STUDMISLMIru
Volume l, Number 2, 1994 INDONESIAN JOURNAL FOR ISLAMIG STUDIESISLAM AND PARTY POLITICS IN RURAL JAVA
Bambang Pranowo
THE ROLE OF ISLAM IN INDONESIAN AND AICENIRru HISIONV: A Comparative Analysis
Johan
H. MeulemanGURROINC THE FAITH OF THE UMUIU: Religio-lntellectual Journey of Mohammad Rasjidi
Azyumardi
AaraVolume l, No. 2, 1994
$TUDIA
I$LM{IKA
Eononnr Bomo: HarunNawtion Mastubu M. Quraish Sbibab A,Aztz Dahlan M. SatriaEffendi Nabilah Lubh M.YunanYusuf Kotnantddin Hldayat Dim Syamsuddin LluslimNavtion Wahib Mu'thi Eonontrl Cnnr: Azlunardi '4zra EDnoRs' SaifulMuzani HmdroPrasetyo Joban H. Meuleman NwalFajri BadriYatim AssrsrAMs To Trfr Eoron, Arif Subban MucbltsNnunafikENGUSH LANGUAGE ADYISoR:
Juditb M, Dmt Cown DEsIcxrn'
S. Prh*a
STUDTAISIAMKA (ISSN 02154492) is aJoumal published q\afieflyby Institut
Agama klam Nqeri (IAIN, The State lnstitute for Islamic Studies) Syarif
Hidayatullah, Jalcrta, (STT DEPPEN No. 129ISI(/DITJEN/PPG/ST[ /!97 6) and sponsorrd by the Department of Religious Affain of the Republic of Indonesia.
It specializes in Indonesian Islamic studies, and is intended to communicate original researches and current issues on the subjea. This journal warmly
welcomes contributions from scholan of related disciplines.
All articles published do not necessarily r€pr€sent the views of the joumal, or other institutions to which it is affiliated. Ttrey are solely the views of the authon.
Article
Reoieat
Identitas
Neg
ara-Banssa
dan
Kebangkitan Islam
Perbandingan Malaysia dan Indonesia
Manning
Nash
"Islamic Resurgencein
Malaysia and Indonesia", dalamMartyn E.
Marty
danR.
Scott Appleby, Fundamentalism Obserzted (Chicagoand London: lJniversity
of
Chicago Press, 1993), hh. 691-739 .Abstracfi
Indonesia hasa uidcr
spectrurn of Islamic diaersity than Malaysia. Indonesian klam is polarized into santri and abangan uthichhas rised
a
national
struggleto
definetbe national identi4t
of
Indonesia. Thusit
is not Islam, but Pancasila and UUD 45 utbich baoebecome the national identity. Meanuhile, in Malaysia tlte nationalist mooenlent anas less successful in forging
a
Malaysian identity.In
afurtber
attenTptto
defi.ne the identity, thereis no
strong syrnbolic systentarnong
the Malay majority
that
cornpetesuitb
Islam. Accordingly each social or political group of Malay suchas
Islamic fundamentalists, UMNO etc., have competed to gain stronger Islarnic legitimacy. Because there is no otber rymbolic systernto
control tbecomp etition, *t e goaernm.ent canno t suryre ss
I
slamic fundamentalisrn. Tberefore Naslt concludes in his paper that Malaysia is more conducizteto tlte rise of klamicfundamentalism.
But Nash does not giae a clear definition of the term "Islamic resur-gence", He easily replaces
it
uitb
"Islantic fundam.entalism"or
"Islamic reviualism", and excludes "Islamic modernism". Becnrtse tbe term isrestricted
to
"Islamic fundamentalism", he doesnot
include anotlter pbenornenonof
Islamic
resurgence,not
fundamentalistone,
in Indonesia. The polarization of santri and abangan in Indonesia, ubiclt is his concEtual frameutork, almost no longer exists. Today tbe great majority of people in Indonesia u)ant to be Islarn'ic. Indeed, all politicalparties of the country cornpete to gain stronger Islarnic legitimaq,.
,
158 Article Rnicu
dHl
CtJ'
t;Jt,
ui
t*t
":Sl
1o o;t$l
.,j
r+.y-Yl
tlpl
r&t
dri*.
Jl
+-J.J,LJ|
iLiJlL
;b /S# Fa:4
Yt
I
r'yslsi
ry-ltj
.4-Lll)
dFul
.rt"
,!
,
Urt,
j itJlt
tJ,....r,.i
6gJ.,-qJlr
U+i
.
(itbJtt
rl
L-F{J[{q!l)
ot+t:b
(fy*YlrK.! ,bFU
s.r-*,-diJl
oJrj p)[-"Il
,-At.i.-f
Ii-jl
,1,-#
j ;ir
.J
.DU;YI
[-+.r
,\
10o.rLcy.ui1].
"tJUl
ot{
,iJj4
[r-i
to-;.9;ul
i,l
llbj
dJL,,**1,
dlJjl
,
t+;,.,,l
g*
..:r,+Jl,hl
u
7g'u:
trt-
cJ!
:c1l
^oir,dl
irr-4Jl
gpt ,
ilr)tll
!Lrll j
fy-Yl
7sl,z,- r9rt1.ry:r)tJl
-.rb
j
J-A..)t-Yti
.
tlJt- j oQl-" 1l *
dJl
diYl
c'Lojy'tt
fel+-
.jJ
ir-o{ju:r.:-!_
.{I'+
tJ-!t,
,t(&
g.rLo:iYl
pJl
.Dt:;'l
3U
ljJ .
s.:ta:ill
Jta.tl.,j;51
L'
o^ ta,_.rJ:
.iL;r
I|
;:
LJ-)lrll -bL-rYlj
.rt4i
.
,ttJl:
,t-tl eJl L;t
cJ[:.r
c.
U
,
iUJUI
LAI
&r-]
Ja-,,
Fl.r.)L-lZt!
d:-
,t
€.-J
Xl
i,rgU
.
iJtjll
,in
.,j
5-:r
gl
Q:{
4}:al:l ;F
Jh+,-U
lir1,1o.-.y-:lqiLrTl
")s,
L;
aU
iarJ;al
i.Jbi
L+-J
.
!.){-Yl
U3,.Yl
o6jl
)llill*+itril
Crn,"-ti
of-t4, U;U
"L..ry-11
iJtaJL." t'a,-
diJl L
b,-blt
i.par
rJrtl
J
JUtt Olyt
d.'-Jl-rl
.oL.Y!
ir-r'-Jl
i.;toc
J.rn:--1 Jl*;-ibl*4J*
r.ti
gX+I|
Ll.r-,
p&.4Jj.f
JeJ i#}-Yl
ir.:.4)l
t*..a
",r;,-.rJl.
*rail-,
itr,a!
J+Yl
.ol-.^}Jl.Jlsl..u
J
.J,{iJl.4Ji
-:o-*a.;
ia--r;31
-hilt{
t+J Ot-lYi..Jy-l
\te
tr
g*rl
t-+
lo-o;-.sl
.,j i.r>l-yt
ql
**;
i
oi
oy.r;ll
i,'EYG
Jt+qT sl
,lL-t stb
.r-r,l
.
J-.ft
Jt-Ll
Jal
Cr.4t
.ru
t+-i
i
*tJl
..rl;rYl i,l
.J.r,
f){-11
,)t
,.:;;
.
.0.)l-l
+i ,*
gel::.;.Jll
ot*-:a.ll
)Fl
qg.4btr
q.rit+ fy-"Yl
rh:
",1 .tiJ d,.c
&-r,tt
c/ ctu,t
r*-rJt
ou
,f.;H,'/"[I'rf,fi,fri
Identita Negara-Bangsa dan Kebanghitan kkm 159
engawali tulisannya, Nash memaparkan suatu peristiwa menyerahnya perjv^nsan bersenjata
yang
berlangsung lima belas tahun dengan merenggut korban sekitar 40.000orang,
yakni
perjuanganyang ditempuh
Darul
Islam
(DI)
-metafora negara
Islam-
yangdipimpin
Kartosuwiryo (!905-62). PerjuanganDI
yang berlandaskan Islam dan tidak banyak diketahui masyarakat internasionalitu
berlangsungjauh
sebelum konsep "fundamentalismeIslam" dikenal
di
kalanganjurnalis
ataupun akademisi.Peristiwa
semacamDI itu,
kata Nash,
bukanlah
suatufenomena
baru
di
bumi
Nusantaraini.
Gerakan-gerakan yang berlandaskanIslam
-setidak-tidaknya
padaz^man
kolonial-merupakan fenomenayang
umum,
misalnya
Pemberontakan Petani Banten.Semangat
jibkd
yang melatarbelakangi perlawanan umat Islam terhadap kaum penjajah dan pemerintah "sekular" dipupuk lewat pendidikan Islam tradisional, pesantren^tav
pondoA. Pengaruhlembaga pendidikan
ini
terhadap massa umat begitu kuat, baik di Indonesia maupun Malaysia.Dengan
mengawali
pemaparanseperti
itu,
Nash
inginmenunjukkan
bahwa
"substansi"
dari yang
disebut"fundamentalisme
Islam"
itu
punya akar
di
bumi
Indonesia ataupun Malaysia. Penegasanini
dianggap perlu karena masyarakat internasional selalu akan menunjuk ke kawasanTimur
Tengah danAfrika
lJtara
kalau
berbicaratentang
fundamentalisme Islam. Indonesiadan
Malaysia selamaini
kurang mendapat perhatian pengamat atau masyarakat ilmiah internasional.Namun
demikian^pa y^ng hendak dielaborasi Nash adalah gerakan kebangkitan Islam baru
di
kedua negar^ini
yang padadasarnya
menolak gerakan
Islam
seperti
yang
ditempuhKartosuwiryo
dengan
Dl-nya.
Ia
mencoba
membandingkan bagaimana kebangkitanIslam
di
kedua negraini
berlangsung, bagaimana masyarakatdan
pemerintah
negra
masing-masing meresPonlnya.Gerakan
Da'wah
160 Article Reoieu
Nash memulai analisisnya atas fenomena kebangkitan Islam di Indonesia
dan
Malaysiaini
denganfokus
GerakanDa'wah
di Kelantan.Gerakan
Da'wah
sebagaisuatu
fenomena gerakan mulai munculdi
Malaysi a pada awal tahun 70-an, dan memiliki anggotalebih dari tiga puluh ribu
orangdi
sekitar Kualalumpur
dan tenrtamadt
negara bagian Kelantan, Trengganu, Perlis, Kedah, dan Parak.Pada
tahun
1982 pemukiman gerakanDa'wah
di
Kelantanmuncul
dengan
anggotaratusan
orang. Mereka
merupakankomune
yang melibatkan keluarga-keluarga.'Walaupun gerakanda'wah
ini
tidak
mempunyainama
lain
keculai
da'anah, ia menunjukan sikap danprilaku
keislaman yangkental,
berbeda dengan masyarakat Muslim pada umumnya yang sama-sama akrab dengan kata-kata d.a' wab tersebut.Gerakan
da'wah
berusaha menjalankan
Islam
sebagaipandangan hidup menyeluruh (dtn) (h.693). Pendekatan komunal gerakan ini memungkinkan bagi kontrol bersama atas ketaatan atau
kepatuhan menjalankan
agama secarakonsisten.
Kelompok da'wahini
melihat peluang bagi pelaksanan
norma-norma Islamdi
tengah-tengah masyarakatyang kurang
atau
ddak
Islami. Namun demikian ideologinya tidak bisa dikatakan pasti dan ketat. Kata Nash lebih tepat dikatakan: "gerakanini
melihat ke belakang, menjalani hidup sekarang, dan punya aspirasi masa depan". Karenaitu
kemudian
Nash
memandang, ada dimensi-dimensi dalam gerakanini
yang tidak pas dihubungkan dengan fundamentalisme Islam (h. 594).Gerakan
da'wah
di
Kelantantidak
punya organisasi formal. Para anggota berinteraksi dan berda'wah dari mulut ke mulut ataudalam
pengajian-pengajianatau
^pa
yang
dikenal
sebagaipertemuan-pertemuan kampong, biasa
di
masjid-masjid lokal. Kata Nashini
merupakantaktik untuk
menghindari kecurigaan pihak-pihak keamanan atau untuk mencegah dituduh subversif. Sebab di Malaysia pemerintah bisa menggunakan alasan "keadaan darurat" rcrhadap kelompok-kelompok yang dianggaP mengancam stabilitas nasional (h.694).Dengan
tidak
adanya organisasi formal,tidak
berarti gerakanini tidak
plxLy^ figur. Ada dua yang menjadifigur
dalam gerakanini:
seorang ustAdzdan
seorangtok guru.
Y"ng
pertama lebihIdentias Negara-Bangw d.an Kebanghitan Ishm L6L
berkaitan dengan persoalan-persoalan admrnistratif dan kebutuhan sehari-hari para jamaah. Sedangkan yang kedua tidak lain dari pada
seorang gunr agama:
lang
memberikan bimbingan dan penjelasan tentang apran-ilaran Islam yang harus dijalankan oleh jamaah. Tohgurubiasanya adalah guru agama,
da'i
yang kharismatik, atau kiyai pondok. Dalam gerakanda'wah
di
Kelantanini,
tokguru tidak
hanya punya
wawasan keislamanyang
luas
dan
mendalam (terutama BahasaArab, al
Qur'An, dan Hadith), tapi juga filsafat Barat. Tok, guru jamaahini
pernah mengajar di Universitas Malaya dan banyak menulis buku dan artikel. Sehari-hari ia banyakmem-berikan
ceramahatau memimpin diskusi
dan
up^cara-upacara keagamaan, dan juga seringkali sebagai imam sembahyang.Bagaimana hubungan ant^ra
pemimpin dan
jamaah dalamkelompok
gerakanini
digambarkanoleh Nash
seperti lapisan-lapisan bawang.Dua
pemimpin yang sentraldari
kelompokini
(usthdz dan tok. guru) dtkehlingi oleh satu lapisan jamaah
inti,
yangikut
dengan kedua pemimpinini
hijrah dari
KualaLumpur
ke Kelantan tahun L97L danikut
tinggal bersamadi
suatu kampung. Lapisanini
lebih
luas wawasan keislam^nnyadan
lebih
patuhdalam
menjalankan
ajaran-alaranIslam
dibanding
lapisanberikutnya, yang tumbuh kemudian setelah kedua pemimpin dan
kelompok
itu
tibadi
kampung tersebut. Lapisan yang paling luar adalah mereka yang paling longgar keterikatannya dengan gerakanda'wah
ini.
Mereka datang biasanya karena ingin tahu.Di
antara lapisanini
ada yang terusikut
dan ada pula yangrontok
di tengah jalan (h. 6e5).Gerakan
da'wah
ini
muncul
dari
kalangan muda, berbasisurban,
dan
berorientasi intelektual. Secara sosiologis mereka termasukke
dalam kelas menengahkota
atau berlatar belakangprofesional. Karena
itu
kemunculan gerakanini
tidak
dimulai dengan gerakan massa,tidak terkait
dengan partaipolitik
resmi, dantidak
pula berperan sebagai alat ulama tradisional. Banyak di antara anggotanya adalah mahasiswa. Menurut Nash, mereka tidakpuas dengan dunia yang mereka hadapi: pluralisdk, urban, modern, dan sekular. Mereka memandang lingkungan mereka
itu
sebagaisesuatu yang sensual, korup, dan nerotik, dan karena
itu
dianggapdangkal
dan menipu. Jemaat da'wahini
menentang anrs budaya pop yang berpengaruh kuat di kalangan masyarakat Malaysia. Yang menjadi sasaran utamaboikot
mereka adalahmusik pop
danL62 Article Rnizw
bintang-bintang lokalnya, terutama mereka yang beragama Islam' Berbeda dengan jamaah
yar'g lebih tua, y^ng lebih
banyak menekankan masalah keselamatandi
akhirat, jamaah yang lebih muda lebih bersikap tidak sabar melihat kondisi masyarakat yang mereka hadapi. Mereka seringkali menghendaki perubahan sosialyang
lebih
radikal dan
tidak
segan-seganmenyerukan
agt
dilakukan pemberontakan melawan status quo (h. 695).Kata Nash ideologi jamaah
da'wah
ini
sebagian merupakan reaksi menentang nilai-nilai Barat modern seperti yang difahami di Malaysia, dan sebagian lagi merupakan keyakinan atas Islam yangmurni
Qtristine Islarn). Keyakinanini
diungkapkan tenrtamadengan
rekonstruksi salaf,yakni
keyakinan danpraktek
Nabi Muhammad dan para sahabat sesudahnya. Namun demikian, kataNash,
konsep
Islam yang
'murni'
dan
'mendasar'
tidak berkembang dalam suatu isolasi. Para guru dan murid-muridnya membaca literatur-literatur keislaman internasionalyang
Punya semangat sama dengan mereka.Komitmen ideologis
itu
tercermin dalam prilaku mereka. Para jamaah harus meninr apa yang dipraktekan masyarakat salaf, misal' nya dalarn cara dan kebiasaan berpakaian. Kaumlakilaki
jamaahda'wah
ini
biasa mengenakan udeng, jubah, celana panjang yang bagian bawahnyasedikit
di
atasmata
kaki'
Sementara kaum hawanya mengenakan cadar. Secaralahiriah
cara atau bentuk pakaianini
memisahkan mereka dari masyarakat atau umat Islam padaumumnya.
Lebih dari
itu
pakaian-pakaianitu
menrpaan simbol yang mempunyai makna tertentu bagi mereka. Udeng bagi mereka adalah simbol dari mahkot^, y^ng menunjuk pada suatu pandangan bahwa laki-laki adalah apek dalam penciptaan, karenaudeng
adalahhal terakhir
y^tg
Tuhan ambil dari Adam
as.Sementara cara berpakaian peremPuan
yang menutup
seluruhtubuh
merupakan vp^y^untuk
membedakan kaum laki-laki dari binatang,untuk
mengendalikan nafsu seksual kaum laki-laki atasperempuan.
Di
rumah-rumah paraiamaah da'wahini
tidak
akanditemukan
peralatan-peralatanrumah
t^ngg
yar'g
umum digunakan, misalnya kursi, meja, tempat tidur, dll. Pokoknya tidak akan ditemukan barang-barang yang dianggap bukan kebutuhanpokok. Para
janaah
berusaha menghindari kemewahan yang bersifat material.Identita Negaru-Bangsa dan Kebanghitan Iskm 163
Pembagian kerja
di
kalangan jamaah banyak ditentukan olehfaktor
umur
dan jenis
kelamin. Semua jamaah dianggap samakecuali karena perbedaan umur dan jenis kelamin tersebut. Kaum perempuan bekerja
di
sektor domestik (di dapur, mengurusi anak, dan melayani suami), sementara kaumlakilaki di
sektor publik. Karenaitu
belanja ke pasar untuk kebutuhan dapur misalnya, tidakdilakukan kaum
perempuan, melainkankaum laki-laki.
Kaum perempuanpraktis
terisolasi(h.
596).Ini
sangat membedakan perempuan jamaah da'wah dan kaum perempuan di Kelantan padaumumnya, yang aktif di pasar-pasar dan sektor publik lainnya. Para jamaah gerakan
da'wah
ini
juga pada umumnya tidak mempunyai pekerjaan yang jelas,dan
karenaitu
tidak
punyakarier.
Mereka
berusahamencari nafkah
secaramandiri
danminimal,
hanya
untuk
menutupi
kebutuhanpokok.
Merekabiasanya melakukan
bisnis-bisnis
kecil untuk
memenuhi kebutuhanpokok
tersebut(h.
696). Dan dari usaha kecil-kecilaninilah
mereka menutup kebutuhan
da'wah
mereka.
Kenapamereka rctap mempertahanakan bisnis dalam skala kecil, menurut Nash, karena
hal
itu
sesuai dengan ideologi mereka. IJsaha atau kegiatan-kegiatanekonomi
masuk dalam kategori materialisme, dan materialisme adalah musuh utama spiritualisme yalrLg dijunjungtinggi
jamaahda'wah
ini.
Benda-benda, bagi mereka, mengotorijiwa,
danpemilikan
mendorong orang pada hal-hal yang tidakesensial (h.696).
Komitmen
kelompok
da'wah
ini
juga
dapat
dilihat
dari sikapnya terhadap sekolah-sekolah atau madrasahdi
mana putera-puteri umat dididik. Para jamaah tidak bisa menerima sekolah atau madrasah yang beradadi
luar kontrol
mereka, karena sekolah-sekolah atau madrasah-madrasah yang adadi
Kelantan dipandang masih memasukan unsur-unsur yang cenderung duniawai dan para siswa dicampurkan dengan siswa-siswa lain yang kurang atau tidak Islam. Padahal pencampuranini
dapat berpengaruh buruk terhadappertumbuhan
keislaman anak-anak
mereka,
karena
dalam lingkungan semacamini
anak-anak mereka akan berinteraksi dankemungkinan mengambil mereka yang kurang dan
tidak
Islamsebagai contoh. Menurut jamaah da'wah sekolah-sekolah nasional
tidak
berguna bagi keselamatandi
akhirat kelak. Demikian juga pendidikan agarr'a yang diselenggarakan pemerintah. Karenaitu
anak-anak mereka dididik di rumah. di mana mereka mendapatkan164 Articlc Rnicw
pelajaran Tauhid, Sejarah
Nabi,
Bahasa Arab, dan Menulis, yang semuanya diperlukanuntuk
mengikuti nabi
Muhammad (697).Bukan berarti sekolah-sekolah atau madrasah-madrasah pemerintah
tidak
mengajarkan pelajaran-pelalaranini,
tapi
jamaah da'wah melihat, pengajarandi
sana pada dasarnyatidak utuh,
mereduksi Islam sebagat jalan. hidup yang menyeluruh. Mereka juga mengejekilmu
pengetahuan dan teknologi modern, terutama kedokteran.Menurut
mereka sebagaian besar penyakit yang dialami manusiaakibat dari ulah
manusiasendiri
yang
menrsaktubuh
yangdiciptakan
Tuhan
secara sempurna. Memakan makanan yang haram, makan berlebihan, penggunaan obat-obat Perangsang yang dilarang, nafsu seks yang berlebihan, semuanya menrPakan akar-akar dari sebagian besar penyebab penyakit yang dialami manusia.Kalau
cara-cara hidup yang dijalani oleh orang-orang salehsebe-lumnya
diikuti,
maka orang
tidak
akan banyak
menderita penyakit. Karenaitu,
doker, obat, dan rumah sakittidak
akan banyak diperlukan (a. 697).Para jamaah da'wah berusaha keras menjalani hidup puritan, menjaga
diri
dari pengaruh-pengaruh buruk lingkungannya,mene-kankan
disiplin moral
hingga
hidup
sehari-hari
menjadipengalaman
kepatuhan
padaTuhan.
Mereka
bangga dengan kehidupan moral dan disiplin keras yang mereka ialani. Semuanyamelahirkan kebahagiaan yang sesungguhnya, sesuatu yang ddak mereka
miliki
sebelum bergabung ke dalam gerakan ini.Landasan bagi gaya hidup komunitas da'wah
ini
terletak padapenafsiran yang kompleks atas sumber-sumber keagamaarL y^ng
otoritatif,
dan membutuhkan studi dan pengembangan yang terus menenrsbaik
dalam
pengetahuan mauPun kesadaran jamaah. Keyakinan dan perilaku yang khas dariiamaahini
didasarkan atasal
Qur'An, Sunnah, dan penafsiran otoritas atas kedua teks itu,Imam al- Ghazili
misalnya. Kompilasi atas tafsiran-tafsiranini
banyak dilakukan, tapi tingkat diskursus tergantungpada
jenis-jenis
pertanyaan yang diajukan iamaah. Pertanyaanyang
samaseringkali
muncul, dan
karena
itu
pula
jawaban
yalrLg samaseringkali berulang-ulang diberikan.
Penafsiran-penafsiran atas
tradisi Islam, yang
diaiarkan dan berusaha dipraktekkan dalam gerakan da'wahini,
dilakukan untuk menrrasendensikan jamaah dari kehidupan sehari-hart
yang bersifatfisik
ke
dalam kehidupan yanglebih
spiritual
(batin). MerekaIdentita Negara-Bangsa dzn Kebanghitan Iskm 165
hendak mengikuti hukum Tuhan yang abadi atau universal, yang terdapat dalam ajaran Islam. Mereka berusaha membangun benteng
untuk
meredam nafsu hingga energi dan pikiran dapat dipusatkan padaAllah
dan jalanhidup
yangtelah
ditentukan-Nya untukmencapai
keselamatandi
akhirat
kelak.
Seringkali
mereka mengaharapkan memperoleh barh.kab, dan berharapterpilih
kelakpada
Hari
Perhitungan.Hidup
didefinisikan
sebagai hirarki kepatuhan dan penyerahandiri:
dariAllah
sampaike
guru-guruagama, ke orang tua, dan orang-orang yang lebih tua ke anak-anak. Bagi mereka
nilai
gaya hidup adalah melatih orang agar patuh dan pasrah-suatu
kesatuanIslam
sebagai jalanhidup
menyeluruh secaralahiriah
maupun batiniah. Islam yangotentik
dan benar dapat dipraktekkan hanya denganniat
yang benar.Tapi niat itu
hanya dapat
tumbuh
dalam kesatuanda'wah
yang benar pula. Sebab dunia yanglebih
luas merusak orang sehingga kehidupanmereka
jug
menjadi dangkal
dan
ammoral.
Demikianlah keyakinan parajamaah da'wahini
(hh. 697-8).Setelah memaparkan ideologi gerakan da'wah tersebut, Nash mencoba memahaminya dari konteks sejarah kemunculan gerakan da'wah ini.
Kelantan,
di
mana gerakanda'wah yang
diteliti
Nash
ini
berada, merupakan negara bagian Malaysiayang punya
tradisi oposan terhadap pemerintah pusat. Kata Nash,ini
merupakan latar belakangyang kondusif bagi
suatu gerakan semacam gerakanda'wah
ini
(h. 698). Namun demikian, gerakan semacarn gerakanda'wah
ini
tidak
khas
Kelantan,bahkan
asalnyadari
Kuala Lumpur. Karenaitu
gerakan da'wahini
bukanlah fenomena yang rcrisolasi. Ia merupakan ekspresi lokal dari gayakeberagamaan baru yanghadir
di
antara generasi berpendidikantinggi
orang-orang Melayu.Gaya
keberagamaanbaru
itu
telah
menarik
perhatian pemimpin-pemimpin nasional karenaimplikasiimplikasi
sosial-politik
yang
ditimbulkannya.
Nash menunjuk,
kemunculangerakan
da'wah
ini
terletak pada
sejarah
dan
ketegangan-ketegangan dalam masyarakat Malaysia.Dalam dua
puluh
tahun terakhir, telah terjadi
perubahan kesadaran keagamaandi
kalangan masyarakat Melayu. Pada tahun 1977,kalau orang Melayu ditanyatentang identitas mereka, mereka akan meniawab,"kita
orang Melayu", Tapi sekarang mereka akan166 Article Reuicu
menjawab
"kita
orang Islam". Kalau dahulu, orang yang masuk Islam,ia
akan disebut "masuk Melayu".Tapi
sekarang,ia
akandisebut "masuk
Islam" (h.
698). Perubahanini
punya
arti
yang mendalam, karenaIslam bukan
saja suatubentuk
penegasanidentitas
etnik, tapi
juga kredibilitas sosial yang bersandar padakebenaran otoritas keagamaan.
Mendalamnya kesadaran keislaman dan
etnik
mempengaruhidunia
Melayu
pada dekadeawal
abad20
ini.
Kesadaranitu
memunqrlkan pertentangen antara kaurn muda dan kaum tua., atev ^ntara kaum reformis dan kaum tradisionalis. \Talaupun terbatas pada lingkunganintelektud,
berbeda dengan gerakan da'wahsekarang,
gerakankaurn muda
sangatdinamis
dan
mampu menyerap orang-orang Melayu muda yang berpendidikan sekularmodern.
Gerakankaum
rnudaini
dapat menghadirkan kaum Muslim Melayu di tengah dunia Islam internasionalyanglebih luas.Gerakan
kaum
rnudapunya dua
sasaran. Pertama, mereka membela modernisasi, termasuk reformsi pendidikan dengan model yang sekular. Kedua, mereka mencanangkan program keagamaanyang
kedengarancukup
fundamentalisuntuk
zaman sekarang:kembali pada al Qur'An dan Hadith, serta mendesaknya ijtihAd atas
kedua sumber Islam tersebut. Mereka menyerang para sultan dan para pejabat kegamaan yang didukung oleh pemerintah kolonial. Sebagai reaksi
balik
terhadap serangan kaurn. mudaini,
kaum tua mempertahankan pandangan integral yang mencakup Islam dankultur
Melayu.Tapi
terdapat perbedaan penting ant^ra gerakan kaum muda lama dan gerakan da'wah sekarang. Kalau kaum muda menerima westernisasi sebagaiakibat
dari
modernisasi dalam kadar-kadartertentu,
makakaum
revivalis sekarang, yang sebenarnya lebih intensif hubungannya dengan Barat, menolaknya. 'Westernisasi bagi kaum revivalis adalah merusak dan tidak Islami. Dan modernisasi,kalaupun
ia
bisa dipisahkandari
westernisasi, didekati dengan sangathatihati,
apakahia
bisa
sejalan denganIslam
sebagaipandangan hidup yang sempurna. Devaluasi radikal atas pengaruh kebudayaan Barat
ini
memperlebar gp
antar^ kaurnmuda
dan gerakan da'wah di kalangan mahasiswa danpelalar Melayu.F{uru-hara yang terjadi 13
Mei
1968 antara orang Melayu danorang-orang
keturunan
Cina
di
Kuala
Lumpur
mengawali kelahiran gerakan da'wahini.
Seperti diketahui, peristiwa 13 MeiIdentita Negara-Bangv dan Kebanghiun Ishm 167
itu
begitu berbekasdi
benak masyarakat Melayu.Ia
disamakandengan
peristiwa-peristiwabesar
sebelumnya: hengkangnya penlqah Inggris, penjajah Jepang, dan masa kemerdekaan. Sejakperistiwa
itu,
kebijakan baru di bidangpolitik
dan ekonomi segeradisusun. Masyarakat
Melayu
memegang kendalipolitik
nasional,kemudian
lahir
Neut Economic Policy(NEP) yang
meryaniikan penanggulangan ketertinggalan masyarakat Melayu dalam bidang ekonomi dan pendidikan. Duapuluh
tahun kemudian kebijakantersebut dapat
dilihat
hasilnya, termasukpada
generasi yang bergabung dalam gerakan-gerakan semacam gerakanda'wah
ini.Tapi
ironisnya,
kata
Nash,
pemerintahbanyak
menghabiskan energinyauntuk
meredam kebangkitan Islam tersebut. Kemun-culan dan kepiawaian gerakanda'wah
mengejutkan pemerintah(zoo).
Perbedaan
etnik
yaflg menyulut peristiwa
13 Mei
itu
merupakan
produk dari
sejarah kolonialisme bangsa Malaysia.Proporsi
antaraetnik
Melayu, Cina, dan
India
masing-masing adalah 5Oo/o, 38o/o, dan 11o/o.Tapi
di
bagian-bagian kota tertentu, dua etnis yang minoritas ini merupakan mayoritas.Masa transisi dari Peristiwa 13 Mei hingga Malaysia kembali ke demokrasi parlemeter tahun t972, adalah masa aktivisme
mahasis-wa.
Tapi
bentuk aktivismenya lebih bersifat nasionalistik, belum bersifat Islam.Anwar
Ibrahim muncul
sebagai presidenABIM
(Angkatan
Belia Islam Malaysia), suatu organisasi da'wah paling depan.Dalam
suatu
wawancaratahun
1982,Anwar
Ibrahim mengatakan,"Banyak
isu
kemiskinan masyarakat Melayu, bahasa,dan
korupsi.
Semuaitu
merupakan
masalah bagi kelangsunganumat,
kelangsunganras Melayu.
Selamaini
kitaselalu memikirkan semua masalah
ini
dengan kerangka yang di luar Islam, padahalkita
bisa memecahkannyalewat Islam".
Dalam perkembangan selanjutnya persoalan-persoalantersebut
diung-kapkan dengan menggunakan idiom-idiom Islam: "yang dirugikan" diganti dengan "umat", dan "pemecahan" diganti dengan "ajaran-qaranlslam" (705).Pengalaman peristiwa 13 Mei itu jelas meradikalisasi mahasiswa
dan
orang-oranglain
yang
terlibat
di
dalamnya.Tapi
kenapa peristiwaitu
juga memunculkan geiala Islamisasi? Apakah keterli-batan mereka dalam peristiwaitu
dipandang sebagai jihad, danini
kemudian mendorong mereka mendalami al Qur'An dan Hadtth?
168 Article Reoiru
Nash memandangnya tidak demikian. Sebab, katanya, mereka atau orang-orang yang menyaksikan peristiwa
itu
lebih memandangnya sebagaiperistiwa
mengamukdari
pada
jihad.
Semenataraitu
Islamisasi terjadi setelah peristiwa itu.Di
kalangan mahasiswaini
adayang lebih
mencurahkan perhatian mereka pada kesalehanyanglebih idividual sifatnya. Tapiada pula yang mengartikulasikan
trrr*
mereka dalam idiom-idiom revivalisyang
menyerukan segera ditegakkannya negara Islam. Situasi Islam di tingkat internasional banyak mempengaruhiseman-gat revivalis mereka.
Situasi atau peristiwa pertama
di
tingkat
internasional, kata Nash, yang mendorong kebangkitan gerakan da'wahini
add,ahoil
boom
tahun
70-an,
dan
bangkitnya kekuatan
negara-negarapenghasil
minyak
dalam
hubungan mereka dengan kekuatan-kekuatan Barat. Semuaini
dipandang sebagai rahmat dari Allah, suatu dispensasi khusus. Pendapatanminyak
dari
negara-negaraArab juga membantu kegiatan da'wah di Malaysia, lewat lembaga-lembaga
Islam
internasional . sepertiLiga Muslim Dunia
yangberbasis
di
Mekah. Bagi masyarakat Muslim Malaysia, kata Nash,ketika minyak
ditemukandi
lepaspantai
Malaysia,maka
itu
diartikan
sebagai tandadari
karuniaAllah
bagipengikut
Nabiterakhir: Allah telah
memberkati bangsa-bangsaIslam
denganminyak hingga mereka mampu bersaing dengan bangsa-bangsa lain yang menerima pemberian Tuhan dalam bentuk yang lain (706).
Peristiwa kedua adalah revolusi Islam Iran yang dipimpin Imam Khomeini. Kata Nash peristiwa
ini
turut
membangkitkan Islam di Malaysia.Gerakan
da'wah
yangtumbuh
juga merupakan kompensasip^r^
mahasiswakarena
aktivitas-aktivitaspolitik
mahasiswa dilarang pemerintah. Sementara kegiatan-ke giatan keagamaan tidak masuk ke dalam larangantersebut.Para
aktivis
mahasiswa padatahun
70-an, setelah dilarangberpolitik
di
kampus,dan
setelah mereka menjadiaktif
dalam kegiatan keagamaan, merekajuga
aktif
menjadi pekerja-pekerja sosial yang membantu masyarakat miskin di pedesaan t fang belum kebagian kue pembangunan(704.Di
belakang para mahasiswa ini, khususnyaAnwar
Ibrahim dan aktivislain
di
sekelilingnya, adatokoh-tokoh
intelektual yang memberikan pemikian keislaman: SyedM.
Naquib
al-Attas dan Immadudin Abdurrahim (Immad).Identitas Negara-Bangsa dan Kebanghitan Ishm 769
Kata Nash, Immad membawa gagasan pembaruan Islam (Islamic renel!)al) dari Indonesia.
Di
sini Nash tidak mencermati perbedaan "pembaruan Islam" yang berkembangdi
Indonesia dan semangatkeislaman yang dibawa dan disosidisasikan Immad di Malaysia.
Di
situ mungkin ada perbedaan substansial yang tak bisa diabaikan.Pada tahun
l97t
Anwar dan al-Attas mendirikanABIM,
suatuorganisasi
ekstra-kurikuler,
yurg
melaluinya
gerakan da'wah menyebardi
kampus-kampus.Mereka
sangatkritis
terhadappemerintah yang
dikuasai
UMNO, dan
menekankan
agerpemerintah lebih banyak memperhatikan masyarakat Melayu yang lebih miskin dibanding etnis yang lain. Harapan mereka terhadap Islam merupakan respons terhadap ketidakmampuan
UMNO
dan part^t-partarpolitik
lain,
termasukyang
menamakan dirinya sosialismekerakyatan,
dalam
memecahkan persoalansosial-ekonomi masyarakat Melayu.
Pemerintah berusaha menanggulangi persoalan masyarakat
Melayu
y{rg
sebagaianbesar
di
pedesaantersebut
denganmemberikan kemudahan
untuk
mengenyam pendidikan tinggi.Para
mahasiswayang
berasaldari
desa-desaini
banyak
yang kemudianaktif
dalam gerakan da'wah, karena, kata Nash, kota dengan segala karakteristiknya merupakan sesuatu yang asing bagi mereka, dan membuat mereka kehilangan orientasi. Agamadi
sini berperanuntuk
memberikankembali
orientasi
dan
identitas merekayang
berasaldari
pedesaanini.
Padatahun
70'an iuga ditandai dengan membanjirnya mahasiswa yang pergikuliah
ke luar negeri, khususnya Inggris. Inggris merupakan lingkungan yang sangat berbeda, dan jelas mengasingkan mereka. Sekali lagi agamakemudian menjadi
kekuatanyang
memberikanorientasi
dan identitas mereka.Di
lingkungan yang asingini
mereka juga banyakmenjalin kontak
dengan mahasiswa-mahasiswaMuslim
yang berasaldari
negara-negaraMuslim
lain,
dan
di
sanalah mereka mengenal apa yang disebut sebagai revivalisme Islam. Para aktivis gerakan da'wahini
mengeritik bahwa pemerintah Malaysia tidak Islami.Di
kalangan mahasiswayangaktii
dalam gerakan da'wahini
Islam disampaikan secara langsung dan personal,dari
mulut
kemulut,
darihati
kehati.
Organisasi mereka adalah organisasi sel,yang dikenal dengan usrab, biasanya terdiri dari 10 mahasiswa dari jenis kelamin yang sama.
170 Article Resku
Para
aktivis
gerakanda'wah
ini
kemudian menyebar ke masyarakat. Jumlah mereka cukup besar.Di
Universitas Malaya saja misalnya, 60-70o/odari
para mahasiswa Melayuikut
terlibatdalam
gerakanini.
Jumlah
yang
samajuga
ditemukan
padamahasiswa
Melayu
yang belajardi
luar
negeri.Indikator
yang dianggap sensitif dari jemaah gerakanini
adalah pakaian mereka,tenrtama
yang dari kaum
hawa.Dilihat dari
pakaiannya, kata Nash, sedikitnya ada tigatingkat
komitmen jamaahda'wah
ini: yang komitmennya minimal biasa mengenakan semacam telekungmini;
yang menengah biasanya mengenakan hijab, yang menutup seluruhtubuh
dari ujung rambut hingga ke matakaki;
dan yang paling tinggi komitmennnya mengenakan hijab tapi dengan warna hitam, dan disebut purdab (710).Para mahasiswa lokal
itu
sebagian besar aktif diABIM.
Tapi di sampingitu,
gerakanda'wah
ini
banyakdiwarnai oleh
Darul Arqam, Jama'at-i Tabligh, danyangpaling baru dan paling radikal adalahRepublik Islam.
Dari
kelompok-kelompokda'wah ini
ABIM
adalah yarLg
paling
terorganisir,
tapi
belakangan mendapatkan tantangan dari Republik Islam.Karena banyak
anggotay^ng
lemah
dasar
pengetahuan agamarry^, makaABIM
membuka program-program studi tentangkeislaman
yang
dikombinasikan dengan materi-materi
ilmu pengetahuan sekular.Di
sampingitu
ABIM
juga
aktif
dalam kegiatan sosial-ekonomi, terutama dalam bentuk koperasi-koperasi.Dibanding
kelompok-kelompokda'wah
lain, ABIM
adalah yang paling kurang chauvinistik. Tapi sentimen anti Cina dan pro Melayu diABIM
dapat dirasakan seperti pada kelompok-kelompok da'wah lain. Dalam perdebatan mengenai kemungkinan Malaysia dijadikan negar^ Islam,ABIM
tidak begitu jelas sikapnya. Memang pernah ada hubungan antaraABIM
dan PAS,tapi
hubunganini
bukan tanpa
masalah. Paraaktvis
ABIM
yang
revivalis tidak mudah bekerjasama denganaktivis
PAS yang banyak diwarnai pemikiran ulama konservatif (711). Kekaburan sikappolitik ABIM
ini
terlihat terutama ketikatokoh
sentralABIM,
Anwar Ibrahim, lebih memilih bergabng denganUMNO
ketimbang dengan PAS. Karenaitu
dalam perkembang nnya menjadi jelas bagaimana sikappolitik
ABIM.
Ia tetap menekankan identitas Islam, tapi menerima kenyataan bahwaMalaysia
merupakan bangsa yang multi-etnis dan multi-religius (71 1).Identitas Negara-Bangsa dan Kebangkiun Ishm 77 L
Sejauh
mana
kelompok-kelompok
da'wah
ini
punyasignifikansi
politik
pada
tingkat makro
di
Malaysia,
sangattergantung pada bagaimana mereka berinteraksi dengan
UMNO
dan PAS, dua partaipolitik
yangbanyak bersaing memperebutkan massadari
kelompok Islam.
Namun
demikian, bagaimanapun pergumulan antar^PAS danUMNO
berlangsung, Ym1jelas, kata Nash, gerakan da'wah punya pengaruh terhadapkultur
politik
di Malaysia,dan
respons partai-partaipolitik
terhadap tantangan gerakanda'wah
tersebut akan menentukan nasib demokrasi di Malaysia Ql3).\(alaupun
belum
ada respons yang jelas dan tunggal dari pemerintah terhadap gerakanda'wah
ini, tapi
umum
dirasakanbahwa gerakan
ini
punya
pengaruh negadf terhadap kesatuan Malaysia, juga terhadapUMNO
sendiri. Karenaitu
pemerintah,UMNO,
berusaha menggembosi gerakanini
walaupun tidak secaraterang-terangan. Apa yang dilakukan pemerintah kemudian adalah
membuat
organisasi-organisasida'wah
sendiri.
Kehidupan keagamaandi
tingkat birokrasi
digalakkan sehingga nampak menjadilebih
Islami. Media Massa, yangdikontrol
pemerintah, juga tampil dengan warna keislaman yang lebih nyat^. Pemerintah juga membentuk PERKIM (Penubuhan Kebajikan Islam'Malaysia), yang sangat agresif berda'wah kepada kelompok-kelompok non-Muslim, dan sering memberitakan statisdk orang-orang yangkon-versi
ke
Islam.
Di
satu
pihak da'wah
ini
dapat menetralisir ancaman dari gerakan da'wah lain,tapi
di
pihak lai:n tetnyata iatelah
ikut
membangkitkan
rasa
keberagamaan kelompok-kelompok non-Islam (Kristen, Hindu, dan Buddha) (715).Perbedaan
Kultur
danPolitik
Kalau
di
Malaysia dampak kebangkitan Islam seperti terlihatdalam
gerakan-gerakanda'wah
ini
terhadappemerintah
dan masyarakat sangat terasa, maka bagaimana dengan di IndonesiaiDalam tulisan
ini
Nash memberikan gambaran yang sifatnya sangatinformatif
rcntang Islam Indonesia, terutama bagiorang-orang asing atau yang kurang
tahu
tentang Islamdi
Indonesia.Namun
diawali dengan suatu Proposisi yang sudah sangat sering diungkapkan para Indonesianis tahun 50 dan 60-an,"di
Indonesia, tenrtama di Jawa, lebih dari separuh penduduk Indonesia tinggal,172 Article Reaieu
suatu agama
sinkretik
telahtumbuh,
di
mana Islam dominan, namun unsur-unsur Hindu-Buddha dan animistetap
ada" (7L6).Kategori santri-priyayi-abangan
dari
Geertz digunakan juga oleh Nashdi
sini untuk
memahami kehidupanumat
Islamdi
Jawa.Bahkan
dikatakannya,
sekarangkelompok
abangan
adalah mayoritas, suatu kelompok Muslim yang ddak ada padanannya diMalaysia.
Yang
sepadan denganIslam
di
Malaysia
adalahkelompok santrl.
Karenaitu
spektrum keragaman Islamdi
In-donesia lebih besar dibanding di Malaysia.Akibatnya, ketika
fundamentalismemuncul
di
Indonesia, ia mendapat tantangan yanglebih
beragam.la
juga harus bersaing dengan kelompok-kelompok yang kuat yang hampir atau bahkansama sekali bukan Islam.
Ini
suatu kontras antara Islam di Malaysia dan Indonsia, padahaldi
Malaysia Islam hanya 45o/o sedangkan di Indonesia 80o/o, dandi
Malaysia Islam adalah^garn
resmi negara satu-satunya, sedangkan di Indonesia bukan.Di
sampngitu,
di
Indonesia ada Departemen Agam^ y^ngcakupannya nasional,
dan
karena
itu
urusan-unrsan agernatersentralisasi secara nasional, sedangkan di Malaysia, kalaupun ada
kementerian
un$an
Agama,tapi tidak
begituefektif
kontrolnyasecara nasional, karena negara-negara bagian sangat kuat perannya dalam unrsan-urusan Islam. Karena
itu
secara birokratis, Islam diMalaysia
lebih
beragamdibandingkan dengan
di
Indonesia kalaupun umat Islam Indonesia secara kultural lebih beragamQlZ).Perbedaan keislaman masyarakat Indonesia yang
lebih
besardibandingkan dengan masyarakat Malaysia, dapat
dilihat
dalampolitik
Indonesia. Sejak kemerdekaantelah terjadi
pergumulan apakah Indonesia hendak dijadikan negara Islam. Pergumulanitu
tenrtama
antarakelompok
santri
dan abangan.Yang
pertama menghendaki agar Indonesiadijadikan
negara Islam, sedangkanyang
kedua
menghendakiIndonesia
menjadi
negara-bangsaIndonesia,
yang
lebih
bersemangatkan nasionalisme. Dalam pergumulanini
aspirasi kelompok santri yang hendak menjadikan Indonesia sebagai negaraIslam
dapatditekan
apakah secarakonstitusional atapun militer. Indonesia adalah negara-bangsa yang berdasarkan Pancasila dan
UUD
45.Belajar
dari
pergumulanpolitik
tahun
50-an dan awal 60-anyang
pahit
itu,
Orde
Baru memandang mendesak dilakukannya restrukturisasipolitik. Tidak
adalagi
partaipolitik
yang bolehIdentitas Negara-Bangsa dan Kebanghiun hlam 173
berasaskan agaffLa. Semua partai
politik
harus berasaskan Pancasila.Terlalu banyaknya partau.
politik
dipandang sebagai sumberinsta-bilitas,
maka partai-partaipolitik
difusikan. Partai-partaipolitik
yang berbasiskan umat Islam difusike
dalam satu partai, Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Sementarapemerintaht fang
didominsi Angkatan
Bersenjata, membentuk Golongan Karya,suatu wadah bagi artikulasi
politik
Angkatan Bersenjata dan politisi sipil yang bersedia bekerjasama dengannya.Karena
itu
sejaktahun
t965, kata Nash, sistempolitik
yangdikontrol
secara ketat oleh pemerintah munculdi
Indonesia. Parapemimpin
y^ng
mengendalikansistem
politik
ini,
yakni pemerintah, tidak pernah menggunakan simbol-simbol Islam untuk menjustifikasi rejimnya, tapi lebih banyak menggunakan ideologi nasional (Pancasila) yang disebarkanoleh
agen-agen Peneranganseluruh negeri,
termasuk sistem pendidikan (724).
Di
sini pemerintah merupakan kekuatanpolitik
tunggal, tanpakontrol
yang berarti dari kekuatan
politik
lain.Dalam
konteks
itu
kalau
muncul
semacam gerakan fundamentalismeIslam yang
dipandang mengancam, Angkatan Bersenjata (AB) akan menekannya.AB
dipandang sah melakukanini
karena ia dipandang sebagai ahli waris revolusi nasional dengan gudang senjata simboliknya yang kuat.Di
sampingitu,
keragamankeisalaman
penduduk yang
lebih
besar,
tidak
mendukung kemunculan fundamentalisme Islam, dantidak
heran kalau umattidak terkejut ketika
pemerintah merepresi
gerakan fu ndamentalisme tersebrt
(h.7 24) .Secara terbuka stabilitas Indonesia disandarkan pada kekuatan
militer.
Tidak
demikian halnya dengandi
Malaysia. Pemerintah pusat Malaysia adalah hasilkoalisi
antara
kelompok-kelompok etnis, dantidak
ada sistem simboldi
kalangan mayoritas Melayu yang merryaingi Islam.Militer
Malaysia juga tidak Punya legitimasihistoris
untuk
berperan sepertimiliter
Indonesia.Ketika
teriadi peristiwa 13Mei
1968,militer
Malaysia tidaktampil
sebagai satukekuatan
politik
alternatif, sePerti kasus Indonesia pada tahun lg65.Paraelitepolitik
dan militer Malaysia tidak melihat alternatiflain
selain menegosiasikan kembali kekuatan-kekuatan yang adasejalan dengan keinginan
untuk
memberikanhak
istimewa yang lebih besar terhadap etnis Melayu dan memberi keterbukaan yanglebih
besar pada gerakan Islam yanglebih
militan.
Karenaitu
174 Article Reoim
Malaysia menjadi lebih mudah terkena fundamentalisme
di
arenapolitik
dibandingkan dengandi
Indonesia. Namun demikian, kata Nash, yang terpenting dan berdampak lebih panjang bukan karenasistem
politik
Malaysia
lebih
terbuka
yang
membuatfundamentalisme
lebih
mudahhadir
di
arenapolitik,
melainkan persoalan identitas yang sejalan dengan persoalan etnis. Perbedaan budaya dan etnis di Malaysia cenderung mengarah pada perbedaan agama hingga garis pemisah atau pertentangan^ntara kelompok etnis dan budaya dalam sistem sosial menjadi besar.
Sementara
itu
di
Indonesia kelompok-kelompok minoritas sebagian besartidak
mengharapkan memperoleh status negara di tingkat nasional; mereka nampak puas menjadi satu di antara blok-blok bangunan bangsa yangberagam. "Kesatuan dalam keragaman" nampaknya bukan sekedar slogan kosong melainkan betul-betul berakar dalam fakta sosial Indonesia. Ia nampaknya telah dihayatibetul
oleh
mayoritas
orang-orang Indonesia.Memang
adapersoalan dominannya
kebudayaanJawa,
atau
kebudayaan-kebudayaanlain
padatingkat lokal
seperti kebudayaan Batak di Sumatra, ada pulafaktor
etnis yang mempenganrhi sikappolitik
dan ekonomi,
tapi tidak
pernah faktor-faktor yang berbeda-beda tersebut bertemu hingga menjadi kekuatan yang ingin membentuk entitas nasional yang bervisi Islam fundamentalis.Militer
Indonesia merupakan kekuatan yang berjasa menumpaskelompok-kelompok
ekstrim
y^ng
dipandang
mengancam kesatuan bangsa.Ini
merupakan legitimasi bagi peranABRI
dalam arenapolitik
Indonesia hingga ia punya posisi istimewa, suatu hal yangtidak
dimiliki AB
Malaysia. Makna-makna dan posisi-posisistruktral
etnisitasdi
Indonesia jugalebih
memungkinkan untuk mengedepankan kekuasaan sekular dan tidak mendapat tantangan terbuka dari kelompok-kelompok keagamaan. Kekuasaan sekular pemerintah pusat bersandar pada ideologi yang sebagian bersifat keagamaan, walaupun bukan Islam sepenuhnya. Pancasila dapatditafsirkan secara luas
tapi
tak
bisa ditafsirkan bahwa Indonesia sebagai negara teokrasi. Pancasilaini
tidak
memungkinkan bagitumbuhnya
fundamentalismedi
Indonesia,tapi
tetap
memberi tempat pada agama. Atas nama Pancasila danUUD
45 pemerintahcepat bertindak
terhadapmunculnya
ektrim
kiri
(Komunis) maupunektrim
kanan (fundamentalisme Islam). Dan pemerintahyang dipimpin
PresidenSuharto
telah
berhasil
menjadikanIdentita Negara-Bangsa dan Kebanghitan khm L75
Pancasila sebagai asas
bagi
setiap
organisasipolitik
maupunorganis asi sosial kema sy ar akat^n.
Sejalan dengan
aspirasipemerintah tersebut,
Himpunan Mahasiswa Islam(HMI)
menyatakan "Islam yes, partai Islam no". BagiHMI,
kepentinganpolitik
dapat menodai pembaruan iman dan akan membuat Islam dengan mudah dimanipulasi (h.725).Alat
kunci
lain
bagi
kontrol
pemerintahatas
a1ama diIndonesia
adalah Departemen Agama(Depag).
Ia
mencakup seluruhg^m
yangdiakui
di
Indonesia,tapi
kelompok Muslim santri dominan di dalamnya.\Walaupun pemerintah mengontrol kehidupan keagamaan, dan
menekan
munculnya fundamentalismeIslam,
tapi
kehidupan keagamaan belakangannampak
semaki:nmarak.
Masjid-masjidpenuh,
pelaksanaanibadah
puasa Ramadhansemakin
baik, perempuan dengan busana Muslimahnya semakin banyak, dandemikian
juga tuntutan umat
Islam
terhadap kejelasan statusmakanan. Dengan demikian
Islam
menjadi semakin penting bagiidentitas v/arga negara Indonesia.
Tapi
semuaitu
tidak
sampai berkembangke tingkat
tumbuhnya gerakan fundamentalis yang signifikan secarapolitik.
Dibandingkan
dengan Indonesia, sumber-sumber ideologis Malaysiatidak
begitu kuatuntuk
membendung fundamentalisme Islam. Gerakan nasionalisdi
Malaysia tidak begitu berhasil dalammembentuk identitas Malaysia. Identitas Indonesia adalah fakta sosial
dan
budaya, sementara identitas Malaysia adalah warga negara yangterdiri
dari etnis Cina, Melayu,India,
dan lainlain.Gagasan tentang bumiputra, yang menekankan hubungan atas dasar
tanah Malaysia dari pada
^gallr'a Islam, merupakan manuver
politik
yang
tidak
besar implikasinya.Ini
menunjukan suatu upaya lebihjauh
dalam rangkaian upayayang
tak
henti-hentinya untuk mendefinisikan siapa orang Malaysiaitu.
Upaya semacamini
tak diperlukan lagi di Indonesia, karena identitas yang dicari sePertiitu
telah ada (h.726).Dalam konteks
internasional, Indonesiadan
Malaysia jugapunya
gambaranyang
berbeda. Sejakrezim Orde
Baru
naik, Indonesia cenderungke
Barat, sementara hubungannya dengan negara-negar^Islam
relatif
tetaP
sePerti
masa
sebelumnya' Sedangkan Malaysia terus meningkatkan hubungan dengana
176 Article Reoizw
negara Islam, dan belakangan pemerintahan Mahatir menunjukan sikap Malaysia yang lebih kritis terhadap Barat.
Persoalan itu juga dijelaskan Nash sebagai refleksi dari situasi di
dalam negeri.
Berbeda dengan Indonesia,Malaysia
dituntut mendefinisikan posisinya dalam dunia Islam yang luas untukmem-perkuat
identitasnya.Dilihat
dari luas wilayah dan
buoaya, Indonesia tidak punya tuntutan untuk itu. Indonesia tidakmembu-tuhkan
sumber identitasdari luar untuk
mendefinisikan dirinva $.zzz1.Kontradiksikontradiksi
dalam Masyarakat MalaysiaKalau
diringkaskan,
kata
Nash,
setidak-tidaknyaada
5kontradiski dalam masyarakat Malaysia yang
ikut
menyebabkan lahirnya fundamentalisme di negeri Jiran tersebut.Pertama, kenyataan bahwa Malaysia merupakan negara sekular, tapi mengakui Islam sebagai egama resmi negara.
Kedua, ada kementerian
yang
mengurus masalah agama ditingkat
nasional,tapi
masing-masing negara bagianjuga
diberiotonomi untuk
mengurus masalah agama mereka. Akibatnya sering terjadi ketidakcocokan antara kebijakan nasional dan negara bagian, atalu^ntara negara bagian yang satu dengan negara bagian yanglain.
Ketiga, seorang Malaysia
tidak
mesti Muslim, dan
seorangMuslim tidak mesti seorang Malaysia.
Di
sini tidak ada kepastian. Identitasdi
Malaysia terus menerus dalam pencarian. Kelompok fundamentalis ingin keluar dari ketiakpastianini,
mencari identitas yang lebih dari sekedar bentukan dari proses sosial, dan menemu-kannya dalam konsep Islam absolut t fang dipandang transendental,stabil, dan
kebal terhadap erosi sepertiy*g
mereka inginkan terhadap kemelayuan selama ini.Keernpdt,
tumbuhnya
perbedaan-perbedaankelas
dalamkelompok etnis Melayu sendiri. Dengan pembangunan ekonomi, perbedaan kelas
di
antar^ etnis Melayu sendiritak
terhindarkan, sejalan dengan persainganantar
kelompok-kelompoketnis itu
sendiri.
Pengelompokanetnis Melayu
ke
dalam
kelompok aristokrat, petani, dan pegawai negeri diperumit dengan munculnyakelas
menengahbaru dan
kelasproletariat
kota.
Ketegangan terberat dirasakan dalam kelas menengah baru, yang muncul lebihIdentita Negara-Bangsa dan Kebangkian Iskm L77
belakangan.
Mereka menemukan gayahidup kota
yang asing,hampa, dan samar. Tuntutan bagi toleransi antar kelompok etnik membuat identitas
individu
dan nilai-nilai budayainti
terancam. Gerakan da'wah dipandang pas oleh kelompokini
dan disambut sebagai benteng pertahan bagi pembebasan dan pengukuhan diri.Dengan demikian
fundamentalismeseperti yang
dihadirkan kelompokda'wah
muncul dari krisis kelompok menengah baruini,
akibat dari keteganganyang disebabkan oleh modernisme Baratdalam suatu masyarakat
multi
etnis
politik
yang terbuka
dankompetitif.
Kelima, munculnya kesadaran keagamaan yang
tak
mampu ditampungortodoksi.
Karenaortodoksi
memposisikan dirinya dalam ketidakjelasan, berada ant^r^ kesadaran akan keragaman dan konsep tentang Islam sebagai kebenaran tunggal.Fundamentalisme Islam
dalam
bentuk
gerakan da'wah merupakan salahsatu
respons terhadap ketegangan-ketegangan tersebut. Sebagai respons terhadap keadaanini,
gerakan da'wah dapat dipandang sebagai gerakan sosial dengan ideologi dan sistemsimbol
y^ng
berorientasi
keagamaan.Gerakan
ini
hendak memecahkankonflik
sosial dan personal dan membangun suatudunia yang lebih
memuaskandan
punya
tujuan, yang
padaakhirnya menuju keselamatan. Kata Nash, bagi generasi Melayu sekarang, terutama yang mengenyam pendidikan
tinggi
sekular, mereka sangat yakin bahwa aktivitas dan keyakinan mereka akanmenentukan
bentuk dan
masa depan identitasMelayu,
agamaIslam, dan integrasi nasional di Malaysia
b.73t).
Fundamentalisme
(dan
sosialisme
revolusioner)
masih merupakan kemungkinan-kemungkinan, bukan hany adi
Malaysia tapi juga di Indonesia. Sebagian karena keduanya sama-sama punya pandangan bldaya Asia Tenggara tentang makna perubahan sosial.Di
kedua negaraini,
perubahan dipandang sebagai penyelamatan.Untuk
program perubahan sosial, suatu rasa kelurusan moral yang kuat telah menjadi unsur yang niscaya, dan argumen-argumen yang terpusat pada kegunaanpolitik tidak
cukup.
Politik
pragmatik hampir tak punya daya cengkeram dalam imajinasi nasional keduabangsa
ini.
Perubahan dipandangtidak
bernilai kecuali
iamemberikan sumbangan pada
tujuan akhir
yang
lebih
besar,keselamatan sosial dan kultural yang mengarah pada keselamatan, kedamaian, kelimpahan, dan harga
diri di
dunia ataupundi
hari778 Article Reoim
akhir
kelak.
Pandanganpolitik
sebagaiperiuangan
untuk memperoleh makna hidupini,
bukan sebagai seni kemungkinan, menumbuhkan etos orang-orang Melayu di Malaysia dan juga elite santri ataupun abangan di Jawa.Sejumlah tema yang disuarakan oleh anggota gerakan da'wah
di
Malaysia
dan
anggotaMasjumi
di
Indonesia tampaknyamenggemakan
ap^ yang dikumandangkan al-Ikhwandi
Mesir, Jamaat-i Islamidi
Pakistan, dan bahkan mahasiswa-mahasiswa diQr-,
Iran,
sebelumImam Khomeini
meninggal. Kebangkitan Islamdi
Malaysia, seperti jugadi
belahanlain
dari
dunia Islam, sangat bertumpu pada tema-tema anti-Barat dan anti-modern. Bagi anggota-anggota gerakan da'wah, Barat dipandang tenrtama sebagaiancaman terhadap
"y*g
lain".
Maka bagi gerakanda'wah
Barat adalahmusuh
pertama.Ia
agresoryang
menyebarkan sistem pendidikan dan menguasai sains, dan dengan berhasil menggunakan sains tersebutuntuk
menjabarkan atheisme, materialisme, dan dekadensi moral di jantung Islam Malaysia.Dilihat
dari situ,
serangan-serangan anti-modern berkaitandengan
masalahhilangnya
makna
hidup ddam
masyarakatmodern.
Tidak
hadirnya
tujuan-tujuan
transendental dalam kehidupan kontemporerdikutuk. Aktivitas
dalam dunia modernsifatnya
harryainstrumental, suatu
rangkaianalat
yang
tak berujung, yang mendorong pada suatu ekses konsumsi hedonistik.Tapi
kebangkitan Islamdi
Malaysiatidak
menolak sains Barat,melainkan berusaha meletakkannya dalam kebijaksanaan, yang
biasanya diungkapkan
dalam terma-termaArab.
Keburukan masyarakat Barat biasanya dihadapkan dengan kebesaran Islammasa lalu untuk menuniukan keluhuran Islam tersebut.
Ciri-ciri
Fundamentalisme Islam Asia TenggaraDari gerakan da'wah di Malaysia dan kehidupan keagamaan di Indonesia
Nash menarik
sejumlah abstraksiy*g
menunrtnya merupakanciri-ciri
sosial dankulturd
fundamentalisme Islam di Asia Tenggara.1.
Kelompok-kelompok fundamentalis menyandarkanargumen-argumennya pada bacaan secara
literal
ataskitab
suci.
Al
Qur'An, Hadith, dan Shari'ah,y"t
g disajikan tanpa perdebatan-1
Identitu Negara-Bangsa dzn Kebanghiun hhm 179
teologis atau interpretasi mendalam, menrpakan landasan bagi keyakinan normadf dan perilaku mereka.
Masa
lalu
yang ideal dikonstruksidari
bacaan secara literai terhadapkitab
suci tersebut, dan dihadirkan sebagai sesuatuyang dapat dicapai
di
masa yang akan datang. Masalalu
dan masa depan yang agungini
digambarkan bertentutgxt dengan degradasi^garn dan budaya sekarang ini. 'Walaupun
masa lalu diperlakukan sebagai model, tapi apayang diupayakan kaum fundamentalis bukan hanya memutar jarum jam ke belakang melainkan menciptakan masyarakat ideal yang didasarkan pada qaran-ajaran
Islam
dalamkonteks
realitaskontemporer. Dengan
demikian
y^ng
ditekankan
kaum fundamentalis adalah perubahan di sini dankini.
Tujuan jangka pendeknya adalah reformasi masyarakat, yan1 dalam jangkap anj ang menuju keselamatan.
Kaum
fundamentalis mengorganisasidiri
merekake
dalam bentuk jaringan, dengan seorang pemimpin dan struktur yarLgmenyerupai sel. Semangat kelompok
ini
adalah menyebarkan ideologinya pada orang lain dan memonitor perilaku individu-individu jannahnya.Kelompok gerakan
ini
secara aktif cenderung menentang Barat modern. Hedonisme dan materialisme dipandang sebagai jalanmenuju
sekularismedan
pemujaandiri.
Tapi tidak
berarti gerakanini
anti sains dan teknologi.Kelompok
ini
menggabungkan anti-modernisme dengan upaya untuk mempertahankan identitas etnik. Ia berusaha melakukan perubahan cepatke
arah terwujudnya kesamaan sosial dan budaya yang lebih besar bagi kelompok etnis yang tertindas. Sehinggaia
menarik
anak-anakmuda yang
tidak
nyaman dengan mobilitas sosial sekarang -apakahitu
mobilitas spatialdari
desake kota,
atau mobilitas kelas dan status sosial dari kelas bawahke
kelas menengah,dari
petani atauburuh
ke kelas yang berstatus salariat atau proletariat.Keberadaan gerakan fundamentalis sangat bergantung pada seorang pemimpin karismatik yang mamPu memobilisasi massa
bagi aksi
politik
bila krisis sosial dankultural yang
berlarut-larut
besarnya melampaui kapasitas
institusi-institusi berwenang yang ada untuk menanganinya.Sudia hkmika Vol. I, No. 2, 1994
4.
5.
6.
180 Article Reoicu
8.
Fundamentalisme membawa suatu teodisi,yang
dengannyasegala sesuatu yang menimbulkan penderitaan dapat dijelaskan
secara maknawi sebagai akibat dari iman yang benar.
Akhirnya Nash mengingatkan, karena Islam menyediakan kosa kata protes dan jan'|, maka ketikaterjadi krisis sosial, ia akan hadir dalam kehidupan
politik
dan budaya di kedua bangsa ini.Tipe Kebangkitan Islam Lain
Analisis Nash di atas banyak memberikan gambaran sangat
ber-harga
untuk
memahami kebangkitanIslam
di
Malaysia dan Indonesia. "Kebangkitan Islam" sebagai "fundamentalisme Islam", kata Nash lebih kuat di Malaysia dibanding di Indonesia.Argumen-argumen
y^ng
dikemukakan
Nash
bertumpu pada
jalinanp.ib"d""t,
sejarah, sosial,politik,
dan kebudayaan antara keduabangsa ini.
Sejarah peniaphan
Inggris
atas Malaysiadan
Belanda atasIndonesia telah melahirkan warisan-warisan
politik
Islam
yang berbeda bagi kedua bangsaini
ketika
keduanya memasuki alamkemerdekaan.
Pemerintah
kolonial
Inggris
berbeda
dengan pemerintah kolonial Beianda, tetaP memberikan wewenang kepadaiultan-sultan
Melayu
untuk
mengatur
masalah-masalah yang berkaitan dengan kehidupan keagamaan. Hubungan Islam dengan lingkungan istana-istanaini
tetap teriaga. Dalam perkembangannyakelak,
setelah kemerdekaan, keadaanini
memungkinkan Islam tetap menjadi sentraldi
lingkungan rap-ri1a, dan pada akhirnya Islam punya tempat yang sentral dalam kulturpolitik
Malaysia.Penjajahan Inggris juga tidak melahirkan kelompok nasionalis yang kuar, dan tidak pula melahirkan angkatan bersenjata nasional
yan[
begitu menonjol.
Karena masa peralihan kekuasaan darik"rq
^n
Inggris kepada
kekuasaan negara-bangsa Malaysiaberlangsung
dengan
relatif
damai
dibandingkan dengan
di Indonesia. Angkatan bersenjata Malaysia tidak punya pengalaman sejarah yang cukup untuk menjustifikasi dirinya sebagai kelompok yang terdepan dalam pembentukan negara-bangsa Malaysia.-
Lair- d"ttg"tt
Indoesia. Seiarah pembentukan negara-bangsaIndonesia melewati suatu pergumulan yang melahirkan kelompok nasionalis dan angkatan bersenjata yang kuat. Bahkan Peran sentral angkatan bersenjata
Indonesia
(ABRI)ini
bukan saja pada masaa
Identita Negara"Bangsa dan Kebanghiun Ishm 18 1
merebut kemerdekaan,
tapi
jugawaktu
Indonesia mengisi alam kemerdekaanini.
ABRI-lah yang dipandang paling depan dalammenumpas ancaman-^ncaman
yang
dipandang membahayakan integrasi nasional, apakahitu
dari ektrim
kanan ataupunkiri.
ABRIlah
misalnya yangberdiri
paling depan dalam menumPasDI/TII
dan PKI. Karenaitu
ABRI punya legitimasi historis untuk menjustifikasi keterlibat annya di pentaspolitik
nasional Indonesia,suatu
hal
yang
tidak dimiliki
angkatan bersenjata Malaysia. Indonesia juga punya pengalaman pergumulan antara kelompok Islam dan kelompok nasionalis, sejak sama-sama berjuang merebut kemerdekaan. Indonesia punya sejarah perdebatan ideologis yangmewakili dua
kelompok
ini,
misalnya
anteraM.
Natsir
dan Sukarno, suatu hal yang ddak ditemukan padanannya danterukir
kuat dalam sejarah pembentukan negara-bangsa Malaysia.
Pergumulan bangsa Indonesia itu pada akhirnya mengental dan membentuk identitas bangsa Indonesia yang khas, seperti
tenrmus-kan
dalam Pancasila danUUD
a5.
Jadi identitas negara-bangsaIndonesia sudah begitu jelas.
Nash melihat pergumulan bangsa Indonesia
itu
sebagian karena perbedaan orientasi nilai masyarakat Indonesia' terutama Jawa.Di
sini,
seperti banyak para Indonesianis lainnya, Nash menunjuk perbedaan antarasantri
dan abangan, suatu perbedaan kultural yangtidak
ditemukan padanannya pada negara-bangsa Malaysia. F{arus diakui bahwa orang-orang abangan itu juga bagian dari umat Islam. Karenaitu
aspirasi santri yang menghendaki negara Islam misalnya, mendapat tantangan justeru dari bagian umat Islamitu
sendiri
(abangan).Ini
menunjukanIslam
di
Indonesia tingkat keragamannyalebih
besar dibandingdi
Malaysia.Tapi
tingkat keragamanini,
kata Nash,
tidak
berkembang menjadi sumberkonflik
yang memecah belah negara-bangsa Indonesia, karena tetap berada dalam kesatuan yang bertumpu pada identitas nasional yangjelas.
Sementara Malaysia, walaupun
tingkat
keragaman Islamnyatidak
sebesar Indonesia,ia
belum punya identitas nasional yang jelas. Ia terus-menerus dalam proses pencarian. Dan dalam Proses pencarianini
belum
ada sistemsimbolik yang
bisa menyaingi sistem simbolik Islam, karenaitu
Islam tetap dominandi
kalangan etnis Melayu yang merupakan elitepolitik
negerijiran
ini.
Semuakekuatan
politik
yang berbasis Melayu, PAS danUMNO,
terusL82 Artfule Rnim
berlombalomba
menggunakan bahasapolitik
Islam.
Tuntutanuntuk
menjadi"lebih Islami"
dirasakandi
kalangan kelompok-kelompokpolitik
Melayu.Itulah
yang membuat Malaysia lebih mudah terkena gerakanfundamentalisme
Islam
dibanding
Indonesia.
Gerakanfundamentalis
punya
dampak terhadap masyarakat
danpemerintah,
terhadap
kekuatan-kekuatanpolitik.
Gagasan"Islamisasi" yang dilontarkan Perdana Mentri Mahatir Muhammad misalnya,
dapat difahami
merupakan respons terhadap situasitersebut. Bahkan semakin
aktifnya
Malaysiadi
dunia
Islam internasional dalam banyak hal juga berakar dalam situasi dalam negeri seperti itu.Nash
juga
memandang,tidak
adanya sistemsimbolik
yang mampu bersaing dengan sistem simbolik Islam di kalangan Muslim Melayu, membuat persainganuntuk
mengklaim lebih Islami dari masing-masingkelompok
Muslim-Melayutak
dapat
ditengahi. Mereka sama-sama berada dalamlingkup
sistemsimbolik
Islam.Pemerintah
atau
UMNO
yang
beradadalam
lingkup
sistemsimbolik
tersebut, karenaitu,
tidak
punya legitimasi yang kuat untuk merepresi kelompok-kelompok fundamentalis.Tapi
dengan dilarangnya salah satu kelompok da'wah, DarulArqam, oleh
pemerintah Malaysiaakhir-akhir
ini,
kerangka penjelasan Nash di atas harus ditinjau ulang.l Sebab pelarangan atasDarul Arqam
tersebut menunjukkan bahwa persamaan sistemsimbolik Islam
antara pemerintah Malaysiadan
Darul
Arqam,tidak
cukup kuatuntuk
meredam potensi represif dan otoritariandari
penguasa, terutamaketika
kehadiran suatu kelompok sosialseperti
Darul Arqam
dipandangcukup
mengganggu stabilitas kekuasaannya.Nash memang menulis empat tahun sebelum pelarangan atas
Darul
Arqam
tersebut
terjadi.
Tapi
"gangguan"dari
kasuspelarangan
atas
Darul
Arqam
tersebut menunjukkan
bahwa kerangka penjelasankultural
Nash belum
mampu menangkap logika dari fenomena kebangkitan Islamdi
negeri Jiranini.
Atau memangtidak
ada logika tersebut dalam realitas sosial-keagamaanseperti fenomena kebangkitan Islam
ini.
Lantas kalau begitu, apasebenarnya yangdicari oleh seorang ilmuan sosiali
Lepas
dari
persoalan tersebut, dalam tulisannyaNash
juga menggunakan konsep "kebangkitan" (resurgence), revivalisme, danIdentius Negara-Bangsa dan Kebanghitan Ishm 183
fundamentalisme secara bergantian hingga memberikan kesan tidak ada perbedaan
pengertian ant^ra
konsep-konsepitu.
Padahal"kebangkitan"
Islam punya
Pengertianyang
lebih
luas
dari "fundamentalisme" Islam. Chandra Muzaffarz dalam studinya atasgerakan Islam kontemporer
di
Asia Tenggara menunjukkantipe-tipe
gerakan
keislaman
yang
terkandung
dalam
konsepkebangkitan
Islam
(klamic
resurgence)tersebut.
Selain fundamentalisme, dalam konsep kebangkitan Islam tersebut juga terkandung misalnya apa yar'g dikenal dalam sejarah pemikiran Islam sebagai reformisme atau modernisme Islam.Akibat penyempitan pengertian "kebangkitan Islam" ke dalam "fundamentalisme
Islam", banyak
hal
penting
dan
fenomenal tentang Islamdi
Indonesia kontemporer terabaikan, Ymg justeru sangatpenting diketahui dunia.
Akibat lebih lanjut,
Nash melakukan perbandingan tentang kebangkitan Islam Malaysia dan Indonesia secara tidak seimbang. Islam Indonesia hanya dibaca atasdasar literatur-literatur
tertentu
y^ng lebih
menunjukkan keunggulankultur
Jawa atas Islamdi
arenapolitik
dan budaya Indonesia. Kerangkadikotomis
Geertz santri'abangan dliadikan sebagaitulang
punggung analisisnya.Dalam konteks
tertentu' kerangkaini
mungkin
ada benarnya.Tapi
kalau
kerangkaini
digunakan tanpa memperhatikan konteks yang telah mengalami perubahan, misalnya dari masa Orde Lamake
masa Orde Baru,i"rrtn
ot"ttg
akan heran apakah Nashini
ingin
memahami Islam Indonesia atau memperlakukandirinya
sebagai praktisi kerangkaGeertz.
Beberapa
hasil studi
pascaGeertz
menunjukkan
bahwakerangka Geertz
tidak lagi
relevanuntuk
memahami IslamIndonesia. Bambang Pranowo3
dalam studinya atas
suatukomunitas
di
pedesaanJawa
menemukanbahwa
polarisasi keagamaan santri dan abangan, telah mengdami perubahan secarasubstansial. Semua