• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTEGRASI RUANG DAN ALAM SEBAGAI PENUNJANG PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INTEGRASI RUANG DAN ALAM SEBAGAI PENUNJANG PENDIDIKAN TAMAN KANAK-KANAK"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

INTEGRASI RUANG DAN ALAM SEBAGAI

PENUNJANG PENDIDIKAN TAMAN

KANAK-KANAK

Beatrice, Indartoyo, J.F. Bobby Saragih

Jurusan Arsitektur, Universitas Bina Nusantara, Jl. K. H. Syahdan No. 9 Jakarta Barat 11480 Telp (62-21) 5345830, Email : beatricewahjudi@gmail.com

ABSTRACT

Children deserve a healthy environment to grow and develop into a complete human, both physically and mentally. Globalization of today’s technology, which is very accessible, was very limitating the media of children’s play to focus only on the technology on their hands regardless of the nature around them, when in fact the environment is also a factor of children’s personality and intelligence development. This study is intended for children in early childhood education, so they can have the media and facilities to channel their energy to play in natural environment. Give children and their families an environment that can support the development of children to the fullest. Using the methods of qualitative description with a case study of some kindergarten both from within and outside the country, this study was developed by comparing the advantages and disadvantages of the sample and connected with theories that can support this research. From the results of this study, the concept of integrate space and nature in kindergarten can help children be aware of the physical environment around them. Energy and their mind is not only more focused on technology in their hands, but can be channeled into the natural environment in an educational environment. (B)

Keywordsi: Nature, Kindergarten, Educational Environment

ABSTRAK

Anak-anak layak untuk mendapatkan sebuah lingkungan sehat untuk tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang utuh baik secara jasmani dan rohani. Globalisasi teknologi di masa kini yang sangat mudah diakses ternyata sangat membatasi media bermain anak-anak untuk hanya fokus pada teknologi di tangan mereka tanpa mempedulikan alam sekitar mereka di saat sebenarnya lingkungan juga menjadi faktor perkembangan kepribadian dan kecerdasan anak-anak. Penelitian ini ditujukan agar anak-anak dalam pendidikan usia dini, dapat memiliki peluang untuk memiliki media bermain yang lebih menyadarkan mereka terhadap alam sekitar agar anak-anak memiliki media dan sarana bermain yang dapat menyalurkan energi mereka untuk bermain di lingkungan alami. Memberikan anak-anak dan keluarganya sebuah lingkungan yang dapat menunjang perkembangan anak-anak secara maksimal. Menggunakan metode deskripsi kualitatif dengan mengambil studi kasus dari beberapa Taman Kanak-kanak baik dari dalam maupun luar negeri, penelitian ini dikembangkan dengan membandingkan kekurangan dan kelebihan pada sample dan dihubungkan dengan teori-teori yang dapat mendukung penelitian ini. Dari hasil penelitian ini didaptakan bahwa konsep menyatukan ruang dan alam di Taman Kanak-kanak dapat membantu anak-anak sadar terhadap lingkungan fisik di sekitar mereka. Energi dan pikiran mereka bukan hanya lagi terpusat pada teknologi yang ada di tangan mereka, tetapi dapat disalurkan ke lingkungan alami yang ada di lingkungan pendidikan. (B) Kata Kunci: Alam, Taman Kanak-kanak, Lingkungan pendidikan

(2)

2

PENDAHULUAN

Anak-anak merupakan generasi penerus bangsa di masa mendatang yang merupakan sumber dari pembangunan berkelanjutan dunia. Usia dini anak-anak merupakan tahap yang penting bukan hanya untuk semata demi kesehatan individu maupun fisik tapi juga untuk perkembangan kognitif yang berpengaruh pada kecerdasan anak dalam menganalisa dan sosial-emosional anak yang berpengaruh pada mental mereka. UNICEF secara langsung menyatakan bahwa, “Kejadian selama usia dini adalah formatif dan memainkan peran penting untuk membangun sumber daya manusia, memutus siklus kemiskinan, menyebarkan produktivitas ekonomi, dan menghilangkan perbedaan ras serta ketidakadilan”.

Dalam UN-Habitat yang membahas tentang Enviromentally sustainable, healthy and livable human settlemens menjelaskan bahwa untuk mensosialisasikan lingkungan sehat yang dapat mendukung tempat yang layak huni untuk semua dan kehidupan manusia yang berkelanjutan untuk generasi masa kini dan mendatang adalah dengan cara memastikan bahwa anak-anak memiliki akses ke dunia alam di kehidupan sehari-hari mereka dengan cara bermain secara bebas di ruang luar dan menyusun program pendidikan untuk menlong anak-anak meneliti lingkungan di sekitar mereka termasuk ekosistem alami di dalamnya. Telah banyak pakar yang meneliti tentang dampak positif alam terhadap perkembangan kecerdasan dan kepribadian anak-anak. Dalam era dimana anak-anak sekarang menghabiskan waktu di lingkungan sekolah sekitar 40-50 jam per minggu, disana ada kesempatan masyarakat untuk menghubungkan kembali anak-anak dengan dunia alam dan menghasilakan generasi penerus bangsa yang berharga dan memelihara alam (Malone, 2003). Penelitian juga membuktikan bahwa hubungan positif anak-anak dengan alam dapat membangun sebuah etika lingkungan (Wilson, Honoring Children's Way of Knowing, Early Childhood News, 1997). Memisahkan anak-anak dengan dunia luar akan memberi dampak buruk terhadap kebribadian mereka kelak. Saat beranjak dewasa mereka tidak lagi memandang alam sebagai suatu bagian dari mereka, namun hanyalah sebagai hal yang hidup berdampingan dengan mereka. Oleh karena itu, selama masa kecil lah dimana pengalaman anak-anak dengan alam dapat membentuk dan membangun sebuah nilai, prilaku, dan tujuan dasar menuju dunia yang harus mereka jaga selama hidup mereka (Wilson, North American Association for Enviromental Education, 1994)

Psikolog lingkungan dan perkembangan dari Universitas Cornell, Gary Evans telah melakukan berbagai studi penelitian tentang dampak lingkungan pada kesejahteraan anak-anak. Dalam penelitiannya bersama dengan kelompok-kelompoknya, Gary Evans mengindikasikan bahwa lingkungan fisik dapat mempengaruhi anak-anak dalam berprestasi maupun dalam perkembangan kognitif, sosial dan emosional termasuk prilaku orang tua terhadap mereka.

Randy White, seorang direktur dan penggagas dari White Hutchinson Leisure & Learning Group yang telah berdiri selama 25 tahun, menuliskan dalam jurnalnya yang berjudul “Young Children’s Relationship with Nature: Its Importance to Children Developmet & the Earth’s Future” bahwa dewasa ini kehidupan anak-anak telah terputus dari alam, pengalaman mereka sebagian besar didominasi oleh media, bahasa yang tertulis dan gambar visual (Chawla, 1994). Dunia maya mengganti kenyataan dengan cara menayangkan bahwa alam yang indah terletak pada belahan dunia yang jauh dari tempat mereka berada dan tidak dapat dicapai. Anak-anak kehilangan akal bahwa alam sebenarnya bisa terdapat di halaman rumah mereka dan di lingkungan sekitar mereka yang jika semakin tidak disadakan akan berdampak pada hilangnya pengetahuan dan rasa menghargai mereka terhadap alam.

Selain itu Anita Rui Olds, seorang ahli dalam bidang pendidikan anak-anak dalam bukunya yang berjudul Child care design guide juga menegaskan bahwa anak-anak membutuhkan sebuah lingkungan yang dapat membuat mereka nyaman. Alam memberikan hal tersebut untuk anak-anak secara cuma-cuma dengan sendirinya. Secara langsung Olds mengatakan bahwa. “Rasa tenang yang berasal dari keindahan alam disebabkan karena ritme perubahan alam mirip dengan ritme fisiologis manusia itu sendiri”. Maka dari itu anak-anak membutuhkan aktivitas luar ruang yang dekat dengan alam untuk memberi mereka ruang berkembang yang nyaman.

Lingkungan sosial pertama yang salah satunya dimasuki oleh anak usia dini adalah Taman Kanak-kanak. Dalam Norma, Standar, Peraturan dan Kriteria (NSPK) pemerintah yang berjudul “Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Kanak-kanak” yang dikeluarkan oleh Kementertian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2013, Taman Kanak-kanak adalah salah satu bentuk satuan pendidikan anak usia dini pada jalur formal yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia empat sampai enam tahun dan secara terminologi, usia empat sampai enam tahun disebut sebagai masa usia prasekolah.

Dalam NSPK tersebut juga terdapat penjelasan mengenai tata cara penyelenggaran sebuah Taman Kanak-kanak dilihat dari sisi kurikulum dan sistem pendidikan yang diatur dalam Undang-undang,

(3)

3 Peraturan Pemerintah maupun Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Selain itu juga terdapat standar tentang sarana dan prasarana sebuah Taman Kanak-kanak, namun hanya sekedar standarisasi lahan dan ruang yang harus tersedia. Di Indonesia, pendidikan anak usia dini masih sangat jarang memiliki perhatian khusus. Dari aspek mutu masih banyak Taman Kanak-kanak yang belum sesuai standar NSPK dan belum adanya pemerataan lembaga pendidikan anak usia dini di beberapa daerah.

Rumusan masalah difokuskan pada bagaimana ruang di Taman Kanak-kanak dapat menjadi ruang bermain dan belajar yang dapat mendukung perkembangan anak dan menciptakan konsep ruang yang menyatu dengan alam.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan mampu menjadi alternatif solusi untuk mengatasi permasalahan di lokasi tersebut sehingga dapat turut mengembangkan kota Jakarta ke arah yang lebih baik.

LANDASAN TEORI

Integrasi

Integrasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pembauran hingga menjadi satu kesatuan yang bulat.

Pembauran berasal dari kata baur yang berarti campur, jadi membaur menurut KBBI adalah masuk ke dalam sehingga serupa dengan yang dimasuki.

Gambar 1 Jenis Integrasi Sumber: data pribadi Ruang

Menurut KBBI, ruang mempunyai beberapa arti, yaitu:

• Sela-sela antara dua atau empat deret tiang

• Rongga yang berbatas atau terlingkung oleh bidang

• Rongga yang tidak berbatas, tempat segala sesuatu yang ada

Kesimpulannya ruang adalah sebuh rongga yang berada di antara sela-sela sebuah bidang baik yang terlihat maupun tidak. Ruang dapat didefinisikan menjadi dua tipe, yaitu ruang luar dan ruang dalam.

• Ruang luar adalah sebuah ruang yang terbentuk oleh batas horizontal bawah (bentang alam) dan batas vertikal (massa bangunan atau vegetasi).

• Ruang dalam adalah daerah 3 dimensi dimana objek dan peristiwa berada. Ruang memiliki posisi serta arah yang relatif. Terutama jika satu bagian dirancang untuk tujuan tertentu.

Alam

Beberapa pengertian alam:

• Alam merupakan segala sesuatu yang ada di langit dan bumi (Kamus Besar Bahasa Indonesia; Kamus Besar Bahasa Indonesia)

Alam merupakan terjemahan dari kata “nature” dalam Bahasa Inggris yang secara harafiah berarti kelahiran. Pada saat ini,alam sering mengacu pada kondisi geologi dan kehidupan liar. (Wikipedia, 2014)

Disimpulkan bahwa alam merupakan sebuah ruang yang melahirkan atau menciptakan benda-benda yang ada di bumi maupun langit (angkasa).

Taman Kanak-kanak

Taman kanak-kanak adalah pendidikan prasekolah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan dasar. (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990; http://www.kswa.com/work/loft/)

Peraturan Pemerintah Indonesia dalam mengatur standarisasi bangunan Taman Kanak-kanak di Indonesia diatur dalam NSPK Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Taman Kanak-kanak yang

(4)

4 tentang kebutuhan-kebutuhan dasar ruang tanpa menuliskan aspek-aspek apa saja yang harus

diperhatikan dalam merancang sebuah Taman Kanak-kanak di Jakarta.

Beberapa persyaratan sarana dan prasarana yang diatur dalam NSPK seperti: 1. Luas lahan sekurang-kurangnya 300 m2

2. Memiliki ruang bermain/ ruang belajar dengan rasio sekurang-kurangnya 3 m2 per anak, baik di dalam ataupun di luar ruangan

3. Memiliki ruang kepala sekolah, guru, layanan kesehatan, toilet dengan air bersih, dan ruang lainnya yang relevan dengan kebutuhan anak

4. Memiliki perabot, alat peraga dan alat permainan di luar dan di dalam ruangan

5. Memiliki tempat untuk memajang hasil karya anak yang ditata sejajar dengan pandangan anak, leluasa, tidak terlalu penuh dengan alat permainan (masih ada ruang kosong untuk gerak anak) 6. Penataan ruangan sesuai fungsinya, berikut perabot yang bersih dan terawat

7. Bangunan gedung sekurang-kurangnya memiliki:

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan penelitian kualitatif. Metode penulisan menggunakan metode deduktif, yaitu dari hal-hal yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus. Metode yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian adalah

sebagai berikut:

• Tahap persiapan

Untuk menghasilkan data yang lengkap dan akurat, dibutuhkan persiapan antara lain perumusan masalah, tujuan, dan sasaran studi, penentuan lokasi studi, inventarisasi data-data yang ada, pengumpulan studi pustaka, penyusunan teknis pelaksanaan observasi dan survey.

• Tahap pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah berupa data primer dan data sekunder. Data primer dapat dikumpulkan melalui studi banding atau observasi secara langsung, materi visual dan wawancara. Sedangkan data sekunder dapat didapatkan dengan melakukan studi literatur pada jurnal, buku, karya ilmiah dan dari dokumen terkait.

• Tahap Analisa

Analisa data akan dilakukan secara kualitatif. Setelah data-data telah didapatkan maka semua data tersebut akan dianalisis berdasarkan teori-teori yang telah dikumpulkan.

Gambar 2 Standar Ruang TK di Indonesia Sumber: Petujunjuk Teknis Taman Kanak-kanak 2013

(5)

5

HASIL DAN BAHASAN

Studi Banding

Studi banding ini merupakan tinjauan terhadap tiga Taman Kanak-kanak di luar Indonesia maupun yang ada di Indonesia.

Fuji Kindergarten terletak di Tokyo, Jepang. Dengan luas lahan sebesar 4792 m2, TK ini dapat menampung murid sebanyak 620 dengan menyediakan 19 kelas. TK Fuji memiliki kebijakan untuk mendidik anak-anak dengan metode bahwa semua anak itu berbeda dan semuanya benar, menolong anak-anak untuk menjadi mandiri dan memiliki motto bahwa kejutan adalah asal dari pengertian. Mereka menganggap setiap aspek dalam Taman Kkanak merupakan hal yang penting bagi anak-anak untuk dapat merasa, berpikir lalu kemudian dapat mengambil tindakan atas kemauan mereka sendiri.

TK Fuji dibangun dengan konsep bahwa Taman Kanak-kanak merupakan tempat bermian yang luas untuk anak-anak berkembang. Dengan memiliki sirkulasi secara vertikal dan horizontal, TK ini dipastikan dapat mengembangkan gerak motorik anak secara maksimal. Menurut penelitian MEXT Jepang, anak-anak di TK Fuji melangkah lebih banyak daripada kebanyakan anak di TK yang memiliki sepak bola sebagai olahraga utama di sekolah dikarenakan bentuknya yang tidak memiliki sekat dan berkelanjutan secara struktur. TK Fuji memiliki lingkaran besar yang lebar sebagai atap mereka utnuk tempat anak-anak bermain.

Taman Kanak-kanak ini memiliki kebijakan untuk menerima anak-anak yang sehat dan riang, menghargai alam dan ekindahanm dapat belajar dan berpikir secara mandiri, memiliki rasa kebebasan dan ontrol diri, memedulikan sesama. Mereka menyadari bahwa anak-anak zaman sekarang sudah sangat jarang memiliki kesempatan untuk bermain di ruang terbuka, maka mereka bermaksud untuk menfasilitasi anak-anak dengan kesempatan bermain di ruang terbuka dengan alam untuk merasakan hidup dengan alam.

TK Youtsukaido memiliki beberapa ruang bermain untuk siswa-siswinya, baik di luar maupun di dalam ruang. Untuk ruang luar, mereka meiliki 2 tipe ruang yaitu Fureai No Mori yang digunakan untuk aktivitas yang ditujukan untuk beraktivitas secara langsung dengan alam seperti observasi kolam, berkebun, dsb. serta Yurinen yang digunakan untuk aktivitas fisik dengan difasilitasi oleh beberapa objek permainan yang mendukung motorik anak.

TK Pangudi Luhur terletak di daerah Cilandak, Jakarta Selatan. Dikelola oleh Yayasan Pangudi Luhur dan dibangun pada tahun 1973. Pada tahun 2008 Yayasan Pangudi Luhur membangun

Gambar 3 Fuji Kindergarten Sumber: www.archdaily.com

Gambar 4 Yotsukaido Garden Sumber: www.archdaily.com

(6)

6 PlaygroupPangudi Luhur yang dijadikan satu bangunan dengan Taman Kanak-kanak. Seiring dengan bertambahnya kebutuhan ruang, TK Pangudi Luhur yang tadinya terdiri dari satu lantai sekarang menjadi dua lantai. Jumlah murid pada tahun 2015 adalah 24 murid Play Group, 80 murid TK A dan 82 murid TK B. kelas Playgroup disatukan menjadi satu kelas, sedangkan TK A dan TK B menjadi 3 kelas yang dibagi menjadi shift pagi dan shift siang. Isi kelas maksimal adalah 28 anak dengan 2 guru pendamping.

Fasilitas di TK PL adalah 1 ruang kelas Playgroup, 3 ruang kelas TK A dan TK B yang dibagi menjadi 2 shift, ruang bermain indoor untuk murid Playgroup, ruang menari, ruang komputer untuk 28 murid, ruang audio visual, ruang bermain luar, kolam renang, ruang makan, dapur, UKS, perpustakaan, ruang guru, ruang tata usaha, ruang kepala sekolah, toilet siswa, toilet guru, gudang, ruang musik dan rumah penjaga.

Tabel 1 . Perbandingan Kriteria Sekiolah Ramah Anak UNICEF KRITERIA PERANCANGAN FUJI KINDERGARTEN YOTSUKAIDO KINDERGARTEN TK PANGUDI LUHUR Ruang kelas:

a. Ukuran dan ruang b. Keselamatan c. Perabotan yang dapat

dipindahkan d. Loker pribadi e. Standar nasional dan

internasional ●● ●● ● ●● ●● ● ●● ● ●● ●● ●● ●● ●● ●● ●● Fasilitas: a. Toilet b. Air daur ulang c. Area bersih untuk

dapur dan tempat penyimpanan makanan d. Tempat

penyimpanan obat

e. UKS

f. Ruang computer dan perpustakaan ●● ●● ●● ● ● - ●● ● ● ● ● ●● ● ●● ●● - - ●● Ruang luar: a. Ruang rekreasi b. Lahan sekolah dan

prodUKSi makanan c. Pagar d. Panggung terbuka ● ●● ● ● ●● - ●● ●● ●● - ●● ●

Sumber: data pribadi Keterangan:

●● : sangat memadai ● : memadai - : tidak memadai

Tabel 2 Perbandingan Unsur alam di Taman Kanak-kanak KRITERIA

PERANCANGAN FUJI KINDERGARTEN

YOTSUKAIDO

KINDERGARTEN TK PANGUDI LUHUR

Air ● ●● ●

Gambar 5 TK Pangudi Luhur Sumber: dokumentasi pribadi

(7)

7

Tanaman ● ●● -

Binatang - ●● -

Pasir ●● ● -

Perbedaan warna ● ●● ●●

Tempat alami untuk

duduk ●● ●● ●

Perbedaan ketinggian ●● ● ●●

Struktur, peralatan dan

material ●● ●● ●●

Sumber: data pribadi Keterangan:

●● : sangat memadai ● : memadai - : tidak memadai

Dilihat dari perbandingan TK di luar dan dalm Indonesia yang sudah ada, Taman Kanak-kanak di Indonesia belum cukup mempunyai elemen ruang luar untuk dijadikan media pembelajarann anak-anak.

Analisa Aspek Lingkungan

Hubungan Lingkungan dengan Fungsi Tapak

Daerah sekeliling tapak merupakan area yang didominasi oleh perumahan menengah ke atas, namun ada beberapa daerah perumahan yang menengah ke bawah. Berjarak 10 menit dari site, terletak Rumah Sakit Mayapada dan area komersil yang didominasi oleh restaurant. Hal yang paling merugikan di sekitar tapak adalah terletaknya area pembuangan sampah di sebrang tapak itu sendiri.

Solusi desain dari kekurangan tapak ini dapat diatasi dengan perencanaan zoning privat dengan aktivitas tinggi di daerah belakang tapak dan meletakkan partisi tanaman di daerah depan tapak untuk menghalangi arah angin yang membawa bau tidak sedap ke dalam tapak.

Analisa View Sekitar Tapak

Area di sekitar tapak merupakan area yang masih asri. Di sisi barat tapak ada Kali Grogol dan beberapa pepohonan asri yang dapat menyejukkan udara sekitar, di sisi timur tapak juga ada area yang masih banyak pepohonan. Sedangkan untuk sisi sekitar tapak lainnya tidak ada view yang berpotensi untuk dilihat dari dalam tapak.

Gambar 6 Analisa daerah sekitar tapak Sumber: data pribadi

Gambar 7 Analisa view keluar tapak Sumber: data pribadi

(8)

8 Gambar 8 Analisa view kedalam tapak

Sumber: data pribadi

Area di dalam tapak memiliki beberapa pepohonan asri, salah satu yang dapat menjadi point keunggulan tapak yaitu deretan pepohonan asri di tengah tapak yang dapat dijadikan landmark tapak sebagai sebuah lingkungan yang asri.

Analisa Sirkulasi Sekitar Tapak

Tapak dapat diakses dari 3 jalan utama, yaitu jl. RS Fatmawati, TB. Simatupang dan Jl. Karang tengah.

Analisa Aspek Manusia Pelaku Kegiatan dalam Tapak

Gambar 9 Sirkulasi sekitar tapak Sumber: data pribadi

(9)

9 Sirkulasi luar bangunan digunakan untuk menentukan zoning tapak yang dibagi menjadi sirkulasi kendaraan dan sirkulasi manusia. Setelah kedua hal tersebut sirkulasi manusia dibagi berdasarkan kepentingan pengguna, yaitu anak-anak, wali murid dan servis. Setelah tiga sirkulasi tersebut dihubungkan dengan analisa tapak, maka tercipta zonasi tapak.

Kebutuhan Ruang

Tabel 3Kebutuhan ruang berdasarkan kurikulum

Kurikulum Ruang yang Dibutuhkan

Bahasa Kelas regular

Perpustakaan

English Language Arts Kelas regular

Perpustakaan

Art-Dance Ruang Tari

Art-Drama Ruang Pertunjukan

Art-Music Ruang Musik

Ruang Audiovisual

Art-Visual Ruang Audiovisual

Ruang Komputer Kelas Reguler Ruang luar

Health and Career Ruang makan

Kelas regular

Math Kelas regular

Social Studies Kelas regular

Ruang bermain indoor

Daily Physical Activity Lapangan terbuka

Physical Education Lapangan terbuka

Science Ruang observasi hewan

Ruang observasi tumbuhan Lapangan terbuka

Sumber: data pribadi

Dalam kurikulum yang menggunakan mata pelajaran alam, ada beberapa ruang yang harus ditambahkan untuk mendukung pelajaran tersebut. Ruang tersebut ditujukan untuk ruang observasi alam untuk anak-anak. Selain itu dibutuhkan juga beberapa ruang pokok yang dibutuhkan untuk mendukung mata pelajaran lainnya seperti yang tertera di table atas.

Hubungan Ruang

Hubungan antara satu ruang dengan ruang lainnya diperoleh dari analisa kegiatan manusia. Hubungan antar ruang ini mempengaruhi peletakan ruang dan pencapaian antara ruang-ruang tersebut. Berdasarkan matriks hubungan ruang, keterkaitan antar ruang yang dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut :

Gambar 10 Sirkulasi luar bangunan Sumber: data pribadi

(10)

10 Gambar 11Bubble diagram

Sumber: data pribadi

Luasan Ruang

Hasil analisa kebutuhan ruang yang didapat kemudian dianalisa lebih lanjut untuk mendapatkan luasan ruang. Berdasarkan tabel program ruang, diketahui perkiraan luasan yang dibutuhkan :

Gambar 12 Tabel kebutuhan ruang

Nama Ruang Ukuran

Standar (m) Ukuran (m) Kapasitas (orang) Luas Ruang (m2) Jumlah Ruang Total Luas Ruang (m2)

Ruang kelas reguler 8x8 8x8 22-26 64 8 512

Ruang menari 8x8 8x8 22-26 64 1 64

Ruang serba guna 2m2/org 20x20 250 400 1 400

Ruang musik dan

audiovisual 8x8 8x8 22-26 64 1 64

Ruang bermain indoor 8x8 8x8 22-26 64 1 64

Perpustakaan 8x8 8x8 22-26 64 2 128

Ruang kepala sekolah 4x4 4x6 1-4 64 1 24

Ruang guru 4x4 12x12 12 144 1 144

Ruang tamu/konseling 4x4 4x4 2-4 16 1 16

Ruang administrasi 4x4 4x4 2 16 1 16

Ruang staf/ rumah

penjaga 8x8/4x4 8x8 2-4 64 1 64 Ruang tunggu 8x8 8x8 30 64 1 64 Dapur 3x3 8x8 4-6 64 1 64 UKS 3x3 3x6 3-4 18 1 18 Gudang 3x3 3x3 1-2 9 2 18 Toilet siswa 2x2 9x3 3 27 6 162 Toilet guru 2x2 9x3 3 27 1 27 Toilet staff 2x2 2x2 2 4 1 18 Toilet pengunjung 2x2 9x3 3 27 1 27 Pos satpam 2x2 3x3 1-2 9 1 9 Ruang pompa 3x3 3x3 9 1 9 Ruang panel 2x2 3x3 9 1 9 Ruang mekanikal 2x2 3x3 9 1 9

Total luas ruang dalam 1930

Lobby 1%x2709 1 19

(11)

11

Parkir 9m2/org 12m2/org 1 12 54 648

Area servis 5%x1930 135 1 97

Total luas ruang luar 3536 Total luas ruang dalam+luar 5466

Sirkulasi 30% 30%6111 1834 1640

Total 7106

Sumber: data pribadi Analisa Aspek Bangunan

Gubahan Massa Bangunan

Pemilihan bentuk massa dipilih berdasarkan beberapa alasan. Bangunan persegi di area depan dipilih agar tampak bangunan tidak terlalu berbeda dengan bangunan di sekitar yang mempunyai akses geometris yang kuat. Sedangkan massa oval terbentuk karena bentuk tapak yang dinamis dikarenakan sisi tapak yang mengikuti alur Kali Grogol, selain itu bentu oval juga merupakan simbol dinamis untuk mendukung aktifitas pengguna di dalamnya. Selain itu bentuk oval membentuk sisi membuka ke arah timur yang dapat dijadikan sumber pencahayaan alami untuk ruang kelas.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari hasil analisa tapak, bangunan dan kegiatan didapatkan peletakkan zoning, entrance dan orientasi bangunan. Dikarenakan kendaraan yang datang lebih banyak dari arah Jl. Karang Tengah, maka entrance akan diletakkan di sisi yang dekat dengan jalan tersebut. Jalur kendaraan masuk dan keluar akan dibuat berbeda agar sirkulasi kendaraan di dalam tapak tidak terhambat ketika ada kendaraan yang masuk atau keluar.

Dengan bentuk tapak yang

memanjang ke arah belakang, bangunan akan berbentuk memanjang ke belakang, dan sisi panjang bangunan akan menghadap barat dan timur. Dikarenakan pengguna bangunan mayoritas adalah anak-anak, maka orientasi bangunan yang mayoritas digunakan akan membuka menghadap arah timur. Namun demi kenyamanan pengguna, bangunan tidak akan langsung dihadapkan dengan matahari namun menggunakan partisi tanaman yang dapat meyaring panasnya matahari.

Gambar 14 Zoning Peletakkan Fungsi Tapak Sumber: Data Pribadi

Gambar 13 Konsep gubahan massa Sumber: data pribadi

(12)

12 Gambar 15 Hirarki Ruang

Sumber: Data Pribadi

Peletakkan letak bangunan didasarkan pada kegiatan pengguna, dari area drop off, pengguna akan masuk ke area entrance bangunan, dari entrance akan ada area adminitrasi, area pengajar dan kesehatan, selanjutnya akan ada area bermain dan belajar anak-anak yaitu kelas-kelas dan area bermain. Area tengah bangunan dan area tapak yang lebih rendah akan dibiarkan kosong untuk area bermain anak yang akan dijadikan area terbuka, area menanam, area hewan, area permainan bertualang dan amphitheatre.

Ruang-ruang dalam bangunan ini juga menyediakan unsur-unsur alam seperti bebatuan dan pohon agar anak-anak dapat tetap merasakan kehadiran alam walaupun sedang berada di dalam ruang tertutup. Dalam pembentukkan massa, diantara massa terdapat celah untuk ruang hijau di antara kelas-kelas yang mengapitnya. Kelebihan lain yang didapatkan adalah adanya area menanam dan hewan dimana anak-anak dapat belajar dari pengalaman untuk menanam dan berinteraksi dengan beberapa jenis hewan sesuai dengan kurikulum yang digunakan. Beberapa area ruang dalam dibuat bias dengan area ruang luar bangunan ditujukan agar bangunan terasa menyatu dengan alam sesuai dengan teori Child Care Design Guide.

Saran

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk membuat sebuah kawasan pendidikan yang baik bagi Taman Kanak-kanak, terutama di daerah perkotaan yang sudah jarang memiliki ruang terbuka sebagai tempat bermain anak.

REFERENSI

Anthony, K. H. (1991). Design Juries on trial, The Reinassance of the Design Studio. New York: Van Nostrand Reinhold.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. (1990). Peraturan Pemerintah nomor 27 tahun 1990. Indonesia: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Designing Playgrounds. (n.d.). Links.

(n.d.). Enviromental Solutions to Urban Problems. In The City (pp. 392-393).

Olds, A. R. (2000). Child Care Design Guide. New York: McGrawa-Hill Professional Architecture. UNICEF. (2005). Location, Design and Construction. In UNICEF, Child Friendly School (pp. 31-59). New York: UNICEF.

Ariestadi, D. (2010, September). Kajian dan Pengembangan Standar Bangunan Taman Kanak-kanak sebagai Upaya Peningkatan Mutu Pendidikan Anak Usia Dini di Indonesia. Teknologi dan Kejuruan, vol. 22, no. 2, 211-222. Retrieved November 3, 2014

Berris, R. M. (2011). How design of Physical Environment Impacts Early Learning: Educators and Parents Perspective. Australian Journal of Early Childhood, 36 (4), 1-17. Retrieved November 3, 2014

(13)

13 Dini, K. P. (2013). Petunjuk Teknis Penyelenggaraan taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Green, C. (2013, September 16). A Sense of Autonomy in Young Children's Special Places.

International Journal for Early Childhood Environmental Education, 1 (1), 8-31. Retrieved November 3, 2014

Japan, M. (2010). A Collection of Exemplary Design of Kindergarten Facilities. Japan: MEXT. Nurrachmawati. (2014). Pengaruh Sistem Operasi Mobile Android pada Anak Usia Dini. Prodi Informatika, Jurusan Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin, 6-7.

Wendel, A. M., Dannenberg, A. L., & Frumkin, H. (2009). Designing and Building Healthy Places for Children. International J. Environment and Health, 338-355. Retrieved November 3, 2014

White, R. &. (1998). Children's Outdoor Play & Learning Environments: Returning to Nature. Retrieved Maret 7, 2015, from www.whitehutchinson.com

Dinas Tata Ruang ProvinsiDKI Jakarta. (2014). RDTR Dki Jakarta. Retrieved Februari 13, 2015, from RDTR Dki Jakarta: http://www.sosialisasirdtrdkijakarta.com/

Google. (2015). Google Maps. (Google) Retrieved Februari 14, 2015, from Google Maps: htps://www.google.co.id/maps

http://www.kswa.com/work/loft/. (n.d.).

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (n.d.). Retrieved Januari 11, 2015, from Kamus Besar Bahasa Indonesia: http://kbbi.web.id/taman

Wikipedia. (2014, Desember 02). Wikipedia. Retrieved Januari 11, 2015, from Wikipedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Taman_kanak-kanak

RIWAYAT PENULIS

Beatrice lahir di kota Jakarta pada tanggal 22 Desember tahun 1992. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang arsitektur pada tahun 2015.

Gambar

Gambar 1 Jenis Integrasi  Sumber: data pribadi
Gambar 2 Standar Ruang TK di Indonesia  Sumber: Petujunjuk Teknis Taman Kanak-kanak 2013
Gambar 3 Fuji Kindergarten  Sumber:  www.archdaily.com
Tabel 1 . Perbandingan Kriteria Sekiolah Ramah Anak UNICEF KRITERIA  PERANCANGAN  FUJI  KINDERGARTEN  YOTSUKAIDO  KINDERGARTEN  TK  PANGUDI LUHUR  Ruang kelas:
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pegawai, Belanja Barang&Jasa dan Belanja Modal perlu melihat RKAS yang memuat 11 komponen penggunaan dana BOS.  Terkait jumlah komponen yang berbeda

menggunakan pendekatan sinkronis. Kajian penelitian ini memfokuskan pada.. bagian perkembangan kebudayaan dan rekonstruksi tarian yang akan di teliti. Sinkronis

Pada tahap awal Panitia melakukan koreksi aritmatika terhadap semua penawaran yang masuk dan melakukan evaluasi setelah koreksi aritmatika Evaluasi penawaran

[r]

Berdasarkan hasil evaluasi administrasi, teknis, evaluasi harga serta evaluasi penilaian kualifikasi penawaran oleh Pokja ULP Pengadaan Barang/Jasa Bidang Bina Marga Dinas

Pekerja di PT Bengkalis Kuda Laut memiliki keterbatasan pengetahuan dalam melaporkan kejadian yang telah mereka alami, sehingga ini menjadi hambatan merek dalam

Berdasarkan gejala klinis berupa adanya sesak, batuk, riwayat merokok, riwayat PPOK, serta pemeriksaan dapat disimpulkan bahwa pasien ini merupakan pasien dengan penyakit paru