• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Nilai secara etimologi kata nilai berasal dari bahasa Latin vale‟re yang artinya berguna, mampu akan, berdaya, berlaku. Nilai adalah kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu disukai, diingikan, dikejar, dihargai, berguna dan dapat membuat orang yang menghayatinya menjadi bermartabat (Satardo Adisusilo, 2012: 54). Sehingga nilai dapat diartikan sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan paling benar menurut keyakian seseorang atau kelompok.

Sedangkan pengertian nilai secara terminologi ada beberapa pendapat sebagai berikut:

1) Dalam buku “Pendidikan Profetik”, Khoirul Rosyadi (2004: 115) menuturkan bahwa nilai merupakan realitas abstrak. Nilai kita rasakan dalam diri kita masing-masing sebagai daya pendorong atau prinsip yang menjadi penting dalam kehidupan sampai pada suatu tingkat dimana sementara orang lebih siap untuk mengorbankan hidup mereka daripada mengorbankan nilai.

2) Dalam buku “Pemikiran Pendidikan Islam” ditulis oleh Muhaimin dan Abdul Mujib, (1993: 110) berpendapat bahwa nilai itu bersifat

praktis dan efisien dalam jiwa dan tindakan manusia serta melembaga secara objektif di masyarakat.

3) Menurut Wabster dalam buku “Pendidikan Islam: Mengurai Benang Kusut Dunia Pendidikan” yang dikutip oleh Muhaimin (2006: 148) bahwa nilai adalah suatu keyakinan yang menjadi dasar bagi seseorang atau sekelompok orang untuk memilih tindakannya atau menilai suatu yang bermakna atau yang tidak bermakna bagi kehidupannya.

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa nilai merupakan sesuatu yang positif dan bermanfaat bagi kehidupan manusia dan harus dimiliki setiap manusia sebagai landasan, alasan, atau motivasi dalam setiap tingkah laku dan perbuatan seseorang dalam kehidupan bermasyarakat. Nilai juga dapat mencerminkan kualitas tindakan dan pandangan hidup yang dipilih oleh seseorang atau masyarakat.

b. Pengertian Pendidikan Karakter

Kata karakter diambil dari bahasa Inggris dan juga berasal dari bahasa Yunani Character. Kata ini awalnya digunakan untuk menandai hal yang mengesankan dari dua koin (keping uang). Selanjutnya istilah ini digunakan untuk menandai dua hal yang berbeda satu sama lainnya, dan akhirnya digunakan juga untuk menyebut kesamaan kualitas pada tiap tiap orang yang membedakan dengan kualitas lainnya (Fathul Muin, 2011: 162).

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, karakter diartikan sebagai sifat-sifat kejiwaan, tabiat, watak, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Karakter adalah ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut asli dan mengakar pada kepribadian benda atau individu, serta

merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seorang bertindak,

bersikap, berucap dan merespon sesuatu.

Menurut Kamisa dalam buku “Konsep, Praktik & Strategi

Membumikan Pendidikan Karakter di SD”, berkarakter artinya

mempunyai watak dan kepribadian Karakter akan memungkinkan individu untuk mencapai pertumbuhan yang berkesinambungan. Hal ini disebabkan karakter memberikan konsistensi, integritasi dan energi. Orang yang memiliki karakter yang kuat, akan memiliki momentum untuk mencapai tujuan. Begitu pula sebaliknya, mereka yang berkarakter mudah goyah, akan lebih lambat untuk bergerak dan tidak bisa menarik orang lain untuk bekerja sama dengannya (Novan Ardy, 2013: 25).

Menurut Scerenko dalam buku Konsep dan Model Pendidikan Karakter yang dikuti oleh Muchlas Samani dan Hariyanto (2014: 42) mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk dan membedakan ciri pribadi, ciri etnis dan kompleksitas mental dari seseorang, suatu kelompok atau bangsa.

Dengan ini dapat dinyatakan bahwa karakter adalah nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, yang membedakannya dengan orang lain serta mewujudkan dalam sikap dan prilaku dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan sangat berperan penting dalam kehidupan dan kemajuan umat manusia. Karena pendidikan merupakan suatu kekuatan yang dinamis dalam kehidupan setiap individu, yang berpengaruh pada perkembangan fisiknya, daya jiwa (akal, rasa, dan kehendak), sosialnya dan moralitasnya. Dalam hal ini, pendidikan tidak hanya mengembangkan ilmu, keterampilan, teknologi, tetapi juga mengembangkan aspek-aspek lainnya, seperti kepribadian, etika, moral dan lain-lain. Pendidikan juga tidak hanya berlangsung di dalam kelas, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan karakter dalam pengertian sederhana adalah hal positif apa saja yang dilakukan oleh guru dan berpengaruh lepada karakter siswa yang diajarkannya. (Muchlas Samani dan Hariyanto, 2014: 43).

Sedangkan pengertian pendidikan karakter menurut beberapa pendapat sebagai berikut:

1) Menurut Ratna Megawangi dalam buku “Konsep, Praktik &

Strategi Membumikan Pendidikan Karakter di SD” yang dikutip

oleh Nova Ardy (2013: 26), pendidikan karakter yaitu sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkan dalam kehidupan sehari-hari

sehingga mereka dapat memberikan konstribusi positif pada masyarakat.

2) Menurut Fikry Gaffar dalam buku “Konsep, Praktik & Strategi

Membumikan Pendidikan Karakter di SD” yang dikutip oleh Nova

Ardy (2013: 26), pendidikan karakter adalah sebuah proses tranformasi nilai-nilai kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang sehingga menjadi satu kehidupan orang itu.

3) Menurut Burke dalam buku Konsep dan Model Pendidikan Karakter yang dikutip oleh Muchlas Samani dan Hariyanto (2014: 43) pendidikan karakter semata-mata merupakan bagian dari pembelajaran yang baik dan merupakan bagian fundamental dari pendidikan yang baik.

Dari beberapa paparan di atas, peneliti berusaha menyimpulkan bahwa pendidikan karakter merupakan sebuah proses pemberian tuntunan kepada anak untuk menjadi manusia seutuhnya, yang berkarakter dalam dimensi hati, fikir, raga serta rasa. Oleh karena itu, pendidikan karakter tidak hanya melibatkan pengetahuan yang baik saja, tetapi juga menanamkan kebiasaan hal yang baik, merasakan dengan baik, dan berperilaku yang baik dengan sepenuh hati tanpa paksaan.

c. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Karakter

Fungsi Pendidikan karakter menurut Kemendiknas (2011: 7) adalah sebagai berikut:

1) Membangun kehidupan kebangsaan yang multikultural,

2) Membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan mampu berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan umat manusia, mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik serta keteladanan baik,

3) Membangun sikap warga Negara yang cinta damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu harmoni.

Sedangkan tujuan pendidikan karakter menurut Kemendiknas (2011:7) adalah mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi:

1) Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik,

2) Membangun bangsa yang berkarakter Pancasila,

3) Mengembangkan potensi warga Negara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia.

Dari tersebut di atas, peneliti menyimpulkan bahwa pendidikan karakter bertujuan untuk menangkap nilai yang diwujudkan dalam sebuah tindakan. Nilai yang dimaksud adalah nilai-nilai dalam

kehidupan pribadi dan interaksi sosial. Dengan internalisasi nilai kebajikan pada diri seorang anak, diharapkan dapat mewujudkan perilaku baik.

d. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Nilai-nilai pendidikan karakter dapat ditangkap manusia melalui berbagai hal diantaranya melalui keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, pemerintah, dunia usaha, media massa, dan sebagainya (Kemendiknas, 2011: 7). Termasuk melalui pemahaman dan penikmatan sebuah tradisi dan budaya. Tradisi khususnya sangat berperan penting sebagai media dalam pentransformasian sebuah nilai termasuk halnya nilai pendidikan karakter. Dalam penelitian ini, nilai- nilai pendidikan karakter dapat ditemukan dalam tradisi Tahlilan yang dilihat dari beberapa unsur dalam penyajiannya.

Dalam rumusan pengembangan nilai pendidikan karakter oleh Kementrian Pendidikan Nasional (2011: 8), terdapat hubungan antara nilai-nilai perilaku manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaaan. Wujud nilai tersebut dikembangkan menjadi 18 nilai karakter, antara lain:

1) Religius, sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya.

2) Jujur, perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan.

3) Toleransi, sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan hal-hal yang berbeda dari dirinya secara sadar dan terbuka.

4) Disiplin, tindakan yang konsisten, menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5) Kerja keras, perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam mengatasi berbagai tugas, permasalahan, pekerjaan dan sebagainya dengan sebaik-baiknya.

6) Kreatif, berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7) Mandiri, merupakan sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8) Demokratis, merupakan cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9) Rasa ingin tahu, merupakan sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10)Semangat kebangsaan, merupakan cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan Negara di atas kepentingan diri dan kelompoknya.

11)Cinta tanah air, merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kebanggaan, kepedulian, dan penghargaan

yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

12)Menghargai prestasi, merupakan sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk menghsilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang lain.

13)Bersahabat/Komunikatif, tindakan yang memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang lain.

14)Cinta damai, merupakan sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan orang lain merasa damai, nyaman, senang, tenang dan aman atas kehadiran dirinya.

15)Gemar membaca, merupakan kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. 16)Peduli lingkungan, merupakan sikap dan tindakan yang selalu

berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan alam sekitar.

17)Peduli sosial, merupakan sikap dan tindakan yang mencerminkan

kepedulian terhadap orang lain maupun masyarakat yang

membutuhkan.

18)Tanggung jawab, merupakan sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, baik yang berkaitan dengan dirinya sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara, dan agama.

Sedangkan didalam buku Buku Panduan Internalisasi Pendidikan Karakter di Sekolah ditulis oleh Jamal Ma'mur Asmani (2011: 36-40)

mengelompokkan nilai-nilai pendidikan karakter menjadi empat macam sebagai berikut:

1) Nilai pendidikan karakter hubungannya dengan Tuhan. Nilai ini bersifat religius untuk memperbaiki karakter individu, yang berhubungan dengan Tuhan maupun kepercayaannya. Nilai ini dapat berupa percaya, berdoa, taat, dan bersyukur kepada Tuhan. 2) Nilai pendidikan karakter hubungannya dengan diri sendiri. Nilai

ini merupakan tuntunan yang ditujukan untuk diri pribadi, yang menekankan pada pengembangan rasa. Nilai ini meliputi jujur, bertanggung jawab, bijaksana, bergaya hidup sehat, disiplin, kerja keras, percaya diri, berjiwa wirausaha, berpikir logis, kritis, kreatif, inovatif, mandiri, ingin tahu, dan cinta ilmu.

3) Nilai pendidikan karakter hubungannya dengan sesama. Pada dasarnya manusia selain sebagai makhluk individu juga sebagai makhluk sosial dengan cara hidup berdampingan dengan orang lain. Nilai ini dapat berupa sadar hak dan kewajiban diri dan orang lain, patuh pada aturan sosial, menghargai karya dan prestasi orang lain, santun, gotong royong, dan demokratis.

4) Nilai pendidikan karakter hubungannya dengan alam

sekitar/lingkungan. Nilai ini berupa sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada lingkungan alam sekitarnya. 5) Nilai pendidikan karakter hubungannya dengan kebangsaan. Nilai

Dengan demikian nilai-nilai pendidikan karakter yang tersirat dalam berbagai hal dapat mengembangkan individu maupun masyarakat dalam berbagai hal pula, dan nilai-nilai tersebut mutlak dihayati, diresapi individu atau masyarakat karena nilai tersebut mengarah pada kebaikan dalam berpikir dan bertindak sehingga budi pekerti serta pikiran atau intelegensinya berkualitas.

Dokumen terkait