• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran Dan Peningkatan Kinerja Sistem Sumber Daya Manusia Dengan Menggunakan Konsep Human Resource Scorecard Dan Six Sigma (Studi Kasus: PT. Telkom HR Area 05 Jawa Timur)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengukuran Dan Peningkatan Kinerja Sistem Sumber Daya Manusia Dengan Menggunakan Konsep Human Resource Scorecard Dan Six Sigma (Studi Kasus: PT. Telkom HR Area 05 Jawa Timur)"

Copied!
250
0
0

Teks penuh

(1)

                    TUGAS AKHIR – RI 1592       

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA SISTEM SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN

KONSEP HUMAN RESOURCESCORECARD DAN SIX SIGMA

(Studi kasus : PT. TELKOM HR AREA 05 JAWA TIMUR) DITA NOVITA

NRP 2504 100 078 Dosen Pembimbing

Ir. Moses L. Singgih, MSc,MRegSc, PhD Jurusan Teknik Industri

Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya 2008

(2)

      FINAL PROJECT – RI 1592         

HUMAN RESOURCE SYSTEM PERFORMANCE MEASUREMENT AND IMPROVEMENT USING HUMAN RESOURCE SCORECARD AND SIX SIGMA

(Case Study : PT. TELKOM HR AREA 05 JAWA TIMUR)

DITA NOVITA NRP 2504 100 078 Supervisor

Ir. Moses L. Singgih, MSc,MRegSc, PhD Department of Industrial Engineering Faculty of Industrial Technology

Sepuluh Nopember Institute of Technology Surabaya 2008

(3)

PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA SISTEM SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN

KONSEP HUMAN RESOURCE SCORECARD DAN SIX SIGMA

(Studi kasus : PT. TELKOM HR AREA 05 JAWA TIMUR)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

pada

Program Studi S-1 Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Oleh :

DITA NOVITA

Nrp. 2504 100 078

Disetujui oleh Dosen Pembimbing Tugas Akhir :

Ir. Moses L. Singgih, MSc,MRegSc, PhD. ... (Pembimbing)

SURABAYA JULI, 2008

(4)

“PENGUKURAN DAN PENINGKATAN KINERJA SISTEM SUMBER DAYA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN KONSEP HUMAN RESOURCE SCORECARD DAN SIX SIGMA (Studi Kasus: PT. TELKOM

HUMAN RESOURCE AREA 05 JAWA TIMUR)”

Nama Mahasiswa : DITA NOVITA

NRP : 2504 100 078

Jurusan : Teknik Industri - FTI ITS

Dosen Pembimbing : Ir. Moses L. Singgih, MReg.Sc, PhD.

Abstrak

Salah satu misi dari Direktorat Human Capital and General Affair (HCGA) di PT. TELKOM yakni menjadikan SDM sebagai strategic partner dalam kegiatan pengelolaan bisnisnya. Namun, sampai saat ini belum ada sistem pengukuran kinerja yang mendukung alignment peran SDM terhadap strategi perusahaan. Hal tersebut menyebabkan kontribusi strategik SDM terhadap pencapaian strategi perusahaan belum terukur. HR Area 05 Jawa Timur merupakan pihak yang bertanggung jawab melaksanakan dan mengontrol pelaksanaan kebijakan SDM dari DIrektorat HCGA serta mengelola SDM dari Telkom DIVRE 05 Jawa Timur. Oleh karena itu dilakukan perancangan sistem pengukuran kinerja dari sistem SDM di HR Area 05 dengan menggunakan konsep HR Scorecard. Selain itu, juga dilakukan pembentukan tindakan perbaikan kinerja sistem SDM dari HR Area 05 dengan menggunakan konsep Six Sigma.

Sistem pengukuran kinerja berbasis HR Scorecard dalam penelitian ini terdiri atas KPI-KPI yang merupakan tolok ukur pencapaian strategic objective dari strategi HR Area 05. Setiap KPI dikelompokkan dalam empat perspektif HR Scorecard yaitu financial, customer, internal business process dan learning and growth. Apabila terdapat KPI yang berwarna kuning atau merah dari hasil pengukuran kinerja sistem SDM di HR Area 05, maka indikator tersebut diperbaiki dengan tahapan

(5)

Define-Measure-Analyze-Improve dari konsep Six Sigma. Pembentukan tindakan perbaikan kinerja sistem SDM dari HR Area 05 diprioritaskan pada perbaikan pencapaian KPI kritis.

Berdasarkan hasil perancangan sistem pengukuran kinerja dihasilkan indikator kinerja untuk setiap perspektif yaitu, 5 KPI perspektif financial, 7 KPI perspektif customer, 19 KPI perspektif internal business process dan 7 KPI perspektif Learning and Growth. Hasil pengukuran kinerja sistem SDM HR Area 05 pada tahun 2007 memiliki skor sebesar 97,2869 ( kategori kuning). Sedangkan KPI kritis dari Sistem SDM ini adalah Jumlah karyawan yang mengisi content KAMPIUN dengan nilai mean dari persentase gap sebesar 85%. Analisa RCA dan FMEA menghasilkan penyebab KPI kritis yang mempunyai nilai RPN tertinggi yaitu Role model yang kurang sempurna. Usulan tindakan perbaikan KPI kritis berupa kegiatan sharing session karyawan, penetapan SPK untuk expert team dan pembaharuan SPK yang terintegrasi dengan pemanfaatan KAMPIUN dengan value sebesar 2,50.

(6)

HUMANRESOURCESYSTEMPERFORMANCE

MEASUREMENTANDIMPROVEMENTUSINGHUMAN

RESOURCESCORECARDANDSIXSIGMAAPPROACH

(CASESTUDY:PT.TELKOMHUMANRESOURCEAREA05

JAWATIMUR)

Name : DITA NOVITA

NRP : 2504 100 078

Department : Industrial Engineering- FTI ITS Lecturer : Ir.Moses L.Singgih, M.Reg.Sc,PhD

Abstract

One of the missions of Human Capital and General Affair (HCGA) Directorate in PT. TELKOM is to develop HR as strategic partner in operating its business activities. Meanwhile, the performance measurement system in PT. TELKOM has not been supporting the alignment between HR roles and corporate strategy. Its causes HR strategy contribution to corporate strategy achievement could not be measured. HR Area 05 Jawa Timur is responsible to manage HR in Telkom DIVRE 05 Jawa Timur, implement and control HR policy of HCGA Directorate. The goal of this research is to develop the performance measurement system of HR system in HR Area 05 using HR Scorecard with Six Sigma for HR performance system improvement.

HR Scorecard-based performance measurement system in this research consists of Key Performance Indicators (KPI) which is the standard measure of strategic objective achievement in HR Area 05. Each of KPI is categorized in four HR Scorecard perspectives (Financial, Customer, Internal Business Process, Learning and Growth). The measurement system results KPI with yellow or red color that will be improved with Six Sigma Cycle (Define-Measure-Analyze-Improve). The critical KPI is prioritized to be improved in this research.

Based on the measurement of HR Area 05 performance system results KPI for each perspective such as, 5 KPI for

(7)

Financial perspective, 7 KPI for Customer perspective, 19 KPI for Internal Business Process perspective, and 7 KPI for Learning and Growth perspective. Meanwhile, the performance score for HR Sytem of HR Area 05 in 2007 period is 97,2869 (yellow category) and the critical KPI is “The number of Employees which doesn’t contribute any KAMPIUN’s content” with mean value of its gap percentage is 85%. RCA & FMEA analysis result root cause of critical KPI which have the highest RPN value is Unperfect role model. Suggested improvement action for critical KPI is developing sharing session for employees, developing performance measurement system for Expert Team and improving performance measurement system integrated with KAMPIUN’s usage which its value is 2,50.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat dan ijin-Nya, sehingga laporan penelitian Tugas Akhir pada PT. TELKOM HR AREA 05 dapat terselesaikan dengan baik, dengan sedikit hambatan dan gangguan yang tidak mengurangi nilai pentingnya dalam melakukan penelitian Tugas Akhir ini.

Ucapan terima kasih dan puji syukur, saya sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian dan kelancaraan selama penelitian Tugas Akhir ini, seperti :

1. Bapak, Mama, Mba Iik, Mba Medi, Mas Beny,Mas Rommy, Nadhira dan Nabiel serta semua keluarga saya yang selalu memberikan support dan doa yang sangat berharga.

2. Bapak Ir. Moses L. Singgih, MSc,MRegSc, PhD, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan,ilmu, arahan serta semangat yang sangat membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir ini.

3. Ibu Dr. Ir. Sri Gunani Pratiwi, MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Industri ITS.

4. Ibu Dyah Santhi Dewi, ST.,M.Eng., Sc., selaku koordinator Tugas Akhir Jurusan Teknik Industri ITS. 5. Bapak Patdono S, selaku Kalab. PSMI dan Pak Lantip,

Bu Eva serta seluruh anggota dosen peer group dari Lab.PSMI yang telah memberikan banyak ilmu dan pengalaman yang berharga.

6. Pak Hari dan Pak Yudha A. beserta seluruh tim dosen pengajar TI-ITS dan Mas Teguh, Mba Lusi, Pak Sukimin Pak Ran, Mba Elif, Mba Evi, Mas Buchari dan karyawan lainnya, atas seluruh ilmu pengetahuan, pengalaman, dan bantuannya selama ini.

7. Bapak Wahyu Winarto, ST, MM, CPHR selaku pembimbing lapangan yang penuh kesabaran, pengarah

(9)

dan penanggung jawab selama penelitian Tugas Akhir di PT. TELKOM HR AREA 05.

8. Pak Yunus, Ibu Yuyun, Pak Sarman , Mba Friska dan seluruh pihak dari PT. TELKOM HR AREA 05 atas segala segala bantuan dan bimbingannya.

9. Dimas Angga Prasondha, yang selama ini telah banyak memberikan pelajaran hidup yang berharga.

10. Tie, Iik, Tiku, Nink nonk, Lintang, Ryan, Nad, Adis dan seluruh teman-teman angkatan 2004 Teknik Industri ITS, yang menemani dan selalu mengisi hampir di seluruh hari-hari saya selama empat tahun ini.

11. Seluruh keluarga dari Laboratorium Pengembangan Sistem dan Manajemen Industri (PSMI). Terimakasih atas pengalaman dan ilmu pengetahuan yang saya dapatkan di Lab.PSMI.

12. Mba April, Zaif , Buyung, Yovan dan Dendy yang telah memberikan banyak masukan dan bantuan dalam pengerjaan Tugas Akhir ini.

13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan dalam tulisan ini, yang telah membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana mestinya oleh berbagai pihak yang berkepentingan.

Terima Kasih. Surabaya, 25 Juni 2008 Dita Novita (2504.100.078)

(10)

DAFTAR SINGKATAN

C : Perspektif Customer untuk HR Scorecard

• CSS (Corporate Scenario Strategy) • CTQ (Critical to Quality)

• Direktorat HCGA (Human Capital and General Affair) • DIVRE 05 (Divisi Regional 05 Jawa Timur)

• DJM (Distinct Job Manual)

• EGM (Executive General Manager) • ESI (Employee Satisfaction Index)

F :Perspektif Financial untuk HR Scorecard

• FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) • FWA (Fixed Wireless Access)

• FWL (Fixed Wireline)

• HR Area 05 (Human Reource Area 05 Jawa Timur)

IBP : Perspektif Internal Business Process untuk HR Scorecard

• IT (Information Technology) • JOM (Junior Operational Manager) • Kandatel (Kantor Daerah Komunikasi) • KM (Kontrak Manajemen)

• KPI (Key Performance Indicator)

LG : Perspektif Learning and Growth untuk HR Scorecard

• NGN (Next Generation Network) • OSM (Operational Senior Manager) • RCA (Root Cause Analysis)

• RKM (Rencana Kerja Manajerial) • SDM (Sumber Daya Manusia) • SLA (Service Level Agreement) • SOA (Sarbanes-Oaxley Act) • SPK (Sistem Pengukuran Kinerja)

• TELKOM (PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk) • TELKOMSEL (PT. Telekomunikasi Selular, Tbk)

(11)

• TEOS (TELKOM Employee Opinion Survey) • TQMS (TELKOM Quality Management System)

(12)

DAFTAR ISI

Lembar Judul………....i Lembar Pengesahan………...………iii Abstrak……….iv Kata Pengantar……….viii Daftar Singkatan………..…x Daftar Isi……….xii Daftar Gambar……….……….xvi Daftar Tabel………..…xviii BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 2 1.3. Tujuan Penelitian ... 3 1.4. Manfaat Penelitian ... 3

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 4

1.6. Sistematika Penulisan ... 4

  BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Performansi ... 7

2.2 Konsep Human Resource Scorecard ... 7

2.2.1.Human Resource Architecture... 9

2.2.2.Implementasi Peran Strategi Sumber Daya Manusia ... 11

2.2.3.Perbedaan Human Resource Scorecard dan Balanced Scorecard. ... 13

2.2.4.Kaitan Human Resource Scorecard dengan strategi ... 16

2.3 Analytical Hierarchy Process (AHP) ... 17

2.3.1.Skala Perbandingan Berpasangan ... 19

2.3.2.Pengukuran Konsistensi AHP ... 20

2.4 Scoring System ... 21

2.5 Traffic Light System ... 22

(13)

2.6.1.Definisi Six Sigma dan penerapannya di bidang SDM ... 23

2.6.2.Manfaat – manfaat Six Sigma ... 26

2.6.3.Siklus DMAIC (Define – Measure – Analyze –Improve – Control) dalam bidang SDM ... 27

2.7 RCA (Root Cause Analysis) ... 30

2.8 FMEA (Failure Mode and Effect Analysis) ... 31

2.9 Penelitian Terdahulu ... 33

  BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 37

3.1. Tahap Identifikasi ... 37

3.2. Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 38

3.2.1.Pengumpulan Data ... 38

3.2.2.Pengolahan Data ... 38

3.3. Tahap Analisa Evaluasi dan Perbaikan ... 43

3.3.1.Analyze ... 43

3.3.2.Improve ... 44

3.4. Tahap Kesimpulan dan Saran ... 45

  BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... 47

4.1 Identifikasi perusahaan ... 47

4.2 Identifikasi visi, misi, strategi perusahaan di bidang sumber daya manusia ... 53

4.2.1.Visi perusahaan ... 53

4.2.2.Misi perusahaan ... 53

4.2.3.Visi direktorat Human Capital and General Affair (HCGA) . ... 54

4.2.4.Misi direktorat Human Capital and General Affair (HCGA) ... 54

4.2.5.Strategidi tingkatkorporat ... 54

4.2.6.Strategidi tingkat Direktorat Human Capital and General Affair (HCGA) ... 55

(14)

4.3.1.Sistem Pengukuran Kinerja existing dari Divisi Regional 05

dan HR Centre ... 62

4.3.2.Penentuan strategic objective berdasarkan 4 perspektif Human Resource Scorecard ... 64

4.3.3.Validasi Strategic Objective ... 70

4.3.4.Strategy Map ... 74

4.3.5.Key Perfomance Indicators ... 78

4.3.6.Validasi Key Performance Indicators ... 89

4.3.7.Penentuan Job Description dari Tim Six Sigma ... 97

4.4 Measure ... 99

4.4.1.Pembobotan Kepentingan KPI ... 99

4.4.2.Perhitungan skor pencapaian kinerja Sistem SDM dan traffic light system ... 101

4.4.3.Penentuan KPI yang Diperbaiki ... 108

4.4.4.Penentuan KPI Kritis ... 110

4.5.2.1.KPI Jumlah karyawan yang direkrut dari program rekrutmen ... 110

4.5.2.2.KPI Rasio Rotasi Karyawan ... 112

4.5.2.3.KPI Rata-rata jumlah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses rekrutmen ... 114

4.5.2.4.KPI Persentase Pertumbuhan Revenue ... 115

4.5.2.5.KPI Produktivitas karyawan ... 117

4.5.2.6.KPI Human Capital Value Added ... 118

4.5.2.7.KPI Profit per Karyawan ... 120

4.5.2.8.KPI Persentase Karyawan yang mengisi content KAMPIUN ... 121

4.5.2.9.KPI Persentase Karyawan yang mengakses KAMPIUN ... ... 123

BAB 5 ANALISA EVALUASI DAN PERBAIKAN ... 127

5.1. Analyze ... 127

5.1.1.Analisa Rancangan Sistem Pengukuran Kinerja ... 127

5.1.2.Analisa Hasil Pencapaian Kinerja ... 131

(15)

5.1.4.Usulan KPI Baru ... 138

5.1.5.Analisa Root Cause KPI Kritis ... 139

5.1.6.Perhitungan Risk Priority Number setiap Root Cause... 142

5.2. Improve ... 143

5.2.1.Penentuan Program Perbaikan ... 143

5.2.2.Penentuan Kombinasi Alternatif Perbaikan ... 149

5.2.3.Perhitungan Performansi Terbobot tiap Kombinasi Alternatif ... 150

5.2.4.Perhitungan value tiap Kombinasi Alternatif ... 150

  BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 153

11.1.Kesimpulan ... 153

11.2.Saran ... 154  

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

• A1- Keterkaitan antara strategic objective awal dengan setiap

item dari kebutuhan strategis HR Area 05 dan masing-masing program/ RKM, action plan dari program

• A2- Keterkaitan antara strategic objective akhir dengan setiap

item dari kebutuhan strategis HR Area 05 dan masing-masing program/ RKM, action plan dari program

• B1- Spesifikasi Key Performance Indicator (KPI) • C1- Decision Tree pembobotan kepentingan KPI • C2- Kuisioner Pembobotan kepentingan KPI

• C3- Hasil pengolahan bobot kepentingan KPI dengan software Expert Choice 2000

(16)

• D1- Hasil Root Cause Analysis (RCA)

• E1- Rating untuk Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) • E2- Perhitungan FMEA

• F1- Perhitungan biaya kombinasi alternatif perbaikan • F2- Perhitungan performansi alternatif perbaikan

(17)

(halaman ini sengaja dikosongkan)

     

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Fungsi Sumber Daya Manusia Taktis versus Strategik ………8 Gambar 2.2 Model 7 Langkah untuk Implementasi Peran

Strategik Sumber Daya Manusia ... 13 Gambar 2.3 Langkah dalam Pengembangan Balanced Scorecard

(Luis, 2002) ... 15 Gambar 2.4 Skema Pohon Keputusan (Decision Tree) ... 18 Gambar 2.5 Siklus DMAIC dalam bidang SDM (Rains, 2007) .. 29 Gambar 2.6 RCA untuk “Missing Part on the Board during New

Product Introduction” ( Wedgwood, 2006) ... 31 Gambar 3.1 Diagram Alir Metodologi Penelitian………..46 Gambar 4.1 Skema Stakeholder dari HR Area 05 Jawa

Timur………49 Gambar 4.2 Struktur Organisasi HR Area 05 Jawa Timur ……..51 Gambar 4.3 Skema Penurunan Visi & Misi PT. TELKOM ke

Strategi di HR Area 05 ... 57 Gambar 4.4 Linkage antara strategi tingkat korporat dengan

strategitingkat Direktorat HCGA ... 61 Gambar 4.5 Struktur Organisasi DIVRE 05 Jawa Timur ... 63 Gambar 4.6 Linkage antara strategic objective dan Strategi HR

Area 05 ... 74 Gambar 4.8 Hasil Pembobotan Kepentingan KPI ... 101 Gambar 4.9 Grafik persentase gap untuk KPI Jumlah karyawan

yang direkrut pada program rekrutmen ... 112 Gambar 4.10 Grafik persentase gap untuk KPI Rasio Rotasi

Karyawan ... 113 Gambar 4.11 Grafik persentase gap untuk KPI rata-rata jumlah

waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses rekrutmen ... 115 Gambar 4.12 Grafik persentase gap untuk KPI Persentase

Pertumbuhan Revenue ... 117 Gambar 4.13 Grafik persentase gap untuk KPI Produktivitas

(19)

Gambar 4.14 Grafik persentase gap untuk KPI Human Capital Value Added ... 120 Gambar 4.15 Grafik persentase gap untuk KPI Profit per

Karyawan ... 121 Gambar 4.16 Grafik persentase gap untuk KPI Persentase

Karyawan yang mengisi content KAMPIUN ... 123 Gambar 4.17 Grafik persentase gap untuk KPI Persentase

Karyawan yang mengakses KAMPIUN... 125 Gambar 4.18 Pareto Chart dari Persentase gap KPI ... 125

(20)

 

DAFTAR TABEL

 

Tabel 2.1a Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan 19

Tabel 2.1b Indeks random ... 21

Tabel 4.1 Strategic Objective awal ... 65

Tabel 4.2 Strategic Objective akhir ... 71

Tabel 4.3 Key Performance Indicator dari Perspektif Financial 80 Tabel 4.4 Key Performance Indicator dari Perspektif Customer 82 Tabel 4.5 Key Performance Indicator dari Perspektif Internal Business Process ... 86

Tabel 4.6 Key Performance Indicator dari Perspektif Learning and Growth ... 89

Tabel 4.7 Key Performance Indicator akhir ... 91

Tabel 4.8 Spesifikasi KPI Pertumbuhan EBITDA ... 95

Tabel 4.9 Formulasi perhitungan KPI ... 95

Tabel 4.10 Job Description dari Tim Six Sigma………....98

Tabel 4.11 Skala penilaian tingkat kepentingan ……….100

Tabel 4.12 Kinerja Sistem SDM dari HR Area 05 periode tahun 2007 ... 105

Tabel 4.13 Hasil pencapaian KPI merah dan kuning dari sistem SDM di HR Area 05 ... 109

Tabel.4.14 Persentase gap KPI Frekuensi Jumlah karyawan yang direkrut dari program rekrutmen tahun 2007 ... 111

Tabel.4.15 Persentase gap KPI Frekuensi Jumlah karyawan yang direkrut dari program rekrutmen tahun 2006 ... 111

Tabel.4.16 Persentase gap KPI Frekuensi Jumlah karyawan yang direkrut dari program rekrutmen tahun 2005 ... 111

Tabel.4.17 Persentase gap KPI Rasio Rotasi Karyawan tahun 2007 ... 112

Tabel.4.18 Persentase gap KPI Rasio Rotasi Karyawan tahun 2006 ... 112

Tabel.4.19 Persentase gap KPI Rasio Rotasi Karyawan tahun 2005 ... 113

(21)

Tabel.4.20 Persentase gap KPI rata-rata jumlah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan proses rekrutmen tahun 2007 ... 114 Tabel.4.21 Persentase gap KPI rata-rata jumlah waktu yang

dibutuhkan untuk melakukan proses rekrutmen tahun 2006 ... 114 Tabel.4.22 Persentase gap KPI rata-rata jumlah waktu yang

dibutuhkan untuk melakukan proses rekrutmen tahun 2005 ... 114 Tabel.4.23 Persentase gap KPI Persentase Pertumbuhan Revenue

tahun 2007 ... 115 Tabel.4.24 Persentase gap KPI Persentase Pertumbuhan Revenue

tahun 2006 ... 115 Tabel.4.25 Persentase gap KPI Persentase Pertumbuhan Revenue

tahun 2005 ... 115 Tabel.4.26 Persentase gap KPI Produktivitas karyawan tahun

2007 ... 117 Tabel.4.27 Persentase gap KPI Produktivitas karyawan tahun

2006 ... 117 Tabel.4.28 Persentase gap KPI Produktivitas karyawan tahun

2007 ... 117 Tabel.4.29 Persentase gap KPI Human Capital Value Added

tahun 2007 ... 117 Tabel.4.30 Persentase gap KPI Human Capital Value Added

tahun 2006 ... 117 Tabel.4.31 Persentase gap KPI Human Capital Value Added

tahun 2005 ... 117 Tabel.4.32 Persentase gap KPI Profit per Karyawan tahun 2007

... 120 Tabel.4.33 Persentase gap KPI Profit per Karyawan tahun 2006 ... 120 Tabel.4.34 Persentase gap KPI Profit per Karyawan tahun 2005 ... 120 Tabel.4.35 Persentase gap KPI Persentase Karyawan yang

(22)

Tabel.4.36 Persentase gap KPI Persentase Karyawan yang mengisi content KAMPIUN tahun 2006 ... 122 Tabel.4.37 Persentase gap KPI Persentase Karyawan yang

mengisi content KAMPIUN tahun 2005 ... 122 Tabel.4.38 Persentase gap KPI Persentase Karyawan yang

mengakses KAMPIUN tahun 2007... 123 Tabel.4.39 Persentase gap KPI Persentase Karyawan yang

mengakses KAMPIUN tahun 2006... 124 Tabel.4.40 Persentase gap KPI Persentase Karyawan yang

mengakses KAMPIUN tahun 2005... 124 Tabel 5.1 Perbandingan SPK ... 130 Tabel 5.2 KPI berkategori hijau untuk traffic light system A .. 132 Tabel 5.3 KPI berkategori hijau untuk traffic light system B .. 132 Tabel 5.4 KPI berkategori kuning untuk traffic light system B . 133 Tabel 5.5 KPI berkategori merah untuk traffic light system B .. 133 Tabel 5.6 Hasil nilai kinerja Perspektif HR Scorecard ... 133 Tabel 5.7 Revenue Growth dari TELKOM & Kompetitor ... 137 Tabel 5.8 Rasio Sustainability dan Competitiveness dari TELKOM ... 137 Tabel 5.9 Root Cause Analysis KPI Kritis ... 140 Tabel 5.10 Rekap FMEA Jumlah karyawan yang mengisi content

KAMPIUN ... 142 Tabel 5.11 Biaya program perbaikan ... 149 Tabel 5.12 Kombinasi Alternatif Perbaikan & biaya ... 149 Tabel 5.13 Performansi alternatif perbaikan terbobot ... 150 Tabel5.14Hasil perhitungan value setiap kombinasi

(23)
(24)
(25)

 

BAB 1

PENDAHULUAN

Bab ini berisi mengenai latar belakang diadakannya penelitian, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan laporan tugas akhir.

1.1. Latar Belakang

PT. Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (TELKOM) merupakan perusahaan penyelenggara informasi dan telekomunikasi (InfoComm) serta penyedia jasa dan jaringan telekomunikasi secara lengkap (full service and network provider)

yang terbesar di Indonesia (Telkom, 2007). PT. TELKOM sebagai perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan jasa, sangat berkaitan erat dengan peran Sumber Daya Manusia (SDM). Dalam hal ini peran SDM sangat penting karena terkait dengan proses penciptaan nilai (value creation) yaitu proses penyediaan jasa oleh PT. TELKOM. Pada era knowledge-based

global economy, hampir dari 80% value dalam sebuah

perusahaan berasal dari intangible assets seperti human capital

(Kaplan & Norton, 2006). Selain itu, salah satu misi dari direktorat Human Capital and General Affair (HCGA) dari PT. TELKOM menetapkan untuk menjadikan SDM sebagai strategic partner dari perusahaan dalam kegiatan pengelolaan bisnis perusahaan. Oleh karena itu SDM merupakan aset berharga dan sangat penting bagi perusahaan dan menjadi salah satu key success factor penunjang keberhasilan perusahaan. Dengan Sistem SDM strategis yang dikembangkan secara tepat, pihak manajemen perusahaan dapat memahami dengan seksama bagaimana SDM menciptakan nilai dan bagaimana mengukur proses penciptaan nilai itu sendiri (Becker, 2001). Penyelarasan Sistem SDM dengan strategi perusahaan merupakan salah satu

(26)

pemanfaatan SDM yang efektif dan efisien. Sehingga diperlukan adanya pengukuran terhadap strategi SDM menggunakan Human

Resource Scorecard (HR Scorecard) untuk mengukur dan

mengelola kontribusi strategik dari peran human resource dalam menciptakan nilai untuk mencapai strategi perusahaan.

HR Scorecard merupakan suatu sistem pengukuran

sumber daya manusia yang mengaitkan orang – strategi – kinerja untuk menghasilkan perusahaan yang unggul, dengan menjabarkan strategi perusahaan menjadi aksi sumber daya manusia yang dapat diukur kontribusinya. HR Scorecard ini diturunkan dari Balanced Scorecard, dimana keduanya sama – sama digunakan untuk pengukuran kinerja. Namun keduanya memiliki fungsi yang berbeda. Balanced Scorecard digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan, sedangkan HR Scorecard

digunakan untuk mengukur kinerja sistem sumber daya manusia (SDM).

Evaluasi akan dilakukan berdasarkan hasil pengukuran kinerja sistem sumber daya manusia, dengan mengutamakan pencapaian Key Performance Indicator (KPI) yang belum memenuhi target dari HR Scorecard dengan pendekatan konsep

Six Sigma sebagai tindak lanjut untuk perbaikan terus menerus.

Six Sigma merupakan sebuah metodologi terstruktur untuk

memperbaiki proses yang difokuskan pada usaha mengurangi variasi proses sekaligus mengurangi cacat (produk / jasa yang diluar spesifikasi yang telah ditetapkan) dengan menggunakan statistik dan problem solving tools secara intensif (Manggala, 2005). Pada penelitian ini, variasi proses merupakan variasi selisih pencapaian KPI kinerja sistem SDM terhadap target yang telah ditetapkan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang akan diteliti adalah mengukur kinerja sistem sumber daya manusia di PT . TELKOM HR AREA 05 JAWA TIMUR menggunakan HR

(27)

Scorecard dengan pendekatan konsep Six Sigma sebagai tindak lanjut untuk perbaikan terus menerus (continous improvement)

dalam pencapaian KPI.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari Penelitian ini antara lain, adalah :

1. Merancang suatu pengukuran kinerja sistem SDM terhadap strategi perusahaan yang mengacu pada konsep HR

Scorecard pada PT. TELKOM HR AREA 05 JAWA

TIMUR.

2. Memberikan gambaran tentang pencapaian kinerja sistem sumber daya manusia di PT. TELKOM HR AREA 05 JAWA TIMUR , sehingga dapat diketahui KPI yang tidak memenuhi target yang diharapkan dan memerlukan perhatian pihak manajemen untuk ditingkatkan.

3. Evaluasi perbaikan pencapaian KPI yang tidak memenuhi target yang diharapkan dengan menggunakan pendekatan

Six Sigma.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini antara lain, adalah :

1. Membantu dalam perancangan pengukuran kinerja dari sistem SDM dengan konsep HR Scorecard untuk mengetahui ukuran kontribusi yang digunakan sebagai indikator pencapaian kinerja sistem SDM terhadap strategi perusahaan.

2. Memberikan gambaran tingkat pencapaian kinerja SDM, yang dapat digunakan sebagai bahan evaluasi, pertimbangan, dan pengendalian untuk perencanaan peningkatan dan perbaikan kualitas sistem SDM.

3. Perusahaan mendapatkan referensi berupa informasi mengenai sistem manajemen kinerja berbasis HR Scorecard dan Six Sigma.

(28)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Batasan didalam penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Cakupan penelitian terbatas pada lingkup kerja dari HR Area 05 Jawa Timur.

2. Penelitian dilakukan sampai tahap perencanaan tindakan perbaikan berdasarkan pendekatan Six Sigma yaitu tahap

improve.

3. Pemberian bobot terhadap KPI dibatasi pada Human Resource Specialist.

4. Pihak yang melakukan validasi terhadap KPI dan strategic objective dibatasi pada Human resource Specialist.

5. KPI yang diperbaiki dalam penelitian dengan konsep six sigma yaitu indikator kinerja yang teridentifikasi dari HR Scorecard dengan pencapaiannya dibawah target, serta tersedia data yang terkait selama minimal 3 periode pengukuran persentase gap KPI.

Sedangkan asumsi didalam penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. Selama penelitian dilakukan tidak terjadi perubahan pada strategi dan kebijakan dari perusahaan.

1.6. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan berisi rincian laporan tugas akhir, secara ringkas menjelaskan bagian - bagian pada penelitian yang dilakukan, berikut penjelasannya :

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini berisi mengenai latar belakang diadakannya penelitian, permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian,

(29)

manfaat penelitian serta sistematika penulisan laporan tugas akhir.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi landasan awal dari penelitian ini menggunakan berbagai studi literatur yang mana membantu peneliti untuk menentukan metode yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Studi literatur yang digunakan yaitu mengenai HR Scorecard dan Six Sigma

untuk Human Resource.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi metodologi penelitian yang terdiri dari tahapan-tahapan proses penelitian atau urutan-langkah yang harus dilakukan oleh peneliti dalam menjalankan penelitian agar dapat berjalan sistematis, terstruktur dan terarah.

BAB 4 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Bab ini berisi pengumpulan dan pengolahan data yang digunakan untuk bahan analisa dan intepretasi data. Dari pengumpulan dan pengolahan data dapat mengetahui hasil yang diinginkan dari penelitian ini.

BAB 5 ANALISA EVALUASI DAN PERBAIKAN

Bab ini membahas hasil pengolahan data yang dilakukan untuk dianalisa dan menguraikan secara detail dan sistematis dari hasil pencapaian pengolahan data yang dilakukan.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran yang diberikan untuk perusahaan maupun penelitian selanjutnya.

(30)
(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

 

Bab ini berisi landasan awal dari penelitian ini menggunakan berbagai studi literatur yang membantu peneliti untuk menentukan metode yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Studi literatur yang digunakan yaitu mengenai HR Scorecard dan Six Sigma untuk Human Resource.

2.1 Performansi

Menurut Yohan (2008) performansi adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Kemudian performansi dapat diartikan suatu pencapaian persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara nyata dapat tercermin keluaran yang dihasilkan. Pengertian performansi adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Pengukuran kinerja atau performansi adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian.

2.2 Konsep Human Resource Scorecard

Secara tradisional, manajer melihat fungsi sumber daya manusia terutama sebagai administrasi dan profesional. Staf

(32)

sumber daya manusia memfokus pada pengadministrasian kompensasi, dan fungsi upah dan operasional yang lain dan tidak memikirkan peran mereka dalam berperan sebagai bagian dari strategi perusahaan secara keseluruhan. Pengukuran sumber daya manusia hanya difokuskan pada tingkat individual seperti seleksi, kompensasi per karyawan, pelatihan per karyawan (Becker, 2001).

Oleh karena itu, profesional sumber daya manusia menciptakan alat ukur yang baru guna membuktikan kontribusi sumber daya manusia pada implementasi strategi perusahaan dan mengelola sumber daya manusia pada implementasi strategi perusahaan dan mengelola sumber daya manusia sebagai aset strategik (Becker, 2001). dalam hal ini, Dani (2003) menggambarkan penjelasan Becker seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2.1 sebagai berikut :

Gambar 2.1 Fungsi Sumber Daya Manusia Taktis versus Strategik

Becker (2001) dalam buku “The Human Resource Scorecard, Linking People, Strategy and Performance”

mengemukakan 4 perspektif tentang evolusi sumber daya manusia sebagai aset strategik, yaitu :

The personnel perspective

Yaitu perusahaan merekrut karyawan yang paling baik dan mengembangkannya.

(33)

Yaitu perusahaan menggunakan bonus, pembayaran insentif, dan perbedaan – perbedaan yang berarti dalam pembayaran untuk memberi ganjaran kepada karyawan yang berprestasi tinggi dan rendah. Ini adalah langkah pertama dalam mempercayai orang sebagai sumber keunggulan kompetitif, namun perusahaan belum secara penuh mengeksploitasi manfaat dari sumber daya sebagai aset strategik.

The Alignment Perspective

Yaitu manajer senior melihat karyawan sebagai aset strategik namun mereka tidak melakukan investasi dalam meningkatkan kapabilitas sumber daya manusia. Sebab itu, sistem sumber daya manusia tidak dapat meningkatkan perspektif manajemen.

The High Performance Perspective

Yaitu eksekutif sumber daya manusia dan yang lain memandang sumber daya manusia sebagai suatu sistem yang melekat dalam sistem yang lebih besar dari implementasi strategi perusahaan. Perusahaan mengelola dan mengukur hubungan antara kedua sistem tersebut dengan kinerja perusahaan (linking people, strategy and performance).

2.2.1. Human Resource Architecture

Human Resource Architecture adalah rangkaian kesatuan dari profesional sumber daya dalam fungsi sumber daya, sampai sistem yang berkaitan dengan kebijakan dan praktik, mencakup juga kompentensi, motivasi, dan perilaku yang berkaitan dari karyawan perusahaan. Jadi dapat dikatakan Human Resource architecture terdiri atas tiga dimensi rantai nilai (value chain),

yaitu fungsi sumber daya manusia, sistem sumber daya manusia, dan perilaku karyawan (Becker, 2001).

Fungsi sumber daya manusia adalah peran yang dijalankan para profesional dalam organisasinya, mencakup :

(34)

a. Fungsi teknis (Technical HRM)

Yaitu memberi jasa dasar sumber daya seperti rekrutmen, pelatihan dan kompensasi.

b. Fungsi strategik (Strategic HRM)

Yaitu menjalankan fungsi teknis sedemikian rupa sehingga secara langsung mendukung implementasi strategi perusahaan (Becker, 2001).

Sistem sumber daya manusia adalah kebijakan , prosedur dan praktik sumber daya manusia yang dibangun sejalan dengan strategi perusahaan. High Performance Work System (HPWS)

adalah unsur – unsur dalam sistem sumber daya manusia yang dirancang untuk memaksimalkan mutu keseluruhan modal manusia organisasi (Becker, 2001).

Perilaku karyawan adalah keluaran dari pelaksanaan fungsi sumber daya manusia dan sistem sumber daya manusia, yang terdiri dari perilaku inti dan perilaku situasional . Perilaku inti lahir dari kompetensi inti karyawan, dipertimbangkan sangat fundamental terhadap keberhasilan perusahaan melintasi seluruh unit dari tingkat usaha. Perilaku situsional adalah perilaku yang penting dalam rantai nilai perusahaan atau unit tertentu (Becker, 2001).

Strategic Human Resource Deliverables adalah outcome

dari Human Resource Architecture yang berfungsi menjalankan strategi perusahaan. Human Resource Deliverable terdiri atas 2 kategori, yaitu :

a. Penentuan kinerja (performance drivers)

Adalah kapabilitas atau aset inti yang terkait dengan orang seperti produktivitas dan kepuasan karyawan. b. Pendukung kinerja (enablers)

Adalah kontribusi sumber daya manusia yang berfungsi memperkuat penentu kinerja.

Lagging indicators atau outcome measure merupakan tolok ukur generik yang menggambarkan apa yang telah terjadi di masa yang lalu, seperti kemampulabaan pangsa pasar, kepuasaan pelanggan, ketrampilan karyawan (Becker, 2001)

(35)

Leading Indicators atau performance driver, indikator – indikator yang unik untuk unit usaha tertentu, sebagai contoh, pemicu keuangan tentang kemampulabaan, segmen pasar dimana unit memilih untuk bersaing, dan lain – lain (Becker, 2001).

Suatu Balanced Scorecard harus mempunyai bauran dari

outcome measures dan performance drivers. Outcome measures

tanpa performance driver tidak dapat mengkomunikasikan bagaimana outcomes dicapai. Mereka tidak memberikan suatu indikasi awal mengenai apakah strategi telah diterapkan secara berhasil. Sebaliknya, performance drivers tanpa outcome

measure memungkinkan unit usaha mencapai perbaikan

operasional jangka pendek namun akan gagal mengunkapkan apakah perbaikan operasional telah diterjemahkan ke dalam usaha yang diperluas dengan pelanggan yang ada dan pelanggan yang baru, dan pada akhirnya meningkatkan kinerja keuangan (Becker, 2001).

2.2.2.Implementasi Peran Strategi Sumber Daya Manusia

Model 7 langkah yang dikemukakan Becker (2001) pada Gambar 2.2 untuk mengimplementasikan peran strategik sumber daya manusia adalah sebagai berikut :

Langkah 1 :Mendefinisikan strategi usaha secara jelas. Definisi

jangan terlalu umum, misalnya memaksimalkan efisiensi operasi, meningkatkan kehadiran di pasar internasional, memperbaiki produktivitas.

Langkah 2 :Menetapkan peran sumber daya manusia sebagai

aset strategik. Profesional sumber daya manusia perlu mendefinisikan mengapa dan bagaimana sumber daya manusia dapat mendukung implementasi strategi perusahaan yang telah ditetapkan.

Langkah 3 :Membuat peta strategi (strategy map) untuk

mendefinisikan proses penciptaan nilai (value creation) dalam organisasi.

(36)

Langkah 4 :Mengidentifikasi kontribusi sumber daya manusia (Human Resource Deliverables) dalam peta strategi. Profesional sumber daya manusia menetapkan kontribusi sumber daya manusia baik penentu kinerja (performance drivers) ataupun pendukung kinerja (enablers), dalam peta strategi.

Langkah 5 :Menyelaraskan arsitektur sumber daya manusia (Human Resource Architecture) dengan kontribusi sumber daya manusia (Human Resource Deliverables). Profesional sumber daya manusia menyusun bangunan sumber daya manusia yang dapat menghasilkan kontribusi pada implementasi strategi.

Langkah 6 :Merancang sistem pengukuran sumber daua

manusia strategik. Profesional sumber daya manusia mengembangkan tolok ukur yang sahih untuk kontribusi sumber daya manusia.

Langkah 7 :Menerapkan manajemen berdasarkan pengukuran.

Profesional sumber daya manusia menerapkan Human Resource Scorecard bukan sekedar menuliskan nilai dampak sumber daya manusia pada kinerja organisasi. Namun, hasil pengukuran ini menjadi dasar untuk mengelola sumber daya manusia sebagai aset strategik perusahaan.

(37)

Gambar 2.2 Model 7 Langkah untuk Implementasi Peran Strategik Sumber Daya Manusia

2.2.3.Perbedaan Human Resource Scorecard dan Balanced Scorecard

Amplios (2003) menjelaskan bahwa Human Resource Scorecard merupakan Balanced Scorecard dengan pendekatan

Human resource department di mana sistem pengukuran kinerja terintegrasi menggambarkan sistem sumber daya manusia, dan

Key Performance Indicators yang dihasilkan berdasarkan

(38)

Amplios (2003) juga menjelaskan bagaimana Human Resource Scorecard dihasilkan :

1. Menentukan proses bisnis dari masing – masing perspektif.

2. Menentukan Key Performance Indicators dari proses bisnis perspektif.

3. Melakukan pengukuran kinerja actual versus target dari masing – masing Key Performance Indicators.

4. Normalisasi ukuran yang bermacam – macam menjadi score range.

5. Menentukan pencapaian sistem sumber daya manusia keseluruhan.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa langkah pengukuran dalam Human Resource Scorecard sama dengan Balanced Scorecard. Adapun langkah dalam pengembangan Balanced Scorecard digambarkan oleh Luis (2002) Gambar 2.3.

Menurut Kaplan dan Norton (2000), Balanced Scorecard

adalah salah satu model sistem pengukuran kinerja yang diturunkan dari visi dan tujuan – tujuan strategis ke dalam perspektif – perspektif yang berupa scorecard – scorecard, yaitu perspektif financial, customer, internal dan learning and growth. Human Resource Scorecard diturunkan dari Balanced Scorecard, maka Human Resource Scorecard juga memiliki scorecard yang sama pula dengan Balanced Scorecard, yaitu memungkinkan organisasi sumber daya manusia untuk mengukur kontribusi strategisnya berdasarkan empat perspektif.

(39)

Gambar 2.3 Langkah dalam Pengembangan Balanced Scorecard (Luis, 2002)

Dalam Human Resource Scorecard, masing – masing perspektif dapat dijelaskan sebagai berikut :

Perspektif Financial

Adalah tolok ukur finansial untuk memberi ringkasan dari konsekuensi ekonomis akibat dari kebijaksanaan – kebijaksanaan yang telah diambil, dalam hal ini adalah berkenaan dengan perspektif customer, internal, dan

learning and growth. Berkaitan dengan profitabilitas, dll. • Perspektif Customer

Adalah tolok ukur karyawan sebagai aset, sebagai pengguna atau output dari implementasi strategi sumber daya manusia atau lebih tepatnya merupakan dampak terhadap

customer dari perspektif internal dan learning and growth.Ukuran generik dari perspektif ini misalnya employee satisfaction, yaitu ukuran – ukuran yang menunjukkan

(40)

tingkat kepuasan karyawan dalam hal pemenuhan kriteria yang ditetapkan.

Perspektif Internal

Memfokuskan pada proses internal yang akan memberikan dampak pada kepuasan customer dan mencapai tujuan finansial dari organisasi. Perspektif ini meliputi inovasi, proses dan pelayanan.

Perspektif Learning and Growth

Memfokuskan pada sistem dan strategi untuk pengembangan sumber daya manusia , misalnya melalui pelatihan.

Keuntungan implementasi Human resource scorecard

sebagaimana dikutip oleh Dani (2003), adalah :

9 Menggambarkan peran dan kontribusi sumber daya manusia kepada pencapaian visi perusahaan secara jelas dan terukur. 9 Memampukan profesional sumber daya manusia dalam

mengendalikan biaya yang dikeluarkan dan nilai yang dikontribusikan.

9 Memberikan gambaran hubungan sebab dan akibat.

9 Memampukan profesional sumber daya manusia mengelola tanggung jawabnya yang strategis.

 

2.2.4.Kaitan Human Resource Scorecard dengan strategi

Strategi pada dasarnya adalah suatu teori tentang bagaimana mencapai sasaran perusahaan. Secara konvensional, perusahaan menjalankan kinerjanya berdasarkan track record financial di masa lalu. Namun para profesional kini telah menemukan pengukuran yang tepat untuk pengukuran jangka panjang dan benar adalah melalui strategi. Dengan menggunakan

Balanced Scorecard, perusahaan menjalankan kinerjanya

berangkat dari strategi, ukuran finansial dan nonfinansialnya diturunkan dari visi dan strategi perusahaan. Human Resource Scorecard seperti halnya Balanced Scorecard, scorecard-nya diturunkan dari strategi perusahaan yang berkenaan dengan

(41)

sistem sumber daya manusia. Perusahaan menggunakan

scorecard untuk manajemen kinerjanya, dan menjadikan strategi sebagai kunci pusat manajemen proses dan sistem. Untuk mendefinisikan scorecard – scorecard, dimulai dengan mendefinisikan : What is the strategy, kemudian dikembangkan kerangka untuk mendeskripsikan dan mengimplementasikan strategi. Kerangka tersebut dipetakan, dan dinamakan strategy map, yaitu suatu arsitektur yang logik dan komprehensif untuk mendeskripsikan strategi dan menyediakan pondasi untuk mendesain Balanced Scorecard atau Human Resource Scorecard.

Strategy map membantu organisasi melihat strateginya secara kohesif, terintegrasi, dan dalam cara yang sistematik, karena menghubungkan cause-effect relationship yang menunjukkan aset

intangible ditransformasikan ke tangible outcome (finansial) (Kaplan dan Norton, 2000).

Dengan menterjemahkan strategi ke dalam arsitektur logik dari strategy map serta mendeskripsikannya dalam

scorecard –scorecard pada Human Resource Scorecard, strategi menjadi mudah dimengerti oleh seluruh lapisan karyawan, semua

level, dan semua unit, dan menjadi pedoman ukuran kinerja bagi sistem sumber daya manusia dalam mengembangkan sistem sumber daya manusianya termasuk di dalamnya sumber daya manusia secara keseluruhan atau individu – individu dalam perusahaan agar mencapai sasaran dan menjadikan dirinya sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan dan ditargetkan oleh strategi perusahaan. Dengan demikian, Human Resource Scorecard

mengaitkan orang – strategi – kinerja (Kaplan dan Norton, 2000).

2.3 Analytical Hierarchy Process (AHP)

Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan salah

satu model pengambilan keputusan dalam menyelesaikan masalah kompleks dan tidak terstruktur dimana data yang ada bersifat kualitatif yang hanya didasarkan atas persepsi, pengalaman, dan intuisi saja. AHP diperkenalkan oleh Thomas L. Saaty pada

(42)

periode 1971 – 1975 dan langkah pengambilan keputusan tersebut biasanya digambarkan dalam pohon keputusan / decision tree.

Menurut Saaty (1993) dalam pohon keputusan ada komponen kriteria atau sub – kriteria dan alternatif. Kriteria dan sub – kriteria adalah faktor – faktor yang menjadi bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Sedangkan alternatif adalah pilihan obyek keputusan yang bisa diambil dalam proses pengambilan keputusan tersebut. Pada pohon keputusan (decision tree ) yang bertingkat suatu kriteria pada tingkat tertentu bisa menjadi sub – kriteria bagi tingkat yang diatasnya. Lebih jelasnya dapat dilihat pada skema pohon keputusan Gambar 2.4.

 

Gambar 2.4 Skema Pohon Keputusan (Decision Tree) 

Langkah – langkah dalam proses perhitungan menggunakan metode AHP adalah sebagai berikut :

1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.

2. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria dan subkriteria – subkriteria.

(43)

3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menunjukkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing – masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan yang dilakukan berdasarkan penilaian dari pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya.

4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh penilaian seluruhnya sebanyak n x n ((n-1)/2) buah, dengan nilai n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan.

5. Membuat nilai eigen dan menguji konsistensinya, jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.

6. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki. 7. Membuat vector eigen dari setiap matriks dengan

perbandingan berpasangan. Nilai vector eigen merupakan bobot tiap elemen. Langkah ini untuk mensintesa penilaian dalam memnetukan prioritas elemen pada tingkat hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.

8. Memeriksa konsistensi hirarki jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data harus diperbaiki.

2.3.1.Skala Perbandingan Berpasangan

Secara naluri manusia dapat mengestimasi besaran sederhana melalui inderanya. Proses paling mudah adalah membandingkan dua hal dengan keakuratan perbandingan yang dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu ditetapkan skala – skala kuatitatif 1 sampai 9 untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lainnya. Skala penilaian tersebut dapat dijelaskan pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2.1a Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan 

Intensitas

(44)

1 elemen sama Kedua penting

Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan

3 satu sedikit lebih Elemen yang penting

Pengalaman dan penilaian sedikit menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya 5 satu lebih penting Elemen yang menyokong satu elemen dibandingkan elemen lainnya Pengalaman dan penilaian sangat kuat

Tabel 2.1a Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan (lanjutan)

Intensitas

Kepentingan Keterangan Penjelasan

7 satu jelas lebih Elemen yang mutlak

Satu elemen yang kuat disokong dan dominan terlihat dalam praktek

9 satu mutlak penting Elemen yang

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen yang lainnya memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan

2,4,6,8

Nilai antara dua nilai pertimbangan yang

berdekatan

Nilai ini diberikan bila ada dua kompromi diantara dua pilihan

Kebalikan (1/3, 1/5, ….)

Jika untuk aktivitas I mendapatkan satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikan.

2.3.2.Pengukuran Konsistensi AHP

Pengukuran konsistensi AHP dilakukan dalam dua tahap yaitu :

1. Tahap pengukuran konsistensi setiap matriks perbandingan

Pengukuran ini didasarkan pada eigen value

maksimum, dengan rumus :

CI =      λmax – n  n-1 Dimana :

(45)

CI = Consistency Index adalah tingkat

kekonsistensinan seseorang di dalam

memberikan penilaian terhadap suatu elemen

di dalam masalah.

λmax: Nilai maksimum dari eigen matriks yang bersangkutan

n = ukuran matriks, makin dekat eigen value dengan besarnya matriks, maka konsisten matriks tersebut.

Consistency Ratio (CR) = CI / RI Dimana :

RI = Random Index

Berikut ini indeks random untuk beberapa ukuran matriks

Tabel 2.1b Indeks random

O rder

Matriks 0 1

R

I .58 .90 .12 .24 .32 .41 .45 .49 .51 Batasan diterima tidaknya konsistensi suatu matriks sebenarnya tidak ada yang baku, hanya menurut beberapa eksperimen dan pengalaman inkonsistensi sebesar 10% ke bawah adalah tingkat inkonsistensi yang bisa diterima. 2. Tahap mengukur konsistensi seluruh hirarki

CRH = CIH / RIH Dimana :

CRH = Consistency Ratio Hierarchy

CIH = Consistency Index Hierarchy

RIH = Random Index Hierarchy

Sama halnya dengan konsistensi matriks, inkonsistensi sebesar 10% ke bawah masih bisa diterima.

2.4 Scoring System

Scoring system diperlukan untuk mengetahui score

pencapaian terhadap target yang telah ditentukan (Kusuma, 2007). Beberapa metode yang akan digunakan antara lain:

(46)

Higher is Better menunjukkan semakin tinggi pencapaian, indikasinya semakin baik dan score semakin tinggi.

Higher is Worse menunjukkan semakin tingginya

pencapaiannya, indikasinya semakin buruk dan score

semakin rendah.

Must be Zero menunjukkan semakin tingginya

pencapaiannya harus nol dan bila tidak nol maka indikasinya semakin buruk / jelek sehingga score

semakin rendah.

Must be One menunjukkan semakin rendahnya

pencapaiannya harus satu (100%) dan bila tidak maka indikasinya semakin buruk/ jelek sehingga score semakin rendah

2.5 Traffic Light System

Traffic Light System berhubungan erat dengan scoring system.Traffic Light System berfungsi sebagai tanda apakah score

KPI’s memerlukan suatu perbaikan atau tidak. Indikator dari

traffic light system ini direpresentasikan dengan beberapa warna sebagai berikut:

• Warna hijau, achievement dari suatu indikator kinerja sudah tercapai.

• Warna kuning, achievement dari suatu indikator kinerja belum tercapai meskipun nilai sudah mendekati target. Jadi pihak manajemen harus berhati – hati dengan adanya berbagai macam kemungkinan.

• Warna merah, achievement dari suatu indikator kinerja benar – benar di bawah target yang telah ditetapkan dan memerlukan perbaikan dengan segera.

(47)

2.6 Konsep Dasar Six Sigma

Berikut ini dijelaskan mengenai definisi Six Sigma,

manfaat – manfaat Six Sigma, dan siklus DMAIC (Define – Measure – Analyze – Improve – Control).

2.6.1. Definisi Six Sigma dan penerapannya di bidang SDM

Sigma ( σ ) adalah sebuah abjad Yunani yang

menotasikan standart deviasi suatu proses. Standar deviasi mengukur variasi atau jumlah sebaran suatu rata – rata proses. Berdasarkan Motorola Inc., sigma merupakan unit pengukuran statistical yang mendeskripsikan distribusi tentang nilai rata – rata (mean) dari setiap proses atau prosedur. Suatu proses atau prosedur dapat mencapai lebih atau kurang dari kapabilitas Six Sigma dapat diharapkan memiliki tingkat cacat yang tidak lebih dari beberapa ppm (part per million), meskipun mengizinkan beberapa pergeseran nilai rata – rata (mean). Dalam terminologi statistik, ini mencapai kegagalan nol (zero defects) (Gaszpers, 2002).

Tingkat kualitas sigma biasanya juga dipakai untuk menggambarkan variasi dari suatu proses. Semakin tinggi tingkat

sigma maka semakin kecil toleransi yang diberikan pada

kecacatan dan semakin tinggi kemampuan proses. Sehingga variasi yang dihasilkan semakin rendah dan dapat mengurangi munculnya defect, biaya – biaya proses, waktu siklus proses mengalami penurunan, dan kepuasan customer meningkat.

Pada dasarnya pelanggan akan puas jika mereka menerima nilai sebagaimana yang mereka harapkan. Apabila produk diproses pada tingkat kualitas Six Sigma, perusahaan boleh berharap munculnya 3,4 defect per million opportunities

(DPMO), bahwa 99,99966 % dari apa yang diharapkan pelanggan akan terpenuhi dalam produk tersebut. Dengan demikian Six Sigma dapat dijadikan ukuran target kinerja sistem industri tentang bagaimana baiknya suatu proses transaksi produk antara

(48)

supplier dan pelanggan (pasar). Semakin tinggi target sigma

yang dicapai, kinerja sistem industri akan semakin baik. Sehingga

6-sigma otomatis lebih baik dari 3-sigma. Six Sigma juga dapat dipandang sebagai sesuatu pengendalian proses industri berfokus pada pelanggan, melalui penekanan pada kemampuan proses (process capability).

Six Sigma digunakan pada bidang SDM dengan tujuan meningkatkan employee satisfaction dan menurunkan biaya dari lini SDM. Jackie Nelson (HR master black belt GE Consumer Finance) mengutarakan bahwa pengaplikasian Six Sigma di bidang SDM tidak berbeda dengan bidang lain di seluruh bagian organisasi. Kuncinya adalah mengetahui apakah gaps yang terjadi di dalam bidang SDM itu sendiri. Six Sigma membantu untuk mengkuantifikasikan tindakan penghematan yang potensial dan menambah efisiensi dari proses (Heuring, 2004).

Gupta (2005) menyebutkan urutan langkah-langkah yang dapat ditempuh oleh manajemen di bidang SDM untuk mengimplementasikan Six Sigma di bidang SDM, antara lain :

1. Membangun peran dari SDM dengan jelas dan signifikan dalam mensosialisasikan Six Sigma di perusahaan.

2. Menyusun peran dan tujuan yang ingin dicapai dari implementasi Six Sigma di bidang SDM.

3. Mencari feedback dari customer untuk mengidentifikasi kesempatan melakukan tindakan perbaikan yang sesuai di bidang SDM.

4. Menyusun sasaran dari implementasi Six Sigma dalam bidang SDM.

5. Memformulasikan dan menyusun prioritas untuk pembentukan project dan tim implementasi Six Sigma.

6. Mengadakan pelatihan untuk posisi green belt dari proyek

six sigma.

7. Mengimplementasikan siklus DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, and Control) untuk medapatkan solusi yang tepat.

(49)

Penerapan six sigma di bidang SDM di beberapa perusahaan yang telah berhasil dilakukan meliputi beberapa contoh sebagai berikut (Gupta, 2005) :

• pengurangan waktu lembur

• pengurangan biaya dalam perekrutan karyawan • pengurangan tingkat employee turnover

• penurunan jumlah pelanggaran prosedur keselamatan • penurunan biaya dari employee separation

• penurunan frekuensi peran manajemen bidang SDM dalam melakukan internal inquiries untuk mengetahui benefits, payroll, kegiatan promosi dan

fairness.

Hasil dari implementasi Six Sigma mampu memberikan

improvement yang dramatis di dalam proses reengineering

maupun pada usaha untuk melakukan inovasi di dalam bidang SDM. Keterlibatan manajemen SDM dalam usaha pencapaian target pertumbuhan dan profitability harus didefinisikan dengan jelas. Peran manajemen SDM diharuskan dapat mendukung aktivitas leadership dan kegiatan departemen, supaya dapat membantu karyawan dalam mencapai tujuan personal dan perusahaan sekaligus mendapatkan feedback dari mereka. Ketika perusahaan dihadapkan pada kondisi dimana harapan dari pelanggan terhadap perusahaan semakin tinggi, cepat dan menuntut solusi yang cost-effective, maka perusahaan diharuskan untuk memberikan performa yang terbaik. Kinerja dari masing-masing departemen di dalam perusahaan harus lebih baik, murah dan cepat jika ingin memenuhi harapan dari pelanggan. Hal ini juga berlaku pada SDM di perusahaan, sehingga SDM tidak hanya dituntut untuk menghasilkan value yang berasal dari pelatihan atau sebagai rote support dari manajemen. Lebih dari itu, SDM diharuskan untuk selalu memberikan solusi inovatif dalam proses value creating (Gupta, 2005).

Jika semua definisi dan penjelasan – ukuran, tujuan ataupun perubahan budaya – telah dikemukakan untuk menjelaskan Six Sigma secara jelas, namun dikarenakan cakupannya yang luas dan

(50)

fleksibilitasnya sebagai suatu cara untuk mendorong kinerja maka

Six Sigma dapat didefinisikan (Pande, 2003): “Sebuah sistem yang komperehensif dan fleksibel untuk mencapai, mempertahankan dan memaksimalkan sukses bisnis”.

2.6.2.Manfaat – manfaat Six Sigma

Manfaat yang dapat diperoleh dengan menerapkan Six Sigma (Pande, 2003):

1. Menghasilkan sukses yang berkelanjutan, John Chambers (CEO Cisco Systems) mengemukakan untuk tetap menguasai pasar yang aman dilakukan dengan terus menerus berinovasi dan membuat kembali organisasi. Six Sigma

menciptakan keahlian dan budaya untuk terus menerus bangkit kembali.

2. Mengatur tujuan kinerja bagi setiap orang, masing-masing fungsi, unit bisnis dan individu memiliki sasaran dan target berbeda –beda namun Six Sigma menggunakan kerangka bisnis yang sama yaitu fokus kepada – proses & pelanggan – untuk mencapai tingkat kinerja optimal.

3. Memperkuat nilai pada pelanggan, fokus pada pelanggan pada inti Six Sigma berarti mempelajari nilai apa yang berarti bagi para pelanggan dan merencanakan bagaimana memberikan secara profitable.

4. Mempercepat tingkat perbaikan, Six Sigma membantu perusahaan untuk tidak hanya meningkatkan kinerja tapi juga meningkatkan perbaikan.

5. Mempromosikan pembelajaran dan “Cross-Pollination”, Six

Sigma merupakan sebuah pendekatan yang dapat

meningkatkan dan mempercepat pengembangan dan penyebaran ide – ide baru pada keseluruhan organisasi dan menerapkan proses tersebut dengan cepat.

Melakukan perubahan strategik, memahami dengan lebih baik proses dan prosedur perusahaan akan memberikan

(51)

kemampuan yang lebih besar yang dituntut oleh perkembangan bisnis abad 21.

2.6.3.Siklus DMAIC (Define – Measure – Analyze –Improve – Control) dalam bidang SDM

Gaspersz (2002) mengemukakan DMAIC merupakan proses untuk peningkatan terus menerus menuju target Six Sigma.

DMAIC dilakukan secara sistematik, berdasarkan ilmu pengetahuan dan fakta. Proses ini menghilangkan langkah – langkah proses yang tidak produktif, sering berfokus pada pengukuran – pengukuran baru dan menetapkan teknologi untuk peningkatan kualitas menuju target Six Sigma.

DEFINE (D) merupakan langkah operasional pertama

dalam program peningkatan kualitas Six Sigma. Pada tahap ini dilakukan penetapan dari skala pengukuran untuk masing-masing variabel “Critical to Quality” yang terkait dengan permasalahan yang sedang terjadi di dalam sistem SDM. Setelah itu dilakukan penetapan tujuan yang ingin dicapai untuk mengurangi maupun mengatasi permasalahan tersebut (Rains, 2007).

Gaspersz (2002) menyatakan, setelah mengidentifikasi permasalahan yang akan diperbaiki, langkah selanjutnya dalam penyusunan proyek six sigma adalah sebagai berikut :

• Mendefinisikan peran orang – orang yang terlibat langsung dalam proyek Six Sigma.

• Mendefinisikan proses kunci dan pelanggan, dilakukan dengan menggambarkan diagram aliran proses dalam pengendalian kualitas suatu produk.

• Mengidentifikasikan semua kebutuhan spesifik dari pelanggan, kemudian didefinisikan melalui karakteristik kualitas yang selanjutnya akan menjadi Critical to Quality.

• Mendefinisikan tujuan proyek Six Sigma. Pernyataan tujuan yang benar adalah apabila mengikuti prinsip SMARTsebagai berikut :

(52)

¾ Spesific

Tujuan harus bersifat spesifik dinyatakan secara tegas. Pernyataan tujuan sebaiknya menggunakan kata kerja, seperti : menaikkan, menurunkan, mengurangi,dll.

¾ Measureable

Tujuan harus dapat diukur menggunakan indikator pengukuran yang tepat untuk mengevaluasi keberhasilan, peninjauan ulang dan tindakan perbaikan di waktu mendatang.

¾ Achieveable

Tujuan harus dapat dicapai melalui usaha – usaha menantang.

¾ Result –oriented

Tujuan harus berfokus pada hasil – hasil berupa pencapaian target – target kualitas yang ditunjukkan melalui pengurangan DPMO, peningkatan kapabilitas proses,dll.

¾ Time – bound

Tujuan harus ditetapkan batas waktu pencapaiannya dan harus dicapai tepat waktu.

(53)

Gambar 2.5 Siklus DMAIC dalam bidang SDM (Rains, 2007)

MEASURE (M) merupakan langkah operasional kedua

dalam program peningkatan kualitas Six Sigma. Dalam tahap ini dilakukan pengukuran efektifitas dari performa kinerja sistem SDM pada kondisi saat ini, sehingga didapatkan karakteristik

Critical to Quality (CTQ) yang berhubungan langsung dengan kebutuhan customer serta nilai cost of poor quality (COPQ) dari masing-masing masalah yang teridentifikasi di langkah sebelumnya. Contoh COPQ adalah kegiatan pengerjaan ulang, menunggu, duplikasi pekerjaan. Dengan mengetahui nilai COPQ maka dapat diketahui aktivitas atau proses yang mendukung kinerja sistem SDM yang tidak memberikan nilai tambah, sehingga fokus untuk perbaikan kinerja sistem SDM berdasarkan kebutuhan dari customer dapat tercapai. Tujuan lain dari pengukuran kinerja sistem SDM untuk ditetapkan sebagai

baseline kinerja pada awal proyek Six Sigma. Pengukuran kinerja pada variabel-variabel masalah tersebut biasanya ditetapkan dengan menggunakan satuan pengukuran DPMO dan tingkat kapabilitas Sigma (sigma level) (Rains, 2007).

ANALYZE (A) merupakan langkah operasional ketiga dalam proses peningkatan kualitas Six Sigma. Dalam tahap ini dilakukan penyelidikan terhadap akar penyebab terjadinya permasalahan di sistem SDM pada perusahaan. Melalui tahap ini dibentuk kebutuhan-kebutuhan teknis untuk memperbaiki kinerja sistem SDM (Rains, 2007).

IMPROVE (I) merupakan langkah operasional keempat dalam program Six Sigma. Langkah ini dilakukan setelah sumber – sumber dan akar penyebab dari masalah kualitas teridentifikasi. Pada tahap ini ditetapkan suatu rencana tindakan (action plan)

untuk meningkatkan kinerja sistem SDM melalui pencegahan terjadinya masalah pada kondisi sebelumnya (Rains, 2007).

CONTROL (C) merupakan tahap operasional terakhir

dalam proyek peningkatan kualitas Six Sigma. Pada tahap ini hasil – hasil peningkatan kinerja di bidang SDM

(54)

didokumentasikan dan disebarluaskan, prosedur – prosedur didokumentasikan dan dijadikan pedoman kerja standar. Standarisasi dimaksudkan untuk mencegah masalah yang sama terkait dengan kinerja sistem SDM terulang kembali (Rains, 2007).

Langkah-langkah penerapan six sigma dalam siklus DMAIC, dijelaskan dalam bentuk bagan pada Gambar 2.5.

2.7 RCA (Root Cause Analysis)

RCA digunakan untuk mengidentifikasi akar penyebab terjadinya risiko. RCA merupakan suatu metode evaluasi terstruktur untuk mengidentifikasi akar penyebab (root cause) suatu kejadian yang tidak diharapkan (undesired outcome) dan langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah terulangnya kembali kejadian yang tidak diharapkan (undesired outcome) (Ronney dkk, 2004).

Salah satu metode untuk mendapatkan akar permasalahan adalah dengan bertanya mengapa beberapa kali sehungga tindakan yang sesuai dengan akar penyebab masalah yang ditemukan, akan menghilangkan masalah. Bertanya mengapa beberapa kali ini biasa disebut 5Why. Pemahaman tentang mengapa (why) suatu kejadian dapat terjadi merupakan kunci untuk membangun rekomendasi improvement yang efektif. Kesalahan pengambilan kesimpulan atas penyebab permasalahan yang terjadi menyebabkan informasi yang diperoleh hanya sebatas apa penyebab dan siapa yang bertanggung jawab, tidak diketahui bagaimana cara yang harus dilakukan agar kejadian atau permasalahan serupa tidak terjadi lagi. Nilai tambah yang diperoleh dari RCA adalah ketika akar penyebab yang telah diidentifikasi melalui populasi kejadian-kejadian dapat digunakan untuk target kesempatan improvement yang lebih luas. Misalnya saja dalam analisa penyebab banyaknya klaim pelanggan terhadap layanan, kemudian dari hasil tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk improvement terhadap sistem manajemen customer

Gambar

Gambar 2.2 Model 7 Langkah untuk Implementasi Peran  Strategik Sumber Daya Manusia
Gambar 2.3 Langkah dalam Pengembangan Balanced
Gambar 2.4 Skema Pohon Keputusan (Decision Tree) 
Tabel 2.1a Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan  (lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Human Resources Scorecard merupakan Balanced Scorecard dengan pendekatan Human Resources Department dimana sistem pengukuran kinerja terintegrasi menggambarkan sistem sumber

Dalam tahap ini ingin mencari tingkat pencapaian tujuan dimana teridentifikasinya indikator kinerja utama (Key Performance Indicator) berdasarkan hasil dari langkah utama

HR Scorecard mendorong manajer untuk menyelaraskan strategi SDM dengan keseluruhan tujuan perusahaan, sehingga dapat melakukan perbaikan dan evaluasi kinerja dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang suatu sistem pengukuran kinerja pada Universitas Muhammadiyah Luwuk menggunakan metode Human Resource Scorecard meliputi

Dan berdasarkan pengukuran yang dilakukan sumber daya manusia sebagai human capial di perusahaan memberikan pengaruh bagi kinerja karyawan yang akhirnya berpengaruh pada

Prospecta Garmindo perlu menggunakan alat ukur kinerja dalam hal ini alat pengukuran kinerja karyawan dengan konsep modern, yaitu metode Human Resources

Target Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa pada tujuan strategis Mengembangkan produktivitas dan kinerja pegawai ukuran hasil revenue per pelatihan mendapatkan skor 20,84

Selain itu Human Resources Scorecard juga diartikan sebagai suatu sistem pengukuran yang mengkaitkan sumber daya manusia dengan strategi dan kinerja organisasi, yang