• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI SOSIALISASI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI DESA SEBOROKRAPYAK, KECAMATAN BANYUURIP, KABUPATEN PURWOREJO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI SOSIALISASI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI DESA SEBOROKRAPYAK, KECAMATAN BANYUURIP, KABUPATEN PURWOREJO"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI SOSIALISASI MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI

DI DESA SEBOROKRAPYAK, KECAMATAN BANYUURIP,

KABUPATEN PURWOREJO

Iswanto dan Cahyati Setiani

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah

Kotak Pos 101 Bukit Tegallepek, Sido Mulyo, Ungaran,

Telp. (024) 6924965, 6924967, Fax (024) 6924966, emaile : wantos32@gmail.com dan cahyati_setiani@yahoo.com

ABSTRACT

Iswanto and Cahyati S. Dissemination Strategy Areas House Food Management Model Seborokrapyak Village, District Banyuurip, Purworejo Regency. National food resilience and independence must begin from home. Utilization yard is one alternative to achieve household food self-sufficiency. Socialization of Model Houses Region Sustainable Food (MKRPL) conducted in January-October 2012 in the village of Seborokrapyak, District Banyuurip, Purworejo. The purpose of socialization is to encourage farmers willing to utilize an optimal compound, so that it can meet the needs of consumer and family nutrition, save costs, and to provide additional income for the family. Socialization MKRPL done by involving relevant agencies, agricultural extension workers, village heads and their instruments, religious leaders, and community leaders. The early stages of socialization is done by forming nine Working Group (Working Group) consisting of 58 farmers from Hamlet Krajan and Daleman. The method used is to approach individuals, groups, and mass. Approach to be done by visiting the farmers to know the problems and the potential of being developed, while the group's approach, by bringing the farmers in the Village Hall to determine the types of commodities that are planted, comparative studies and approaches Karanganyar mass through MKRPL film to give a real picture about MKRPL also done MKRPL Bazar. Socialization results showed that farmers, village leaders / village officials, educators, government agencies and local government is very supportive of activities in the village MKRPL Seborokrapyak, in fact there has been the development of the area of sustainable food home.

Keywords: strategy, socialization, sustainable food home

PENDAHULUAN

Luas lahan pekarangan yang secara nasional mencapai 10,3 juta ha atau 14% dari luas lahan pertanian, belum dimanfaatkan secara optimal. Kawasan rumah pangan lestari bermanfaat bagi rumah tangga seperti pada saat harga cabai naik secara signifikan (Zuhri, 2012). Model Kawasan Rumah Pangan Lestari yang dibangun dari Rumah Pangan Lestari (RPL) dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Kementerian Pertanian, 2011).

Berdasarkan pengamatan di lapangan,

masyarakat Desa Seborokrapyak sebagian besar belum memanfaatkan lahan pekarangannya secara optimal. Padahal lahan pekarangannya sangat potensial untuk tanaman sayuran, buah, ikan dan ternak. Agar petani di Seborokrapyak mau memanfaatkan lahan pekarangan secara optimal, perlu dilakukan Strategi Sosialiasi Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Pendekatan sosialisasi dan hasil sosialisasi ditampilkan dalam makalah ini.

METODE

Lokasi dan waktu

Pelaksanaan kegiatan sosialisasi

(2)

Banyuurip, Kabupaten Purworejo pada bulan Januari 2012 sampai dengan Bulan Oktober 2012.

Tahapan Sosialisasi

Tahapan sosialisasi dilakukan dengan pembentukan kelompok mulai dari perencanaan penentuan lokasi dan agenda pelaksanaan kegiatan

Metode Kegiatan Sosialisasi

Kegiatan Sosialisasi dilakukan dengan metode pendekatan : perorangan, kelompok dan masal (Unang dan Rudi, 2012)

Pendekatan Perorangan

Pendekatan perorangan dilakukan dengan mengunjungi petani dari rumah ke rumah untuk mengetahui kultur budaya, potensi dan masalah yang dihadapi petani.

Pendekatan Kelompok

Pendekatan kelompok dilakukan di Balai Desa Seborokrapyak. Sebagai tahap awal, sosialisasi dilakukan dengan cara membentuk sembilan Kelompok Kerja (POKJA) yang terdiri dari 58 petani berasal dari Dukuh Krajan dan Daleman

Pendekatan Masal

Pendekatan secara masal dilakukan dengan cara memutar film MKRPL dan bazar MKRPL.

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

Desa Seborokrapyak merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Banyuurip. Batas wilayah sebelah Utara adalah Desa Kertosono, sebelah Selatan Desa Wingko Mulyo dan Wingko Tinumpuk, sebelah Barat Desa Pogungrejo dan Desa Banjarejo, sedangkan batas sebelah Timur adalah Desa Triwarno dan Desa Kliwonan. Ketinggian tanah dari permukaan air laut 19 m dengan suhu udara rata-rata 300C. Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan 5 km, kabupaten 12 km, provinsi 150 km, dan ibukota 650 km.

Luas wilayah Desa Seborokrapyak 223,775

ha yang didominasi oleh lahan sawah (55,86%) . Sedangkan lahan tegalan / ladang seluas 5 ha (2.3%) dan lahan pekarangan mencapai 19,22% dari luas wilayah Desa Seborokrapyak. Lahan pekarangan yang cukup luas tersebut (43 ha) belum dimanfaatkan secara optimal. Penggunaan lahan di Desa Seborokrapyak tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1.

Penggunaan Lahan Di Desa Seborokrapyak, Kecamatan Banyuurip, Kabupaten Purworejo Tata guna lahan Luasan (ha) Persentase (%) Sawah (irigasi teknis) 75 33,52 Sawah (irigasi setengah teknis) 25 11,17

Sawah tadah hujan 50 22,34

Tegal/ladang 5 2,23

Pekarangan 43 19,22

Pemukiman 25 11,17

Makam 0,775 0,35

Total 223,775 100

Sumber: Potensi Desa Seborokrapyak, Kecamatan Banyuurip, Kabupaten Purworejo (2010) Pendidikan

Tingkat pendidikan petani di Desa Seborokrapyak, sebagian besar berpendidikan lulusan SLTA, yaitu lulusan pendidikan umum 415 orang dan pendidikan khusus 219 orang (Monografi Desa Seborokrapyak, 2012).

Mata Pencaharian Penduduk

Jumlah penduduk Desa Seborokrapayak 1.002 orang yang terdiri dari laki-laki 550 orang dan perempuan 552 orang dengan 320 kepala keluarga. Sebagian besar (88.69%) penduduk bermata pencaharian di sektor pertanian sebagai petani (30.73) maupun buruh tani (57.96%). Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian disajikan pada Tabel 2. Kalau dicermati, usaha pekarangan sangat prospektif untuk dikembangkan, utamanya bagi penduduk yang bermata pencaharian sebagai buruh tani. Namun demikian, pendapatan dari lahan pekarangan dapat dijadikan sumber pendapatan minimal setara pendapatan sebagai buruh tani.

Petani di Seborokrapyak sebagian besar belum memanfaatkan lahan pekarangannya secara optimal. Agar lahan pekarangan bisa

(3)

dimanfaatkan secara optimal perlu dilakukan Strategi Sosialisasi MKRPL.

Strategi dilakukan dengan bekerjasama Pemerintah Daerah Kabupaten Purworejo, yang meliputi dinas terkait, Koordinator penyuluh wilayah Kecamatan Banyuurip, Kepala Desa beserta perangkatnya, tokoh masyarakat dan tokoh agama.

Untuk mengetahui bukti nyata tentang kegiatan MKRPL, pengurus dan anggota MKRPL Purworejo melakukan studi banding ke lokasi MKRPL Kabupaten Karanganyar yang didampingi oleh koordinator penyuluh Kecamatan Banyuurip dan dipandu dari peneliti, penyuluh dan teknisi dari BPTP Jawa Tengah. Hasil studi banding tersebut diharapkan bisa diterapkan di Kabupaten Purworejo yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan petani (Gambar 1).

Gambar 1.

Studi Banding Ke Karanganyar

Pendekatan perorangan

Pendekatan perorangan dilakukan dengan mengunjungi ke rumah-rumah petani, sehingga timbul keakraban, jalinan keakraban tersebut, petani tidak segan-segan menyampaikan potensi dan masalah yang dihadapinya (Gambar 2).

Gambar 2. Pendekatan Perorangan

Kegiatan dan sasaran pendekatan secara perorangan seperti terdapat pada tabel 3 berikut :

Tabel 3

Kegiatan Dan Sasaran Pendekatan Secara Perorangan

No Kegiatan Sasaran

1. Pengoptimalan lahan yang masih kosong

Petani, wanita tani. tokoh agama, tokoh masyarakat

2. Penentuan bibit sayuran, buah, jerut purut dan umbi-umbian

Petani, wanita tani. tokoh agama, tokoh masyarakat

3. Pengolahan lahan Petani, wanita tani. tokoh agama, tokoh masyarakat

4. Pemupukan Petani, wanita tani. tokoh agama, tokoh masyarakat agar mau memupuk sesuai yang direkomendasikan 5. Pengendalian hama

dan penyakit

Petani, wanita tani. tokoh agama, tokoh masyarakat

Sumber : Data primer terolah (2012)

Keuntungan-keuntung dari metode pendekatan perorangan, antara lain: (a) petani yang dikunjungi seorang petugas merasa dihargai oleh petugas yang melakukan komunikasi Tabel 2.

Mata Pencaharian Penduduk Di Desa Seborokrapyak, Kecamatan Banyuurip,

Kabupaten Purworejo

Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

Karyawan 36 5,03 Wiraswasta 5 0,70 Petani 220 30,73 Pertukangan 9 1,26 Buruh tani 415 57,96 Pensiunan 18 2,51 Jasa 13 1,82 Total 716 100

Sumber: Monografi Desa Seborokrapyak, Kecamatan Banyuurip, Kabupaten Purworejo (20012)

(4)

pertanian; (b) meningkatkan kepercayaan diri petani karena komunikasi ini dapat dilakukan dari hati ke hati; (c) petani dapat menyampaikan segala macam keluhan/masukan- masukan bagi petugas/penyuluh tanpa merasa canggung dan malu dengan sesama teman petani; (d) petugas/penyuluh dapat menggali semua masalah serta kebutuhan maupun hambatan-hambatan yang dihadapi petani selama berusahatani; dan (e) petugas/penyuluh dapat memberikan informasi yang cocok dengan kebutuhan serta masalah petani pada saat itu. Sebaliknya, metode pendekatan ini juga memiliki beberapa kelemahan, antara lain: (a) tidak bisa menjangkau petani dalam jumlah yang banyak; (b) memakan waktu yang lama; (c) membutuhkan biaya yang tinggi; dan (d) membutuhkan banyak tenaga petugas/penyuluh ( Isnawijayani, 2012).

Pendekatan kelompok

Kegiatan dilakukan di Balai Desa Seborokrapyak dihadiri oleh peneliti/ penyuluh dari Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jateng, koordinator penyuluh dan penyuluh Kecamatan Banyuurip, Kepala Desa dan perangkatnya, tokoh masyarakat, tokoh agama dan petani sebanyak 58 orang. Pada tahap awal ini dibentuk pengurus MKRPL dan Kelompok Kerja (Pokja) sebanyak sembilan pokja. Setelah struktur organisasi dan pokja terbentuk selanjutnya menentukan jenis komoditas yang diprioritaskan (Gambar 3).

Gambar 3. Pendekatan Kelompok

Adapun kegiatan dan sasaran pendekatan secara kelompok seperti terdapat pada Tabel 4 berikut ini.

Tabel. 4.

Kegiatan Dan Sasaran Pendekatan Secara Kelompok No Kegiatan Sasaran 1. Pembentukan Kelompok Pokja Anggota MKRPL, PKK dan Kelompok Wanita Tani (KWT) 2. Studi Banding ke MKRPL Karanganyar Anggota MKRPL 3. Pembuatan kompos organik Anggota MKRPL, tokoh agama, tokoh masyarakat dan penyuluh pertanian 4. Kerja bakti pembuatan

gapuro, kebersihan lingkungan, pembuatan KBD

Petani, wanita tani. tokoh agama, tokoh masyarakat

4. Penanaman tanaman katu, sayurann, buah dan umbi-umbian

Kelompok tani, KWT

Sumber : Data primer terolah (2012)

Pendekatan kelompok sudah menjadi metode dalam pembinaan dan pengembangan sumberdaya manusia di desa maupun di kota dalam rangka meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Dipandang dari segi komunikasi informasi, maka pendekatan kelompok jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan pendekatan masal, karena mempunyai beberapa keuntungan, sebagai berikut: (a) penyebaran inovasi teknologi dapat dipantau atau dievaluasi secara baik karena jumlah anggota sasarannya jelas; (b) antara anggota kelompok yang satu dengan yang lainnya dapat saling memberi dan menerima informasi, terutama tentang hal-hal yang belum jelas; (c) akan terjadi akumulasi modal (fisik maupun non-fisik) sehingga dapat memperlancar jalannya komunikasi dalam kelompok yang bersangkutan; (d) antara anggota kelompok dapat dilakukan

reward and punishment system secara efektif dan efisien; dan (e) lebih menghemat biaya, tenaga dan waktu, tetap akan diperoleh hasil yang jauh lebih baik. Sebaliknya, pendekatan kelompok juga mempunyai beberapa kelemahan, sebagai berikut:

(a) jika manajemen kelompok kurang baik, maka akan terjadi penyimpangan, baik penyimpangan penyebaran informasi maupun penyimpangan pembagian keuntungan dari suatu inovasi; (b) komunikasi akan tidak efektif jika

(5)

jenis usaha anggota kelompok beragam; dan (c) kemungkinan akan muncul kaum elit tertentu dalam kelompok apabila tidak diarahkan secara baik sehingga akan menghambat kehidupan berdemokrasi kelompok; dan (d) rendahnya keterampilan para petani dalam kehidupan kelompok/berorganisasi (Isnawijayani, 2012)

Pendekatan masal

Pendekatan masal dengan memutar film MKRPL pada saat hari Sa’ban di lapangan Kecamatan Banyuurip, Pemutaran film MKRPL ini bekerjasama dengan Dinas Sosial Kabupaten Purworejo, Bapeluh Kabupaten Purworejo, Polsek Kecamatan Banyuurip, Kepala Desa dan perangkatnya Desa Seborokrapyak. Pemutaran film MKRPL tersebut dihadiri kurang lebih 3.000 orang, yang berasal dari Kecamatan Grabag, Banyuurip, Ngombol, Bayan dan daerah sekitar lokasi. Pemutaran film MKRPL diselenggarakan pada saat hari Sa’ban, dengan pertimbangan pada saat itu adat masyarakat keluar rumah berjalan-jalan bersama masyarakat sekitar (Gambar 4), dapat menggugah kesadaran dan ketertarikan khalayak sasaran terhadap suatu inovasi ( Unang dan Rudi , 2012).

Gambar 4.

Pendekatan Masal Dengan Memutar Film MKRPL

Kegiatan pendekatan masal seperti tersaji pada Tabel 5. Metode pendekatan masal kurang efektif bagi petani-petani di Indonesia karena beberapa faktor berikut: (a) tidak bisa dipantau ataupun dievaluasi secara pasti keberhasilan yang telah dicapai oleh para petani; (b) wilayah jangkauan pendekatan sasaran terlalu luas; (c) rendahnya daya tangkap masyarakat petani, karena mereka rata-rata berpendidikan sangat rendah ( Isnawijayani, 2012)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa :

1. Sebagian besar petani di Seborokrapyak belum memanfaatkan lahan pekarangannya secara optimal.

2. Petani, kepala desa/perangkat desa, penyuluh, dinas terkait dan pemerintah daerah sangat mendukung kegiatan MKRPL di Desa Seborokrapyak, bahkan telah terjadi pengembangan areal kawasan rumah pangan lestari

3. Pendekatan perorangan, kelompok maupun masal saling terkait, akan tetapi pendekatan yang lebih efektif adalah pendekatan secara kelompok.

Saran

1. Belum semua petani mengerti manfaat MKRPL, perlu bukti nyata study banding ke daerah lain.

2. Perlunya pendampingan dari dinas terkait, agar petani mau menerapkan MKRPL, sehingga bisa meningkatkan pendapatan petani.

DAFTAR PUSTAKA

Isnawijayani, 2012. Peran Komunikasi Dalam Pembangunan Pertanian.

http://isnawijayani.wordpress.com/2012/0

9/19/peran-komunikasi-dalam-pembangunan-pertanian

Kementerian Pertanian, 2011. Pedoman Umum

Tabel 5.

Kegiatan Dan Sasaran Pendekatan Secara Masal

No Kegiatan Sasaran

1. Pemutaran film MKRPL di Seborokrapyak

Tokoh agama, tokoh masyarakat, penyuluh pertanian, dinas terkait, Bapeluh, Camat Banyuurip, dan P2KP 2. Bazar MKRPL, KWT, PKK se kecamatan Banyuurip

Tokoh agama, tokoh masyarakat, PKK, penyuluh pertanian, dinas terkait, Bapeluh, Camat Banyuurip, P2KP, dan Bupati Puworejo

(6)

Model Kawasan Rumah Pangan Lestari.

Monografi Desa Seborokrapyak, 2012. Data Monografi Desa Seborokrapyak Kecamatan Banyuurip Kabupaten Purworejo

Sepudin Zuhri, 2012. Lahan Pekarangan Tiap Daerah Ditarget Bangun Desa.

http://www.bisnis.com/articles/lahan- pekarangan-tiap-daerah-ditarget-bangun-desa-contoh

Unang Yunasaf dan Rudi Saprudin Darwis, 2012.

Wawasan Sosial Kemasyarakatan dan Pendekatan SosialDalam KKNM-PPMD

Integratif Unpad.

http://students.unpad.ac.id/download/Mate ri_4_Wawasan_Sosial_Kemasyarakatan_d an_Pendekatan_Sosial.pdf.

Gambar

Gambar 3. Pendekatan Kelompok

Referensi

Dokumen terkait

Tidak ada hubungan yang signifikan antara tekanan kelompok dan agenda terselubung dengan tingkat partisipasi anggota kelompok wanita tani dalam program KRPL di

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) tingkat ketahanan pangan rumah tangga peserta dan non peserta program MKRPL, (2) faktor-faktor yang mempengaruhi

Berjudul “Evaluasi Dampak Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) pada Kelompok Wanita Tani (KWT) Tunas Sejahtera di Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar” skripsi ini

Hal ini menjelaskan bahwa variabel Penyuluh Pertanian memiliki pengaruh peran yang signifikan terhadap program KRPL yang ada didesa pucangsari kecamatan purwodadi

35 Data tersebut berupa informasi yang disampaikan oleh Kelompok KRPL dengan tujuan untuk mengetahui pogram Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) dalam

Berdasarkan hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa program KRPL di desa pucangsari memang memberikan dampak yang signifikan pada pengeluaran konsumsi

Hasil penerapan program M-KRPL pada semester pertama dari aspek adopsi/partisipasi warga yang mengikuti tercatat sudah 39 rumah tangga atau 156 % yang mengadopsi

Yang secara umum dapat dikatakan bahwa tingkat efektif jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan tingkat tidak efektif dari implementasi regulasi pengelolaan wilayah pesisir dan laut