• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pendugaan Thermal Front dan Upwelling sebagai Indikator Daerah Potensial Penangkapan Ikan di Perairan Mentawai (The Prediction of Thermal Front and Upwelling as Indicator of Potential Fishing Grounds in Mentawai Water)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pendugaan Thermal Front dan Upwelling sebagai Indikator Daerah Potensial Penangkapan Ikan di Perairan Mentawai (The Prediction of Thermal Front and Upwelling as Indicator of Potential Fishing Grounds in Mentawai Water)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENDUGAAN THERMAL FRONT DAN UPWELLING SEBAGAI INDIKATOR

DAERAH POTENSIAL PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN MENTAWAI

(The Prediction of Thermal Front and Upwelling as Indicator

of Potential Fishing Grounds in Mentawai Water)

Oleh:

Domu Simbolon

1*

, Silvia

2

, Prihatin I. Wahyuningrum

1

1 Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB

2 Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Riau

* Korespondensi: domu_psp@yahoo.com

Diterima: 13 September 2012; Disetujui: 26 Februari 2013

ABSTRACT

Oceanographic parameters such us upwelling and thermal fronts are indicators of potential fishing grounds. Knowing the phenomenon would help fishermen to find potential fishing ground locations. The objectives of this study were to estimate the distribution of the sea surface temperature (SST) and to determine the location of thermal front and upwelling around Mentawai water. The research was conducted between March 2006 and May 2006 in Mentawai water, West Sumatera. While the sea surface temperature image from June 2006 to September 2007 were processed by using computer. Visual data analysis was used to determine the thermal fronts and upwelling. SST range on east monsoon from 26 to 32ºC, 23-32ºC on west-east transitional monsoon, 23-32ºC on west monsoon, 25-32ºC on east-west transitional monsoon. Thermal fronts are found almost all year around of Siberut Island, Sipora Island, North Pagai Island, South Pagai Island and around Pasaman. Indication of upwelling is not found in the west monsoon. On east monsoon, upwelling found around Siberut Island, Sipora Island, North Pagai Island and South Pagai Island. On the west east tsansitional monsoon, upwelling found around Siberut Island, Sipora Island and South Pagai island. On the east west transitional monsoon, upwelling found around of Sipora Island and North Pagai Island.

Keywords: Mentawai water, sea surface temperature (SST), thermal front, upwelling

ABSTRAK

Parameter oseanografi seperti upwelling dan thermal front dapat digunakan sebagai

indikator daerah penangkapan ikan potensial. Pengetahuan tentang lokasi perairan dengan fenomena tersebut akan dapat membantu para nelayan untuk mencari daerah penangkapan ikan potensial. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan sebaran suhu permukaan laut (SPL), dan

memprediksi keberadaan thermal front dan upwelling di perairan Mentawai. Penelitian ini

dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2006 di Perairan Mentawai. Sedangkan Citra SPL yang diolah Juni 2006-September 2007. Analisa data yang digunakan adalah secara visual untuk menentukan

thermal front dan upwelling. Pada musim timur SPL berkisar 26-32°C, musim peralihan timur-barat

berkisar 23-32C, musim barat berkisar 23-32C, musim peralihan barat-timur berkisar antara

25-32C. Thermal front hampir ditemukan sepanjang tahun di sekitar Pulau Siberut, Pulau Sipora,

Pulau Pagai Utara, Pulau Pagai Selatan dan sekitar Pasaman. Indikasi upwelling tidak ditemukan

pada musim barat. Pada musim timur, upwelling ditemukan di sekitar Pulau Siberut, Pulau Sipora,

Pulau Pagai Utara, Pulau Pagai Selatan. Pada musim peralihan timur barat, upwelling ditemukan

di sekitar Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara. Pada musim barat timur, upwelling

ditemukan di sekitar Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara.

(2)

PENDAHULUAN

Kepulauan Mentawai adalah kabupaten termuda di Provinsi Sumatera Barat. Kepulauan ini memiliki perairan dengan potensi sumberda-ya ikan sumberda-yang potensial untuk kegiatan perikan-an tperikan-angkap. Beberapa komoditas ikperikan-an pelagis ekonomis penting yang terdapat di perairan Kepulauan Mentawai di antaranya adalah tuna, tongkol dan cakalang (DKP Kabupaten Menta-wai 2003). Salah satu kendala yang dihadapi nelayan di Mentawai adalah kurangnya infor-masi mengenai musim dan daerah penang-kapan ikan. Umumnya nelayan menggunakan cara-cara tradisional dalam menentukan daerah penangkapan seperti melihat burung yang me-nukik di atas permukaan laut, adanya buih di permukaan laut dan perubahan warna pada perairan. Hal tersebut mengakibatkan banyak waktu, tenaga dan biaya yang terbuang untuk mencari ikan. Oleh karena itu, informasi tentang keberadaan daerah penangkapan ikan yang potensial sangatlah diperlukan.

Daerah penangkapan ikan yang poten-sial dapat,ditentukan apabila tersedia informasi tentang indikator-indikator yang mempengaruhi keberadaan ikan. Indikator yang dimaksud antara lain: kesuburan perairan yang bisa di-lihat dari sebaran konsentrasi klorofil-a,

kebe-radaan thermal front dan upwelling yang bisa

diduga dari distribusi SPL. Fenomena timbulnya

thermal front dan upwelling dapat digunakan untuk menduga daerah penangkapan ikan yang potensial.

Teknologi penginderaan jauh merupa-kan salah satu alternatif untuk mempercepat penyediaan data parameter oseanografi seperti suhu permukaan laut, klorofil-a. Informasi tersebut dapat dimanfaatkan untuk menduga

terjadinya fenomena upwelling dan thermal

front yang dapat digunakan sebagai indikator daerah penangkapan ikan potensial.

Berdasar-kan hasil kajian Kimura et al. 1997; Zainuddin

et al. 2006 menunjukkan bahwa migrasi, distri-busi dan keberadaan ikan mempunyai

hubu-ngan yang erat dehubu-ngan front. Oleh karena itu,

pengetahuan tentang lokasi perairan dengan

memanfaatkan fenomena thermal front dan

upwelling akan dapat membantu para nelayan untuk mencari lokasi daerah penangkapan ikan yang potensial secara lebih akurat. Penelitian ini bertujuan untuk menen-tukan sebaran suhu permukaan laut (SPL), dan memprediksi

keberadaan thermal front dan upwelling di

perairan Mentawai sebagai indika-tor daerah penangkapan ikan yang potensial.

METODE

Penelitian ini dilakukan di Kepulauan Mentawai. Jenis data yang dikumpulkan terdiri

dari data suhu permukaan laut (SPL) in-situ

dan ex-situ dari perairan Mentawai. Data

in-situ SPL diperoleh dari pengukuran langsung

di perairan Mentawai-Sumatera Barat (Gam-bar 1) pada bulan Maret-Mei 2007. Adapun

data ex-situ citra SPL diperoleh dari Stasiun

Bumi Satelit Lingkungan dan Cuaca (SBSLC) Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasio-nal (LAPAN), Jakarta Timur. Data Citra SPL tersebut adalah hasil deteksi satelit NOAA-AVHRR. Data citra SPL yang dikumpulkan adalah data citra SPL di perairan Mentawai mulai bulan Juni 2006-September 2007. Pe-nelitian ini dilakukan dengan metode survei.

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 1 unit komputer

dengan prosesor pentium dual core dan

memory 2 GB untuk pengolahan data, termo-meter untuk pengukuran suhu air laut di

lapa-ngan (in-situ), software ER Mapper 6.4 untuk

pengolah citra, Peta Perairan Mentawai Suma-tera Barat skala 1:200.000, citra suhu permu-kaan laut hasil pengukuran NOAA-AVHRR bulan Juni 2006 sampai Mei 2007 yang bebas awan.

Citra SPL yang diolah adalah citra yang bebas awan dan merupakan rata-rata bulanan sebanyak 12 citra. Citra SPL dikelompokkan berdasarkan variasi musiman. Tahapan peng-olahan citra SPL dari satelit NOAA-AVHRR menjadi kontur SPL meliputi tahap pemilihan citra bebas awan, tahap pemotongan citra (cropping), perhitungan nilai SPL, klasifikasi SPL, koreksi geometrik, pembuatan kontur

SPL, overlay kontur SPL dengan hasil digitasi

bentuk daratan.

Daerah thermal front ditandai dengan

adanya gradien suhu yang rapat dibandingkan dengan daerah sekitarnya dengan kisaran suhu 0,5°C dalam 3 Km (LAPAN 2003).

Adapun daerah upwelling dideteksi dengan

menggunakan citra SPL jika memenuhi per-syaratan SPL yang lebih dingin dari area seki-tarnya dengan gradien ≥ 2ºC.

HASIL

Profil suhu permukaan laut (SPL) perairan Mentawai bulan Juni 2006-Mei 2007 disajikan pada Tabel 1. Secara umum Syakur (2007) membagi musim di Indonesia menjadi

(3)

Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian tiga yaitu musim timur (Juni-Agustus), musim

barat (Desember-Februari) dan musim per-alihan. Musim peralihan terdiri dari dua yaitu peralihan timur-barat (September-November) dan peralihan barat-timur (Maret-Mei). Citra SPL pada musim timur (Juni-Agustus) menun-jukkan sebaran spasial SPL yang relatif stabil

pada kisaran 260C290C, yang didominasi oleh

suhu hangat, yaitu 290C. Pada musim peralihan

timur-barat (September-November), sebaran spasial SPL cenderung berfluktusi, yaitu

berki-sar antara 230C290C dengan SPL dominan

pada bulan September 2006 adalah 240C

(dingin), pada bulan Oktober 2006 adalah 270C,

hingga mencapai290C pada bulan November

2006.

Citra SPL pada musim barat (Desember 2006-Februari 2007) menunjukkan sebaran spasial SPL yang berfluktuasi, yaitu berkisar

antara 230C-300C. Pada bulan Desember 2006,

perairan Mentawai didominasi oleh suhu hangat

(280C) dan meningkat lagi pada bulan Januari

2007 (300C), tetapi menurun lagi hingga

menja-di 280C pada bulan Februari 2007. Pada musim

peralihan barat-timur (Maret-Mei), sebaran spasial SPL berfluktuasi dengan kisaran antara

250C-300C. Pada bulan Maret-April 2007,

per-airan Mentawai didominasi oleh suhu panas,

yaitu 300C, namun pada bulan Mei 2007 suhu

perairan mengalami penurunan dengan SPL

dominan menjadi 280C. Tabel 2 me-rangkum

tentang sebaran temporan dan spasial

fenomena thermal front dan upwelling di

perairan Mentawai. Gambar 2 dan Gambar 3 menunjukkan citra SPL kompo-sit bulanan pada musim timur dan musim per-alihan timur-barat.

Pada musim timur (Juni-Agustus 2006),

ditemukan beberapa lokasi yang diduga terjadi

thermal front. Indikasi munculnya upwelling

pada musim timur hanya ditemukan pada bulan Agustus 2006 (Tabel 2 dan Gambar 2). Pada

musim peralihan timur-barat

(September-November 2006), ditemukan beberapa lokasi

yang mengindikasikan terjadi thermal front.

Indikator munculnya fenomena upwelling pada

musim peralihan timur-barat ini ditemukan hanya pada bulan November 2006, sedangkan

bulan September-Oktober 2006 tidak

ditemukan upwelling (Tabel 2 dan Gambar 3).

Gambar 4 dan Gambar 5 menunjukkan citra SPL komposit bulanan pada musim barat dan musim peralihan barat-timur. Pada musim barat (Desember 2006-Februari 2007), terdapat beberapa lokasi yang diduga mengalami

feno-mena thermal front, sedangkan indikator

terja-dinya upwelling tidak ditemukan pada musim ini

(Tabel 2 dan Gambar 4). Indikasi terjadinya

fenomena thermal front dapat ditemukan pada

sepanjang musim peralihan barat-timur (Maret-Mei 2007). Pada musim peralihan barat-timur

ini, indikasi terjadinya upwelling hanya terjadi

pada bulan Mei 2007 (Tabel 2 dan Gambar 5).

PEMBAHASAN

Berdasarkan pengamatan terhadap citra suhu permukaan laut (SPL) terlihat bahwa SPL terendah terjadi pada bulan September 2006 dan tertinggi pada bulan Januari 2007 dan Maret 2007. Rendahnya SPL pada September 2006 diduga terkait erat dengan awal pergan-tian musim untuk memasuki musim peralihan timur-barat. Pada bulan September 2006, ting-kat curah hujan dan tutupan awan cukup tinggi, serta terdapat arus yang mengalir dari

(4)

Samu-N

30 0 30

Kilometers

Sebaran Suhu (dalam derajat celcius)

23.1 - 24 24.1 - 25 25.1 - 26 26.1 - 27 27.1 - 28 28.1 - 29 29.1 - 30 30.1 - 31 31.1 - 32 LEGENDA

S

S

S

S

S

30.5 30 .5 29 .0 2 8 .5 29 .0 29 .0 29 .5 28.5 29.0 3 1.5 26.5 29.0 28.0 28.0 2 6.5 27.5 31 .5 28 .5 28.0 27.0 27.5 3 ° 0 0 ' 3° 0 0 ' 2 ° 4 0 ' 2° 4 0 ' 2 ° 2 0 ' 2° 2 0 ' 2 ° 0 0 ' 2° 0 0 ' 1 ° 4 0 ' 1° 4 0 ' 1 ° 2 0 ' 1° 2 0 ' 1 ° 0 0 ' 1° 0 0 ' 98°40' 98°40' 99°00' 99°00' 99°20' 99°20' 99°40' 99°40' 100°00' 100°00' 100°20' 100°20' 100°40' 100°40' 101°00' 101°00' Padang Pasaman P . P ag ai S elata n P . P ag ai U tara P . S ipo ra P . S ib erut Gradien Suhu Darat

S

Front Awan N 30 0 30 Kilometers

Sebaran Suhu (dalam derajat celcius)

23.1 - 24 24.1 - 25 25.1 - 26 26.1 - 27 27.1 - 28 28.1 - 29 29.1 - 30 30.1 - 31 31.1 - 32 Gradien Suhu Darat

S

Front Awan LEGENDA

S

S

S

S

S

S

S

29.5 29.0 28. 5 25 .0 29.5 25 .5 28.0 27 .0 26 .5 29 .5 28.0 28 .5 27.0 27.5 30 .0 32 .0 31.0 30 .5 30.0 28 .0 27 .5 25 .0 2 7 .0 25 .5 26.0 24 .5 29.0 28 .5 29.5 2 6 .5 32.0 3 ° 2 0 ' 3° 2 0 ' 3 ° 0 0 ' 3° 0 0 ' 2 ° 4 0 ' 2° 4 0 ' 2 ° 2 0 ' 2° 2 0 ' 2 ° 0 0 ' 2° 0 0 ' 1 ° 4 0 ' 1° 4 0 ' 1 ° 2 0 ' 1° 2 0 ' 1 ° 0 0 ' 1° 0 0 ' 98°40' 98°40' 99°00' 99°00' 99°20' 99°20' 99°40' 99°40' 100°00' 100°00' 100°20' 100°20' 100°40' 100°40' 101°00' 101°00' P . S ib erut P . Sip o ra P . P ag ai Uta ra P . P ag ai S elatan Pasaman Padang Pasaman Padang P . P ag ai S elata n P. P ag ai U ta ra P . S ib erut P . S ipora

S

S

S

S

S

S

30.0 27.5 26.5 30.5 32 .0 32 .0 29.5 28.5 31 .0 30.5 28.5 32.0 27.5 30 .5 28.5 30 .5 30.0 3 ° 2 0 ' 3° 2 0 ' 3 ° 0 0 ' 3° 0 0 ' 2 ° 4 0 ' 2° 4 0 ' 2 ° 2 0 ' 2° 2 0 ' 2 ° 0 0 ' 2° 0 0 ' 1 ° 4 0 ' 1° 4 0 ' 1 ° 2 0 ' 1° 2 0 ' 1 ° 0 0 ' 1° 0 0 ' 98°40' 98°40' 99°00' 99°00' 99°20' 99°20' 99°40' 99°40' 100°00' 100°00' 100°20' 100°20' 100°40' 100°40' 101°00' 101°00' Pasaman Padang P . P ag ai S elata n P . P ag ai U tara P . S ib erut P . S ipo ra N 30 0 30 Kilometers

Sebaran Suhu (dalam derajat celcius)

23.1 - 24 24.1 - 25 25.1 - 26 26.1 - 27 27.1 - 28 28.1 - 29 29.1 - 30 30.1 - 31 31.1 - 32 LEGENDA Gradien Suhu Darat Front

#

S

Awan Upwelling

Gambar 2 Citra SPL di Perairan Mentawai Musim Timur (Juni 2006 (a), Juli 2006 (b) dan Agustus 2006 (c))

b

c

a

(5)

N

30 0 30

Kilometers

Sebaran Suhu (dalam derajat celcius)

23.1 - 24 24.1 - 25 25.1 - 26 26.1 - 27 27.1 - 28 28.1 - 29 29.1 - 30 30.1 - 31 31.1 - 32 LEGENDA

S

S

S

S

S

S

S

S

23.5 24.5 26.0 25.5 24.5 24.5 25.5 24 .5 24.5 28 .0 27.5 27 .0 2 5 .5 24.5 25.0 2 6 .0 26.5 26.5 27.0 27.0 28.0 27.5 27.5 27.0 26.5 24.0 23.5 27.5 29 .0 29.0 P . S ib eru t P . Sip ora P . P ag ai U tara P . P ag ai S elata n Pasaman Padang 3 ° 2 0 ' 3° 2 0 ' 3 ° 0 0 ' 3° 0 0 ' 2 ° 4 0 ' 2° 4 0 ' 2 ° 2 0 ' 2° 2 0 ' 2 ° 0 0 ' 2° 0 0 ' 1 ° 4 0 ' 1° 4 0 ' 1 ° 2 0 ' 1° 2 0 ' 1 ° 0 0 ' 1° 0 0 ' 98°40' 98°40' 99°00' 99°00' 99°20' 99°20' 99°40' 99°40' 100°00' 100°00' 100°20' 100°20' 100°40' 100°40' 101°00' 101°00' Gradien Suhu Darat

S

Front Awan N 30 0 30 Kilometers

Sebaran Suhu (dalam derajat celcius)

23.1 - 24 24.1 - 25 25.1 - 26 26.1 - 27 27.1 - 28 28.1 - 29 29.1 - 30 30.1 - 31 31.1 - 32 LEGENDA

S

S

S

S

S

25.0 27.5

S

S

27.5 25.0 26.5 2 7 .0 28.0 28 .0 24.0 28 .0 28.5 27.5 28.5 25.0 2 8 .5 27.5 27.5 23 .0 27 .0 28.529.5 28.0 P . S ib erut P . S ipo ra P . P ag ai U tara P. P ag ai S ela tan Pasaman Padang 3 ° 2 0 ' 3° 2 0 ' 3 ° 0 0 ' 3° 0 0 ' 2 ° 4 0 ' 2° 4 0 ' 2 ° 2 0 ' 2° 2 0 ' 2 ° 0 0 ' 2° 0 0 ' 1 ° 4 0 ' 1° 4 0 ' 1 ° 2 0 ' 1° 2 0 ' 1 ° 0 0 ' 1° 0 0 ' 98°40' 98°40' 99°00' 99°00' 99°20' 99°20' 99°40' 99°40' 100°00' 100°00' 100°20' 100°20' 100°40' 100°40' 101°00' 101°00' Gradien Suhu Darat

S

Front Awan N 30 0 30 Kilometers

Sebaran Suhu (dalam derajat celcius)

23.1 - 24 24.1 - 25 25.1 - 26 26.1 - 27 27.1 - 28 28.1 - 29 29.1 - 30 30.1 - 31 31.1 - 32 LEGENDA

S

S

S

S

2 8 .5 29.5 27.0 2 9 .5 25.5 25.5 28.5 2 6 .0 2 9.0 25.5 29.5 27.5 2 9 .0 24.5 27.5 25 .5 24 .0 29.0 23 .0 26.0 28.0 3 0 .0 29.5 26.5 23.5 23.0 24 .0 24 .5 26.0 25.5 27.0 27.5 28.0 28.5 29.0 2 ° 3 0 ' 2° 3 0 ' 2 ° 2 0 ' 2° 2 0 ' 2 ° 1 0 ' 2° 1 0 ' 2 ° 0 0 ' 2° 0 0 ' 1 ° 5 0 ' 1° 5 0 ' 1 ° 4 0 ' 1° 4 0 ' 1 ° 3 0 ' 1° 3 0 ' 1 ° 2 0 ' 1° 2 0 ' 99°00' 99°00' 99°10' 99°10' 99°20' 99°20' 99°30' 99°30' 99°40' 99°40' 99°50' 99°50' 100°00' 100°00' 100°10' 100°10' 100°20' 100°20' P . S ipo ra P . S ib erut P . Pag ai U ta ra P . P agai S ela tan Pasaman Padang Gradien Suhu Darat Front

#

S

Awan Upwelling

Gambar 3 Citra SPL di Perairan Mentawai Musim Peralihan Timur-Barat (September 2006 (a), Oktober 2006 (b) dan Desember 2006 (c))

a

b

(6)

N

30 0 30

Kilometers

Sebaran Suhu (dalam derajat celcius)

23.1 - 24 24.1 - 25 25.1 - 26 26.1 - 27 27.1 - 28 28.1 - 29 29.1 - 30 30.1 - 31 31.1 - 32 LEGENDA

S

S

S

S

S

24.5 29.5 2 5 .0 24.5 29.0 23.50000 25.5 26 .5 30.0 29.0 26.5 P as am an P . Pagai Utara P. S ib e ru t P . S ipo ra 2 ° 3 0 ' 2° 3 0 ' 2 ° 1 5 ' 2° 1 5 ' 2 ° 0 0 ' 2° 0 0 ' 1 ° 4 5 ' 1° 4 5 ' 1 ° 3 0 ' 1° 3 0 ' 1 ° 1 5 ' 1° 1 5 ' 99°15' 99°15' 99°30' 99°30' 99°45' 99°45' 100°00' 100°00' 100°15' 100°15' 100°30' 100°30' 100°45' 100°45' Gradien Suhu Darat

S

Front Awan N 30 0 30 Kilometers

Sebaran Suhu (dalam derajat celcius)

23.1 - 24 24.1 - 25 25.1 - 26 26.1 - 27 27.1 - 28 28.1 - 29 29.1 - 30 30.1 - 31 31.1 - 32 Gradien Suhu Darat

S

Front Awan LEGENDA

S S

S

S

S

29.5 31.5 31.0 31.0 30.0 31 .0 30 .0 3 1 .0 29.0 31.0 29.0 31.5 31. 0 29.5 29.0 28.5 30.0 30.5 Padang Pasaman P . P ag ai S elata n P . P ag ai U tara P . S ipo ra P . S ib eru t 3 ° 2 0 ' 3° 2 0 ' 3 ° 0 0 ' 3° 0 0 ' 2 ° 4 0 ' 2° 4 0 ' 2 ° 2 0 ' 2° 2 0 ' 2 ° 0 0 ' 2° 0 0 ' 1 ° 4 0 ' 1° 4 0 ' 1 ° 2 0 ' 1° 2 0 ' 1 ° 0 0 ' 1° 0 0 ' 98°40' 98°40' 99°00' 99°00' 99°20' 99°20' 99°40' 99°40' 100°00' 100°00' 100°20' 100°20' 100°40' 100°40' 101°00' 101°00' N 30 0 30 Kilometers

Sebaran Suhu (dalam derajat celcius)

23.1 - 24 24.1 - 25 25.1 - 26 26.1 - 27 27.1 - 28 28.1 - 29 29.1 - 30 30.1 - 31 31.1 - 32 LEGENDA

S

S

S

S

S

S

28.5 28.5 28.5 29.5 29.0 29.0 26.0 30.0 29.5 29.0 28.5 29.5 28.0 29.5 30.0 29.5 29.5 29.0 28.5 29 .0 28.5 28.0 28.0 30.0 31.5 26.0 2 7 .5 26 .5 27.0 28.0 28.5 29.5 29.0 29.5 3 ° 2 0 ' 3° 2 0 ' 3 ° 0 0 ' 3° 0 0 ' 2 ° 4 0 ' 2° 4 0 ' 2 ° 2 0 ' 2° 2 0 ' 2 ° 0 0 ' 2° 0 0 ' 1 ° 4 0 ' 1° 4 0 ' 1 ° 2 0 ' 1° 2 0 ' 1 ° 0 0 ' 1° 0 0 ' 98°40' 98°40' 99°00' 99°00' 99°20' 99°20' 99°40' 99°40' 100°00' 100°00' 100°20' 100°20' 100°40' 100°40' 101°00' 101°00' Padang Pasaman P . P ag ai S elatan P . P ag ai U tara P . S ipo ra P . Sib erut Gradien Suhu Darat

S

Front Awan

Gambar 4 Citra SPL di Perairan Mentawai Musim Barat (Desember 2006 (a), Januari 2007 (b) dan Februari 2007 (c))

a

b

(7)

N

30 0 30

Kilometers

Sebaran Suhu (dalam derajat celcius)

23.1 - 24 24.1 - 25 25.1 - 26 26.1 - 27 27.1 - 28 28.1 - 29 29.1 - 30 30.1 - 31 31.1 - 32 LEGENDA # # # # # #

S

S

S

S

S

S

30.5 30 .5 29.0 27.0 26.5 27.5 30.0 32.0 31.5 28.0 27.5 29.0 30.0 28.0 29.0 31.0 25 .5 29.0 29.5 29.5 30.5 30.0 30.5 30.5 29.0 28.5 P . S ib eru t P . S ipo ra P . P ag ai U tara P. Pagai Selatan 2 ° 4 0 ' 2° 4 0 ' 2 ° 2 0 ' 2° 2 0 ' 2 ° 0 0 ' 2° 0 0 ' 1 ° 4 0 ' 1° 4 0 ' 99°20' 99°20' 99°40' 99°40' 100°00' 100°00' 100°20' 100°20' Gradien Suhu Darat # DPI Cakalang Awan

S

Front N 30 0 30 Kilometers

Sebaran Suhu (dalam derajat celcius)

23.1 - 24 24.1 - 25 25.1 - 26 26.1 - 27 27.1 - 28 28.1 - 29 29.1 - 30 30.1 - 31 31.1 - 32 Gradien Suhu Darat

S

Front # DPI Cakalang Awan LEGENDA # # # # # # # # #

S

S

S

S

S

S

S

S

3 1 .5 32.0 31.5 31 .5 3 0 .5 31.5 31.5 32.0 31 .0 30 .5 31.0 31.0 31.5 31.5 30.0 28.0 30.0 32 .0 31.5 2 8 .5 2 9 .0 29.5 30 .0 31.5 30.5 30.5 28.0 28.0 28.0 28.0 28.5 P . Sip o ra P . P ag ai U tara P . P ag ai S ela tan Pasaman Padang P . Sib erut 3 ° 2 0 ' 3° 2 0 ' 3 ° 0 0 ' 3° 0 0 ' 2 ° 4 0 ' 2° 4 0 ' 2 ° 2 0 ' 2° 2 0 ' 2 ° 0 0 ' 2° 0 0 ' 1 ° 4 0 ' 1° 4 0 ' 1 ° 2 0 ' 1° 2 0 ' 99°00' 99°00' 99°20' 99°20' 99°40' 99°40' 100°00' 100°00' 100°20' 100°20' 100°40' 100°40' 101°00' 101°00' N 30 0 30 Kilometers

Sebaran Suhu (dalam derajat celcius)

23.1 - 24 24.1 - 25 25.1 - 26 26.1 - 27 27.1 - 28 28.1 - 29 29.1 - 30 30.1 - 31 31.1 - 32 Gradien Suhu Darat Front

#

S

# DPI Cakalang Awan Upwelling LEGENDA # # # # # # # # #

S

S

S

S S

28.5 28.0 28.5 29.0 26.5 29.5 25 .5 29.0 28.0 28.5 29.5 30.0 29.5 29.0 25.0 25.5 26.5 28.0 28.5 3 ° 0 0 ' 3° 0 0 ' 2 ° 4 0 ' 2° 4 0 ' 2 ° 2 0 ' 2° 2 0 ' 2 ° 0 0 ' 2° 0 0 ' 1 ° 4 0 ' 1° 4 0 ' 1 ° 2 0 ' 1° 2 0 ' 98°40' 98°40' 99°00' 99°00' 99°20' 99°20' 99°40' 99°40' 100°00' 100°00' 100°20' 100°20' 100°40' 100°40' 101°00' 101°00' Padang Pasaman P . Pag ai S elata n P . P agai U ta ra P . S ipo ra P . S ib eru t

Gambar 5 Citra SPL di Perairan Mentawai Musim Peralihan Barat-Timur (Maret 2007 (a), April 2007 (b) dan Mei 2007 (c))

a

b

(8)

Tabel 1 Kisaran SPL dan SPL dominan bulan Juni 2006 sampai bulan Mei 2007 di perairan Mentawai

Musim Akuisisi Data SPL (

oC)

Keterangan

Kisaran Dominan

Timur

Juni 2006 26-32 29-30

Suhu hangat, dan relatif stabil Juli 2006 26-32 29-30 Agustus 2006 26-32 29-30 Peralihan Timur-Barat September 2006 23-29 24-26 Suhu dingin, fluktuatif Oktober 2006 23-30 27-28 November 2006 23-32 29-30 Barat Desember 2006 23-30 28-30 Suhu hangat, fluktuatif Januari 2007 27-32 30-32 Februari 2007 26-32 28-30 Peralihan Barat-Timur Maret 2007 25-32 30-32 Suhu panas, fluktuatif April 2007 28-32 30-31 Mei 2007 25-32 28-30

Tabel 2 Sebaran temporal dan spasial fenomena thermal front dan upwelling di perairan Mentawai

Musim Akuisisi Data

Lokasi Thermal front dan Upwelling P. Siberut P. Sipora P. Pagai

Utara P. Pagai Selatan Pasaman Timur Juni 2006 F F F - F Juli 2006 - F F - - Agustus 2006 F W F W F W F W - Peralihan Timur-Barat September 2006 F F F - - Oktober 2006 F F - F F November 2006 F W F W F W - - Barat Desember 2006 F - - - F Januari 2007 - F F - F Februari 2007 F - F - F Peralihan Barat-Timur Maret 2007 - F F - - April 2007 F F F F - Mei 2007 - F W W F W -

Keterangan: F=Front, W=Upwelling

dera Pasifik dengan massa air yang dingin. Arus Samudera Pasifik yang membawa massa air yang dingin, curah hujan dan tutupan awan yang meningkat pada akhirnya mengakibatkan suhu perairan Mentawai menjadi lebih dingin pada bulan tersebut.

Pada musim barat, matahari berada di belahan bumi selatan. Kondisi ini mengakibat-kan belahan bumi selatan khususnya Australia lebih banyak mem-peroleh sinar matahari jika dibandingkan dengan di benua Asia. Akibatnya, Australia memiliki temperatur yang tinggi dan tekanan udara rendah (minimum). Sebaliknya di Asia temperaturnya menjadi lebih rendah dan tekanan udaranya tinggi (maksimum). Karena angin bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan tendah, maka terjadilah pergerakan angin dari benua Asia ke benua Australia sebagai angin muson barat. Angin ini melewati Samudera Pasifik dan Samudera Indonesia serta Laut Cina Selatan. Karena melewati lautan, tentunya banyak membawa uap air dan setelah sampai di kepulauan Indonesia turunlah hujan. Kondisi ini diperkuat dari hasil kajian Nontji (2003) yang

menyatakan bahwa setiap bulan November, Desember dan Januari di Indonesia bagian barat sedang mengalami musim hujan dengan curah hujan yang cukup tinggi.

Bulan Januari 2007 terjadi SPL yang

tinggi yaitu berkisar 27-32oC, sedangkan

seha-rusnya pada bulan tersebut didominasi oleh suhu dingin karena termasuk dalam musim barat. Hal ini diduga karena arus yang mengalir dari Australia menuju ke Samudera Pasifik membawa massa air yang panas dan meru-pakan pertanda akan memasuki musim pera-lihan barat-timur (Maret sampai Mei). Adapun tingginya SPL pada bulan Maret, diduga karena pada bulan ini merupakan musim peralihan barat timur, dimana intensitas penyinaran pada permukaan perairan berlangsung kuat yang merupakan pertanda akan memasuki musim timur. Berhembusnya angin musim timur pada bulan Juni sampai dengan Agustus ini mem-bawa suhu yang sangat panas.

Pada musim timur, matahari mulai bergeser ke belahan bumi utara. Dibelahan

(9)

bumi utara khususnya Benua Asia tempera-turnya tinggi dan tekanan udara rendah. Seba-liknya di benua Australia yang telah diting-galkan matahari, temperaturnya rendah dan tekanan udara tinggi maka terjadilah perge-rakan angin dari benua Australia ke benua Asia melalui Indonesia sebagai angin muson timur. Angin ini tidak banyak menurunkan hujan kare-na hanya melewati laut kecil dan jalur sempit seperti Laut Timor, Laut Arafura dan bagian selatan Irian Jaya serta Kepulauan Nusa Teng-gara. Oleh sebab itu di Indonesia sering disebut dengan musim kemarau (Hela dan Laevastu 1970).

Suhu perairan yang diukur secara in-situ

di lapangan untuk bulan Maret 2007 rata-rata

sebesar 29oC, bulan April 2007 sebesar 30oC

dan pada bulan Mei 2007 sebesar 29oC. Bila

dibandingkan dengan SPL hasil pengukuran citra satelit untuk bulan Maret 2007 sebesar

30oC, untuk bulan April 2007 sebesar 30oC dan

bulan Mei 2007 sebesar 28oC. Dari hasil

pengukuran tersebut terlihat bahwa hanya pada bulan April 2007 hasil pengukuran di lapangan (in-situ) dengan pengukuran citra (ex-situ) sa-ma nilainya sedangkan pada bulan Maret dan Mei nilainya berbeda. Berdasarkan data yang ada, diketahui adanya perbedaan antara data in-situ dengan ex-situ, yaitu rata-rata sebesar

1C. Berdasarkan hasil kajian McClain et al.

(1985) dan Gaol (2003), perbedaan penguku-ran antara SPL dari citra satelit lebih kecil

dibandingkan dengan pengukuran in-situ, yaitu

sekitar 10C. Perbedaan ini umumnya

disebab-kan karena pengaruh atmosfir seperti uap air dan awan. Pengaruh awan dapat menurunkan

suhu pengukuran SPL sampai 1,50C dibanding

suhu pengukuran in-situ (Gaol 2003).

Proses pengambilan data oleh sensor penginderaan jauh seperti citra satelit tidak akan mungkin terlepas dari pengaruh awan. Semakin banyak kandungan awan maka akan semakin kecil wilayah yang dapat dideteksi kandungan klorofil serta sebaran suhunya. Sebaliknya, semakin sedikit kandungan awan yang dimiliki oleh citra satelit maka akan semakin luas wilayah yang dapat dideteksi kan-dungan klorofil serta sebaran suhunya. Tutupan awan yang cukup banyak pada data dari citra satelit mulai bulan Juni 2006 sampai dengan bulan Mei 2007 mengakibatkan terjadinya perbedaan pengukuran antara SPL dari hasil citra dengan pengukuran in-situ meski dalam rentang yang kecil.

Suhu yang dideteksi oleh satelit adalah suhu yang berasal dari radiasi balik pada

permukaan laut (skin sea surface temperature),

sedangkan suhu aktual dari kolom air atau suhu yang diukur secara in-situ di lapangan adalah

suhu pada lapisan beberapa centimeter di

bawah permukaan laut (bulk sea surface

tem-perature). Adanya perbedaan ini menyebabkan SPL yang diindera dengan satelit dapat lebih besar atau lebih kecil dibandingkan dengan

suhu yang diukur secara in-situ di lapangan

(Robinson 1991). Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang diperoleh, yang

mana nilai SPL ex-situ pada bulan Maret 2007

lebih besar 10C dibandingkan dengan SPL

in-situ, akan tetapi pada bulan Mei 2007 justru

hasil pengamatan SPL secara ex-situ lebih kecil

10C dibandingkan dengan SPL in-situ.

Nontji (2003) menyatakan bahwa suhu perairan Indonesia pada lapisan homogen

adal-ah sekitar 28oC sampai kedalaman kira-kira

50-70 m. Selanjutnya Wirtky (1961) menya-takan bahwa suhu pada lapisan permukaan di per-airan tropis adalah hangat akan tetapi dengan variasi tahunan yang umumnya rendah. Variasi suhu tahunan rata-rata pada perairan tropis

kurang dari 2oC. Suhu yang sedikit lebih tinggi

sekitar 3-4oC terjadi di Laut Banda, Laut

Arafura, Laut Timor dan juga di Barat Suma-tera. Pada dasarnya keadaan sebaran menda-tar suhu pada 0 meter di perairan Indonesia memiliki variasi tahunan yang kecil, akan tetapi masih memperlihatkan adanya perubahan. Hal ini disebabkan oleh sinar matahari dan oleh massa air dari lintang tinggi. Posisi Indonesia yang terletak pada garis ekuator mengakibat-kan aliran panas dari radiasi matahari dapat diterima sepanjang tahun sehingga suhu mem-punyai fluktuasi yang kecil. Akan tetapi di sisi lain posisi Indonesia tersebut mengakibatkan transport massa air banyak dipengaruhi oleh angin muson yang berganti dua kali dalam setahun. Kondisi ini berakibat pada pergantian musim dengan karakteristik tersendiri yang berbeda antara keduanya (Hutabarat dan Evan 1984). Hal inilah yang terjadi pada bulan Maret, April dan Mei dimana suhu panas yang mendominasi sebagian besar wilayah perairan, yang mana ketiga bulan tersebut dipengaruhi

oleh musim peralihan barat-timur.Kondisi

perairan dalam rentang waktu bulan Juni 2006 sampai dengan bulan Mei 2007 memperli-hatkan massa air yang lebih hangat cenderung mengalir dari bagian atas kawasan perairan, baik dari bagian barat laut, utara maupun timur laut. Hal ini diduga merupakan bagian dari arus lintas Indonesia (Arlindo). Sebagaimana dike-tahui bahwa aliran massa air dari Samudera Pasifik ke Samudera Hindia melewati sebagian besar laut di Indonesia yang melewati perairan di bagian barat Sumatera. Kondisi ini diduga

berpengaruh terhadap timbulnya thermal front

di lokasi penelitian. Wyrtki (1961) dan Gordon

(10)

pengge-rak utama Arlindo pada lapisan 0 hingga 200 meter adalah pebedaan tekanan permukaan air laut yang kuat antara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia. Permukaan laut di barat ekuatorial Pasifik sepanjang pantai Mindanau, Halmahera dan Irian lebih tinggi dibadingkan dengan bagian timur Samudera Hindia, sepan-jang pantai Sumatera, Jawa dan Nusa Tengga-ra yang mencapai 16 cm. Kondisi ini menim-bulkan gradien tekanan ke arah Samudera Hindia, sehingga massa air Samudera Pasifik mengalir ke Samudera Hindia. Aliran massa air hangat dari kawasan utara yang dominan terjadi pada bulan Januari 2007 sampai de-ngan bulan April 2007. Kondisi ini diduga terjadi karena adanya perubahan pola arus menurut musim yang mempengaruhi karakter massa air lapisan permukaan pada masa tersebut (Wyrtki 1961). Kondisi ini pula yang mengakibatkan cakupan area dengan suhu yang lebih hangat pada bulan Januari sampai bulan April memiliki sebaran yang lebih luas.

KESIMPULAN

Kesimpulan yang diperoleh dari

penelitian ini adalah: 1) SPL di perairan Menta-wai berkisar antara 23,1-30,1°C, dengan rinci-an: pada musim timur berkisar antara 26,1-29°C, peralihan timur-barat berkisar antara 23,1-29,1°C, pada musim barat berkisar antara 23,1-30,1°C, peralihan barat-timur berkisar

an-tara 25,1-30,1°C; 2) Fenomena thermal front di

perairan Mentawai ditemukan sepanjang musim di sekitar perairan P. Siberut, P. Sipora dan P.

Pagai; 3) Indikator terjadinya fenomena

up-welling di perairan Mentawai ditemukan pada bulan Agustus 2006 (musim timur) di P. Siberut, P. Sipora, P. Pagai Utara dan P. Pagai Selatan, bulan November 2006 (musim peralihan timur-barat) di P. Siberut, P. Sipora dan P. Pagai Utara, serta bulan Mei 2007 (musim peralihan barat-timur) di P. Sipora, P. Pagai Utara dan P. Pagai Selatan.

Agar hasil kajian ini lebih akurat, maka perlu dilakukan pendataan hasil tangkapan di lokasi kajian. Data tersebut sangat penting

untuk membuktikan bahwa lokasi thermal front

dan upwelling merupakan daerah penangkapan potensial. Data tersebut juga sangat penting untuk disosialisasikan kepada pelaku perikanan tangkap.

DAFTAR PUSTAKA

DKP Kabupaten Mentawai. 2003. Laporan

Tahunan 2002. Mentawai.

Gabric AJ, Parslow J. 1989. Effect of Physical Factor on the Vertical Distribution of Phytoplankton Eutrophyc Coastal Water.

Australian Journal Marine Freshwater. 40: 559-569.

Gaol JL. 2003. Kajian Karakteristik Oseanigrafi Samudera Hindia Bagian Timur dari Citra Satelit dan Hubungannya dengan Hasil

Tangkapan Tuna Mata Besar (Thunnus

obesus) [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Gordon AL, Ffield A, Ilahude AG. 1994.

Thermocline of the Flores and Banda

Sea. Journal of Geophysical Research.

99 (C9): 18235-18242.

Hayes LM, Laevastu T. 1981. Fisheries

Oceanography and Ecology. London: Fishing News Books Ltd. 199p.

Hela I, Laevastu T. 1970. Fisheries

Oceanography. New Ocean Environment Service. London: Fishing News (Books) Ltd. 223p.

Hutabarat S, Steward, Evans M. 1984.

Pengantar Oseanografi. Jakarta: Univer-sitas Indonesia.159 hal.

Kimura S, Nakai M, Sugimoto T. 1997.

Migration of albacore, Thunnus alalunga,

in the North Pacific Ocean in relation to

large oceanic phenomena. Fisheries

Oceanography. 6: pp. 51–57

McClain EP. 1981. Split Window and Triple Window Sea Surface Temperature Deter-minations from Satellite Measurements. Mini-Symposium on Application of

Aero-space Remote Sensing in Marine

Research. October 6-10 Woods-Hole, Mass.

Nontji A. 2003. Laut Nusantara. Jakarta:

Djambatan. 367 hal.

Nybakken JW. 1992. Biologi Laut: Suatu

Pendekatan Ekologis. Jakarta: PT. Gramedia.

Parson RT, Takeshi M, Hargrave B. 1984. Biological Oceanography Process. 2nd

edition. England: Pergamon Press.

Oxford 330. International Journal of

Remote Sensing and Earth Sciences. 2: 94p.

Robinson IS. 1991. Satelite Oceanography on

Introduction for Oceanographies and Remote Sensing Scientiest. New York: Ellies Howard Limited, John Willey and Sons. 455p.

(11)

Syakur AA. 2007. Identifikasi Hubungan Fluktuasi Nilai Soi Terhadap Curah Hujan Bulanan di Kawasan Batukaru-Bedugul,

Bali. Jurnal Bumi Lestari. 7(2): 123-129.

Susilo B. 1997. Penginderaan Jauh Warna

Perairan (Ocean Color). Makalah Ilmiah. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.

Valiela I. 1984. Marine Ecological Process.

USA: Library of Congress Catalogy in Publication Data. 546p.

Wyrtki K. 1961. Physical Oceanography of The

Southeast Asia Waters. Naga Report Volume 2. The Scripps Institut of Oceanography, California: University of California. La Jolla, California.

Zainuddin M, Kiyofujia H, Saitohb H, Saitoha S. 2006. Using multi-sensor satellite remote sensing and catch data to detect ocean

hot spots for albacore (Thunnus

alalunga) in the northwestern North

Pacific. Deep-Sea Research II 53: 419–

Gambar

Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian tiga  yaitu  musim  timur  (Juni-Agustus),  musim
Gambar 2 Citra SPL di Perairan Mentawai Musim Timur (Juni 2006 (a), Juli 2006 (b) dan Agustus  2006 (c))
Gambar  3  Citra  SPL  di  Perairan  Mentawai  Musim  Peralihan  Timur-Barat  (September  2006  (a),  Oktober 2006 (b) dan Desember 2006 (c))
Gambar 4 Citra SPL di Perairan Mentawai Musim Barat (Desember 2006 (a), Januari 2007 (b) dan  Februari 2007 (c))
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap ini dilakukan pengumpulan data, mulai data pribadi atau data dasar calon maba yang meliputi nama, tahun masuk di Stikom Surabaya, prodi yang dipilih dan

Keberadaan Komisi Informasi yang merupakan perpanjangan dari Undang undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik di Indonesia khususnya di Kota Makassar

Kesan Teknik silvikultur terhadap pencirian asas dan sifat fizikal Gigantochloa scortechiini di dirian semulajadi didapati mempunyai perbezaan yang ketara antara umur

Kabupaten Blora, Kudus, Temanggung dan Purworejo Merupakan 4 Kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki angka Rasio Gini tertinggi yaitu berkisar antara 0.36-

A teman, pernahkah kalian membaca kisah Bagaimana kehidupan beliau sebelum diutus sebagai Nabi dan Rasul Allah bagi seluruh umat Kisah perjalanan kehidupan

Berdasarkan paparan data Bab IV, maka diperoleh kesimpulan dari motivasi orang tua menyekolahkan anaknya di Pendidikan Diniyah Takmiliyah Awaliyah (PDTA) Al Fikriyah

Pada Bab ini, kita akan mempelajari unsur-unsur bunyi dan hal-hal yang berkaitan dengan penggunaannya seperti, lafal, tekanan, intonasi, dan jeda yang lazim atau baku

Dari gambar 5 terlihat bahwa terdapat lapisan litologi lempung yang sangat tebal pada awal pengendapan interval Sand 4 – Sand 5 kemudian pada tahap akhir sedimentasi terjadi