• Tidak ada hasil yang ditemukan

18528 22576 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " 18528 22576 1 PB"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN PEMBELAJARAN DENGAN KERANGKA KERJA ELPSA (EXPERIENCE, LANGUAGE, PICTORIAL, SYMBOL, AND APPLICATION) PADA MATERI PRISMA KELAS

VIII SMP

Ismiyatul Laili

PendidikanMatematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail :ismiyatullaili@mhs.unesa.ac.id

Ismail

PendidikanMatematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : ismail@unesa.ac.id

Abstrak

Perancangan atau perencanaan pembelajaran merupakan tahap awal dalam pembelajaran. Perencanaan pembelajaran merupakan hal yang penting untuk diperhatikan karena merupakan awal dari perbaikan kualitas pembelajaran. Oleh karena itu dibutuhkan suatu perancangan pembelajaran yang nantinya dapat diimplementasikan untuk menciptakan pembelajaran yang berkualitas. Salah satu kerangka kerja dalam merancang pembelajaran matematika yang dapat digunakan adalah kerangka kerja ELPSA (Experience, Language, Pictorial, Symbol, and Application). Kerangka kerja ini memfasilitasi siswa untuk dapat membangun pengetahuannya sendiri, memaknai matematika secara komprehensif, serta dapat menerapkannya dalam memecahkan permasalahan yang lebih kompleks.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perancangan pembelajaran dengan kerangka kerja ELPSA pada materi prisma oleh subjek penelitian. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan metode pengamatan, validasi, dan wawancara.

Hasil penelitian yang diperoleh yaitu subjek pertama melakukan perancangan pembelajaran dengan kerangka kerja ELPSA pada materi prisma dengan mengaji silabus untuk mendapatkan informasi mengenai KI, KD, alokasi waktu, dan kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan guru; mengiidentifikasi materi pembelajaran berdasarkan KD; menyusun indikator berdasarkan KD dengan memperhatikan karakteristik siswa dan pembelajaran yang dirancang serta menyusun tujuan pembelajaran berdasarkan indikator tersebut; menentukan pendekatan dan model pembelajaran yang digunakan dengan memperhatikan karakteristik kerangka kerja ELPSA dan siswa; mengembangkan kegiatan pembelajaran berkerangka ELPSA dengan membuat pertanyaan untuk memanggil kembali pengetahuan siswa dan mengaitkannya dengan materi prisma, mendaftar istilah matematika yang digunakan serta menyusun langkah-langkah pembelajaran menggunakan istilah tersebut, menggunakan gambar untuk membantu pemahaman siswa, menjelaskan kepada siswa tentang suatu istilah kemudian menuliskannya dalam bentuk simbol, dan membuat soal cerita mengenai penerapan materi prisma; menjabarkan jenis dan instrumen penilaian yang digunakan; menentukan alokasi waktu; serta menentukan sumber belajar dan media pembelajaran yang digunakan. Perancangan pembelajaran oleh subjek pertama menghasilkan RPP dengan kategori valid.

Sedangkan subjek kedua merancang pembelajaran dengan mengaji silabus untuk mengetahui alokasi waktu dan KI; mengidentifikasi materi pembelajaran berdasarkan buku siswa dan pengetahuannya sendiri; menyusun indikator berdasarkan kompetensi dasar namun tidak menyusun tujuan pembelajaran; menentukan metode pembelajaran yang digunakan; mengembangkan kegiatan pembelajaran berkerangka ELPSA dengan membuat pertanyaan untuk memanggil kembali pengetahuan siswa dan mengaitkannya dengan materi prisma, mendaftar istilah matematika yang digunakan serta menyusun langkah-langkah pembelajaran dengan istilah tersebut, menggunakan gambar dan alat peraga untuk membantu pemahaman siswa, meminta siswa menuliskan pengetahuannya dalam bentuk simbol, dan membuat soal kontekstual mengenai penerapan materi prisma; menjabarkan jenis dan instrumen penilaian; menentukan alokasi waktu; serta menentukan sumber belajar dan media pembelajaran yang digunakan. Perancangan pembelajaran oleh subjek kedua menghasilkan RPP dengan kategori valid.

Kata kunci: Perancangan pembelajaran, kerangka kerja ELPSA, prisma

(2)

Volume3 No. 5 Tahun 2016

Designing a lesson plan is the first step in learning process. Designing a lesson plan is essential to be concern because it is the beginning of the learning improvement. Therefore, applicable lesson plan is needed to create qualified teaching-learning process. One of mathematics lesson design frameworks which may be used is ELPSA (Experience, Language, Pictorial, Symbol, and Application). This framework facilitates students to get their knowledge by themselves. Furthermore, it may also help them to comprehend mathematics comprehensively and it may be implemented in solving complicated problems.

This research aimed to describe the designing of lesson plan using ELPSA framework of prism material of grade VIII of junior high school. Descriptive research was exerted in this study and the exerted method were observation, interview and validation.

The result of this research shows that the first subject reviews the syllabus to get the information about core competence, basic competence, time allocation, and learning activities; indentifies the learning material to base on the basic competence; arranges the indicators based on the student characteristics and develop learning goals based on these indicators; determine the approach and learning model to base on the ELPSA framework and the students characteristics; develop learning activities using ELPSA framework by having some questions to recall students knowledge, links it with the prism material, makes a list of math terms and arranges the learning stages by using them, uses picture to help students easier comprehending the lesson, explains certain term which writes in form of symbol; makes an illustration problem for the implementation of prism. The assessment instrument, time allocation, sources, and media are also described. The lesson plan of the first subject is valid.

Meanwhile, second subject reviews the syllabus to determine the time allocation and core competence; identifies learning material based on students handbook and her knowledge; arranges the indicator based on basic competence without the learning goals; determine the learning method; develop the learning activities based on ELPSA framework by having some questions to recall the students knowledge and relate it with prism, makes list of terms used and arrange the learning stages using the terms, uses pictures and media to help students comprehending the material, asks the students to write symbol, make contextual question about prism; describe type of assessment instrument; determine the time allocation, sources, and media. The lesson plan of the second subject is valid.

(3)

PENDAHULUAN

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas merupakan salah satu komponen utama dalam mewujudkan negara yang maju.Dengan sumber daya manusia yang berkualitas, Indonesia diharapkan dapat bersaing dan tidak tertinggal oleh negara-negara di dunia, terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi.Pendidikan memiliki peran penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas tersebut.Hal itu sejalan dengan salah satu prinsip belajar mengajar baru yaitu pendidikan bertujuan untuk memperbaiki kualitas kehidupan dalam rangka pengembangan sumber daya manusia yang bermutu (Hamalik, 2014). Lebih lanjut, dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 (1) tertulis:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Berdasarkan rumusan tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan

upaya yang dilakukan untuk

mengembangkan potensi dan meningkatkan kualitas peserta didik melalui proses pembelajaran. Oleh karena itu, lembaga pendidikan beserta pemerintah hendaknya senantiasa memperbaiki kualitas pendidikan di Indonesia dalam rangka peningkatan pengetahuan dan pelayan ilmu pengetahuan. Matematika sebagai ratu ilmu pengetahuan penyedia jasa layanan untuk pengembangan ilmu-ilmu yang lain (Suherman dkk, 2001).Karena itu, matematika merupakan ilmu yang sangat penting.Hal tersebut juga bersifat hierarki. Hal tersebut berarti bahwa ketidakpahaman terhadap suatu konsep akan menimbulkan kesulitan bagi siswa dalam mempelajari konsep-konsep lanjutannya. Oleh karena itu, dalam setiap pembelajaran matematika di sekolah diharapkan siswa dapat memahami konsep-konsep matematika yang diajarkan secara komprehensif.

Keberhasilan siswa dalam memahami konsep-konsep matematika tentu tidak terlepas dari peran guru. Menurut Slameto (2003), selain sebagai pengajar, peran guru dalam proses pembelajaran adalah sebagai direktur pengarah belajar yang ke dalamnya termasuk fungsi guru sebagai perencana pengajaran. Sebagai perencana pengajaran, guru diharapkan mampu merencanakan kegiatan pembelajaran sehingga setiap siswa dapat belajar secara efektif dan efisien. Di sisi lain, Widoyoko berpendapat bahwa untuk mengevaluasi keberhasilan program pembelajaran juga perlu melihat desain dari pembelajaran tersebut. Sejalan dengan hal tersebut, Uno (2014) menyatakan bahwa perencanaan pembelajaran merupakan awal dari perbaikan kualitas pembelajaran. Hal ini dimungkinkan karena dalam perencanaan pembelajaran, tahapan yang akan dilakukan guru telah terancang dengan baik, mulai dari menganalisis tujuan pembelajaran sampai dengan pelaksanaan evaluasi untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran tersebut. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa perencanaan pembelajaran merupakan hal yang penting untuk diperhatikan.

(4)

Volume 3 No.5 Tahun 2016

Sementara itu, merencanakan juga diartikan sebagai merancang sehingga perencanaan pembelajaran dapat pula disebut sebagai perancangan pembelajaran.Perencanaan pembelajaran diwujudkan dengan kegiatan

penyusunan Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP).

Salah satu kerangka kerja yang dapat digunakan untuk merancang pembelajaran matematika adalah kerangka kerja ELPSA (Experience, Language, Pictorial, Symbol, and Application). Sesuai namanya, kerangka ELPSA memiliki lima komponen yaitu Experience (pengalaman), Language (bahasa), Pictorial (gambar),Symbol (simbol),dan Application (aplikasi). Lowrie dan Patahudin (2015b) menyatakan bahwa kelima komponen ELPSA sangat penting untuk dipikirkan dalam proses perancangan pembelajaran matematika jika mengharapkan siswa dapat memahami matematika secara lebih komprehensif.Selain itu, Lowrie dan Patahudin (2015b) juga menjelaskan bahwa kerangka ELPSA melihat pembelajaran sebagai suatu proses aktif dimana siswa mengkonstruksi sendiri caranya dalam memahami sesuatu melalui proses berpikir secara individu dan interaksi sosial dengan orang lain. Karena itu, kerangka kerja ELPSA dapat dijadikan sebagai acuan untuk merancang pembelajaran matematika yang berkualitas.

Salah satu materi matematika yang dekat dengan kehidupan siswa yaitu prisma.Banyak benda-benda berbentuk prisma yang dapat dijumpai dalam keseharian. Materi prisma dipilih karena dalam pembelajarannya dapat dirancang berdasarkan kelima komponen ELPSA, misalnya dengan mengaitkan antara pengetahuan siswa tentang bangun datar dengan prisma atau tentang balok dengan prisma, menggunakan istilah atau bahasa matematika tertentu, menggunakan gambar dan alat peraga prisma, menggunakan representasi simbol, serta menyelesaikan masalah sehari-hari yang berkaitan dengan luas permukaan dan volume prisma. Selain itu, berdasarkan keterangan dari guru matematika di salah satu SMP negeri di Surabaya, salah satu kesulitan siswa dalam

mempelajari prisma adalah menentukan sisi alas dan sisi tutup prisma jika posisi gambarnya dibolak-balik.Hal tersebut dapat dihindari dengan menekankan pemaknaan terhadap istilah matematika yang digunakan dengan bantuan representasi visual dan

melatih siswa mengaplikasikan

pengetahuannya tersebut, yang dalam kerangka kerja ELPSA berkaitan dengan SMP oleh guru/calon guru matematika.

METODE

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Pendekatan penelitian yang digunakan yaitu pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif digunakan karena data dalam penelitian ini berupa data hasil pengamatan proses perancangan pembelajaran dan wawancara. Sedangkan pendekatan kuantitatif digunakan karena dalam penelitian ini juga menggunakan rumus perhitungan tertentu untuk diambil hasil akhirnya, kemudian hasil akhir tersebut dideskripsikan sesuai dengan apa adanya.

Subjek penelitian sebanyak dua orang yang merupakan guru matematika pada sekolah menengah atau calon guru matematika yang telah menerima dan dinyatakan lulus dalam mata kuliah pengembangan perangkat pembelajaran II serta berjenis kelamin perempuan.

(5)

dan pedoman wawancara yang digunakan sebagai arahan dalam wawancara.

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka

digunakan beberapa teknik

pengumpulan data yaitu pengamatan, validasi, dan wawancara. Pengamatan dilakukan oleh peneliti selama proses

perancangan pembelajaran

berlangsung. Validasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang kevalidan rancangan pembelajaran yang telah dibuat oleh subjek penelitian.Penilaian kevalidan rancangan pembelajaran ini dilakukan oleh tiga orang validator. Sementara itu, wawancara dilakukan untuk menggali lebih dalam tentang langkah-langkah atau proses perancangan pembelajaran yang dilakukan oleh subjek penelitian. Wawancara dilakukan setelah proses

perancangan pembelajaran

dilaksanakan.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

1. Analisis Data Hasil PPPP

Data hasil PPPP dianalisis dengan memperhatikan langkah-langkah apa saja yang dilakukan subjek penelitian dalam proses perancangan pembelajaran dan kemudian dideskripsikan sesuai dengan apa adanya.

2. Analisis Data KHPP

Data kevalidan hasil perancangan pembelajaran (KHPP) dianalisis dengan langkah-langkah berikut.

a. Merekapitulasi penilaian semua validator.

b. Menentukan skor akhir setiap kriteria dengan ketentuan berikut.

1) Skor akhir kriteria merupakan modus dari skor ketiga validator. 2) Jika ketiga validator memberikan

skor yang berbeda-beda (tidak dapat ditentukan modusnya), maka skor akhir kriteria merupakan skor pada urutan kedua setelah ketiga skor tersebut diurutkan dari terkecil ke terbesar. c. Menentukan skor akhir dari setiap

aspek dengan ketentuan berikut.

1) Skor akhir aspek merupakan modus dari skor akhir kriteria pada aspek tersebut.

2) Jika tidak dapat ditentukan

modusnya, maka diatur

berdasarkan ketentuan berikut. a) Jika banyaknya skor akhir

kriteria pada aspek tersebut adalah 2, maka skor akhir aspek ditentukan berdasarkan kombinasi skor akhir kriteria yang diperoleh.

Tabel 1 Konversi Skor Akhir Kriteria ke Skor Akhir Aspek

Kombinasi Skor

Akhir Kriteria Skor AkhirAspek

3 dan 4 4 2 dan 3, 2 dan 4 3 1 dan 3, 1 dan 4 2 1 dan 2 1

b) Jika banyaknya skor akhir kriteria pada aspek tersebut adalah 3, maka skor akhir aspek merupakan skor pada urutan kedua setelah skor akhir kriteria pada aspek tersebut diurutkan dari terkecil ke terbesar.

c) Jika banyaknya skor akhir kriteria pada aspek tersebut adalah 6, maka skor akhir aspek merupakan skor pada urutan keempat setelah skor akhir kriteria pada aspek tersebut diurutkan dari terkecil ke terbesar.

d. Menentukan kategori kevalidan rancangan pembelajaran (RPP), yaitu dinyatakan valid jika ada minimal empat aspek yang mendapat skor minimal 3. Sedangkan dinyatakan tidak valid jika tidak memenuhi ketentuan tersebut.

3. Analisis Data Hasil Wawancara

Analisis data hasil wawancara dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

(6)

Volume 3 No.5 Tahun 2016

menerima dan dinyatakan lulus dalam mata

kuliah pengembangan perangkat

pembelajaran II serta berjenis kelamin perempuan hingga diperoleh dua orang subjek penelitian. Subjek penelitian terpilih dan kodenya disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 2 Subjek Penelitian Terpilih Nmr

. Nama Keterangan Kode

1 ARL

a. Guru matematika kelas VIII dan IX di SMP Kartika IV-11 Surabaya

b. Mengajar sejak tahun 2015

Subjek penelitian kemudian diberi referensi atau sumber bacaan mengenai kerangka kerja ELPSA.Sebelum perancangan pembelajaran dilakukan, subjek penelitian berdiskusi dengan peneliti guna memperdalam pemahaman mengenai kerangka kerja ELPSA.Hal-hal yang didikusikan peneliti dengan S1 yaitu mengenai karakteristik dari kerangka kerja ELPSA, penerapan komponen application dalam pembelajaran, ciri khas dari kerangka kerja ELPSA, dan sumber belajar yang mendukung.Sementara itu, diskusi yang dilakukan dengan S2 mengenai penerapan komponen experience dan application dalam pembelajaran.

Perancangan Pembelajaran dengan Kerangka Kerja ELPSA Pada Materi Prisma Oleh Subjek Pertama (S1)

1. Mengaji silabus digunakan untuk mengembangkan

indikator.Selain itu, dari silabus tersebut S1 juga melihat alokasi waktu pembelajaran materi prisma dan kegiatan pembelajaran yang dilakukan. S1 membagi waktu yang telah ditetapkan tersebut untuk masing-masing sub materi yang ada, yaitu balok, kubus, limas, dan prisma. S1 juga melihat deskripsi kegiatan pembelajaran pada silabus sebelum mulai merancang kegiatan pembelajarannya nanti.Namun, S1 tidak merujuk silabus untuk menentukan penilaian, materi pembelajaran, dan sumber belajar.Jadi, dapat disimpulkan bahwa S1 mengaji silabus yang ia dapatkan dari pemerintah. Pengkajian silabus tersebut bertujuan untuk melihat kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD), alokasi waktu, dan kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan guru.

2. Mengidentifikasi materi pembelajaran Dari hasil pengamatan, S1 tidak mengidentifikasi materi pembelajaran. Namun berdasarkan hasil wawancara, ternyata S1 menentukan topik pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar (KD) terkait. Jadi, dapat disimpulkan bahwa S1 mengiidentifikasi materi pembelajaran berdasarkan KD

(7)

dikembangkan dari kompetensi dasar dengan memperhatikan karakteristik siswa dan pembelajaran yang dirancang, serta

menyusun tujuan pembelajaran

berdasarkan indikator tersebut.

4. Menentukan metode, model, atau pendekatan pembelajaran yang digunakan Subjek S1 menggunakan pendekatan saintifik dan model pembelajaran kooperatif karena model pembelaran kooperatif sesuai dengan karakteristik kerangka kerja ELPSA yaitu mengajak siswa aktif membangun pengetahuan. Selain itu, S1 menyatakan bahwa dalam model pembelajaran kooperatif ia masih dapat memberikan bantuan sedikit demi sedikit kepada siswanya dalam

membangun pengetahuan untuk

meminimalisasi kebingungan siswa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa S1 menentukan pendekatan dan model pembelajaran yang digunakan dengan memperhatikan karakteristik dari kerangka kerja ELPSA dan karakteristik siswanya.

5. Mengembangkan kegiatan pembelajaran berdasarkan kerangka kerja ELPSA

S1 menggunakan tayangan

powerpoint untuk menampilkan gambar benda-benda kemudian melakukan tanya jawab dengan siswa untuk memunculkan komponen experience. Kemudian, S1 mengenalkan istilah matematika yaitu prisma, prisma segitiga, dan prisma segilima dalam pembelajaran dengan bantuan gambar. Dengan kata lain, S1 memunculkan komponen language bersamaan dengan pictorial. Selanjutnya untuk memunculkan komponen symbol, S1 akan menjelaskan tentang alas prisma, tinggi prisma, luas permukaan prisma, dan volume prisma dari gambar tersebut kemudian menuliskannya dalam bentuk simbol. Kemudian S1 akan meminta siswa mengerjakan soal cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari setelah membangun pengetahuan melalui pengerjaan LKS untuk memunculkan komponen application. Jadi, dapat disimpulkan bahwa S1 mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan kerangka kerja ELPSA pada materi prisma dengan membuat pertanyaan untuk memanggil

kembali pengetahuan siswa dan mengaitkannya dengan materi prisma, mendaftar istilah matematika yang digunakan serta menyusun langkah-langkah pembelajaran menggunakan istilah tersebut, menggunakan bantuan gambar untuk membantu pemahaman siswa, menjelaskan kepada siswa tentang suatu istilah kemudian menuliskannya dalam bentuk simbol, dan membuat soal cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari mengenai penerapan materi prisma.

6. Menjabarkan jenis dan instrumen penilaian Dari hasil pengamatan dan wawancara dapat diketahui S1 menyusun lembar penilaian untuk menilai sikap dan pengetahuan siswa. S1 juga telah menentukan pedoman pengskoran. Penilaian sikap dilakukan dengan teknik pengamatan. Sedangkan penilaian pengetahuan menggunakan teknik tes.Jadi, dapat disimpulkan bahwa S1 menjabarkan jenis dan instrumen penilaian yang digunakan.

7. Menentukan alokasi waktu

S1 menentukan jumlah pertemuan beserta durasi untuk masing-masing pertemuan dan durasi setiap kegiatan pembelajaran dengan cara mengira-ngira berdasarkan kemampuan siswanya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa S1 menentukan alokasi waktu yang digunakan.

8. Menentukan sumber belajar atau media pembelajaran

Subjek S1 menggunakan LKS dan buku siswa sebagai sumber belajar serta tayangan powerpoint sebagai media pembelajaran. Jadi, dapat disimpulkan bahwa S1 telah menentukan sumber belajar dan media pembelajaran yang digunakan sesuai yang telah ditetapkan dalam langkah pembelajaran.

(8)

Volume 3 No.5 Tahun 2016

minimal 3 sehingga validitas RPP dinyatakan valid.

Perancangan Pembelajaran dengan Kerangka Kerja ELPSA Pada Materi Prisma Oleh Subjek Kedua (S2)

1. Mengaji silabus

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, S2 mempelajari silabus untuk melihat alokasi waktu yang tersedia sehingga S2 dapat menentukan jumlah pertemuan untuk materi prisma. Selain itu, S2 juga menggunakan silabus sebagai sumber rujukan untuk menyantumkan kompetensi inti (KI). Namun, S2 tidak merujuk silabus untuk menentukan materi pembelajaran, proses pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar.Jadi, dapat disimpulkan bahwa S2 mengaji silabus untuk mengetahui alokasi waktu yang tersedia dan mendapatkan informasi mengenai KI.

2. Mengidentifikasi materi pembelajaran Dari hasil pengamatan, dapat diketahui bahwa S2 mengidentifikasi materi pembelajaran.Berdasarkan hasil wawancara, S2 menentukan topik pembelajaran berdasarkan buku siswa dan pengetahuannya sendiri. Subjek S2 juga menyantumkan ringkasan materi yang diajarkan pada RPP yang dibuat. Jadi,

dapat disimpulkan bahwa S2

mengidentifikasi materi pembelajaran dengan menggunakan buku siswa sebagai sumber rujukan dan berdasarkan pengetahuannya sendiri.

3. Menyusun indikator dan tujuan pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, dapat diketahui S2 menyusun tujuh indikator berdasarkan kompetensi dasar dengan cara memilih sikap atau kompetensi yang ingin dimunculkan dalam pembelajaran berkaitan dengan materi prisma. Namun, S2 tidak menyusun tujuan pembelajaran karena menurut S2 tujuan pembelajaran yang dirancang. Pemilihan metode tersebut dikarenakan S2 ingin mengajak siswanya untuk berdiskusi serta menemukan kembali rumus luas permukaan dan volume prisma. Dengan kata lain, S2 merancang pembelajaran yang pembelajaran yang mengajak siswa untuk aktif membangun sendiri pengetahuannya berdasarkan pemikiran sendiri dan interaksi dengan orang lain. Jadi, dapat disimpulkan bahwa S2 menentukan metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran dengan cara memilih metode yang sesuai dengan gaya pembelajaran yang dirancang.

5. Mengembangkan kegiatan pembelajaran berdasarkan kerangka kerja ELPSA

S2 menggunakan tayangan

(9)

mengaitkannya dengan materi prisma, mendaftar istilah matematika yang digunakan serta menyusun langkah-langkah pembelajaran menggunakan istilah tersebut, menggunakan bantuan gambar dan alat peraga untuk membantu pemahaman siswa, meminta siswa menuliskan pengetahuannya dalam bentuk simbol, dan membuat soal kontekstual mengenai penerapan materi prisma.

6. Menjabarkan jenis dan instrumen penilaian Dari hasil pengamatan dan wawancara dapat diketahui S2 menyusun instrumen penilaian untuk aspek sikap dan pengetahuan. Pada aspek sikap, S2 menggunakan teknik pengamatan untuk menentukan nilai sikap siswa dengan bantuan kisi-kisi yang telah dibuat. Pada aspek pengetahuan, S2 menggunakan LKS dan soal berbentuk uraian sebagai instrumen penilaian. Hal ini berarti S2 menggunakan teknik tes dalam menilai aspek pengetahuan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa S2 telah menjabarkan jenis dan instrumen penilaian yang digunakan.

7. Menentukan alokasi waktu

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, S2 menentukan jumlah pertemuan dan pembagian waktu setiap kegiatan pada masing-masing pertemuan dengan mempertimbangkan metode pembelajaran yang digunakan dan jumlah indikator yang harus tercapai. Jadi, S2 telah menentukan alokasi waktu yang digunakan.

8. Menentukan sumber belajar atau media pembelajaran

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, S2 menggunakan LKS dan buku siswa sebagai sumber belajar serta tayangan powerpoint, alat peraga dari karton, dan bungkus cokelat yang berbentuk prisma sebagai media pembelajaran. Jadi, dapat disimpulkan bahwa S2 telah menentukan sumber belajar dan media pembelajaran yang digunakansesuai dengan yang telah ditetapkan dalam langkah pembelajaran. 9. Kevalidan hasil perancangan pembelajaran

Penilaian validitas terhadap RPP yang dirancang S2 diperoleh skor 3 untuk aspek tujuan, 4 untuk aspek langkah pembelajaran, 4 untuk aspek waktu, 4 untuk aspek bahasa, 4 untuk aspek LKS, dan 4 untuk aspek soal. Berdasarkan data tersebut, keenam aspek mendapat nilai minimal 3 sehingga validitas RPP dinyatakan valid.

PENUTUP Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan diperoleh simpulan sebagai berikut.

1. Subjek pertama melakukan perancangan pembelajaran dengan kerangka kerja ELPSA pada materi prisma dengan mengaji silabus untuk mendapatkan informasi mengenai kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD), alokasi waktu, dan kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan guru; mengidentifikasi materi pembelajaran berdasarkan KD; menyusun indikator yang dikembangkan dari KD dengan memperhatikan karakteristik siswa dan pembelajaran yang dirancang, serta

menyusun tujuan pembelajaran

(10)

Volume 3 No.5 Tahun 2016

sehari-hari mengenai penerapan materi prisma untuk komponen application; menjabarkan jenis dan instrumen penilaian yang digunakan, yaitu teknik pengamatan dengan instrumen lembar penilaian sikap untuk aspek sikap dan teknik tes dengan instrumen lembar penilaian untuk aspek pengetahuan; menentukan alokasi waktu yang digunakan dengan perkiraan berdasarkan kemampuan siswa; serta menentukan sumber belajar dan media pembelajaran

yang digunakan. Perancangan

pembelajaran oleh subjek pertama menghasilkan RPP dengan kategori valid. 2. Subjek kedua melakukan perancangan

pembelajaran dengan kerangka kerja ELPSA pada materi prisma dengan mengaji silabus untuk mengetahui alokasi waktu yang tersedia dan mendapatkan informasi mengenai KI; mengidentifikasi

materi pembelajaran dengan

menggunakan buku siswa sebagai sumber rujukan dan berdasarkan pengetahuannya sendiri; menyusun indikator berdasarkan KD dengan cara memilih sikap atau kompetensi yang ingin dimunculkan dalam pembelajaran dan tidak menyusun tujuan pembelajaran; menentukan metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran dengan cara memilih metode yang sesuai dengan gaya pembelajaran yang dirancang, yaitu metode tugas, diskusi, dan penemuan; mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan kerangka kerja ELPSA dengan membuat pertanyaan untuk memanggil kembali pengetahuan siswa dan mengaitkannya dengan materi prisma untuk komponen experience, mendaftar istilah matematika yang digunakan serta menyusun langkah-langkah pembelajaran menggunakan istilah tersebut untuk komponen language, menggunakan bantuan gambar dan alat peraga untuk membantu pemahaman siswa pada komponen pictorial, meminta siswa menuliskan pengetahuannya dalam bentuk simbol untuk komponen symbol, dan membuat soal kontekstual mengenai penerapan materi prisma untuk komponen

application; menjabarkan jenis dan instrumen penilaian yang digunakan, yaitu teknik pengamatan dengan terlebih dahulu membuat kisi-kisi penilaian sikap dan teknik tes dengan instrumen soal

uraian untuk penilaian aspek

pengetahuan; menentukan alokasi waktu

yang digunakan dengan

mempertimbangkan metode pembelajaran yang digunakan dan jumlah indikator yang harus tercapai; serta menentukan sumber belajar dan media pembelajaran yang digunakan. Perancangan pembelajaran oleh subjek kedua menghasilkan RPP dengan kategori valid.

3. Perbedaan perancangan pembelajaran yang dilakukan kedua subjek penelitian yaitu dalam penyusunan tujuan pembelajaran dan pengembangan kegiatan pembelajaran berdasarkan kerangka kerja ELPSA. Subjek pertama menyusun tujuan pembelajaran dan hanya

menggunakan gambar untuk

memperkenalkan komponen pictorial. Sedangkan subjek kedua tidak menyusun tujuan pembelajaran karena sudah terjawab dalam indikator dan tidak hanya

menggunakan gambar untuk

memunculkan komponen pictorial, tetapi juga alat peraga dari karton, dan bungkus cokelat berbentuk prisma.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan diskusi, peneliti memberikan saran sebagai berikut. 1. Bagi guru yang akan merancang

pembelajaran dengan kerangka kerja ELPSA, pada komponen experience

sebaiknya menggunakan

pertanyaan/soal/permasalahan mengenai materi yang diajarkan tapi sekaligus dapat memanggil kembali pengalaman siswa. Sehingga siswa akan lebih siap dalam menerima materi yang diajarkan.

2. Bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis sebaiknya:

a.Menggunakan kalimat yang dapat langsung diukur melalui pengamatan

dan lebih spesifik apabila

(11)

b.Menggunakan ketiga aspek untuk menentukan kualitas suatu perangkat, yaitu validitas (validity), kepraktisan (practically), dan keefektifan (effectiveness)agar kualitas perangkat yang dihasilkan dapat diketahui secara mendalam hingga diujicobakan di kelas. c.Lebih spesifik dalam menilai kevalidan rancangan pembelajaran, misalnya dengan menyertakan penilaian terhadap ketepatan pemilihan pertanyaan/soal yang dapat memanggil kembali pengalaman siswa, ketepatan penggunaan istilah matematika, ketepatan pemilihan gambar atau alat peraga, ketepatan penggunaan simbol, dan ketepatan pemilihan soal.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional.2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2014. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Lowrie, T. dan Patahudin, S. M. 2015b. “ELPSA – Kerangka Kerja untuk Merancang Pembelajaran Matematika”. Jurnal Didaktik Matematika (online) Volume 2

Nomor 1

(http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/DM/arti cle/view/2390/2256, diakses 6 Oktober 2015).

Uno, Hamzah. 2014. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Suherman, E., Turmudi, Suryadi, D., Herman, T., Suhendra, Prabawanto, S., Nurjanah, dan Rohayati, Ade. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA.

Widoyoko, S. E. P. Tanpa Tahun. “Evaluasi Program Pembelajaran”. (online). (http://www.umpwr.ac.id/download/publi kasi-ilmiah/Evaluasi%20Program

Gambar

Tabel 1 Konversi Skor Akhir
gambar dan alat peraga untuk membantu

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Masih banyak siswa yang memiliki nilai dibawah standar yang telah ditentukan, ini terlihat dari hasil mid semester mata pelajaran IPA yang 50% dari siswa tersebut mendapatkan nilai

Umumnya turbin digunakan untuk membangkitkan energi listrik sedangkan kincir untuk pemanfaatan energi mekanik secara langsung.  Pada umumnya untuk mendapatkan

Efektifitas merupakan pengaruh yang mempunyai daya guna serta membawa hasil, budaya literasi merupakan kemampuan membaca dan menulis akan tetapi seiring perkembangan

Pemilihan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan menggunakan kriteria sebagai berikut : (1) Perusahaan menerbitkan laporan keuangan per 31

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi pembayaran dividen yang diproksikan dengan Dividend Payout Ratio (DPR) pada

Sebab pada produk deposito mudharabah dana yang disalurkan kepada bank oleh nasabah surplus hanya dapat diambil ketika telah memasuki tanggal jatuh tempo, sehingga bank

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kualitas organoleptis abon ayam yang diberi perlakuan substitusi kacang tanah (Arachis hypogaea L.)

Dr Mohamad Rosman Othman, Konsultan Pakar Optalmologi di Pusat Mata Nasional Singapura (SNEC) dan penyelidik projek SiMES, berkata mereka yang terlibat dalam kajian kedua