• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI WARGA KAMPUS TERHADAP PERATURAN MENGENAI PENETAPAN KAWASAN TANPA ROKOK DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEPSI WARGA KAMPUS TERHADAP PERATURAN MENGENAI PENETAPAN KAWASAN TANPA ROKOK DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT ABSTRACT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI WARGA KAMPUS TERHADAP PERATURAN MENGENAI PENETAPAN KAWASAN TANPA ROKOK

DI STKIP PGRI SUMATERA BARAT Fitri Ratna Sari¹, Maihasni², Surya Prahara²

¹Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat ²Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat

fitriratnasary512@yahoo.co.id

ABSTRACT

KTR (Cigarette Free Area) is an area that is prohibited to smoke, produce, sell and / or promote Tobacco Products. The means to implement KTR are hospitals, health services, educational institutions, houses of worship, plazas / malls, entertainment venues and offices. STKIP PGRI West Sumatra is a non-smoking area. This study aims to find and describe the perception of campus community about the determination of KTR in STKIP PGRI West Sumatra. The theory used in this research is the theory of Perception. The approach used is qualitative research with descriptive research type. Informants were taken by purposive sampling technique. Data types are primary and secondary data. Methods of data collection by: observation and interview. The data analysis unit used is the individual with Miles & Huberman data analysis. The results showed that: Perception of campus residents on the determination of KTR in STKIP PGRI West Sumatra; 1) the base and reference for non-smoking areas, with sanctions, clarified and confirmed areas that are non-smoking areas, 2) maintaining the health and comfort of campus residents from smoke and putts, 3) realizing an orderly and academic atmosphere, 4) non-smoking areas and areas of smoking, 5) counseling is done periodically. The impact of socialization of KTR (banners, posters and stickers) in STKIP PGRI West Sumatera; 1) reprimanded campus residents who smoke indiscriminately in non-smoking areas, 2) not reprimand campus residents who smoke indiscriminately in areas without cigarettes.

Keywords: Perception, Non Smoking Area. PENDAHULUAN

Dalam kehidupan bermasyarakat, anggota masyarakat diikat oleh berbagai aturan atau pedoman. Aturan atau pedoman tentang boleh ini tidak boleh itu; serta apa yang baik dan apa yang tidak baik dilakukan. Aturan atau

pedoman itu berupa norma-norma atau kaidah-kaidah yang mengatur hidup manusia dalam bermasyarakat (Soekanto dalam Adi, 2012: 6). Sebagaimana pernyataan Moore dalam Adi (2012: 7), bahwa dalam setiap masyarakat terdiri dari lingkup-lingkup yang memiliki kapasitas untuk menentukan,

(2)

menerapkan, dan mempertahankan (mengarahkan, manganjurkan, bahkan memaksakan anggotanya) aturan-aturan secara mandiri.

Adapun Undang-undang Kesehatan No. 36/2009 pasal 115 ayat 2 yang mewajibkan tiap daerah untuk menetapkan Kawasan Tanpa Rokok di Kota Padang yang menunjuk “sarana yang harus menerapkan KTR diantaranya rumah sakit, jajaran dinas kesehatan, institusi pendidikan, rumah ibadah, plaza/mall, tempat hiburan dan perkantoran” (Azkha, 2013:7).

Sebagaimana Perwako Kota Padang No. 14/2011, STKIP PGRI Sumatera Barat merupakan institusi pendidikan yang idealnya menerapkan peraturan kawasan tanpa rokok. Menyikapi peraturan-peraturan mengenai kawasan dilarang merokok di atas STKIP PGRI Sumatera Barat menjelaskan bahwa dalam rangka sosialisasi, setiap sudut dan ruang di area kampus dipasang slogan dan poster mengenai larangan dan bahaya merokok.

Manakala kita terapkan teori paradigma dalam menelaah aspek hukum, akan memberikan horizon yang luas inilah yang mestinya dipertimbangkan bagian demi bagian, misalnya ketika suatu hukum harus dibuat, diperbaiki, diterapkan atau ditegakkan (Fuady, 2013: 6-11). Sehingga sebelum mewujudkan peraturan mengenai penetapan Kawasan Tanpa Rokok di kampus, perlu diketahui Bagaimana “Persepsi Warga Kampus Terhadap Peraturan mengenai Penetapan Kawasan Tanpa Rokok di STKIP PGRI Sumatera Barat”.

METODE PENELITIAN

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif. Adapun informan diambil dengan menggunakan tekhnik purposive sampling. Jumlah Informan adalah 30 orang terdiri dari mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder data primer diperoleh dari warga kampus, sedangkan data

(3)

skunder diperoleh dari berita acara rapat yang membuktikan bahwa di STKIP PGRI Sumatera Barat belum memiliki peraturan yang legal mengenai penetapan kawasan tanpa rokok. Metode pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara: 1) observasi, 2) wawancara. Sementara itu, unit analisis data yang digunakan adalah individu dengan analisis data Miles & Huberman yang terdiri dari tahap reduksi, penyajian data atau analisis data dan penarikan kesimpulan (Afrizal, 2014:180.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Persepsi Warga Kampus

terhadap Peraturan Mengenai Penetapan Kawasan Tanpa Rokok di STKIP PGRI Sumatera Barat

Dalam hidup bermasyarakat, anggota masyarakat diikat oleh berbagai aturan atau pedoman tentang boleh ini dan tidak boleh itu, berupa patokan-patokan mengenai perilaku yang dianggap pantas. Pada hakikatnya aturan atau pedoman tersebut bertujuan untuk mencapai

suatu tata tertib dalam masyarakat yang bersangkutan.

Meskipun STKIP PGRI Sumatera Barat belum memiliki peraturan mengenai penetapan kawasan tanpa rokok, Kasubag Kemahasiswaan STKIP PGRI Sumatera Barat menjelaskan bahwa dalam rangka sosialisasi pada 1 September 2015 setiap sudut dan ruang di area kampus dipasang spanduk, sticker dan poster mengenai larangan dan bahaya merokok.

Ketika suatu hukum dibuat, diperbaiki, diterapkan atau ditegakkan, maka sebelumnya perlu pertimbangan masyarakat. Oleh karena itu, STKIP PGRI Sumatera Barat yang mulai melaksanakan peraturan mengenai penetapan kawasan tanpa rokok, mestinya dipertimbangkan bagaimana persepsi warga kampus terhadap peraturan mengenai penetapan kawasan bebas asap rokok di STKIP PGRI Sumatera Barat.

(4)

1.1 Landasan dalam Penerapan Peraturan Mengenai Penetapan Kawasan Tanpa Rokok

Dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara, terutama masyarakat yang heterogen, hukum berperan dalam mengatur kehidupan warga masyarakat daripada kaidah-kaidah lainnya, karena aturannya lebih eksplisit, sanksinya lebih pasti, lebih bersifat formal. Kaidah-kaidah hukum tersebut berwujud peraturan-peraturan tertulis yang dibuat oleh lembaga pengada hukum.

Diantara peraturan perundang-undangan tertulis yaitu, Perwako Kota Padang No. 14/2011 mengenai kawasan tanpa rokok, STKIP PGRI Sumatera Barat sebagai institusi pendidikan merupakan kawasan tanpa rokok. Dalam pelaksanaan peraturan walikota di atas, alangkah lebih baik jika terdapat peraturan dari STKIP PGRI Sumatera Barat kampus yang dapat menjadi acuan, harus lebih dipertegas dan diperjelas lagi bentuk kongkritnya area mana saja kawasan tanpa rokok di STKIP PGRI Sumatera Barat. Jadi, siapapun

harus menyesuaikan bila telah memasuki lingkungan yang merupakan kawasan tanpa rokok agar mematuhinya, selanjutnya peraturan disertai sanksi yang dilakukan secara bertahap.

1.2 Menjaga Kesehatan dan

Kenyamanan Warga

Kampus

Menurut aspek kesehatan, rokok mengandung 4000 zat kimia yangberbahaya bagi kesehatan, seperti Nikotin yang bersifat adiktif dan Tar yang bersifat karsinogenik, bahkan juga Formalin. Ada 25 jenis penyakit yang ditimbulkan karena kebiasaan merokok seperti Emfisema, Kanker, Paru, Bronkhitis Kronis dan Penyakit Paru lainnya (Kemenkes RI, 2011: 9).

Sebagaimana akibat dari bahaya yang disebabkan karena merokok dan asap rokok, maka jika STKIP PGRI Sumatera Barat menetapkan kawasan tanpa rokok akan berdampak positif yaitu untuk lebih menjaga kesehatan seluruh warga kampus.

(5)

1.3 Mewujudkan Suasana Tertib Manusia dalam hidup bermasyarakat diatur dan dikendalikan oleh berbagai kaidah atau norma dan nilai-nilai yang pada hakikatnya bertujuan untuk mencapai suatu tata tertib dalam masyarakat yang bersangkutan. Karena memang setiap masyarakat memerlukan suatu mekanisme pengendalian sosial agar segala sesuatunya berjalan dengan tertib.

Dalam mewujudkan suasana yang tertib, penetapan kawasan tanpa rokok sangat membantu dalam mendapatkan lingkungan yang aman dan nyaman. Sebab berkurang penghambat konsenterasi karena asap rokok maupun sampah putung rokok dapat menghambat konsenterasi civitas akademika.

1.4 Membuat Sekat antara Kawasan Tanpa Rokok dan Kawasan Boleh Merokok

Dalam institusi pendidikan terdapat warga kampus yang notabennya adalah tempat keramaian. Merokok sembarangan di kawasan institusi pendidikan

adalah hal yang tidak pantas. Jika pun diizinkan, sebaiknya terdapat ruangan khusus untuk merokok. Dengan demikian terlihat ada pemisah antara dua area yaitu area yang diperbolehkan dan dilarang merokok.

1.5 Penyuluhan Dilakukan secara Berkelanjutan

Pengendalian sosial dapat mengarahkan, manganjurkan, mengajak, bahkan memaksakan anggotanya agar menyesuaikan diri dengan kebiasaan-kebiasaan, nilai dan norma kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Sehingga warga kampus juga memerlukan pengarahan dan himbauan mengenai penetapan kawasan tanpa rokok.

Dalam hal ini sosialisasi berupa penyuluhan perlu dilakukan secara berkelanjutan. Sebagaimana kita ketahui setiap tahun dunia kampus selalu dihadiri oleh mahasiswa baru yang tentu tidak seluruhnya mengetahui dan memahami mengenai bahaya dan akibat rokok serta penetapan kawasan tanpa rokok di STKIP PGRI Sumatera Barat. Jadi,

(6)

sosialisasi tidak hanya berupa spanduk, poster dan sticker. Melainkan memerlukan penyuluhan mengenai bahaya rokok dan kawasan tanpa rokok dapat diadakan dengan periode, misal satu atau dua tahun sekali.

2. Dampak Sosialisasi sebagai Penetapan Kawasan Tanpa Rokok di STKIP PGRI Sumatera Barat

Meskipun saat ini himbauan dilarang merokok di STKIP PGRI Sumatera Barat masih berupa sosialisasi (spanduk, poster dan sticker), namun telah digunakan sebagai acuan dalam menegur dan mengingatkan warga kampus yang merokok sembarangan. Dengan demikian, himbauan mengenai kawasan tanpa rokok tersebut telah memberikan dampak positif.

2.1 Warga Kampus Menegur Warga Kampus yang Merokok Sembarangan di Kawasan Tanpa Rokok

Sebagaimana pepatah tak kenal maka tak sayang dan tak sayang maka tak cinta seperti itu pula realita dalam hal

memberitahukan, mengingatkan atau menegur jika terlihat sesama warga kampus yang merokok sembarangan di kawasan tanpa rokok di STKIP PGRI Sumatera Barat, hanya menegur yang saling kenal-mengenal saja. Namun ada beberapa tenaga kependidikan dan dosen yang menegur warga kampus yang melanggar kawasan tanpa rokok walaupun tidak saling kenal.

2.2 Warga Kampus Tidak Menegur Warga Kampus

yang Merokok

Sembarangan di Kawasan Tanpa Rokok

Sesuai dengan kondisi ketertiban masyarakat, terdapat juga masyarakat tertentu yang tidak terlalu memerlukan pengendalian sosial yang tinggi dan kuat. Hal ini terkait kawasan tanpa rokok yang terjadi di STKIP PGRI Sumatera barat, di mana pada beberapa program studi dosen maupun mahasiswa kuantitas yang berjenis kelamin laki-laki rendah. Sehingga pelanggaran kawasan tanpa rokok tidak terlihat. Selain itu, terdapat warga kampus tidak pernah melihat pihak kampus menegur warga

(7)

kampus yang merokok di kawasan dilarang merokok, namun hanya acuh saja. Jadi, terdapat juga sebagian warga kampus yang tidak saling mengingatkan dan menegur warga kampus yang melanggar kawasan tanpa rokok.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: Persepsi Warga Kampus (mahasiswa, dosen dan tenaga kependidikan) terhadap Peraturan mengenai Penetapan Kawasan Tanpa Rokok di STKIP PGRI Sumatera Barat yaitu berupa persetujuan dengan mendukung penetapan kawasan tanpa rokok sebagaimana harapan-harapan warga kampus untuk dijadikan sebagai landasan dan acuan untuk kawasan tanpa rokok, lebih menjaga kesehatan dan kenyamanan warga kampus, mewujudkan suasana tertib

dan akademik, membuat sekat antara kawasan tanpa rokok dan kawasan boleh merokok penyuluhan dilakukan secara berkelanjutan dan periodik. Dampak sosialisasi berupa spanduk, poster dan sticker mengenai kawasan tanpa rokok dikampus yaitu warga kampus menegur warga kampus yang merokok sembarangan di kawasan tanpa dan terdapat juga warga kampus tidak menegur warga kampus yang merokok sembarangan di kawasan tanpa rokok.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Rianto. 2012. Sosiologi Hukum Kajian Hukum Secara Sosiologis. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Afrizal. 2014. Metode Penelitian

Kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Fuady, Munir. 2013. Teori-teori dalam Sosiologi Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Group.

(8)

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2011. Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok.Jakarta.

Azkha, Nizwardi. 2013. Studi Efektivitas Penerapan

Kebijakan Perda

KotaTentangkawasan Tanpa Rokok (KTR) dalam Upaya Menurunkan Perokok Aktif di Sumatera Barat Tahun 2013.jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia. Vol 02 No. 04. Hlm. 172-178.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan secara parsial semua variabel mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pemahaman akuntansi pada mahasiswa akuntansi di UPN “Veteran” Jawa Timur.. Keywords

Berdasarkan hasil pengamatan aktivitas guru dan siswa dan berdasarkan diskusi observer bersama peneliti bahwa pada proses pembelajaran pertemuan ketiga dengan penerapan

Kesimpulanya, kertas kerja ini memberi beberapa cadangan untuk membangunkan minda kelas pertama dalam tenaga manusia menerusi pendidikan teknik dan vokasional yang mana

Pada variabel kualitas kepuasan pengguna yang memiliki jawaban terendah adalah KP4 yang merupakan kualitas penilaian anda terhadap kemampuan sistem informasi

Krisis ekonomi di AS mengakibatkan pengeringan likuiditas sektor perbankan dan insitusi keuangan non- bank yang disertai berkurangnya transaksi di sektor keuangan.

Pada penelitian Wijaya dkk melakukan penelitian perancangan aplikasi pemesanan catering menggunakan metode HCD dan menghasilkan rancangan desain dengan nilai

Pemahaman bahwa semakin sulitnya mencari bahan baku bambu Hitam berpengaruh pada kesadaran masyarakat (pengguna) untuk melakukan konservasi dengan cara penanaman

Langkah yang sama akan dilakukan pada seluruh waktu pengukuran baik dalam kondisi trafik dalam keadaan kecil, sedang maupun padat.dari hasil keseluruhan waktu