• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan, bahasa, tradisi dan kepercayaan. Hal inilah yang kemudian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan, bahasa, tradisi dan kepercayaan. Hal inilah yang kemudian"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Indonesia merupakan negara multikultur dengan berbagai macam kebudayaan, bahasa, tradisi dan kepercayaan. Hal inilah yang kemudian menjadikan indonesia memiliki kekayaan yang tak terhitung nilainya. Sehingga sudah seharusnya msyarakat Indonesia mampu melestarikan tradisi dan kebudayaan tersebut agar menjadi identitas masyarakat Indonesia. Tradisi atau kebudayaan tidak akan pernah lepas dari konteks kehidupan masyarakat, karena kebudayaan merupakan produk manusia sebagai individu dan kelompok dalam kehidupan masyarakat.

Konsep kebudayaan tidak hanya ditemukan dalam kebudayaan di Indonesia tetapi juga dapat ditemukan disemua kebudayaan di dunia, baik dalam masyarakat pedesaan maupun masyarakat perkotaan. Salah satu wujud dari kebudayaaan dari masyarakat indonesia adalah pelaksanaa upacara adat yang didalamnya terdapat nilai budaya yang tinggi dan banyak memberikan inspirasi bagi kekayaan budaya daerah yang ada, pada akhirnya akan menambah khasanah budaya nasional. Wujud kebudayaan dan sistem upacara adat merupakan wujud kelakuan dari sistem religi. Ritus dan upacara merupakan pelaksanaan dan pengembangan konsep-konsep yang terkandung dalam keyakinan yang akan menentukan tata urutan dan acara dalam tradisi yang mampu memberikan inspirasi nilai positif (pesan moral) bagi masyarakat. Melalui pesan pesan simbolik dalam upacara adat, menyadarkan

(2)

2 manusia bahwa dalam hidup dan kehidupan ini berlaku hukum kodrat yaitu kekuatan yang ada diluar kekuatan manusia yang mutlak sifatnya.

Dinamika sosial yang terjadi di indonesia dari masa keberadaan kerajaan kerajaaan lalu diikuti dengan masa kolonialisme sampai dengan saat ini peran dan kebudayaan suku jawa tidak ndapat dipungkiri memiliki peran dan pengaruh yang cukup besar atas keberadaan negara kesatuan republik indonesia. Namun seiring berkembangnya jaman, sebagian masyarakat indonesia mulai meninggalkan tradisi dan budaya leluhurnya. Tidak sedikit tradisi atau adat istiadat yang diwariskan bisa memudar bahkan musnah. Namun sebaliknya, tak banyak diantara masyarakat indonesia yang masih melestarikan tradisi nenek moyang. Sehingga terdapat juga tradisi atau kebudayaan yang masih eksis walaupun perkembangan jaman semakin modern.

Masyarakat atau komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang hidup, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun, pernikahan hingga upacara kematian. Dalam acara-acara tersebut orang mengucapkan kata-kata atau menampilkan perilaku-perilaku simbolik. Mereka yang berpartisipasi dalam bentuk komunikasi ritual tersebut menegaskan kembali komitmen mereka kepada tradisi keluarga, komunitas, suku, bangsa ideologi atau agama mereka (Mulyana Deddy, tanpa tahun: 27).Tidak mudah bagi masyarakat Indonesia untuk dapat menjaga dan juga mempertahankan tradisi dan budaya warisan leluhur. Banyak masyarakat yang menganggap tradisi leluhur merupakan tradisi kuno. Anggapan inilah yang kemudian menjadi faktor penyebab tradisi dan budaya suatu daerah

(3)

3 mulai sirna dan cenderung dilupakan. Namun masih ada pula tradisi dalam suatu daerah yang masih dilstarikan oleh masyarakat jawa yakni ritual selametan.

Slametan berasal dari kata Slamet yang berarti selamat, bahagia, sentausa. Selamat dapat dimaknai sebagai keadaan lepas dari insiden-insiden yang tidak dikehendaki. Sehingga slametan bisa diartikan sebagai kegiatan-kegiatan masyarakat Jawa yang biasanya digambarkan sebagai tradisi ritual, baik upacara di rumah maupun di desa, bahkan memiliki skala yang lebih besar. Dengan demikian, slametan memiliki tujuan akan penegasan dan penguatan kembali tatanan kultur umum. Di samping itu juga untuk menahan kekuatan kekacauan (talak balak).

Upacara ritual selametan pada masyarakat jawa merupakan ritual yang dilakukan masyarakat jawa atau kelompok kejawen yang juga sebagai bentuk penghormatan terhadap para leluhur dan ruh nenek moyang mereka yang diyakini dapat mendatangkan berkah dan bahaya. Upacara ritual bagi masyarakat jawa merupakan sesuatu yang sakral dan mempunyai nilai mistis sehingga kegiatan ritual wajib diakukan. Apabila kegiatan upacara ritual tidak dilakukan ada kepercayaan akan terjadi bencana terhadap keluarga mereka. Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara umum tujuan slametan adalah untuk menciptakan keadaan aman, sejahtera, dan bebas dari gangguan makhluk yang nyata dan juga makhluk halus, yaitu suatu keadaaan yang disebut slamet.

Penyelenggaraan upacara slametan memiliki alasan utama yang meliputi perayaan siklus hidup, menempati rumah baru, penenan, memenuhi

(4)

4 nadzar atau janji, itu yang paling umum. Tapi tak ada alasan yang lebih kuat, ketimbang keinginan untuk mencapai suatu keadaan yang aman dan sejahtera. Salah satu bentuk selametan yang masih eksis dimasyarakat jawa adalah tradisi Kauman yang secara tradisional hingga kini masih dilaksanakan secara turun temurun, terutama di Dusun Ngajaran Desa Ngrambingan Kecamatan panggul Kabupaten Trenggalek.

Kabupaten Trenggalek merupakan salah satu kabupaten di provinsi Jawa Timur yang terletak dibagian selatan dari wilayah provinsi Jawa Timur. Kabupaten trenggalek terbagi menjadi 14 Kecamatan dan 157 Desa, diantaranya adalah Desa Ngrambingan yang merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan panggul Kabupaten Trenggalek.. Kecamatan Panggul terletak 59 km sebelah barat daya kota Trenggalek, setengah wilayahnya adalah pegunungan yang mengitari dataran rendah melingkar luas dari barat, utara ke timur sampai pantai disebelah selatan dan membentuk lembah yang luas dengan teluknya. Kecamatan panggul merupakan kecamatan dengan jumlah terbesar dikabupaten trenggalek.

Kecamatan panggul memiliki 17 desa diantara adalah desa ngrambingan. Desa Ngrambingan sendiri terbagi menjadi 3 Dusun, yakni Dusun Krajan, Dusun Sonokulon dan Dusun Ngajaran. 90% masyarakat Dusun Ngajaran berprofesi sebagai petani dengan komoditas utamanya cengkeh dan kelapa. Masyarakat Dusun Ngajaranseluruh penduduknya beragama Islam namun mereka juga masih percaya terhadap hal-hal mistis dan juga ajaran-ajaran kejawen, sehingga bisa dikatakan hampir seluruh masyarakatnya menganut islam kejawen. Meski menganut kejawen, mereka

(5)

5 masih meyakini Tuhan yang Esa. Artinya tidak ada perubahan dengan keyakinan seseorang. Jika mereka seorang muslim maka mereka tetap melakukan ibadah sesuai dengan tuntutan yang diajarkan. Salah satu contoh kebudayaan kejawen yang dijalankan oleh masyarakat Dusun Ngajaran adalah Selametan yang mana didalam tradisi tersebut ada tradisi yang dinamakan dengan Kauman.

Tradisi kauman adalah sebuah tradisi yang dikenal dengan meminta keselamatan dan perlindungan kepada Tuhan yang Maha Esa dan juga para leluhur-leluhur, yang dilakukan dengan membaca doa-doa kejawen secara bersama-sama dengan sekelompok masyarakat yang mana didalam tradisi tersebut ada symbol-symbol tertentu seperti rasul (ayam ingkung), punar (nasi kuning), buceng (nasi yang dibentuk menyerupai gunung), paes agung (berisi kue-kue tradisional, krecek, krupuk), dan lain-lain

Tradisi ini merupakan ungkapan hidup bermasyarakat dalam berinteraksi dengan penguasa alam dan dengan lingkungan alamnya. Nilai nilai yang terkadandung dalam pelaksaaan upcara adat ini telah terkaji dari masa ke masa, karena tradisi ini merupakan warisan dari para leluhur, sehingga secara tidak langsung merupakan sarana pendidikan non formal dalam mengajarkan nilai nilai kehidupan kepada generasi berikutnya.

Kegiatan tradisi kauman telah berakar kuat dijiwa masyarakat setempat dan telah menjadi tradisi masyrakat untuk melaksanakannya ketika terjadi sesuatu dalam kehidupannya, misalkan kelahiran, kesakitan, kematian dan ketika masa panen tiba. Berlangsungnya tradisi ini merupakan suatu usaha untuk melestarikan budaya dari generasi ke generasi. Tradisi kauman

(6)

6 merupakan perwujudan salah satu kebudayaan daerah yang ada di kabupaten trenggalek khususnya masyarakat dusun ngajaran desa ngrambingan yang merupakan obyek dalam penelitian ini, tradisi ini bersifat ritual magis dan merupakan kebudanyaaan yang berunsurkan kepercayaan (mitos) serta mempunyai nilai nilai budaya daerah yang tinggi.

Tradisi kauman dilakukan ketika seseorang mau menikah, mengalami kesakitan, kelahiran, kematian dan ketika akan memanen hasil pertanian. Penambahan simbol yang ada dalam tradisi Kauman tersebut berbeda-beda antara jenis Kauman yang satu dengan yang lainnya, yang mana symbol-symbol tersebut memiliki arti dan makna yang berbeda-beda. Tradisi Kauman adalah kegiatan ritual, sedangkan ritual sendiri berkaitan dengan identitas kepercayaan masyarakat. Dalam ritual terkandung makna utama yaitu kemampuan masyarakat dalam memahami budaya dan tradisi lokal yang ada. Dalam konteks tersebut maka penciptaan dan pemaknaan simbol-simbol tertentu menjadi sangat penting dan bervariasi. Didalam simbol tersebut dimasukkan unsur-unsurr keyakinan yang membuat semakin tingginya nilai sakralitas sebuah simbol.

Masyarakat muslim Jawa khususnya masyarakat desa Ngrambinagn, meyakini bahwa ritualitas sebagai wujud pengabdian dan ketulusan penyembahan kepada Allah, sebagian diwujudkan dalam bentuk simbol-simbol ritual yang memiliki kandungan makna mendalam. Simbol-simbol-simbol ritual merupakan ekspresi atau pengejawantahan dari penghayatan dan pemahaman akan “realitas yang tak terjangkau” sehingga menjadi “yang sangat dekat”. Dengan simbol-simbol ritual tersebut, terasa bahwa Allah

(7)

7 selalu hadir dan selalu terlibat, “menyatu” dalam dirinya. Simbol ritual dipahami sebagai perwujudan maksud bahwa dirinya sebagai manusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Tuhan. Sebagaimana diketahui, dalam tradisi Islam Jawa, setiap kali terjadi perubahan siklus kehidupan manusia, rata-rata mereka mengadakan ritual slametan, dengan memakai berbagai benda-benda makanan sebagai simbol penghayatannya atas hubungan diri dengan Allah.Salah satu bentuk tradisi Kaumanadalah kaumansriatan (selametan kesehatan)

KaumanSriatan adalah kauman yang dilakukan ketika seseorang mengalami kesakitan kemudian dihitung neptunya atau kelahiran berdasarkan perhitungan kejawen, apabila neptu nya putus maka akan di adakan kauman sriatan. Tujuan dari kauman sriatan ini adalah meminta agar diberikan kesembuhan oleh sang pencipta dan kepada leluhur. Beberapa symbol yang terdapat dalam tradisi kauman sriatandiantaranya adalah mule, metri, buceng, ayam panggang/ayam rasul, cambah waton, sengkolo semoyo, ambeng poro, bulus angkrem, serabi setangkep dan lain sebagainya. Symbol dalam tradisi kauman sriatan tersebut wajib hukumnya dipenuhi dalam melakukan ritual nantinya.

Kegiatan Kauman termasuk kauman sriatan bersifat simbolis, sehingga dalam upacara tersebut terdapat simbol-simbol yang memiliki makna tersendiri. Partisipasi masyarakat dalam tradisi Kaumansriatan menggambarkan adanya komunikasi sosial dan budaya, sebab semua anggota masyarakat dalam lingkaran bertetangga tersebut dalam suasana yang sama dan juga menikmati makanan yang hampir sama sehingga inilah suatu wujud

(8)

8 dari pemahaman masyarakat jawa mengenai hidup slamet dan rukun dalam menerapkan nilai-nilai budayanya.

Lambang atau simbol merupakan suatu yang digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang lainnya. Hanya saja tidak seperti komunikasi biasanya, karena tidak hanya menyampaikan suatu pesan seseorang kepada orang lain, simbol-simbol disini berhubungan antara orang-orang yang berkomunikasi itu mengandung unsur-unsur kejiwaan yang sangat mendalam (Effendy Onong, 2009:138). Oleh karena itu upaya untuk mengkaji dan memahami makna simbolik dalam sebuah tradisi perlu dilakukan. Penggunaan simbol ketika berinteraksi dengan seseorang dapat mmberikan makna berupa ide, gagasan dan pendapat seseorang ketika melakukan komunikasi.

Makna sosial tradisi Kauman sriatan memberikan arti khusus pada masyarakat Desa Ngrambingan, sehingga tradisi tersebut masih berfungsi sebagai bagian dari sistem nilai masyarakat dan sisitem sosial yang mempererat komunikasi masyarakat. Akan tetapi perkembangan jaman modern seperti saat ini mengakibatkan pemahaman orang terhadap makna simbol maupun makna sosial dan nilai tradisi Kauman sriatan mulai kabur, terutama para generasi muda. Banyak dari mereka yang memberikan anggapan bahwa tradisi Kauman sriatan hanya sekedar kegiatan baca doa dan makan bersama tanpa memahami dengan benar makna dari Kauman sriatanitu sendiri. Untuk itu sangat diperlukan pengetahuan terhadap pewarisan budaya dan tradisi dari generasi ke generasi.

(9)

9 Budaya dan tradisi didapatkan melalui proses belajar dari masyarakat dan lingkungannya, untuk itu dalam upaya pelestariaan dan memelihara budaya daerah yang merupakan bagian dari budaya nasional. Maka dilakukan inventarisasri, dokumentasi, dan penelitian yang difokuskan pada budaya daerah tersebut. Hal ini juga sebagai usaha meningkatkan penyebaran pengetahuan tentang budaya daerah, terutama kepada generasi muda. Pada kenyataannya tradisi kauman sriatan ini kurang dikenal oleh generasi muda sekarang. Sedangkan generasi yang pernah mengalami dan banyak mengetahui tradisi ini kebanyakan telah berusia lanjut. Kebanyakan generasi muda terutama yang ada di Dusun Ngajaran tidak mengetahui bagaimana tradisi kauman sriatan serta tidak mengetahui makna sosial yang ada dalam tradisi kauman sriatan tersebut.

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menganggap perlu dan layak untuk mengangkat tradisi “Kauman Sriatan” di Dusun Ngajaran Desa Ngrambingan sebagai obyek penelitian dengan judul Konstruksi Sosial Tradisi “Kauman Sriatan”Studi pada Masyarakat Dusun Ngajaran Desa Ngrambingan Kecamatan Panggul Kabupaten Trenggalek.

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalahnya adalah: Bagaimana Konstruksi Sosial Tradisi Kauman Sriatanpada MasyarakatDusun Ngajaran Desa Ngrambingan Kecamatan Panggul Kabupaten Trenggalek 1.3.Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah: untuk mengetahui danmendeskripsikan serta menunjukkan tentang Konstruksi

(10)

10 Sosial yang terdapat pada Tradisi Kauman Sriatanpada Masyarakat Dusun Ngajaran Desa Ngrambingan Kecamatan Panggul Kabupaten Trenggalek 1.4.Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Adapun manfaat yang dapat dihasilkan dari penelitian ini dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni secara teoritis dan secara praktis yang dapat dijabarkan sebagai berikut:

1.4.1. Secara Teoritis

Hasil penilitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu informasi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya tentang makna sosial tradisi kauman sriatan yang ada hubungannya dengan Program Studi Sosiologi khusunya pada kajian tradisi dan kebudayaan serta diharapkan dapat memperkuat kajian teori sosiologi tentang Konstruksi Sosial Peter L Berger dan Thomas Luckman 1.4.2. Secara Praktis

1. Penulis

Penulis akan menjadi lebih mengetahui dan memahami tentang bagaimana kosntruksi sosial masyarakat dalam tradisi kauman sriatan di Dusun Ngajaran Desa Ngrambingan. Selain itu penulis juga akan mampu menganalisis fenomena tersebut menggunakan teori-teori sosiologi yang telah didapatkan di bangku perkuliahan, dan juga peneltian ini sebagai salah satu persyaratan yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan studipada jurusan Sosiologi Universitas Muhammadiyah Malang.

(11)

11 2. Perguruan tinggi dan civitas akademi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi civitas akademi perguruan tinggidan diharapkan mampu menjadi bahan referensi dalam penelitian-penelitian sejenis lainnya, sehingga mampu menunjang keilmuan dan mempertajam analisis terkait tema yang diangkat dalam penelitian ini. Terutama dalam kajian konstruksi sosial khususnya konstruksi sosial yang terdapat dalam tradisi kauman sriatan.

1.5. Definisi Konsep

1.5.1. Konstruksi Sosial

Konstruksi sosial atas realitas (Social construction of reality) di definisikan sebagai proses sosial melalui tindakan dan interaksi dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif (Yesmil Anwar, 2013:377). Berger dan Luckmann mengatakan terjadi dialektika antara individu menciptakan masyarakat dan masyarakat menciptakan individu. Proses dialektika ini terjadi melalui eksternalisasi, objektivasi dan internalisasi (Burhan Bungin, 2008:14-15).

1.5.2. Tradisi

Tradisi adalah suatu adat istiadat atau kebiasaan yang turun temurun yang masih dijalankan di masyarakat dan menjadi bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat. Menurut Hasan Hanafi, Tradisi (Turats) adalah segala warisan masa lampau yang masuk pada kita dan masuk kedalam kebudayaan yang sekarang berlaku. Dengan

(12)

12 demikian, bagi bagi Hanafi turast tidak hanya merupakan persoalan peninggalan sejarah, tetapi sekaligus merupakan persoalan kontribusi zaman kini dalam berbagai tingkatannya.(Nur Hakim, 2003:29) 1.5.3. Kauman Sriatan

Kauman adalah sebuah tradisi yang dikenal dengan meminta keselamatan dan perlindungan kepada Tuhan yang Maha Esa dan juga para leluhur-leluhur, yang dilakukan dengan membaca doa-doa kejawen secara bersama-sama dengan sekelompok masyarakat yang mana didalam tradisi tersebut ada symbol-symbol tertentu seperti rasul (ayam ingkung), punar (nasi kuning), buceng (nasi yang dibentuk menyerupai gunung), paes agung (berisi kue-kue tradisional, krecek, krupuk), dan lain-lain. Adanya macam-macam simbol dalam tradisi kauman tersebut tergantung dengan niat atau nadzar yang dimiliki oleh orang yang melakukan kauman.

Kauman Sriatan adalah kauman yang dilakukan ketika seseorang mengalami kesakitan kemudian dihitung neptunya atau kelahiran berdasarkan perhitungan kejawen, apabila neptu nya putus maka akan di adakan kauman sriatan. Tujuan dari kauman sriatan ini adalah meminta agar diberikan kesembuhan oleh sang pencipta dan kepada leluhur (Hasil wawancara peneliti dengan informan).

1.6. Metode Penelitian

1.6.1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan yang diteliti, jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian kualitatif dengan

(13)

13 menggunakan pendekatan deskriptif. Dimana didalam pendekatan deskriptif ini peneliti akan menggali data secara lebih mendalam dan kemudian menyajikannya kedalam bentuk deskriptif sehingga data yang disajikan akurat dan dapat dengan mudah dipahami oleh pembaca. Menurut Bogdan dan Taylor dalam Kaelan (2012 :16), penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata lisan, catatan-catatan yang berhubungan dengan makna, nilai serta pengertian dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati. Sementara pendekatan penelitian deskriptif adalah pendekatam penelitian yang bermaksud untuk membuat deskripsi mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian (Suryabrata Sumadi, 2012:35)

Pendekatan kualitatif ini dipilih karena dianggap sesuai dengan tema yang akan diteliti, yang mana penelitian ini bertujuan untuk menguraikan dan menunjukkan secara mendalam tentang konstruksi sosial yang terdapat dalam tradisi Kauman Sriatan. Peneliti kualitatif selalu mengandalkan adanya suatu proses berfikir yang induktif untuk memahami suatu realitas, peneliti yang terlibat langsung dalam situasi dan latar belakang fenomena yang diteliti serta memusatkan perhatian pada suatu peristiwa kehidupan yang sesuai dengan konteks penelitian. Peneliti melaporkan secara realita apa yang ada dilapangan secara jujur dan mengansdalkan pada suara dan penafsiran subjek penelitian.

(14)

14 1.6.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Dusun Ngajaran Desa Ngrambingan Kecamatan Panggul Kabupaten Trenggalek. Penentuan lokasi ini dipilih karena masyarakat Dusun Ngajaranmasih menjalankan tradisi tersebut hingga saat ini.

1.6.3. Teknik Penentuan Subjek Penelitian

Penentuan subjek penelitian merupakan hal yang penting dalam penelitian. Penentuan subjek yang tepat dan kompeten dapat memungkinkan diperolehnya data dan informasi yang valid serta akurat karena subjek penelitian merupakan salah satu sumber data dalam penelitian kualitatif.Teknik penentuan subjek dalam penelitianini adalah dengan menggunakan purposive sampling, yang mana purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2009:85). Peneliti menetapkan subjek berdasarkan pertimbangan peneliti dan apa yang sudah peneliti tentukan.

Subjek yang diambil dalam penelitian ini adalah para tetua Dusun Ngajaran sekaligus dukun yang berjumlah dua orang dan anggota masyarakat yang berjumlah delapan orang. Adapun informan yang berfungsi sebagai pemberi data pendukung berjumlah dua orang yakni satu dari petugas kelurahan dan satu orang dari kepala dusun.

Subjek penelitian dalam penelitian yang akan membahas tentang “Konstruksi Sosial Tradisi Kauman Sriatan” yakni sebagai berikut:

(15)

15 1. Soimin (56 tahun) selaku tetua dusun sekaligus dukun yang ada didusun Ngajaran. Yang mana beliau orang pertama yang dikunjungi warga ketika mereka sakit untuk melihat apakah neptunya putus atau tidak. Dan beliau merupakan orang yang paling mengerti dan paham mengenai tradisi kauman sriatan 2. Sabar (68 tahun)warga dusun Ngajaran desa Ngrambingan yang

pernah melakukan tradisi Kauman Sriatan

3. Boyadi (57 tahun) warga Dusun Ngajaran yang pernah melakukan Tradisi Kauman Sriatan sekaligus berperan sebagi ustadz di Dusun Ngajaran

4. Sarbo (65 tahun) yang merupakan warga dusun Ngajaran yang seringkali melakukan tradisi kauman sriatan

5. Boiyem (47 tahun) yang juga merupakan warga yang kerap kali melakukan tradisi kauman sriatan

6. Tumi (36 tahun) merupakan warga yang juga pernah melakukan tradisi kauman sriatan

7. Yatimah (29 tahun) warga dusun Ngajaran yang pernah ikut serta dalam ritual kauman sriatan

8. Winarsih (28 tahun) warga dusun Ngajaran yang juga pernah ikut serta dalam kegiatan ritual tradisi kauman sriatan.

Adapun informan yang berfungsi sebagai pemberi data pendukung dalam penelitian ini yakni ;

1. Katno (56 tahun) selaku kepala Desa Ngrambingan 2. Sukri (55 tahun) selaku kepala Dusun Ngajaran

(16)

16 Subjek dan informan tersebut dipilih karena dianggap memiliki pemahaman dan pengetahuan terkait konstruksi sosial masyarakat tradisi kauman sriatan sehingga nantinya akan mendukung peneliti dalam menggali data dalam penelitian yang terkait tentang konstruksi sosial tradisi kauman sriatan.

1.7.Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini antara lain:

1.7.1. Observasi

Sutrisno Hadi (1986) dalam Sugiyono (2009:145) menyebutkan bahwa observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Menurut Marshall dalam Sugiyono (2008:310) menyatakan bahwa melalui observasi peneliti belajar tentang perilaku, dan makna dari perilaku tersebut.

Observasi awal yang dilakukan oleh peneliti pada hari Kamis pada tanggal 15 Agustus 2019, berangkat pukul 09 pagi dari rumah peneliti yang kira-kira berjarak 30 m dari lokasi salah satu rumah tetua Dusun. Karena sudah menjadi bagian dari masyarakat Dusun Ngajaran maka peneliti tidak perlu memperkenalkan diri kepada tetua Dusun karena kami sudah cukup akrab dan sering melakukan kegiatan bersama ketika ada acara seperti yasinan, tahlilan dan kerja bakti. Sesampainya

(17)

17 disana penelitidisambut dengan baik oleh Bapak Soimin selaku tetua Dusun sekaligus berperan sebagai Dukun di Dusun Ngajaran. Peneliti kemudian mengajukan diri untuk melakukan penelitian di Dusun Ngajarandengan tema tradisi kauman sriatan, kemudian beliau mengijinkan dan akan membantu penelitian saya.

Observasi kedua peneliti lakukan pada malam harinya. Pada observasi kedua ini peneliti bertemu langsung dengan Kepala Dusun Ngjaran yang biasa disebut dengan Bapak Kasun.Tujuan observasi kedua ini untuk meminta izin penelitian sekaligus meminta data terkait profil Dusun Ngajaran dan mengenai tradisi kauman yang ada di Dusun Ngajaran. Bapak Kasun menerima dengan baik kedatangan peneliti dan juga mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian di Dusun ngajaran, beliau juga memberikan data-data terkait profil Dusun dan memberikan penjelasan sedikit terkait tradisi kauman.

Observasi ketiga peneliti lakukan pada hari Senin Tanggal 19 Agustus 2019 Pukul 5.30 WIB. Observasi ketiga ini peneliti ditemani oleh istri karena kebetulan akan ada penyelenggaraan tradisi kauman sriatan yang dilakukan oleh salah satu warga Dusun Ngajaran yang sebelumnya peneliti sudah diundang untuk menghadiri acara tersebut. Istri peneliti juga membantu mempersiapkan segala keperluan yang dibutuhkan dalam tradisi kauman sriatan tersebut. Dalam observasi ketiga ini peneliti

(18)

18 mengamati dan mengikuti langsung tradisi kauman sriatan mulai dari persiapan kauman hingga selesai membaca doa dan makan bersama. Sehingga dalam observasi ketiga ini peneliti menjadi lebih mengetahui bagaimana ritual itu dijalankan.

Observasi dalam penelitian ini dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui dan mengamati bagaimana tradisi kauman sriatan yang ada di Dusun Ngajaran. Observasi dilakukan dengan carra bertemu langsung dengan tetua Dusun, kepala Dusun dan salah satu warga. Tujuannya adalah untuk memperoleh data yang berkaitan dengan tradisi kauman sriatan dan juga profil dusun Ngajaran.

1.7.2. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti dalam menggali data terkait konstruksi sosial masyarakat dalam tradisi kauman sriatanmelalui pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh peneliti kepada subjek penelitian sehingga memungkinkan adanya pertukaran informasi. Menurut Esterberg (2002) dalam Sugiyono (2009:231), wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukan informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu. Suharsimi Arikunto (2013:167) mengatakan bahwa wawancara atau interview adalah seebuah dialog yang dilakukan oleh

(19)

19 pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi ataupun data dari terwawancara (responden).

Wawancara dalam penelitian ini menggunakan In-depth Interview. Pengertian In-depth Interview (wawancara mendalam) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan pene;litian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka langsung dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara dimana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Ciri khusus dari wawancara mendalam ini adalah keterlibatan peneliti dalm kehidupan informan. Wawancara dalam penelitian ini menggunkan tipe tidak terstruktur dengan tujuan agar pertanyaan dapat mengalir sesuai dengan pembicaraan yang dilakukan oleh peneliti dengan informan. Sehingga dapat memberikan kesan tidak adanya sekat antara peneliti dengan informn tersebut.

Wawancara peneliti lakukan pada saat ada kesempatan bertatap muka langsung dengan para subyek penelitian seiring dengan dilakukannya observasi. Karena peneliti sudah cukup lama tinggal dilokasi penelitian maka peneliti dengan para subyek penelitian sudah cukup akrab sehingga memudahkan peneliti dalam menggali data mengeni tradisi kauman sriatan.

(20)

20 1.7.3. Dokumentasi

Dokumentasi dalam hal ini merupakan bukti-bukti yang telah diabadikan baik dalam jangka waktu dekat maupun dalam jangka waktu lama. Data tersebut berkaitan dengan jumlah penduduk, profil Kecamatan maupun data-data lain yang berkaitan dengan tema penelitian yang dibahas. Menurut Sugiyono (2009:240), Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang.

Data dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk mendapatkan informasi yang berhubungan dengan tradisi kauman sriatan, foto-foto dokumenter pada saat pelaksanaan tradisi dan juga data-data yang bersifat sekunder dalam fokus penelitian ini. Dokumentasi tertulis terkait profilDusum Ngajaran Desa Ngrambingan Kecamatan Panggul yang berkaitan dengan penelitian didapat melalui kantor Desa dan kantor Kecamatan. Pada saat observasi selain membawa peralatan wawancara, peneliti jugamembawa peraltan seperti smartphone dengan fitur kamera dan juga perekam suara untuk alat merekam audio dan video serta gambar-gambar terkait pelaksaan tradisi kauman sriatan.

1.8.Teknik Analisa Data

Merupakan proses mencari dan menyusun secara sistemis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi.

(21)

21 Menurut Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono (2009:246), mengatakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Adapun aktivitas dalam analisis data ini adalah:

1.8.1. Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah diredksi akan memberikan gambaran yang jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya terkait dengan tradisi kauman sriatan.

1.8.2. Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka proses selanjutnya adalah mendisplaykan data, dalam penelitian kualitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Display data bermanfaat untuk mempermudah peneliti memahami apa yang terjadi, dan mempermudah merencanakan apa kerja selanjutnya. Dalam penelitian ini, penyajian data difokuskan dengan menggunakan teks yang bersifat deskriptif naratif.

(22)

22 1.8.3. Conclusion Drawing/verifikasi

Langkah ini merupakan penarikan kesimpulan awal. Kesimpulan ini bisa berubah seiring jalannya penelitian, dan jika ditemukan data-data kuat yang mendukung, tetapi jika kesimpulan awal ini dilengkapi dengan data-data yang valid dan mendukung serta konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan awal yang dikemukakan ini dianggap kesimpulan yang kredibel. Langkah ini dilakukan ketika tahapan reduksi data dan pennyajian data telah selesai dilaksanakan oleh peneliti. Secara deskriptif, data akan ditampilkan mengenai konstruksi sosial tradisi kauman sriatan.

Berikut komponen-komponen analisis data model interaktif menurut Miles dan Huberman :

Gambar 1.8. Skema Komponen analisis data model interaktif Miles dan Huberman (Sugiyono, 2009:246)

1.9.Uji Validitas Data

Validitas data merupakan derajad ketepatan antara data yang terjadi pada obyek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan oleh

Pengumpulan Data/Data Collection Penyajian Data/Data Display Kesimpulan-kesimpulan penarikan/Verifikasi Reduksi Data/Data Reduction

(23)

23 peneliti. Dengan demikian data yang valid adalah data yang tidak berbeda antar data yang dilaporkan oleh peneliti dengan data yang sesungguhnya terjadi pada obyek penelitian. Dalam penelitian kualitatif data dapat dikatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara data peneliti dengan data lapangan.

Validitas data penelitian kualitatif dapat dibuktikan dengan uji kredibilitas data sebagaimana merujuk pada pendapat Sugiyono, dapat dilakukan dengan melakukan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekukan, trianggulasi, analisis kasus negative dan member check. Dalam penelitian ini menggunakan uji vailditas dengan menggunankan triangulasi yang dapat di dejelaskan sebagai berikut :

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini dapat diartikan sebagai pengkajian data dari berbagai sumber, berbagai cara dan berbagai waktu.

a) Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber berfungsi untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber.

b) Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik berfungsi untuk menguji kredibilitas data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda

c) Triangulasi Waktu

Untuk pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan wawancara, observasi dalam situasi atau waktu yang berbeda. apabila

(24)

24 menghasilkan data yang berbeda, maka perlu dikaji dan dilakukan secara berulang hingga menemukan data yang pasti.

Uji keabsahan datamenggunakan teknik triangulasi. Triangulasi yang lebih diutamakan adalah penggunaan triangulasi waktu dan sumber. Kedua teknik ini didasarkan pada pertimbangan bahwa waktu juga akan mempengaruhi validitas data. Sehingga apabila ditemukan data yang tidak valid maka penaliti akan kembali melakukan penggalian data yang lebih valid pada waktu yang berbeda dan sumber yang sama atau juga bisa sumber yang baru.

Gambar

Gambar 1.8.  Skema Komponen analisis data model interaktif Miles dan  Huberman (Sugiyono, 2009:246)

Referensi

Dokumen terkait

Teknik analisis data berupa pengumpulan data, reduksi data (penyederhanaan), display data (disajikan), atau verifikasi atau penarikan kesimpulan. Teknik keabsahan

Data Conclusion atau penarikan kesimpulan dan verifikasi ialah dengan melihat kembali pada reduksi data (pengurangan data) dan display data (penyajian data),

Pada tahap penyajian data ( data display ) dapat langsung dijalankan setelah pengumpulan data atau dari hasil reduksi maupun setelah melewati penarikan kesimpulan, karena

Adapun teknik pengolahan dan analisis data melalui tiga tahap, yaitu reduksi data, penyajian data ( display data), dan penarikan kesimpulan (verifikasi data).

Analisis data menggunakan reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (data conclusion). Hasil penelitian ini adalah 1)

Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing or

Teknik pengolahan data dilakukan mulai dari data reduction (reduksi data), data display (penyajian data) dan conclusion drawing/verification penarikan kesimpulan. Hasil penelitian

Teknik analisis data menggunakan reduksi data, display data penyajian data, serta penarikan kesimpulan dan verifikasi Hasil penelitian ini menunjukkan kesulitan belajar matematika yang