• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE BERBANTUAN MEDIA LOTTO WARNA DAN BENTUK UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK KELOMPOK B3

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE BERBANTUAN MEDIA LOTTO WARNA DAN BENTUK UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN KOGNITIF ANAK KELOMPOK B3"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

BERBANTUAN MEDIA LOTTO WARNA DAN BENTUK

UNTUK MENINGKATKAN PERKEMBANGAN

KOGNITIF ANAK KELOMPOK B3

I Gusti Ayu Arista Dewi1, Rini Kristiantari2, I Made Suara3 1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: aristdewi75@yahoo.co.id1,rini_bali@yahoo.co.id2, Imadesuara@yahoo.co.id3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan perkembangan kognitif mengenal warna dan bentuk setelah diterapkan model pembelajaran think pair share berbantuan media lotto warna dan bentuk pada anak kelompok B3 semester II di TK Kumara Adi I Denpasar. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam 2 siklus. Subjek penelitian adalah 18 anak yang terdiri dari 6 laki-laki dan 12 perempuan. Data penelitian perkembangan kognitif dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan metode observasi dengan instrumen berupa lembar observasi. Data hasil penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik deskriptif, metode analisis deskriptif kualitatif dan analisis deskriptif kuantitatif. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terjadi peningkatan perkembangan kognitif dengan penerapan model pembelajaran think pair share berbantuan media lotto warna dan bentuk yang ditunjukkan pada hasil siklus I sebesar 60,17% pada kriteria rendah mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 85,56% pada kriteria tinggi. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan persentase rata-rata anak dari siklus I ke siklus II sebesar 25,86%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran think pair share berbantuan media lotto warna dan bentuk dapat meningkatkan perkembangan kognitif pada anak kelompok B3 TK Kumara Adi I Denpasar.

Kata-kata kunci: model pembelajaran think pair share, media lotto warna dan bentuk,

perkembangan kognitif.

Abstract

This study aims to determine the increase in cognitive development recognize colors and shapes as applied learning model Think Pair share media aided lotto color and shape in the second half B3 group of children in kindergarten Kumara Adi I Denpasar. This research is a classroom action research (PTK) carried out in two cycles. Subjects were 18 children consisting of 6 men and 12 women. Cognitive development research data in this study were collected by using observation method with instruments such as observation sheet. Data from this study were analyzed using descriptive statistical analysis, descriptive analysis method qualitative and quantitative descriptive analysis. The result showed that an increase in cognitive development with application of learning models think pair share media aided lotto colors and shapes shown in the results of the first cycle of 60.17% on low criteria increased in the second cycle into 85.56% in the high criteria. This shows an increase in the average percentage of children from the first cycle to the second cycle of 25.86%. It can be concluded that the application of learning models think pair share media aided

(2)

lotto colors and shapes can enhance cognitive development in children Kumara kindergarten group B3 Adi I Denpasar.

Keywords: Think Pair Share learning model, colored lotto and shapes media, cognitive

development.

PENDAHULUAN

Pendidikan anak usia dini adalah upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberia stimulus pendidikan agar membatu perkembangan, pertumbuhan baik jasmani maupun rohani sehingga anak memiliki kesiapan memasuki pendidikan yang lebih lanjut, Yamin (2013:1). Sedangkan menurut Sujiono (2009:9) menyatakan bahwa: Pendidikan anak usia dini pada dasarnya meliputi seluruh upaya dan tindakan yang dilakukan oelh pendidik dan orag tua dalam proses perawatan, pengasuhan dan pendidikan pada anak dengan menciptakan aura dan lingkungan dimana anak dapat meng-eksplorasi pengalaman yang memberikan kesempatan kepadanya untuk mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang diperoleh dari lingkungan, melalui cara me-ngamati, meniru dan bereksperimen yang berlangsung secara berulang-ulang dan melibatkan seluruh potensi dan kecerdasan anak.

Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi dan ke-mampuan. Semua potensi yang dimiliki anak masih harus dikembangkan secara optimal agar dapat berkembang dengan sebaik-baiknya. Anak juga memiliki karakteristiknya sendiri yang khas dan unik yang tidak sama dengan orang dewasa serta akan berkembang menjadi manusia dewasa seutuhnya Menurut Morrison (dalamWijana, 2008:1.6) “Ditinjau dari segi usia, anak usia dini adalah anak yang berada dalam rentang usia 0-8 tahun”. Standar usia ini adalah acuan yang digunakan oleh NAEYC (National Assosiation Education for Young Child). Menurut definisi ini anak usia dini

merupakan kelompok yang sedang berada dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Dalam hal ini anak usia dini adalah individu unik yang memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan dalam aspekfisik, sosio-emosional, kreativitas, bahasa,dan kognitif.

Dilihat dari aspek perkembangan kognitif pada anak usia dini, menurut Piaget masa ini berada pada tahap Praoperasional. Dimana tahap ini berlangsung pada usia 2-7 tahun. Pada tahap ini, menurut Piget (dalam Ali, 2011:28), “anak sangat bersifat egosentris sehingga seringkali mengalami masalah dalam berinteraksi dengan ling-kungannya, termasuk orang dengan orang tuangnya .Pada masa ini anak sudah siap untuk belajar bahasa, membaca, dan menyanyi”.

Dalam proses pembelajaran anak usia dini, guru sangat berperan penting dalam kegiatan pembelajaran anak. Dalam proses pembelajaran sering dijumpai permasalahan pada anak, terutama pada perkembangan kognitif anak. Didalam melatih per-kembangan kognitif anak, guru harus aktif dalam mengembangkan pembelajaran agar anak tidak merasa jenuh dan bosan. Untuk itu guru harus membuat media-media menarik agar anak merasa tertarik dan semangat dalam proses pengembangan kognitif anak. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2009 dinyatakan bahwa : Struktur program kegiatan PAUD mencakup bidang pengembangan pembentukan perilaku dan bidang pengembangan kemampuan dasar melalui kegiatan bermain dan pembiasaan. Lingkup pengembangan meliputi : (1) nilai-nilai agama dan moral, (2) fisik, (3) kognitif, (4) bahasa dan, (5) sosial emosional.

(3)

Kegiatan pengembangan suatu aspek dilakukan secara terpadu dengan aspek yang lain menggunakan pendekatan tematik.

Setiap guru menginginkan bahwa proses pembelajaran bisa berjalan dengan efektif, dengan media yang menarik agar anak bisa lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Namun ke-nyataannya guru di Taman Kanak-Kanak (TK) masih sulit dalam mengatasi proses pembelajaran agar menyenangkan untuk anak-anak. Seperti dalam pembuatan media yang digunakan kurang menarik, sehingga anak kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran.

Dalam mengatasi permasalahan kognitif anak, melalui pem-belajaran think pair share dapat digunakan oleh guru dalam membantu siswa belajar. Salah satu upaya dalam meningkatkan hasil belajar pada perkembangan kognitif anak bisa meng-gunakan media Lotto. Media Lotto inidiharapkan bisa mengasah per-kembangan kognitif anak dalam ber-konsentrasi, selain itu juga bisa mengasah motorik halus pada anak. Menurut Lyman (1985) (dalam Riyanto, 2009:274) menyatakan “(1) Thinking (berpikir): beri ke-sempatan siswa untuk mencari jawaban tugas secara mandiri, (2) Pairing (berpasangan): bertukar pikiran dengan teman sebangku, (3) Sharing (berbagi): berdiskusi dengan pasangan lain (menjadi 4 siswa)”. Model think pair and share me-rupakan salah satu dari pembelajaran kooperatif yang mengutamakan kerja sama antar siswa dalam kelompok.

Penerapan Model pembelajaran think pair and share di TK masih ditemukan beberapa kendala untuk mengembangkan kemampuan kognitif anak. Hal ini juga timbul di TK Kumara Adi I tepatnya di kelompok B3, selama ini perkembangan kognitif anak belum sesuai dengan apa yang dharapkan oleh guru.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Wali Kelompok B3, Ibu Ni Made Rustini, S.Pd pada tanggal 22 Oktober 2014, diperoleh beberapa informasi bahwa 1)

Jumlah anak kelompok B3 ada 18 orang, 2) Jumlah guru kelompok B3 ada 1 orang, (3) Ditentukan bahwa kemampuan kognitif anak dikelompok B3 masih kurang sehingga kegiatan belum mencapai tingkat capaian perkembangan anak.

Untuk mengatasi hal tersebut perkembangan kognitif anak harus ditingkatkan melalui model pembelajaran think pair share berbatuan media lotto warna dan bentuk. Model pembelajaran ini dimanfaatkan untuk merangsang per-kembangan kognitif anak. Karena melalui media ini anak bisa mengenal warna dan bentuk.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penelitian ini diadakan dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Berbantuan Media Lotto Warna dan Bentuk untuk meningkatkan Perkembangan Kognitif Anak Kelompok B3 Semester II TK Kumara Adi I Denpasar Tahun Ajaran 2014/2015”.

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. Untuk mengetahui peningkatan perkembangan kognitif setelah Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Berbantuan Media Lotto Warna dan Bentuk Pada Anak Kelompok B3 Semester II TK Kumara Adi I Denpasar Tahun Ajaran 2014/2015.

Lyman (dalam Riyanto, 2009:274) menyatakan “(1) Thinking(berpikir): beri kesempatan siswa untuk mencari jawaban tugas secara mandiri, (2) Pairing (berpasangan): bertukar pikiran dengan teman sebangku, (3) Sharing (berbagi): berdiskusi dengan pasangan lain (menjadi 4 siswa)”.

Model pembelajaran think pair and share merupakan salah satu dari pembelajaran kooperatif yang mengutamakan kerja sama antarsiswa dalam kelompok yang hiterogen. Model pembelajaran think pair and share berarti memberikan waktu kepada siswa untuk memikirkan jawaban dari pertanyaan atau permasalahan yang akan diberikan oleh guru. Siswa saling membantu dalam menyelesaikan masalah tersebut

(4)

dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing.

Model pembelajaran think pair share merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif yang mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok secara keseluruhan. Karakteristik model think pair share siswa dibimbing secara mandiri, berpasangan, dan saling berbagi untuk menyelesaikan permasalahan. Model ini selain diharapkan dapat menjembatani dan mengarahkan proses belajar mengajar juga mempunyai dampak lain yang sangat bermanfaat bagi siswa. Beberapa akibat yang dapat ditimbulkan dari model ini adalah siswa dapat berkomunikasi secara langsung oleh individu lain yang dapat saling memberi informasi dan bertukar pikiran serta mampu berlatih untuk mempertahankan pendapatnya jika pendapat itu layak untuk dipertahankan.

Pembelajaran think pair share dapat

mengembangkan kemampuan

mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan membandingkan ide-idenya dengan orang lain. Membantu siswa untuk respek pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta menerima segala perbedaan. Siswa dapat mengembangkan kemampuan untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri dan menerima umpan balik. Interaksi yang terjadi selama pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir sehingga bermanfaat bagi proses pendidikan jangka panjang.

Adapun kelebihan dan kekurangan model think pair share menurut Shoimin (dalam Shoimin,2014:211) antara lain: Kelebihan model think pair share : (1) TPS mudah diterapkan diberbagai jenjang penidikan dan dalam setiap kesempatan. (2) Menyediakan waktu berpikir untuk meningkatkan kualitas respons siswa. (3) Siswa menjadi lebih aktif dalam berpikir mengenai konsep dalam mata pelajaran. (4) Siswa lebih memahami tentag konsep topik pelajaran selama diskusi. (5) Siswa dapat

belajar dari siswa lain. (6) Setiap siswa dalam kelompoknya mempunyai kesempatan untuk berbagi atau me-nyampaikan idenya. Kelemahan think pair share : (1) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor. (2) Lebih sedikit ide yang muncul. (3) Jika ada perselisihan, tidak ada penengah.

Ada beberapa langkah dalam menerapkan think pair share : (1) Guru menyampaikan topik inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai. (2) Siswa dimintai untuk berpikir tentang topik materi/permasalahan yang disampaikan guru secara individual. (3) Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing tentang topiknya tadi. (4) Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok pasangan mengemukakan hasil diskusinya untuk berbagi jawaban (share) dengan seluruh siswa dikelas. (5) Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa. (6) Guru memberi kesimpulan. (7) Penutup.

Menurut Eliyawati, (2005) media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu: (1) media visual, (2) media audio, (3) media audio visual. “Lotto” merupakan media visual yang mampu membantu anak dalam meningkatakan aspek perkembangan kognitif dalam mengenal warna dan bentuk” Eliyawati (2012),menyatakan “Lotto merupakan salah satu media yang dapat digunakan untuk membantu anak mengenal warna dan bentuk dengan melatih daya nalar”.Lotto dirancang dari segi warna, bentuk, dan gambar sesuai tingkat pencapaian perkembangan anak. Permainan ini dikembangkan untuk melatih daya nalar anak. Jika anak salah mengerjakan maka anak tersebut akan segera menyadarinya dan dapat membetulkannya. Media lotto ini dapat digunakan sebagai media bermain dengan variasi permainan sesuai keinginan anak seperti bermain kelompok maupun individu. Dari pendapat diatas dapat

(5)

disimpulkan Lotto adalah mainan edukasi yang memperkenalkan kepada anak tentang warna utama dan bentuk bangun ruang yang sebaiknya diketahui oleh anak. Lotto Warna dan Bentuk terdiri dari papan berisi warna dan kepingan bentuk bangun datar yang berbeda yang bisa bongkar pasang.

Lotto warna dan bentuk ini mem-punyai fungsi dan manfaat untuk anak. Menurut Wiyani (dalam Wiyani & Barnawi, 2012:167) menyatakan fungsi Lotto Warna dan Bentuk yaitu : 1) mengembangkan daya konsentrasi, 2) daya pengamatan anak. Sedangkan manfaatnya yaitu: menjelaskan konsep warna-warna dasar seperti merah, biru, hitam, putih, kuning dan lain sebagainya kepada anak. Selain itu mengenalkan berbagai bentuk bangun datar seperti, segitiga, persegi, persegi panjang, bulat dan lain-lain.Jika pe-nyampaian kepada anak hanya secara lisan atau diceritakan, anak hanya sebatas mampu menirukan ucapan kita tentang berbagai warna tanpa tahu secara nyata bagaimana yang dimaksud warna merah, kuning dan lain sebagainya, begitu juga dengan bentuk bangun datar.Akan sangat berbeda jika memanfaatkan Lotto Warna dan Bentuk. Dengan memanfaatkan alat permainan ter-sebut anak dapat secara langsung melihat, mengamati, membandingkan, me-masangkan, dan mengenali berbagai warna dan bentuk.

Berdasarkan paparan di atas, mengenai model think pair share berban-tuan media lotto warna dan bentuk untuk meningkat perkembangan kognitif anak. maka untuk itulah pada kesempatan ini dirancang sebuah penelitian tindakan kelas (PTK) yang berjudul “penerapan model pembelajaran think pair share berbantuan media lotto warna dan bentuk untuk meningkatkan perkembangan kognitif anak kelompok B3 Semester II TK Kumara Adi I Denpasar Tahun Ajaran 2014/2015”.

METODE

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan pada anak kelompok B3 TK Kumara Adi I Denpasar semester genap tahun ajaran 2014/2015. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa B3 semester II di TK Kumara Adi I Denpasar tahun ajaran 2014/2015 berjumlah 18 orang yang terdiri dari 6 orang laki-laki dan 12 orang perem-puan. Adapun objek penelitian ini adalah perkembangan kognitif.

Penelitian ini termasuk Penelitian Tindakan Kelas. Agung (2010:3) me-nyatakan “Penelitian Tindakan Kelas sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional”.

Menurut Wardani (dalam Wardani,2007:1.3) “ Penelitian Tindakan Kelas merupakan satu penelitian pula, yang dengan sendirinya mempunyai berbagai aturan dan langkah yang harus diikuti”. Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahapan yaitu: rencana, tindakan, observasi, dan refleksi. Empat tahapan itu terdapat dalam satu siklus. Siklus tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

(Agung, 2010 :6) Gambar 1: Gambar Model Penelitian

(6)

Penjelasan setiap tahap diuraikan sebagai berikut. (1) Perencanaan. Menurut Agung (2010:6) menyatakan bahwa “Rencana adalah tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki, me-ningkatkan atau perubahan perilaku atau sikap sebagai solusi”. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah: (a) Menyiapkan Media.Media yang digunakan adalah media yang dapat dimanfaatkan untuk permainan yang bisa melatih kognitif anak. (b) Membuat Kelompok. Dari satu kelas yang berjumlah 18 orang di kelompok B3 di bentuk menjadi 3 kelompok yaitu kelompok mawar, melati dan kamboja. (c) Membuat Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) Secara lengkap Rencana Mingguan dapat dilihat pada lampiran. (d) Menyiapkan Rencana Kegiatan Harian Penelitian dilakukan dalam satu siklus yang berulang-ulang, setiap siklus dilaukan satu minggu, dan penelitian dilakukan selama 3 minggu.Secara umum RKH yang di buat dapat di lihat pada lampiran. (e) Membuat Lembaran Kerja Anak Pada penelitian ini, lembar kerja anak yang dibuat sesuai dengan scenario pembelajaran yang telah direncankan, seperti yang tertera pada lampiran. (f) Membuat Instrumen Penilaian Instrumen pada penilaian ini dirancang sesuai dengan data yang ingin diperoleh di lapangan, yang terdiri dari isntrumen untuk input, proses, dan output seperti yang ada pada lampiran. (2) Pelaksanaan tindakan. Upaya yang dilakukan oleh guru/peneliti untuk melakukan perbaikan atau peningkatan yang diinginkan. Kegiatan yang dilakukan pada rancangan pelaksanaan ini berisi tentang pelaksanaan tindakan yang dampaknya terhadap proses dan hasil

pembelajaran yang dikumpulkan dengan alat bantu instrument pengamatan yang dikembangkan. (3) tahap observasi Evaluasi dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui hasil dari pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan observasi dilakukan untuk mengamati guru dan siswa dalam proses pembelajaran kelas. Kegiatan observasi meliputi : (a) mengobservasi guru dalam mengajar di kelas dari membuka pelajaran, menyampaikan materi sampai menutup pelajaran, dan (b) mengobservasi siswa dalam proses bermain. (4) tahap refleksi. Tahap refleksi dilakukan untuk melihat, mengkaji dan mem-pertimbangkan dampak tindakan yang telah diberikan. Berdasarkan hasil refleksi maka dapat dilakukan perbaikan kekurangan-kekurangan dalm proses pembelajaran. Kegiatan yang dilakukan pada rencana refleksi ini adalah mnegkaji hasil penelitian terhadap pelaksanaan tindakan tersebut dan jika terjadi kendala, akan dicari pemecahan masalahnya untuk direncanakan tindakan pada siklus II.

Data mengenai perkembangan kognitif pada anak kelompok B3 TK Kumara Adi I Denpasar di kumpulkan dengan meng-gunakan metode observasi.

Motode observasi ini dilakukan saat pembelajaran berlangsung, ketika anak mengerjakan tugas sesuai indikator yang telah ditentukan. Perkembangan anak pada setiap indikator dinilai dengan memberikan skor berupa bintang, (BB), bintang (MB), dan bintang (BSH), (BSB). Untuk lebih jelasnya dipaparkan dalam tabel sebagai berikut.

Tabel 1 Tabel Skor Penilaian Perkembangan Anak

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar rubrik penskoran perkembangan mengenal bentuk

Simbol Nilai Makna Nilai Nilai

Belum Berkembang (BB) 1

Mulai Berkembang (MB) 2

Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 3 Berkembang Sangat Baik (BSB) 4

(7)

Tabel 2 Tabel Rubrik Penskoran Perkembangan Kognitif

No Indikator Skor

* ** *** ****

1 Membedakan dan membuat 2 kumpulan benda yang sama jumlahnya, yang tidak sama, lebih banyak dan lebih sedikit.

2 Mengelompokkan benda 3 dimensi (benda-benda sebenarnya) yang berbentuk geometri (lingkaran, segitiga, segiempat) .

3 Mengelompokkanbenda dengan berbagai cara menurut ciri-ciri tertentu.Misal: menurut warna, bentuk, ukuran.

4 Memasangkan benda sesuai dengan pasangannya, jenisnya, per-samaannya, warnanya, bentuknya, dan lain-lain.

5 Memasangkan bentuk geometri dengan benda tiga dimensinya yang bentuknya sama ( lingkaran, bola, segiempat, balok).

6 Memperkirakan urutan berikutnya setelah melihat bentuk lebih dari 3 pola yang berurutan, misal: merah,putih, biru,merah, putih biru, merah…..ABCD-ABCD.

Keterangan:

* = 1 (Belum berkembang) ** = 2 (Mampu berkembang)

*** = 3 (Berkembang sesuai harapan) **** = 4 (Berkembang sangat baik)

Setelah data terkumpul maka data akan dianalisis. Dalam metode analisis statistik deskriptif untuk mengolah data digunakan rumus-rumus statistik deskriptif, antara lain: menghitung rentangan, banyak kelas, panjang kelas lalu menyajikan data pada tabel distribusi frekuensi, mean (M), menghitung modus (Mo), median (Me), dan menyajikan data pada grafik polygon. Dalam data penelitian terdapat data bergolong dan data tunggal, dan rumus

yang digunakan pada masing-masing data berbeda.

Data yang telah dihitung dengan metode analisis statistik deskriptif selanjutnya dihitung kembali dengan metode analisis deskriptif kuantitatif. Metode analisis deskriptif kuantitatif ini digunakan untuk memperoleh hasil tinggi rendahnya dan menentukan kriteria perkembangan mengenal bentuk geometri peserta didik. Kriteria perkembangan mengenal bentuk geometri peserta didik akan dikonversikan ke dalam Pedoman Konversi (PAP) Skala Lima.

(8)

100% X SMI M (%) M       = Keterangan:

M% = Rata – rata persen

M = Skor yang dicapai siswa secara keseluruhan (mean)

SMI = Skor maksimal ideal

Tabel 3 Tabel Pedoman Konversi PAP Skala Lima Tentang Tingkatan Perkembangan kognitif

Presentase (%) Kriteria Perkembangan Kognitif

90-100 Sangat Tinggi 80-89 Tinggi 65-79 Sedang 55-64 Rendah 0-54 Sangat Rendah (Agung, 2010:14)

Penelitian dikatakan berhasil atau tujuan tercapai jika tingkat perkembangan kognitif berada pada rentangan 80-89 dengan kriteria tinggi pada pedoman konversi PAP skala lima.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Siklus I dilaksanakan 3 kali pertemu-an, dalam satu hari peneliti meneliti satu indikator dan langsung mengadakan penilai-an pada saat kelas sudah berakhir. Pelak-sanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan berdasarkan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang sudah disiapkan sebelumnya.

Hasil analisis data mengenai perkembangan kognitif dengan metode statistik deskriptif pada siklus I diperoleh Mean sebesar 60,17, modus sebesar 59,7 median sebesar 60,16. Dari hasil tersebut dapat digambarkan dengan grafik poligon. Berikut grafik poligon mengenai perkembangan mengenal bentuk geometri pada siklus I. 0 1 2 3 4 5 6 7 45 52 59 66 73 Mo: 59,7 Md : 60,16 M : 60,17

Gambar 2 Gambar Grafik Poligon

Perkembangan Kognitif Kelompok B3 pada Siklus I

Berdasarkan hasil perhitungan dari gambar grafik polygon di atas terlihat Mo<Md<M (59,7<60,16<60,17), sehingga dapat disimpulkan bahwa sebaran data pada siklus I menunjukkan kurve juling positif yang berarti bahwa perkembangan kognitif cenderung rendah.

(9)

Nilai rata-rata yang diperoleh yaitu sebesar 60,17, dikonversikan ke dalam PAP skala lima dengan menggunakan rumus M% dan hasilnya adalah 60,17%. Dan pada PAP skala lima berada pada tingkat pengu-asaan 55-64%, yang berada pada kategori rendah.

Dari hasil observasi yang ditemukan selama pelaksanaan tindakan pada siklus I terdapat beberapa hambatan yang mengakibatkan perkembangan kognitif anak masih berada pada kategori rendah. Adapun hambatan-hambatan yang ditemukan peneliti saat menerapkan siklus I adalah sebagai berikut. (1) anak belum berpengalaman dengan model yang diterapkan (2) beberapa anak masih keliru dalam mencari warna dan bentuk, sehingga perlu dibantu.

Dari hambatan yang muncul se-lanjutnya dicari solusi yang tepat untuk menangani hambatan tersebut. Solusi yang bisa dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan di atas adalah sebagai berikut. (1) Menjelaskan secara rinci kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan, dengan demikian anak lebih paham dengan pembelajaran yang dilaksanakan. (2) Mencontohkan berulang kali agar anak tidak keliru lagi

Perkembangan kognitif anak ke-lompok B3 pada siklus I masih berada pada kategori rendah. Nilai rata-rata yang diperoleh yaitu sebesar 60,17,dikonversikan ke dalam PAP skala lima dengan menggunakan rumus M% dan hasilnya adalah 60,17%. Dan pada PAP skala lima berada pada tingkat penguasaan 55-64%, yang berada pada kategori rendah. Anak masih keliru dalam mencari warna dan bentuk. Hasil yang diperoleh pada siklus I ini belum membuat peneliti puas akan hasil yang diperoleh, sehingga peneliti melanjutkan penelitian ke siklus II.

Siklus II dilaksanakan 3 kali pertemuan, dalam satu hari peneliti meneliti satu indikator dan langsung mengadakan penilaian pada saat kelas sudah berakhir. Pelaksanaan tindakan pada siklus II di-laksanakan berdasarkan Rencana Kegiatan

Harian (RKH) yang sudah disiapkan sebelumnya.

Hasil analisis data mengenai perkembangan mengenal bentuk geometri dengan metode statistik deskriptif pada siklus I diperoleh Mean sebesar 85,56, modus sebesar 90,3 median sebesar 87,5. Dari hasil tersebut dapat digambarkan dengan grafik poligon. Berikut grafik poligon mengenai perkembangan mengenal bentuk geometri pada siklus II.

0 1 2 3 4 5 6 7 70 77 84 91 98 M: 85,56 Md: 87,5 Mo:90,3

Gambar 3 Gambar Grafik Poligon Perke-mbangan Kognitif Kelompok B3 pada Siklus II

Berdasarkan hasil perhitungan dari gambar grafik polygon di atas Mo>Md>M (90,3>87,5>85,56), sehingga dapat disimpulkan bahwa data belajar pada siklus II menunjukkan kurve juling negative, yang berarti perkembangan kognitif anak kelompok B3 cenderung tinggi.

Nilai rata-rata yang diperoleh yaitu sebesar 85,56, dikonversikan ke dalam PAP skala lima dengan menggunakan rumus M% dan hasilnya adalah 85,56%. Dan pada PAP skala lima berada pada tingkat pengu-asaan 80-89%, yang berada pada kategori tinggi.

Melalui perbaikan proses pembela-jaran dan pelaksanaan siklus II telah terjadi

(10)

adanya peningkatan pada perkembangan mengenal bentuk geometri anak. Adapun temuan-temuan yang diperoleh selama tindakan pelaksanaan siklus II antara lain anak yang awalnya mengalami kesulitan dalam memasangkan lotto warna dan bentuk sudah dapat memasangkannya dengan benar, anak yang awalnya memerlukan waktu yang cukup lama dalam memasangkan lotto sesuai warna dan bentuk, sudah mulai cepat dalam memasangkan lotto warna dan bentuk, anak senang dan semangat saat bermain lotto.

Pada penelitian siklus I hasil rata-rata perkembangan kognitif dalam bermain lotto anak kelompok B3 TK Kumara Adi I Denpasar sebesar 60,17%, berada pada kategori rendah berdasarkan PAP Skala Lima. Hal ini dikarenakan masih terdapat beberapa kendala-kendala yang dihadapi peneliti. Hasil yang diperoleh pada siklus I ini belum membuat peneliti puas akan hasil yang diperoleh, sehingga peneliti melanjutkan penelitian ke siklus II.

Pada siklus II perkembangan me-ngenal bentuk geometri anak mulai menunjukkan peningkatan. Anak – anak mulai dengan lancar menyebutkan bentuk-bentuk dan warna dari lotto yang guru tanyakan. Anak juga sudah mulai mampu membedakan warna. Hasil rata-rata per-kembangan kognitif anak kelompok B3 TK Kumara Adi I Denpasar siklus II sebesar 85,56%, berada pada kategori tinggi berdasarkan PAP Skala Lima. Peningkatan perkembangan kognitif pada anak terjadi karena diterapkannya model think pair share berbantuan media lotto warna dan bentuk.

Pada siklus II ini hasil rata-rata yang diperoleh mencapai kriteria keberhasilan, dimana kriteria keberhasilan pada penelitian ini dikatakan berhasil jika hasil yang diperoleh minimal pada kategori sedang. Karena hasil yang diperoleh sudah memuaskan peneliti, maka penelitian tindakan kelas ini berlangsung sampai pada siklus II.

Hasil analisis data pada siklus I menunjukkan rata-rata sebesar 60,17% dan

hasil analisis data pada siklus II menunjukkan rata-rata sebesar 85,56%. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa terdapat peningkatan presentase rata-rata dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 25,86%.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

Maka dapat disimpulkan bahwa “terjadi peningkatan kemampuan kognitif anak kelompok B3 semester II TK Kumara Adi I Denpasar setelah diterapkan model pembelajaran Think Pair Share sebesar 25,86%. Hal ini diketahui dari peningkatan rata-rata presentase anak siklus I sebesar 59,7% menjadi sebesar 85,56% pada siklus II yang berada pada katagori tinggi”.

Berdasarkan simpulan dalam pe-nelitian tindakan kelas ini, dapat diajukan saran sebagai berikut. Bagi Peserta Didik. Disarankan siswa hendaknya ikut ber-partisipasi aktif dalam kegiatan bermain lotto warna dan bentuk karena bermain lotto warna dan bentuk ini membutuhkan konsentrasi dan daya ingat yang baik serta suasana yang mendukung. Bagi Guru. Dalam proses pembelajaran dapat menggunakan model pembelajaran Think Pair Share sebagai alternatif untuk meningkatkan kemampuan kognitif anak kelompok B. Bagi Kepala Sekolah Agar merekomendasikan kepada guru-guru untuk menerapkan model pembelajaran Think Pair Share karena dapat meningkatkan ke-mampuan kognitif anak. Bagi peneliti lain. Yang tertarik dengan penelitian ini dapat hasil penelitian sebagai bahan kajian untuk meneliti permasalahan dalam lingkup yang lebih luas dan mencoba menerapkan pada aspek kognitif yang lain.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Agung. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Ali, Mohammad.2011. “Psikologi Remaja Perkembangan Peserta Didik”. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Aris Shoimin.2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.Yogykarta: AR-RUZZ MEDIA. Laris. 2014. “Pemanfaatan media lotto untuk

meningkatkan perkembangan kognitif anak kelompok Adi paud santi kumara”. Tersedia padahttp://ejournal.undiksha.ac.id/i ndex.php/JJPAUD/article/view/352 6/2845 (diakses pada tanggal 25 Januari 2015)

Novan Ardi Wiyani & Barwani. 2012. Format Paud. Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sugandi. 2010. “Pengertian Pembelajaran Kooperatif”. Tersedia pada

http://ian43.wordpress.com/2010/12 /23/pengertianpembelajarankooper atif/ (diakses tanggal 15 Desember 2013)

Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta Barat: Permata Puri Media. Tiwi, Buana. 2013. “Model Pembelajaran

Cooperatif Learning”. Tersedia pada

http://buanatiwi.wordpress.com/201

3/04/09/model-pembelajaran-cooperative-learning/ (diakses

tanggal 15 Desember 2013)

Wijana, Widarmi D,dkk. 2008. “Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini”. Jakarta: Universitas Terbuka. Wardani, IGAK dan Kuswaya

Wihardit.2007.“ Penelitian Tindakan Kelas”. Jakarta: Universitas Terbuka.

Yamin, Martinis dan Jamailah Sabri Sanan. 2013. Panduan PAUD. Ciputat: Gaung Persada Press Group.

Gambar

Tabel 1 Tabel Skor Penilaian Perkembangan Anak
Tabel 2 Tabel Rubrik Penskoran Perkembangan Kognitif
Gambar  3  Gambar  Grafik  Poligon  Perke- Perke-mbangan  Kognitif  Kelompok  B3  pada  Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan Pasal 59 ayat 1 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan menyebutkan bahwa perjanjian kerja untuk waktu tertentu (kontrak) hanya dapat

Karakter siswa yang tidak aktif dengan menggunakan LKS berbasis masalah ini siswa akan terlibat aktif untuk menyelesaikan masalah dengan langkah- langkah yang ada

- Untuk mengetahui apakah kadar Bensorsak pada okky jelly drink rasa jambu dan okky jelly drink rasa mixberry memenuhi standar mutu yang sudah ditetapkan. - Untuk mengetahui kadar

Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kompetisi Sains Madrasah Tahun 2015 2015 Page 10 • Peserta ditentukan oleh pihak madrasah • setiap madrasah per bidang studi hanya

Dalam rangka melaksanakan pemerintahan tersebut, maka Pemerintah Daerah mengalokasikan dana perimbangan untuk pemberian Alokasi Dana Desa (ADD) yang merupakan wujud

Berdasarkan hasil penelitian, analisis data, dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa Ibu di PAUD Desa Sumberadi Sleman Yogyakarta, tingkat pengetahuan ibu dalam

Berdasarkan hasil wawancara kepada Ibu Sri selaku guru ZEY di SLB Muhammadiyah mengenai interaksi sosial anak disekolah, guru memaparkan bahwa dalam proses interaksi

Kemudian dalam hal menafsirkan ayat Alquran surah Al-Baqarah ayat 65 dan Al-A‟raf ayat 166 tentang laknat Allah yang menimpa bani Israil, berdasarkan dengan apa yang telah