• Tidak ada hasil yang ditemukan

Index of /ProdukHukum/kehutanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Index of /ProdukHukum/kehutanan"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN STEK BATANG TEMBESU (Fragraea fragarans ROXB)1)

Oleh :

Agus Sofyan2) dan Imam Muslimin2)

ABSTRAK

Tembesu (Fragraea fragrans ROXB) merupakan jenis tanaman lokal yang potensial untuk dikembangkan di daerah Sumatera Selatan. Perbanyakan tembesu yang biasa dilakukan oleh masyarakat adalah menggunakan benih, namun dengan semakin minimnya potensi tegakan maka alternatif teknik perbanyakan lain perlu dikembangkan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan berakar dan bertunas bahan stek serta jenis media yang sesuai bagi pertumbuhan stek tembesu. Bahan stek dari anakan hasil persemaian (A2) menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik daripada bahan stek anakan alam dengan rata-rata persen hidup 92,50%, persen bertunas 92,08%, persen berakar 56,66%, berat kering akar 0,011 gr dan berat kering tunas 0,071 gr, karena bahan stek dari persemaian relatif terpelihara dengan baik dan mempunyai kandungan nutrisi yang cukup. Media pasir (M1) memberikan nilai terbaik pada semua parameter yang diamati dan menunjukkan pertumbuhan yang paling baik dengan rerata persen hidup 99,16%, persen bertunas 96,66%, persen berakar 75,83%, berat kering akar 0,020 gr dan berat kering tunas 0,068 gr, namun stek membutuhkan penyapihan lebih lanjut. Interaksi antara asal stek dan jenis media berpengaruh tidak nyata, namun penggunaan asal stek dari alam dan media campuran topsoil dan kompos

A. mangium 4:6 dianjurkan untuk digunakan dalam pembuatan stek tembesu karena lebih efektif dan efisien.

Kata kunci :Tembesu, Fragraea fragrans ROXB, stek, anakan persemaian, pasir I. PENDAHULUAN

Tembesu (Fragraea fragrans ROXB) sebagai salah satu jenis tanaman lokal cukup potensial untuk dikembangkan di daerah Sumatera Selatan. Kayu tembesu dapat digunakan sebagai bahan konstruksi berat di tempat terbuka maupun yang berhubungan dengan tanah, balok jembatan, tiang-tiang rumah, lantai, dan barang bubutan (Martawijaya et al., 1989). Penggunaan jenis lokal dalam pembangunan hutan tanaman memiliki beberapa kelebihan atau keuntungan antara lain, bahwa jenis-jenis tersebut merupakan jenis asli, di mana kondisi lingkungannya sangat mendukung untuk pertumbuhan tanaman dan juga mempunyai nilai kompetitif yang cukup tinggi, baik dalam pertumbuhan maupun nilai ekonomi karena telah dikenal masyarakat setempat (Sofyan et al., 2003).

Di sisi lain, potensi tegakan jenis ini sudah sangat menurun di berbagai daerah sebaran alaminya akibat dari kegiatan eksploitasi yang tidak diimbangi dengan kegiatan penanaman, sehingga produksi benih berkualitas yang mampu disediakan menjadi terbatas. Sementara itu dengan adanya kegiatan rehabilitasi maupun kegiatan penanaman lainnya biasanya membutuhkan bibit dalam jumlah yang besar dan berkualitas yang seragam dan tepat waktu. Berdasarkan hal

1

Makalah Penunjang pada Ekspose Hasil-hasil Penelitian : Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Padang, 20 September 2006

2

(2)

tersebut maka perlu dikembangkan teknik perbanyakan alternatif lainnya dalam upaya pemenuhan kebutuhan bibit tembesu, yaitu salah satunya melalui perbanyakan vegetatif.

Salah satu teknik perbanyakan vegetatif yang secara teknis cukup mudah dan sederhana serta tidak membutuhkan biaya produksi dan investasi yang besar adalah stek. Teknik perbanyakan vegetatif dengan stek adalah metode perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian tanaman yang dipisahkan dari induknya di mana jika ditanam pada kondisi yang menguntungkan untuk beregenerasi akan berkembang menjadi tanaman yang sempurna (Juhardi, 1995).

Menurut Kantarli (1993) dalam Danu dan Nurhasybi (2003), faktor yang mempengaruhi keberhasilan stek berakar dan tumbuh baik adalah 1) Sumber bahan stek, 2) Perlakuan terhadap bahan stek. Hal yang perlu diperhatikan dalam perlakuan terhadap bahan stek adalah penggunaan jenis media. Berdasarkan pengalaman, pasir merupakan jenis media yang cocok bagi pertumbuhan awal stek. Pasir memiliki tekstur dan aerasi yang cocok bagi pertumbuhan akar, namun pasir tidak memiliki kandungan unsur hara yang diperlukan bagi pertumbuhan lanjutan sehingga harus dilakukan penyapihan sampai bibit siap tanam. Untuk itu perlu dicari media lain sebagai pengganti pasir yang memiliki aerasi yang baik juga mengandung unsur hara yang dibutuhkan bibit, sehingga dalam pembuatan bibit dapat dilakukan langsung tanpa perlu penyapihan salah satunya adalah kompos A. mangium.

Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka dilakukan penelitian untuk mengetahui kemampuan berakar dan bertunas bahan stek serta jenis media yang sesuai bagi pertumbuhan stek tembesu.

II. BAHAN DAN METODE

A. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah bahan stek tembesu, baik dari persemaian dan dari anakan alam, pasir, topsoil, kompos A. mangium, polybag, sungkup Balittaman (MS Balittaman), hand sprayer, mistar, kaliper, timbangan.

B. Metode Penelitian

1. Perlakuan dan Rancangan Percobaan

Perlakuan yang diujicobakan ada dua faktor yaitu asal bahan stek (A) dan komposisi media perakaran stek (M). Taraf perlakuan dari faktor asal bahan stek yaitu stek dari anakan alam (A1) dan dari hasil persemaian dengan benih (A2), sedangkan taraf dari faktor komposisi media perakaran adalah media pasir 100% (M1), topsoil dan kompos A. mangium 4:6 (M2), topsoil dan kompos A. mangium

2:8 (M3), serta kompos A. mangium 100% (M4). Percobaan disusun dalam pola Rancangan Acak Lengkap Faktorial dengan 20 stek masing-masing perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali.

2. Peubah yang Diamati dan Analisis Data

(3)

Y = µ + βi + Aj + Mk + Amjk + εijk

Keterangan : Y : variabel yang diukur; µ : rerata umum; βi : pengaruh ulangan ke i; Aj : pengaruh asal stek ke j; Mk : pengaruh media ke k; AMjk : pengaruh interaksi asal stek dan media; εijk : eror pada ulangan ke-i dan asal stek ke-j dan media ke-k

Apabila hasil analisis varian untuk suatu peubah menunjukkan perbedaan yang nyata maka pengujian dilanjutkan dengan menggunakan Uji Beda Nyata Jujur (BNJ).

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil analisis sidik ragam pengaruh perlakuan asal stek dan jenis media terhadap pertumbuhan stek batang tembesu (F. fragrans) terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1. Analisis sidik ragam pengaruh asal stek dan jenis media serta interaksi antara asal stek dan jenis media terhadap persen hidup, persen berakar, persen bertunas, berat kering akar, dan berat kering tunas tanaman tembesu (F. fragrans)

Kuadrat tengah Sumber variasi

Persen hidup Persen berakar Persen bertunas Berat kering akar Berat kering tunas Asal stek 107,70 670,87* 448,93* 0,00020* 0,00465* Jenis media 441,89 * 1023,87* 382,84* 0,00017* 0,00058* Interaksi 36,77 170,45 57,09* 0,000017 0,000064 Keterangan : * Berpengaruh nyata pada taraf 5%

Hasil analisis keragaman menunjukkan bahwa jenis media mempunyai pengaruh yang nyata terhadap semua parameter yang diamati, hal yang sama juga terjadi pada asal stek yang berpengaruh nyata terhadap semua parameter kecuali pada persen hidup tanaman yang berpengaruh tidak nyata. Sedangkan interaksi antara asal stek dan jenis media berpengaruh tidak nyata pada semua parameter kecuali pada persen bertunas yang berpengaruh nyata.

Rata-rata hasil pengamatan dan pengukuran pengaruh asal stek dan jenis media yang digunakan terhadap parameter yang diamati terdapat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rerata pengaruh asal stek dan jenis media serta interaksi antara asal stek dan jenis media terhadap persen hidup, persen berakar, persen bertunas, berat kering akar, dan berat kering tunas tanaman tembesu (F. fragrans)

Perlakuan/

Interaksi antara asal stek dan jenis media stek

A1*M1 98,33 58,33 93,33 a b 0,021 0,051 Keterangan : - Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata

(4)

B. Pembahasan

Berdasarkan data hasil pengamatan dan pengukuran sampai dengan akhir penelitian (4 bulan), secara keseluruhan nampak bahwa stek tembesu mempunyai rerata persentase hidup sebesar 89,16% dengan kisaran antara 70%-100%, rerata persen bertunas 86,04% (66,67%-100%), rata-rata persen berakar 48,74% (23,33%-93,33%). Hal ini mengindikasikan bahwa secara keseluruhan jenis tembesu mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan secara vegetatif khususnya melalui teknik stek, sehingga nantinya dalam pengembangan

clonal forestry (hutan tanaman klon) tidak mengalami kesulitan yang berarti.

Dari hasil penelitian terlihat bahwa bahan stek yang berasal dari anakan hasil persemaian (A2) menunjukkan rata-rata nilai yang lebih besar pada semua parameter dibandingkan dengan bahan stek yang berasal dari anakan alam (A1) kecuali pada berat kering akar. Hal ini disebabkan karena bahan stek yang berasal dari anakan hasil persemaian memiliki kondisi lingkungan yang lebih optimal dengan adanya perawatan pemeliharaan dan pemberian unsur hara, akan tetapi teknik ini tidak efektif dan efisien karena harus membuat persemaian tembesu terlebih dahulu sehingga memerlukan waktu dan biaya yang lebih tinggi. Sementara itu, bahan stek yang berasal dari anakan alam relatif lebih bervariasi dan pertumbuhan serta perkembangannya sangat tergantung dari kemampuan individu tanaman dalam menghadapi kondisi lingkungan, namun demikian, secara keseluruhan nampak bahwa anakan alam jenis tembesu cukup potensial untuk digunakan sebagai bahan stek dalam teknik perbanyakan tanaman.Hal ini senada dengan Hartman dan Kester (1968) dalam Hidayat (2002) yang menyebutkan bahwa tingkat keberhasilan tanaman yang berasal dari stek sangat dipengaruhi oleh umur bahan stek (eksplan) dan waktu serta kondisi lingkungan di mana bahan stek diambil.

Media sebagai tempat perkembangan akar merupakan salah satu faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan stek. Menurut Hartman et al. (1990)

dalam Juhardi (1995) media yang baik harus memiliki persyaratan antara lain mampu menjaga kelembaban, memiliki aerasi dan drainasi yang baik, tidak memiliki salinitas yang tinggi serta bebas dari hama dan penyakit. Berdasarkan hasil penelitian nampak bahwa pasir (M1) merupakan media yang cocok bagi pertumbuhan awal stek. Hal ini terlihat dari nilai rerata stek yang dihasilkan pada semua parameter yang diamati lebih besar dibanding pada media lainnya (M2, M3, M4) yaitu dengan nilai rerata persen hidup sebesar 99,16%, persen bertunas sebesar 96,66%, persen berakar sebesar 75,83%, berat kering akar sebesar 0,020 gr, dan berat kering tunas sebesar 0,068 gr. Hasil ini sesuai dengan pendapat Yasman dan Smits (1988) bahwa media pasir dengan kekasaran 0,5-1,2 mm dan pH 5-6 merupakan media yang baik untuk pertumbuhan stek karena mempunyai sifat fisik seperti tekstur dan aerasi yang sangat baik. Selain itu bahwa pembentukan akar pada stek tingkat keberhasilannya lebih ditentukan oleh sifat fisik media dibandingkan dengan sifat kimia yang terkandung dalam media, karena sifat fisik ini berkenaan dengan ketersediaan air dan adanya kelancaran sirkulasi udara dalam media yang dibutuhkan stek dalam proses pembentukan akar.

(5)

proses penyapihan mengingat media pasir bersifat miskin unsur hara bagi kebutuhan pertumbuhan stek selanjutnya sampai bibit siap tanam. Berbeda halnya dengan media pasir, media campuran antara topsoil dan kompos A. mangium

dengan perbandingan 4 : 6 (M2) ternyata juga memberikan rata-rata hasil yang cukup baik, yaitu dengan persen hidup sebesar 90,83%. Hasil ini memberikan harapan bahwa pembuatan bibit jenis tembesu melalui perbanyakan vegetatif dengan menggunakan teknik stek dapat dilakukan secara langsung tanpa proses penyapihan, yaitu dengan menggunakan media campuran antara topsoil dan kompos A. mangium dengan perbandingan 4 : 6.

Berat kering akar dan berat kering tunas merupakan salah satu indikator yang menunjukkan tingkat pertumbuhan stek. Semakin besar berat kering akar dan berat kering tunas maka semakin bagus pertumbuhan stek tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stek yang berasal dari anakan alam memberikan nilai rerata berat kering akar yang lebih besar dan berbeda nyata dibanding stek dari anakan hasil persemaian dan memiliki rerata berat kering tunas yang lebih kecil dibanding stek yang berasal dari anakan hasil persemaian. Hal ini menunjukkan bahwa stek yang berasal dari anakan alam dengan potensi kandungan cadangan makanan minim lebih aktif berkonsentrasi untuk membentuk perakaran yang luas guna memperoleh cadangan makanan tambahan yang selanjutnya dipergunakan untuk membentuk tunas.

Secara keseluruhan hasil penelitian menunjukkan bahwa anakan alam cukup potensial untuk dikembangkan secara vegetatif melalui teknik stek. Penggunaan media pasir dalam perbanyakan vegetatif melalui teknik stek dapat diganti dengan menggunakan media campuran topsoil dan kompos A. mangium dengan perbandingan 4:6 untuk memperoleh teknik perbanyakan vegetatif tanaman tembesu melalui stek yang efektif dan efisien.

IV. KESIMPULAN

1. Bahan stek yang berasal dari anakan hasil persemaian (seedling) menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik daripada bahan stek yang berasal dari anakan alam karena bahan stek relatif terpelihara dengan baik dan mempunyai kandungan nutrisi yang cukup.

2. Media pasir (M1) memberikan nilai terbesar pada semua parameter yang diamati dan menunjukkan pertumbuhan yang paling baik namun membutuhkan penyapihan stek lebih lanjut.

3. Interaksi antara asal stek dan jenis media berpengaruh tidak nyata, namun penggunaan asal stek dari alam dan media campuran topsoil dan kompos A. mangium 4 : 6 dianjurkan untuk digunakan dalam pembuatan stek tembesu karena lebih efektif dan efisien.

DAFTAR PUSTAKA

Danu dan Nurhasybi. 2003. Potensi Benih Generatif dan Vegetatif dalam Pembangunan Hutan Tanaman. Makalah Temu Lapang dan Ekspose Hasil-Hasil Penelitian UPT Badan Litbang Kehutanan Wilayah Sumatera. Palembang.

(6)

Juhardi, D. 1995. Studi Pembiakan Vegetatif Stek Pucuk Shorea selanica BL dengan Menggunakan Zat Pengatur Tumbuh IBA pada Media Campuran Tanah dan Pasir. Skripsi Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. (Tidak dipublikasikan).

Martawijaya, A., I. Kartasujana, Y.I. Mandang, S.A. Prawira dan K. Kadir. 1989. Atlas Kayu Indonesia Jilid II. Balai Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Bogor.

Sofyan, A., A.H. Lukman dan Bastoni. 2003. Membangun Hutan Tanaman dengan Jenis-Jenis Prioritas. Makalah Temu Lapang dan Ekspose Hasil-Hasil Penelitian UPT Badan Litbang Kehutanan Wilayah Sumatera. Palembang. Yasman, I. dan W.T.M Smits. 1988. Metode Pembuatan Stek Dipterocarpaceae.

Referensi

Dokumen terkait

Proses modifikasi adsorben terxantasi merupakan proses yang cukup baik, karena dapat meningkatkan performa dari adsorben (afinitas dan kapasitas adsorpsi dapat

Kerapatan tanaman dapat menyebabkan terjadinya kompetisi antar tanaman, sehingga pengaturan kerapatan tanaman yang tepat sangat diperlukan dalam produksi tanaman sorgum.Penelitian

Soehadi (2012) menyatakan bahwa tantangan yang dihadapi perusahaan dalam membangun online community adalah membangun fasilitas yang mampu mengorkestrasikan pelanggan dan

Perempuan itu adalah ibu tiri, ibu kandung, anak kandung, saudara kandung, saudara seayah atau seibu, bibi dari ayah, bibi dari ibu, keponakan dari saudara

Hasil akhir dari kegiatan ini adalah adanya peningkatan skor persepsi risiko tentang keselamatan berkendara yang akan berpengaruh terhadap perubahan perilaku

Penyidik pejabat pegawai negeri sipil berwenang melakukan pemeriksaan atas kebe- naran laporan atau keterangan berkenaan de- ngan tindak pidana menyangkut hutan, Kawa- san

KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan dari penelitian adalah suplementasi dan proteksi minyak biji kapuk tidak mempengaruhi hasil fermentasi ruminal, namun menurunkan