1
MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK MELALUI TEKNIK BEHAVIOR CONTRACT DI TK NEGERI PEMBINA SIPATANA
KOTA GORONTALO
Oleh Arni R. Umar
Pembimbing I : Dra. Hj. Rena L. Madina, M.Pd Pembimbing II : Irpan Kasan, S.Ag, M.Pd
ABSTRAK
Hasil pengamatan yang sudah dilakukan khususnya berada di TK Negeri Pembina Sipatana Kota Gorontalo bahwa dari 20 anak hanya sebanyak 8 orang anak atau 40% yang memiliki kemandirian sedangkan 12 orang anak atau 60% yang belum menunjukkan kemandirian dalam kelas. Ketidakmandirian anak yang muncul adalah anak yang masih tergantung pada orang tua baik di rumah maupun di sekolah, anak sangat memerlukan bantuan guru untuk merapikan kembali alat tulis, pakaian serta permainan yang digunakan pada saat proses pembelajaran.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemandirian anak TK Negeri Pembina Sipatana Kota Gorontalo melalui teknik behavior contract. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan prosedur penelitian terdiri dari: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, tahap observasi dan evaluasi, tahap analisis dan refleksi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas (PTK) dengan maksud untuk memberi gambaran terhadap keadaan peningkatan kemandirian anak TK Negeri Pembina Sipatana Kota Gorontalo.
Hasil observasi awal menunjukkan bahwa kemandirian anak masih sangat rendah. Hal ini nampak jelas dari data yang diperoleh. dari 20 orang anak TK Negeri Pembina Sipatana Kota Gorontalo, hanya 8 orang atau 40% yang mandiri. Namun setelah dilaksanakan tindakan siklus I maka diperoleh data 12 orang atau 60% yang sudah mandiri, dan pada siklus II meningkat menjadi 16 orang atau 80%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa teknik behavior contract dapat meningkatkan kemandirian anak TK Negeri Pembina Sipatana Kota Gorontalo. Oleh karena itu teknik behavior contract hendaknya dijadikan sebagai salah satu metode untuk meningkatkan kemandirian anak di TK.
2
ABSTRACT
Arni R. Umar. Nim. 111 411 170. 2012. Increasing Child independence Via Tech Behavior Contract At TK Sipatana's Builder Country Gorontalo's City. Paper. Studi Bimbimgan's program Counselling. Education Knowledge faculty Gorontalo's Country University.Counsellor 1.Dra. Hj. Rena L. Madina, M. Pd, Counsellor II.. Irpan Kasan, S. Ag. M. Pd.
About problem in research is what via tech behavior contract can increase TK's child independence Sipatana's Builder Country Gorontalo's City? To the effect this research is subject to be increase child independence skill TK Sipatana's Builder Country Gorontalo's City.
This research is observational action braze with observational procedure consisting of: preparation phase, performing phase, observation and evaluation phase, analisis's phase and reflection. Method that is utilized in this research is action observational method braze (PTK) for the purpose to give picture to independences increasing situation TK's child Sipatana's Builder Country Gorontalo's City.
Observations observational result early point out that child independence is still bottommost. It is seeming data which is gotten of 20 childs TK Sipatana's Builder Country Gorontalo's Cities, just 7 person or 33% independent ones. But afters was performed by action i. cycle therefore acquired data 12 person or 60% already independent, and on cycle II. worked up as 16 person or 80%.
Base observational result gets to be concluded that tech behavior contract can increase TK's child independence Sipatana's Builder Country Gorontalo's City. Therefore behavior contract's tech ought to been made as one of method to increase child independence at TK.
3
PENDAHULUAN
Mendidik anak agar memiliki kemandirian tentunya tidak lepas dari pentingnnya peran serta orang tua/keluarga dan guru di sekolah. Mnurut Gunarsa, (2004:29) kemandirian merupakan manifestasi dari perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan/masalah, mempunyai kemandirian dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Salah satu kemandirian yang perlu dikembangkan pada anak usia ini khususnya di taman kanak-kanak adalah kemandirian anak dalam kelas. Kemandirian dalam kelas ditunjukan dengan upaya anak untuk melakukan aktifitas sendiri tanpa bantuan orang lain. Oleh karena itu guru dapat memfasilitasi anak agar mandiri dalam melakukan aktifitas belajar dalam kelas.
Anak selalu gagal dalam kelas jika guru tidak melakukan bimbingan dengan baik pada anak secara kontinu. Hal ini anak selalu tergantung pada guru pada saat aktifitas belajar dalam kelas telah berlangsung dan kurang dapat berkreasi dengan baik. Realitas ini menjadikan anak seringkali bersikap pasif ketika pembelajaran berlangsung dan tergantung pada guru, tidak ada pola kemandirian dari dalam diri.
Berperilaku mandiri bagi anak bertujuan untuk memberikan kebebasan yang besar pada anak didalam batas-batas kemampuannya, dengan sendirinya anak akan menjadi mandiri yang ditunjukkan dengan perilaku anak akan berlatih makan sendiri, mengatur permainannya sendiri, duduk yang manis saat belajar dan mampu memecahkan masalah sendiri. Penerapan mandiri bagi anak yang dikehendaki dapat berjalan secara optimal, efektif dan efesien.
Sebaliknya ketidakmandirian pada anak ditandai dengan ketidakmampuan anak dalam membuat keputusan dan memecahkan masalah sendiri, yang dapat berakibat bila anak menghadapi masalah, anak akan mengharapkan bantuan orang lain untuk mengambil keputusan bagi dirinya dan memecahkan masalahnya sendiri.
Pengamatan yang sudah dilakukan khususnya berada di TK Negeri Pembina Sipatana Kota Gorontalo bahwa dari 20 anak hanya sebanyak 8 orang anak atau 40% yang memiliki kemandirian sedangkan 12orang anak atau 60%
4
yang belum menunjukkan kemandirian dalam kelas. Ketidakmandirian anak yang muncul adalah anak masih tergantung pada orang tua baik di rumah maupun di sekolah, anak angat memerlukan bantuan guru untuk merapikan kembali alat tulis, pakaian serta permainan yang digunakan pada saat proses pembelajaran.
Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah teknik behavior contract. Teknik ini merupakan salah satu strategi yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Teknik behavior contrak adalah suatu perjanjian antara anak dengan guru untuk berperilaku tertentu dan akan diberikan hadiah.
Permasalahan
Berdasarkan latar belakang permasalahan maka diidentifikasi masalah sebagai berikut :1.anak masih tergantung pada orang tua baik di rumah maupun di sekolah, 2. anak masih tergantung pada guru dalam mengatur alat tulis belajar. Di rumuskan apakah kemandirian anak di TK Pembina Sipatana dapat di tingkatkan melalui teknik behavior contract? tujuan penelitian ini adalah untuk
meningkatkan kemandirian anak TK Pembina Sipatana Kota Gorontalo melalui teknik behavior contract. Diharapkan dapat menambah pengetahuan guru untuk membentuk diri anak menjadi hidup mandiri baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan keluarga, dan sebagai tambahan wawasan dan pengetahuan agar orang tua menyadari pentingnya,bimbingan bagi anak sehingga orang tua dapat membimbing anaknya dengan sebaik mungkin, serta pendekatan dan bimbingan peserta didik akan dapat memiliki kemandirian.
Kajian Pustaka
1. Pengertian Kemandirian
Kemandirian adalah perilaku mampu berinisiatif, mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa percaya diri dan dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang lain, hasrat untuk mengerjakan segala sesuatu bagi diri sendiri.
Kemandirian anak TK berbeda dengan kemandirian remaja ataupun orang dewasa. Jika definisi mandiri untuk remaja dan orang dewasa adalah kemampuan
5
seseorang untuk bertanggung jawab atas apa yang dilakukan tanpa membebani orang lain, sedangkan untuk anakTK adalah kemampuan yang disesuaikan dengan tugas perkembangan. Adapun tugas-tugas perkembangan untuk anak usia dini adalah belajar berjalan, belajar makan, berlatih berbicara, koordinasi tubuh, kontak perasaan dengan lingkungan, pembentukan pengertian, dan belajar moral (Simanjuntak, 2009:12).
Dengan kemandirian seseorang dapat berkembang dengan lebih mantap. Untuk dapat mandiri seseorang membutuhkan kesempatan, dukungan, dan dorongan dari keluarga serta lingkungan di sekitarnya. Agar dapat mencapai otonomi atas diri sendiri. Peran keluarga serta lingkungan di sekitar dapat memperkuat untuk setiap perilaku yang di lakukan. “Kemandirian merupakan suatu sikap otonomi dimana seseorang secara relatif bebas dari pengaruh penilaian, pendapat dan keyakinan orang lain”. Dengan otonomi tersebut seorang anak diharapkan akan lebih bertanggung-jawab terhadap dirinya sendiri (Robert havighurst).
Kemandirian, seperti halnya dapat berkembang dengan baik jika diberikan kesempatan untuk berkembang melalui latihan yang dilakukan secara terus menerus dan dilakukan sejak dini. Latihan tersebut dapat dilakukan berupa pemberian tugas-tugas tanpa bantuan dan tentu saja tugas-tugas tersebut disesuiakan dengan usia anak dan kemampuan anak.
2. Aspek-Aspek Kemandirian Anak TK
Aspek-aspek kemandirian menurut Masrun (dalam, Arianti 2009:24) antara lain:
a. Bebas, yaitu ditunjukkan dengan tindakan yang dilakukan atas kehendak sendiri bukan karena orang lain.
b. Progresif, yaitu ditunjukkan dengan usaha untuk mengejarberprestasi, penuh ketekunan, merencanakan serta mewujudkanharapan-harapannya.
c. Inisiatif, yaitu adanya pemanfaatan berpikir dan bertindak secaraorisinil, kreatif dan inisiatif.
6
d. Pengendalian diri, yaitu adanya perasaan mampu untuk mengatasi masalahnya, mampu mengendalikan serta mampu mempengaruhilingkungan atas usahanya.
e. Kemampuan diri, yaitu mencakup rasa percaya diri terhadapkemampuan sendiri, menerima dirinya dan memperoleh kepuasandari usahanya.
3. Bentuk-Bentuk Kemandirian Anak
Menurut Bark (2006:14) bahwa kegiatan anak sehari-hari dalam bentuk kemandirian dapat dilihat dari :
a. Kemampuan anak dalam berpakaian
Pada anak usia TK kemandirian terlihat ketika anak dapat melakukan dan menyelesaikan pekerjaannya sendiri tanpa meminta atau mengharapkan bantuan dari orang tua atau orang lain yang ada disekitarnya. Bagi anak berpakaian merupakan suatu pekerjaan yang berat.Seperti mengancingkan baju, memakai kaos kaki, melipat baju dan sebagainya. Dengan kemandiriannya yang tumbuh dalam diri anak, maka anak akan merasa lebih mandiri dalam melakukan pekerjaan selanjutnya, selain itu dapat menumbuhkan harga diri yang kuat.
b. Kemampuan anak dalam melakukan kegiatan makan
Pada saat anak memiliki kemandirian dalam hal makan, anak akan melakukan acara makan sendiri dengan mengambil alat makan dan makanan itu sendiri tanpa disuapi atau dilayani oleh orang tua, anak usia TK juga terkadang sudah mengetahui kapan ia harus makan, tanpa menunggu perintah dari orang tua. c. Kemampuan anak untuk mengurus diri ketika melakukan buang air
Kemandirian pada anak usia TK juga dapat terlihat ketika anak mampu mengurus dirinya ketika buang air besar maupun kecil, tetapi kemampuan ini tidak terjadi secara tiba-tiba atau spontan. Untuk menjadi mampu melakukan sendiri atau terampil diperlukan suatu latihan yang bertahap.
d. Mampu atau berani pergi sendiri
Anak usia TK umumnya tidak berani untuk pergi sendiri, baik itu untuk pergi ke sekolah maupun pergi ke tempat bermain. Biasanya mereka memerlukan
7
teman untuk menjaga atau melindunginya.Dalm hal ini orang tua memberikan suatu latihan pada anak agar mampu untuk pergi sendiri.
4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemandirian Anak TK
Faktor–faktor yang mempengaruhi kemandirian anak usia prasekolah terbagi menjadi dua meliputi faktor internal dan faktor eksternal (Soetjiningsih, 2001:12). Faktor internal merupakan faktor yangada dari diri anak itu sendiri yang meliputi emosi dan intelektual. Faktor emosi ini ditunjukkan dengan kemampuan mengontrol emosidan tidak terganggunya kebutuhan emosi orang tua. Sedangkan faktor intelektual ditunjukkan dengan kemampuan untuk mengatasi berbagaimasalah yang dihadapi. Sedangkan faktor eksternal yaitu faktor yangdatang atau ada dari luar anak itu sendiri. Faktor ini meliputilingkungan , karakteristik sosial, stimulasi pola asuh cinta dan kasihsayang, kualitas informasi anak dan orang tua, dan pendidikan orangtua dan status pekerjaan ibu. Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapaiatau tidaknya tingkat kemandirian anak usia pra sekolah, sehinggalingkungan yang baik akan meningkatkan cepat tercapainyakemandirian anak. Selain itu karakteristik sosial juga dapatmempengaruhi kemandirian anak, misalnya tingkat kemandirian anakdari keluarga miskin berbeda dengan anak dari keluarga kaya, akantetapi anak yang mendapatkan stimulasi terarah dan teratur akan lebihmandiri dibanding dengan anak yang kurang mendapat stimulasi.
5. Pengertian Behavior Contract
Fauzan (2009:21) mengatakan bahwa Behavior Contract adalah perjanjian dua orang ataupun lebih untuk berperilaku dengan cara tertentu dan untuk menerima hadiah bagi perilaku itu. Kontrak ini menegaskan harapan dan tanggung jawab yang harus dipenuhi dan konsekuensinya. Kontrak dapat menjadi alat pengatur pertukaran reinforcement positif antarindividu yang terlibat. Strukturnya merinci siapa yang harus melakukan, apa yang dilakukan, kepada siapa dan dalam kondisi bagaimana hal itu dilakukan, serta dalam kondisi bagaimana dibatalkan.
8
Menurut latipun (2008),behavior contract adalah persetujuan antara dua orang atau lebih (konselor dan klien) untuk mengubah perilaku tertentu pada klien. Konselor dapat memilih perilaku yang realistik dan dapat diterima oleh kedua belah pihak. Setelah perilaku dimunculkan sesuai dengan kesepakatan, ganjaran dapat diberikan kepada klien. Dalam terapi ini ganjaran positif terhadap perilaku yang dibentuk lebih dipentingkan daripada pemberian hukuman jika kontrak perilaku tidak berhasil.
6. Langkah-Langkah Behavior Contract
Menurut Gantina (2011:16), langkah-langkah yang harus dilakukan dalam pembuatan kontrak perilaku adalah:
1. Pilih tingkah laku anak yang akan diubah.
Langkah awal yaitu memilih tingkah laku anak yang akan diubah dalam hal ini adalah kemandirian anak (selalu bergabung dengan orang tua)
2. Tentukan data awal (baseline data) yaitu tingkah laku yang akan diubah. Langkah kedua menentukan data awal terhadap terhadap tingkah laku yang yang diubah. Untuk langkah yang kedua ini kita perlu menentukan data awal terhadap tingkah laku yang akan diubah yang berkaitan dengan kemandirian anak seperti kemandirian anak dalam bermain sendiri.
3. Tentukan jenis penguatan yang akan diterapkan.
Langkah yang ketiga menentukan penguatan yang akan diterapkan. Ketika mulai mengubah perlakuan, maka kita dapat menentukan penguatan yang akanditerapkan, misalnya ketika anak sudah mampu bermain sendiri maka akan diberikan penguatan seperti tepuk tangan.
4. Berikan reinforcement setiap kali tingkah laku yang diinginkan ditampilkan sesuai dengan jadwal kontrak.
Untuk langkah yang keempat misalnya dalam 1 minggu anak telah mengajukan perubahan tingkah laku misalnya bisa mandi sendiri, maka diberikan penguatan berupa pujian
9
Artinya apabila anak dapat menampilkan tingkah laku yang menunjukkan perubahan, maka perlu diberikan penguatan sampai anak telah berubah tanpa diberikan penguatan lagi.
7. Penerapan Teknik Behavior Contract Dalam Meningkatkan Kemandirian Anak
Penerapan Behavior Contract pada kemandirian anak adalah pentingnya guru untuk dapat memberikan motivasi ketika berada dalam kelas agar lebih mandiri lagi tanpa harus dengan orang tua, adanya kontrak yang telah disepakati antara guru dan siswa. Yang bagaimana siswa akan berperilaku mandiri sesuai dengan kontrak yang sudah disepakati. Sebagai penguat kemandirian yang dilakukan, guru dapat memberikan reinforcement kepada siswa yang kurang mempunyai kemandirian. Pemberian reinforcement ini dapat diberikan pada saat perilaku muncul, ketika siswa untuk datang kesekolah harus bantuan orang tua, guru dapat memberikan pengarahan atau memotivasi siswa untuk mematuhi kontrak yang sudah disepakati sebelumnya.
Salah satu standar kompetensi Kurikulum 2004 Taman Kanak-Kanak adalah anak menunjukkan motivasi dalam belajar, percaya diri, bekerja mandiri dan bekerjasama dengan orang lain. Pembelajaran kemandirian bertujuan mengembangkan kemampuan dan kesanggupan melakukan tugas yang tidak selalu menggantungkan pada orang lain, serta mampu mengambil inisiatif secara mandiri sesuai potensi anak.
Proses pembelajaran Taman Kanak-Kanak harus diarahkan untuk mengembangkan kecakapan hidup. Pengembangan konsep kecakapan hidup didasarkan atas pembiasaan-pembiasaan yang memiliki tujuan untuk mengembangkan kemampuan menolong diri sendiri, disiplin dan sosialisasi serta memperoleh keterampilan dasar yang berguna untuk kelangsungan hidupnya (Depdiknas,2005).
Latihan-latihan untuk hidup praktis dirancang untuk mengajari anak pada pekerjaan dalam lingkungannya sendiri, dengan jalan mengajari mereka bagaimana menguasai hal-hal yang ada di sekitarnya (Hainstock, 2002:18).
10
Kemandirian anak untuk menolong dirinya sendiri dalam rangka kecakapan hidup diwujudkan melalui aktifitas yang dekat dengan kehidupan anak sehari-hari, misal menggosok gigi, kecakapan memotong buah dan sebagainya.
METODE PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah PTK dengan 2 siklus. yaitu siklus 1 dan siklus 2. Data kemandirian anak dianalisis menggunakan analisis komparatif yaitu membandingkan rata-rata pencapaian kemandirian anak persiklus dengan indikator kemandirian anak setiap siklus, hasil ini kemudian di jadikan pedoman untuk melaksanakan tindakan selanjutnya. adapun langkah dalam analisis data observasi untuk anak penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.memberikan nilai atau skor pada setiap descriptor. dengan ketentuan sebagai berikut,a.M: Mampu b.KM : Kurang Mampu c.TM : Tidak Mampu. 2.Membuat tabulasi nilai observasi rasa percaya diri anak, 3.Menjumlah skor setiap anak yang diperoleh dari butir amatan yang ada, 4.Menghitung prosentase kemadirian setiap anak
1. menghitung rata-rata prosentase pencapaian kemandirian anak yang diperoleh dari hasil jumlah prosentase di bagi dengan jumlah anak 2. membandingkan hasil rata-rata prosentase pencapaian kemandirian
anak dengan indikator pencapaian setiap siklus. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian
1. Pelaksanaan Siklus I
Hasil pengamatan pada siklus I diperoleh data ada 4 orang atau 20% yang memperoleh nilai kategori sangat baik, ada 8 orang atau 40% yang memperoleh nilai kategori baik, ada 7 orang atau 35% yang memperoleh nilai kategori cukup, dan ada 1 orang atau 5% yang memperoleh nilai kategori kurang.
Pada pelaksanaan siklus I tersebut menunjukkan bahwa kemandirian anak sudah ada peningkatan dari observasi awal, dan belum mencapai indikator yang diharapkan. Dengan demikian pelaksanaan tindakan pada siklus I diharapkan
11
menjadi motivasi bagi anak untuk meningkatkan kemampuan dalam kemandirian melalui teknik behavior contract.
2. Pelaksanaan Siklus II
Hasil pengamatan pada siklus II sudah ada peningkatan dari observasi awal dan siklus I. Adapun data hasil yang diperoleh anak yaitu ada 6 orang atau 30% yang memperoleh nilai kategori sangat baik, ada 10 orang atau 50% yang memperoleh nilai kategori baik, ada 4 orang atau 20% yang memperoleh nilai kategori cukup, dan 0% yang memperoleh nilai kategori kurang. Adapun hasil pencapaian kemnadirian anak seperti pada tabel di bawah ini :
Memperhatikan data hasil kegiatan belajar mengajar siklus II pada tabel di atas tampaklah pengelolaan pembelajaran yang dilaksanakan peneliti telah memenuhi target yang diharapkan.
B. Pembahasan
Kegiatan penelitian tindakan kelas pada pembelajaran, khususnya dalam upaya meningkatkan kemandirian anak melalui teknik behavior contract menunjukkan hasil seperti pada observasi awal, yang memiliki kemandirian adalah 35%, sikkus I 60% dan siklus II diperoleh 80%. Hasil penelitian dimaksud adalah rata-rata dan jumlah persentase seluruh aspek kemandirian anak yang diamati. Adapun hasil yang diperoleh pada setiap pelaksanaan tindakan setiap siklus, dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini :
Tabel 10 Analisis Persentase Rata-rata Kemandirian Anak
Kategori Observasi Awal Siklus I Siklus II
Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %
SB 0 0 4 20 6 30
B 8 40 8 40 10 50
C 8 40 7 35 4 20
K 2 20 1 5 0 0
12 Kategori : Sangat Baik : 85-100 Baik : 70-84 Cukup : 50-69 Kurang : 0-49
Dari hasil persentase rata-rata, diperoleh data untuk kategori sangat baik terjadi peningkatan rata-rata dari observasi awal ada 0%, pada siklus I ada 4 orang atau 20%, dan pada siklus II 6 orang atau 30%, Untuk kategori baik, pada observasi awal ada 8 atau 40%, pada siklus I ada 8 orang atau 40%, pada siklus II ada 10 orang atau 50%, kemudian untuk kategori cukup diperoleh data pada observasi awal ada 8 orang atau 40%, siklus I ada 7 atau 35% dan pada siklus II ada 4 orang atau 20%, dan untuk kategori kurang pada observasi awal 2 orang atau 20% dan pada siklus I tinggal 1 orang atau 5% kemudian pada siklus II kategori kurang 0%. Peningkatan ini terjadi adanya kerja sama antara peneliti dengan pengamat dalam merancang pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan teknik behavior contract. Dengan demikian hasil pada siklus II telah mencapai hasil yang diharapkan berdasarkan indikator kinerja 75% atau 15 orang yang sudah mandiri dari jumlah seluruhnya 20 orang anak, namun hasil pada siklus II sudah lebih dari indikator yang telah ditentukan yaitu 80% atau 16 orang anak yang sudah mandiri.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi jelaslah bahwa teknik behavior contract dapat dijadikan sebagai teknik meningkatkan kemandirian anak. Temuan ini sekaligus menunjukkan bahwa peningkatan kemmandirian anak dapat ditingkatkan melalui teknik behavior contract. Dengan melihat hasil capaian yang ada, maka hipotesis penelitian tindakan kelas yang menyatakan: “jika guru menggunakan teknik behavior contract pada pembelajaran, maka kemampuan kemandirian anak pada anak TK Negeri Pembina akan meningkat, dapat diterima.
3. Simpulan
Dari hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa telah tercapai peningkatan kemandirian anak sesuai indikator kinerja yang ditetapkan, yaitu anak telah memiliki kemampuan kemandirian dengan rincian hasil yang
13
diperoleh pada observasi awal adalah 40% atau 8 orang anak, hasil yang diperoleh pada siklus I mencapai 60% atau 12 orang anak, dan hasil yang diperoleh pada siklus II meningkat menjadi 80% atau 16 orang anak.
Hasil penelitian peningkatan kemandirian anak melalui teknik behavior contract mencapai 35% dari observasi awal, pada siklus II meningkat menjadi 80% dari hasil observasi awal.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi jelaslah bahwa teknik behavior contract dapat dijadikan sebagai teknik untuk meningkatkan kemandirian anak. Temuan ini sekaligus menunjukkan bahwa peningkatan kemandirian anak dapat ditingkatkan melalui teknik behavior contract.
Dengan melihat hasil yang dicapai maka dapat disimpulkan bahwa dengan melaksanakan kegiatan behavior contract, maka kemandirian anak pada TK Negeri Pembina Kota Gorontalo dapat ditingkatkan.
4. Saran
1. Teknik behavior contract di TK hendaknya menjadi perhatian utama guru TK agar kemandirian anak dapat ditingkatkan dengan maksimal
2. Kegitan kemandirian anak hendaknya dijadikan sebagai salah satu teknik untuk meningkatkan kemnandirin anak di TK
3. Kegiatan kemandirian anak perlu diterapkan pada usia dini sehingga akan menjadi pembelajaran yang menarik untuk digunakan dalam meningkatkan kemandirian anak di TK.
DAFTAR PUSTAKA
Arbya, 2011. Kemandirian Psikologis Anak. Jakarta : Depdikbud Gunarsa, 2004.Kemandirian Anak.Jakarta : Rineka Cipta Simanjuntak, 2009.Kemandirian Anak TK. Jakarta : Depdikbud
Hainstock . 2002. Kemandirian Anak Pada Tingkat Taman Kanak-Kanak . Jakarta
14
Latipun . 2008 . psikologi konseling. Malang : UMM Pers
Mu’tadin, 2002.Kemandirian Individual Anak.Jakarta : Depdiknas
Masrini, 2009.Tahap Perkembangan Kemandirian Anak :Bandung : Alpabeta PatmonodewoSoemiarti 2003. Pendidikan Anak Prasekolah.Rineka Cipta :