari
menempel pada mahkota dan berwarna putih, putik berbentuk silindris, kepala
putik bulat dan berwarna kuning, mahkota lonjong berwarna putih. dengan
membentuk tabung , mahkota bunga berwarna kuning muda atau hijau
keputihan, terbelah.
Mahkota bunga berwarna kuning muda atau hijau keputihan
membentuk tabung, benangsari satu buah tidak sempurna, bulat telur
terbalik,warna bunga kuning keputih-putihan dan mempunyai tangkai
(Hutapea, 1993).
Gambar 3. Bunga Temu Mangga
Gambar 2. Batang Temu Mangga
4. Akar Temu Mangga
Tanaman temu mangga mempunyai jenis akar serabut yang berwarna
putih. Akar tersebut bercabang didalam tanah, membentuk rumpun dan
rimpang (Evizal, 2003).
Gambar 4. Akar dan Rimpang Temu Manga
5. Kandungan Temu Mangga
Kandungan senyawa fitokimia pada temu mangga mempunyai
beberapa aktivitas biologis, salah satunya sebagai antioksidan. Untuk dapat
tumbuh dan berkembang dengan baik, temu mangga membutuhkan tanah
yang baik agar ternaungi, Cara perbanyakan tanaman ini adalah dengan
rimpang atau anakan rimpang yang telah berumur 9 bulan.
Temu mangga juga mengandung senyawa antiok sidan alamiah, yaitu
kurkumin, Minyak atsiri, tanin, amilum, gula dan damar. Perbedaan kadar
senyawa fitokimia pada daun dan buah sangat dipengaruhi oleh tingkat
ketuaan daun atau kematangan, kondisi tanah, pemberian pupuk serta stres
lingkungan baik secara fisik, biologi maupun kimiawi. Kandungan dan kadar
senyawa fitokimia yang berbeda akan mempengaruhi aktivitas antioksidannya
Kegunaan temu mangga (Curcuma mangga Val) secara umum
merupakan tanaman rempah atau obat tradisional. Kegunaan temu mangga
ini dapat digunakan untuk pemakaian obat luar atau obat dalam. Contohnya
untuk pemakaian obat luar yaitu dengann cara parut temu mangga lalu
campur dengan minyak kelapa kemudian dioleskan kebagian yang sakit. Cara
ini dapat digunakan untuk lika lebam, bengkak, dan juga bisul. Sedangkan
untuk pemakaian obat dalam yaitu dengan carat emu mangga diiris-iris,
kemudian direbus, tambahkan gula areh atau gula putih untuk menghilangkan
rasa pahit dan setelah itu air disaring, kemudian bisa diminum saat masih
hangat atau sudah dingin.
Selain untuk pengobatan tradisional temu mangga juga dapat dijadikan
produk olahan seperti dikonsumsi atau dimakan sebagai lalapan (rimpang
segar), asinan, permen atau manisan, sirup, selai, dan botokan. (Hernani
dkk, 2001).
Kandungan dalam temu mangga yang bermanfaat bagi kesehatan
tubuh antara lain:
a) RIP (Ribozome inacting protein) yaitu kandungan zat yang sangat
bermanfaat untuk membantu dalam mencegah, menghambat,
pertumbuhan sel kanker yang ada didalam tubuh. Dikembangkan oleh
riset (American Institute Canser Reports).
b) Flavonoid dalam temu mangga relatif tinggi sehingga efektif sebagai
antioksidan. Bekerja sama dengan Saponin dalam temu mangga
membantu dalam proses meningkatkan daya tahan tubuh, sehingga
baik untuk membantu penyembuhan luka, infeksi, peradangan, serta
c) Zat curcumin atau anti inflamasi yaitu zat yang merupakan suatu
kandungan yang bisa membantu meningkatkan selera makan, serta
dapat meningkatkan mendorong organ hati untuk memproses lebih
banyak lemak sehingga dapat menekan pembentukan cadangan lemak
dalam tubuh.
d) Tanin meruapakan senyawa yang membantu proses penyembuhan
peradangan. Untuk mengatasi radang pada lambung, bronkitis,
keputihan, lebam, dan gatal-gatal.
e) Minyak atsiri bermanfaat sebagai anti radang, alergi, infeksi dan
peradangan. Minyak atsiri juga memberi efek hangat yang baik untuk
meredakan masuk angina, kembung, mual, dan sebagai anti diare.
Komponen utama minyak atsiri temu mangga adalah golongan
monoterpen hidrokarbon, dengan komponen utamanya mirsen (78,6%),
-
-
-pinen (2,9%) dan senyawa yang
-3-karen dan (Z)- -osimen.
Kandungan Curcuminoid dalam temu mangga sebesar 0.18-0.47%.
f) Zat volatile yaitu kandungan zat yang mudah sekali men guap dan dapat
menimbulkan aroma yang khas yang terdapat dalam temu mangga
(James, 2009).
Dampak negatif dalam mengkonsumsi jenis rempah-rempahan (temu
mangga) diantaranya adalah:
a) Salah satu dampak negative dari temu mangga adalah dapat
b) Temu mangga tidak baik dikonsumsi oleh ibu hamil dan menyususi,
karena dapat mengganggu perkembangan janin, bahkan dapat
mengakibatkan keguguran.
c) Jika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan, temu mangga dapat
menurunkan kadar gula dalam darah secara drastic. Hal ini bisa
menyebabkan gangguan hypoglycemia, yaitu suatu kondisi dimana
tubuh kekurangan kadar gula darah.
d) Bagi seseorang yang memiliki jenis kulit sensitif, penggunaan temu
mangga pada kulit dapat mengakibatkan iritasi.
e) Mengkonsumsi temu mangga secara terus menerus dapat mengganggu
keefektifan berbagai macam obat-obatan. Sehingga doperlukan
pengawasan medis saat penggunaannya.
Dalam memproduksi benih sumber, paling sedikit ada dua faktor yang
perlu diperhatikan yaitu, varietas unggul dan teknik budidaya yang optimal.
Varietas unggul temu mangga sampai saat ini belum tersedia. Dengan
demikian untuk penyambungan dapat digunakan bahan yang telah diseleksi
dan dievaluasi dan diketahui sifat-sifatnya (Gusmaini dkk, 2004).
Temu m angga dapat diperbanyak secara vegetative yaitu melalui
pemecahan induk maupun anak (cabang) rimpang. Untuk lahan seluas satu
hektar diperlukan benih asal rim pang induk sebanyak 1500 - 2000 kg,
sedangkan benih asal rimpang cabang sebanyak 750 - 1000 kg. (Gusmaini
dkk, 2004).
Beberapa hasil analisis minyak atsiri temu mangga (Gusmaini dkk,
Tabel 1. Hasil Analisis Minyak Atsiri Temu Mangga Dari Berbagai Umur Panen.
Jenis analisis Umur tanaman Rata-rata
9 Bulan 10 Bulan 11 Bulan
Minyak atsiri ml/kg rimpang
kering 4,72 3,51 6,24 4,82
Osimen (%) 63,7 72,7 75,01 70,47 %
Mirsen(%) 13,3 11,9 10,6 11,9 %
p-simen (%) 2,48 3,16 3,36 3 %
Bilangan asam (%) 1,79 21,7 16,3 13,2 %
Putaran optik pada 27,5°C +1,35 +1,20 +1,10 +1,21
Indeks bias pada 27,5°C 1,438 1,482 1,481 1,467
Bobot jenis pada 25/25°C 0,8107 0,8165 0,8055 0,8109
Kelarutan dalam alkohol 70% dan 95%
Semua dapat larut dalam
A. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama periode waktu kurang lebih 3 bulan
dimulai 21 Desember 2015 29 Februari 2016, yang terdiri dari persiapan
sampel, proses penyulingan, pengujian kualitas dan pengolahan data serta
penulisan laporan akhir. Adapun rincian pelaksanaan penelitian dapat dilihat
pada bagan alur berikut ini:
Tabel 2. Tahapan Pelaksanaan Penelitian
No Keterangan Minggu ke...Bulan Desember 2015 s/d Februari 2016 Minggu Agustus 2016 I II III IV I II 1 Persiapan Sampel 2 Proses Pengeringan 3 Proses Penyulingan 4 Proses Pemisahan
Minyak dan Air
5 Uji Kualitas
6 Analisis Data
7 Pengolahan Data
8 Laporan Akhir
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Sifat Kayu dan Analisis Produk
Jurusan Teknologi Pertanian Program Studi Teknologi Hasil Hutan Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda.
B. Alat dan Bahan Penelitian
1. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah:
Karung, Koran , Pisau, Pengukur suhu (Termometer), Kertas plastik
besar, Kunci pas, Tang, Desikator, Separator, Kondensor, Timbangan
manual, Timbangan elektrik, Refraktometer, Mikropipet , Beaker glass, Botol
reaksi , Labu filtrasi , Pipet , Erlenmenyer, Kompor hook, Ember, Tissue,
2. Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah:
Temu mangga (segar), Air, Magnesium Sulfat (MgSO
4), Alkohol 95 %,
dan Aquades.
C. Prosedur Penelitian
1. Mempersiapkan Bahan Baku
Bahan baku temu mangga yang digunakan dalam penelitian ini dalam
kondisi segar dengan ciri, warna rimpang kulit rimpang cerah, tidak
mengerisut, masih dalam keadaan segar. Setelah diris bagian dalam terdapat
warna kuning, bahan baku 40 kg temu mangga (segar) dimasukkan kedalam
plastik besar supaya lebih mudah dalam proses pengangkutannya.
Selanjutnya Tanaman temu mangga (segar) dimasukkan kedalam plastk
besar supaya lebih mudah dalam proses pengangkutannya. Selanjutnya siap
untuk dikeringkan.
2. Proses Pengeringan Bahan Baku
Pada penelitian ini, bahan baku diperlakukan dengan 2 macam cara
yaitu:
a. Penjemuran di Bawah Sinar Matahari
Bahan baku segar 20 kg setelah diiris dibagi menjadi 2 untuk 2 kali
ulangan, satu bagian 10 kg, dikeringkan dengan cara dijemur dibawah
sinar matahari langsung selama 3 hari. Setelah bahan baku menajadi
kering kemudian ditimbang. Berat awal 10 kg temu mangga (segar) setelah
penjemuran dibawah sinar matahari menurun menjadi 1,6 kg untuk ulanga
pertama. Sedangkan untuk ulangan kedua berat awal 10 kg temu mangga
(segar) menurun menjadi 1,8 kg. selanjutnya persiapan untuk proses
Gambar 5. Proses Penjemuran Di Bawah Sinar Matahari
b. Penjemuran Kering Udara
Bahan baku segar 20 kg setelah diiris dibagi menjadi 2 untuk 2 kali
ulangan, satu bagian 10 kg, dikeringkan dengan cara dikering udara
selam 5 hari, pengeringan dilakukan dengan cara dihamparkan dan
diangin-anginkan dalam ruangan sampai bahan baku menjadi kering.
Setelah itu bahan baku ditimbang. Berat awal 10 kg temu mangga (segar)
setelah dikering udarakan menurun menjadi 1,9 kg untuk ulanga pertama.
Sedangkan untuk ulangan kedua berat awal 10 kg temu mangga (segar)
menurun menjadi 2,0 kg. selanjutnya persiapan untuk proses
penyulingan.
3. Perhitungan MF (Moisture Factor) Minyak Atsiri
MF =
Keterangan :
a) MF = ( Moisture Factor )
b) BKT = Berat Kering Tanur
c) BB = Berat Basah
Sebelum dilakukan proses penyulingan terlebih dahulu mencari nilai
MF (Moisture Factor ) dari bahan baku yang akan disuling.
4. Proses Penyulingan
Proses penyulingan menggunakan metode penyulingan uap dan air
(Water and Steam Destillation). Adapun langkah-langkah proses penyulingan
adalah sebagai berikut :
a. Menyiapkan peralatan penyulingan yang terdiri dari ketel suling, kondensor,
dan tempat penampungan sementara yaitu erlenmeyer.
b. Menyiapkan kompor hook sebagai sumber energi panas.
c. Menyiapkan ketel yang telah berisi air sampai permukaannya tidak jauh
dari bagian bawah saringan di mana bahan ditempatkan.
d. Memasukkan bahan baku sebanyak 1,6 kg untuk penyulingan pertama dan
untuk penyulingan kedua sebanyak 1,8 kg. Dimasukkan ke dalam ketel
suling yang telah dipasangi saringan, agar bahan baku terpisah dari air
yang mendidih.
e. Memasang tutup ketel pada alat penyulingan dan dikaitkan dengan baut.
Pemasangan baut ketel dilakukan dengan hati-hati agar tidak terdapat
f. Saat air direbus dan mendidih, uap yang terbentuk akan lewat melalui
saringan lubang-lubang kecil dan melewati celah-celah bahan. Minyak atsiri
dalam bahan pun akan ikut bersama uap panas tersebut menuju
kondensor (pendingin) sehingga terjadi pengembunan (uap air dan minyak
akan mengembun).
g. Selama 1 jam, keluar embun pada kondensor yang diikuti denga n tetesan
air yang tercampur minyak, pada ujung kondensor diletakkan erlenmeyer
untuk menampung air beserta minyak yang keluar. Pada mulut erlenmeyer
diberi aluminium foil supaya tidak ada celah untuk menguapnya minyak
atsiri.
h. Penyulingan dilaksanakan selama 8 jam. Lamanya penyulingan dimulai
ketika minyak keluar pertama kali sampai minyak tidak keluar lagi.
i. Penyulingan dengan suhu 80°C sampai dengan 100°C selama proses
penyulingan berlangsung.
Proses penyulingan untuk masing-masing perlakuan yaitu pengeringan
udara dan pengeringan di bawah sinar matahari dilakukan sebanyak dua kali
ulangan.
5. Proses Pemisahan Air dan Minyak Atsiri
Proses pemisahan air dan minyak atsiri menggunakan alat separator.
Pemisahan minyak dan air hanya dapat dilakukan ketika hasil penyulingan
dalam kondisi yang sudah dingin. Separator merupakan alat yang berfungsi
sebagai pemisah minyak dan air. Proses ini dapat dilihat pada Gambar
berikut :
6. Perhitungan Berat Minyak Atsiri
Berat minyak dapat ditentukan ketika telah dipisahkan dari air yaitu
dengan cara:
a. Menimbang berat botol kosong yang digunakan untuk menampung minyak
atsiri.
b. Menimbang berat botol yang sudah terisi dengan minyak atsiri
Gambar 8. Proses Pemisahan Air dan Minyak