NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM TRADISI TAHLILAN DI DESA SRATEN
KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
MUHAMMAD FAUZIL „ADZIM NIM. 11114120
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM TRADISI TAHLILAN DI DESA SRATEN KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
MUHAMMAD FAUZIL „ADZIM NIM. 11114120
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
MOTTO
َع ِّٓهَصُٔ ِْزَّنا ٌَُُ .ًلإِصَأََ ًجَشْكُت ُيُُحِّثَسََ .اًشِٕثَك اًشْكِر َ َّاللَّ اَُشُكْرا اُُىَمآ َهِٔزَّنا أٍََُّأ أَ ْمُكَجِشْخُِٕن ًُُرَكِئلاَمََ ْمُكَْٕه
:باضحلاا( .اًمِٕحَس َهِٕىِمْؤُمْناِت َناَكََ ِسُُّىنا َّنِإ ِخاَمُهُّظنا َهِم ١٤
- ١٤ )
“Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah,
zikir yang sebanyak-banyaknya.Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan
petang. Dialah yang memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan
ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada
cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, skripsi
ini penulis persembahkan untuk :
1. Bapak dan ibuku tersayang, Muzazin dan Sri Muflikhah yang selalu
membimbingku, memberikan doa, nasihat, kasih sayang, dan motivasi dalam
kehidupanku.
2. Saudara kandungku adik Aini Aqilatul Munawaroh dan M. Ulul Azmi atas
motivasi yang tak ada hentinya kepadaku sehingga proses penempuhan gelar
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur alhamdulillahi robbil‟alamin, penulis panjatkan kepada Allah
Swt yang selalu memberikan nikmat, kaunia, taufik, serta hidayah- Nya sehingga
dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada nabi agung Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat, serta
para pengikutnya yang selalu setia dan menjadikannya suri tauladan yang mana
beliau satu-satunya umat manusia yang dapat mereformasi umat manusia dari
zaman kegelapan menuju zaman terang benerang seperti ini yakni dengan
ajarannya agama Islam.
Skripsi ini berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Dalam Tradisi
Tahlilan di Desa Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang Tahun 2018.
Topik yang diangkat dalam penulisan skripsi ini bertujuan untuk menggambarkan
nilai-nilai pendidikan karakter dalam tardisi tahlilan di masyarakat desa Sraten
yang selama ini belum banyak diketahui oleh masyarakat desa kecuali ulama atau
mereka yang pernah mengenyam pendidikan formal atau non formal.
Penulisan skripsi ini pun tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari
berbagai pihak yang telah berkenan membantu penulis menyelesaikan skripsi ini.
Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Rektor IAIN Salatiga, Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd.
3. Ketua jurusan PAI IAIN Salatiga, Ibu Siti Rukhayati, M.Ag.
4. Bapak Dr. Miftahuddin, M.Ag. selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan saran, arahan dan bimbingan dengan ikhlas dan kebijaksanaan
meluangkan waktunya untuk penulis sehingga skripsi ini terselesaikan.
5. Ibu Dr. Lilik, M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberi
dukungan dan pengarahan selama masa perkuliahan di IAIN Salatiga.
6. Bapak Muh Aji Nugroho, Lc., MA. yang telah memberikan ide dan inspirasi
kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan, serta
karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan jenjang
pendidikan S1.
8. Kepada K. Matori Mansur selaku Pengasuh Pondok Pesantren Mansya”ul
Huda Desa Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
9. Seluruh perangkat Desa Sraten Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang
10.Seluruh tokoh Agama, Ustadz, dan kyai serta seluruh masyarakat desa Sraten
yang telah membantu dan berpartisipasi dan berkenan untuk memberikan
informasi dan bantuan dalam penulisan sekripsi ini.
11.Sahabat-sahabat seperjuanganku Maimun, Faizal, Gus Alip, Ahsin, Fuadi,
Ulil, Latif, Burhan, Diah Suko, Alfi, Elfa, Aulina, Ririn, Malika, Syukuri,
Aulina, Nastiti, Lina, Marjai, Yusuf, Chuzaini dan Empit yang selalu
memberikan motivasi kepadaku, somoga sukses serta diberi kelancaran dalam
12.Sahabat-sahabati PMII Komisariat Djoko Tingkir Kota Salatiga yang selalu
memberikan motivasi kepadaku dan membantu menyelesaikan skripsi ini.
13.Keluarga besar santri Pondok Pesantren Mansyaul Huda Sraten Tuntang
Kabupaten Semarang.
14.Keluarga Besar LDK Nusantara Salatiga terimakasih atas doa dan motivasinya
sehingga penulisan skripsi ini bisa terselesaikan.
15.Sahabat-sahabat seperjuanganku Posko 1 KKN Giyanti Candi Mulyo Kab.
Magelang (iqbal, daus, mbk anis, mbak mut, bella, ratna, fera) yang selalu
mendoakanku dalam segala hal tak terkecuali menyelesaikan tugas akhir ini.
16.Sahabat-sahabat seperjuanganku di Dewan Mahasiswa Institut
17.Sahabat-sahabat seperjuanganku angkatan 2014 khususnya jurusan PAI.
18.Dan seluruh teman yang tidak bisa saya sebutka satu per satu terimakasih atas
segala yang telah diberikan baik itu tenaga, motivasi, do‟a dan lain
sebagainya.
19.Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya sehingga
penulisan skripsi ini dapat berjalan dengan lancar.
Atas jasa mereka, penulis hanya dapat memohon doa semoga amal mereka
mendapat balasan yang lebih baik dari serta mendapatkan kesuksesan baik di
dunia maupun di akhirat.
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya dalam penulisan skripsi ini masih
sangat jauh dari sempurna. Dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan
kritik dan saran yang membangun agar dapat memberikan manfaat bagi penulis
sendiri dan bagi pembacanya. Aamiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 26 September 2018.
M. Fauzil „Adzim
DAFTAR ISI
LEMBAR BERLOGO ... ii
HALAMAN JUDUL ... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi
MOTTO ... vii
PERSEMBAHAN ... viii
KATA PENGANTAR ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
ABSTRAK ... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 6
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Penegasan Istilah ... 7
F. Sistematika Penulisan ... 9
1. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ... 12
a. Pengertian Nilai ... 12
b. Pengertian Pendidikan Karakter ... 13
c. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter ... 17
d. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter ... 18
2. Tahlilan ... 22
a. Pengertian Tahlilan ... 22
b. Sejarah Tahlilan ... 24
c. Dasar Hukum Tahlilan ... 26
d. Pelaksanaan Tradisi Tahlilan ... 33
B. Kajian Penelitian Terdahulu ... 36
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 39
B. Subyek Penelitian ... 39
C. Sumber dan Jenis Data ... 40
D. Teknik Pengumpulan Data ... 41
E. Analisis Data ... 42
F. Pengecekan keabsahan Data ... 44
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data ... 46
1. Gambaran Umum Obyek Penelitian Desa Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang ... 46
a. Letak dan Kondisi Geografis ... 46
b. Kependudukan ... 46
c. Bidang Pembangunan/Sarana Fisik ... 51
d. Kondisi Sosial Budaya dan Tradisi Keagamaan ... 52
2. Tradisi Tahlilan Desa Sraten Kec. Tuntang Kab. Semarang ... 55
a. Asal-Usul atau Dasar Orang Melaksanakan Tradisi Tahlilan .. 55
b. Tujuan Mengadakan Tradisi Tahlilan ... 57
c. Waktu dan tempat Pelaksanaan Tradisi Tahlilan ... 58
d. Pelaksanaan Tradisi Tahlilan ... 62
e. Hidangan dan Tujuannya ... 65
f. Manfaat Melakukan Tradisi Tahlilan ... 67
g. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Tradisi Tahlilan ... 69
B. Analisa Data ... 74
1. Penyelenggaraan Tradisi Tahlilan Di Desa Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang ... 74
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ... 92
B. Saran ... 96
DAFTAR PUSTAKA ... 97
DAFTAR TABEL
1. Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Menurut Agama
2. Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Usia
3. Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran Pedoman Wawancara
2. Lampiran Hasil Transkip Wawancara
3. Lampiran Dokumentasi
4. Lampiran Surat Permohonan Izin Penelitian
5. Lampiran Surat Keterangan Penelitian
6. Lampiran Surat Pembimbing Skripsi
7. Lampiran Lembar Konsultasi Penelitian
8. Lampiran Daftar Nilai SKK
ABSTRAK
Adzim, Fauzil. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter dalam Tradisi Tahlilan di
Desa Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Skripsi. Jurusan
Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Miftahuddin, M.Ag.
Kata Kunci : Nilai-Nilai Pendidikan Karakter, Tradisi Tahlilan
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan nilai-nilai pendidikan karakter
yang dirumuskan oleh DIKNAS dalam tradisi tahlilan di Desa Sraten Kecamatan
Tuntang Kabupaten Semarang. Pertanyaan utama yang ingin dijawab melalui
penelitian ini adalah: Pertama, bagaimana pelaksanaan penyelenggaraan tradisi
tahlilan di Desa Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Kedua,
bagaimana nilai-nilai pendidikan karakter yang ada dalam pelaksanaan tradisi
tahlilan di Desa Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan
data menggunakan metode observasi, metode wawancara, metode dokumentasi.
Subjek penelitian ini adalah Tokoh Masyarakat, Masyarakat desa Sraten dan
kegiatan tahlilan yang ada di desa Sraten. Sedangkan teknik analisis data
dilakukan dengan klarifikasi data, penyaringan data dan penyimpulan.
Hasil penelitian ini adalah pertama, tradisi tahlilan dilakukan secara
bersama-sama yang dipimpin oleh imam tahlil, diawali dengan membaca hadharah kepada
Nabi, sahabat, dan seterusnya. Kemudiam pembacaan tahlil dan al-Qur‟an serta
pembacaan do‟a. Kedua, nilai-nilai pendidikan karakter dalam tradisi tahlilan
diantaranya nilai religius, kerja keras, bersahabat/komunikatif, peduli sosial dan
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Kondisi karakter bangsa Indonesia saat ini mendapat perhatian khusus dari
pemerintah. Hal ini terjadi karena adanya kemerosotan moral yang terjadi
dalam berbagai lapisan masyarakat. Mulai dari masyarakat awam hingga
masyarakat yang berpendidikan sekalipun. Menurut Tim Pakar Yayasan Jati
Diri Bangsa, kondisi karakter di Indonesia saat ini mengalami penurunan, hal
ini ditunjukkan adanya beberapa kasus yaitu kebiasaan korupsi yang sulit
diberantas, lemahnya disiplin, melemahnya nasionalisme, menurunnya
kemampuan untuk menerima dan menghargai perbedaan, kurangnya rasa
kepedulian, serta adanya kesenjangan antara yang diketahui dan yang
dilakukan (Tim Pakar Yayasan Jati Diri Bangsa, 2011:30-33)
Indikasi penurunan moral bangsa juga ditunjukkan dengan data kejahatan
dalam media berita sindonews, setiap 41 menit terjadi satu kejahatan di provisi
Jawa Tenagh sepanjang tahun 2016. Hal ini disampaikan oleh Kapolda Jawa
Tengah Irjen Pol Condro Kirono di Mapolda Jawa Tengah Kota Semarang,
Kamis (29/12/2016). Menurut Condro, jumlah kejahatan di tahun 2016
mencapai 12.574 kasus.
Kasus penyimpangan moral remaja yang terjadi di Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang baru-baru ini, misalnya kasus seorang siswi SMK bunuh
(Kompas.com), kemudian kasus bunuh diri pada 14 bulan April 2017
(Harian7.com).
Dengan memperhatikan kondisi moral bangsa Indonesia tersebut,
Indonesia membutuhkan formula untuk memperbaiki moral bangsa Indonesia
melalui pendidikan karakter
Istilah pendidikan karakter kembali menguat ketika Menteri Pendidikan
Muhammad Nasir dalam pidatonya pada Hari Pendidikan Nasional 2011
menekankan pentingnya pendidikan karakter sebagai upaya pembangunan
karakter bangsa. Bahkan ditahun yang sama Kementrian Pendidikan
menerbitkan buku pelatihan dan penegembangan pendidikan budaya karakter
bangsa yang disusun oleh Badan Penelitian dan Pengembangn Pusat
Kurikulum Kemendiknas RI.
Dalam buku yang didisusun oleh Badan Penelitian dan Pengembangan
Pusat Kurikulum Kemendiknas RI ada 18 nilai dalam pendidikan karakter
bangsa yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri,
demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai
prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar membaca, peduli
lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab. (Kementerian Pendidikan Nasional,
2011: 7)
Indikator nilai-nilai pendidikan karakter yang ditetapkan oleh pemerintah
terdapat dalam dalam ajaran Aswaja. Menurut M. Mahbubi, Aswaja yang
menjadi inti ajaran NU telah sesuai dengan indikator nilai-nilai pendidikan
Indonesia Emas 2045 (Mahbubi, 2012: 149). Dalam ajaran Aswaja terdapat
tradisi tahlilan. Aswaja memiliki lingkup yang lebih luas dari tradisi tahlilan.
Dengan demikian, tradisi tahlilan memiliki keterkaitan dengan pendidikan
karakter.
Mengingat ajaran Aswaja yang memiliki nilai-nilai karakter yang sesuai
dengan harapan pemerintah Indonesia, maka tradisi tahlilan dapat menjadi
salah satu alternatif strategi pembentukan karakter bangsa.
Tradisi atau sering disebut dengan adat atau „urf yaitu kebiasaan
masyarakat,baik berupa perkataan maupun perbuatan yang dilakukan secara
kontinu dan seakan-akan merupakan hukum tersendiri, sehingga jiwa merasa
tenang dalam melakukan karena sejalan dengan akal dan diterima oleh tabiat
(citra batin individu yang menetap) yang sejahtera (Muhaimin, Abdul Mujib &
Jusuf Muzakkir, 2005: 201-202). Tahlian yang biasa diamalkan oleh
masyarakat Islam pengikut faham Ahlussunnah wal Jama‟ah adalah membaca
dzikir kalimat tauhid tersebut, yang dirangkai dengan bacaan ayat-ayat
al-Qur‟an (Surah al-Fatihah, Ikhlas, Falaq, an-Nas, Permulaan Surah
al-Baqarah, Ayat Kursi, akhir Surah al-Baqarah) dan bacaan shalawat Nabi
SAW., tasbih, tahmid, takbir serta istiqhfar, yang urut-urutannya seperti
bacaan tahlildimuka, diakhiri dengan do‟a (Umar,1997: 106-107).
Tradisi tahlilan merupakan salah satu hasil akulturasi antara nilai-nilai
kebudayaan masyarakat setempat dengan nilai-nilai Islam. Dalam tradisi lama,
bila ada orang meninggal, maka sanak famili dan tetangga berkumpul di rumah
judi, mabuk-mabukan atau lainnya. Wali Songo tidak serta merta
membubarkan tradisi tersebut, tetapi masyarakat dibiarkan tetap berkumpul
namun isinya diganti dengan mendoakan si mayit dan membaca tahlil, tahmid,
tasbih dan sholawat kepada Nabi SAW, sekeluarganya dan para sahabatnya.
Menurut keyakinan Islam, orang yang sudah meninggal dunia ruhnya tetap
hidup dan tinggal sementara di alam kubur atau alam barzah, sebagai alam
antara sebelum memasuki alam akhirat tanpa kecuali. Kapercayaan tersebut
telah mewarnai orang Jawa. Hanya saja menurut orang Jawa, arwah
orang-orang tua sebagai nenek moyang yang telah meninggal dunia berkaliaran di
sekitar tempat tinggalnya, atau sebagai arwah leluhur menetap di makam
(pesarean). Mereka masih mempunyai kontak hubungan dengan keluarga yang
masih hidup sehingga suatu saat arwah itu nyambangi datang ke kediaman
anak keturunan. Di sisi lain atas dasar kepercayaan islam bahwa orang yang
yang meninggal dunia perlu dikirim doa, maka muncul tradisi kirim doa,
tahlilan tujuh hari, empat puluh hari, seratus hari (nyatus), satu tahun
(mendhak), dan seribu hari (nyewu) setelah seseorang meninggal dunia
merupakan anjuran menurut ajaran Islam, sedangkan penentuan hari-hari
sebagai saat pelaksanaan upacara kirim doa lebih diwarnai oleh warisan budaya
Jawa pra Islam (Darori Amin, 2002: 127-128). Oleh karena itu Islam yang
berkembang di Indonesia memiliki ragam budaya yang masih dilestarikan
seperti tradisi tahlilan.
Setiap tradisi mengandung nilai-nilai pendidikanya, khususnya pada
hidup seseorang sehingga menjadikan seseorang dianggap sempurna dan
mempunyai kreativitas. Akan tetapi, dalam pendidikan tidak hanya
berhubungan dengan kreativitas, ilmu pengetahuan, dan teknologi belaka,
melainkan juga tentang pembentukan karakter dan penanaman nilai-nilai
tertentu dalam diri seseorang.
Karakter merupakan kepribadian yang khas pada diri seseorang yang
terbentuk karena pengaruh lingkungannya. Karakter manusia akan sangat
menentukan arah kehidupan manusia, baik secara individual maupun komunal.
Karakter yang baik akan melahirkan sebuah tatanan yang baik, begitu juga
sebaliknya. Pendidikan karakter membutuhkan upaya yang melibatkan semua
pihak baik rumah tangga dan keluarga, sekolah dan lingkungan, maupun
masyaraat luas. Karena itu, sistem dari jaringan pendidikan ini harus
disambung kembali karena pendidikan tidak akan berhasil sepanjang kondisi
antarlingkungan pendidikan terputus satu sama lain (Ali Masykur, 2014:
238-241). Oleh karena itu, rumah tangga dan keluarga sebagai pembentuk
pendidikan karakter pertama dan utama harus lebih diberdayakan.
Pendidikan dimasyarakat juga memiliki signifikansi yang kuat, karena
lingkungan masyarakat sangat mempengaruhi karakter dan watak seseorang.
Lingkungan masyarakat luas sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan
nilai-nilai etika dan etetika dalam pembentukan karakter.
Berkaitan dengan uraian diatas, maka timbul suatu keinginan dari penulis
penulis untuk mengadakan penelitian terhadap kandungan nilai-nilai
pembelajaran bagi masyarakat sekitar dalam tradisi tahlilan tersebut.
Pembelajaran dalam hal ini adalah sebagai upaya pembentukan karakter, yang
diterapkan pada diri sendiri maupun dalam masyarakat luas yang akan peneliti
tuangkan dalam bentuk judul: “NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM TRADISI TAHLILAN DI DESA SRATEN KECAMATAN TUNTANG KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2018”
B.Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang akan
diteliti adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan penyelenggaraan tradisi tahlilan di Desa Sraten
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang?
2. Bagaimana nilai-nilai pendidikan karakter yang ada dalam pelaksanaan
tradisi tahlilan di Desa Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang?
C.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan tersebut, maka tujuan peneliti adalah sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pelaksanaan penyelenggaraan tradisi tahlilan di Desa
Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang
2. Untuk mengetahui nilai-nilai pendidikan karakter yang ada dalam
pelaksanaan tradisi tahlilan di Desa Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten
D.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik untuk peneliti sendiri
maupun untuk budaya dan masyarakat Jawa. Secara lebih rinci manfaat
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Teoritis
a. Dapat menambah khasanah keilmuan dalam ranah agama, pendidikan
dan kebudayaan.
b. Sebagai bahan rujukan bagi perpustakaan IAIN atau Fakultas sebagai
acuan bagi peneliti selanjutnya yang berkenan dengan tahlilan.
2. Praktis
Diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata kepada pihak
masyarakat untuk meningkatkan nilai-nilai pendidikan karakter serta
tingkat moralitas masing-masing, supaya tahu pentingnya akan agama bagi
kita terutama warga Desa Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang.
E.Penegasan Istilah
Untuk memperoleh gambaran yang jelas dan menghindari
kesalahpahaman penafsiran terhadap penelitian ini, maka perlu dijelaskan
tentang istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian sebagai berikut::
1. Nilai
Nilai adalah suatu makna yang terkandung dari setiap perilaku.
kebudayaan, nilai juga membimbing manusia untuk menentukan apakah
sesuatu itu boleh atau tidak boleh dilakukan.
2. Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter dalam pengertian sederhana adalah hal positif apa
saja yang dilakukan oleh guru dan berpengaruh lepada karakter siswa yang
diajarkannya. (Muchlas Samani dan Hariyanto, 2014: 43).
Jadi pendidikan karakter itu sebuah proses pemberian tuntunan kepada
anak untuk menjadi manusia seutuhnya, yang berkarakter dalam dimensi
hati, fikir, raga serta rasa. Oleh karena itu, pendidikan karakter tidak hanya
melibatkan pengetahuan yang baik saja, tetapi juga menanamkan kebiasaan
hal yang baik, merasakan dengan baik, dan berperilaku yang baik dengan
sepenuh hati tanpa paksaan.
3. Tradisi
Tradisi atau sering disebut dengan adat atau „urf yaitu kebiasaan
masyarakat,baik berupa perkataan maupun perbuatan yang dilakukan
secara kontinu dan seakan-akan merupakan hukum tersendiri, sehingga
jiwa merasa tenang dalam melakukan karena sejalan dengan akal dan
diterima oleh tabiat (citra batin individu yang menetap) yang sejahtera
(Muhaimin, Abdul Mujib & Jusuf Muzakkir, 2005: 201-202).
Maka tradisi itu kebiasaan dalam masyarakat dan menjadi salah satu
kebutuhan sosial yang sulit untuk ditinggalkan dan berat untuk dilepaskan.
dijalankan dalam masyarakat). Sesuatu anggapan yang telah ada dan
dianggap benar, lalu dilanjutkan secara terus.
4. Tahlilan
Tahlilan adalah sesuatu yang biasa diamalkan oleh masyarakat Islam
pengikut faham Ahlussunnah wal Jama‟ah adalah membaca dzikir kalimat
tauhid tersebut, yang dirangkai dengan bacaan ayat-ayat al-Qur‟an (Surah
al-Fatihah, al-Ikhlas, al-Falaq, an-Nas, Permulaan Surah al-Baqarah, Ayat
Kursi, akhir Surah al-Baqarah) dan bacaan shalawat Nabi SAW, tasbih,
tahmid, takbir serta istiqhfar, yang urut-urutannya seperti bacaan tahlil
dimuka, diakhiri dengan do‟a (Ali Chasan Umar,1997: 106-107).
Maka tahlilan merupakan salah suatu sarana taqorrub illallah
(mendekatkan diri kepada Allah) baik dilakukan sendiri atau
bersama-sama, untuk melakukan dzikir (mengingat) kepada Allah dengan membaca
al-Qur‟an dan kalimat thayyibah.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pemahaman dan agar pembaca skripsi segera
mengetahui pokok-pokok pembahasan skripsi, maka penulis akan
mendeskripsikan ke dalam bentuk kerangka skripsi.
Sistematika penulisan ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian
isi dan bagian akhir.
1. Bagian Awal
Berisi mengenai halaman judul, halaman persetujuan pembimbing,
halaman motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak dan daftar isi,
daftar gambar dan daftar tabel.
2. Bagian Isi
Bagian isi terdiri dari beberapa bab, yang masing-masing bab terdiri
dari beberapa sub bab dengan susunan sebagai berikut:
Bab pertama adalah pendahuluan yang mencakup latar belakang,
rumusan masalah, tujuan, manfaat, penegasan istilah, tinjauan pustaka dan
sistematika penelirtian.
Bab kedua berisi tentang kajian pustaka yang terdiri dari dua sub bab
yaitu sub bab pertama tentang landasan teori yang mencakup pengertian
pendidikan karakter, tujuan dan fungsi pendidikan karakter, nilai-nilai
pendidikan karakter, pengertian tahlil, sejarah tahlil, dasar hukum tentang
tahlil, pelaksanaan kegiatan tahlil. Dan sub bab kedua tentang kajian
penelitian terdahulu.
Bab ketiga membahas tentang metode penelitian yang mencakup jenis
penelitian, subyek penelitian, sumber dan jenis data, teknik pengumpulan
data, analisis data, pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian.
Bab keempat berisi tentang paparan data dan analisis data yang terdiri
dari dua sub bab yaitu sub bab pertama tentang paparan data yang meliputi
gambaran umum Desa Sraten Kabupaten Semarang dan tardisi tahlilan di
Desa Sraten Kabupaten Semarang. Sub bab kedua tentang analisis data
yang meliputi pelaksanaan tahlilan pada masyarakat Desa Sraten
karakter dalam tradisi tahlilan di Desa Sraten Kecamatan Tuntang
Kabupaten Semarang.
Bab kelima adalah penutup kesimpulan dari seluruh uraian yang telah
dikemukakan dan merupakan jawaban terhadap permasalahan yang
terkandung dalam penelitian ini. Bab ini juga mengemukakan saran
sebagai kelanjutan dari kesimpulan yang dihasilkan peneliti dalam
penelitian ini
3. Bagian Akhir mengenai lampiran-lampiran penelitian berisi tentang hasil
wawancara, dokumentasi, surat permohonan izin penelitian, surat
keterangan penelitian, lembar konsultasi penelitian, surat pembimbing
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter a. Pengertian Nilai
Nilai secara etimologi kata nilai berasal dari bahasa Latin vale‟re
yang artinya berguna, mampu akan, berdaya, berlaku. Nilai adalah
kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu disukai, diingikan, dikejar,
dihargai, berguna dan dapat membuat orang yang menghayatinya
menjadi bermartabat (Satardo Adisusilo, 2012: 54). Sehingga nilai
dapat diartikan sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan paling
benar menurut keyakian seseorang atau kelompok.
Sedangkan pengertian nilai secara terminologi ada beberapa
pendapat sebagai berikut:
1) Dalam buku “Pendidikan Profetik”, Khoirul Rosyadi (2004: 115)
menuturkan bahwa nilai merupakan realitas abstrak. Nilai kita
rasakan dalam diri kita masing-masing sebagai daya pendorong
atau prinsip yang menjadi penting dalam kehidupan sampai pada
suatu tingkat dimana sementara orang lebih siap untuk
mengorbankan hidup mereka daripada mengorbankan nilai.
2) Dalam buku “Pemikiran Pendidikan Islam” ditulis oleh Muhaimin
praktis dan efisien dalam jiwa dan tindakan manusia serta
melembaga secara objektif di masyarakat.
3) Menurut Wabster dalam buku “Pendidikan Islam: Mengurai
Benang Kusut Dunia Pendidikan” yang dikutip oleh Muhaimin
(2006: 148) bahwa nilai adalah suatu keyakinan yang menjadi
dasar bagi seseorang atau sekelompok orang untuk memilih
tindakannya atau menilai suatu yang bermakna atau yang tidak
bermakna bagi kehidupannya.
Dari beberapa pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa nilai
merupakan sesuatu yang positif dan bermanfaat bagi kehidupan
manusia dan harus dimiliki setiap manusia sebagai landasan, alasan,
atau motivasi dalam setiap tingkah laku dan perbuatan seseorang
dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai juga dapat mencerminkan
kualitas tindakan dan pandangan hidup yang dipilih oleh seseorang
atau masyarakat.
b. Pengertian Pendidikan Karakter
Kata karakter diambil dari bahasa Inggris dan juga berasal dari
bahasa Yunani Character. Kata ini awalnya digunakan untuk
menandai hal yang mengesankan dari dua koin (keping uang).
Selanjutnya istilah ini digunakan untuk menandai dua hal yang
berbeda satu sama lainnya, dan akhirnya digunakan juga untuk
menyebut kesamaan kualitas pada tiap tiap orang yang membedakan
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, karakter diartikan
sebagai sifat-sifat kejiwaan, tabiat, watak, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter adalah ciri
khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut
asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu, serta
merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak,
bersikap, berucap dan merespon sesuatu.
Menurut Kamisa dalam buku “Konsep, Praktik & Strategi
Membumikan Pendidikan Karakter di SD”, berkarakter artinya
mempunyai watak dan kepribadian Karakter akan memungkinkan
individu untuk mencapai pertumbuhan yang berkesinambungan. Hal
ini disebabkan karakter memberikan konsistensi, integritasi dan energi.
Orang yang memiliki karakter yang kuat, akan memiliki momentum
untuk mencapai tujuan. Begitu pula sebaliknya, mereka yang
berkarakter mudah goyah, akan lebih lambat untuk bergerak dan tidak
bisa menarik orang lain untuk bekerja sama dengannya (Novan Ardy,
2013: 25).
Menurut Scerenko dalam buku Konsep dan Model Pendidikan
Karakter yang dikuti oleh Muchlas Samani dan Hariyanto (2014: 42)
mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk
dan membedakan ciri pribadi, ciri etnis dan kompleksitas mental dari
Dengan ini dapat dinyatakan bahwa karakter adalah nilai dasar
yang membangun pribadi seseorang, yang membedakannya dengan
orang lain serta mewujudkan dalam sikap dan prilaku dalam kehidupan
sehari-hari.
Pendidikan sangat berperan penting dalam kehidupan dan
kemajuan umat manusia. Karena pendidikan merupakan suatu
kekuatan yang dinamis dalam kehidupan setiap individu, yang
berpengaruh pada perkembangan fisiknya, daya jiwa (akal, rasa, dan
kehendak), sosialnya dan moralitasnya. Dalam hal ini, pendidikan
tidak hanya mengembangkan ilmu, keterampilan, teknologi, tetapi juga
mengembangkan aspek-aspek lainnya, seperti kepribadian, etika,
moral dan lain-lain. Pendidikan juga tidak hanya berlangsung di dalam
kelas, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.
Pendidikan karakter dalam pengertian sederhana adalah hal positif
apa saja yang dilakukan oleh guru dan berpengaruh lepada karakter
siswa yang diajarkannya. (Muchlas Samani dan Hariyanto, 2014: 43).
Sedangkan pengertian pendidikan karakter menurut beberapa
pendapat sebagai berikut:
1) Menurut Ratna Megawangi dalam buku “Konsep, Praktik &
Strategi Membumikan Pendidikan Karakter di SD” yang dikutip
oleh Nova Ardy (2013: 26), pendidikan karakter yaitu sebuah
usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan
sehingga mereka dapat memberikan konstribusi positif pada
masyarakat.
2) Menurut Fikry Gaffar dalam buku “Konsep, Praktik & Strategi
Membumikan Pendidikan Karakter di SD” yang dikutip oleh Nova
Ardy (2013: 26), pendidikan karakter adalah sebuah proses
tranformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan
dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu kehidupan
orang itu.
3) Menurut Burke dalam buku Konsep dan Model Pendidikan
Karakter yang dikutip oleh Muchlas Samani dan Hariyanto (2014:
43) pendidikan karakter semata-mata merupakan bagian dari
pembelajaran yang baik dan merupakan bagian fundamental dari
pendidikan yang baik.
Dari beberapa paparan di atas, peneliti berusaha menyimpulkan
bahwa pendidikan karakter merupakan sebuah proses pemberian
tuntunan kepada anak untuk menjadi manusia seutuhnya, yang
berkarakter dalam dimensi hati, fikir, raga serta rasa. Oleh karena itu,
pendidikan karakter tidak hanya melibatkan pengetahuan yang baik
saja, tetapi juga menanamkan kebiasaan hal yang baik, merasakan
dengan baik, dan berperilaku yang baik dengan sepenuh hati tanpa
c. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter
Fungsi Pendidikan karakter menurut Kemendiknas (2011: 7)
adalah sebagai berikut:
1) Membangun kehidupan kebangsaan yang multikultural,
2) Membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan
mampu berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan umat
manusia, mengembangkan potensi dasar agar berhati baik,
berpikiran baik, dan berperilaku baik serta keteladanan baik,
3) Membangun sikap warga Negara yang cinta damai, kreatif,
mandiri, dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain
dalam suatu harmoni.
Sedangkan tujuan pendidikan karakter menurut Kemendiknas
(2011:7) adalah mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter
bangsa yaitu Pancasila, meliputi:
1) Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik,
2) Membangun bangsa yang berkarakter Pancasila,
3) Mengembangkan potensi warga Negara agar memiliki sikap
percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai
umat manusia.
Dari tersebut di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan
karakter bertujuan untuk menangkap nilai yang diwujudkan dalam
kehidupan pribadi dan interaksi sosial. Dengan internalisasi nilai
kebajikan pada diri seorang anak, diharapkan dapat mewujudkan
perilaku baik.
d. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter
Nilai-nilai pendidikan karakter dapat ditangkap manusia melalui
berbagai hal diantaranya melalui keluarga, satuan pendidikan,
masyarakat, pemerintah, dunia usaha, media massa, dan sebagainya
(Kemendiknas, 2011: 7). Termasuk melalui pemahaman dan
penikmatan sebuah tradisi dan budaya. Tradisi khususnya sangat
berperan penting sebagai media dalam pentransformasian sebuah nilai
termasuk halnya nilai pendidikan karakter. Dalam penelitian ini,
nilai-nilai pendidikan karakter dapat ditemukan dalam tradisi Tahlilan yang
dilihat dari beberapa unsur dalam penyajiannya.
Dalam rumusan pengembangan nilai pendidikan karakter oleh
Kementrian Pendidikan Nasional (2011: 8), terdapat hubungan antara
nilai-nilai perilaku manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaaan. Wujud nilai
tersebut dikembangkan menjadi 18 nilai karakter, antara lain:
1) Religius, sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya.
2) Jujur, perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam pikiran, perkataan,
3) Toleransi, sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan hal-hal yang berbeda dari dirinya
secara sadar dan terbuka.
4) Disiplin, tindakan yang konsisten, menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
5) Kerja keras, perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan dan
sebagainya dengan sebaik-baiknya.
6) Kreatif, berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.
7) Mandiri, merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
8) Demokratis, merupakan cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.
9) Rasa ingin tahu, merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
10)Semangat kebangsaan, merupakan cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di
atas kepentingan diri dan kelompoknya.
yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,
ekonomi, dan politik bangsa.
12)Menghargai prestasi, merupakan sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghsilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan
mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.
13)Bersahabat/Komunikatif, tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.
14)Cinta damai, merupakan sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa damai, nyaman, senang, tenang dan
aman atas kehadiran dirinya.
15)Gemar membaca, merupakan kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya.
16)Peduli lingkungan, merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan alam sekitar.
17)Peduli sosial, merupakan sikap dan tindakan yang mencerminkan
kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang
membutuhkan.
18)Tanggung jawab, merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan
dirinya sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya),
negara, dan agama.
Sedangkan didalam buku Buku Panduan Internalisasi Pendidikan
mengelompokkan nilai-nilai pendidikan karakter menjadi empat
macam sebagai berikut:
1) Nilai pendidikan karakter hubungannya dengan Tuhan. Nilai ini
bersifat religius untuk memperbaiki karakter individu, yang
berhubungan dengan Tuhan maupun kepercayaannya. Nilai ini
dapat berupa percaya, berdoa, taat, dan bersyukur kepada Tuhan.
2) Nilai pendidikan karakter hubungannya dengan diri sendiri. Nilai
ini merupakan tuntunan yang ditujukan untuk diri pribadi, yang
menekankan pada pengembangan rasa. Nilai ini meliputi jujur,
bertanggung jawab, bijaksana, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja
keras, percaya diri, berjiwa wirausaha, berpikir logis, kritis, kreatif,
inovatif, mandiri, ingin tahu, dan cinta ilmu.
3) Nilai pendidikan karakter hubungannya dengan sesama. Pada
dasarnya manusia selain sebagai makhluk individu juga sebagai
makhluk sosial dengan cara hidup berdampingan dengan orang
lain. Nilai ini dapat berupa sadar hak dan kewajiban diri dan orang
lain, patuh pada aturan sosial, menghargai karya dan prestasi orang
lain, santun, gotong royong, dan demokratis.
4) Nilai pendidikan karakter hubungannya dengan alam
sekitar/lingkungan. Nilai ini berupa sikap dan tindakan yang selalu
berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya.
5) Nilai pendidikan karakter hubungannya dengan kebangsaan. Nilai
Dengan demikian nilai-nilai pendidikan karakter yang tersirat
dalam berbagai hal dapat mengembangkan individu maupun
masyarakat dalam berbagai hal pula, dan nilai-nilai tersebut mutlak
dihayati, diresapi individu atau masyarakat karena nilai tersebut
mengarah pada kebaikan dalam berpikir dan bertindak sehingga budi
pekerti serta pikiran atau intelegensinya berkualitas.
2. Tahlilan
a. Pengertian Tahlilan
Tahlilan secara etimologis (bahasa) berasal dari sighat masdar
dari kata اليلهت - للّلهي – لّله yang berarti mengucapkan lafadz “Laa
ilaaha illa Allah”.
Sedangkan secara terminologis (istilah) telah dikemukakan oleh
pakar Agama, diantaranya:
1) Menurut Ahmad Syafi‟i Mufid dalam bukunya yang berjudul
“Tangklungan Abangan dan Tarekat Kebangkitan Agama di
Jawa”, bahwa tahlilan adalah serangkaian bacaan dimulai dengan
membaca Surat Al-Fatihah, Surat Al-Ikhlas, Surat An-Nas dan
Surat Al-Falaq (muawazatain), lima ayat pemula Surat
Al-Baqarah, bacaan Lailahaillallah, bacaan tasbih (Subhanallah),
tahmid (Alhamdulillah), takbir (Allahu Akbar) dan shalawat
(Allahumma Salli „Ala Muhammad) dan ditutup dengan do‟a
2) Menurut KH. Abdul Muchith Muzadi yang dikuti oleh Saifullah
al-Aziz dalam bukunya yang berjudul “Kajian Hukum-Hukum
Walimah (Selametan)”, bahwa tahlilan adalah bersama-sama
melakukan do‟a bagi orang (keluarga, teman dsb) yang sudah
meninggal dunia, semoga diterima amalnya dan diampuni dosanya
oleh Allah SWT, yang sebelum do‟a, diucapkan beberapa kalimah
thayyibah (kalimah-kalimah yang bagus, yang agung), berwujud
hamdalah, shalawat, tasbih, tahlil dan beberapa ayat suci
Al-Qur‟an (Saifulloh, 2009: 241-242).
3) Menurut Drs. M. Ali Chasan Umar dalam bukunya yang berjudul
“Risalah Merawarat Jenazah, Shalat Jenazah, Talqin dan Tahlil”,
bahwa tahlil yang biasa diamalkan oleh masyarakat Islam
pengikut faham Ahlussunnah wal Jama‟ah adalah membaca dzikir
kalimat tauhid tersebut, yang dirangkai dengan bacaan ayat-ayat
al-Qur‟an (Surah al-Fatihah, al-Ikhlas, al-Falaq, an-Nas,
Permulaan Surah al-Baqarah, Ayat Kursi, akhir Surah al-Baqarah)
dan bacaan shalawat Nabi SAW., tasbih, tahmid, takbir serta
istiqhfar, yang urut-urutannya seperti bacaan tahlil dimuka,
diakhiri dengan do‟a (Ali Chasan Umar,1997: 106-107).
4) Menurut H. Munawir Abdul Fattah dalam bukunya yang berjudul
“Tradisi Orang-Orang NU”, bahwa Tahlil berasal dari kata
hallala, yuhallilu, tahlilan, artinya membaca kalimat La Ilaha
bahwa setiap pertemuan yang didalamnya dibaca kalimat itu
secara bersama-sama disebut Majelis Tahlil. Majelis tahlil di
masyarakat Indonesia sangat variatif, dapat diselenggarakan kapan
dan dimana saja, bisa pagi, siang, sore atau malam. Bisa di masjid,
musholla, rumah, atau lapangan (Munawir, 2008: 276).
Jadi penulis dapat menyimpulkan dari beberapa pendapat diatas
bahwa tahlilan adalah salah suatu sarana taqorrub illallah
(mendekatkan diri kepada Allah) baik dilakukan sendiri atau
bersama-sama untuk melakukan dzikir (mengingat) kepada Allah dengan
membaca kalimat thayyibah seperti Laa ilaaha illallah,kemudian
membaca sholawat kepada Nabi Muhammad, ayat-ayat Al-Qur‟an dan
do‟a yang diharapkan memiliki pengaruh dalam meningkatkan nilai
-nilai, kebiasaan baik di masyarakat dan lain-lain dalam menjalani
kehidupan.
b. Sejarah Tahlilan
Tahlil secara lughot(bahasa) yang artinya bacaan “Laa ilaaha illa
Allah”, berlaku sejak pada zaman Nabi Muhammad SAW. Akan tetapi
tradisi bacaan tahlil sebagimana yang dilakukan kaum muslimin
sekarang, itu mulai ada sejak zaman Ulama‟ Muta‟akhirin sekitar abad
11 hijriyah yang mereka lakukan berdasarkan istinbath dari al-Qur‟an
dan Hadits Nabi SAW, lalu mereka menyusun rangkaian bacaan tahlil,
mengamalkannya secara rutin dan mengajarkannya kepada kaum
Ulama‟ berbeda pendapat tentang siapa yang pertama kali
menyusun rangkaian bacaan tahlil dan mentradisikannya. Hal ini
pernah dibahas dalam forum Bahtsul Masail oleh para Kiyai Ahli
Thariqah. Sebagian mereka berpendapat, bahwa yang pertama
menyusun tahlil adalah Sayyid Ja‟far Al-Barzanji dan sebagian lain
berpendapat, bahwa yang menyusun tahlil pertama kali adalah Sayyid
Abdullah bin Alwi Haddad.
Pendapat yang paling kuat dari kedua pendapat yang disebut diatas
adalah pendapat bahwa orang yang menyusun tahlil pertama kali
adalah Imam Sayyid Abdullah bin Alwi Haddad, karena Imam
Al-Haddad yang wafat pada tahun 1132 H lebih dahulu daripada Sayyid
Ja‟far Al-Barzanji yang wafat pada tahun 1177 H (Muhammad Danial
Royyan, 2013: 2-3).
Pendapat ini juga diperkuat oleh tulisan Sayyid Alwi bin Ahmad
bin Hasan bin Abdullah bin Alwi Al-Haddad bahwa kebiasaaan Imam
Abdullah bin Alwi Al-Haddad sesudah membaca Ratib adalah bacaab
tahlil. Pada hadirin dalam Majlis Imam Al-Haddad itu ikut membaca
tahlil secara bersama-sama (Sayyid Alwi bin Ahmad, 1414: 94).
Sedangkan tahlil yang dilakukan oleh kaum muslimin di Indonesia
sama atau mendekati dengan tahlil yang dilakukan kaum muslimin di
Yaman. Hal ini dikarenakan tahlil yang berlaku di Indonesia ini dahulu
disiarkan Wali Songo. Lima orang Wali Songo itu Hababib (keturunan
Hadramaut Yaman, terutama dari kota Tamrin (Muhammad Danial
Royyan, 2013: 8).
Dengan demikian tradisi tahlilan ini berkembang di Indonesia
melalui akulturasi budaya yang mana dalam tradisi lama, bila ada
orang meninggal, maka sanak famili dan tetangga berkumpul di rumah
duka. Mereka bukannya mendoakan mayit tetapi berkumpul dengan
bermain judi, mabuk-mabukan atau lainnya. Kemudian Wali Songo
tidak serta merta membubarkan tradisi tersebut, tetapi masyarakat
dibiarkan tetap berkumpul namun acaranya diganti dengan mendoakan
pada mayit. Jadi istilah tersebut dikenal dengan tahlilan.
c. Dasar Hukum Tahlilan
Sampai saat ini kegiatan tahlilan yang telah menjadi indentitas
dari masyarakat Nahdlotul Ulama‟ (NU) tidak lepas dari adanya
sebuah persetujan dan penolakan eksistensinya dengan pendapat
masing-masing. Oleh sebab itu, sebagian masyarakat muncul-lah
keraguan pada mereka yang terbiasa melakukan kegiatan tersebut.
Agar kegiatan tahlilan tidak diragukan lagi maka perlu adanya
pengetahuan yang lebih sebagai dasar dari pemikiran dalam melakukan
atau untuk melaksanakan kegiatan ini.
Semua rangkaian kalimat yang ada dalam tahlilan diambil dari
ayat-ayat al-Qur‟an dan hadist Nabi. Yang menyusun jadi
kalimat yang disusunnya tidak lepas dari anjuran Rasulullah SAW
(Munawir, 2018: 277).
Memperbanyak dzikir mengingat Allah maupun tasbih dan
shalawat Nabi SAW itu disyariatkan, bahkan suatu keharusan bagi
orang-orang yang beriman, berdasarkan firman Allah Ta‟ala:
َع ِّٓهَصُٔ ِْزَّنا ٌَُُ .ًلإِصَأََ ًجَشْكُت ُيُُحِّثَسََ .اًشِٕثَك اًشْكِر َ َّاللَّ اَُشُكْرا اُُىَمآ َهِٔزَّنا أٍََُّأ أَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan
menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan
bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang. Dialah yang
memberi rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan
ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari
kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha
Penyayang kepada orang-orang yang beriman. (Qs. Al-Ahzab:
41-43)
Rasulullah saw. bersabda: “Dzikir yang paling utama adalah Laa
Tentang keutamaan Tasbih disebutkan dalam hadits dari Abu
Hurairah ra. Dari Nabi SAW, beliau bersabda:
ِناَرَثِٕثَح ِناَضِٕمنا َّهع ِناَرَهِٕقَث ِناَسِّهنا ّهع ِناَرَفِٕفَخ ِناَرَمِهَك ِاللَّ َناَحثُس ِهمحَّشنا ّنا
)ْساخثنا ياَس( .يِذمَحِتََ Artinya: “Ada dua ucapan yang ringan membacanya tetapi berat
timbangannya dan keduanya dicintai Tuhan pula adalah:
Subhanallahal „adzim Subhanallahi wabihamdih”. (HR. Bukhari)
Bershalawat atas Nabi SAW juga diperintahkan berdasarkan
firman Allah Ta‟ala:
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya
bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bersalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya”. (Qs. Al-Ahzab: 56)
Adapun keutamaan membaca al-Qur‟an sebagaimana sabda
Rasululllah SAW:
نا ُجَََلاِذ ِْٓرَّمُأ ِجَداَثِع ُمَضفَا )مٕعو ُتأ ياَس( .ِنآْشُق
Artinya: “Seutama-utamanya ibadah umatku ialah membaca
al-Qur‟an”. (HR. Abu Nu‟aim)
Sedangkan bacaan ayat-ayat al-Qur‟an yang dihadiahkan untuk
mayit menurut pendapat mayoritas ulama‟ boleh dan pahalanya bisa
ُةْهَق سٔ : َلاَق مَّهَسََ ًَِْٕهَع اللَّ َّّهَص اللَّ َلُُسَس َّنَا ًُْىَع اللَّ َِٓضَس ْساَسَٔ ْهِت ْمَقْعَم اَوِذَِّٕس ْهَع ُاللَّ َشَفَغ َّلاِا جَشِخَلاْا َساَّذناََ َاللَّ ُذِْٔشُٔ ٌمُجَس اٌَُؤَشقَٔ َلا ْناْشُقنْا ُياَََس( ْمُكاَذَُْم َّهَع اٌَُؤَشْقِا ًَُن
َا ,ِّْواَشْثَّطنَا ,ْحَثَْٕش ِّْتَا ُهْتِا ,َُِِْغَثْنَا ,مِْٕكَحْنَا ,ْذَمْحَا ,ِّئاَسِّىنَا ,ًَْجاَم ُهْتِا ,ْدَُاَد ُُْتَا ,ِّْقٍََْٕثْن
) ْناَثِح ُهْتاََ Artinya: Dari sahabat Ma‟qal bin Yasar r.a. bahwa Rasulallah
s.a.w. bersabda : Surat Yasin adalah pokok dari al-Qur‟an, tidak
dibaca oleh seseorang yang mengharap ridha Allah kecuali
diampuni dosa-dosanya. Bacakanlah surat Yasin kepada
orang-orang yang meninggal dunia di antara kalian. (H.R. Abu Dawud,
dll)
Berikut ini adalah Pendapat para ulama‟ tentang sampainya pahala
bacaan ayat-ayat Al-Qur‟an kepada mayit dalam buku “Tradisi
Amaliyah NU dan Dalil-Dalilnya yang ditulis oleh Ngadurrohman
Al-Jawi dan KH. Abdul Manan A. Ghani (2012: 49-53).
1) Pendapat Ulama‟ Madzhab Syafi‟iyah
a) Imam Syafi‟i
اًىَسَح َناَك ُيَذْىِع نأْشقنْا اُُْمرَخ ْنِاََ ,نأْشقنْا َهِم ٌئْٕش ُيَذىِع َءاَشقُٔ ْنَا ُّةَحَرْسََُٔ
Artinya : Disunahkan membacakan ayat-ayat al-Qur‟an
kepada mayit, dan jika sampai khatam al-Qur‟an maka akan
b) Imam al-Hafidz Jalaludin
Imam as-Suyuthi menjelaskan bahwa, jumhur ulama‟ salaf
telah berpendapat dengan pendapat yang mengatakan
“sampainya pahala bacaan terhadap mayit.”
c) Imam Nawawi
Imam Nawawi berkata, “Disunahkan bagi orang yang
ziarah kubur untuk membaca ayat-ayat al-Qur‟an lalu
setelahnya diiringi berdo‟a untuk mayit.”
d) Imam al-Qurthubi
Imam al-Qurthubi memberikan penjelasan bahwa, dalil
yang dijadikan acuan oleh ulama‟ kita tentang sampainya
pahala kepada mayit adalah bahwa, Rasulallah S.A.W. pernah
membelah pelepah kurma untuk ditancapkan di atas kubur dua
sahabatnya sembari bersabda: Semoga ini dapat meringankan
keduanya di alam kubur sebelum pelepah ini menjadi kering.
Imam al-Qurtubi kemudian berpendapat, jika pelepah
kurma saja dapat meringankan beban si mayit, lalu
bagaimanakah dengan bacaan-bacaan al-Qur‟an dari sanak
saudara dan teman-temannya? Tentu saja bacaan-bacaan
2) Pendapat Ulama‟ Madzhab Hanafiyah
a) Imam Badr al-Aini
Alamah Badr al-Aini berkata dalam kitabnya “Kanzu
Daqaiq” : bisa sampai (pahalanya) kepada mayit segala sesuatu
kebaikan, mulai dari shalat, puasa, haji, shadaqah, dzikir, dan
lain sebagainya.
b) Imam Az-Zaila‟i
Beliau berkata: bahwa pendapat Ahlussunah wal Jama‟ah
adalah membolehkan seseorang menghadiahkan pahala amal
baiknya kepada mayit.
3) Pendapat Ulama‟ Madzhab Malikiyah
a) Imam al-Alamah Ibnu al-Haj
Beliau berkata dalam kitabnya “al-madkhal” : jikalau
seseorang membaca al-Qur‟an di rumahnya lalu
menghadiahkan pahalanya kepada ahli kubur maka, pahala
tersebut pasti sampai kepada mayit.
b) Abul Walid Ibnu Rusyd
ُيُشْجَا ِدَِّٕمْهِن َمَصَحََ َكِنار َصاَج ِدَِّٕمْهِن ًِِذأَشِق َباَُث َِذٌَْاََ ُمُجَّشنا َأَشق نِاََ
Artinya : Seseorang yang membaca ayat al-Qur‟an dan
menghadiahkan pahalanya kepada mayit, maka pahala
4) Pendapat Ulama‟ Madzhab Hanbaliyah
a) Syekh Taqiyudin Ibnu Taimiyah
Beliau berkata: Barang siapa yang berpendapat bahwa,
seseorang tidak mendapat pahala kecuali dengan amalanya
sendiri, maka orang tersebut telah menghancurkan dan
menyalahi ijma‟.
b) Syekh Ibnu Qayyim al-Jauzi
Beliau berkata dalam kitabnya “Kitab ar-Ruh” : telah
dituturkan dari kalangan ulama‟ salaf, mereka semua berwasiat
supaya mereka dibacakan ayat-ayat al-Qur‟an, setelah mereka
meninggal dunia.
c) Imam al-Khalal
Imam al-Khalal meriwayatkan dari Abu Ali al-Hasan bin
al-Haitsam al-Bazar, bahwa saya melihat Imam Ahmad bin
Hanbal shalat di kuburan lalu berdoa.
Imam al-Khalal juga meriwayatkan dari Imam as-Syi‟bi
bahwa:
َّنِا اُْفهرخِا ُدَِّٕمنْا ُمٍَُن َخاَم ارِا ُساَصوَلاْا ْدواَك : َلاَق ِٓثْعِّشنا ِهع ل َلاَخنا َشَكَرََ نأْشقنْا ُيَذىِع َنَْأَشقَٔ ِيِشْثق
Artinya : Imam Khalal menuturkan riwayat dari Syi‟bi : bahwa
sahabat Anshar ketika di antara mereka meninggal dunia maka
mereka membacakan al-Qur‟an untuk mayit tersebut
Dengan demikian tradisi tahlilan tidak bisa dianggap bid‟ah yang
sesat atau khurafat. Karena dalam historis kegiatan tahlilan di
Indonesia khususnya di pulau jawa memang telah menjadi sebuah
tradisi yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat islam di Jawa.
Kegiatan ini juga sebagai mediasi pekumpulan untuk mempersatukan
rasa kekeluargaan di desa masing-masing.
Oleh sebab itu, kegiatan ini boleh dilaksanakan karena selain
sebagai perantara untuk mengembangkan persatuan dan kesatuan
bangsa, juga sebagai Islam Rahmatalil „Alamin di Indonesia, serta
sebagai dimensi untuk hubungan antara manusia dengan Tuhan (hablu
minallah) yang didalam kegiatan ini bisa meberikan ketenangan jiwa,
dan sekaligus dimensi hubungan sosial (hablu minannas).
d. Pelaksanaan Tradisi Tahlilan
Tahlil berasal dari kata hallala, yuhallilu, tahlilan, artinya
membaca kalimat La Ilaha Illallah. Di masyarakat NU sendiri
berkembang pemahaman bahwa setiap pertemuan yang didalamnya
dibaca kalimat itu secara bersama-sama disebut Majelis Tahlil. Majelis
tahlil di masyarakat Indonesia sangat variatif, dapat diselenggarakan
kapan dan dimana saja, bisa pagi, siang, sore atau malam. Bisa di
masjid, musholla, rumah, atau lapangan (Munawir, 2008: 276).
Pernyataan Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad
Al-Syaukani dalam buku Kajian Hukum-Hukum Walimah (Selamatan)
kegiatan membaca al-Qur‟an, shalawat, istighfar, tahlil, dzikir, yang
pahalanya dihadiahkan kepada orang yang meninggal dunia adalah
boleh (jaiz). Berikut pernyataan Al-Imam Muhammad bin Ali bin
Muhammad Al-Syaukani dalam kitabnya Al-Rasaa‟il Al-Salafiyah,
yaitu:
“Kebiasaan di sebagian negara mengenai perkumpulan atau pertemuan di Masjid, rumah, di atas kubur, untuk membaca
Al-Qur‟an, yang pahalanya dihadiahkan kepada orang yang telah
meninggal dunia, tidak diragukan lagi hukumnya boleh (jaiz) jika didalamnya tidak terdapat kemaksiatan dan kemungkaran, meskipun tidak ada penjelasan (secara dzahir) dari syariat. Kegiatan melaksanakan perkumpulan itu pada dasarnya bukanlah suatu yang haram (muharramfi nafsih), apalagi jika didalamnya diisi dengan kegiatan yang dapat menghasilkan ibadah seperti membaca Al-Qur‟an atau lainnya. Dan tidak tercela menghadiahkan pahala membaca Al-Qur‟an atau
lainnya kepada yang telah meninggal dunia” (Saifulloh,
2010:247).
Memahami tahlilan adalah serangkaian kegiatan berupa
pengiriman doa terhadap orang yang meninggal. Dalam acara ini
diikuti oleh keluarga, saudara, dan tetangga terdekat. Mengenai acara
ini pengiriman doa dengan rangkaian bacaan tahlil merupakan
kelengkapan acara. Hingga selesainya acaranya terdapat tanda terima
kasih. Hingga pelaksanaa tahlilan terjadi pada hari-hari tertentu setelah
orang meninggal, dengan maksud untuk pengiriman doa. Hal ini
diperjelas dalam rangkaian pelaksannnya, sebelum pembacaan tahlil
sebagai puncak, terlebih dahulu dibaca berbagai ayat Al-Qur‟an dan
dan sejenisnya) untuk menambah rasa pendekatan diri kepada Allah
sebelum berdoa dan bertawajjuh dengan bacaan tahlil.
Kegiatan ini dapat dilaksanakan khusus kegiatan tahlil, meski
banyak kegiatan tahlil ini ditempelkan pada kegiatan inti lainnya.
Misalnya, setelah dzibaan disusul dengan tahlil, acara tasmiyah
(memberi nama bayi), khitanan, dan lainnya (Munawir, 2008: 276).
Sebelum masuk pada acara inti, yaitu tahlil, biasanya diantarkan
kalimat-kalimat untuk mendekatkan diri kepada Allah. Lalu, bacaan
Al-Qur‟an sebagai pengantarnnya. Pada umumya bacaan Al-Qur‟an
yang ditemui adalah bacaan surat yasin. Dalam rangkaian-rangkaian
doa itu dipimpin oleh imam upcara yang memiliki pengetahuan lebih
dalam agama. Imam tersebut disebutnya sebagai modin atau lebe
dalam masyarakat Islam Jawa.
Setelah ritual tahlilan selesai, pada umunya tuan rumah
menghidangkan makanan dan minuman untuk Jamaah. Kadang masih
ditambah dengan berkat buah tangan dalam bentuk makanan matang.
Hidangan dan pemberian ini dimaksudkan sebagai shadaqah, yang
pahalnya dihadiahkan (ditransfer) kepada orang yang sudah meninggal
untuk didoakan tersebut, selain sebagai bentuk ungkapan rasa cinta dan
kasih sayang dan silahturahim rohani (Sholikhin, 2010: 154).
Dengan demikian tanda terima kasih atas pengiriman doa yaitu
menghidangkan makanan dan minuman. Biasanya yang dihidangkan
makana yang dibawa pulang ini umumnya dikatakan berkat karena
sudah didoakan.
B. Kajian Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dilakukan untuk menelaah penelitian-peneltian yang
telah diteliti yang relevan dengan kajian peneliti ini. Telaah peneliti ini
penting dilakukan untuk pembandingan dalam sebuah penelitian. Berikut ini
beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan peneliti ini:
1. Penelitian Skripsi ini dilakukan oleh Tatik Susanti, Program Studi
Pendidikan Seni Tari, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Yogyakarta, 2015. Berjudul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAAKTER
YANG TERKANDUNG DALAM TOPENG LENGGER KINAYAKANDI
DESA RECO, KECAMATAN KERETEK, KABUPATEN WONOSOBO”.
Hasil yang didapatkan penelitian ini adalah Nilai-nilai pendidikan
karakter yang terkandung dalam tari Topeng Lengger Kinayakan dapat
diklasifikasikan sebagai nilai pendidikan karakter hubungannya dengan
Tuhan, diri sendiri, sesama, dan kebangsaan.
Penelitian diatas mempunyai kesamaan dengan penelitian yang
penulis lakukan yaitu membahas nilai-nilai pendidikan karakter. Namun
perbedaanya terletak pada objek penelitian, di mana penulis membahas
tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam tradisi tahlilan sedangkan
penelitian diatas membahas tentang nilai-nilai pendidikan Islam dalam
sama lain yang mana pentingnya pendidikan karakter bagi generasi
bangsa.
2. Penelitian Skripsi ini dilakukan oleh Dinar Risprabowo, Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan, Jurusan Pendidikan IPS, UIN Syarif Hidayatullah,
2016 Berjudul “FAKTA SOSIAL PADA TRADISI TAHLILAN DALAM
MASYARAKAT ISLAM JAWA DI KELURAHAN GEDONG KECAMATAN
PASAR REBO KOTA JAKARTA TIMUR”.
Dalam penelitian tersebut menyimpulkan behwa Fakta sosial
(anggapan) dalam tradisi tahlilan mengarahkan individu untuk melakukan
tindakan yang didasari rasa takut akan konsekuensinya. Konsekuensi yang
didapat, bila diterima, dianggap sesuai dengan norma masyarakat. Bila
tidak diterima, dianggap tidak sesuai dengan norma dalam masyarakat.
Keterkaitan terhadap teori fakta sosial Durkheim berupa analisis
identifikasi (kolektif, eksternal, dan koersif) dan analisis tipe (material dan
non material).
Penelitian diatas mempunyai kesamaan dengan penelitian yang
penulis lakukan yaitu membahas tentang tradisi tahlilan. Namun
perbedaanya terletak pada isi penelitian, di mana penulis membahas
tentang nilai-nilai pendidikan karakter dalam tradisi tahlilan sedangkan
penelitian diatas membahas tentang fakta sosial pada tradisi tahlilan.
Sehingga dari penelitian diatas dapat menguatkan satu sama lain, yang
mana tradisi tahlilan tersebut banyak manfaat bagi oarang yang
3. Penelitian Skipsi ini dilakukan oleh Siti Umi Hanik, Fakultas Tarbiyah,
Jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2011.
Berjudul “NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM TRADISI
TAHLILAN DI DESA KREMBANGAN TAMAN SIDOARJO”.
Dalam penelitian tersebut menyimpulkan tentang nilai-nilai
pendidikan islam dalam tradisi tahlilan yaitu nilai shodaqoh, tolong
menolong, silahturahim, kerukuanan, dakwah.
Penelitian diatas mempunyai kesamaan dengan penelitian yang
penulis lakukan yaitu membahas tentang nilai-nilai pendidikan yang ada
pada tradisi tahlilan. Namun perbedaanya terletak pada isi peneliti, di
mana penulis lakukan lebih khusus di nilai-nilai pendidikan karakter
sedangkan penelitian diatas substansinya lebih umum pada nilai-nilai
pendidikan Islam dalam tradisi tahlilan, sehingga saling menguatkan satu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kualitatif lapangan
dengan menggunakan jenis penelitian fenomenologis. Penelitian kualitatif
adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa
yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, tindakan,
motivasi dan lain-lain (Lexy J. Moleong, 2009: 6). Sedangkan pendekatan
fenomenologis digunakan untuk memahami makna atau hakikat yang
sebenarnya dari suatu gejala objek yang dikaji (Lexy J. Moleong, 2009:
14-15). Peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitanya terhadap
orang-orang biasa dalam situasi tertentu.
Alasan memilih jenis ini adalah dalam penelitian ini, peneliti berupaya
menggali data berupa pandangan responden dalam bentuk cerita rinci atau asli
dan data hasil pengamatan di lapangan terkait nilai-nilai pendidikan karakter
dalam tradisi tahlilan di Desa Sraten Kecamatan Tuntang Kabupaten
Semarang.
B. Lokasi dan Subyek Penelitian
Berdasarkan di atas maka peneliti melakukan penelitian di Desa Sraten
Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang. Sedang subyek atau sasaran
penelitiannya adalah Tokoh Masyarakat, Masyarakat Desa Sraten dan kegiatan