• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online)

286

PENGARUH POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER ANAK

Madonna Simanjuntak

YPK Tri Murni Medan

Corresponding author: madonna_simanjuntak@yahoo.com

Abstrak

Era globalisasi saat ini berdampak pada perkembangan karakter anak di Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan karakter anak di SDN 101868 Batang Kuis. Jenis penelitian ini adalah ex-post facto. Desain penelitian ini menggunakan menggunakan metode kuantitatif. Populasi terdiri dari semua orangtua dan siswa di SDN 101868 Batang Kuis. Sampel penelitian yaitu 30 siswa kelas V di SDN 101868 Batang Kuis yang diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling. Instumen untuk pengumpulan data pola asuh orangtua dan karakter anak adalah kuesioner terstruktur yang terdiri dari item yang dikembangkan dengan empat pilihan berdasarkan format likert yang berjumlah 30 item untuk masing-masing variabel. Data penelitian ini memenuhi uji asumsi klasik yang berarti bisa digunakan untuk menganalisis pengaruh variabel independen dengan menggunakan analisis regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola asuh orang tua ternyata berpengaruh positif dan signifikan terhadap pembentukan karakter anak.

Kata kunci: Pola Asuh, Karakter

PENDAHULUAN

Generasi muda adalah generasi yang diharapkan akan mengemban tugas bangsa di masa yang akan datang. Generasi muda memiliki peranan yang sangat penting bagi kemajuan bangsa. Keadaan generasi muda saat ini merupakan gambaran masa depan bangsa puluhan tahun kedepan. Generasi muda diibaratkan sebagai daun muda yang akan terus tumbuh dan pada akhirnya memegang kekuasaan bangsa.

Berdasarkan hal itu, banyak negara memusatkan perhatian untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas dengan membekali generasi muda yang dimiliki. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan pendidikan di negara tersebut. Usaha tersebut tengah digalakkan di Indonesia. Pemerintah melaksanakan berbagai program untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Hal itu dilakukan semata-mata agar individu yang dihasilkan menjadi generasi yang mampu mengemban tugas bangsa dengan baik dimasa yang akan datang.

Pada kenyataannya, generasi muda yang diharapkan menjadi pemegang tongkat masa depan bangsa sering menimbulkan rasa kekecewaan bagi bangsa Indonesia. Berbagai peristiwa yang dipertontonkan di negara ini menunjukkan bahwa generasi muda Indonesia memiliki moral yang kurang baik. Hal ini disebabkan berbagai faktor. Salah satunya adalah pola asuh orang tua dirumuah. Orang tua memiliki peranan penting dalam pemebentukan karakter anak.

Secara etimologis pola dapat diartikan sebagai bentuk, cara sedangkan asuh dapat diartikan sebagai menjaga merawat dan mendidik. Menurut Shocjib (1998:14) mengatakan bahwa pola pertemuan antara orang tua sebagai pendidik dan anak sebagai terdidik dengan maksud bahwa orang tua mengarahkan anaknya sesuai dengan tujuannya, yaitu membantu anak memiliki dan mengembangkan dasar-dasar disiplin diri. Hurlock (1988:256) menyatakan pola asuh orang tua sebagai cara orang tua dalam mendidik anak, yaitu upaya orang tua yang diwujudkan berupa penataan lingkungan fisik, lingkungan sosial anak, dan penentuan nilai-nilai moral terhadap anaknya. Pola asuh orang tua adalah ciri khas dari gaya pendidikan, pembinaan, pengawasan, sikap, hubungan dan sebagainya yang diterapkan orang tua kepada anaknya. Pola asuh orang tua anak akan mempengaruhi perkembangan anak mulai dari kecil sampai ia dewasa nanti (Marsiyanti & Harahap, 2000:51). Sedangkan Sugihartono, dkk (2007:51) menjelaskan bahwa pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang digunakan untuk berhubungan dengan anak-anaknya. Djamarah (2014:51) menyatakan bahwa pola asuh orang tua adalah upaya orang tua yang konsisten dan persisten dalam menjaga dan membimbing anak dari sejak dilahirkan hingga remaja.

Tujuan pengasuhan menurut Hurlock (dalam Casmini, 2007:47) untuk mendidik anak agar anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya dan dapat diterima oleh masyarakat. Baumrind (dalam Casmini , 2007: 47) mengemukakan bahwa pada prinsipnya pola asuh merupakan parental control atau pengawasan oleh orang tua terhadap anaknya. Pola asuh yang diterapkan di setiap keluarga berbeda dengan pola asuh yang diterapkan dikeluarga lain.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua artinya adalah pola perilaku yang diterapkan orang tua kepada anaknya yang diterapkan secara konsisten dari waktu-ke waktu dengan tujuan memberikan penjagaan, perawatan, pendidikan dan pembimbingan sehingga dapat membentuk karakter anak.

Macam-macam pola asuh orang tua dapat dibedakan menjadi tiga diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Pola asuh otoriter (Authoritarian)

Pola asuh otoriter adalah bentuk pola asuh yang menekankan pengawasan orang tua dengan tujuan ank tersebut patuh dan tunduk pada orang tua. Marsiyanti & Harahap (2000: 51) menyatakan bahwa pola asuh otoritatif menitikberatkan pada kedisiplinan.

(2)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online)

287

Santrock (2002:258) menyatakan pengasuhan autoritatif mendorong anak untuk mandiri akan tetapi menetapkan batas-batas dan control terhadap tindakan yang dilakukan oleh anak. Dalam pola asuh ini orang tua membebaskan anak namun tetap memiliki standart untuk dipatuhi oleh anak dengan cara pemahaman.

3. Pola asuh Permisif (Permissive)

Pola asuh permissive adalah orang tua memberi kebebasan sebanyak mungkin kepada anak untuk mengatur dirinya sendiri, anak tidak dituntut untuk bertanggung jawab dan tidak banyak dikontrol oleh orang tua (Sugihartono, 2007: 31).

Karakter adalah sebuah tata kelakuan yang telah mendarah daging dan menjadikannya sulit untuk diubah. Wynne dalam Arismantoro (2008:28) berpendapat kata karakter berasal dari Bahasa Yunani yang berarti “to mark” (menandai) dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku. Lebih lanjut, Setiawan (2014: 60) menyatakan bahwa karakter adalah nilai-nilai yang melandasi perilaku manusia berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum/konstitusi, adat istiadat dan estetika. Dengan demikian, orang yang membiasakan dirinya untuk selalu berbuat baik sering disebut sebagai manusia yang berkarakter.

Kemendiknas (2010:3) mengartikan karakter sebagai watak, tabiat, akhlak, atau keperibadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Karakter sering disebut juga dengan akhlak atau kebiasaan untuk melakukan hal-hal yang baik. Al-Ghazali menggambarkan bahwa ahlak adalah tingah laku seseorang yang berasal dari hati yang baik (Megawangi, 2004:25).

Karakter (character) mengacu pada serangkaian sikap (attitudes), perilaku (behaviors), motivasi (motivation), dan keterampilan (skills). Karakter meliputi sikap seperti keinginan untuk melakukan yangterbaik kapasitas intelektual seperti berpikir kritis dan alasan moral,perilaku seperti jujur dan tanggung jawab, mempertahankan prinsip-prinsip moral dalam situasi penuh ketidak adilan, kecakapaninterpersonal dan emosional yang memungkinkan seseorang berinteraksi secara efektif dalam berbagai keadaan, komitmen untuk berkontribusi dengan komunitas dan masyarakatnya (Arismantoro,2008:27).

Lebih lanjut Alwison dalam Arismantoro (2008:27) mengatakan bahwa karakter diartikan sebagai gambaran tingkah laku yang menonjolkan gambaran benar-salah, baik-buruk, baik secara eksplisit maupun implisit. Menurut Murphy (1998, 22) pendidikan karakter adalah pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai etika inti berakar dalam masyarakat demokratis, khususnya, penghargaan, tanggung jawab, kepercayaan, keadilan dan kejujuran, kepedulian, dan kemasyarakatan kebajikan dan kewarganegaraan.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa manusia yang dapat dikatakan berkarakter adalah manusia yang membiasakan dirinya untuk melakukan hal-hal yang baik sesuai dengan nilai moral yang berlaku di masyarakat. Karakter dan kepribadian sering diartikan sebagai dua kata yang memiliki makna yang sama. Padahal sesungguhnya kedua kata tersebut berbeda makna namun saling terkait. Jika seseorang dikatakan berkarakter, maka perilaku yang ditunjukkan harus sesuai dengan nilai moral yang berlaku dimasyarakat. Sementara kepribadian merupakan sesuatu yang membedakan yang satu dengan yang lain dan dibebaskan dengan nilai. Namun, antara karakter dan kepribadian sama-sama memiliki peranan penuh untuk mengarahkan, menuntun dan mengorganisasikan setiap aktifitas individu.

Karakter yang terbentuk dalam diri seseorang tentu tidaklah secara otomatis diterima oleh manusia. Karakter biasanya didapatkan dari proses pengukiran yang berlangsung lama. Yang dimulai dari Usage (cara), kemudian menjadi Folkways (kebiasaan), hingga pada akhirnya terbentuklah Mores (tata kelakuan/karakter). Manusia bisa saja terlahir sebagai manusia yang bersifat baik, namun seiring dengan pergauulannya di lingkungan masyarakat karakter dapat berubah.

Megawangi (2004:25) menyebutkan ada dua faktor yang mempengaruhi terbentuknya karakter (keperibadian) manusia, faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.

1) Nature (faktor alami atau fitrah) agama mengajarkan bahwa setiap manusia mempunyai kecenderungan (fitrah) untuk mencintai kebaikan namun fitrah ini bersifat potensial.

2) Nurture (sosialisasi dan pendidikan) atau lebih dikenal dengan faktor lingkungan, yaitu usaha memberikan pendidikan dan sosialisasi adalah sangat berperan didalam menentukan “buah” seperti apa yang akan dihasilkan nantinya dari seorang anak.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya manusia terlahir suci, belum terlihat noda apapun. Orang tualah sebagai agen pertama yang menanamkan karakter kepada anak tersebut. Setiap orang tua pasti akan mengarahkan anaknya kepada hal yang baik sehingga anaknya kelak memiliki karakter yang baik. Namun, kehidupan tidaklah sesederhana itu. Anak yang mulai tumbuh dewasa akan bergabung dengan lingkungan luar (teman sebaya, sekolah, tempat kerja, ataupun media massa) yang pada akhirnya menjadi penentu arah karakter seorang anak.

Kementerian Pendidikan Nasional (2010:7-8), yang menyebutkan nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa diidentifikasi dari sumber-sumber berikut:

1) Agama: Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan

(3)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online)

288

pun didasari pada nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama. 2) Pancasila: Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan

kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi, kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara.

3) Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.

4) Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia.

Keempat sumber diatas menjadi sumber nilai karakter yang harus ditanamkan kepada peserta didik. Nilai- nilai karakter tersebut ditanamkan agar terbentuk “a good citizens”.

Berdasarkan keempat sumber nilai di atas, Kementerian Pendidikan Nasional (2010:25-30), menyebutkan nilai-nilai untuk pendidikan budaya dan karakter bangsa sebagai berikut:

1) Religius yaitu sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan pemeluk agama lain.

2) Jujur yaitu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3) Toleransi yaitu sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.

4) Disiplin yaitu tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. 5) Kerja keras yaitu perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan

belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.

6) Kreatif yaitu berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7) Mandiri yaitu sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8) Demokratis yaitu cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9) Rasa ingin tahu yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10)Semangat kebangsaan yaitu cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11)Cinta tanah air yaitu cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. 12)Menghargai prestasi yaitu sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang

berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13)Bersahabat atau komunikatif yaitu tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14)Cinta damai yaitu sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran dirinya.

15)Gemar membaca yaitu kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.

16)Peduli lingkungan yaitu sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki kerusakan alam yang sudah terjadi. 17)Peduli sosial yaitu sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi bantuan pada orang lain dan masyarakat yang

membutuhkan.

18)Tanggung jawab yaitu sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

(4)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online)

289

Demikianlah nilai-nilai karakter yang diharapkan dari peserta didik yang telah disesuaikan dengan sumber Agama, Pancasila, Budaya dan Tujuan Nasional. Berdasarkan penjelasan diatas, penanaman nilai-nilai karakter sangatlah dibutuhkan untuk saat ini. Penanaman nilai-nilai karakter dapat dilaksanakan melalui pendidikan karakter. Susanti (2013) meyatakan bahwa Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara berpikir dan berperilaku sehingga mereka mampu hidup dan bekerjasama dengan keluarga, masyarakat, negara, dan membantu mereka dalam membuat keputusan yang tepat.

Pola asuh orang tua merupakan bentuk atau cara yang diterapkan orang tua kepada anaknya untuk menjaga dan membimbing anaknya sehingga kepribadian dan karakter anak akan terbentuk. Sedangkan karakter adalah suatu tata kelakuan benar salah, baik atau buruk yang sudah mendarah daging yang menjadikannya sulit untuk diubah. Karakter anak akan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor keluarga dan lingkungan. Anak mendapatkan sosialisasi pertama kali di lingkungan keluarga yang mengajarkan anak tentang sesuatu yang baik dan yang benar. Peran dalam menanamkan nilai dan norma tersebut diambil oleh anggota keluarga contohnya adalah orang tua. Pola asuh yang diterapkan orang tua akan menentukan karakter anak.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Hipotesis yang diambil dari hasil penelitian yang telah ada sebelumnya. Hipotesis penelitian ini adalah adanya pengaruh signifikan dan positif antara pola asuh orang tua terhadap pembentukan karakter anak di SDN 101868 Batang Kuis.

METODE

Jenis penelitian ini adalah ex-post facto. Desain penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Populasi dalam Penelitian ini adalah seluruh siswa di SDN 101868 Batang Kuis. Sampel pada penelitian ini adalah 30 orang kelas V di SDN 101868 Batang Kuis. Sampel tersebut diambil dengan menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengukur pola asuh orang tua dan karakter anak adalah kuesioner terstruktur yang terdiri dari 30 item untuk masing-masing variabel yang dikembangkan oleh peneliti, berdasarkan pada empat titik skala Likert dari Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju dan Sangat Tidak Setuju dengan tingkat reliabilitas instrumen untuk kuesioner pola asuh orang tua adalah 0,981 sementara untuk kuesioner karakter anak tingkat reliabilitasnya adalah 0,683.

Penelitian ini menggunakan analisis deskriptif dan teknik analisis regresi sederhana. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan aspek demografis responden, tingkat pola asuh orang tua dan karakter anak. Analisis regresi sederhana digunakan untuk mengukur pengaruh antara pola asuh orang tua terhadap pembentukan karakter anak. Sebelum melakukan analisis regresi, maka perlu dilakukan uji asumsi klasik (normalitas dan heterokedastisitas). Uji normalitas Shapiro-Wilk menunjukkan Sig 0,395 pada data pola asuh dan Sig 0,677 pada data variabel karakter anak. Hal ini menunjukkan bahwa kedua data tergolong berdistribusi normal. Sedangkan untuk heterokedastisitas diperoleh Sig. 0.329 pada variabel pola asuh yang berarti nilai sig > 0.05 artinya data ada homokedastisitas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kuesioner penelitian mengenai pola asuh orang tua diberikan kepada 30 orang tua siswa sebagai sampel penelitian ini. Berdasarkan data tanggapan responden mengenai variabel pola asuh orang tua diperoleh hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa nilai minimum untuk variabel pola asuh orang tua sebesar 66 nilai maksimal sebesar 84. Nilai rata-rata sebesar 74,27 dengan standar deviasi 3,750. Pengkategorian data pola asuh orang tua anak dibuat berdasarkan mean ideal dan standar deviasi ideal yang diperoleh. Kategorisasi pola asuh orang tua disajikan pada tabel berikut:

Tabel 1. Hasil Kategorisasi pola asuh orang tua

Kriteria Interval Skor Frekuensi Presentase

Sangat baik 79,5≤ x 3 10 %

Baik 75 ≤ x ˂ 79,5 12 40 %

Cukup 70,5≤ x ˂ 75 10 33,33 %

Kurang x ≤ 70,5 5 16,67%

Bedasarkan pada tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar pola asuh orang tua anak termasuk dalam kategori baik dengan jumlah 12 siswa atau 40 %, pada kategori Sangat baik yaitu sebanyak 3 orang atau 10 %, kategori cukup baik sebanyak 10 orang atau 33,33% dan kategori kurang berjumlah 5 orang atau 16,67 % .

Berikut ini juga disajikan hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa nilai minimum untuk variabel karakter anak sebesar 85, nilai maksimal sebesar 107. Nilai rata-rata sebesar 96,4 dengan standar deviasi 5,805. Pengkategorian karakter anak dibuat berdasarkan mean dan standar deviasi yang diperoleh. Kategorisasi karakter anak disajikan pada tabel berikut:

(5)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online)

290

Kriteria Interval Skor Frekuensi Presentase

Sangat baik 101,51 ≤ x 7 23.33 %

Baik 96 ≤ x ˂ 101,51 10 33.37 %

Cukup 90,49 ≤ x ˂ 96 8 26,67 %

Kurang x ≤ 90,49 5 16,67 %

Berdasarkan pada tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian besar karakter anak termasuk dalam kategori baik sebanyak 10 orang atau 33,37%, kategori sangat baik yaitu sebesar 7 siswa atau 23.33%, kategori Cukup baik sebanyak 8 orang siswa atau 26,67 % dan untuk kategori kurang diperoleh sebanyak 5 orang atau 16,67%. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa karakter anak di SDN 101868 Batang Kuis termasuk dalam kategori baik. Meskipun terdapat beberapa siswa yang masih masuk dalam kategori kurang. Hal ini juga membuktikan bahwa siswa-siswa di SDN 101868 Batang Kuis memiliki karakter yang baik sesuai dengan yang diharapkan.

Uji Hipotesis

Berdasarkan analisis regresi maka dapat dibentuk persamaan regresi sebagai berikut: Y = α + βX

Y = 110,27 + 0,187 X

Berdasarkan persamaan regresi, maka dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Nilai konstanta sebesar 110,27 dapat diartikan apabila variabel pola asuh orang tua dianggap konstan atau tidak mengalami perubahan, maka pembentukan karakter anak mengalami peningkatan sebesar 110,27 satuan.

2. Nilai koefisien beta pada pola asuh orang tua sebesar 0,187 artinya setiap perubahan variabel pola asuh orang tua sebesar satu satuan maka akan mengakibatkan karakter anak meningkat sebesar 0,187 satuan, dengan asumsi yang lain adalah tetap, sebaliknya penurunan satu satuan pada variabel pola asuh orang tua akan menurunkan karakter anak. 3. Untuk uji hipotesis pola asuh orang tua berpengaruh positif terhadap pembentukan karakter anak di SDN 101868 Batang

Kuis. Berdasarkan hasil analisis diperoleh nilai t hitung sebesar 1,905 dengan nilai signifikansi sebesar 0,035. Hal menunjukkan bahwa nilai signifikansi lebih kecil dari taraf signifikansi 5% (0,023<0,05) dan nilai t hitung lebih besar dari nilai t tabel (1.905 > 1,701) maka Hipotesis didukungoleh penelitian empiris, artinya pola asuh anak berpengaruh positif terhadap karakter anak di SDN 101868 Batang Kuis. Arah koefisien regresi yang berarah positif memiliki arti bahwa semakin baik pola asuh orang tua siswa maka akan semakin baik karakter anak.

Berdasarkan rumusan Hipotesis sebelumnya yang menyatakan bahwa Hipotesis menyatakan bahwa adanya pengaruh signifikan dan positif antara pola asuh orang tua terhadap pembentukan karakter anak di SDN 101868 Batang Kuis didukung oleh penelitian empiris. Hal ini dibuktikan dengan nilai signifikansi sebesar 0,035 yang kurang dari 5% (0,035<0,05) dan nilai t hitung sebesar 1,905 yang lebih besar dari t tabel 1,701 (1,905 > 1,701). Arah koefisien regresi yang positif menunjukkan bahwa semakin baik pola asuh orang tua maka semakin baik pula karakter anak. Berdasarkan perhitungan regresi linier sederhana diperoleh juga koefisien determinasi (R2) sebesar 0.15 menunjukkan bahwa pengaruh variabel pola asuh orang tua (X) terhadap karakter anak (Y) sebesar 15%. Sedangkan sisanya 85% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak jelaskan dalam penelitian ini. Faktor lain yang dapat mempengaruhi karakter anak, selain pola asuh adalah pendidikan yang didapatkan disekolah, pergaulan dilingkungan masyarakat, media massa, serta sturan ditempat bekerja.

Pola asuh orang tua adalah bagaimana cara orang tua dapat membentuk mengarahkan dan membimbing anak untuk dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Pola asuh dapat membentuk baik buruknya kepribadian anak. Dengan demikian pola asuh orang tua dapat membentuk karakter anak.Hasil penelitian menunjukkan bahwa 40% pola asuh orang tua termasuk dalam kategori baik. Hal ini menggambarkan bahwa orang tua sudah cukup baik untuk menerapkan pola asuh yang dapat membentuk karakter anak.

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan penelitian pengaruh pola asuh orang tua terhadap pembentukan karakter anak di SDN 101868 Batang Kuis diperoleh kesimpulan bahwa pola asuh orang tua memiliki pengaruh positif terhadap pembentukan karakter anak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Riati (2016) yang menyatakan terdapat p[engaruh signifikan antara orang tua yang menarapkan pola asuh otoriter, permissive dan autoritatif dalam pembentukan karakter anak usia dini.

Berdasarkan hasil analisis diatas beberapa hal yang dapat dipertimbangkan untuk dilaksanakan kedepannya adalah agar orang tua mempertimbangkan pola asuh yang diterapkan kepada anaknya. Sebagai orang tua sudah sewajarnya memahami tabiat anak masing-masing. Maka dari itu, setiap orang tua diharapkan mampu menanamkan karakter yang baik kepada anaknya melalui pola asuh yang diterapkan. Saat ini karakter telah menjadi fokus utama pemerintah melihat akhir-akhir ini maraknya tindakan-tindakan warga negara Indonesia yang tidak berkarakter. Bahkan pemerintah telah

(6)

http://semnastafis.unimed.ac.id ISSN: 2598-3237 (media cetak) ISSN: 2598-2796 (media online)

291

mencanangkan program pendidikan yang bertujuan menanamkan karakter bagi anak bangsa. Dengan demikian, karya ilmiah dengan topik pembentukan karakter saat ini sangatlah penting dan bagi peneliti selanjutnya agar lebih inovatif dalam menuliskan karya ilmiah. Dengan demikian, akan membantu negara Indonesia untuk mencapai tujuan nasional.

REFERENSI

Arismantoro. 2008. Character Building. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Casmini. 2007. Emotional Parenting: Dasar-dasar Pengasuhan Kecerdasan Emosi Anak. Yogyakarta: Pilar Media. Djamarah, Syaiful Bahri. 2014. Pola Asuh Orang Tua dan Komunikasi Dalam Keluarga. Jakarta: Rineka Cipta Hurlock. 1988. Perkembangan Anak 3. Jakarta : Erlangga

Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum. 2010. Pengembangan Pendidikan Budaya Dan KarakterBangsa. Jakarta.

Marsiyanti, Tri & farida Harahap. 2000. Psikologi Keluarga. Yogyakarta : FIP UNY. Megawangi, Ratna. 2004. Pendidikan Karakter. Jakarta: BPMIGAS.

Riati, Irma Khoirsyah. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Karakter Anak Usia Dini.Infantia Vol. 4, No 2 Agustus 2016 Santrock, John. W. 2002. Life-Span Development: Edisi Kelima. (Alih Bahasa: Juda Damanik, Achmad Chusairi). Jakarta:

Erlangga.

Semiawan. Conny R. 1999. Perkembangan Dan belajar Peserta Didik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Setiawan, Deny & Pandi Setiawan. 2014. Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Kewarganegaraaan. Medan. Larispa. Shochib, Moh. 1998. Pola Asuh Orang Tua. Jakarta: Rineka Cipta

Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Susanti, Rosa. Penerapan Pendidikan Karakter di Kalangan Mahasiswa. Jurnal Al-Ta’lim, Jilid 1, Nomor 6 November 2013, hlm. 480-487

Gambar

Tabel 1. Hasil Kategorisasi pola asuh orang tua

Referensi

Dokumen terkait

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT, atas rahmat dan karunia-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi yang

Di zaman yang serba canggih ini pola sosialisasi juga berubah, bahkan orang tua modern zaman sekarang lebih sibuk dengan gadgetnya dari pada meluangkan waktu

menentukan dan mengarahkan tujuan hidup”. Dalam hal ini informasi yang diberikan kepada siswa adalah tentang pembentukan identitas diri dengan sebaik-baiknya agar

anak dapat terkembangkan sehingga karakter mandiri akan kuat tertanam dalam diri anak sejak dini. Permasalahan yang sering ditemui dalam kehidupan mengenai pola asuh

menyusun produk baru.. Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif: Berpikir dan melakukan sesuatu secara nyata atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru

4 terdapat pengaruh positif dan signifikan secara simultan antara pola asuh orang tua, interaksi teman sebaya dan cara belajar terhadap hasil belajar ekonomi kelas XI IPS di SMA PGRI

Keluarga mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap agama, akhlak atau moral dan sosial yang harus ditunaikan dengan sebaik-baiknya untuk menyiapkan anggota-anggotanya memasuki

Oleh karena itu peneliti melakukan sosialisasi kepada orang tua siswa di SDN 1 Sukamekar memberikan pemahaman pola asuh yang baik agar membentuk karakter anak yang baik pula.. Gambar.1