BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Karet Alam
Karet adalah polimer hidrokarbon yang terbentuk dari emulsi kesusuan (dikenal sebagai lateks) digetah beberapa jenis tumbuhan tetapi dapat juga diproduksi secara sintesis. Sumber utama barang dagang dari lateks yang digunakan untuk menciptakan karet adalah para atau Hevea brasiliensis (suku Euphorbiaceae). Ini dikarenakan dengan melukainya akan memberikan respons yang menghasilkan lebih banyak lateks lagi.
Pohon lainnya yang mengandung lateks termasuk ara, euphorbia dan dandelion. Pohon-pohon tersebut tidak menjadi sumber utama karet, namun pada perang dunia II persediaan karet orang Jerman dihambat, mereka mencoba sumber-sumber diatas, sebelum penciptaan karet sintesis. Diyakini dinamai Joseph Priestiey, yang pada 1770 menemukan lateks yang dikeringkan dapat menghapus tulisan pensil.
Di tempat asalnya di Amerika Tengah dan Amerika Selatan, karet telah dikumpulkan sejak lama. Peradaban Mesoamerika menggunakan karet dari Castilla elastica. Mesoamerika kuno menggunakan bola karet dalam permainan bola mereka. Menurut Bernal Diaz del Castillo, Conquistador Spanyol sangat kagum terhadap pantulan bola karet orang Aztek dan mengira bahwa bola tersebut dirasuki roh setan.
Ketika karet dibawa ke Inggris, diamati bahwa benda tersebut dapat menghapus tanda pensil diatas kertas. Ini adalah awal penamaan rubber dalam bahasa inggris.
Tanaman karet alam pertama kali tumbuh di Amerika Selatan, setelah percobaan berkali-kali oleh Henry Wickham. Pohon ini berhasil dikembangkan di Asia Tenggara. Nama lain karet alam adalah Havea brasiliensis, pohon ini dapat tumbuh tinggi hingga 15-25 meter. Tanaman ini dapat diambil getahnya sampai usia 30 tahun dan setiap harinya dapat diambil hasilnya (Anwar Chairil 2005, dalam Soekarno 2009).
2.1.1. Jenis-Jenis Tanaman Karet
2.1.1.1. Perbedaan Karet Alam dengan Karet Sintesis
Karet alam sekarang ini jumlah produksi dan konsumsinya jauh dibawah karet sintesis atau buatan pabrik. Sesungguhnya karet alam belum dapat digantikan oleh karet sintesis karena memiliki beberapa kelebihan, diantaranya:
• Memiliki daya elastis atau daya lenting sempurna
• Memiliki plastisitas yang baik sehingga pengolahannya mudah • Mempunyai daya aus yang tinggi
• Tidak mudah panas (low heat build up)
• Memiliki daya tahan yang tinggi terhadap keretakan (groove cracking resistance)
Karet sintesis memiliki kelebihan seperti tahan terhadap berbagai zat kimia dan harganya yang cenderung bisa dipertahankan supaya tetap stabil. Bila ada pihak yang menginginkan karet sintesis dalam jumlah tertentu, maka biasanya pengiriman atau suplai barang tersebut jarang mengalami kesulitan.
Walaupun memiliki beberapa kelemahan, karet alam tetap mempunyai pangsa pasar yang baik. Beberapa industri tetap memiliki ketergantungan yang besar terhadap pasokan karet alam, misalnya industri ban yang merupakan pemakai terbesar karet alam. Dewasa ini jumlah produksi karet alam dan karet sintesis adalah 1:2. Walaupun jumlah produksi karet alam lebih rendah, bahkan hanya setengah dari produksi karet sintesis, tetapi sesungguhnya jumlah produksi dan konsumsi kedua jenis ini hampir sama.
2.1.1.2. Jenis Karet Alam
Jenis-jenis karet alam yang dikenal luas adalah: a) Bahan olah karet
- Lateks kebun, adalah cairan getah yang didapat dari bidang sadap pohon karet.
- Sheet angin, adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah disaring dan digumpalkan dengan asam semut, berupa karet sheet yang sudah digiling tetapi belum jadi.
- Slab tipis, adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah digumpalkan dengan asam semut.
- Lump segar, adalah bahan olah karet yang bukan berasal dari gumpalan lateks kebun yang terjadi secara alamiah dengan mangkuk penampung. b) Karet Alam Konvensional
- Ribbed smoked sheet (RSS), adalah jenis karet berupa lembaran sheet
yang mendapat proses pengasapan dengan baik.\
- White crepe dan Pale crepe, merupakan crepe yang berwarna putih atau
muda. White crepe dan Pale crepe juga ada yang tebal dan tipis.
- Estate brown crepe, merupakan crepe yang berwarna coklat. Selain itu
karena banyak dihasilkan oleh perkebunan besar atau estate.
- Compo crepe, adalah jenis crepe yang dibuat dari bahan lump, scrap
pohon, potongan-potongan sisa dari RSS, atau slab basah. Scrap tanah tidak boleh digunakan.
- Thin brown crepe remills, merupakan crepe cokelat yang tipis karena
digiling ulang.
- Thick blanket crepes ambers, merupakan crepe blanket yang tebal dan
berwarna cokelat.
- Flat bark crepe, merupakan karet tanah atau earth rubber, yaitu jenis
crepe yang dihasilkan dari scrap karet alam yang belum diolah, termasuk scrap tanah yang berwarna hitam.
- Pure smoked blanket crepe, merupakan crepe yang diperoleh dari
penggilingan karet asap yang khusus berasal dari Ribbed smoked sheet, termasuk juga block sheet atau sheet bongkah, atau sisa dari potongan Ribbed smoked sheet.
- Off crepe, merupakan crepe yang tidak tergolong bentuk baku atau
standar. Biasanya tidak dibuat melalui proses pembentukan langsung dari bahan lateks yang masih segar.
c) Lateks Pekat
Adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak berbentuk lembaran atau padatan lainnya.
d) Karet Bongkah atau Block Rubber
Adalah karet yang telah dikeringkan dan dikilang menjadi bendela-bendela dengan ukuran yang telah ditentukan.
e) Karet spesifikasi teknis atau Crumb rubber
Adalah karet yang dibuat khusus sehingga terjamin mutu teknisnya. f) Tyre rubber
Adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai barang setengah jadi sehingga bisa dipakai langsung oleh konsumen, baik untuk pembuatan ban atau barang yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya.
g) Karet reklim atau Reclaimed rubber
Adalah karet yang diolah kembali dari barang-barang karet bekas. Boleh dibilang karet reklim adalah suatu hasil pengolahan scrap yang sudah divulkanisir.
2.1.1.3. Karet Sintesis
Karet sintesis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku minyak bumi. Berikut macam karet sintesis:
a) Karet Sintesis untuk Kegunaan Umum
- SBR (styrena butadiene rubber), merupakan jenis karet sintesis yang paling banyak digunakan. Memiliki ketahanan kikis yang baik dan kalor atau panas yang ditimbulkan juga rendah.
- BR (butadiene rubber), karet jenis BR lebih lemah, daya lekat lebih rendah, dan pengolahannya juga tergolong sulit.
- IR (isopropene rubber) atau polyisoprene rubber, mirip dengan karet alam karena sama-sama merupakan polimer isoprene.
b) Karet Sintesis untuk Kegunaan Khusus
- IIR (isobutene isopropene rubber), sering juga disebut butyl rubber dan hanya mempunyai sedikit ikatan rangkap sehingga membuatnya tahan terhadap pengaruh oksigen dan asap.
- NBR (nytrile butadiene rubber) atau acrilonytrile butadiene rubber adalah karet sintesis untuk kegunaan khusus yang paling sering digunakan. Sifatnya yang sangat baik adalah tahan terhadap minyak. Sekalipun didalam minyak, karet ini tidak mengembang.
- CR (chloroprene rubber)
Memiliki ketahanan terhadap minyak, tetapi dibanding dengan NBR masih kalah. Memiliki daya tahan terhadap pengaruh oksigen dan ozon diudara, bahkan juga tahan terhadap panas atau nyala api.
- EPR (ethylene propylene rubber)
Keunggulan yang dimiliki EPR adalah ketahanannya terhadap sinar matahari, ozon, serta pengaruh unsur cuaca lainnya. Kelemahannya pada daya lekat yang rendah.
2.2. Penelitian Terdahulu
Kajian mengenai penelitian terdahulu dapat dianalisis melalui variabel dan metode yang digunakan oleh penelitian tersebut. Dalam penelitian mengenai strategi pengembangan usaha variabel yang dapat diteliti ialah aspek manajeman fungsional perusahaan yang meliputi aspek produksi, Sumber Daya Manusia, Pemasaran,dan aspek finansialnya. Selain itu variabel tentang kekuatan dan kelemahan dari internal perusahaan dan peluang serta ancaman dari eksternal perusahaan juga dapat dijadikan bahan rujukan bagi penelitian tentang manajemen strategi.
Metode yang digunakan dalam penelitian mengenai manajemen strategis dapat menggunakan berbagai metode yang sudah ada. Salah satu metode yang digunakan ialah dengan menggunakan Matriks IFE dan EFE pada tahap perumusan strategi, kemudian menggunakan Matriks SWOT dan Matriks IE pada tahap pencocokan strategi,dan tahap keputusan menggunakan Matriks QSP.
Penelitian mengenai formulasi strategi bisnis suatu perusahaan telah dilakukan oleh banyak peneliti di perusahaan yang berbeda. Hal ini mengindikasikan bahwa strategi bisnis merupakan hal kritis dalam sebuah perusahaan, sehingga sangat penting untuk diteliti. Beberapa kajian penelitian yang menggunakan variabel dan metode seperti yang dijelaskan didua paragraf di atas tersebut akan diuraikan dalam penjelasan dibawah ini.
Penelitian yang berhubungan dengan pengembangan strategi karet telah diteliti oleh Siregar (2007) dengan judul “Formulasi Strategi Bisnis Karet Alam Olahan (Studi Kasus PT Havea Indonesia, Desa Nanggung, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)”. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh
karet alam yang menjadi salah satu produk subsektor perkebunan yang menjadi lokomotif pemulihan perekonomian nasional. Banyaknya Industri pengolahan berbahan baku karet menunjukan bahwa karet memiliki potensi perdagangan dan pengembangan usaha yang cukup besar. PT. Havea Indonesia merupakan salah satu perkebunan swasta yang menghasilkan getah karet dan pengolahannya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang terdapat pada PT Havea Indonesia tersebut, merumuskan alternatif strategi yang tepat untuk diterapkan oleh PT Havea Indonesia. Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Matriks IFE, Matriks EFE, Matriks IE, Matriks SWOT, dan QSPM.
Hasil yang didapat menunjukan bahwa Matriks IFE yang tergolong sedang atau rata-rata yaitu skor 2,513. Hal ini menunjukan bahwa PT. Havea Indonesia ceukup mampu memanfaatkan kekuatan internal yang dimilikinya dan mengurangi kelemahan-kelemahannya. Dalam Matriks EFE terlihat bahwa PT. Havea Indonesia memberikan respon yang sedang kepada lingkungan eksternal perusahaan. Hal ini ditunjukan dengan skor matriks EFE yaitu 2,293. Analisis matriks IE menunjukan PT Havea Indonesia berada pada kuadran V, kondisi ini menunjukan bahwa perusahaan berada dalam posisi pertahankan dan pelihara dengan strategi penetrasi pasar dan pengembangan pasar.
Strategi yang dihasilkan pada matriks IE hanya secara umum tanpa adanya implementasi yang lebih teknis pada perusahaan. Oleh karena itu matriks IE dilengkapi dengan matriks SWOT. Pada PT. Havea Indonesia diterapkan strategi berikut sebagai implementasi dari analisis SWOT tersebut. 1). Strategi SO: Penetrasi pasar di Jawa Barat dan Lampung, pengembangan produk, perluasan lahan perkebunan dan penambahan alat-alat produksi. 2) Strategi ST: Peningkatan diversifikasi produk dan membuka kebun atau lahan baru di propinsi Lampung (integrasi horizontal). 3) Strategi WO: Pembenahan sistem manajemen SDM, pelatihan tenaga kerja, penerapan teknologi baru dan pembentukan divisi Research and Development. 4) Strategi WT: Mengoptimalkan kegiatan produksi dan penyesuaian jumlah Tenaga Kerja.
Alternatif strategi yang dihasilkan dalam matriks SWOT dianalisa lebih lanjut dengan menggunakan QSPM untuk memilih strategi prioritas bagi
perusahaan. Hasil QSPM menunjukan bahwa strategi optimalisasi kegiatan produksi terpilih sebagai alternatif strategi dengan prioritas tertinggi (Total Attractive Score 5,933).
Untuk penelitian yang berhubungan dengan strategi pengembangan Perkebunan terdapat beberapa penelitian yang menjadi acuan dengan penelitian ini adalah yang dilakukan oleh Sihalaolo (2009) dengan judul “Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi Di Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara”. Dalam penelitian ini terdapat tujuan penelitian yang hampir sama dengan penelitian Amidy Siregar (2007) yaitu mengidentifikasi faktor internal dan eksternal dari Kabupaten Humbang Hasundutan, merumuskan alternatif strategi yang tepat berdasarkan faktor eksternal dan internal perusahaan, serta menentukan strategi yang tepat untuk diimplementasikan oleh Kabupaten Humbang Hasundutan dalam mengembangkan agribisnis kopi.
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Matriks EFE, matriks IFE, matriks IE, matriks SWOT, dan QSPM. Hasil yang didapatkan dalam matriks IFE menunjukan Kabupaten Humbang Hasundutan berada dibawah rata-rata (2,843), yang mengindikasikan perusahaan memiliki posisi internal yang lemah. hal ini dikarenakan Kabupaten tersebut belum mampu menggunakan kekuatan yang ada untuk mengurangi kelemahan yang dimiliki. Untuk hasil matriks EFE, Kabupaten Humbang Hasundutan berada diatas rata-rata atau baik yang mengindikasikan bahwa Kabupaten tersebut baik dalam merespon peluang dan ancaman yang ada. Analisis matriks IE menunjukan bahwa perusahaan berada pada kuadran V, strategi yang diterapkan adalah strategi pertahanan dan pemeliharaan.
Dari dua penelitian tersebut dapat dilihat bahwa terdapat kesamaan yaitu metode yang digunakan dan penelitian tersebut telah sesuai dengan teori yang ada. Penelitian mengenai PT Havea Indonesia tentang strategi perusahaan karet alam olahan dan strategi Kabupaten Humbang Hasundutan sama sama menempatkan kedua objek penelitian pada kuadran V Matriks IE. Hal tersebut mengindikasikan kedua objek penelitian tersebut memiliki kekuatan dan kelemahan serta mersepon peluang dan ancaman yang dihadapi pada posisi sedang, strategi yang dapat di lakukan pada kuadran V tersebut ialah strategi pertahankan dan pelihara.
Penelitian ini menggunakan konsep penelitian dan alat analisis yang sama dengan penelitian terdahulu. Penelitian mengenai strategi pengembangan usaha belum pernah dilakukan pada PT Kaliduren Estates. Oleh karena itu, dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi perusahaan dalam membuat perencanaan jangka panjang yang menyeluruh terkait dengan pengembangan usaha dimasa-masa yang akan datang sehingga perusahaan mampu bertahan dalam menghadapi persaingan.