• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LINGKUNGAN TUMBUH YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS BUAH STROBERI (Fragaria x ananassa Duch.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH LINGKUNGAN TUMBUH YANG BERBEDA TERHADAP KUALITAS BUAH STROBERI (Fragaria x ananassa Duch.)"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

(Fragaria x ananassa Duch.)

Oleh : DOLYNA H. M. D.

A00499045

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

(2)

TERHADAP KUALITAS BUAH STROBERI

(Fragaria x ananassa Duch.)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

Oleh : DOLYNA H. M. D.

A00499045

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

(3)

Judul Penelitian : Pengaruh Lingkungan Tumbuh yang Berbeda Terhadap Kualitas Buah Stroberi (Fragaria ananassa Duch.)

Nama : Dolyna H. M. D. Nrp : A01400048 Program Studi : Hortikultura

Menyetujui, Dosen Pembimbing I

Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc. NIP. 131 578 794

Menyetujui, Dosen Pembimbing II

Juang Gema Kartika, SP. NIP. 132 311 792

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019

(4)

DOLYNA H. M. D. Pengaruh Lingkungan Tumbuh yang Berbeda Terhadap Kualitas Buah Stroberi (Fragaria ananassa Duch.). Dibimbing oleh Slamet Susanto dan Juang Gema Kartika.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh lingkungan tumbuh yang berbeda terhadap buah stroberi (Fragaria ananassa Duch.) yang dilakukan mulai bulan Maret 2003 samapai Oktober 2003 kebun pertani stroberi desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Cianjur dengan ketinggian 900 meter dpl. Analisis laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Research Group of Crop Improvement (RGCI), IPB.

Penelitian ini disusun secara faktorial dengan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot) dengan dua faktor. Faktor lingkungan tumbuh dan faktor aksesi. Faktor lingkungan tumbuh terdiri dari tiga perlakuan, yaitu: penanaman di lapang, sungkupan dan rumah plastik. Faktor aksesi terdiri dari perlakuan, yaitu: Cipanas 1 dan Cipanas 2. Pada percobaan ini terdapat enam kombinasi perlakuan. Masing-masing kombinasi perlakuan terdiri dari delapan ulangan, sehingga terdapat 48 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdapat dua tanaman, sehingga jumlah total tanaman yang digunakan adalah 96 tanaman.

Perlakuan perbedaan lingkungan tumbuh memberi pengaruh yang nyata terhadap parameter vegetatif, yaitu tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah stolon. Perlakuan Aksesi memberi pengaruh yang nyata terhadap parameter vegetatif, yaitu tinggi tanaman dan jumlah stolon. Pertumbuhan vegetatif tertinggi terdapat pada perlakuan Cipanas 1 dan penanaman di lapang. Interaksi antara lingkungan tumbuh dan aksesi menunjukkan bahwa Cipanas 1 akan memiliki tinggi batang yang lebih tinggi apabila ditanam di lapang.

Perlakuan perbedaan lingkungan tumbuh memberi pengaruh yang nyata terhadap produksi dan kualitas buah. Perlakuan berpengaruh nyata terhadap berat total buah, jumlah total buah, berat rata-rata buah, penyimpanan pada suhu dingin (0°C-4°C), penyimpanan pada suhu ruang dan pada uji hedonik untuk parameter rasa dan penerimaan. Perlakuan Aksesi memberi pengaruh yang nyata terhadap produksi dan kualitas buah berat total buah, jumlah total buah, berat rata-rata buah, Padatan Terlarut Total (PTT) dan penyimpanan pada suhu ruang. Pertumbuhan vegetatif tertinggi terdapat pada perlakuan Cipanas 1 dan penanaman di lapang. Aksesi Cipanas 1 menunjukkan kemampuan untuk berproduksi lebih tinggi apabila ditanam di lapang.

Kenaikan pertumbuhan vegetatif tanaman pada lingkungan tumbuh dan aksesi yang berbeda untuk parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah stolon mempunyai slope kenaikan yang tinggi pada 1-3 BST, sedangkan pada 4 dan 5 BST peningkatan pertumbuhan mempunyai slope yang lebih landai karena tanaman memasuki pertumbuhan generatif.

(5)

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 27 Maret 1980. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari Bapak Nasrullah Dahlawy dan Ibu Nilam Sari.

Pada tahun 1993 penulis lulus dari SD Negeri 2 Lhokseumawe, kemudian melanjutkan studi di SMP Negeri 1 Lhokseumawe dan lulus pada tahun 1996. Selanjutnya penulis lulus dari SMU Negeri 1 Lhokseumawe pada tahun 1999.

Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi Hortikultura, Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur UMPTN.

(6)

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena atas limpahan rahmat kekuatan, kasih sayang serta hidayah-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Skripsi ini berjudul pengaruh Lingkungan Tumbuh yang Berbeda Terhadap Kualitas Buah Stroberi (Fragaria ananassa Duch.) dibuat sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Slamet Susanto, MSc dan Juang Gema Kartika, SP selaku dosen pembimbing penulis yang telah memberikan saran dan bimbingan kepada penulis sejak awal penelitian hingga skripsi ini selesai.

2. Dewi Sukma, SP. MSi selaku dosen penguji atas kritik dan saran yang diberikan untuk perbaikan skripsi ini.

3. Dr. Ir. Sobir, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah banyak memberi masukan dan dorongan dalam studi penulis.

4. Bapak Dadang dan keluarga yang telah memberikan penulis kesempatan untuk melakukan penelitian di kebun pertanaman beliau di Desa Ciherang, Kecamatan Pacet, Cianjur.

5. Bapak dan Ibu Dosen pengasuh mata kuliah, beserta kakak-kakak asisten penulis ucapkan terima kasih atas ilmu dan pengetahuan yang penulis terima. 6. Kepada Bapak, Ibu, Dara dan Dani yang telah memberikan dorongan moril,

materil dan doa yang tiada putus, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya.

7. Kepada bunda Ida, bunda Ayi dan kak Dewi terima kasih atas dukungan selama ini.

8. Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada sahabat- sahabatku di Serena, Hortikultura 36, Agronomi 36, Gita, Adnan, Cut Nyak,

(7)

9. Teman-teman Onigiri Japan Club, Gong Songo dan alumni kelas unggul SMUN 1 Lhokseumawe angkatan 99 atas kebersamaan dan persaudaraan yang telah diberikan selama ini.

10. Teman-teman di Pondok Koe Onny, Maya, Delia, Rangga, Adit, Irawan, Mas Yongki, Earl Gray-sama, Mony Chan, Saka-tan yang selalu bersabar, mendukung dan percaya.

11. Teman-teman di IRC-CARDI atas inspirasi tanpa akhir yang telah diberikan. Juga kepada pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, penulis mengucapkan banyak terima kasih. Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna. Walaupun demikian, mudah-mudahan laporan ini dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca sekalian. Amin.

Bogor, April 2008

(8)

Halaman PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 2 Hipotesis ... 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Morfologi ... 4

Syarat Tumbuh ... 6

Media Tanam... 7

Lingkungan Tumbuh... 7

Aksesi... ... 8

Kualitas Buah... 8

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat ... 10

Bahan dan Alat ... 10

Metode Penelitian ... 10

Pelaksanaan Penelitian ... 11

Pengamatan ... 12

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum ... 15

Tinggi Batang dan Jumlah Daun... 16

Jumlah Stolon ... 18

Buah ... 20

Hedonik ... 21

Kekerasan, Padatan Terlarut Total (PTT), Total Asam Tertitrasi (TAT) dan Penyimpanan ... 22

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 24

Saran... 24

DAFTAR PUSTAKA ... 25

(9)

Nomor Halaman Teks

1. Rata-rata Tinggi Tanaman per Tanaman pada Setiap

Perlakuan Lingkungan Tumbuh dan Aksesi ... 17

2. Rata-rata Jumlah Daun per Tanaman Pada Setiap Perlakuan Lingkungan Tumbuh dan Aksesi... 18

3. Rata-rata Jumlah Stolon per Tanaman Pada Setiap Perlakuan Lingkungan Tumbuh dan Aksesi... 20

4. Bobot Total Buah Panen, Jumlah Total Buah Panen dan Bobot Rata-rata Buah per Tanaman pada Setiap Perlakuan Lingkungan Tumbuh dan Aksesi... 21

5. Rata-rata Respon Panelis Terhadap Rasa, Warna, Aroma, Tekstur dan Penerimaan Buah Dengan Uji Hedonik Pada Skala 1-7 Pada Setiap Perlakuan Lingkungan Tumbuh dan Aksesi... 22

6. Rata-rata Kekerasan, Kandungan Padatan Terlarut Total, Total Asam Tertitrasi, Penyimpanan Dingin (0°C-4°C) dan Suhu Ruang pada Setiap Perlakuan Lingkungan Tumbuh dan Aksesi... 23

Lampiran 1. Formulasi Larutan Nutrisi... 29

2. Data Iklim Kecamatan Pacet Periode Maret-Oktober 2003... 29

3. Perkembangan Ekspor Stroberi di Indonesia, Tahun 2000-2004... 29

4. Sidik Ragam Tinggi Batang... 30

5. Sidik Ragam Jumlah Daun... 30

6. Sidik Ragam Jumlah Stolon... 31

7. Sidik Ragam Berat Buah Total, Jumlah Total Buah dan Berat Rata-rata Buah... 32

8. Sidik Ragam Uji Hedonik... 32

9. Sidik Ragam Rata-rata Kekerasan, PTT, Total Asam Tertitrasi, Simpan Ruang dan Dingin... 33

(10)

Nomor Halaman Teks

1. Pertumbuhan Stroberi Pada Lingkungan yang

Berbeda (a) Lapang (b) Sungkupan (c) Rumah Plastik... 15

Lampiran 1. Tinggi Batang Pada Lingkungan Tumbuh yang Berbeda... 34

2. Tinggi Batang Pada Aksesi yang Berbeda... 34

3. Jumlah Daun Pada Lingkungan Tumbuh yang Berbeda... 34

4. Jumlah Daun Pada Aksesi yang Berbeda... 35

5. Jumlah Stolon Pada Lingkungan Tumbuh yang Berbeda... 35

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman stroberi merupakan salah satu tanaman buah-buahan yang mempunyai nilai ekonomi tinggi karena itu banyak dibudidayakan secara hidroponik. Penanaman stroberi secara hidroponik meningkatkan kuantitas dan kualitas buah stroberi. Sehingga petani mendapatkan harga jual yang lebih tinggi daripada penanaman stroberi secara konvensional. Harga buah stroberi terbaik (grade A) yang ditanam secara konvensional dihargai Rp 30.000/ kg, sedangkan stroberi ukuran besar yang ditanam secara hidroponik dihargai Rp. 70.000/ kg (Budiman dan Saraswati, 2006). Selain itu, keuntungan dari hidroponik adalah tidak memerlukan lahan yang luas dan lingkungan tumbuh tanaman dapat lebih dikendalikan. Sehingga hidroponik sangat sesuai untuk daerah perkotaaan dimana lahan untuk pertanian semakin sempit (Nicholls, 1990). Penanaman hidroponik tidak menggunakan media tanah. Media hidroponik yang digunakan dapat berupa pasir, kerikil, vermiculite, rockwool, perlit, zeolit dan sabut kelapa (Jensen, 1997). Stroberi adalah tanaman tahunan (herbaceous perennial). Batang utama tanaman ini sangat pendek. Daun-daun terbentuk pada buku dan di ketiak setiap daun terdapat pucuk aksilar (Verheij dan Coronel, 1997). Produktivitas stroberi sekitar 0.45 kg per tanaman (Rukmana, 1998). Bobot stroberi per buah rata-rata untuk kelas besar 20g, kelas medium besar 16g, kelas medium kecil 12.5g dan kelas kecil 4.5g (Budiman dan Saraswati, 2006).

Petani konvensional umumnya menggunakan bibit lokal yang diperbanyak sendiri dengan stolon. Petani Lembang (Bandung) yang sejak lama menanam stroberi, menggunakan varietas lokal Benggala dan Nenas yang cocok untuk dibuat makanan olahan seperti selai. Selain bibit lokal, petani juga menggunakan beberapa varietas stroberi introduksi dari luar negeri seperti oso grande, pajero, selva, ostara, tenira, robunda, bogota, elvira, grella, camarosa, earlibrite, strawberry festival, sweet charlie dan red gantlet (Budiman dan Saraswati, 2006).

Buah stroberi biasa dimakan segar atau diolah menjadi beragam pangan olahan seperti selai, sirup, yoghurt, es krim dan lain-lain. Kandungan gizi stroberi

(12)

per 100 g berat buah yang dapat dimakan mengandung energi 140 kJ, Protein 0.8 g, lemak 0.5, karbohidrat 7.6, vitamin C 53 mg, serat 1.7 g dan air 90.6 g (Verheij dan Coronel, 1997). Selain mempunyai kandungan gizi yang tinggi buah stroberi juga mengandung ellagic acid, yang merupakan anti toksin, anti radikal bebas, anti karsinogenik dan anti mutagen (Poincelot, 2004). Bagian yang dapat dimakan dari buah stroberi mencapai 96% dengan kandungan air mencapai 89.9% (Rukmana, 1998).

Perkembangan ekspor buah stroberi di Indonesia dari tahun 2000-2004 mencapai rata-rata 3971.4 kg/tahun (BPS, 2004). Hal ini menunjukkan Indonesia mempunyai potensi untuk mengembangkan tanaman stroberi baik sebagai buah segar maupun hasil olahannya. Permintaan buah stroberi yang semakin meninggkatkan menyebabkan diperlukannya upaya intensifikasi budidaya stroberi. Usaha peningkatan kuantitas dan kualitas produksi stroberi yang diupayakan oleh petani maupun peneliti diantaranya adalah seleksi kultivar, penentuan musim tanam, program pemupukan yang sesuai, dan modifikasi lingkungan tumbuh.

Stroberi merupakan tanaman C3 yang tumbuh baik pada cahaya dengan intensitas rendah. Modifikasi lingkungan tumbuh dengan sungkupan atau rumah plastik perlu dipertimbangkan sebagai salah satu upaya untuk memberikan kondisi lingkungan yang optimum bagi pertumbuhan stroberi.

Seleksi kultivar yang telah dilakukan sampai saat ini telah mendapatkan beberapa aksesi lokal yang cukup menjanjikan. Penelitian terhadap modifikasi lingkungan tumbuh pada beberapa aksesi stroberi perlu dilakukan untuk mendapatkan aksesi terbaik dalam lingkungan tumbuh tertentu.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pertumbuhan dan produksi aksesi tanaman stroberi pada lingkungan tumbuh yang berbeda.

(13)

Hipotesis

1. Terdapat perbedaan pertumbuhan dan hasil produksi antara stroberi aksesi Cipanas 1 dengan stroberi aksesi Cipanas 2.

2. Terdapat perbedaan kualitas buah stroberi yang ditanam dalam lingkungan yang berbeda.

3. Terdapat interaksi antara lingkungan tumbuh dengan aksesi yang berpengaruh terhadap produksi dan kualitas buah stroberi.

(14)

TINJAUAN PUSTAKA

Taksonomi dan morfologi

Stroberi (Fragaria ananassa Duch.) termasuk divisi Spermatophyta (tumbuhan berbiji), kelas Angiospermae (berbiji tertutup), subkelas Dicotyledonae (biji berkeping dua), ordo Rosales, famili Rosaceae, genus Fragaria (Benson, 1957). Stroberi di luar negeri dikelompokkan ke dalam kategori buah lunak (soft berry). Tidak hanya stroberi, namun banyak jenis buah lunak lainnya, seperti blackberry atau brambales (Rubus fruticosus), blueberry (Vaccinium spp.), currant (Ribes spp.) dan raspberry (Raspberry spp.) (Rukmana, 1998).

Susunan tubuh tanaman stroberi terdiri dari akar, batang, stolon, daun, bunga, buah dan biji. Sifat morfologis tanaman stroberi adalah sebagai berikut:

1. Akar (Radix)

Stroberi mempunyai perakaran yang dangkal. Akar pada stroberi dewasa merupakan akar adventif yang menggantikan fungsi dari akar primer (Edmond et. al., 1979; Staudt, 1999). Akar primer pada stroberi yang merupakan akar tunggang tidak berkembang dan akan mati. Akar adventif muncul dari ruas-ruas batang (Edmond et. al., 1979). Tanaman stroberi dewasa pada umumnya mempunyai 20-35 akar primer, tetapi ada juga jenis yang mempunyai 100 akar primer (Gunawan, 2003).

2. Batang (Caulis)

Batang tanaman stroberi beruas-ruas pendek dan berbuku-buku. Batang tanaman banyak mengandung air (herbaceous), tertutupi oleh pelepah daun, sehingga seolah-olah tampak seperti rumpun tanpa batang (Rukmana, 1998). Menurut Gunawan (2003) internode pada tanaman stroberi sangat pendek sehingga jarak daun yang satu dengan yang lainnya sangat kecil dan memberi penampakan seperti rumpun tanpa batang. Batang utama dan daun yang tersusun rapat disebut crown. Ukuran crown berbeda-beda menurut umur, tingkat perkembangan tanaman, kultivar dan kondisi lingkungan pertumbuhan.

(15)

Tanaman stroberi menghasilkan tiga jenis tunas, yaitu (1) tunas yang tumbuh menjaditajuk yang disebut crown, (2) tunas yang berkembang menjadi tunas memanjang yang disebut runner dan (3) tunas yang membentuk tandan bunga (Edmond et al., 1979).

3. Cabang Merayap (Runner / Stolon)

Stolon adalah cabang kecil yang tumbuh mendatar atau menjalar di atas permukaan tanah. Penampakan stolon secara visual mirip dengan sulur (Rukmana, 1998). Pada stolon terdapat ruas-ruas. Ruas-ruas dari stolon ini dapat mencapai belasan sentimeter. Pada ruas terdapat pucuk aksilar yang dilindungi oleh bractae. Anakan akan membentuk akar pada saat pucuk membentuk daun trifoliate. Akar dari anakan akan membentuk akar cabang setelah mencapai 2-5 cm (Gunawan, 2003).

Perbanyakan dengan runner paling banyak dilakukan karena runner yang dihasilkan oleh tanaman stroberi banyak, waktu yang dibutuhkan lebih cepat, sifat tanaman anakan sama dengan tanaman induk serta lebih murah dan lebih mudah (Childers, 1973).

4. Daun (Folium)

Daun stroberi tersusun pada tangkai yang berukuran 1.5 -1.7 cm (Verheij dan Coronel, 1997). Tangkai daun tanaman berbentuk bulat serta seluruh permukaannya ditumbuhi oleh bulu-bulu halus. Helai daun bersusun tiga (trifolia), dengan bagian tepi daun bergerigi, permukaan daun berwarna hijau dan mempunyai berstruktur tipis. Daun dapat bertahan hidup selama 1-3 bulan, dan kemudian daun akan kering dan mati (Rukmana, 1998). Bentuk, warna dan ketebalan daun beragam, dipengaruhi oleh kultivar dan faktor lingkungan seperti panjang hari, intensitas cahaya dan temperatur (Staudt, 1999).

5. Bunga (Flos)

Bunga stroberi tersusun dalam malai (cluster) dan merupakan bunga hermaprodit. Dalam satu individu bunga terdapat lima atau lebih sepal yang berwarna hijau, lima atau lebih petal yang berwarna putih, sejumlah stamen dan

(16)

sejumlah pistil yang menempel pada satu reseptakel yang membesar (Edmond et al., 1979; Gunawan, 2003).

Bunga primer adalah bunga yang pertama kali mekar pada setiap malai, kemudian disusul oleh bunga-bunga lainnya. Penyerbukan bunga dibantu oleh serangga (lebah) dan angin (Rukmana, 1998).

6. Buah (Fructus)

Edmond et al. (1979) dan Gunawan (2003) menyatakan bahwa buah stroberi yang berwarna merah sebenarnya adalah reseptakel yang membesar, sedangkan buah sejatinya yang berasal dari ovul berkembang menjadi buah kering dengan biji keras yang disebut achene. Ashari (1995) dan Gunawan (2003) menyatakan bahwa buah yang muncul dari bunga primer mempunyai ukuran paling besar, diikuti oleh buah yang muncul dari bunga sekunder, tersier dan kuartener.

Pada daerah tropik pembungaan stroberi bisa berlangsung sepanjang tahun. Namun demikian, pada musim hujan panennya kurang bagus karena pertumbuhan yang lambat, rendahnya penyerbukan dan banyak terjadi kebusukan buah (Choopong dan Verheij, 1997).

7. Biji (Semen)

Biji stroberi berukuran kecil, pada setiap buah menghasilkan banyak biji. Biji berukuran kecil terletak di antara daging buah. Pada skala penelitian atau pemuliaan tanaman biji merupakan alat perbanyakan tanaman secara generatif. Biji stroberi hasil pemuliaan biasanya merupakan benih bagi tanaman stroberi varietas baru. Potensi biji pada setiap buah stroberi dapat mencapai 200-300 butir biji (Rukmana, 1998).

Syarat tumbuh 1. Iklim

Edmond et al. (1979) menyatakan bahwa hal yang paling berpengaruh terhadap pertumbuhan stroberi adalah temperatur, panjang hari dan kelembaban udara. Menurut Rukmana (1998) tanaman stroberi membutuhkan lingkungan

(17)

tumbuh bersuhu dingin (sejuk) dan lembab. Meskipun demikian, tanaman stroberi mempunyai kemampuan beradaptasi yang cukup luas.

Menurut Edmond et al. (1979) tanaman stroberi tumbuh baik pada suhu antara 17-20°C, sedangkan menurut Rukmana (1998) suhu udara minimum untuk pertumbuhan stroberi antara 4-5°C. Edmond (1979) menyatakan kelembaban udara (RH) yang baik bagi stroberi antara 80-90% dan lama penyinaran matahari 8–10 jam per hari, sedangkan menurut Shoemaker (1982) stroberi tumbuh baik di daerah dengan curah hujan 900-1284 mm/tahun. Choopong dan Verheij (1997) menyatakan bahwa di daerah tropik tanaman stroberi dapat berbunga sepanjang tahun tanpa dipengaruhi oleh panjang hari.

2. Keadaan tanah (medium tanam)

Stroberi dapat tumbuh hampir pada semua jenis tanah, dari tanah berpasir sampai tanah berliat (Childers, 1973; Ashari, 1995). Beberapa varietas lebih cocok ditanam pada tanah yang berat dan ada juga varietas yang lebih cocok ditanam di tanah ringan asalkan tersedia humus dan aerasi yang baik (Childers, 1973). Gardner et. al. (1993) menyatakan bahwa stroberi tumbuh baik pada tanah dengan pH 5-6.

Media Tanam

Salah satu media tanam hidroponik yang mudah didapat dan harganya murah adalah arang sekam. Menurut Krisantini et. al (1997), arang sekam memiliki karakteristik sangat ringan (BJ = 0.2 kg/l), kasar sehingga sirkulasi udara tinggi karena mengandung banyak pori, kapasitas menahan air tinggi, pH tinggi (kurang dari 8), serta relatif bersih dari hama, bakteri dan gulma. Kapasitas menahan air yang tinggi dari arang sekam membuat larutan hara dalam media hidroponik dapat tahan lama.

Lingkungan tumbuh

Salah satu bentuk modifikasi lingkungan pada penanaman stroberi adalah dengan menanam stroberi dalam sungkupan dan rumah plastik. Penanaman dalam

(18)

lingkungan yang lebih terkendali ini, diharapkan dapat meningkatkan produksi stroberi.

Sungkupan adalah atap yang dibuat dari rangka bambu berbentuk melengkung (melingkar) yang ditutupi dengan plastik UV (ultra violet) bening atau transparan. Tinggi atap sekitar 50 cm dari permukaan bedengan. Pemasangan atap plastik atau sungkupan pada musim hujan dapat menghindarkan busuk buah saat hujan turun (Budiman dan Saraswati, 2006). Bentuk sungkupan yang tidak terlalu rumit meminimkan biaya pembuatannya, sehingga biaya pembuatannya lebih murah dibandingkan rumah plastik.

Penggunaan rumah plastik merupakan salah satu cara untuk memodifikasi iklim untuk mencipkan kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman. Penanaman di rumah plastik mempunyai beberapa keuntungan yaitu produksi tanaman dapat diatur untuk memenuhi permintaan pasar dan tanaman dapat terlindungi dari pengaruh lingkungan yang kurang baik (Edmond et al., 1979). Sedangkan kerugian rumah plastik menurut Harjadi (1990) adalah plastik yang mudah robek akibat sinar ultraviolet dan kemungkinan rusaknya rumah plastik karena angin. Sehingga untuk jangka panjang memiliki biaya produksi yang lebih tinggi dibandingkan penanaman di lapang.

Aksesi

Penelitian menggunakan bibit stroberi dari lahan petani. Tanaman stroberi yang digunakan petani merupakan hasil skrinning yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Skrinning dilakukan pada stroberi lokal untuk menemukan stroberi yang memiliki ketahanan tumbuh di lapang. Hasil dari skrinning tanaman stroberi lokal didapat tiga aksesi, tapi yang digunakan dalam penelitian hanya dua aksesi. Kedua aksesi yang digunakan, oleh peneliti sebelumnya diberi kode Cipanas 1 dan Cipanas 2.

Kualitas buah

Menurut Kader (1992), kualitas diartikan sebagai beberapa hal yang membuat sesuatu itu bernilai atau unggul. Kualitas komoditi hortikultura merupakan kombinasi dari ciri-ciri, sifat dan nilai harga yang mencerminkan nilai komoditi tersebut.

(19)

Kualitas buah stroberi sangat ditentukan oleh jenis varietas yang ditanam. Parameter kualitas pada stroberi meliputi penampakan buah (warna, ukuran, bentuk dan bebas dari penyakit), kekeasan buah, aroma dan kandungan nutrisi (Ryall and Pentzer, 1982; Shamaila et. al., 1992).

Menurut Gunawan (2003), kriteria pengkelasan buah stroberi dapat dibagi tiga yaitu kelas ekstra, kelas I dan kelas II. Buah stroberi kelas ekstra mempunyai kriteria tertentu, yaitu: berdiameter 3 cm lebih, utuh, sehat (bebas dari patogen, penyakit partikel tanah, pestisida) dan seragam (bentuk, warna dan tingkat kematangan). Buah kelas I mempunyai kriteria hampir sama seperti buah kualitas ekstra tapi diameter buah 2.0 cm – 3.0 cm, sedangkan warna dan bentuk buah tidak begitu ketat dipertahankan. Kelas II adalah buah stroberi dengan diameter kurang dari 2 cm. Buah stroberi kelas II adalah buah sisa seleksi yang tidak termasuk dalam kelas ekstra atau kelas I tapi masih layak untuk dikonsumsi segar ataupun untuk tujuan pengolahan.

(20)

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksakan pada bulan Maret sampai Oktober 2003 di kebun pertani stroberi desa Ciherang, kecamatan Pacet, Cianjur dengan ketinggian 900 meter dpl. Analisis laboratorium dilaksanakan di Laboratorium Research Group of Crop Improvement (RGCI), IPB.

Alat dan Bahan

Bahan-bahan yang digunakan adalah bibit stroberi aksesi Cipanas I dan Cipanas II yang berumur 3 minggu, polybag ukuran 45 cm x 50 cm, media arang sekam, mulsa plastik, plastik penutup, bambu dan paku. Bahan kimia yang digunakan untuk analisis mutu buah adalah NaOH 0.1N dan phenolphtalaein. Bahan kimia larutan hara lengkap (Tabel Lampiran 1) untuk tomat yang telah dimodifikasi digunakan untuk penyiraman tanaman, sedangkan Benlate® dan Curacron® 500 EC digunakan untuk mengatasi serangan hama dan penyakit pada stroberi yang ditanam.

Alat yang digunakan adalah alat gelas (erlenmeyer, buret, labu takar), penggaris, penetrometer, hand refractometer, mortar, timbangan analitik dan refrigerator.

Metode Penelitian

Penelitian disusun secara faktorial dengan menggunakan Rancangan Petak Terpisah (Split Plot Design) dua faktor, yaitu faktor lingkungan tumbuh dan faktor jenis tanaman. Faktor lingkungan tumbuh terdiri dari 3 perlakuan, yaitu penanaman di lapang, sungkupan dan rumah plastik. Faktor jenis tanaman terdiri dari 2 perlakuan, yaitu aksesi Cipanas 1 dan aksesi Cipanas 2.

Pada percobaan ini terdapat enam kombinasi perlakuan. Masing-masing kombinasi perlakuan terdiri dari delapan ulangan, sehingga terdapat 48 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdapat dua tanaman, sehingga jumlah total tanaman yang digunakan adalah 96 tanaman.

(21)

Model liniernya adalah sebagai berikut :

Yijk = µ + αi+ δij + βi+ (αβ)ij + εijk Keterangan :

Yijk = Nilai pengamatan µ = Nilai rataan umum

αi = Pengaruh lingkungan tumbuh ke-i (i = 1, 2, 3) δij = Komponen acak dari petak utama

βi = Pengaruh aksesi ke-j (j = 1, 2)

(αβ)ij = Pengaruh interaksi antara lingkungan tumbuh dengan aksesi εijk = Pengaruh Galat

Data hasil pengamatan diuji dengan uji F, jika perlakuan berbeda nyata, pengujian dilanjutkan dengan menggunakan metode Duncan Multiply Range Test (DMRT).

Pelaksanaan Penelitian

Pelaksanaan penelitian dimulai dengan persiapan bibit tanaman. Bibit stroberi diperbanyak dari stolon yang ditanam dalam polybag berdiameter 15 cm dengan media arang sekam. Selama pembibitan tanaman disiram dengan larutan nutrisi dan dilakukan pemeliharaan seperti biasa.

Pembuatan rumah plastik dilakukan seminggu sebelum perlakuan diberikan. Pembuatan bedengan dan sungkupan dilakukan tiga hari sebelum perlakuan diberikan. Kerangka rumah plastik dan sungkupan dibuat dari bambu dan sebagai penutup digunakan plastik biasa. Penanaman dalam polybag baik di lapang, sungkupan maupun rumah plastik dilakukan di atas bedengan yang ditutup dengan mulsa plastik polyetilen berwarna hitam-perak.

Bibit stroberi yang dipilih adalah bibit yang berasal dari stolon berusia tiga minggu. Bibit yang dipilih adalah bibit yang sehat dan seragam dengan jumlah daun 4 helai dan tinggi relatif sama. Polybag yang berukuran 45 cm x 50 cm diisi dengan media arang sekam. Polybag yang telah diisi dengan media arang sekam kemudian disiram dengan air. Bibit stroberi diwiwil sampai tinggal dua daun dan ditanam dalam polybag yang telah diisi oleh media. Tiap polybag ditanami

(22)

dengan dua tanaman stroberi kemudian diberi label dan diletakkan sesuai layout percobaan. Layout percobaan disusun sesuai dengan rancangan split plot.

Pemberian larutan nutrisi dilakukan dengan penyiraman secara manual dengan volume siraman 1 liter per polybag tanaman sekali penyiraman. Komposisi larutan nutrisi dapat dilihat pada Tabel lampiran 1. Penyiraman larutan nutrisi dilakukan setiap dua hari sekali atau sehari sekali jika cuaca panas.

Bunga pertama yang terbentuk dibuang untuk memberi kesempatan pada tanaman melakukan pertumbuhan vegetatif sebelum menginduksi pembungaan. Daun-daun tua, kering dan mati dibuang untuk mencegah kebusukan dan penularan penyakit.

Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan dengan menyemprotkan fungisida Benlate® dengan konsentrasi 0.7 g/liter dan penyemprotan pestisida Curacron® 500 EC dengan konsentrasi 1 cc/liter. Penyemprotan dilakukan apabila tanaman menunjukkan gejala penyakit atau serangan hama. Penyemprotan di usahakan tidak dilakukan pada musim panen. Apabila harus dilakukan maka tanaman stroberi minimal disemprot 2 hari sebelum buah dipanen. Penyemprotan dilakukan 3 kali selama penelitian.

Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan seminggu sekali adalah pengamatan terhadap jumlah stolon, jumlah daun dan tinggi tanaman. Pengamatan setelah panen adalah pengamatan terhadap jumlah buah, berat buah dan uji hedonik. Pengamatan yang dilakukan di laboratorium adalah penyimpanan dalam suhu ruang dan dingin (0°C– 4°C), kekerasan, pengukuran padatan terlarut total serta total asam tertitrasi.

a. Pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun dan jumlah stolon.

Tinggi tanaman dihitung mulai dari permukaan media sampai tempat terakhir munculnya daun (titik tumbuh). Jumlah stolon dan daun yang akan diwiwil dihitung terlebih dahulu sebelum dibuang.

(23)

b. Jumlah dan berat buah.

Setiap buah stroberi per tanaman yang dipanen dihitung jumlahnya dan ditimbang. Pemanenan buah dilakukan setiap 2 kali seminggu setelah tanaman mulai berbuah.

c. Uji hedonik.

Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Dalam uji hedonik panelis diminta tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya ketidaksukaan. Disamping panelis mengemukakan tanggapan senang, suka atau kebalikannya, mereka juga mengemukakan tingkat kesukaannya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut skala hedonik (Rahayu, 1998).

Uji hedonik dilakukan untuk mengukur tingkat kesukaan panelis terhadap parameter rasa, warna, aroma, tekstur dan penerimaan pada buah stroberi. Skala yang digunakan memiliki tujuh skala hedonik dan numerik, yaitu : 1= sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = agak tidak suka, 4 = agak suka, 5 = suka, 6 = sangat suka, 7 = amat sangat suka (Soekarto, 1985). Jumlah panelis yang diuji sebanyak 15 orang.

d. Kekerasan, Padatan Terlarut Total (PTT), Total Asam Tertitrasi (TAT) dan Penyimpanan.

Pengukuran kekerasan dilakukan dengan penetrometer. Buah stroberi diletakkan di bawah jarum penetrometer. Ujung jarum diusahakan menempel pada komoditi yang diukur. Skala penanda jauh diset pada angka nol. Waktu dipasang (set) selama 5 detik kemudian tombol tanda mulai ditekan. Nilai kekerasan dapat dibaca pada jarak skala penanda. Pengukuran kekerasan diulang di tiga tempat yang berbeda, yaitu ujung, tengah dan pangkal buah. Hasil pengukuran tersebut kemudian dirata-ratakan.

Padatan terlarut total diukur dengan hand-refractometer. Buah stroberi dihaluskan dengan mortar, kemudian sari buah diteteskan pada prisma refractometer. Pengukuran dilakukan pada suhu ruang. Prisma hand-refractometer dibersihkan dengan air sebelum dan sesudah melakukan pembacaan skala Derajat Brix (°Brix).

(24)

Total asam ditentukan melalui titrasi. Buah stroberi dihaluskan dengan mortar. Stroberi yang berbentuk pasta ditimbang seberat 10 gram kemudian dimasukkan ke gelas ukur, ditambah aquades, dikocok dan disaring. Hasil saringan ditampung dalam labu takar 100 ml dan diencerkan dengan aquades sampai tanda tera. Hasil pengenceran tersebut diambil 10 ml dan ditempatkan dalam erlenmeyer, kemudian ditetesi dengan indikator phenolphtlein dan dititrasi dengan NaOH 0.1 N sampai muncul warna pink (merah muda). Jumlah NaOH yang terpakai dicatat. Nilai total asam dapat dihitung dengan rumus:

TA(mg/100g bahan)= ml NaOH x N NaOH x FP x BE Asam Sitrat x 100 Bobot contoh (gram)

Keterangan : N NaOH = Normalitas NaOH (0.1) FP = Faktor Pengencer BE Asam Sitrat = BM/valensi = 64

Penyimpanan yang dilakukan adalah penyimpanan dalam suhu ruang dan dingin. Penyimpanan dalam suhu ruang dan dingin (0°C – 4°C) dilakukan setelah sebelumnya buah dikemas dalam wadah plastik polietilen. Buah yang disimpan dalam suhu ruang dan dingin diamati setiap hari sampai buah tidak layak konsumsi.

(25)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum

Lokasi pertanaman yang digunakan pada percobaan ini merupakan kebun stroberi milik petani yang telah biasa dipergunakan untuk budidaya stroberi. Masalah yang biasanya terjadi pada budidaya stroberi di lokasi tersebut adalah serangan hama dan penyakit. Serangan hama dan penyakit terdapat pada fase vegetatif maupun generatif. Pada fase vegetatif penyakit yang menyerang adalah bercak daun Mycosphaerella fragariae. Pada fase generatif terdapat serangan kutu kumbang (flea beetle) dan cendawan busuk buah kelabu yang disebabkan oleh Botrytis cinerea. Kutu kumbang menyerang bunga dengan memakan putik dan benang sari. Serangan hama dan penyakit sekitar 27.6% dari seluruh populasi tanam.

a b c

Gambar 1. Pertumbuhan Stroberi Pada Lingkungan yang Berbeda (a) Lapang (b) Sungkupan (c) Rumah Plastik

Secara umum pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman stroberi di lapang lebih baik dari pada tanaman stroberi di sungkupan dan rumah plastik. Stroberi yang ditanam di lapang berdaun lebih kecil dan bertangkai lebih pendek. Sedangkan stroberi yang ditanam di rumah plastik mempunyai daun terlebar dan tangkai daun tinggi. Hal ini diduga akibat pencahayaan didalam rumah plastik yang lebih rendah dari pada di lapang dan sungkupan.

Musim penghujan terjadi pada awal dan akhir penanaman. Tanaman memasuki fase generatif mulai 1.5 bulan setelah tanam dan sebulan kemudian buah dapat di panen. Pemanenan dilakukan secara bertahap setiap 3 hari sekali. Berdasarkan data iklim kelembaban (RH) dan curah hujan rata-rata per hari paling

(26)

rendah terjadi pada bulan Juni-Agustus (Tabel Lampiran 2), yaitu pada saat tanaman berumur 4 sampai 6 bulan setelah tanam (BST). Curah hujan rata-rata terrendah terjadi pada bulan Juni yaitu 8.7 mm/hari.

Tinggi Batang dan Jumlah Daun

Aksesi Cipanas 1 dan Cipanas 2 merupakan aksesi lokal hasil screening yang dilakukan oleh peneliti yang sebelumnya. Aksesi Cipanas 1 dan Cipanas 2 berhasil beradaptasi pada lingkungan tumbuh di lapang. Penanaman stroberi di sungkupan dan rumah plastik dipertimbangkan karena stroberi adalah tanaman C3. Pada tanaman C3 aktifitas fotosintesis akan meningkat pada intensitas cahaya rendah. Suhu optimum fotosintesis tanaman C3 rendah yaitu 15°C-25°C (Gardner et al., 1993).

Stroberi yang ditanam di lapang pada 8 BST menghasilkan tinggi tanaman yang nyata lebih tinggi dibandingkan tanaman yang ditanam di sungkupan dan rumah plastik. Rata-rata jumlah daun per tanaman pada 8 BST nyata lebih tinggi pada penanaman di lapang dibandingkan penanaman di sungkupan dan rumah plastik (Tabel 2). Hal ini diduga karena intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman yang ditanam di lapang lebih tinggi daripada rumah plastik. Edmond (1979) menyatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukan pada tanaman tomat dalam intensitas cahaya dibawah optimal menunjukkan bahwa tomat yang ditanam dalam intensitas rendah memiliki hasil panen yang rendah. Hal ini disebabkan karena energi cahaya yang tersedia dalam rumah plastik dibawah kondisi optimum, sehingga proses fotosintesis rendah. Fotosintesis yang rendah diduga menyebabkan pertumbuhan vegetatif dan generatif rendah.

Tanaman dalam rumah plastik mempunyai tinggi tajuk yang lebih tinggi dibandingkan tanaman lapang (Novianti, 2004). Secara umum penampakan stroberi yang ditanam dalam rumah plastik memiliki tangkai dan ukuran daun yang lebih besar dari pada tanaman yang di tanam di lapang. Schilletter and Richey (1999) mengungkapkan bahwa intensitas cahaya yang berkurang mengakibatkan tanaman berdaun jarang, tipis dan melebar. Menurut Novianti (2004) kenaikan tinggi tajuk sebanding dengan kenaikan tinggi batang, namun hasil penelitian menunjukkan tanaman yang ditanam dalam rumah plastik

(27)

memiliki batang yang lebih pendek dan petiol daun yang tinggi. Hal ini kemungkinan disebabkan tanaman memperpanjang petiolnya untuk mencapai sumber cahaya yang diperlukan dalam proses fotosintesisnya. Menurut Poincelot (2004) daun tanaman yang berada dibawah naungan akan mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu tipis karena kurang nutrisi dan berpermukaan lebar supaya dapat menyerap cahaya yang paling rendah sekali pun. Pada tanaman yang ditanam dibawah matahari daun akan mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu daun lebih tebal, kecil dan memiliki petiol yang pendek.

Tabel 1. Rata-rata Tinggi tanaman per Tanaman pada Setiap Perlakuan Lingkungan Tumbuh Umur Tanaman (BST) Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 ……….cm………. Lapang 2.2 2.9 3.5a 3.5 3.6 4.9 6.3a 6.9a Sungkupan 2.2 2.9 3.4ab 3.5 3.6 4.9 5.8ab 6.4b Rumah Plastik 1.9 2.6 3.2b 3.4 3.5 4.7 5.6b 6.1b ……….cm………. Cipanas 1 2.5a 3.1a 3.5a 3.5 3.6 5.1a 6.2a 6.8a Cipanas 2 1.8b 2.5b 3.3b 3.4 3.50 4.6b 5.6b 6.1b Interaksi tn tn tn tn tn tn tn *

Keterangan : - Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan aspek yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

- BST = Bulan Setelah Tanam

- ** = sangat nyata taraf 1 %, * = nyata taraf 5 %, tn = tidak nyata taraf 1 %

Tinggi batang tanaman aksesi Cipanas 1 nyata lebih tinggi dibandingkan aksesi Cipanas 2 pada semua umur tanaman (Tabel 1) diduga karena adanya perbedaan genetik diantara Cipanas 1 dengan Cipanas 2. Gunawan (2003) mengungkapkan bahwa ukuran batang berbeda-beda menurut umur, tingkat perkembangan tanaman, kultivar dan kondisi lingkungan pertumbuhan. Rata-rata jumlah daun per tanaman aksesi Cipanas 1 dengan Cipanas 2 tidak berbeda nyata. Tinggi batang Cipanas 1 yang nyata lebih tinggi daripada Cipanas 2, sedangkan jumlah daun tidak berbeda nyata diduga disebabkan karena pertumbuhan Cipanas 1 secara vegetatif lebih baik daripada Cipanas 2. Posisi daun Cipanas 1 yang tidak tersusun rapat diduga memberikan kesempatan bagi daun untuk

(28)

menyerap cahaya matahari secara lebih efektif sehingga meningkatkan fotosintesis.

Tabel 2. Rata-rata Jumlah Daun per Tanaman pada Setiap Perlakuan Lingkungan Tumbuh Umur Tanaman (BST) Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 Lapang 5.19 5.31a 8.69a 9.62 7.81 7.06 7.00 7.19a Sungkupan 4.62 5.19a 8.50a 9.31 7.44 7.06 6.88 5.81b Rumah Plastik 4.12 4.56b 6.56b 8.00 6.81 5.94 6.62 5.44b Cipanas 1 4.79 5.29a 8.08 9.00 7.75 6.71 7.12 6.17 Cipanas 2 4.50 4.75b 7.75 8.96 6.96 6.67 6.54 6.12 Interaksi tn tn tn tn tn tn tn tn

Keterangan : - Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan aspek yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

- BST = Bulan Setelah Tanam

- ** = sangat nyata taraf 1 %, * = nyata taraf 5 %, tn = tidak nyata taraf 1 %

Interaksi antara perlakuan lingkungan tumbuh dan aksesi pada parameter tinggi batang terjadi pada 8 BST (Tabel 1). Interaksi menunjukkan tinggi batang stroberi aksesi Cipanas 1 akan lebih tinggi apabila ditanam di lapang daripada kombinasi perlakuan lain.

Jumlah Stolon

Jumlah stolon pada perlakuan lingkungan tumbuh berbeda nyata pada setiap BST (Tabel 3). Penanaman stroberi di lapang dan sungkupan menghasilkan jumlah stolon yang nyata lebih tinggi dari pada penanaman stroberi di rumah plastik. Hal ini diduga karena suhu di lapang dan sungkupan lebih optimal untuk pertumbuhan daripada suhu dalam rumah plastik. Menurut Edmond et al. (1979) tanaman stroberi tumbuh baik pada suhu antara 17°C-20°C. Suhu rata-rata pada pertanaman stroberi di lahan per bulan relatif tinggi, yaitu antara 20°C-24°C (Lampiran 1). Suhu rata-rata per bulan didalam rumah plastik diperkirakan lebih dari 20°C-24 °C karena adanya green house effect. Ashari (1995) menyatakan

(29)

bahwa suhu tinggi dengan lama penyinaran yang panjang mendorong pembentukan stolon. Namun pengamatan menunjukkan bahwa rumah plastik memiliki jumlah stolon yang paling sedikit dibandingkan penanaman stroberi di lapang dan sungkupan. Hal ini diduga karena tanaman C3 mempunyai suhu optimum yang lebih rendah dari C4 untuk melakukan fotosintesis. Menurut Gardner (1993) suhu optimum fotosintesis tanaman C3 rendah yaitu 15°C-25°C dibandingkan dengan C4 yaitu 30°C-40°C. Fotosistesis yang rendah diduga menghambat pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman dalam rumah plastik. Pembentukan stolon adalah salah satu dari parameter pertumbuhan vegetatif tanaman stroberi.

Pertumbuhan stolon aksesi Cipanas 1 berbeda nyata lebih tinggi dari pada aksesi Cipanas 2 pada 6-8 BST (Tabel 3). Perbedaan ini diduga karena adanya perbedaan genetik antara aksesi Cipanas 1 dengan Cipanas 2. Menurut Gourley dan Howlett (1941) jumlah stolon yang tinggi bermanfaat bagi produksi perbanyakan bibit. Tanaman yang menghasilkan jumlah stolon banyak akan semakin cepat menghasilkan anakan dalam jumlah banyak dengan waktu relatif pendek. Jumlah stolon yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh kultivar, lama penyinaran air dan nutrisi (Gourley dan Howlett, 1941; Shoemaker, 1982).

Rata-rata pertambahan jumlah stolon per tanaman pada perlakuan lingkungan tumbuh dan aksesi dari 1 BST sampai 3 BST lebih tinggi dibandingkan pada saat 4-8 BST. Hal ini dapat dilihat dari slope grafik jumlah stolon (Gambar Lampiran 5 dan 6). Menurut Schneider dan Scarborough (1960) tingkat produksi stolon yang tinggi pada awal pertumbuhan tanaman menandakan tanaman memiliki tingkat pertumbuhan yang baik. Penurunan pertambahan jumlah stolon pada 4-8 BST diduga tanaman dalam masa generatif. Stroberi berada pada masa pembungaan dan awal musim panen pada umur 4 BST. Tanaman stroberi yang berada pada masa generatif diduga akan memusatkan hasil fotosintesis pada pembungaan dan pembentukan buah. Menurut Schilletter dan Richey (1999) karbohidrat akan terakumulasi ketika pertumbuhan vegetatif tanaman atau bagian dari tanaman terhambat sehingga karbohidrat yang dihasilkan dari proses fotosintesis tersebut dapat digunakan untuk pertumbuhan organ-organ generatif.

(30)

Pertumbuhan stolon yang tinggi di fase generatif tanaman menyebabkan fotosintat terbagi antara pertumbuhan generatif dan vegetatif sehingga pertumbuhan generatif tidak optimal. Produksi buah tanaman stroberi membutuhkan pembuangan stolon secara intensif. Menurut Underwood (1975) pembuangan setiap stolon yang muncul menyebabkan fotosintesis tertuju pada produksi buah.

Tabel 3. Rata-rata Jumlah Stolon per Tanaman pada Setiap Perlakuan Lingkungan Tumbuh Umur Tanaman (BST) Perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 Lapang 0.4a 2.4a 5.9a 7.1a 7.3a 7.6a 8.0a 8.1a Sungkupan 0.1b 2.3a 5.1a 6.5a 7.2a 7.3a 7.9a 7.9a Rumah Plastik 0.1b 1.2b 2.6b 4.0b 4.4b 4.6b 4.7b 5.0b Cipanas 1 0.2 2.1 4.6 6.2 6.9 7.3a 8.0a 8.3a Cipanas 2 0.1 1.8 4.5 5.5 5.7 5.7b 5.7b 5.7b Interaksi tn tn tn tn tn tn tn tn

Keterangan : - Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan aspek yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%

- BST = Bulan Setelah Tanam

- ** = sangat nyata taraf 1 %, * = nyata taraf 5 %, tn = tidak nyata taraf 1 %

Buah

Data pengamatan produksi buah (Tabel 4) menunjukkan bahwa berat dan jumlah total buah stroberi yang ditanam di lapang dan sungkupan nyata lebih tinggi dibandingkan perlakuan rumah plastik. Berat total, jumlah total dan berat buah rata-rata aksesi Cipanas 1 nyata lebih tinggi dari aksesi Cipanas 2. Hal ini diduga karena pertumbuhan vegetatif yang baik dapat mendukung pertumbuhan generatif.

Interaksi antara lingkungan tumbuh dan aksesi terjadi pada berat total buah dan jumlah total buah stroberi (Tabel 4). Aksesi Cipanas 1 menunjukkan kemampuan untuk berproduksi lebih tinggi apabila ditanam di lapang.

(31)

Tabel 4. Bobot Total Buah Panen, Jumlah Total Buah Panen dan Bobot Rata-rata Buah per tanaman pada Setiap Perlakuan Lingkungan Tumbuh.

Perlakuan Berat Total Buah Jumlah Total Buah Berat Rata-rata Buah

...gr... ...buah... ...gr/buah... Lapang 124.76a 18.08a 6.82a Sungkupan 91.69a 14.00ab 6.44ab Rumah Plastik 48.47b 8.67b 5.79b Cipanas 1 114.46a 16.39a 6.86a Cipanas 2 62.16b 10.78b 5.84b Interaksi ** * tn

Keterangan : - Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan aspek yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

- ** = sangat nyata taraf 1 %, * = nyata taraf 5 %, tn = tidak nyata taraf 1 %

Hedonik

Buah stroberi hasil penanaman di lapang menunjukkan preferensi panelis yang nyata lebih tinggi dibandingkan stroberi di sungkupan dan rumah plastik pada parameter rasa dan penerimaan (Tabel 5). Komponen flavour meliputi aroma dan rasa (Kader, 1992). Menurut Jacson dan Looney (1999) komponen flavour buah ditentukan oleh kandungan gula, karbohidrat, asam dan senyawa aromatik pada buah. Hal ini diduga karena pertumbuhan generatif tanaman yang ditanam yang ditanam di lapang lebih baik daripada penanaman di sungkupan dan rumah plastik. Pertumbuhan generatif yang lebih baik ini diduga menghasilkan buah dengan rasa yang lebih diminati oleh para panelis uji hedonik.

(32)

Tabel 5. Rata-rata Respon Panelis terhadap Rasa, Warna, Aroma, Tekstur dan Penerimaan Buah dengan Uji Hedonik pada Skala 1-7 pada Setiap Perlakuan Lingkungan Tumbuh.

Perlakuan Rasa Warna Aroma Tekstur Penerimaan

Lapang 5.31a 5.19 4.81 4.92 5.31a Sungkupan 4.73b 4.88 4.81 4.73 4.85b Rumah Plastik 4.65b 4.88 4.54 4.69 4.81b Cipanas 1 5.02 5.08 4.85 4.95 5.10 Cipanas 2 4.77 4.85 4.59 4.62 4.87 Interaksi tn tn tn tn tn

Keterangan : - Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan aspek yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

- ** = sangat nyata taraf 1 %, * = nyata taraf 5 %, tn = tidak nyata taraf 1 %

Kekerasan, Padatan Terlarut Total (PTT),Total Asam Tertitrasi (TAT) dan Penyimpanan

Kekerasan buah adalah salah satu faktor penentu kualitas buah, termasuk pada buah stroberi (Shamaila et al., 1992). Perlakuan lingkungan tumbuh dan aksesi tidak berpengaruh nyata terhadap kekerasan buah.

Kandungan PTT buah menunjukkan persentase kandungan sukrosa dalam sari buah. Perlakuan lingkungan tumbuh tidak berpengaruh nyata pada kandungan PTT. Kandungan PTT aksesi Cipanas 1 nyata lebih tinggi dibandingkan Cipanas 2 (Tabel 6). Hal ini diduga karena adanya perbedaan genetik antara kedua aksesi tersebut. Menurut Wang and Camp (2000) dan Moing et al. (2001) akumulasi kandungan PTT pada stroberi sangat dipengaruhi oleh jenis kultivar.

Kandungan TAT buah menentukan rasa pada buah. Kandungan TAT tinggi menyebabkan buah menjadi asam dan sebaliknya. Menurut Jackson dan Looney (1999) ada beberapa macam asam dalam buah, 3 yang paling umum yaitu asam malat, sitrat dan tartarat. Asam sitrat merupakan asam utama yang ditemukan pada stroberi (Wang and Camp, 2000). Perlakuan lingkungan tumbuh dan aksesi tidak berpengaruh terhadap kandungan TAT buah.

(33)

Lunaknya kulit buah stroberi menyebabkan buah cepat rusak dan daya simpannya rendah. Berdasarkan hasil penelitian, buah stroberi yang ditanam di lapang dan sungkupan pada penyimpanan suhu 0°C–4°C nyata lebih tinggi dibandingkan stroberi yang ditanam dalam rumah plastik. Pada penyimpanan ruang, buah stroberi yang ditanam di lapang memiliki daya simpan yang nyata lebih tinggi dari pada buah yang ditanam di rumah plastik (Tabel 6). Hal ini diduga karena kelembaban di lapang dan sungkupan lebih rendah daripada dalam rumah plastik, sedangkan kelembaban rumah plastik yang tinggi diduga menyebabkan buah stroberi menjadi lunak dan cepat rusak. Daya simpan buah stroberi Cipanas 1 dalam suhu ruang, nyata lebih tinggi dibandingkan Cipanas 2, sedangkan pada penyimpanan dingin tidak berbeda nyata, sehingga dapat disimpulkan bahwa penyimpanan dingin dapat meningkatkan daya simpan stroberi.

Tabel 6. Rata-rata Kekerasan, Kandungan Padatan Terlarut Total, Total Asam Tertitrasi, Penyimpanan Dingin (0-40C) dan Suhu Ruang pada Setiap Perlakuan Lingkungan Tumbuh

Perlakuan Kekerasan PTT TAT Penyimpanan

(mm/100 gr/5 detik) (oBrix) (%) Dingin Ruang

...hari... Lapang 112.71 9.73 1.38 13.50a 2.38a Sungkupan 101.39 9.31 1.27 13.50a 1.88ab Rumah Plastik 91.20 9.03 1.18 11.50b 1.38b Cipanas 1 106.44 9.72a 1.32 13.00 2.17a Cipanas 2 97.09 8.99b 1.24 12.67 1.58b Interaksi tn tn tn tn tn

Keterangan : - Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom dan aspek yang sama adalah tidak berbeda nyata pada uji DMRT taraf 5%.

(34)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Hasil percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa aksesi Cipanas 1 yang ditanam yang di lapang memiliki pertumbuhan vegetatif dan produksi yang lebih baik dibandingkan kombinasi aksesi dan lingkungan tumbuh yang lain. Hal ini ditunjukkan oleh parameter tinggi batang, jumlah daun, jumlah stolon, berat total buah, jumlah total buah, berat buah rata-rata, Padatan Terlarut Total (PTT), penyimpanan pada suhu dingin (0°C-4°C), penyimpanan pada suhu ruang dan uji hedonik untuk parameter rasa dan penerimaan.

Saran

Perlu diadakan penelitian lebih lanjut dalam hal screening aksesi-aksesi stroberi lokal lainnya yang dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan termodifikasi, misalnya dalam sungkupan atau rumah plastik.

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, S. 1995. Hortikultura : Aspek Budidaya. UI-Press. Jakarta. 485 hal. Benson, L. 1957. Plant Classification. D. C. Heath & Co. Boston. 688 p.

Badan Pusat Statistik. 2004. Komoditas Impor Sayuran dan Buah-buah Indonesia. Jakarta.

Budiman, S. dan Desi S. 2006. Berkebun Stroberi Secara Komersial. Penebar Swadaya. Jakarta. 107 hal.

Childers, N. F. 1973. Modern Fruit Science. Somerset Press Inc. New Jersey. 960 p.

Choopong, S. Dan E. W. M. Verheij. 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang Dapat Dimakan. In: E. W. M. Verheij dan R. E. Coronel (eds). PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Edmond, J. B., T. L. Senn, F. S. Andrews, and R. G. Halfacre. 1979. Fundamentals of Horticulture. McGraw-Hill Publishing Co. Ltd., New Delhi. 500 p.

Gardner. V. R., F. C. Bradford, H. D. Hooker. 1993. The Fundamentals of Fruit Production. McGraw Hill Book Co. Inc. New York. 778 p.

Gourley, J. H. And F. S. Howlett. 1941. Modern Fruit Production. MacMillan Co. New York.

Gunawan, L. W. 2003. Stroberi. Penebar Swadaya. Jakarta. 81 hal.

Harjadi, S. S. 1990. Dasar-dasar Hortikultura. Jurusan Budidaya Pertanian IPB. Bogor. Tidak dipublikasikan.

Jacson, D. And N. E. Looney. 1999. Temperate and Subtropical Fruit Production 2nd Edition. CABI Publishing. Canada.

Jesen, M. H. 1997. Hydroponics. Hort. Sci. 32 (6) : 1018-1021

Kader, A. A. 1992. Postharvest Biology and Technology : An Overview. P. 15-20. In A. A. Kader (ed.). Post Technology of Horticultural Crop. Univ. California. California. 192 p.

Krisantini, Sandra A. Azis, Yudiwanti. 1997. Mempelajari Beberapa Jenis Pupuk dan Media Untuk Budidaya Hidroponik Sederhana Pada Tanaman Hortikultura. Fakultas Pertanian IPB. Bogor.

(36)

Moing, A. and C. Renaud. 2001. Biochemical Changes During Fruit Development of Four Strawberry Cultivars. J. Amer. Hort. Sci. 126 (4) : 394-403. Nicholls, R. E. 1990. Beginning Hydroponics. Soilless Gardening: A Beginner’s

Guide to Growing Vegetables, House Plants, Flowers, and Herbs Without Soil. Running Press. Philadelphia. 127p.

Novianti, E. 2004. Pengaruh Lingkungan Tumbuh yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan dan Kualitas Stroberi (Fragaria ananassa Duch.) Secara Hidroponik. Skripsi. Departemen Budidaya Pertanian. Faperta. IPB. Bogor. 30 hal

Poincelot, R. P. 2004. Sustainable Horticulture Today and Tomorrow. Prentice Hall. New Jersey. 870 p.

Rahayu, W. P. 1998. Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor. Tidak dipublikasikan. 89 hal.

Rukmana, R. 1998. Stroberi Budi Daya dan Pascapanen. Kanisius. Yogyakarta. 79 hal.

Ryall, A. L. And W. T. Pentzer. 1982. Handling, Transportation and Storage of Fruits and Vegetables 2nd Ed Volume 2 : Fruits and tree Nuts. Avi Publishing Company, Inc. Westport, Connecticut. 610 p.

Schilletter, J. C. and Richey, H. W. 1999. Textbook of General Horticulture. Biotech Books. 367 p.

Schneider, G. W. and C. C. Scarborough. 1960. Fruit Growing. Prentice-Hall Inc. New Jersey. 307 p.

Shamaila, M., T. E. Baumann, G. W. Eaton, W. D. Powrie and B. J. Skura. 1992. Quality Attributes of Strawberry Cultivars Grown in British Columbia. J. Food Sci., 57(3) : 696-699.

Shoemaker, J.S. 1982. Small Fruits Culture 5 th ed. Avi Publishing Co. Inc. Connecticut. 187 p.

Soekarto, S. T. 1985. Penilaian Organoleptik. Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan IPB. Bogor. 144 hal.

Staudt, G. 1999. Systematics and Geographic Distribution of The American Strawberry Species. Univ. of California Press. USA.

Underwood, J. 1975. The Life-Time Encyclopedia of Gardenning : Vegetable and Fruits. Life-Time Books. New York. 160 p.

(37)

Wang, S. Y. and M. J. Camp. 2000. Temperatures After Bloom Affect Plant Growth and Fruit Quality of Strawberry. Scientica Horticulturae. Vol 85 : 183-199.

Verheij, E. W. M. dan R. E. Coronel. 1997. Buah-Buahan yang Dapat Dimakan. Gramedia. Jakarta.

(38)
(39)

Tabel Lampiran 1. Formulasi Larutan Nutrisi

Jenis Hara Konsentrasi (ppm)

Nitrogen (N) 300 Fosfor (F) 42 Kalium (K) 400 Kalsium (Ca) 366 Magnesium (Mg) 70 Sulfur (S) 9 Besi (Fe) 0.8 Boron (B) 0.5 Mangan (Mn) 0.8 Seng (Zn) 0.05 Tembaga (Cu) 0.05 Molibdenum (Mo) 0.01

Tabel Lampiran 2. Data Iklim Kecamatan Pacet Periode Maret-Oktober 2003

Suhu (0C) RH(%) Bulan 700 1300 1800  Max Min CH (mm/hari) 700 1300 1800  Maret 19.5 23.9 21.0 21.0 25.0 18.1 280 88 78 91 86 April 19.9 25.3 22.3 21.8 26.3 18.0 302 87 71 89 81 Mei 20.1 25.0 22.0 21.8 25.9 17.7 272 96 86 96 90 Juni 19.0 24.9 31.9 23.7 25.9 16.7 49 80 68 85 79 Juli 17.9 24.4 21.7 20.5 26.1 15.5 8.7 80 65 83 77 Agustus 18.1 24.9 21.9 20.8 26.1 16.2 118 84 64 84 79 September 18.7 25.1 21.9 20.4 25.9 16.7 183 85 64 85 80 Oktober 20.5 24.7 31.5 24.3 25.9 17.7 318 84 68 86 80

Sumber: Badan Meterologi dan Geofisika Dramaga, Bogor

Tabel Lampiran 3. Perkembangan Ekspor Stroberi di Indonesia, Tahun 2000-2004. Tahun Volume (kg) 2000 5488 2001 4707 2002 1138 2003 2944 2004 5580 Rata-rata 3971.4

(40)

Tabel Lampiran 4. Sidik Ragam Tinggi Batang Parameter Sumber Keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-Hitung Pr > F KK (%) BST 1 Ulangan 3 0.9036 0.3012 1.86 0.2075 19.05 Lokasi 2 0.5364 0.2682 1.48 0.3006 Aksesi 1 3.1901 3.1901 19.65 0.0016 Ulangan*Lokasi 6 1.0885 0.1814 1.12 0.4226 Lokasi*Aksesi 2 0.6927 0.3464 2.13 0.1744 BST 2 Ulangan 3 0.8958 0.2986 1.91 0.1983 14.16 Lokasi 2 0.6458 0.3229 2.45 0.1670 Aksesi 1 1.7604 1.7604 11.27 0.0084 Ulangan*Lokasi 6 0.7917 0.1319 0.84 0.5665 Lokasi*Aksesi 2 0.0833 0.0417 0.27 0.7718 BST 3 Ulangan 3 0.0703 0.0234 0.57 0.6460 6.00 Lokasi 2 0.4114 0.2057 11.29 0.0093 Aksesi 1 0.2109 0.2109 5.17 0.0491 Ulangan*Lokasi 6 0.1094 0.0182 0.45 0.8305 Lokasi*Aksesi 2 0.5781 0.2891 7.09 0.0142 BST 4 Ulangan 3 0.0625 0.0208 0.57 0.6478 5.52 Lokasi 2 0.0990 0.0495 0.61 0.5725 Aksesi 1 0.0104 0.0104 0.29 0.6059 Ulangan*Lokasi 6 0.4844 0.0807 2.21 0.1366 Lokasi*Aksesi 2 0.0990 0.0495 1.36 0.3054 BST 5 Ulangan 3 0.2161 0.0720 1.24 0.3517 6.79 Lokasi 2 0.0364 0.0182 0.14 0.8713 Aksesi 1 0.0651 0.0651 1.12 0.3176 Ulangan*Lokasi 6 0.7760 0.1293 2.22 0.1353 Lokasi*Aksesi 2 0.2552 0.1276 2.19 0.1674 BST 6 Ulangan 3 0.7656 0.2552 2.51 0.1250 6.62 Lokasi 2 0.2190 0.1095 0.22 0.8109 Aksesi 1 1.3633 1.3633 13.38 0.0053 Ulangan*Lokasi 6 3.0263 0.5044 4.95 0.0166 Lokasi*Aksesi 2 0.3390 0.1695 1.66 0.2427 BST 7 Ulangan 3 0.6536 0.2179 1.05 0.4168 7.71 Lokasi 2 2.1719 1.0859 2.82 0.1367 Aksesi 1 1.6276 1.6276 7.85 0.0207 Ulangan*Lokasi 6 2.3073 0.3845 1.85 0.1945 Lokasi*Aksesi 2 1.3490 0.6745 3.25 0.0866 BST 8 Ulangan 3 0.1771 0.0590 0.58 0.6449 4.94 Lokasi 2 2.5052 1.2526 13.49 0.0060 Aksesi 1 3.0104 3.0104 29.39 0.0004 Ulangan*Lokasi 6 0.5573 0.0929 0.91 0.5303 Lokasi*Aksesi 2 0.9427 0.4714 4.60 0.0420

Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Jumlah Daun

Parameter Sumber Keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-Hitung Pr > F KK (%) BST 1 Ulangan 3 1.5312 0.5104 0.63 0.6163 19.44 Lokasi 2 4.5208 2.2604 2.82 0.1371 Aksesi 1 0.5104 0.5104 0.63 0.4493 Ulangan*Lokasi 6 4.8125 0.8021 0.98 0.4887 Lokasi*Aksesi 2 1.5208 0.7604 0.93 0.4287

(41)

Sambungan Tabel Lampiran 5. Sidik Ragam Jumlah Daun Parameter Sumber Keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-Hitung Pr > F KK (%) BST 2 Ulangan 3 0.6146 0.2049 1.04 0.4225 8.86 Lokasi 2 2.5833 1.2917 4.04 0.0773 Aksesi 1 1.7604 1.7604 8.89 0.0154 Ulangan*Lokasi 6 1.9167 0.3194 1.61 0.2487 Lokasi*Aksesi 2 0.0833 0.0417 0.21 0.8140 BST 3 Ulangan 3 1.2500 0.4167 0.20 0.8915 18.08 Lokasi 2 22.1458 11.0729 5.57 0.0430 Aksesi 1 0.6667 0.6667 0.33 0.5823 Ulangan*Lokasi 6 11.9375 1.9896 0.97 0.4950 Lokasi*Aksesi 2 1.8958 0.9479 0.46 0.6438 BST 4 Ulangan 3 6.5313 2.1771 0.41 0.7465 25.51 Lokasi 2 11.8958 5.9479 1.91 0.2281 Aksesi 1 0.0104 0.0104 0.00 0.9654 Ulangan*Lokasi 6 18.6875 3.1146 0.59 0.7295 Lokasi*Aksesi 2 10.3958 5.1979 0.99 0.4084 Lokasi*Aksesi 2 3.5833 1.7917 1.28 0.3249 BST 8 Ulangan 3 2.3646 0.7882 1.05 0.4183 14.12 Lokasi 2 13.5833 6.7917 21.26 0.0019 Aksesi 1 0.0104 0.0104 0.01 0.9090 Ulangan*Lokasi 6 1.9167 0.3194 0.42 0.8458 Lokasi*Aksesi 2 0.5833 0.2917 0.39 0.6898

Tabel Lampiran 6. Sidik Ragam Jumlah Stolon.

Parameter Sumber Keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-Hitung Pr > F KK (%) 1 BST Ulangan 6 1.1190 0.1865 2.41 0.0691 155.77 Lokasi 2 0.6786 0.3393 2.74 0.1050 Aksesi 1 0.0536 0.0536 0.69 0.4163 Ulangan*Lokasi 12 1.4881 0.1240 1.60 0.1774 Lokasi*Aksesi 2 0.6786 0.3393 4.38 0.0281 2 BST Ulangan 6 4.3690 0.7282 1.99 0.1198 34.29 Lokasi 2 18.6548 9.3274 9.45 0.0034 Aksesi 1 0.5952 0.5952 1.63 0.2179 Ulangan*Lokasi 12 11.8452 0.9871 2.70 0.0277 Lokasi*Aksesi 2 2.5833 1.2917 3.54 0.0506 3 BST Ulangan 6 9.0595 1.5099 1.37 0.2778 40.21 Lokasi 1 0.4821 0.4821 0.44 0.5162 Aksesi 12 18.2262 1.5188 1.38 0.2598 Ulangan*Lokasi 2 6.1071 3.0536 2.78 0.0888 Lokasi*Aksesi 2 36.1071 18.0536 11.89 0.0014 4 BST Ulangan 6 1.5833 0.2639 0.33 0.9123 67.06 Lokasi 2 0.5119 0.2560 0.27 0.7655 Aksesi 1 7.7143 7.7143 9.65 0.0061 Ulangan*Lokasi 12 11.2381 0.9365 1.17 0.3701 Lokasi*Aksesi 2 2.3929 1.1964 1.50 0.2505 5 BST Ulangan 6 0.8214 0.1369 0.27 0.9436 153.20 Lokasi 2 2.6071 1.3036 3.37 0.0690 Aksesi 1 3.1488 3.1488 6.22 0.0226 Ulangan*Lokasi 12 4.6429 0.3869 0.76 0.6772 Lokasi*Aksesi 2 0.8690 0.4345 0.86 0.4403

(42)

Sambungan Tabel Lampiran 6. Sidik Ragam Jumlah Stolon Parameter Sumber Keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-Hitung Pr > F KK (%) 6 BST Ulangan 6 0.9881 0.1647 0.91 0.5085 198.30 Lokasi 2 0.3214 0.1607 0.85 0.4506 Aksesi 1 1.9286 1.9286 10.68 0.0043 Ulangan*Lokasi 12 2.2619 0.1885 1.04 0.4539 Lokasi*Aksesi 2 0.3214 0.1607 0.89 0.4279 7 BST Ulangan 6 2.1190 0.3532 1.01 0.4486 171.17 Lokasi 2 1.5833 0.7917 2.28 0.1448 Aksesi 1 5.0060 5.0060 14.34 0.0014 Ulangan*Lokasi 12 4.1667 0.3472 0.99 0.4901 Lokasi*Aksesi 2 1.5833 0.7917 2.27 0.1324 8 BST Ulangan 6 0.7262 0.1210 0.80 0.5807 271.82 Lokasi 2 0.6786 0.3393 2.05 0.1717 Aksesi 1 0.8571 0.8571 5.68 0.0283 Ulangan*Lokasi 12 1.9881 0.1657 1.10 0.4162 Lokasi*Aksesi 2 0.6786 0.3393 2.25 0.1342

Tabel Lampiran 7. Sidik Ragam Berat Buah Total, Jumlah Total Buah dan Berat Rata-rata Buah. Parameter Sumber Keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-Hitung Pr > F KK (%) Ulangan 5 1606,9407 321,3881 0,72 0,6216 48.00 Berat Total Buah Lokasi 2 8781,6729 4390,8364 16,57 0,0007 Aksesi 1 6154,664 6154,664 13,70 0,0021 Ulangan*Lokasi 10 2650,1927 265,0193 0,59 0,7987 Lokasi*Aksesi 2 5110,9893 2555,4946 5,69 0,0145 Ulangan 5 34,8958 6,9792 0,55 0,7365 52.47 Jumlah

Total Buah Lokasi 2 133,7917 66,8958 13,15 0,0016 Aksesi 1 70,8403 70,8403 5,58 0,0321 Ulangan*Lokasi 10 50,875 5,0875 0,40 0,9260 Lokasi*Aksesi 2 98,7639 49,3819 3,89 0,0436

Ulangan 5 6,5908 1,3182 1,87 0,1590 13.21 Berat

Rata-rata Buah Lokasi 2 6,5747 3,2874 2,51 0,1312 Aksesi 1 9,4659 9,4659 13,45 0,0023 Ulangan*Lokasi 10 13,1223 1,3122 1,86 0,1335 Lokasi*Aksesi 2 0,5682 0,2841 0,40 0,6749

Tabel Lampiran 8. Sidik Ragam Uji Hedonik

Parameter Sumber Keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-Hitung Pr > F KK (%) Rasa Ulangan 12 13.1795 1.0983 1.73 0.1007 16.27 Lokasi 2 6.6410 3.3205 4.12 0.0290 Aksesi 1 1.2820 1.2820 2.02 0.1638 Ulangan*Lokasi 24 19.3590 0.8066 1.27 0.2522 Lokasi*Aksesi 2 1.8718 0.9359 1.47 0.2423 Warna Ulangan 12 11.0513 0.9209 1.30 0.2618 16.98 Lokasi 2 2.1538 1.0769 0.99 0.3872 Aksesi 1 1.0385 1.0385 1.46 0.2342 Ulangan*Lokasi 24 26.1795 1.0908 1.54 0.1186 Lokasi*Aksesi 2 0.9231 0.4615 0.65 0.5278

(43)

Sambungan Tabel Lampiran 8. Sidik Ragam Uji Hedonik Parameter Sumber Keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-Hitung Pr > F KK (%) Aroma Ulangan 12 9.7949 0.8162 1.49 0.1747 15.71 Lokasi 2 1.2564 0.6282 0.73 0.4938 Aksesi 1 1.2820 1.2820 2.33 0.1353 Ulangan*Lokasi 24 20.7436 0.8643 1.57 0.1066 Lokasi*Aksesi 2 0.9487 0.4744 0.86 0.4301 Tekstur Ulangan 12 3.4615 0.2885 0.40 0.9555 17.82 Lokasi 2 0.7949 0.3974 0.58 0.5693 Aksesi 1 2.1667 2.1667 2.98 0.0927 Ulangan*Lokasi 24 16.5385 0.6891 0.95 0.5459 Lokasi*Aksesi 2 0.1795 0.0897 0.12 0.8842 Penerimaan Ulangan 12 17.8205 1.4850 2.83 0.0079 14.54 Lokasi 2 4.0256 2.0128 2.59 0.0957 Aksesi 1 1.0385 1.0385 1.98 0.1684 Ulangan*Lokasi 24 18.6410 0.7767 1.48 0.1414 Lokasi*Aksesi 2 0.5385 0.2692 0.51 0.6035

Tabel Lampiran 9. Sidik Ragam Rata-rata Kekerasan, PTT, Total Asam Tertitrasi, Simpan Ruang dan Dingin

Parameter Sumber Keragaman Db Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah F-Hitung Pr > F KK (%) Penetrometer Ulangan 3 858.4370 286.1457 0.65 0.6052 20.69 Lokasi 2 1852.4894 926.2447 1.58 0.2804 Aksesi 1 525.0082 525.0082 1.18 0.3048 Ulangan*Lokasi 6 3509.7188 584.9531 1.32 0.3400 Lokasi*Aksesi 2 405.6283 202.8141 0.46 0.6469 PTT Ulangan 3 3.1196 1.0399 2.69 0.1094 6.65 Lokasi 2 1.9869 0.9934 3.90 0.0822 Aksesi 1 3.2010 3.2010 8.27 0.0183 Ulangan*Lokasi 6 1.5288 0.2548 0.66 0.6853 Lokasi*Aksesi 2 0.2232 0.1116 0.29 0.7561 Asam Ulangan 1 0.0016 0.0016 0.16 0.7169 7.76 Lokasi 2 0.0831 0.0416 9.15 0.0985 Aksesi 1 0.0183 0.0183 1.86 0.2659 Ulangan*Lokasi 2 0.0091 0.0045 0.46 0.6689 Lokasi*Aksesi 2 0.2285 0.1142 11.60 0.0388 Dingin Ulangan 3 7.0000 2.3333 1.91 0.1986 8.61 Lokasi 1 0.6667 0.6667 0.55 0.4790 Aksesi 6 20.0000 3.3333 2.73 0.0855 Ulangan*Lokasi 2 5.3333 2.6667 2.18 0.1688 Lokasi*Aksesi 2 21.3333 10.6667 3.20 0.1133 Ruang Ulangan 3 0.4583 0.1528 0.65 0.6042 25.92 Lokasi 2 4.0000 2.0000 7.20 0.0254 Aksesi 1 2.0417 2.0417 8.65 0.0165 Ulangan*Lokasi 6 1.6667 0.2778 1.18 0.3965 Lokasi*Aksesi 2 0.3333 0.1667 0.71 0.5191

(44)

0 2 4 6 8 1 BST 2 BST 3 BST 4 BST 5 BST 6 BST 7 BST 8 BST Umur Tanaman (BST) T in g g i B a ta n g ( c m ) Lapang Sungkupan Rumah Plastik

Gambar Lampiran 1. Tinggi Batang Pada Lingkungan Tumbuh yang Berbeda

0 1 2 3 4 5 6 7 8 1 BST 2 BST 3 BST 4 BST 5 BST 6 BST 7 BST 8 BST Umur Tanaman (BST) T in g g i B a ta n g ( c m ) Cipanas 1 Cipanas 2

Gambar Lampiran 2. Tinggi Batang Pada Aksesi yang Berbeda

0 2 4 6 8 10 12 1 BST 2 BST 3 BST 4 BST 5 BST 6 BST 7 BST 8 BST Umur Tanaman (BST) J u m la h D a u n Lapang Sungkupan Rumah Plastik

(45)

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 BST 2 BST 3 BST 4 BST 5 BST 6 BST 7 BST 8 BST Umur Tanaman (BST) J u m la h D a u n Cipanas 1 Cipanas 2

Gambar Lampiran 4. Jumlah Daun Pada Aksesi yang Berbeda

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 BST 2 BST 3 BST 4 BST 5 BST 6 BST 7 BST 8 BST Umur Tanaman (BST) J u m la h S to lo n Lapang Sungkupan Rumah Plastik

Gambar Lampiran 5. Jumlah Stolon Pada Lingkungan Tumbuh yang Berbeda

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 BST 2 BST 3 BST 4 BST 5 BST 6 BST 7 BST 8 BST Umur Tanaman (BST) J u m la h S to lo n Cipanas 1 Cipanas 2

Gambar

Gambar 1. Pertumbuhan Stroberi Pada Lingkungan yang Berbeda (a) Lapang (b)        Sungkupan (c) Rumah Plastik
Tabel  1.  Rata-rata  Tinggi  tanaman  per  Tanaman  pada  Setiap  Perlakuan   Lingkungan Tumbuh      Umur Tanaman (BST) Perlakuan  1  2  3  4  5  6  7  8  ……….cm………
Tabel 2. Rata-rata Jumlah Daun per Tanaman pada Setiap Perlakuan Lingkungan  Tumbuh  Umur Tanaman (BST)  Perlakuan  1  2  3  4  5  6  7  8  Lapang  5.19      5.31 a       8.69 a       9.62       7.81       7.06       7.00       7.19 a        Sungkupan  4.6
Tabel 3. Rata-rata Jumlah Stolon per Tanaman pada Setiap Perlakuan Lingkungan  Tumbuh   Umur Tanaman (BST)  Perlakuan  1  2  3  4  5  6  7  8  Lapang  0.4 a       2.4 a        5.9 a       7.1 a       7.3 a       7.6 a        8.0 a        8.1 a        Sungk
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan akhlak pulalah, manusia secara pribadi maupun kelompok dapat mengantarkan fungsinya sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi untuk membangun dunia

As a polder, the junction to the Cakung Drain at the downstream end needs to be closed and the water is pumped up to the Drain in order to keep the water

Modal Inti yang dialokasikan untuk Risiko Pasar.. Modal Pelengkap yang tidak digunakan

a) Peneliti harus berusaha menjelaskan kepada siswa tentang kemudahan memahami materi melalui metode think pair and share. b) Peneliti harus berusaha untuk membuat kondisi kelas

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id.. commit

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemahaman siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Advance Organizer berbantuan

Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta yaitu alur sistem pengeluaran barang yang digunakan belum sepenuhnya terdokumentasi dengan baik, Sehingga perlu adanya

Kurang gizi dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan anak terlambat yaitu tidak dapat mencapai berat dan panjang maksimal, daya tahan tubuh anak rendah, anak mudah