!"#$%&'(")$#*&+,$-&./%0&12&3/0&1&4$5!#&6217&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&89:;
GENDER ANALISIS DAN PEMETAAN INDEK
PEMBERDAYAAN DI KABUPATEN KUTAI
KARTANEGARA
! "#$%$& !'&( ))%!*&%!'+,&*+!'+-&+()./+-(+!0& IN KUTAI KARTANEGARA REGENCY
ACHMAD JAIS
Peneliti Muda Balitbangda Kabupaten Kutai Kartanegara Unikarta_tenggarong@yahoo.co.id
ABSTRACT
This study attempts to know the state of the existing attainment empowerment index gender and to know the map to scatter ( mapping ) index gender empowerment Kutai Kartanegara . The data that has been obtained perceived respondents through a questionnaire that have been distributed . Data analyzed by the use of a statistic analysis spss version 10 with the statistic descriptive . A scale of measurement used is likert scale . The result showed index gender empowerment Kutai Kartanegara seen from representation of in parliament . The analysis showed that laki-laki dominated represent the community in perlemen indicated by average survey results in of 3,5 from the answers respondents !"#$%&'%($)%&*!$+%!$,'-.!$+%!$"/!."'!$01.$21 !#$3%12!4$5(6$0.1 $+%!$"#32!.3$10$+%!$.!371#4!#+3$ which means low. Index gender empowerment Kutai Kartanegara seen of decision making , men are 41 &#"#+$&+3$.1*!$&8"+!4$2&+%$+%!$"#$"/!."'!$10$9(:$2%&8%$ !"#3$%&'%$($)%&*!$+%!$,'-.!$+%!$"/!."'!$ for women only at 2.1 which means low . Index gender empowerment Kutai Kartanegara seen from +%!$Q !$4&3+.&;-+&1#$<$+1$+%!$"/!."'!$01.$ !#$10$=(5$2%&8%$ !"#3$%&'%$<$2%&*!$+%!$,'-.!$+%!$"/!."'!$ for women of 2.8 which means being .
Key words: Indek Gender Empowerment , Representativeness of , Decision-making and Income
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi eksisting perkembangan tingkat pencapaian indek pemberdayaan gender dan untuk mengetahui peta sebaran (mapping) indek pemberdayaan gender
12&,34563789&,5732&,3:7398;3:3<&'373&=39;&78>3?&1268:@>8?&48:13A3:B39&68:A86A2&:8A6@9189&C8>3>52& B58A2@98:&=39;&78>3?&12A843:B39<&&'373&12393>2A2A&189;39&C89;;593B39& >37& 93>2A2A&$7372A72D&$)$$& E8:A2&FG&189;39&(87@18&$7372A72D&'8AB:2672H<&$B3>3&689;5B5:39&=39;&&12;593B39&313>3?&$B3>3&"2B8:7<&
Hasil penelitian menunjukkan Indek Pemberdayaan Gender Kabupaten Kutai Kartanegara dilihat dari keterwakilan dalam parlemen. Hasil analisis menunjukan bahwa laki-laki mendominasi mewakili masyarakat dalam perlemen yang ditunjukan dengan rata-rata hasil survei dilapangan sebesar 3,5 dari jawaban responden yang berarti tinggi. Sedangkan angka rata-rata bagi perempuan menunjukan sebesar 1,5 dari jawaban responden yang berarti rendah. Indek Pemberdayaan Gender Kutai kartanegara dilihat dari pengambilan keputusan, laki-laki lebih dominan perannya yang ditunjukan dengan angka rata-rata sebesar 3,8 yang berarti tinggi. Sedangkan angka rata-rata bagi perempuan hanya sebesar 2,1 yang berarti rendah. Indek Pemberdayaan Gender Kutai kartanegara dilihat dari distribusi pendapatan, angka rata-rata untuk laki-laki sebesar 4,1 yang berarti tinggi, sedangkan angka rata-rata bagi perempuan sebesar 2,8 yang berarti sedang.
PENDAHULUAN
Beragam permasalahan yang
dialami perempuan pada masalalu maupun kini, tentu saja tidak luput dari perhatian B@C59273A&98;3:3I98;3:3&12&15923<&'3>3C& berbagai kesempatan kerap perempuan selalu dijadikan objek eksploitasi, serta adanya upaya marginalisasi perempuan.
Padahal, bila ditinjau dari konteks
kehidupan bermasyarakat perempuan mempunyai hak yang sama dengan laki-laki untuk diperlakukan secara adil dalam berbagi peran di segala bidang kehidupan. Keprihatinan negara-negara di dunia diwujudkan dalam berbagai bentuk pertemuan yang menghasilkan serangkaian deklarasi dan konvensi dan telah tercatat dalam dokumen sejarah. '2C5>32&13:2&12D875AB399=3&The Universal Declaration of Human Rights J'8B>3:3A2& Universal Hak Asasi Manusia) oleh Majelis Umum PBB di tahun 1948 yang kemudian diikuti oleh berbagai deklarasi serta konvensi lainnya.
Salah satu tujuan Millenium Development Goals (MDGs) dari delapan tujuan yang telah dideklarasikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tahun 2000 adalah mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Target yang ingin dicapai dari tujuan tersebut adalah Menghilangkan ketimpangan gender di tingkat pendidikan dasar dan lanjutan pada 2005 dan di semua jenjang pendidikan sebelum tahun 2015. Hal tersebut sesuai dengan tujuan pembangunan manusia Indonesia yaitu mencapai kesetaraan gender untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia tanpa membedakan laki-laki dan perempuan.
Metode pengukuran yang kedua
adalah Indeks Pemberdayaan Gender
J%'*KL yang mengukur kemajuan perempuan dalam dunia politik dan
8B@9@C2<& %'*& C8C68:>2?37B39& B831339&
dimana pria dan perempuan dapat aktif dalam politik, ekonomi serta berperan serta dalam proses pengambilan keputusan. Jika IPG fokus pada variabel/
A7375A&2912E215L&%'*&>842?&D@91@9;&B86313&
bagaimana pemanfaatan variabel/status individu tersebut dapat dimanfaatkan dalam kehidupan.
%'*& 1239;;36& A843;32& 3>37&
penentu kebijakan yang sangat efektif, karena dapat mengukur dimensi, yang dulu sangat sulit untuk dibandingkan antar daerah apalagi jika untuk perbandingan antar negara.
Tujuan penyusunan Indek Pemberdayaan Gender yaitu :
a) Mengetahui kondisi eksisting
perkembangan tingkat pencapaian indek pemberdayaan gender di Kabupaten Kutai Kartanegara ? b) Mengetahui peta sebaran (mapping)
indek pemberdayaan gender di Kabupaten Kutai Kartanegara ?
Pembangunan Manusia menurut M!') (united nation development programme) diartikan sebagai “suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk” yang Elemen-elemennya secara tegas menggaris bawahi sasaran yang ingin dicapai, yaitu : “hidup sehat dan panjang umur, berpendidikan dan dapat menikmati hidup layakN&JM!')IFOOPK<
Kecenderungan menguatnya
isu strategis yang terkait dengan
pembangunan manusia tersebut seiring
dengan semakin berkembangnya
!"#$%&'(")$#*&+,$-&./%0&12&3/0&1&4$5!#&6217&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&8=2; masyarakat serta semakin terbukanya
arus informasi dan komunikasi dalam era globalisasi dan persaingan global. Model pembangunan manusia menurut M!')& 78:A8457& 13637& 12B8C439;B39& melalui upaya pemberdayaan penduduk. Pemberdayaan penduduk dapat dicapai melalui upaya yang menitikberatkan pada peningkatan kemampuan dasar manusia yaitu meningkatnya derajat kesehatan, pengetahuan dan ketrampilan agar dapat digunakan untuk mempertinggi partisipasi dalam kegiatan ekonomi produktif, sosial budaya dan politik.
Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Indeks Pemberdayaan Gender
merupakan indeks komposit yang
tersusun dari beberapa variabel yang mencerminkan tingkat keterlibatan wanita dalam proses pengambilan keputusan dibidang politik dan ekonomi.
1. Keterwakilan Perempuan dalam Parlemen
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk membangun kehidupan kebangsaan yang lebih baik. Perbaikan kualitas, status, dan peran perempuan dalam pembangunan memiliki peranan penting untuk meningkatkan keadilan sosial. Banyak analisa memberikan bukti, rendahnya pendidikan dan keterampilan perempuan, derajat kesehatan dan gizi yang rendah, serta terbatasnya akses terhadap sumber daya pembangunan akan membatasi produktivitas bangsa, membatasi pertumbuhan ekonomi, dan C89;5:39;2& 8QA289A2& 68C439;5939& A8D3:3& B8A8>5:5?39<& '89;39& 18C2B239L& upaya peningkatan kualitas perempuan dilakukan dalam rangka menciptakan kesetaraan hak-hak asasi dan keadilan sosial bagi perempuan dan laki-laki,
A8:73& 3>3A39& 8QA289A2& 8B@9@C2& 13>3C& pembangunan.
Upaya peningkatan kualitas perempuan meliputi banyak hal, tidak hanya dibidang sosial dan ekonomi saja, tetapi juga di bidang politik. Seperti yang diketahui, bahwa pekerjaan di bidang politik tampaknya tidak mudah karena memerlukan persyaratan tinggi seperti pengetahuan yang luas tentang berbagai hal yang menyangkut persoalan 6@>272B<& '89;39& 18C2B239L& B878:>243739& perempuan dibidang politik akan membawa pengaruh besar terhadap keputusan yang menyangkut kepentingan perempuan. Tetapi sayangnya, secara kuantitas jumlah perempuan yang berpartisipasi dalam politik khususnya A843;32&39;;@73&63:>8C89&J43D3R&')-'K& kecil. Padahal, menurut UU No.12 Tahun 2003, kuota perempuan untuk dapat berpartisipasi dalam politik sekitar 30 persen. Namun jumlah keterwakilan perempuan di parlemen hasil pemilu 2009 hanya mencapai 2 (dua) kursi dari 45 kursi atau sekitar 4,44 persen yang 313& 12& ')-'<& Angka ini diharapkan dapat meningkat tajam pada pemilu legislatif 2014 mengingat kepala daerah Kabupaten Kutai Kartanegara adalah seorang perempuan sehingga diharapkan dapat memotivasi perempuan-perempuan setempat untuk berkarya dan berkarier di bidang politik.
Keadaan ini terjadi pada setiap periode pemilihan umum keanggotaan
')-'& 12C393& ?3A2>& 13:2& 68C2>5& 78:A8457&
masih didominasi laki-laki. Untuk mencapai target kuota sebesar 30 persen yang seringkali dituntut oleh banyak kalangan tampaknya masih jauh.
dalam pengambilan keputusan di Kutai
,3:7398;3:3& =39;& 125B5:& C8>3>52& %'*&
belum menunjukkan pergerakan kearah yang lebih baik, perubahan yang mungkin terjadi adalah ditahun 2014 dimana akan diselenggarakannya pemilihan umum legislatif.
2. Persamaan Peranan dalam
Pengambilan Keputusan
Perempuan sebagai makhluk
yang lemah dan hanya berkutat pada urusan rumah tangga saja lambat laun semakin memudar. Hal ini didukung oleh semakin terbukanya peluang perempuan untuk berpartispasi di berbagai bidang pembangunan. Namun keadaan ini terlihat lebih menonjol hanya di daerah perkotaan yang sarat dengan kemajuan di berbagai bidang. Sebenarnya peranan perempuan untuk berpartisipasi di berbagai bidang pembangunan telah diakui dan dihargai. Tidak ada satu katapun dalam pasal-pasal MM'& FOPS& =39;& 48:A2H37& 12AB:2C29372H& terhadap perempuan. Undang-undang telah mengatur persamaan hak dan kewajiban bagi setiap warga Negara baik laki-laki maupun perempuan untuk
menjalankan perannya di berbagai
kehidupan.
Pada kenyataannya, perempuan
masih mengalami ketertinggalan
dibandingkan dengan laki-laki pada
bidang-bidang seperti pendidikan,
ketenagakerjaan, maupun pengambilan keputusan. Namun demikian, pemerintah terus berupaya mendorong keterlibatan
perempuan dalam pembangunan
melalui peningkatan kapabilitas dasar $'(<& ,8A8:25A39& 68C8:2973?& 13>3C& mengupayakan peningkatan kapabilitas perempuan untuk tercapainya kesetaraan gender ditandai dengan dibentuknya
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPP & PA). KPP dan PA merupakan lembaga pemerintah yang diberi mandat formal berupa amanat dan tugas serta tanggung jawab dalam menangani pembangunan kesetaraan
gender, pemberdayaan perempuan,
dan perlindungan anak. Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk
mendorong kesetaraan gender di
berbagai bidang kehidupan sudah mulai tampak hasilnya. Secara kuantitas banyak perempuan telah menduduki jabatan strategis yang memungkinkan perempuan
dapat berperan sebagai pengambil
keputusan. Namun dari aspek kualitas masih banyak hal yang perlu ditingkatkan terkait dengan kompetensi bersangkutan.
3. Perkembangan Sumbangan
Pendapatan
'2& T2>3=3?& ,5732& ,3:7398;3:3L&
sumbangan pendapatan perempuan meningkat dari 22,03 persen ditahun 2010 menjadi 22,26 persen ditahun 2011. Sumbangan pendapatan ini terkait dengan 2 (dua) faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor angkatan kerja dan upah yang diterima. Berdasarkan Sakernas Agustus 2011, angkatan kerja perempuan di Kutai Kartanegara mengalami penurunan menjadi 30,25 persen, yang pada Agustus 2010 berada di titik 30,92 persen. Meskipun penurunannya tidak nyata, tetapi sangat berarti karena angkatan kerja ini merupakan proporsi antara laki-laki dan perempuan. Jika perempuan mengalami penurunan proporsi maka laki-laki mengalami peningkatan proporsi sehingga tetap 100 persen.
Faktor upah, secara nominal setiap tahun selalu mengalami peningkatan baik upah yang diterima pekerja laki-laki
maupun perempuan. Hal ini dikarenakan adanya penyesuaian upah nominal yang diterima pekerja sebagai
dampak dari biaya kebutuhan hidup yang selalu mengalami kenaikan agar kemampuan daya beli masyarakat tetap terjaga.
Pada penghitungan IPG ,maupun
%'*L& B@C6@989& 563?& C89;;593B39&
data upah buruh di sektor non-pertanian. Peran kaum perempuan dalam perusahaan sudah semakin menyamai kaum laki-laki. Hal ini dapat dilihat dengan semakin banyaknya perempuan yang ikut ambil bagian di dalam perusahaan.
'3:2& 4848:363& 6898>27239& 12A8457B39&
bahwa pekerja laki-laki pada umumnya memperoleh upah lebih tinggi daripada pekerja perempuan. Hal ini disebabkan karena perempuan memperoleh lapangan pekerjaan dan jenis pekerjaan yang lebih terbatas dari laki-laki.
Hasil Survei Struktur Upah, pada umumnya upah pekerja produksi laki-laki lebih tinggi dibandingkan upah pekerja produksi perempuan. Namun, pola yang sama tidak terjadi pada sektor pertambangan di tahun 2010. Upah pekerja produksi laki-laki sektor pertambangan pad atahun 2010 sebesar Rp.4.448.400,- lebih kecil apabila dibandingkan dengan upah pekerja produksi perempuan yang sebesar Rp.5.856.600,-. Perbedaan upah pekerja produksi menurut jenis kelamin, paling mencolok terdapat pada sektor industry tahun 2010, yakni upah pekerja produksi laki-laki 34,7 persen lebih tinggi daripada upah pekerja produksi perempuan. Jika dilihat antar tahun, upah pekerja produksi di semua lapangan usaha, baik laki-laki maupun perempuan mengalami peningkatan pada tahun 2010.
Kenaikan upah pekerja produksi paling tinggi terjadi pada pekerja perempuan di sektor pertambangan, dengan kenaikan sebesar 91,8 persen.
Pada tahun 2010, perbedaan tingkat upah pekerja non produksi antara pekerja laki-laki dan perempuan disumbang dari perbedaan jenis pekerjaan yang diduduki oleh pekerja perempuan. Tidak dapat dipungkiri bahwa jenis pekerjaan yang diduduki pekerja perempuan didalam perusahaan sangat terbatas dengan tingkat upah yang berbeda pula. Jenis pekerjaan yang diduduki pekerja perempuan pada tenaga non produksi umumnya adalah sekretaris, akuntan, tenaga administrasi, dan tenaga penjualan.
Secara keseluruhan, penduduk perempuan menerima upah lebih rendah dibanding laki-laki. Namun pertanyaannya, apakah perbedaan upah yang diterima perempuan dan laki-laki dapat dikatakan adanya kesenjangan gender dalam dunia kerja? Untuk menjawabnya masih diperlukan kajian lebih lanjut. Namun yang pasti perbedaan upah yang diterima antara laki-laki dan
68:8C6539& 48:689;3:5?& 78:?3136& %'*<& Banyak faktor yang diduga sebagai penyebab adanya perbedaan upah yang diterima laki-laki dan perempuan, antara lain dilatarbelakangi oleh masalah klasik, yaitu perempuan yang bekerja hanya dianggap untuk membantu perekonomian
keluarga, sementara laki-laki tetap
sebagai pencari nafkah utama. Faktor lain yang juga berpengaruh pada perbedaan tingkat upah adalah tingkat pendidikan. Kecenderungan pendidikan perempuan lebih rendah dibanding pendidikan laki-laki jelas berpengaruh pada perbedaan
upah yang diterima antara laki-laki dan perempuan.
Berdasarkan data Sakernas,
sebagian besar pekerja perempuan bekerja di sektor jasa yang umumnya di perdagangan, dan jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan. Sedangkan jenis pekerjaan yang dilakukan perempuan sebagai tenaga usaha perdagangan, dan status pekerjaannya sebagai buruh/ karyawan dan pekerja tidak dibayar. Kategori pekerjaan seperti ini umumnya produktivitasnya rendah dan upah yang dibayarkan relatif kecil. Sementara itu, pekerja laki-laki lebih banyak bekerja di sektor padat modal, sebagai tenaga profesional, teknisi dan kepemimpinan sehingga upah yang diterima relatif besar. Perbedaan yang mendasar terkait lapangan, jenis dan status pekerjaan menyebabkan gap upah yang diterima pekerja laki-laki dan perempuan.
METODE PENELITIAN
'373& =39;& 124575?B39& 13>3C& penelitian ini terbagi atas data primer (yaitu data yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri secara langsung dari obyek penelitian) dan data skunder (data yang dikumpulkan peneliti secara tidak langsung atau C89;;593B39& A5C48:& >329K<& '373& 6:2C8:&
dikumpulkan dengan menggunakan
teknik wawancara (interview). Interview adalah teknik pengumpulan data dengan
jalan tatap muka langsung (face to
face) antara pewawancara/pencacah dengan responden. Untuk meminimalisir
kelemahan teknik interview maka
dalam melakukan wawancara petugas dipandu dengan instrument berupa daftar pertanyaan/questionare.
'373& =39;& 78>3?& 1268:@>8?&
berdasarkan persepsi responden melalui kuesioner yang telah disebarkan, dianalisis
dengan menggunakan alat analisis
statistic SPSS versi 10 dengan metode statistic deskriptif. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert.
'373& 6:2C8:& 1268:@>8?& C8>3>52&
metode purposive sampling (responden
1278736B39& @>8?& 6898>272<& '3>3C&
pengumpulan data peneliti telah
menetapkan informan kunci yaitu kepala bagian kesra yang ada di masing-masing kecamatan yang dianggap mengetahui tentang komponen indek pembangunan gender dan pemberdayaan gender pada 12 kecamatan. Sedangkan data skunder yang diperlukan sebagai pendukung 3973:3& >329& 313>3?& -)U()'L& )'-VL& 6:@Q>& B34563789& 139& 6:@Q>& B8D3C3739& yang berhungan dengan kependudukan, kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, yang didapatkan dari berbagai instansi yang terkait.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Indek Pemberdayaan Gender (IDG) Kecamatan
Keterwakilan Parlemen
masyarakat di kecamatan Muara
Muntai, Muara Wis dan Kecamatan Kota Bangun masing-masing laki-laki mempunyai 4 (empat) yang berarti tinggi dan perempuan mempunyai 1 (satu) yang berarti sangat rendah. Kecamatan Tenggarong, Muara Jawa, Muara Badak dan Marangkayu laki-laki mempunyai nilai 4 (empat) yang berarti tinggi dan perempuan mempunyai nilai 2 (dua) yang berarti rendah. Kecamatan Kenohan dan Loa Kulu laki-laki mempunyai nilai 2 (dua) yang berarti rendah dan perempuan
!"#$%&'(")$#*&+,$-&./%0&12&3/0&1&4$5!#&6217&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&8==; Tabel 1. Indek Pemberdayaan Gender Kecamatan
No. Urut Kecamatan Indek Keterwakilan Parlemen Indek Pengambilan Keputusan %918B&'2A7:245A2& Pendapatan (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) L P L P L P 1 Muara Muntai 4 1 4 2 4 3 2 Kenohan 2 1 2 1 3 2 3 Muara Wis 4 1 4 2 5 2 4 Kota Bangun 4 1 4 2 4 3 5 Muara Kaman 5 1 4 2 5 2 6 Tenggarong Seberang 4 3 4 2 4 3 7 Tenggarong 4 2 4 3 4 3 8 Loa Kulu 2 1 3 1 4 3 9 Sanga-sanga 1 1 4 3 4 3 10 Muara Jawa 4 2 4 3 4 3 11 Muara Badak 4 2 4 3 4 3 12 Marangkayu 4 2 4 3 4 3 Rata-Rata 3,5 1,5 3,8 2,1 4,1 2,8 SumberR&'373&'2@>3?L&WGFX Kerangan nilai: 5 Y&A39;37&729;;2 P& Y&729;;2 X& Y&A8139; W& Y&:8913? F& Y&A39;37&:8913?
mempunyai 1 (satu) yang berarti sangat rendah. Kecamatan Muara Kaman laki-laki mempunyai nilai 5 (lima) yang berarti sangat tinggi dan perempuan mempunyai nilai 1 (satu) yang berarti sangat rendah. Kecamatan Tenggarong Seberang laki-laki mempunyai nilai 4 (empat) yang berarti tinggi dan perempuan mempunyai nilai 3 (tiga) berarti sedang. Kecamatan Sanga-Sanga laki-laki mempunyai nilai 1 (satu) yang berarti sangat rendah dan perempuan mempunyai nilai 1 (satu) yang berarti sangat rendah.
Pengambilan Keputusan di
Kecamatan Muara Muntai, Muara
Wis, Kota Bangun, Muara kaman
dan Tenggarong Seberang laki-laki
mempunyai nilai 4 (empat) yang berarti tinggi dan perempuan mempunyai nilai 2 (dua) yang berarti rendah. Kecamatan Tenggarong, Sanga-Sanga, Muara Jawa, Muara Badak dan Marangkayu laki-laki mempunyai nilai 4 (empat) yang berarti tinggi dan perempuan mempunyai nilai 3 (tiga) yang berarti sedang. Kecamatan Kenohan laki-laki mempunyai nilai 2 (dua) yang berarti rendah dan perempuan mempunyai nilai 1 (satu) yang berarti sangat rendah. Kecamatan Loa Kulu laki-laki mempunyai nilai 3 (tiga) yang berarti sedang dan perempuan mempunyai nilai 1 (satu) yang berarti sangat rendah.
Indek Pemberdayaan Gender
Kabupaten Kutai Kartanegara dilihat dari keterwakilan dalam parlemen hasil analisis menunjukan bahwa laki-laki mendominasi mewakili masyarakat dalam perlemen yang ditunjukan dengan rata-rata hasil hasil survei dilapangan sebesar 3,5 dari jawaban responden yang berarti
8.33 0 66.67 0 0 8.33 16.67 33.33 8.33 58.34 0 10 20 30 40 50 60 70
Pe
rs
en
ta
si
(%
)
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat
Rendah Kriteria Laki Perempuan *3C43:&F<&%918B&)8C48:13=339&*8918:&,5732&B3:7398;3:3&'2>2?37&13:2&,878:T3B2>39&'3>3C Parlemen 0 0 83.34 0 8.33 41.67 8.33 41.67 0 16.66 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 P er se n ta si (% )
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Kriteria Laki Perempuan *3C43:&W<&%918B&)8C48:13=339&*8918:&,5732&B3:7398;3:3&'2>2?37&13:2&)89;3C42>39 keputusan 16.67 0 75 0 8.33 75 0 25 0 0 0 10 20 30 40 50 60 70 80 P er se nt as i ( % )
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah Sangat Rendah
Kriteria
Laki Perempuan
*3C43:&X<&%918B&)8C48:13=339&*8918:&,5732&B3:7398;3:3&'2>2?37&13:2&'2A7:245A2
!"#$%&'(")$#*&+,$-&./%0&12&3/0&1&4$5!#&6217&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&8=7; tinggi, sedangkan angka rata-rata bagi
perempuan menunjukan sebesar 1,5 dari jawaban responden yang berarti rendah.
'2A7:245A2& )891363739& 12& Kecamatan Muara Muntai, Kota Bangun,
Tenggarong Seberang, Tenggarong,
Loa Kulu, Sanga-Sanga, Muara Jawa, Muara Badak dan Marangkayu laki-laki mempunyai 4 (empat) yang berarti tinggi dan perempuan mempunyai nilai 3 (tiga) yang berarti sedang. Kecamatan Kenohan laki-laki mempunyai nilai 3 (tiga) yang berarti sedang dan perempuan mempunyai nilai 2 (dua) yang berarti rendah. Kecamatan Muara Wis dan Muara kaman laki-laki mempunyai nilai 5 (lima) yang berarti sangat tinggi dan perempuan 2 (dua) yang berarti rendah.
Indek Pemberdayaan Gender
,5732& B3:7398;3:3& '2>2?37& 13:2& Pengambilan keputusan, laki-laki lebih
dominan perannya yang ditunjukan
dengan angka rata-rata sebesar 3,8 yang berarti tinggi, sedangkan angka rata-rata bagi perempuan hanya sebesar 2,1 yang berarti rendah.
Indek Pemberdayaan Gender
,5732& B3:7398;3:3& '2>2?37& 13:2& '2A7:245A2& Pendapatan, angka rata-rata untuk laki-laki sebesar 4,1 yang berarti tinggi, sedangkan angka rata-rata bagi perempuan sebesar 2,8 yang berarti sedang.
KESIMPULAN
Indek Pemberdayaan Gender
Kabupaten Kutai Kartanegara dilihat dari keterwakilan dalam parlemen hasil analisis menunjukan bahwa laki-laki
mendominasi mewakili masyarakat
dalam parlemen. Indek Pemberdayaan *8918:& ,5732& B3:7398;3:3& '2>2?37& 13:2& Pengambilan keputusan, laki-laki lebih
dominan perannya. Indek Pemberdayaan *8918:& ,5732& B3:7398;3:3& '2>2?37& 13:2& '2A7:245A2&)891363739<
DAFTAR PUSTAKA
BPS, Indeks Pemberdayaan Gender
tahun 2012, Katalog BPS:
2104015.6403, (online) http://
www.google.co.id, diakses 29
Oktober 2013.
BPS, Summary of Citing Internet Sites,
Indeks Pembangunan Gender
tahun 2012, Katalog BPS:
3102017.6403, (online) http://
www.google.co.id, diakses 29
Oktober 2013.
BPS, Summary of Citing Internet Sites,
,5732& '3>3C& 9;B3& WGFF<& J@9>298K& http://www.google.co.id, diakses 29 Oktober 2012
Brata, loysius Gunadi, 2005. Investasi Sektor Publik Lokal, Pembangunan Manusia, dan Kemiskinan. Yogyakarta: Lembaga Penelitian – Universitas Atma Jaya.
'T2&V3A723AL&'8A2L&WGFG<& 93>2A2A&)89;3:5?&
Pengeluaran Pemerintah
Atas Pendidikan, Kesehatan,
dan Infrastruktur Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia
Periode 1969-2009. Semarang:
Fakultas Ekonomi Universitas
'26@98;@:@<&$B:26A2<
Kuriata Ginting S., Charisma, 2008,
Analisis Pembangunan Manusia Di Indonesia, Medan: Sekolah
Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara. Tesis.
M!')L&FOOS&<Human Development Report 1995. New York: Oxford University Press.