• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT Eucheuma Cottonii DI KECAMATAN BUMIRAYA KABUPATEN MOROWALI | Widyasari | JSTT 6961 23245 1 PB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MODEL PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT Eucheuma Cottonii DI KECAMATAN BUMIRAYA KABUPATEN MOROWALI | Widyasari | JSTT 6961 23245 1 PB"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

63

MODEL PENGEMBANGAN BUDIDAYA RUMPUT LAUT

Eucheuma

Cottonii

DI KECAMATAN BUMIRAYA KABUPATEN MOROWALI

Erviana Laili Widyasari1, A.Masyahoro dan Zakirah Raihani Ya’la2 ervianalwl@gmail.com

1 (Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu-Ilmu Pertanian. Pascasarjana Universitas Tadulako) 2 (Dosen Program Studi MagisterIlmu-Ilmu Pertanian Pascasarjana Universitas Tadulako)

Abstract

This research, generally, aims at investigating the structure and the characteristic of model sytem in responding the potency of seaweed cultivation and formulating some alternative of policy in expanding seaweed cultivation to increase the cultivators prosperity and the local income. The validation test result to the model system of seaweed cultivation showed that the model was statiscally accepted. The test consisted of the Absolute Mean Error (AME) which P = 0,077 (P < 0.10), Absolute Variation Error (AVE) which P = 0.043 (P < 0.10), Durbin Watson (DW-test) which the value 1.92 and Kalman Filter (KF) which the value 0.313 (KF < 0.50). The Analysis Hierarchy Process (AHP) result showed that it is needed the expansion of seaweed cultivation which the feasibility value showed that B/C ratio is 2.67 and the number of priority vector is 0.45, it means that 45 % opinions support the expansion of seaweed cultivation in the investigating area. This case is also supported by the result of financial analysis, which the indicator value of B/C ratio is 1.15 and the IRR value is 79.06 %., it means that the business of seaweed cultivation is beneficial and suitable for it being expanded.

Keywords: The model development, analysis of the process of hierarchy, a strategy development,cultivating seaweed

Rumput laut merupakan salah satu jenis komoditas unggulan perikanan budidaya dengan nilai ekonomi yang kompetitif baik di pasar domestik maupun pasar luar negeri. Hal ini karena selain sebagai bahan makanan juga disebabkan oleh penyebaran diversifikasi produk rumput laut, juga memiliki berbagai kegunaan. Usaha budidaya rumput laut tidak hanya sumber devisa bagi negara, dan pendapatan pembudidaya, dapat menyerap tenaga kerja, tetapi juga mampu memanfaatkan kawasan perairan pantai dan kepulauan Indonesia yang sangat potensial.

Dasar hukum dalam mendorong kegiatan pengembangan usaha perikanan budidaya laut maka pemerintah telah mengeluarkan Keppres NO.23 tahun 1982 tentang pengembangan Budidaya Laut di perairan Indonesia. Potensi lahan untuk budidaya rumput laut di Indonesia sekitar 1,2 juta hektar, dengan luas pemanfaatan baru mencapai 26.700 ha (2,2 %) dari luas potensi

lahan yang ada dengan total produksi sebesar 410.570 ton basah.

Penetapan rumput laut sebagai salah satu komoditas unggulan strategis perikanan budidaya di Propinsi Sulawesi Tengah, yang didasarkan pada beberapa kelebihan yang dimilikinya dibanding dengan komoditas lainnya (Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah, 2010). Mengingat besarnya peran rumput laut maka sudah seharusnya usaha budidaya rumput laut dapat di kembangkan di Propinsi Sulawesi Tengah.

(2)

untuk dikembangkan, (f) model usaha dapat dilakukan melalui usaha skala kecil, menengah sampai skala industry, (g) membuka kesempatan kerja, (h) mendukung pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional serta dapat m,eningkatkan kesejahteraan masyarakat (Dahuri, 2003).

Produksi rumput laut dalam 3 tahun terakhir ini cenderung menurun bila dibandingkan dengan periode 5 tahun sebelumnya. Menurunnya produksi rumput laut tersebut terutama disebabkan karena pemanfaatan lahan budidaya yang belum optimal, adopsi teknologi budidaya oleh pembudidaya yang relatif rendah, pengadaan bibit yang kurang selektif, menurunnya minat pembudidaya karena tidak stabilnya penetapan harga rumput laut, masih adanya praktek pemanfaatan lahan perairan yang tidak ramah lingkungan yang berdampak pada menurunnya kondisi ekologi perairan, seperti rusaknya ekosistem terumbu karang, terjadinya pencemaran baik secara insitu maupun yang berasal dari aktivitas berbagai daratan berupa limbah rumah tangga dan limbah buangan lainnya melalui muara sungai yang berada di kawasan budidaya. Keadaan tersebut dapat memicu timbulnya penyakit ice-ice yang dapat menghambat pertumbuhan bahkan mematikan thallus-thallus rumput laut.

Pengembangan pemanfaatan potensi sumberdaya perairan pantai di wilayah Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali diarahkan secara optimal untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dengan tetap memperhankan aspek kelestarian sumberdaya secara berkelanjutan, efektif, efisien dan optimal. Berkaitan dengan hal itu, secara konseptual kegiatan budidaya rumput laut harus dikembangkan berdasarkan unsur-unsur yang mendukung meliputi lingkungan, teknologi, infrastruktur, asset sosial budaya masyarakat dan sumberdaya masyarakat.

Wilayah pesisir pantai Desa Bahonsuai Kecamatan Bumi Raya Kabupaten Morowali

adalah salah satu wilayah yang memiliki potensi sumberdaya perairan laut untuk pengembangan usaha dibidang perikanan (perikanan budidaya dan tangkap). Salah satu potensi sumberdaya perikanan yang sementara dibudidayakan adalah budidaya rumput laut Eucheuma cottonii.

Perkembangan teknik budidaya rumput laut dewasa ini semakin pesat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun di Desa Bahonsuai budidaya rumput laut masih dilakukan secara tradisional. Hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat adopsi teknologi dan kemampuan modal yang dimiliki pembudidaya. Konflik internal di antara para pembudidaya yang sering terjadi dalam hal pemanfaatan lokasi budidaya rumput laut, harus menjadi prioritas pemerintah dan masyarakat setempat untuk diselesaikan secara arif, bijaksana dan profesional. Dalam upaya memaksimalkan produksi rumput laut maka diperlukan suatu kajian dari aspek ekologis untuk kesesuaian lahan, daya dukung hingga strategi pengelolaannya dan pengembangannya. Pendekatan sistem melalui penyusunan model pengembangan budidaya rumput laut juga merupakan salah satu metode alternatif yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi rumput laut di daerah tersebut.

(3)

METODE

Penelitian dilaksanakan di Desa Bahonsuai Kecamatan Bumi Raya, Kabupaten Morowali, Propinsi Sulawesi Tengah. Penelitian dilaksanakan pada bulan September s/d November 2014.

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rumput laut jenis Eucheuma cottonii yang di peroleh dari perairan sekitar lokasi penelitian. Selanjutnya alat-alat yang digunakan untuk membantu pelaksanaan penelitian adalah tali ris dari bahan nilon, tali raffia, jangkar, timbangan, perahu serta alat-alat pengukur parameter fisika, kimia dan biologi perairan.

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode pendekatan permodelan sistem yang didasarkan pada analisis produksi rumput laut, analisis finansial dan analisis kebijakan pengembangan budidaya rumput laut melalui Analitical hierarchi process (AHP).

Produksi rumput laut dianalisis dengan menggunakan multivariat melalui teknik analisis regresi berganda. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui faktor -faktor yang mempengaruhi fluktuasi produksi rumput laut baik secara simultan maupun secara parsial berdasarkan besarnya nilai koefisien determinasi (R2). Selanjutnya dari analisis ini akan diketahui seberapa besar pengaruh dari faktor-faktor produksi sebagai variabel independent terhadap besarnya produksi rumput laut sebagai variabel independent. Selain itu, dari analisis ini juga diketahui seberapa erat keterkaitan antara variabel independent dengan variebel dependent dengan melihat nilai koefisien korelasi keduanya (r). Model matematik dari regresi linear berganda yang digunakan adalah:

Y=b0+b1X1+b2X2+b3X3+..bXn+e………( 1 ) Dimana:

Y= nilai produksi rumput laut (Kg); b0 = nilai titik potong (intersept);

X1 = berat bibit rumput laut yang ditanam (g);

X2 = jarak tanam bibit rumput laut (cm); X3 = kedalaman tanam (cm);

X4 = banyaknya bentangan tali (unit); e = kesalahan penganggu / stokastik

Analisis Finansial

Dalam menilai kelayakan finansial digunakan 5 (lima) kriteria investasi yang penting, yaitu Perkiraan Cash Flow, Net Present Value (NPV), Net Benefit - Cost Ratio,Internal Rate of Return (IRR), Payback Period, dan Analisis Sensitivitas Pasar. a. Perkiraan cash flow

Usaha perhitungan laba rugi setiap unit usaha budidaya rumput laut bertujuan untuk mengetahui kecenderungan peningkatan atau pengurangan keuntungan yang diperoleh untuk setiap tahun. Perhitungan ini didasarkan pada beberapa variabel ekonomi, yaitu produksi, jenis biaya (biaya tetap dan tidak tetap) yang pada akhirnya akan diperoleh laba bersih setelah dikeluarkan PPH dan PPN sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

b. Net present value (NPV)

(4)

Keterangan :

Bt= Benefitdari suatu usaha pada tahun ke-t;

Ct= Biaya dari usaha pada tahun ke-t;

n= Umur teknik usaha;

i= Tingkat suku bunga yang berlaku.

Kriteria kelayakannya adalah:

Jika nilai NPV = 0 berarti investasi layak untuk dilaksanakan dan

Jika nilai NPV< 0 maka investasi rugi atau tidak layak untuk dilaksanakan.

c. Internal rate of return (IRR)

IRR menunjukkan tingkat bunga pada saat jumlah penerimaan sama dengan jumlah pengeluaran atau tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV = 0. Jika nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku maka suatu usaha dapat dilaksanakan dan sebaliknya usaha tidak dapat dilaksanakan jika nilai lRR lebih kecil dari tingkat suku bunga. IRR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

 

DfP=Discount factor yang menghasilkan

present value positif;

DfN=Discount factor yang menghasilkan

present value negatif; PVP=Present value positif PVN= Present value negatif.

Kriteria kelayakannya adalah:

Jika nilai IRR>i, maka investasi layak untuk dilaksanakan dan

Jika nilai IRR<i, maka investasi tidak layak untuk dilaksanakan.

d. Net benefit cost ratio (Net B/C)

Net B/C merupakan perbandingan antara total present value dari keuntungan bersih dalam tahun dengan Bt-Ct, positif sebagai pembilang terhadap total present value dari biaya bersih dalam tahun dengan Bt-Ct negatif sebagai penyebut. Jika nilai B/C -ratio> 1 berarti usaha dapat dilaksanakan, sebaliknya kalau nilai B/C< 1 berarti usaha tidak dapat dilaksanakan, dan jika B/C = 1 maka keputusan usaha

dilaksanakan atau tidak, bergantung pada investor (Kadariah et al.,1999). B/C dapat

Jika nilai B/C< 1, maka investasi tidak layak untuk, dilaksanakan dan

Jika nilai B/C = 1, maka keputusan pelaksanaan tergantung pada investor.

e. Profitabiliy ratio (PR)

Profitabiliy ratio adalah perbandingan antara present value dari net benefit (PV

Payback period merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengetahui jangka waktu kembalinya investasi yang telah dikeluarkan melalui arus kas yang diperoleh. Semakin cepat pengembalian investasi, maka semakin baik untuk diusahakan. Metode ini tidak memasukkan unsur nilai uang di dalam perhitungannya. Periode pengembaliannya diartikan sebagai banyaknya periode (tahun) yang dipakai untuk menutupi pengeluaran investasi yang dilakukan.

h. Analisis sensitivitas

Analisis Sensitivitas atau analisis kepekaan bertujuan untuk mengukur dampak atau tingkat kelayakan suatu usaha, akibat adanya perubahan variabel penting dalam usaha tersebut. Dalam perhitungan ini analisis sensitivitas ditujukan untuk mengukur tingkat kelayakan usaha budidaya rumput laut. Jika diasusmsikan terjadi perubahan harga salah satu komponen utama setiap tahunnya, sedangkan penerimaan dan investasi awal dianggap tetap. Perhitungan ini didasarkan pada hasil perhitungan NPV,

(5)

Net B/C, IRR, Payback Period, dan sebagainya

Analisis kebijakan pengembangan budidaya rumput laut

Analsisi kebijakan pengembangan dilakukan untuk menentukan alternatif kebijakan yang sesuai untuk pengembangan usaha budidaya rumput laut di Desa Bahonsuai, Kecamatan Bumi Raya. Analisis yang digunakan adalah analytical hierarchi process (AHP) (Saaty, 1993). Langkah pertama yang dilakukan dalam AHP berupa penyusunan hierarki dan selanjutnya adalah penempatan faktor-faktor prioritas melalui pembandingan berpasangan

Pengisian nilai matriks pembandingan berpasangan digunakan bilangan yang menggambarkan tingkat pentingnya suatu elemen dengan elemen yang lain dengan nilai kisaran 1 – 9.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Produksi Rumput Laut Euchema cottonii Sebelum dilakukan analisis produksi rumput laut terlebih dahulu mengidentifikasi semua faktor-faktor produksi yang terlibat dalam unit pengembangan budidaya rumput laut. Faktor-faktor tersebut merupakan variabel bebas (independent variable) dan produksi rumput laut sebagai variabel tidak bebas (dependent variable). Kedua variabel tersebut dituangkan dalam model fungsi matematik, yaitu Y = f (X1, X2, X3, . . . , Xn) di mana Y adalah variabel respons dan X adalah variabel penjelas. Model tersebut selanjutnya diproyeksikan dalam model Regresi Linear Berganda.

Berdasarkan hasil analisis regresi berganda terlihat bahwa semua variabel penjelas (independent variable) tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap variabel respon produksi rumput laut (dependent variable). Demikian halnya berdasarkan hasil analisis regresi linear sederhana secara parsial keempat variabel

penjelas (X1= berat bibit; X2= jarak tanam; X3= kedalaman tanam dan X4= banyaknya bentangan tali) juga tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) terhadap variabel respon produksi rumput laut (dependent variable). Walaupun secara simultan variabel penjelas tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) tetapi pengunaan model regresi linear berganda ini cukup sesuai yang ditandai dengan besarnya nilai koefisien determinasi (R2 = 79,20%) dan niai koefisien korelasi (r = 89,00%). Selanjutnya melalui analisis secara parsial dengan menggunakan regresi linear sederhana kesemua variabel penjelas tidak memberikan pengaruh nyata (P>0,05) yang juga ditandai dengan nilai koefisien determinasi (R2) dan nilai koefisien korelasi (r) keempat variabel penjelas tersebut lebih kecil dari 60%. Hal ini dapat diartikan bahwa penggunaan model regresi linear sederhana dalam analisis ini kurang sesuai.

Tidak adanya pengaruh keempat variabel penjelas tersebut baik secara simultan maupun secara parsial lebih disebabkan oleh kurang bervariasinya nilai-nilai pada kesemua variabel penjelas tersebut. Selain itu juga disebabkan oleh banyaknya data pada setiap variabel penjelas dan variabel respon belum memenuhi syarat

minimal untuk analisis regresi yaitu n ≥ 30

seperti yang disarankan oleh Gauss dalam Walpole (2001).

Analisis Permodelan Sistem Tahap Seleksi Konsep

(6)

Formulasi Model

Model yang dibangun dalam kerangka sistem pengembangan budidaya rumput laut sesuai dengan perumusan masalah yang telah diuraikan mencakup, Strukturisasi dan Diagram Alir Model Sistem Pengembangan Budidya Rumput Laut (SPBRL). Pengembangan model ini didasarkan pada kriteria biologi, teknologi, sosial dan ekonomi. Berdasarkan pemahaman dan pengkajian yang mendalam terhadap model tersebut, maka ditetapkan bahwa model sistem pengembangan budidaya rumput laut merupakan model yang bersifat dinamik.

Analisis simulasi sistem pengembangan budidaya rumput laut (PBRL)

Diagram alir model SPBRL (Gambar 1) dan data hasil perhitungan elemen level dan konstanta dalam model SPBRL sebagai nilai awal dalam penentuan simulasi tertera pada Tabel 1. Nilai konstanta tersebut diharapkan saling sinergis dalam memberikan respon terhadap output model.

Tabel 1. Hasil perhitungan beberapa elemen level dan konstanta model SPBRL

Gambar 1: Diagram Alir Model Sistem Pengembangan Budidaya Rumput Laut

Tabel 2. Hasil Simulasi Numerik Model SPBRL

Berdasarkan diagram alir model

tersebut, dinamika output model dapat

diamati melalui penyajian grafik fungsi waktu

(time graph). Hal ini dimaksudkan untuk

mengetahui apakah output model tersebut

menunjukkan kegagalan/kebablasan yang

(7)

Gambar 2 : Kurva Hasil Simulasi Output model SPBRL selama 20 tahun

Simulasi numerik model SPBRL selama 20 tahun (Tabel 2) dimaksudkan untuk mengetahui secara rinci dinamika perubahan output model dari setiap jalur waktu. Hasil simulasi prediksi 20 tahun kedepan menunjukkan bahwa produksi budidaya rumput laut sebesar 5,34 ton per tahun per hektar mengalami kenaikan yang relatif signifikan sampai pada 20 tahun berikutnya sebesar 7,54 ton per tahun per hektar dengan upaya budidaya 6 unit per tahun tetap konstan sampai pada 20 tahun berikutnya. Perolehan pendapatan pada simulasi ini juga mengalami peningkatan yang relatif signifikan dan bermakna secara periodik dari nilai Rp. 60.075.000 per tahun sampai dengan Rp. 81.408.381,4 per tahun per hektar setelah 20 tahun berikutnya.

Uji validasi model

Dalam metode berpikir sistem, teknik validasi hanya bersifat pelengkap dan biasanya hanya dilakukan pada struktur model, yaitu sejauh mana keserupaan struktur model mendekati struktur nyata. Ada dua jenis uji validasi, yaitu validasi struktur dan kinerja model. Proses pengujian ditujukan khusus pada kinerja/output model melalui pembandingan secara visual dan jika terjadi penyimpangan akan dilanjutkan dengan pengujian secara statistik dengan menghitung besarnya nilai galat rata-rata mutlak (AME), galat variasi mutlak (AVE), Koefisien

Diskrepansi Utheil, Uji Durbin Watson (DW) dan Kalman Filter (KF) (Siswosudarmo dkk., 1994). Prosesi pengujian ini dilakukan dengan menggunakan fasilitas foto pada software Powersim dengan hasil pengujian seperti tertera pada Tabel 3.

Tabel 3. Hasil pengujian struktur model SPBRL secara statistik

(8)

Durbin Watson (DW-test) sebesar 1,92 menunjukkan bahwa pola penyimpangan secara fluktuatif kurang tajam, sedangkan nilai Saringan Kalman (KF) sebesar 0,313 (KF<0,50) menunjukkan bahwa kesesuaian antara simulasi terhadap aktual sedikit di bawah aktual. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model tersebut telah lulus uji secara satistik.

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Kesimpulan

Hasil uji validasi terhadap struktur model sistem pengembangan budidaya rumput laut (SPBRL) menunjukkan bahwa model tersebut telah lulus uji secara statistik. Uji yang telah dilakukan antara lain uji terhadap nilai hitung galat rata-rata mutlak (AME) dengan nilai P = 0,077 (P<0,10), galat variasi mutlak (AVE) dengan nilai P = 0,051 (P<0,10), Koefisien Utheil dengan nilai P = 0,043 (P<0,10), Uji Durbin Watson (DW-test) sebesar 1,92 dan nilai Saringan Kalman (KF) sebesar 0,313 (KF<0,50).

Alternatif kebijakan pengembangan berupa penambahan jumlah unit pembudidayaan rumput laut dari jumlah sekarang yaitu 6 unit menjadi 23,67 (24) unit selama 20 tahun, peningkatan produksi hasil rumput laut melalui pengalokasian unit pembudidayaan yang optimal, pelarangan kegiatan pembudidayaan yang bersifat terbuka (open access) dalam upaya memberikan perlindungan bagi pembudidaya lokal, pelaksanaan penyuluhan dan latihan bagi para pembudidaya agar lebih memiliki kemampuan dan keterampilan yang memadai dalam membudidayakan rumput laut, perbaikan kualitas manajemen internal usaha, pembentukan koperasi di setiap kecamatan yang dapat mendukung kesuksesan kegiatan operasi pembudidayaan rumput laut, membangun kemitraan dengan perbankan yang kondusif sebagai salah satu sumber investasi bagi pengembangan.

1. Berdasarkan hasil analisis regresi berganda terlihat bahwa semua variabel penjelas tidak memberikan pengaruh nyata terhadap variabel respon produksi rumput laut. Demikian halnya berdasarkan hasil analisis regresi linear sederhana secara parsial keempat variabel penjelas (X1= berat bibit; X2= jarak tanam; X3= kedalaman tanam dan X4= banyaknya bentangan tali) juga tidak memberikan pengaruh nyata terhadap variabel respon produksi rumput laut . 2. Hasil proses hirarchy analisis (AHP)

menunjukan bahwa perlu pengembangan usaha budidaya rumput laut (PHUBRL) dengan nilai kelayakan usaha yang menunjukan bahwa nilai B/C rasio 2,67 dan nilai jumlah vektor prioritas (JVP) sebesar 0,45 yang berarti bahwa 45% yang berpendapat mendukung pengembangan budidaya rumput laut di lokasi kajian. Hal tersebut juga diperkuat oleh hasil analisis finansial dengan indikator nilai B/C-Ratio sebesar 1.15 dan nilai sebesar IRR 79,06%. Hal ini berarti bahwa usaha pembudidayaan rumput laut ini cukup menguntungkan dan layak untuk dikembangkan.

3. Keragaan model sistem pengembangan budidaya rumput laut (SPBRL) yang distrukturisasi berdasarkan kriteria biologi, teknologi, sosial dan ekonomi dinyatakan layak dan adaptif untuk diimplementasikan.

Rekomendasi

(9)

DAFTAR RUJUKAN

Andi Parenrengi, Rachmansyah, Emma Suryati, 2010. Budidaya Rumput Laut. Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan & Perikanan Kementrian Kelautan dan Perikanan RI.

Andi Achmadi, 2011. Model Pertumbuhan Rumput Laut Eucheuma cottonii Pada Berat dan Jarak Tanam Bibit Yang Berbeda di Perairan Teluk Palu, Kota Palu. Skripsi. Universitas Tadulako Anggradiredja,A. Zatnika, H.Purwanto,

S.Istini 2008. Rumput Laut. Penebar Swadaya, Jakarta

Aslan, L. 2003. Budidaya Rumput Laut. Edisi revisi. Kanisius, Yogyakarta

.,1993. Sistem Dinamik. Pelatihan Analisis Sistem dan Informasi Pertanian. Kerjasama BPP Teknologi-Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor. 31 hal.

Dahuri, R., 2000. Kebijaksanaan Pengelolaan Sumberdaya Kelautan. Peisisir, Laut Dan Pulau-Pulau Kecil. Makala. Seminar Dan Kongres Kelautan Nasional KTT III. 15 Novenber. Lombok 40 hal.

Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tengah, 2010. Grand Strategy Pengembangan Budidaya Rumput Laut di Sulawesi Tengah. Palu

Grant WE, Pedersen EK, Martin SL., 1997. Ecologi And Natural Resource Management: System Analysis And Simulation, John Wiley And Sons, Inc, New York. 373 p

Kadariah, Lien Karlina dan Clive Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

Masyahoro, 2011. Model Pertumbuhan Koloni Rumput Laut Euchema cottonii di Perairan Teluk Palu. J. Agrisains 12 (2). Fakultas Pertanian Universitas Tadulako

Mulyono, 1996. Teori Pengambilan Keputusan. Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. 245 hal. Nasenda, B.D dan A. Anwar, 1985. Program

Linier dan Variasinya, PT. Gramedia Jakarta

Saaty, T. L., 1993. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin. Terjemahan Oleh Liana S. 1986. Decision Making For Leader: The Analitical Hierarchi Process For Decision Complex World. Edisi Bahasa Indonesia. (Terjemahan Oleh Ir. Liana S.). Pt. Pustaka Binama Pressindo, Jakarta. 270 hal.

Siswosudarmo, M., E. Aminulla, B. Soesilo., 2001. Analisis Sistem Dinamis. Lingkungan Hidup, Sosial, Ekonomi dan Manajemen. Penerbit UMJ PRESS. Jakarta. 415 hal.

Sudjiharno, 2001. Teknologi Budidaya Rumput Laut Kappaphicus alvarezzi. Balai Budidaya, Lampung

Tasrif., 1994. Kursus Analisis Kebijakan Menggunakan Sistem Dinamik. Pusat Penelitian Institut Teknologi Bandung. Bandung, 24-29 Januari 1994.

Gambar

Tabel 2. Hasil Simulasi Numerik Model
Gambar 2 : Kurva Hasil Simulasi Output  model SPBRL selama 20 tahun

Referensi

Dokumen terkait

10 4 April 2018 Saya membuat fungsi menampilkan data dari database pada konten Website Direktori Sistem Informasi Pemerintah Kota Yogyakarta.. 11 5 April 2018 Saya

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap proses Procurement, proses Materials Management, dan kinerja dengan menggunakan IT Balanced Scorecard serta analisa biaya dan manfaat pada

PERHATIAN: Pemilihan sarung tangan spesifik untuk aplikasi tertentu dan lama pemakaiannya di tempat kerja harus juga memperhitungkan seluruh faktor di tempat kerja, seperti

Penelian ini dilakukan di laboratorium jalan raya teknik sipil universitas lampung. Penelitian dimulai dengan pengujian kualitas bahan yaitu aspal dan

Pestisida yang berbentuk butiran ( granula ) untuk menyebarkan tidak membutuhkan alat khusus, cukup dengan ember atau alat lainnya yang bisa digunakan untuk

Wujud Jati Diri dari sila kedua Pancasila bahwa bangsa Indonesia adalah Bangsa yang menghormati Hak Azasi Manusia.Indonesia adalah negara hukum.Di

Berdasarkan tabel 2 menunjukkan bahwa pengetahuan responden penderita PJK tentang makanan yang mengandung kolesterol yaitu pengetahuan baik yang mempunyai jawaban

Kegiatan sosialisasi model latihan kebugaran jasmani bagi calon jalnaah haji di Kabupaten Kulon Progo merupakan kegiatan penyuluhan bagi calon jamaah haji di lingkungan KUA