Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Menggunakan Pembelajaran Kontekstual Dan Konvensional Dalam Mata Pelajaran IPS Di Kelas IV SD Negeri 125540
Pematangsiantar Tahun Ajaran 2012/2013.
( The Difference of The Students’ achievement by using Contextual Learning and Conventional Approach in Social Studies For Class IV SD Negeri 125540
Pematangsiantar in The Study Year 2012/2013).
Oleh:
Lisbet Novianti Sihombing
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan: (1) hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual, (2) hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan konvensional, (3) perbedaan hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual dan konvensional. Subjek penelitian berjumlah 80 orang siswa yang terdiri dari 2 kelas. Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu dengan desain faktorial 1x2. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar adalah tes berbentuk pilihan ganda sebanyak 30 soal dengan reliabilitas 0,73. Sebelum data dianalisis terlebih dahulu diuji normalitas dan homogenitas data. Uji normalitas menggunakan uji Liliofers sedangkan uji homogenitas digunakan uji Bartlet. Data yang diperoleh dianalisis dengan
menggunakan ANAVA satu jalur dengan α = 0,05. Hasil penelitian menunjukkan: (1) skor rata-rata hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual adalah 18,85; (2) skor rata-rata hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan konvensional adalah 13,025; (3) skor rata-rata hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan kontekstual lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata-rata hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan konvensional (18,85 > 13,025).
ABSTRACT
The objectives of the research were to find out: (1) the students’ achievement in social
studies by using contextual approach, (2) the students’ achievement in social studies by
by using contectual approach is 18,85; (2) the average score of students’ achievement in social studies by using conventional approach is 13,025; (3) he average score of
students’ achievement in social studies by using contectual approach is higher than the
average score of students’ achievement in social studies by using conventional approach (18,85 > 13,025).
I. PENDAHULUAN
Tugas-tugas sekolah sering lemah dalam konteks (tidak otentik), sehingga tidak bermakna bagi kebanyakan siswa karena siswa tidak dapat menghubungkan tugas-tugas dengan yang telah mereka ketahui. Guru dapat membantu siswa untuk belajar memecahkan masalah dengan memberi tugas-tugas yang memiliki konteks kehidupan nyata dan kaya dengan kandungan akademik serta keterampilan yang terdapat dalam konteks kehidupan nyata. Untuk memecahkan masalah-masalah tersebut, siswa harus mengidentifikasi masalah, mengidentifikasi kemungkinan pemecahan, memilih suatu pemecahan, melaksanakan pemecahan atas masalah dan menganalisis serta melaporkan penemuan-penemuan mereka. Dengan begitu siswa akan belajar menerapkan keterampilan akademik seperti pengumpulan informasi , menghitung, menulis dan berbicara di dalam konteks kehidupan nyata.
Namun demikian pengajaran yang selama ini dilakukan oleh guru cenderung menggunakan metode konvensional juga tidak dapat ditinggalkan begitu saja. Melainkan disesuaikan penggunaannya sehingga dapat tepat sarana dengan kebutuhan yang akan dicapai.
Berkenaan dengan keuntungan-keuntungan dari model pembelajaran di atas penulis tertarik melakukan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual pada mata pelajaran IPS ,
dengan judul penelitian yaitu: “Perbedaan Hasil Belajar Siswa Yang Menggunakan
Pembelajaran Kontekstual dan Konvensional dalam mata pelajaran IPS di Kelas IV SD Negeri 125540 Pematangsiantar T.A 2012/2013”.
Tujuan penelitian adalah untuk: Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional dalam pelajara IPS di kelas IV SD Negeri 125540 Pemtangsiantar T.A 2012/2013.
II. Metode Penelitian
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di SD Negeri 125540 Pematangsiantar, yang akan dilaksanakan di kelas IV (Empat) Tahun Pelajaran 2012 terhitung mulai bulan Juli 2012 sampai Desember 2013
B. Subjek dan Objek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV (Empat) SD Negeri 125540 Pematangsiantar Tahun Pelajaran 2012/2013. Adapun jumlah populasi 80 orang yang tediri dari 2 kelas. Penelitian menggunakan sampel total, yaitu semua kelas IV SD Negeri 125540 Pematangsiantar. Sampel total dipilih karena jumlah siswa di sekolah
tersebut cukup untuk dilakukan penelitian. Jadi penelitian ini menjadikan Kelas iv1
C. Disain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, kedua kelompok siswa yang subyek penelitian diberi pengajaran dengan pembelajaran yang berbeda oleh peneliti. Agar kegiatan pembelajaran efektif maka sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan, terlebih dahulu disusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).Pembelajaran kontekstual dilakukan sebanyak 6 kali pertemuan dengan waktu masing-masing 2 x 35 menit dan pembelajaran konvensional sebanyak 6 kali pertemuan dengan masing-masing waktu 2 x 35 menit.
D. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan peneliti untuk memperoleh data adalah tes. Tes yang digunakan adalah tes tulisan berbentuk objektif tes berupa pilihan berganda sebanyak 30 butir soal. Masing-masing soal mempunyai empat alternatif jawaban. Untuk soal yang dihawab dengan benar diberi skor 1 dan untuk jawaban yang salah diberi skor 0 sehingga skor maksimum adalah 30. Waktu yang diberikan untuk menyelesaikan soal 60 menit.
E. Teknik Analisis Data
Teknis analisis data dilakukan secara kuantitatif berdasarkan tes hasil belajar IPS.
III. Hasil Penelitian
1. Hasil Belajar IPS Kelas Kontekstual
Hasil belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual diperoleh skor tertinggi 25 dan terendah 9, dengan skor rata-rata 18,85. Jumlah siswa yang
memperoleh kategori penilaian “sangat tinggi” adalah 16 orang siswa dari 40 orang
siswa yang mengikuti tes; untuk kategori penilaian “tinggi” adalah 15 orang siswa;
kategori penilaian “cukup” adalah 7 orang siswa; kategori penilaian “rendah” adalah 2
orang siswa dan tidak ada siswa yang memperoleh kategori penilaian “sangat rendah”. Dengan menggunakan teknik Sturges diperoleh rentang 16, banyak kelas interval 6, dan panjang kelas 3. Daftar distribusi frekuensi mengenai hasil belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan Pembelajaran Kontekstual
No. Kelas Interval Fi Xi xi^2 Fixi fixi^2
1 9 – 11 3 10 100 30 300
2 12 – 14 6 13 169 78 1014
3 15 – 17 5 16 256 80 1280
4 18 – 20 10 19 361 190 3610
5 21 – 23 8 22 484 176 3872
6 24 – 26 8 25 625 200 5000
Jumlah 40 105 1995 754 15076
Rata-Rata 18.850
Median 19.300
Modus 19.643
Simpangan Baku (S) 4.704
Varians (S^2) 22.131
[image:8.595.84.489.399.647.2]Distribusi nilai IPS siswa di atas dapat digambarkan histogram sebagai data diagram statistik seperti berikut:
Gambar 4.1 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan Pembelajaran Kontekstual
2. Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan Pembelajaran Konvensional
Hasil belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional diperoleh skor tertinggi 21 dan terendah 7, dengan skor rata-rata 13,025. Jumlah siswa
yang memperoleh kategori penilaian “sangat tinggi” adalah 1 orang siswa dari 40 orang
siswa yang mengikuti tes; untuk kategori penilaian “tinggi” adalah 11 orang siswa;
kategori penilaian “cukup” adalah 15 orang siswa; kategori penilaian “rendah” adalah
13 orang siswa dan tidak ada siswa yang memperoleh kategori penilaian “sangat
rendah”.
Dengan menggunakan teknik Sturges diperoleh rentang 14, banyak kelas interval 5, dan panjang kelas 3. Daftar distribusi frekuensi mengenai hasil belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional dapat dilihat pada table berikut ini:
0 2 4 6 8 10 12
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan Pembelajaran Konvensional
No. Kelas Interval fi Xi xi^2 fixi fixi^2
1 7 – 9 9 8 64 72 576
2 10 – 12 13 11 121 143 1573
3 13 – 15 6 14 196 84 1176
4 16 – 18 6 17 289 102 1734
5 19 – 21 6 20 400 120 2400
Jumlah 40 70 1070 521 7459
Rata-Rata 13.025
Median 12.038
Modus 10.591
Simpangan Baku (S) 4.154
Varians (S^2) 17.256
[image:10.595.84.490.92.339.2]Berdasarkan tabel di atas, diperoleh 22 orang siswa (55%) berada di bawah skor rata-rata dan 12 orang siswa (30%) berada di atas skor rata-rata hasil belajar IPS siswa. Distribusi nilai IPS siswa di atas dapat digambarkan histogram sebagai data diagram statistik seperti berikut:
Gambar 2 Histogram Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan Pembelajaran Konvensional
9
13
6 6 6
0 2 4 6 8 10 12 14
[image:10.595.86.484.457.650.2]1. Pengujian normalitas
[image:11.595.85.488.287.396.2]Pengujian normalitas digunakan untuk mengetahui sampel yang digunakan apakah berasal dari populasi berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dilakukan pada kedua kelompok sampel. Rangkuman hasil uji normalitas untuk kedua sampel ditunjukkan pada table berikut ini:
Tabel 3 Hasil Pengujian Normalitas Data (Uji Liliefors)
No. Kelompok Sampel N Lohitung Lotabel Ket
1 Hasil belajar IPS siswa yang Menggunakan Pembelajaran Kontekstual
40 0,0951 0,140 Normal 2 Hasil belajar IPS siswa yang
Menggunakan Pembelajaran Konvensional
40 0 ,1373 0,140 Normal
Berdasarkan tabel di atas, hasil belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual diperolah harga Lohitung sebesar 0,0951. Harga Lotabel pada taraf signifikan 5% dengan N = 40 sebesar 0,140. Dengan membandingkan harga Lohitung dan Lotabel ternyata harga Lohitung < Lotabel (0,0951 < 0,140). Demikian pula dengan hasil belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional
dapat disimpulkan bahwa nilai Lotabel > Lohitung. Kedua sampel penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas bertujuan untuk mengetahui varians populasi bersifat homogen atau tidak. Perhitungan pengujian homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji F. Bila Fhitung < Ftabel, maka varians populasi bersifat homogen.
Tabel 4 Hasil Perhitungan Homogenitas (Uji F) untuk Kedua Data
Pada tabel di atas terlihat bahwa pengujian homogenitas kedua data dengan menggunakan uji F diperoleh Fhitung < Ftabel. Hal ini berarti bahwa hasil belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual dan konvesional adalah data homogen.
3. Pengujian Hipotesis
Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah kelompok siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual akan memperoleh hasil belajar IPS lebih tinggi daripada kelompok siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
[image:12.595.84.489.187.278.2]Untuk menguji hipotesis penelitian di atas digunakan analisis varians. Berikut adalah desain penelitian Anava:
Tabel 5 Tabulasi Jumlah Desain Penelitian Anava Metode Pembelajaran
Total
Kontekstual Konvensional
∑f1x1 = 754 ∑f2x2 = 521 ∑fx = 1275
∑f1x1^2 = 15076 ∑f2x2^2 = 7459 ∑fx^2 = 22535 X1rata-rata = 18.85 X2rata-rata = 13.025 Xrata-rata 31.875 Varian
(S1^2) 22.131
Varian
(S2^2) = 17.256 Varian (S^2) = 39.387
Simp. Baku Simp. Baku Simp. Baku
No. Sampel Varians Fhitung Ftabel Keterangan
1 Pembelajaran Kontekstual 22,131
Jk total 2214.688
Jk antar kelompok 678.612
Jk dalam kelompok 1536.075
Mk antar kelompok 678.612
MK dalam kelompok 19.693
Fh = MK antar : MK dalam 34.459
F table 3.970
Thitung 5.870
t-tabel 2.640
Berdasarkan perhitungan data, dapat diketahui bahwa hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual memiliki skor rata-rata (
X ) = 18,85, sedangkan hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan menggunakan
pembelajaran konvensional memiliki nilai rata-rata ( X ) = 13,025. Hasil analisis varians kedua metode pembelajaran menunjukkan harga Fhitung = 34,459 > Ftabel = 3,970; sehingga Ho ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual memperoleh hasil belajar IPS lebih tinggi daripada kelompok siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
Selanjutnya untuk mengetahui apakah kedua metode pembelajaran di atas memiliki perbedaan hasil belajar yang signifikan, dilakukan pengujian hipotesis menggunakan t-test. Hasilperhitungan di atas diperoleh t-hitung 5,870 > t-tabel (2,67). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual dan pembelajaran konvensional yang sangat signifikan.
5.Pembahasan
a. Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan Pembelajaran Kontekstual
40 orang siswa yang mengikuti tes berada di bawah skor rata-rata dan 40% atau 16 dari 40 orang siswa yang mengikuti tes berada di atas skor rata-rata. Jumlah siswa yang memiliki kategori penilaian rendah dan sangat rendah hanya 2 orang siswa.
Adapun penyebab kedua orang siswa tersebut adalah sulitnya peserta didik
menghapal materi “ekonomi” sehingga siswa tidak dapat menjawab soal dengan benar.
Dalam hal ini siswa belum dapat mengaplikasikan materi tersebut dalam konteks kehidupan sehari-hari. Banyaknya istilah-istilah pada materi ekonomi menyebabkan peserta didik sulit mengingatnya.
Pada kelompok pembelajaran kontekstual, siswa diajar untuk mengaitkan materi dengan situasi dunia nyata. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan transfer pengetahuan sehingga siswa aktif dalam proses pembelajaran. Siswa memiliki lebih banyak kesempatan untuk dapat menyelesaikan suatu permasalahan hingga menarik kesimpulan sehingga siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep bahan pembelajaran.
Siswa juga dapat lebih termotivasi untuk saling bertanya dari individu kesatu individu yang lain yang terjadi saat proses diskusi. Adanya kerjasama antar siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan adalah salah satu langkah-langkah pembelajaran kontekstual.
pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Pembuktian hasil penelitian ini juga didukung oleh teori Nurhadi bahwa pembelajaran Kontekstual adalah konsep belajar yang mendorong guru untuk menghubungkan antara materi yang diajarkan dan situasi dunia nyata siswa. Dan juga mendorong sisiwa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan yang dimilikinya dan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pengetahuan dan keterampilan siswa diperoleh dari usaha siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar.
b. Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan Pembelajaran Konvensional
Hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional memilki skor rata-rata sebesar 13,025 dengan kategori penilaian “cukup”. Terdapat 55% atau 22 dari 40 orang siswa yang mengikuti tes berada di bawah skor rata-rata dan 30% atau 12 dari 40 orang siswa yang mengikuti tes berada di atas skor rata-rata. Jumlah siswa yang memiliki kategori penilaian rendah dan sangat rendah hanya 13 orang siswa.
Kelompok pembelajaran konvensional siswa lebih banyak menghapal apa yang diberikan oleh guru, seperti yang dialami ketigabelas orang siswa yang memiliki nilai
rendah dan sangat rendah. Sulitnya peserta didik menghapal materi “ekonomi” sehingga
siswa tidak dapat menjawab soal dengan benar. Dalam hal ini siswa belum dapat mengaplikasikan materi tersebut dalam konteks kehidupan sehari-hari. Banyaknya istilah-istilah pada materi ekonomi menyebabkan peserta didik sulit mengingatnya.
c. Perbedaan Hasil Belajar IPS Siswa yang Menggunakan Pembelajaran Kontekstual dengan Pembelajaran Konvensional
Hasil belajar IPS siswa yang menggunakan pembelajaran kontekstual lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional. Hasil penelitian ini telah membuktikan secara signifikan bahwa terdapat pengaruh pendekatan pembelajaran terhadap hasil belajar IPS siswa SD Negeri 125540 Pematang Siantar. Hasil belajar ini terlihat dari rata-rata perolehan skor dan hasil pengujian hipotesis dan uji lanjutnya. Rata-rata hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kontekstual lebih tinggi dari hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dilihat dari skor rata-rata pembelajaran kontekstual yaitu 18,85; dan skor rata-rata pembelajaran konvensional yaitu 13,025.
didalam materi akademik yang mereka pelajari dengan cara menghubungkan subjek-subjek akademik dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Dari analisis terhadap hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan pendekatan kontekstual terlihat masih terdapat 35% atau 14 orang siswa dari 40 orang siswa berada di bawah skor rata-rata. Adapun penyebabnya adalah sulitnya peserta didik menghapal
materi “ekonomi” sehingga mereka tidak dapat menjawab soal dengan benar. Dalam hal
ini siswa tidak dapat mengaplikasikan materi tersebut dalam konteks kehidupan sehari-hari.
Sedangkan hasil analisis terhadap tes hasil belajar IPS siswa yang diajar dengan metode konvensioanal terdapat 55% atau 22 orang dari 40 orang siswa berada di bawah skor rata-rata. Kesulitan siswa disini hampir sama dengan kesulitan siswa yang diajarkan dengan pendekatan kontekstual yaitu menghapal materi ekonomi, terutama dalam hal istilah-istilah ekonomi yang masih sulit dipahami siswa.
Ada lima karakteristik penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan CTL seperti dijelaskan oleh Wina Sanjaya (2005:110), sebagai berikut: 1. Pembelajaran merupakan proses pengaktifan pengetahuan yang sudah ada
(activtinging knowledge), artinya apa yang akan dipelajari tidak terlepas dari pengetahuan yang sudah dipelajari, dengan demikian pengetahuan yang akan diperoleh siswa adalah pengetahuan yang utuh yang memiliki keterkaitan satu sama lain.
3. Pemahaman pengetahuan (understanding knowledge), artinya pengetahuan yang diperoleh bukan untuk dihafal tapi untuk dipahami dan diyakini, misalnya dengan cara meminta tanggapan dari yang lain tentang pengetahuan yang diperolehnya dan berdasarkan tanggapan tersebut baru pengetahuan itu dikembangkan.
4. Mempraktikkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying knowledge) artinya pengetahuan dan pengalaman yang diperolehnya harus dapat diaplikasikan dalam kehidupan siswa, sehingga tampak perubahan perilaku siswa.
5. Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi pengembangan pengetahuan. Hal ini dilakukan sebagai umpan balik untuk proses perbaikan atau penyempurnaan strategi.
Dengan menerapkan kelima karakteristik pembelajaran kontekstual di atas, adalah suatu hal yang wajar bahwa pembelajaran kontekstual memiliki hasil belajar yang lebih baik dari pembelajaran konvensional.
6. Simpulan dan Saran a. Simpulan
Dari uraian hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual memiliki skor rata-rata 18,85 (tinggi). Terdapat 14 orang siswa (35%) berada di bawah skor rata dan 16 orang siswa (40%) berada di atas skor rata-rata hasil belajar IPS siswa.
(55%) berada di bawah skor rata-rata dan 12 orang siswa (30%) berada di atas skor rata-rata hasil belajar IPS siswa.
3. Hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual memiliki skor rata-rata lebih tinggi daripada hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional. Perbedaan hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kontekstual sangat signifikan bila dibandingkan dengan hasil belajar IPS siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.
B. SARAN
Berdasarkan simpulan di atas, dapat disarankan bahwa: 1. Guru
a. Dapat mempergunakan strategi pembelajaran kontekstual secara baik. b. Dapat mempergunakan strategi pembelajaran konvensional secara baik. 2. Siswa
a. Dapat terlibat dalam pembelajaran kontekstual secara baik b. Dapat terlibat dalam pembelajaran konvensional secara baik 3. Peneliti lain
Peneliti lain dapat menerapkan pembelajaran kontekstual dengan lebih baik agar diperoleh hasil belajar yang baik dalam pembelajaran IPS.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi Abu, Supriono Widodo. (2003), Psikologi Belajar, PT.Rineka Cipta. Jakarta Ausubel (1963). The Physycology of Meaningful Verbal Learning. New York Grune
Ahmadi, A dan Supriono, W. (1991). Psikologi Belajar. Rineka Cipta. Jakarta
Ary, Jacobs and Rezavieh. (1982). Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Penerjemah Furchan, A. Usaha Nasional. Surabaya.
Bloom, B.S (1982). All Our Children Learning. McGrew Hill Book. New York
Dick and Carey. L. (1996). The Systematic Design of Instruction. Fifth edition. Addision-Wesley Educational Publisher Inc .
Depdiknas Dirjen Dikti (Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jendral Dasar dan Menengah), Lanjutan Pertama. (2003).
Djamarah, Syaiful Bahri, Aswan Zain. (2002). Strategi Belajar Mengajar, Rineka Cipta. Jakarta
Gagne. (1970).The Conditioning of Leranin Holt Rinehart and Wiston. New York Gagne, Robert.M and Briggs, Leslie. (1979). Principles of Instructional Design. Holt
Rinehart & Winston. New York.
Nasution, S. (2003). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Bina Aksara. Jakarta
Purwanto Ngalim. (1995). Psikologi Pendidikan Remaja, Remaja Rosdakarya, Bandung.
Romizowski. (1981). Instructional design System, Decision Making In Course Planning And Curriculum Design. London. Kogan
Rosyidah. (2005). Pengembangan KBK Melalui Strategi Pembelajaran Kontekstual. Sanjaya,Wina. (2009). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta. Kencana
Suriasumantri, Yuyun. (2005). Filsafat Ilmu Sebagai Pengantar Populer.Pustaka Sinar Harapan. Jakarta
Simbolon, H. (2002). Statistik Dasar. FKIP UHN.Pematangsiantar.
Slameto, (2003). Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhin. Rineka Cipta. Jakarta. Sudjana, (2002). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algesindo.
Bandung
Winkel, W.S. (1996). Psikologi Pengajaran. Gramedia. Jakarta