• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Kehamilan Terhadap Frekuensi Kekambuhan Asma Pada Ibu Hamil Trimester I, II Dan III Dengan Riwayat Asma Di Kota Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengaruh Kehamilan Terhadap Frekuensi Kekambuhan Asma Pada Ibu Hamil Trimester I, II Dan III Dengan Riwayat Asma Di Kota Malang"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEHAMILAN TERHADAP FREKUENSI KEKAMBUHAN ASMA

PADA IBU HAMIL TRIMESTER I, II DAN III DENGAN RIWAYAT ASMA

DI KOTA MALANG

INFLUENCE OF PREGNANCY TOWARD THE RECURRENCE FREQUENCY OF

ASTHMA IN TRIMESTER I, II AND III PREGNANT WOMAN WITH ASTHMA

HISTORY

IN MALANG CITY

Wiwik Agustina*, Sumiatun**

*

Study Program of Ners Profession, STIKes Maharani Malang

**

Study Program of DIII Midwifery, STIKes Maharani Malang

Email: [email protected]

Abstract

In Indonesia, the prevalence of asthma ranged between 5% - 6% of the population. With the prevalence of asthma in pregnancy ranged between 3.7% - 4%, the cellular immune deficiencies can be found in pregnancy. In asthmatic pregnancy with rising of IgE and no changes IgE have a tendency of worsening asthma exacerbations during pregnancy. The Aim of this research is to prove the influence of pregnancy on relapse frequency of asthma in trimester I, II and III pregnant women with asthma. This research type is the comparative study. Populations in this study were all pregnant woman with asthma. The sample was selected in accordance with the study inclusion criteria and the sampling technique was done by incidental sampling. The results shows the statistic of Friedman test is p=0. 03. It is smaller than the=0.05. It means there is a significant correlation between relapse frequency of asthma and the pregnant women in trimester I, II and III.The value of the correlation is r=0,1. It shows that the strength of correlation is very weak, and there is positive correlation. R2=3,6% shows that pregnancy have 3,6% effect on the asthma relapse frequency at pregnancy. Physical changes, emotional and biochemical relapse during pregnancy cause asthma in pregnancy, especially in the third trimester of emotion. Changing of immunity in pregnancy, particularly the decline in cell-mediated immunity, allegedly as predisposing to infection in people with asthma could lead to a worsening of asthma. The conclusion of the research is that there is asthma relapse frequency difference between the trimester I, II and III of pregnancy, in which the highest frequency of relapse is in the third trimester. The suggestion of the research is that the strict monitoring and correct treatment in pregnant women with asthma by Ante Natal Care (ANC) must be done regularly .

Keyword : asthma, pregnancy, and trimester

Pendahuluan

Asma adalah salah satu penyakit dengan jumlah penderita terbanyak pada saat ini. Insidensinya meningkat di seluruh dunia sehubungan dengan kemajuan industri dan meningkatnya polusi. Pada peringatan hari asma sedunia tanggal 4 Mei 2004 yang bertema

burden of asthma, para ahli internasional

melaporkan bahwa prevalensi asma di dunia

akan meningkat dalam beberapa tahun

mendatang. Berdasarkan data Organisasi

Kesehatan Dunia (WHO), jumlah penderita asma di seluruh dunia akan mencapai 400 juta orang pada tahun 2025, dengan pertambahan 180.000 setiap tahunnya.

Seiring dengan peningkatan prevalensi asma di masyarakat, kejadian asma pada

kehamilan juga akan sering dijumpai.

Prevalensi asma pada kehamilan pada

kepustakaan terdahulu dilaporkan 0,4 sampai 1,3%,, sedangkan penelitian yang lebih mutahir

melaporkan sekitar 3,7 sampai 8,4%. Di

Australia dengan prevalensi asma tertinggi di dunia, pada tahun 1995 didapatkan 12,4% wanita hamil dengan asma. Di Indonesia prevalensi asma berkisar antara 5-7%. Insidensi asma dalam kehamilan adalah sekitar 0,5–1 % dari seluruh kehamilan, dimana serangan asma biasanya timbul pada usia kehamilan 24 – 36

(2)

Sedangkan riwayat alergi dalam keluarga dimiliki oleh sekitar 50% individu dengan asma (Bobak. dkk. 2005).

Kehamilan umumnya dianggap sebagai kondisi imunosupresi. Perubahan respon imun dalam perubahan kehamilan dapat menurunkan

kemampuan ibu melawan infeksi

(Baratawidjaja, 2009). Terdapat paradox dalam

sebuah kehamilan bahwa, walaupun

kemampuan ibu untuk menghasilkan antibodi tampak normal, kemampuan mereka untuk menyusun respon imun yang dimediasi sel menjadi lemah. Konsep ini didukung oleh pengamatan klinis bahwa wanita hamil, walaupun tidak mengalami penurunan sistem

imun yang terlalu parah, lebih rentan

mengalami penyakit yang normalnya berkaitan dengan respon imun yang dimediasi oleh sel. Sinclair (2009) juga mengungkapkan bahwa semua kadar IgE menurun sebesar 15-32%, yang mungkin akibat hemodilusi.

Pada suatu penelitian diketahui, bahwa pada wanita yang menunjukkan kenaikan kadar IgE atau tidak menunjukkan perubahan kadar IgE cenderung memperburuk serangan asmanya selama kehamilan, sedangkan wanita hamil dengan penurunan IgE cenderung membaik serangan asmanya atau tetap saja. Berdasarkan hal tersebut diatas, didapatkan studi literatur bahwa imunologi pada ibu hamil pengalami

penurunan, maka penulis tertarik untuk

mengetahui apakah penurunan imun dapat

berdampak juga terhadap penurunan

kekambuhan asma pada ibu hamil yang memiliki riwayat asma.

Metode

Penelitian ini menggunakan desain komparatif dengan pendekatan case control (retrospective),

cross sectional dan cohort. Populasi dalam

penelitian ini adalah semua ibu hamil dengan riwayat asma di kota Malang. Sampel dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil dengan riwayat asma di kota Malang yang memenuhi kriteria. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara insidental sampling. Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data adalah form wawancara. Uji statistik yang digunakan uji beda Friedman Test denga post hoc

Wilcoxon, uji hubungan Spearman dan uji regresi linier.

Hasil Penelitian

1) Karakteristik responden bedasarkan usia pada ibu dengan riwayat asma di kota Malang

Tabel 1. Usia Responden Usia Jumlah Responden Prosentase < 20 tahun 0 0 20-35 tahun 21 75 > 35 tahun 7 25 Total 28 100

Berdasarkan tabel di atas karakteristik responden bedasarkan usia, sebagian besar responden berusia 20-35 tahun yaitu sebanyak 75%.

2) Karakteristik responden berdasarkan

frekuensi kekambuhan asma pada ibu dengan riwayat asma di kota Malang

Tabel 2. frekuensi kekambuhan asma Prosentasi Kekambuhan Asma AP TM I TM II TM III PP Rata-rata Kekambuhan (kali/bulan) 1.1 0.8 1.4 1.5 1.3

Berdasarkan tabel di atas Karakteristik responden berdasarkan frekuensi kekambuhan asma, rata-rata kekambuhan tertinggi terjadi pada kehamilan trimester III yaitu 1,5 kali/bulan.

3) Analisis pengaruh kehamilan terhadap

frekuensi kekambuhan asma pada ibu hamil trimester I, II dan III dengan riwayat asma di kota Malang

Tabel 3. Hasil Analisi Data

Kelompok n Mean ± Stan.Dev. p r R 2 AP 28 1,1 ± 1,2abcde TM I 28 0,8 ± 1,1abe TM II 28 1,4 ± 1acde 0,03 0,1 3,6

(3)

TM III 28 1,5 ± 2,1acde

PP 28 1,3 ± 2,4abcde

Pada hasil Friedman Test didapatkan nilai p=0.03 dengan α=0,05 maka hal ini

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan

frekuensi kekambuhan asma yang signifikan antara ibu hamil trimester I, II dan III. Berdasarkan mean frekuensi kekambuhan asma tertinggi terjadi pada kehamilan trimester III, sedangkan kekambuhan terendah terjadi pada kehamilan TM I, oleh karena hasil Friedman

Test menunjukkan ada perbedaan yang

bermakna maka analisis dilanjutkan dengan uji post hoc dengan menggunakan Wilcoxon Test. Hasil analisis perbandingan masing-masing kelompok melalui Wilcoxon test, menunjukkan bahwa ada beberapa kelompok memberikan hasil yang berbeda secara signifikan dengan tingkat kepercayaan 95%, yaitu trimester I berbeda bermakna dengan trimester II dan trimester I berbeda bermakna dengan trimester III.

Secara umum kehamilan sedikit

memberikan pengaruh terhadap kekambuhan sama. Terdapat hubungan yang sangat lemah dan pengaruh yang kurang bermakna dari kehamilan terhadap frekuensi kekambuhan asma yang ditunjukkan dengan koefisien korelasi Spearman (r) sebesar 0,1; R square 3,6%.

Pembahasan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah ada pengaruh kehamilan terhadap frekuensi kekambuhan asma pada ibu hamil trimester I, II dan III dengan riwayat asma di kota Malang. Penelitian ini dilakukan pada ibu hamil trimester pertama sampai dengan trimester ketiga yang menderita asma.

Karakteristik usia dari 28 responden didapatkan 75% responden berusia 20-35 tahun dan 25% berusia lebih dari 35 tahun, dimana usia ibu hamil lebih dari 35 tahun termasuk dalam kehamilan beresiko sehingga dibutuhkan perhatian khusus untuk menghindari komplikasi selama kehamilan dan persalinan terlebih ibu penegidap asma. Rata-rata kekambuhan asma pada antepartum 1,1 kali/bulan, trimester I 0,8 kali/bulan, trimester II 1,4 kali/bulan, trimester III 1,5 kali/bulan dan post partum 1,3 kali/bulan. Berdasarkan usia, sebagian besar responden berada di usia subur yakni sebanyak 75%, tidak hanya dinegara berkembang di

negara majupun penyakit alergi juga cukup tinggi, survei yang dilakuan di Amerika Serikat 18%-30% wanita usia subur memiliki penyakit alergi khususnya rhinitis dan asma (Incaudo, 2004; Kwon 2003)

Hasil analisis statistik Friedman Test didapatkan nilai p=0.03 dengan α=0,05 maka hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan frekuensi kekambuhan asma yang signifikan antara ibu hamil trimester I, II dan III. Bersadarkan mean frekuensi kekambuhan asma tertinggi terjadi pada kehamilan trimester III, sedangkan kekambuhan terendah terjadi pada kehamilan TM I. Uji korelasi dengan menggunakan Spearman Test menunjukkan hubungan yang sangat lemah antara kehamilan dengan terjadinya serangan asma dengan nilai r sebesar 0,1. Arah korelasi menunjukkan nilai positif yaitu searah yang berarti semakin tinggi trimester kehamilan maka kejadian asma

semakin meningkat. Selanjutkan untuk

mengetahui seberapa jauh pengaruh kehamilan terhadap frekuensi kekambuhan asma pada ibu hamil trimester I, II dan III dilakukan uji regresi linier dan di dapatkan nilai R2=3,6; yang artinya kehamilan memiliki pengaruh sebesar 3,6% terhadap kejadian kekambuhan asma pada kehamilan.

Kejadian asma bisa disebabkan oleh beberapa faktor yaitu alergi, bukan alergi dan campuran keduanya. Pada kehamilan penyebab

kekambuhan asma dimungkinkan karena

campuran kedua faktor tersebut selain faktor alergi yang sudah bawaan, faktor perubahan fisik dan biokimia selama kehamilan juga bisa menjadi penyebab kekambuhan asma pada

kehamilan (Agustina, 2015). Adanya

peningkatan kecemasan selama kehamilan atau

menghadapi persalinan juga merupakan

pencetus asma, hal ini sejalan dengan penelitian

Agustina,dkk (2014) yang menyebutkan

semakin tinggi trimester kehamilan maka tingkat kecemasan semakin tinggi. Asma dapat

mempengaruhi kehamilan, kehamilan itu

sendiri mempengaruhi kekambuhan asma (Schatz, et al. 2003).

Berdasarakan data diatas dengan

bertambahnya usia kehamilan menunjukkan semakin meningkat pula frekuensi kekambuhan asma, dengan bertambahnya usia kehamilan maka ada beberapa perubahan fisik pada ibu yaitu ukuran perut ibu semakin besar yang akan mendesak diagfragma sehingga ibu hamil mengalami kesulitan bernapas, selain itu berat

(4)

badan ibu juga meningkat yang juga akan memperberat kerja system pernapasan. Proses

kehamilan membawa perubahan fisik

diantaranya pada trimester pertama akan terjadi tidak adanya mensturasi, sembelit, nyeri pada panggul, mual dan muntah (mual pada pagi hari), lelah dan mengantuk, sering berkemih, tidak menyukai bau atau makanan tertentu, cairan vagina meningkat penurunan berat badan atau kenaikan sampai 2,5 kg, dan perubahan pada payudara: penuh, nyeri tekan, gatal didaerah putting, aerola menjadi gelap. Pada trimester kedua perubahan fisik yang terjadi adalah sudah merasa enak secara fisik,

merasakan gerakan janin, nafsu makan

meningkat, mual menghilang, sembelit, nyeri di lipat paha akibat kontraksi ligament rotundum, kenaikan berat badan rata-rata 0,4-0,5 kg per minggu, kejang kaki. Pada trimester ketiga perubahan fisik yang terjadi adalah kontraksi Braxton-Hicks yang lebih nyata, produksi

kolostrom meningkat, nyeri pinggang,

pergelangan kaki bengkak, insomnia, anemia, dan kenaikan berat badan sampai 12,5-17,5 kg (Simkin, 2007).

Kehamilan trimester tiga merupakan suatu trimester yang lebih berorientasi pada realitas untuk menjadi orang tua yang menanti kelahiran anak dimana ikatan antara orang tua dan janin berkembang pada trimester ini. Perhatian ibu hamil biasanya mengarah pada keselamatan diri dan anaknya. Bersamaan dengan harapan akan hadirnya seorang bayi, timbul pula kecemasan akan adanya kelainan fisik maupun mental pada bayi. Kecemasan akan nyeri dan kerusakan fisik akibat

melahirkan serta kemungkinan hilangnya

kontrol saat persalinan perlu mendapat

perhatian pula. Ketidaknyamanan fisik dan gerakan janin sering mengganggu istirahat ibu. Dispnea, peningkatan urinasi, nyeri punggung, konstipasi, dan varises dialami oleh kebanyakan

wanita pada kehamilan tahap akhir.

Peningkatan kosong di perut, sesak nafas, jantung berdebar, keringat banyak, sakit kepala, ukuran abdomen mempengaruhi kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Posisi yang nyaman sulit didapat, biasanya ibu hamil menjadi semakin tidak sabar menanti saat-saat semuanya berlalu (Bobak et.al, 2005).

Selain faktor perubahan fisik dan emosi selama kehamilan, perubahan imunologi selama kehamilan juga berperan dalam kekambuhan asma. Defisiensi imun selular dapat ditemukan

pada kehamilan. Keadaan ini mungkin

diperlukan untuk kelangsungan hidup fetus yang merupakan allograft dengan antigen paternal. Hal tersebut antara lain disebabkan karena terjadinya peningkatan aktivitas sel T supresor atau supresi efek faktor humoral yang dibentuk trofoblas. Wanita hamil memproduksi IgG (Imunoglobulin G) yang meningkat atas pengaruh esterogen. IgG diangkut melewati plasenta oleh reseptor fragment pada akhir hamil 10 minggu. Pada kehamilan peningkatan kadar esterogen dapat mempengaruhi aktivitas sel B sehingga mengakibatkan meningkatnya sintesis IgG dan IgA (immunoglobulin A) selama kehamilan (Baratawidjaja, 2009).

IgE digunakan sebagai parameter dan juga marker atopy. Level basal serum IgE pada orang normal dipengaruhi banyak faktor diantaranya, genetic, umur, suku bangsa, musim, metode infant feeding dan kebiasaan merokok. Pada kehamilan IgE serum tidak mengalami perubahan, beberapa kasus IgE mengalami penurunan dan dikasus lain sedikit meningkat (Loken, et al, 2010). Pada pregnant ashmatic baik dengan peningkatan IgE maupun tidak ada perubahan memiliki kecenderungan terjadinya eksaserbasi asma yang semakin memburuk selama kehamilan (Bahna, 2011).

Pada kehamilan total serum IgE tidak mengalami perubahan yang signifikan. Namun, terdapat perbedaan serum IgE pada trimester pertama, kedua dan ketiga. Serum total IgE

selama trimester ketiga lebih tinggi

dibandingkan dengan trimester pertama dan kedua (Bahna, et al, 2011). IgE tidak terdapat pada jaringan vili plasenta namun terdapat pada permukaan trofoblas. Haemodilution selama kehamilan diduga berperan dalam menurunkan level IgE selama trimester ketiga (Perry, et al, 2009).

Sevara umum pasien dengan asma berat menunjukkan gejala yang semakin memburuk selama kehamilan. Perubahan imunitas pada kehamilan, khususnya penurunan cell-mediated

immunity, diduga sebagai predisposisi

terjadinya infeksi pada pengidap asma dan ini

dapat menyebakan memburuknya asma.

Buruknya pengobatan asma berhubungan

dengan peningkatan resiko kematian bayi, berat bayi lahir rendah, kelainan congenital serta komplikasi pada ibu (Blais, at al, 2008)..

(5)

Kesimpulan

Frekuensi kekambuhan asma pada ibu dengan riwayat asma di kota Malang rata-rata kekambuhan tertinggi terjadi pada kehamilan trimester III yaitu 1,5 kali/bulan, sedangkan rata-rata kekambuhan terendah terjadi pada kehamilan trimester I yaitu 0,8 kali/bulan

Dari kesimpulan tersebut disarankan perlu

dilakukan pemantauan yang ketat dan

pengobatan yang benar pada ibu hamil dengan asma melalui pemeriksaan Ante Natal Care (ANC) secara rutin dan sejak awal kehamilan diwajibkan mengkuti senam hamil terutama

yang membantu menguatkan otot-otot

pernapasan dengan tujuan menurunkan

komplikasi naik pada janin maupun pada ibu.

Referensi

Agustina, W. 2015. Respon Imun Pada Penderita Asma Selama Kehamilan. Jurnal Ilmu Kesehatan. Vol 2. No 1,p.

58-66.

www.akper-akbid-kediri.com/jurnal-akper

Agustina W, Sumiatun, Fatmawati DN. 2014. Kecemasan Menyebabkan Terjadinya

Kandidiasis Vulvovaginalis Pada

Primigravida Di Bps Widia Husada

Malang. Vol 1. No. 1.

http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jk_sr iwijaya/article/view/2342

Arora, Vaibhav Chachra. Chest, T.B. 2011.

Asthma in Pregnant Women. Indian J

Allergy Asthma Immunol. 25(2): 115-123.

Bahnaa, C.K. Wooa, P.V. Manuelb, J.C. Guarderasc. 2011. Serum total IgE level

during pregnancy and postpartum Allergol Immunopathol (Madr).

39(5):291-94.

Baratawidjaja Garna Karnen, Rengganis Iris, 2009. Imunologi Dasar; Ed. 8, Jakarta : FKUI.

Blais L, Forget A. 2008. Asthma Exacerbation

During The First Trimester Of Pregnacy And The Risk Of Congenital Malformations Among Asthmatic

Women. J allergy Clin

Immunol.121:1379-1384.

Bobak, I.M., Lowdermilk, D.L & Jensen, M.D. 2005. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC.

Global Initiative for Asthma (GINA) 2014.

From the Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Available

from: http://www.ginasthma.org/.

[Accessed 2015, July 27].

Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan

Pada Kehamilan Fisiologis dan Patologis. Jakarta: Salemba Medika.

Ikawati, Z. 2007. Farmakoterapi Penyakit

Sistem Pernapasan. Pustaka Adipura,

Yogyakarta.

Incaudo, GA. 2004. Diagosis And Treatment Of

Allergic Rhinitis And Sinusitis During Pregnancy And Lactation. Clin Rev

Allergy Immunol; 27:159-177.

Junaidi, Iskandar. 2010. Penyakit Paru & Saluran Napas. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

Kwon HL, Belanger K, Bracken MB. 2003. Asthma prevalence among pregnant and childbearing-age women in the unated states; estimates from national health survey. Ann Epidemiol. 13: 317-324. Loken MO, Jeansson S, Jenum PA, Eskild A.

2010. Serum level of immunoglobulin E

during pregnancy - does offspring sex matter. Paediatr Perinat Epidemiol.

24:75-8.

Perry LM, Ownby DR, Wegienka GR, Peterson EL, Woodcroft KJ, Joseph CL. 2009.

Differences in total and allergen specific IgE during pregnancy compared with 1 month and 1 year post partum. Ann Allergy Asthma Immunol. 103:342-7.

Prawirohardjo S & Hanifa W. 2005. Asma

Dalam Kehamilan. Dalam: Ilmu Kandungan. Edisi II.. Jakarta: Yayasan

Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo. Prawirohardjo Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan;

Ed. 4; Cet. 2, Jakarta : PT Bina Pustaka. Reddy Rani Vatti, Suz anne S. Teuber. 2011.

Asthma and Pregnancy. Clinic Rev Allerg Immunol. DOI

10.1007/s12016-011-8277-8.

Rudolph, Abraham 2006. Buku Ajar Pediatric

Rudolph. Jakarta : EGC.

Schatz M, Dombrowski MP,Wise R, at al.

2003. Ashma Morbidity During

Pregnancy Can Be Predicted By Severity Classification. J Allergy Clin Immunol.

113; 283-288

Sinclair, Constance. 2009. Buku Saku

Kebidanan/ Constance Sinclair. Jakarta:

EGC.

Simkin, Penny. 2007. Panduan Lengkap

Kehamilan, Melahirkan, dan Bayi.Edisi

(6)

Somantri, Irman. 2008. Keperawatan Medikal

Bedah: Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganggua Sistem pernapasan / Irman Somantri. Jakarta :

Salemba Medika.

Suriadi, 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak

( Edisi V ). Jakarta : CV.Agung Seto.

Suryono, Pantikawati. 2010. Jogjakarta: Nuha

Asuhan Kebidanan 1 (Kehamilan).

Medika .

Varney Halen. 2007. Buku Ajar Asuhan

Gambar

Tabel 2. frekuensi kekambuhan asma Prosentasi Kekambuhan Asma AP TMI TMII TMIII PP Rata-rata Kekambuhan (kali/bulan) 1.1 0.8 1.4 1.5 1.3

Referensi

Dokumen terkait

Bagi ibu hamil pertama kali dengan usia kehamilan trimester ketiga di kota Bandung agar tetap mempertahankan manifestasi resiliency yang sudah optimal dengan tetap berhubungan

Ada hubungan yang signifikan antara tingkat konsumsi energi, tingkat konsumsi protein, dan frekuensi periksa kehamilan dengan pertambahan berat badan ibu hamil trimester

Hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara pengetahuan dengan deteksi dini bahaya kehamilan pada ibu hamil trimester III di Wilayah Kerja Puskesmas Keramasan

pengetahuan yang kurang tentang kehamilan serta tidak rutin dalam kunjungan kelas ibu hamil bisa menjadi dampak negatif untuk ibu hamil tersebut yaitu ibu yang tidak

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat Suwandono dan Soemantri dalam Darlina (2003) yang menyatakan bahwa meningkatnya kejadian anemia dengan bertambahnya umur

Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan sikap ibu hamil tentang tanda bahaya kehamilan trimester III.. Kata

W umur 26 tahun G2P1A0Ah1 hamil trimester III usia kehamilan 38 +1 minggu dengan kehamilan normal dengan ketidaknyamanan punggung pegel-pegel, kram pada kaki dan rasa

Salah satu manfaat dari senam hamil yaitu dapat membantu dalam metabolisme tubuh selama kehamilan, membantu fungsi jantung sehingga para ibu hamil akan merasa lebih sehat dan tidak