• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN DALAM KASUS PINJAM MEMINJAM UANG TERHADAP KOPERASI (Studi Kasus Nomor : 737/Pid.B/2010/PN.TK.)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN DALAM KASUS PINJAM MEMINJAM UANG TERHADAP KOPERASI (Studi Kasus Nomor : 737/Pid.B/2010/PN.TK.)"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

1

ABSTRAK

ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN DALAM KASUS PINJAM MEMINJAM

UANG TERHADAP KOPERASI (Studi Kasus Nomor : 737/Pid.B/2010/PN.TK.)

Oleh

FERI FERDINAND LUBIS

Kemajuan zaman telah mendorong terjadinya krisis moral, krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan untuk menyaring informasi dan budaya yang masuk sehingga sangat mungkin krisis moral ini akan memacu timbulnya tindak pidana dalam masyarakat. Dalam menjalani kehidupannya, masyarakat perlu lebih jeli dan peka terhadap lingkungan. Perlu disadari bahwa kejahatan dapat dilakukan oleh siapapaun dan terhadap siapapaun. Tindak pidana yang terjadi dalam masyarakat bisa dilakukan dengan sadar, yaitu diperkirakan, direncanakan, dan diarahkan dengan setengah sadar, salah satunya adalah kejahatan penipuan yang sering dilakukan. Kejahatan penipuan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja yang berakibat buruk bagi korban dan juga masyarakat. Sedemikian buruk akibat yang ditimbulkan pelaku penipuan sehingga membuat pelaku penipuan uang koperasi diberikan hukuman yang berat. Sehingga mereka berpikir untuk tidak mengulangi perbuatannya melalui upaya pencegahan yang dilakukan oleh Pemerintah melalui aparat penegak hukum. Adapun permasalahan yang dibahas dalam penulisan ini adalah bagaimanakah pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana penipuan pinjam meminjam uang koperasi, dan apakah yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku penipuan pinjam meminjam uang koperasi.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan, yaitu yuridis normative pendekatan yang dilakukan dengan cara menelaah dan menelusuri teori-teori, konsep-konsep, serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan skripsi ini. Dan pendekatan yuridis empiris adalah pendekatan yang dilakukan dengan menelaah hukum terhadap objek penelitian sebagai pola perilaku yang

(2)

2

yang berupa keterangan-keterangan dan informasi dari responden secara langsung yang di dapat melalui wawancara dan observasi lapangan. Penelitian ini dilakukan di Pengadilan Negeri Tanjung Karang Bandar Lampung. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari kepustakaan dengan cara mengutip, menelaah, dan mencatat bahan-bahan peraturan atau hal-hal lainnya yang berhubungan dan sesuai dengan pokok bahasan. Data yang diperoleh, lalu diolah kemudian dianalisis secara kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian,pembahasan dan pendapat para rersponden diatas, dapat disimpulkan bahwa pertimbangan majelis hakim dalam menajtuhkan putusan terhadap terdakwa Tu Bagus Hasan Basri yang dijatuhkan hukuman pidana selama 9 bulan yaitu berdasarkan pertimbangan yuridis dan pertimbangan non yuridis atau sosiologis. Pertimbangan yuridis yaitu hakim memperhatikan fakta-fakta yang terungkap di persidangan dan mengacu pada unsur-unsur surat dakwaan jaksa penuntut umum yang dimana dalam persidangan telah diperoleh alat-alat bukti dan keterangan saksi-saksi yang dapat meyakinkan hakim untuk menjatuhkan putusan pemidanaan kepada terdakwa dan unsur-unsur dalam Pasal 378 KUHP jo Pasal 55 ayat (1) KUHP jo Pasal 64 ayat (1) KUHP telah terpenuhi sebagaimana dalam tuntutan Jaksa Penuntut Umum. Sedangkan pertimbangan non yuridis atau sosiologis yaitu para terdakwa telah mengganti uang saksi korban., para terdakwa berprilaku sopan dan berterus terang sehingga memperlancar jalannya persidangan, dan juga para terdakwa menyesali perbuatannya. Sehingga majelis hakim menjatuhkan hukuman pidana. Pertimbangan dari unsure non yuridis yaitu pertimbangan-pertimbangan yang dapat ditimbulkan oleh perbuatan terdakwa , dalam hal ini hakim menilainya dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat yang berada di sekitar tempat kejadian.

(3)

A. Latar Belakang

Undang–Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menjamin segala warga Negara bersama kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan serta wajib menjunjung hukum dan pemerintahan tersebut tanpa ada kecuali. Hal ini dipertegas dalam Pasal 1 ayat (a) Undang–Undang Dasar 1945 yaitu sebagai berikut : “Kedamaian berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang–Undang Dasar”.

Kemajuan zaman telah mendorong terjadinya krisis moral, krisis moral ini dipicu oleh ketidakmampuan untuk menyaring informasi dan budaya yang masuk sehingga sangat mungkin krisis moral ini akan memacu timbulnya tindak pidana dalam masyarakat. Dalam menjalani kehidupannya, masyarakat perlu lebih jeli dan peka terhadap lingkungan. Perlu disadari bahwa kejahatan dapat dilakukan oleh siapapaun dan terhadap siapapaun.

(4)

Menurut Moeljatno (1993: 57) tindak pidana merupakan suatu perbuatan yang di larang oleh suatu aturan hukum yang di sertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana yang di lakukan dengan kesalahan oleh orang yang dapat dipertanggungjawabkan.

Pompe mengatakan bahwa tindak pidana adalah suatu pelanggaran norma (gangguan terhadap tertib hukum) yang dengan sengaja atau pun tidak dengan sengaja telah dilakukan oleh seorang pelaku dimana perbuatan tersebut dapat dijatuhi hukuman. (Lamintang, 1997: 182).

Tindak pidana yang terjadi dalam masyarakat bisa dilakukan dengan sadar, yaitu diperkirakan, direncanakan, dan diarahkan dengan setengah sadar, salah satunya adalah kejahatan penipuan yang sering dilakukan. Kejahatan penipuan dapat terjadi dimana saja dan kapan saja yang berakibat buruk bagi korban dan juga masyarakat. Sedemikian buruk akibat yang ditimbulkan pelaku penipuan sehingga membuat pelaku penipuan uang koperasi diberikan hukuman yang berat. Sehingga mereka berpikir untuk tidak mengulangi perbuatannya melalui upaya pencegahan yang dilakukan oleh Pemerintah melalui aparat penegak hukum. (Saleh Roeslan : 1981: 178).

(5)

Pidana maksimum dari tindak pidana penipuan adalah empat tahun. Hal ini tercantum dalam Pasal 378 Kitab Undang–Undang Hukum Pidana (KUHP) yang menyatakan sebagai berikut :

“ Barang siapa dengan maksud untuk emnguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seseorang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau orang lain, atau supaya memberi hutang maupun menhapuskan piutang, diancam karena penipuan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun “.

Secara tegas telah diatur sanksi untuk pelaku penipuan, tetapi perbuatan itu sering kerap terjadi disekitar kita. Realita masalah yang ada adalah sering terjadinya tindak kejahatan penipuan, sehingga menimbulkan rasa ketakutan dan keresahan bagi masyarakat.

Pihak kepolisian, kejaksaan, dan kehakiman mempunyai peranan yang sama pentingnya dalam mencegah maraknya kejahatan tindak pidana penipuan yaitu peranan seorang hakim sangat diperlukan untuk menjatuhkan sanksi pidana yang berat, agar pelaku kejahatan penipuan dimasyarakat merasakan efek jera. Hakim memegang peranan yang sangat penting dalam hal penjatuhan perkara tindak pidana meskipun hakim dalam pemeriksaan dipersidangan berpedoman kepada hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh polisi dan dakwaan yang dibuat oleh jaksa, dalam Undang–Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan kehakiman Republik Indonesia.

(6)

kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranaya negara hukum Republik Indonesia. Berhubung dengan itu, harus diadakan jaminan dalam Undang–Undang tentang kedudukan para hakaim. Hal ini sesuai dengan ciri dari Negara hukum itu sendiri yaitu terdapat suatu kemerdekaan hakim yang bebas, tidak memihak dan tidak dipengaruhi oleh kekuatan legislatif dan eksekutif.

Berkaitan dengan kebebasan hakim ini juga berarti bahwa hakim harus dapat memberi penjelasan dalam menerapkan undang–undang terhadap suatu perkara yang ditanganinya. Penjelasan tersebut diberikan berdasarkan penafsiran dari hakim itu sendiri. Penafsiran disini bukan semata mata berdasarkan akal ataupun sebuah uraian secara logis, namun hakim dalam hal ini harus bisa memilih berbagai kemungkinan berdasarkan keyakinannya. Hakim sebagai penentu untuk memutuskan suatu perkara yang diajukan ke pengadilan, dalam menjatuhkan putusan harus memiliki pertimbangan–pertimbangan. Adapun pertimbangan hakim tersebut, disamping berdasarkan pasal-pasal yang diterapkan terhadap terdakwa, sesungguhnya juga didasarkan atas keyakinan dan kebijaksanaan hakim itu sendiri. Hakim dalam mengadili suatu perkara berdasarkan hatu nuraninya. Sehingga hakim yang satu dengan yang lain memiliki pertimbangan yang berbeda-beda dalam menjatuhkan suatu putusan.

(7)

berlakunya Kitab Undang–Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) peranan hakim dalam menciptakan keputusan–keputusan yang tepat harus dapat dipertanggung jawabkan.

(8)

Sesuai dengan Pasal 183 Kitab Undang–Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) “ Hakim tidak boleh menjatuhkan kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang – kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya”.

Seperti yang dijelaskan dalam Pasal 184 ayat 1 KUHAP alat bukti yang dimaksud adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk, keterangan terdakwa.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam bentuk skripsi yang berjudul “ Analisis dasar pertimbangan hakim terhadap pelaku tindak pidana penipuan dalam kasus pinjam meminjam uang terhadap koperasi“.

B. Permasalahn dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

a. Bagaimanakah pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana penipuan pinjam meminjam uang koperasi ?

b. Apakah yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku penipuan pinjam meminjam uang koperasi ?

2. Ruang Lingkup Penelitian

(9)

terhadap pelaku penipuan uang koperasi, sedangkan lokasi penelitian dilakukan di Pengadilan Negeri Tanjung Karang dan Dosen Fakultas Hukum UNILA.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana terhadap pelaku tindak pidana penipuan pinjam meminjam uang koperasi.

b. Untuk mengetahui dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana terhadap pelaku penipuan pinjam meminjam uang koperasi.

2. Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini meliputi kegunaan teoritis dan praktis, yaitu :

a. Secara Teoritis penelitian ini diharapkan berguna bagi perkembangan ilmu hukum dan dapat memperluas daya berfikir dan dapat menjadi salah satu referensi, khususnya mengenai pertanggungjawaban pidana kejahatan penipuan pinjam meminjam uang koperasi.

b. Secara Praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran kepada pihak–pihak yang berkepentingan dan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung.

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

(10)

Kerangka teoritis adalah konsep–konsep yang sebenar-benarnya merupakan abstraksi dari hasil pemikiran atau kerangka/acuan yang pada dasrnya bertujuan mengadakan kesimpulan terhadap dimensi–dimensi social yang dianggap relevan untuk penelitian (Soerjono Soekanto, 1986 : 123). Setiap penelitian selalu disertai dengan pemikiran–pemikiran teoritis. Hal ini karena adanya hubungan timbal balik yang erat antara teori dengan kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis, dan kontruksi data.

Pertanggungjawaban pidana adalah suatu perbuatan yang tercela oleh masyarakat dan itu harus dipertanggungjawabkan kepada si pembuat pidananya atas perbuatan yang telah dilakukannya. (Roeslan Saleh, 1981 ; 80)

Pertanggungjawaban atas tindak pidana penipuan yang dilakukan oleh seseorang merupakan hal yang harus dilaksanakan seseorang akibat perbuatannya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Orang yang mampu bertanggungjawab harus mempunyai 3 syarat yaitu : a. Dapat menginsyafi makna yang senyatanya dari perbuatannya.

b. Dapat menginsyafi bahwa perbuatan itu dapat dipandang patut dalam pergaulan masyarakat.

c. Mampu menentukan niat atau kehendaknya dalam melakukan perbuatan (Roeslan Saleh, 1981: 85).

Pertanggungjawaban dalam hukum pidana (Criminal Responsibility) artinya :

“Orang yang telah melakukan suatu tindak pidana disitu belum berarti ia harus dipidana, ia harus mempertanggungjawabkan atas perbuatannya yang telah dilakukan” (R.M.

(11)

Aspek pertimbangan yuridis terhadap tindak pidana yang didakwakan merupakan konteks penting dalam putusan hakim. Hakikatnya pada pertimbangan yuridis merupakan pembuktian unsur–unsur dari suatu tindak pidana apakah perbuatan terdakwa tersebut telah memenuhi dan sesuai dengan tindak pidana yang didakwakan oleh jaksa/penuntut umum. Dapat dikatakan lebih jauh bahwasanya pertimbangan-pertimbangan yuridis ini secara langsung akan berpengaruh terhadap amar/dictum putusan hakim (Soerjono Soekanto, 1986 : 128).

Kewenangan hakim sebagaimana dimaksud di dalam Pasal 14 ayat (1) Undang– undang No.48 Tahun 2009 tentang kekuasaan Kehakiman, juga harus ditafsirkan secara sistematis dengan Pasal 28 ayat (1) dan (2) undang-undang nomor 4 Tahun 2004 Jo Undang–Undang No.48 Tahun 2009 yang menyatakan sebagai berikut :

(1) Hakim wajib menggali, mengikuti, dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan dalam masyarakat.

(2) Dalam menerapkan berat ringannya pidana, hakim wajib memperhatikan pula sifat yang baik dan jahat dari terdakwa.

Pertimbangan yuridis dibuktikan dan dipertimbangkan maka hakim terlebih dahulu akan menarik fakta-fakta dalam persidangan yang timbul dan merupakan konklusi komulatif dari keterangan para saksi, keterangan terdakwa, dan barang bukti yang diajukan dan diperiksa dipersidangan. Fakta-fakta terungkap ditingkat penyidikan hanyalah berlaku sebagai hasil pemeriksaan sementara (voor onderzoek), sedangkan fakta-fakta yang terungkap dalam pemeriksaan sidang (gerechtelijk onderzoek) yang menjadi dasar-dasar pertimbangan bagi keputusan pengadilan

(12)

(bestandeelen) dari tindak pidana yang telah didakwakan oleh jaksa/penuntut umum dan pledoi dari terdakwa dan atau penasehat hukumnya. Pertimbangan hakim dipertegas pula dalam Pasal 183 KUHAP dan Pasal 184 KUHAP sebagai berikut :

Pasal 183 KUHAP mengatur tentang sistem pembuktian dalam perkara pidana, dimana dalam pasal tersebut diuraikan sebagai berikut :

“Hakim tidak boleh menjatuhkan Pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya ada dua alat bukti yang sah, ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana telah terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya”.

Ketentuan di atas adalah untuk menjamin tegaknya kebenaran, keadilan, kepastian hukum dan hak asasi manusia bagi seorang dan setiap warga negara yang didakwakan telah melakukan suatu tindak pidana. Sedangkan pasal 183 KUHAP di atas mengisyaratkan bahwa untuk menentukan salah atau tidaknya seorang terdakwa menurut sistem pembuktian undang-undang secara negatif, terdapat dua komponen :

1. Pembuktian harus dilakukan menurut cara dan dengan alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang,

2. Dan keyakinan hakim yang juga harus didasarkan atas cara yang sah menurut undang-undang.

Sedangkan yang dimaksud dengan alat-alat bukti yang sah adalah sebagaimana yang diterangkan

di dalam Pasal 184 KUHAP sebagai berikut

(13)

4. Petunjuk;

5. Keterangan terdakwa.

Mengenai alat-alat bukti ini sebelum KUHAP diatur didalam Pasal 295 R.I.D yang isinya adalah :

1. kesaksian-kesaksian, 2. surat-surat,

3. pengakuan, dan 4. petunjuk-petunjuk.

2. Konseptual

Konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antar konsep-konsep khusus, merupakan kumpulan dari arti-arti yang berkaitan dengan istilah-istilah yang ingin diteliti. Pengertian pokok yang dijadikan konsep dalam penelitian mempunyai batasan yang jelas dan tepat untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman dalam melakukan penelitian. (Soerjono Soekanto, 1986 : 132).

Adapun istilah–istilah yang akan digunakan dalam penulisan ini adalah :

a. Analisis adalah penyelidikan suatu peristiwa karangan, perbuatan dan sebagainya untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya, sebab musabab, duduk perkaranya dan sebagainya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990:188).

(14)

c. Hakim adalah pegawai negeri sipil yang mempunyai jabatan fungsional. Tugas hakim adalah mengkonstatir, mengkwalifisir dan kemudian mengkonstituir. Apa yang harus dikonstatirnya adalah peristiwa dan kemudian peristiwa ini harus dikwalifisir, pasal 5 ayat 1 UU. 14/1970 mewajibkan hakim mengadili menurut hukum. Maka oleh karena itu hakim harus mengenal hukum disamping peristiwanya (Abdul Kadir Muhammad, 2001,101).

d. Pelaku adalah mereka yang melakukan, yang menyuruh melakukan, dan yang turut serta melakukan tindak pidana itu. Mereka dengan memberi atau menjanjikan sesuatu, dengan menyalahgunakan kekuasaan atau martabat dengan kekerasan, ancaman atau penyesatan, atau dengan memberi kesempatan, sarana atau keterangan, sengaja menganjurkan orang lain supaya melakukan tindak pidana itu (Roeslan, Saleh : 1981, 227).

e. Penipuan adalah barang siapa dengan maksud dan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, atau rangkaian kebohongan menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun (KUHP Pasal 378).

f. Uang adalah sesuatu yang dijadikan sebagai alat untuk me;akukan transaksi pembayaran ekonomi di mana sesuatu yang dijadikan sebagai uang diterima dipercaya dan disukai oleh masyarakat atau orang-orang yang melakukan transaksi ekonomi (http://organisasi.org/fungsi-dan-pengertian-uang-sebagai alat transaksi,2011).

(15)

masyarakat yang berdasarkan asas kemasyarakatan (Pasal 1 ayat(1) Undang–undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Koperasi).

E. Sistematika Penulisan

Sistematika suatu penulisan skripsi bertujuan untuk memberikan suatu gambaran yang jelas mengenai pembahasan skripsi yang dapat dilihat dari hubungan antara satu bagian dengan bagian lain dari seluruh isi tulisan dari sebuah skripsi dan untuk mengetahui serta untuk lebih memudahkan memahami materi yang ada dalam skripsi ini, maka penulis menyajikan sistematika penulisan skripsi ini sebagai berikut :

I. PENDAHULUAN

Pada bab ini akan diuraikan latar belakang dari penulisan. Permasalahan dan ruang lingkup untuk mencapai tujuan dan kegunaan penelitian selanjutnya diuraikan mengenai kerangka teoritis dan konseptual yang diakhiri dengan sistematika penulisan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan tentang teori-teori yang dapat dijadikan sebagai dasar atau teori dalam menjawab masalah yang terdiri dari pengertian tugas dan wewenang hakim dalam proses peradilan pidana, dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan, pengertiantindak pidana, pengertian tindak pidana penipuan, dan dasar hukum pemberantasan kejahatan penipuan.

(16)

Pada bab ini menguraikan mengenai metode penulisan, yaitu pendekatan masalah, sumber data, penentuan populasi dan pengolaan data, serta analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan jawaban dari permasalahan dan hasil penelitian mengenai analisis dasar pertimbangan hakim terhadap pelaku tindak pidana penipuan pinjam meminjam uang terhadap koperasi.

V. PENUTUP

(17)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tugas dan Wewenang Hakim Dalam Proses Peradilan Pidana

1. Kekuasaan Kehakiman

Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan Negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila, demi terselenggaranya Negara hukum Republik Indonesia (Pasal 24 UUD 1945 dan Pasal 1 UU No.48/2009).

Penyelenggaraan kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan dibawahnya yaitu :

1. Lingkungan Peradilan Umum ; 2. Lingkungan Peradilan Agama ; 3. Lingkungan Peradilan Militer ;

4. Lingkungan Peradilan Tata Usaha Negara ;

5. Mahkamah Konstitusi (Pasal 24 ayat (2) dan Pasal 2 UU No. 48/2009).

2. Definisi Hakim dan Kewajibannya

a. Hakim

(18)

adakalanya istilah hakim dipakai terhadap orang budiman, ahli, dan orang bijaksana (Lilik Mulyadi, 2010:125). Dengan demikian fungsi seorang hakim adalah seseorang yang diberi wewenang oleh Undang– Undang untuk melakukan atau mengadili setiap perkara yang dilimpahkan kepada pengadilan, seperti yang diatur dalam pokok-pokok kekuasaan kehakiman tercantum pada Pasal 1 Undang–undang No.48 Tahun 2009, yang diserahkan kepada Badan peradilan dan ditetapkan dengan Undang–undang.

b. Kewajiban Hakim

Hakim tiadak diperbolehkan menolak untuk memeriksa perkara, mengadili adalah serangkaian tindakan hakim, untuk menerima , memeriksa dan memutuskan perkara pidana berdasarkan asas bebas, jujur dan tidak memihak disidang pengadilan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam Pasal 1 ayat (9) KUHAP, ia tidak boleh menolak perkara dengan alas an tidak ada aturan hukumnya atau aturan hukumnya kurang jelas. Karena hakim dianggap mengetahui hukum. Jika aturan hukum tidak ada, maka hakim harus menggalinya dengan ilmu pengetahuan hukum, jika aturan hukum kurang jelas, maka hakim harus menafsirkannya. Hakim sebagai pejabat Negara dan penegak hukum, wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam amsyarakat serta dalam mempertimbangkan berat atau ringannya suatu pidana. Hakim wajib mempertimbangkan pula sifat yang baik dan jahat dari terdakwa (Pasal 28 UU No.4/2004 Jo. UU No.48/2009).

(19)

“Dalam sidang pemusyawaratan, setiap hakim wajib menyampaikan pertimbangan atau pendapat tertulis terhadap perkara yang sedang diperiksa dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan”. (Lilik, Mulyadi, 2010:55).

B. Tinjauan Terhadap Pertanggungjawaban Pidana

Di dalam hukum pidana yang dimaksud dengan pertanggungjawaban adalah pertanggungjawaban menurut hukum pidana. Menurut etika, setiap orang bertanggungjawab atas segala perbuatannya dalam hukum pidana hanya kelakuan yang menyebabkan hakim menjatuhkan hukuman, dapat dipertanggungjawabkan para pelaku pidana (Hasan Basri Sanin, 1983: 119).

Menurut Ridwan Halim (1984: 58) bahwa seseorang harus bertanggung jawab secara sendiri atau bersama orang lain, karena kesengajaan atau kelalaian secara aktif atau pasif dilakukan dalam wujud perbuatan melawan hukum, baik dalam tahap pelaksanaan maupun dalam tahap percobaan.

(20)

Pertanggungjawaban atas tindak pidana penipuan yang dilakukan oleh seseorang merupakan hal yang harus dilaksanakan seseorang akibat perbuatannya sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

Masalah pertanggungjawaban ini menyangkut subyek tindak pidana yang pada umumnya sudah dirumuskan oleh pembuat undang-undang untuk tindak pidana yang bersangkutan. Namun dalam kenyataannya untuk memastikan siapa pembuat suatu tindak pidana tidaklah mudah, karena untuk menentukan siapa yang bersalah dalam suatu perkara harus sesuai dengan proses yang ada dan system peradilan pidana yang ditetapkan. Dengan demikian tanggung jawab itu selalu ada meskipun belum pasti dituntut oleh pihak yang berkepentingan, jika pelaksanaan peranan yang telah berjalan itu ternyata tidak mencapai suatu tujuan atau persyaratan yang diinginkan. Demikian pula halnya dengan masalah terjadinya perbuatan pidana atau delik, suatu tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan sengaja atau tidak sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabankan tindakannya oleh undang-undang yang telah dinyatakan sebagai perbuatan atau tindakan yang dapat dihukum.

Pertanggung jawaban pidana dalam istilah asing tersebut juga dengan teorekenbaardheid atau criminal responsibility yang menjurus kepada pemidanaan petindak dengan maksud untuk menentukan apakah seseorang terdakwa atau tersangka dipertanggung jawabkan atas suatu tindakan pidana yang terjadi atau tidak.

(21)

atau peniadaan sifat melawan hukum untuk pidana yang dilakukannya. Dan dilihat dari sudut kemampuan bertanggung jawab maka hanya seseorang yang mampu bertanggung jawab yang dapat dipertanggung jawabkan atas perbuatannya. Tindak pidana jika tidak ada kesalahan adalah merupakan asas pertanggung jawaban pidana, oleh sebab itu dalam hal dipidananya seseorang yang melakukan perbuatan sebagaimana yang telah diancamkan, ini tergantung dari soal apakah dalam melakukan perbuatan ini dia mempunyai kesalahan.

Berdasarkan hal tersebut maka pertanggung jawaban pidana atau kesalahan menurut hukum pidana, terdiri atas tiga syarat yaitu :

1. Kemampuan bertanggung jawab atau dapat dipertanggung jawabkan dari si pembuat.

2. Adanya perbuatan melawan hukum yaitu suatu sikap psikis si pelaku yang berhubungan dengan kelakuannya yaitu : Disengaja dan Sikap kurang hati-hati atau lalai .

3. Tidak ada alasan pembenar atau alasan yang menghapuskan pertanggung jawaban pidana bagi si pembuat.

(22)

Kemampuan bertanggung jawab merupakan unsur kesalahan, maka untuk membuktikan adanya kesalahan unsur tadi harus dibuktikan lagi. Mengingat hal ini sukar untuk dibuktikan dan memerlukan waktu yang cukup lama, maka unsur kemampuan bertanggung jawab dianggap diam-diam selalu ada karena pada umumnya setiap orang normal bathinnya dan mampu bertanggung jawab, kecuali kalau ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa terdakwa mungkin jiwanya tidak normal. Dalam hal ini, hakim memerintahkan pemeriksaan yang khusus terhadap keadaan jiwa terdakwa sekalipun tidak diminta oleh pihak terdakwa. Jika hasilnya masih meragukan hakim, itu berarti bahwa kemampuan bertanggung jawab tidak berhenti, sehingga kesalahan tidak ada dan pidana tidak dapat dijatuhkan berdasarkan asas tidak dipidana jika tidak ada kesalahan

C. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan

Hakim dalam memeriksa, mengadili dan memutus suatu perkara, pertama kali harus menggunakan hukum tertulis sebagai dasar putusannya Jika dalam hukum tertulis tidak cukup, tidak tepat dengan permasalahan dalam suatu perkara, maka barulah hakim mencari dan menemukan sendiri hukumnya dari sumber-sumber hukum yang lain seperti yurisprudensi, dokrin, traktat, kebiasaan atau hukum tidak tertulis.

(23)

kurang jelas. Hakim dalam mengadili suatu perkara yang diajukan kepadanya harus mengetahui dengan jelas tentang fakta dan peristiwa yang ada dalam perkara tersebut. Oleh karenabitu, Majelis Hakim sebelum menjatuhkan putusannya terlebih dahulu harus menemukan fakta dan peristiwa yang terungkap dari Penggugat dan Tergugat, serta alat-alat bukti yang diajukan oleh para pihak dalam persidangan. Terhadap hal yang terakhir ini, Majelis Hakim harus mengonstatir dan mengkualifisir peristiwa dan fakta tersebut sehingga ditemukan peristiwa/fakta yang konkrit. Setelah Majelis Hakim menemukan peristiwa dan fakta secara objektif, maka Majelis Hakim berusaha menemukan hukumnya secara tepat dan akurat terhadap peristiwa yang terjadi itu. Jika dasar-dasar hukum yang dikemukakan oleh pihak-pihak yang berperkara kurang lengkap, maka Majelis Hakim karena jabatannya dapat menambah/melengkapi dasar-dasar hukum itu sepanjang tidak merugikan pihak-pihak yang berperkara .

Hakim menemukan hukum melalui sumber-sumber sebagaimana tersebut di atas. Jika tidak diketemukan dalam sumber-sumber tersebut maka ia harus mencarinya dengan mernpergunakan metode interpretasi dan konstruksi. Metode interpretasi adalah penafsiran terhadap teks undang-undang, masih tetap berpegang pada bunyi teks itu. Sedangkan metode konstruksi hakim mempergunakan penalaran logisnya untuk mengembangkan lebih lanjut suatu teks undang-undang, di mana hakim tidak lagi terikat dan berpegang pada bunyi teks itu, tetapi dengan syarat hakim tidak mengabaikan hukum sebagai suatu sistem (Achmad Rifa’i, SH., MH, 2010:167).

(24)

1. Teori keseimbangan

Yang dimaksud dengan keseimbangan adalah keseimbangan antara syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang dan kepentingan pihak-pihak yang tesangkut atau berakitan dengan perkara, yaitu anatara lain seperti adanya keseimbangan yang berkaitan dengan masyarakat, kepentingan terdakwa dan kepentingan korban.

2. Teori pendekatan seni dan intuisi

Penjatuhan putusan oleh hakim merupakan diskresi atau kewenangan dari hakim. Sebagai diskresi, dalam penjatuhan putusan hakim menyesuaikan dengan keadaan dan pidana yang wajar bagi setiap pelaku tindak pidana, hakim akan melihat keadaan pihak terdakwa atau penuntut umum dalam perkara pidana. Pendekatan seni dipergunakan oleh hakim dalam penjatuhan suatu putusan, lebih ditentukan oleh intuisi dari pada penegtahuan dari hakim.

3. Teori pendekatan keilmuan

Titik tolak dari teori ini adalah pemikiran bahwa proses penjatuhan pidana harus dilakukan secara sistematik dan penuh kehati-hatian khususnya dalam kaitannya dengan putusan-putusan terdahulu dalam rangka menjamin konsistensi dari putusan-putusan hakim. Pendekatan keilmuan ini merupakan semacam peringatan bahwa dalam memutus suatu perkara, hakim tidak boleh semata-mata atas dasar intuisi semata, tetapi harus dilengkapi dengan ilmu pengetahuan hukum dan juga wawasan keilmuan hakim dalam menghadapi suatu perkara yang harus diputuskannya.

(25)

Pengalaman dari seorang hakim merupakan hal yang dapat membantunya dalam menghadapi perkara-perkara yang dihadapinya sehari-hari, dengan pengalaman yang dimilikinya, seorang hakim dapat mengetahui bagaimana dampak dari putusan yang dijatuhkan dalam suatu perkara pidana yang berkaitan dengan pelaku, korban maupun masyarakat.

5. TeoriRatio Decidendi

Teori ini didasarkan pada landasan filsafat yang mendasar, yang mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pokok perkara yang disengketakan, kemudian mencari peraturan perundang-undangan yang relevan dengan pokok perkara yang disengketakan sebagai dasar hukum dalam penjatuhan putusan, serta pertimbangan hakim harus didasarkan pada motivasi yang jelas untuk menegakkan hukum dan memberikan keadilan bagi para pihak yang berperkara.

Putusan hakim dapat dikatakan baik, dan sempurna hendaknya putusan tersebut dapat diuji dengan empat kriteria dasar pertanyaan yang berupa :

1. Benarkah putusanku ini ?

2. Jujurkah aku dalam mengambil keputusan ? 3. Adilkah bagi pihak–pihak yang bersangkutan ? 4. Bermanfaatkah putusanku ini ?

(Lilik Mulyadi, 2010).

(26)

dwaling), rasa rutinitas, kekurangan hati-hatian, dan kesalahan. Dalam praktik peradilan, ada saja

aspek-aspek tertentu yang luput dan kerap kurang diperhatikan hakim dalam membuat keputusan.

Pelaksanaan pengambilan keputusan, dicatat dalam buku himpunan yang disediakan khusus untuk keperluan itu dan isi buku tersebut sifatnya rahasia (Pasal 192 ayat (7) KUHAP). Dengan tegas dinyatakan bahwa pengambilan keputusan itu didasarkan kepada surat dakwaan dan segala sesuatu yang terbukti dalam siding pengadilan (Pasal 191 KUHAP).

Bahwasanya putusan hakim merupakan mahkota dan puncak dari perkara pidana tentu saja hakim juga mempertimbangkan aspek-aspek lainnya selain dari aspek yuridis sehingga putusan hakim tersebut lengkap mencerminkan nilai-nilai sosiologis, filosofis, dan yuridis. Pada hakekatnya dengan adanya pertimbangan–pertimbangan tersebut diharapkan nantinya dihindari sedikit mungkin putusan hakim menjadi batal demi hukum (van rechtswege nietig atau null and void)karena kurang pertimbangan hukum. (Lilik Mulyadi 2010 : 1999),

(27)

dipertimbangkan terhadap unsur-unsur dari tindak pidana yang telah didakwakan oleh jaksa penuntut umum dan pledoi dari terdakwa dan atau penasehat hukumnya.

Bentuk–bentuk tanggapan dan pertimbangan dari majelis hakim terhadap tuntutan pidana dari jaksa/penuntut umum dan pledoi dari terdakwa dan atau penasihat hukumya, yaitu :

1. Ada majelis hakim yang menanggapi dan mempertimbangkan secara detail, terperinci, dan substansial, terhadap tuntutan pidana dari jaksa penuntut umum dan pledoi dari terdakwa dan penasihat hukumnya.

2. Ada pula majelis hakim yang menanggapi dan mempertimbangkan secara selintas saja terhadap tindak pidana yang diajukan oleh jaksa/penuntut umum dan pledoi dari terdakwa dan penasihat hukumnya.

3. Ada pula majelis hakim yang sama sekali tidak menanggapi dan mempertimbangkan terhadap tuntutan pidana yang diajukan oleh jaksa penuntut umum.

D. Pengertian Tindak Pidana Penipuan

Tindak Pidana Penipuan diatur pada KUHP Pasal 378 yaitu :

“ Barang siapa dengan maksud dan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, atau rangkaian kebohongan menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun “.

Berdasarkan pasal tersebut beberapa unsur-unsur penipuan antara lain :

1. Membujuk orang supaya memberikan barang, membuat uatang uang atau menghapuskan piutang.

(28)

3. Membujuk orang itu dengan memakai : 1) Nama palsu atau keadaan palsu, 2) Akal cerdik (tipu muslihat), dan 3) Karangan perkataan bohong.

Menurut H.A.K Moch. Anwar, alat pembujuk atau penggerak dan dipergunakan dalam tindak pidana penipuan terdiri sebagai berikut :

a. Pengertian pembujukan berarti :

Melakukan pengaruh dan kelicikan terhadap orang, sehingga orang itu menurutinya berbuat sesuatu yang apabila mengetahui duduk perkara yang sebenarnya, ia tidak akan berbuat sedemikian itu.

b. “ Keadaan palsu “ mengaku dan bertindak seolah-olah pelaku adalah seseorang yang mempunyai wewenang dan kedudukan tertentu, yang sebenarnya ia tidaklah dalam keadaan yang dimaksud.

c. Karangan atau perkataan bohong

Suatu tindakan dimana pelaku berkata pada dasar yang tidak sebenarnya terjadi, dimana pelaku mengada ada seolah olah apa yang ia bicarakan benar terjadi dan nyata adanya.

d. Tipu muslihat

Adalah perbuatan yang dilakukan sedemikian rupa sehingga perbuatan itu menimbulkan kepercayaan atau keyakinan atau kebenaran sesuatu kepada orang lain. Jadi tidak terdiri dari ucapan atau tindakan saja sudah dikatakan palsu memperlihatkan barang yang palsu adalah tipu muslihat.

(29)

Kejahatan penipuan sangat merugikan baik bagi kelompok ataupun diri pribadi. Oleh karena itu, hendaknya harus dicegah, ditangkjal dan ditanggulangi. Dengan cara jajaran kepolisian harus selalu siap melaksanakan tugas sekaligus mengantisipasi peningkatan kejahatan penipuan. Disamping itu juga bagi mereka yang tertangkap dalam kejahatan ini hendaknya diberikan sanksi yang berat. Dengan pemberian sanksi yang berupa pidana terhadap pelaku penipuan belum dapat memuaskan rasa keadilan di masyarakat, karena rendahnya pidana yang dijatuhkan oleh hakim kepada pelaku penipuan. Pidana maksimum dari tindak pidana penipuan adalah 9 (sembilan) tahun.

Dalam hukum pemberantasan kejahatan penipuan, dalam buku II KUHP yaitu : Pasal 378 KUHP

(1) Barang siapa dengan maksud dan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, atau rangkaian kebohongan menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun

(2) Ketentuan Pasal 365 ayat kedua, ketiga dan keempat berlaku bagi kejahatan ini.

Pasal 369 KUHP

(30)

memberi utang atau menghapuskan piutang diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

(31)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam upaya mendapatkan jawaban atas permasalahan dalam penelitian ini maka dilakukan metode pendekatan, yaitu :

1. Pendekatan Yuridis Normatif

Pendekatan yang dilakukan dengan cara menelaah dan menelusuri teori-teori, konsep-konsep, serta peraturan perundang-undangan yang berhubungan dengan skripsi ini.

2. Pendekatan Yuridis Empiris

Adalah pendekatan yang dilakukan dengan menelaah hukum terhadap objek penelitian sebagai pola perilaku yang nyata dalam masyarakat yang ditujukan kepada penerapan hukum yang berkaitan dengan bentuk-bentuk perilaku menyimpang yang akan dibahas dalam skripsi ini. (Bambang Sunggono, 1997:42-43)

B. Sumber dan Jenis Data

Sumber dan jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder, yaitu :

(32)

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari kepustakaan dengan cara mengutip, menelaah, dan mencatat bahan-bahan peraturan atau hal-hal lainnya yang berhubungan dan sesuai dengan pokok bahasan. Jenis data sekunder dalam skripsi ini terdiri dari 3 (tiga) bahan hukum yaitu :

(a) Bahan Hukum Primer

(1) Undang-Undang No. 1 Tahun 1946 jo. Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 KUHP.

(2) Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

(3) Undang-Undang No. 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (4) Undang-Undang No. 16 Tentang Kejaksaan Republik Indonesia

(5) Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 Jo. Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman Republik Indonesia.

(b) Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder adalah data yang diambil dari literatur yang berkaitan dengan pokok permasalahan seperti Keppres, Peraturan Pemerintah dan Undang-Undang yang terkait dalam penelitian ini.

(c) Bahan Hukum Tersier

(33)

para pakar sesuai dengan obyek penelitian dalam memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer.

C. Penentuan Populasi dan Sampel

1. Penentuan Populasi

Populasi yakni keseluruhan objek penelitian, baik berupa manusia, benda, peristiwa maupun gejala yang terjadi yang merupakan variable yang ditentukan untuk memecahkan masalah dalam penelitian (Burhan Ashofa, 1998 : 79).

2. Penentuan Sampel

Sampel adalah himpunan bagian atau sebagian dari populasi (Bambang Sunggono, 1997:122). Untuk menentukan sample dari populasi yang akan diteliti, penulis menggunakan cara pengambilan sampel secara purposive sampling yang berarti bahwa dalam penentuan sampel disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dan dianggap telah mewakili populasi.

Sesuai dengan metode penentuan sample dari populasi yang akan diteliti sebagaimana tersebut diatas, maka sample dalam membahas skripsi ini adalah :

a. Hakim Pengadilan Negeri Tanjung Karang = 2 orang b. Dosen Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Unila = 1 orang c. Jaksa pada Kejaksaan Negeri Bandar Lampung = 2 orang d. Polisi pada Kepolisian Daerah (POLDA) Lampung = 1 orang +

Jumlah = 6 orang

(34)

Keberhasilan dalam sebuah penelitian sangat bergantung pada teknik pengumpulan dan pengolahan data yang relevan dan akurat. Penulis dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan dan pengolahan data sebagai berikut.

1. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data ditentukan dengan cara sebagai berikut : a. Studi Kepustakaan.

Studi Kepustakaan digunakan untuk memperoleh data sekunder melalui serangkaian kegiatan studi kepustakaan dengan cara membaca, menelaah, mencatat dan mengutip buku-buku dan beberapa ketentuan-ketentuan serta literatur lain yang berhubungan dengan pokok permasalahan yang akan diteliti atau dibahas.

b. Studi Lapangan

Untuk memperoleh data primer, dilakukan dengan penelitian terhadap responden dengan melakukan wawancara, dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran yang utuh dan menyeluruh dengan menggunakan daftar pertanyaan secara terbuka sebagai pedoman terhadap pihak yang berhubungan dengan permasalahan dalam penulisan skripsi ini.

2. Prosedur Pengolahan Data

a. Editing yaitu memeriksa kembali mengenai kelengkapan, kejelasan dan kebenaran data yang telah diterima serta relevansinya sebagai peneliti.

b. Klasifikasi yaitu mengklasifikasi jawaban para responden menurut jenisnya. Klasifikasi ini dilakukan dengan kode tertentu agar memudahkan dalam menganalisis data.

(35)
(36)

V. PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah disajikan pada bab-bab sebelumnya dikemukakan beberapa kesimpulan dari hasil pembahasan tentang dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana terhadap pelaku tindak pidana penipuan uang koperasi yaitu :

1 Pertanggungjawaban pelaku tindak pidana penipuan dalam studi kasus perkara No.737/PID/B.2010/PN.TK untuk dijatuhi pidana harus terlebih dahulu memenuhi unsur-unsur perbuatan pidana dan pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana berupa suatu perbuatan yang melawan hukum (unsur melawan hukum) dan seorang pembuat atau pelaku yang dianggap mampu bertanggung jawab atas perbuatannya (unsur kesalahan). Pertanggungjawaban pidana pelaku tindak pidana yaitu pembebanan pertanggungjawaban pidana kepada seseorang yang melakukan tindak pidana, yang pelaksanaannya dapat berupa: pidana mati, pidana penjara, pidana kurungan, pidana denda. Dalam kasus ini terdakwa dikenakan pidana penjara selama 9 (sembilan) bulan .

(37)

Umum. Pertimbangan sosiologis yaitu Para terdakwa berperilaku sopan dan mengakui serta menyesali perbuatannya sehingga memperlancar jalannya persidangan. Sehingga majelis hakim menjatuhkan hukuman penjara selama 9 bulan dan majelis hakim berpendapat bahwa hukuman pidana yang dijatuhkan kepada para terdakwa telah sesuai dengan rasa keadilan. Pertimbangan hakim dalam menjalankan tugasnya mencari kebenaran materil wajib mentaati ketentuan-ketentuan tentang alat bukti yang disebut dalam undang-undang. Adapun alat-alat bukti yang dimaksud sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 184 ayat (1) KUHAP ialah: keterangan saksi, keterangan ahli, surat,petunjuk,dan keterangan terdakwa.

Dalam kasus Tubagus Hasan Basri yang telah melakukan penipuan uang, memalsukan identitas, dan memalsukan surat tanah untuk mendapatkan pinjaman uang sebesar Rp 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) kepada koperasi Restu Dewi didapatkan beberapa barang bukti seperti satu lembar fotocopy sertifikat tanah,dan satu lembar surat perjanjian tertanggal 09 November 2009,serta keterangan terdakwa dan keterangan saksi

Berdasarkan penelitian dan observasi lapangan jelas terdakwa telah secara sah melakukan tindak pidana dan dijerat dengan Pasal 378 KUHP tentang Penipuan.

Tindak Pidana Penipuan diatur pada KUHP Pasal 378 dengan unsur-unsur yaitu unsur setiap orang,menguntungkan diri sendiri dan orang lain dengan melawan hukum, dan sebagai orang melakukan, yang menyuruh melakukan atau yang turut melakukan perbuatan itu.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan, saran yang diberikan penulis yaitu :

(38)

2 Diperlukan pemberian pengetahuan pada aparat penegak hukum mengenai ajaran pertanggungjawaban pidana itu sendiri agar lebih dipahami lagi oleh sebagian besar penegak hukum.

(39)

ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN DALAM KASUS PINJAM MEMINJAM UANG TERHADAP KOPERASI

(Studi Kasus Nomor : 737/Pid.B/2010/PN.TK.) (Skripsi)

Feri Ferdinand Lubis

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(40)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

RIWAYAT HIDUP MOTTO

PERSEMBAHAN SANWACANA DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup... 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 8

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual... 8

E. Sistematika Penulisan ... 14

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tugas dan Wewenang Hakim Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penipuan Simpan Meminjam Uang Koperasi... 17

B. Tinjauan Terhadap Pertanggungjawaban Pidana... 19

C. Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penipuan Simpan Meminjam Uang Koperasi... 21

D. Pengertian Tindak Pidana Penipuan ... 24

(41)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah... 29

B. Sumber dan Jenis Data... 29

C. Penentuan Populasi dan Sample ... 31

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 32

E. Analisis Data... 33

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Responden ... 35

B. Pertanggungjawaban Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penipuan Pinjam Meminjam Uang Koperasi ... 36

C. Dasar Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Pidana Terhadap Pelaku Tindak Pidana Pinjam Meminjam Uang Koperasi ... 42

V. PENUTUP A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 54

(42)

MOTTO

Perbuatlah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup

selama-lamanya, tapi perbuatlah juga untuk akhiratmu

seakan-akan engkau akan mati besok

Bagaimanapun beratnya suatu pekerjaan, kalau dihadapi dengan penuh rasa

tanggung jawab dan cinta, maka pekerjaan itu akan terasa ringan. Sebaliknya

bagaimanapun ringannya suatu pekerjaan, kalau dianggap sebagai beban,

maka pekerjaan itu akan terasa berat

Lebih baik terlihat biasa tetapi ada yang dibanggakan

Dari pada terlihat luar biasa namun tidak ada yang bisa dibanggakan

Niat untuk sukses berasal dari hati yang baik juga

Jika didalam hati sudah tidak tertanam hati yang baik maka tidak akan ada

kesuksesan dan hal yang baik

(43)

Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati Kuucapkan rasa syukur kepada Allah SWT, Ku persembahkan karya kecil ku ini teruntuk :

Untuk Ayahku James Abraham Lubis S.H dan Ibuku tercinta Frska Siahaan

Yang tidak pernah berhenti memanjatkan do a dalam

tiap hembusan nafas di tiap sujudnya, serta selalu memberikan cinta

dan kasih sayangnya kepadaku

yang selalu memberikan semangat, nasehat dan motivasi untuk terus dapat

menyelesaikan studiku selama ini

Kakakku Judika Fernando Lubis S.E , Adikku Fernico Gunawan Lubis

dan Fernandes Junior Lubis Yang selalu memberikan

dukungan moril kepadaku

Seluruh Keluarga Besarku terimakasih

Atas dukungannya selama ini

(44)

ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP PELAKU

TINDAK PIDANA PENIPUAN DALAM KASUS PINJAM MEMINJAM

UANG TERHADAP KOPERASI

(Studi Kasus Nomor : 737/Pid.B/2010/PN.TK)

Oleh

FERI FERDINAND LUBIS

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

(45)

Judul Skripsi : Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penipuan Dalam Kasus Pinjam Meminjam Uang Terhadap Koperasi

(Studi Kasus Nomor : 737/Pid.B/2010/PN.TK)

Nama Mahasiswa :

Feri Ferdinand Lubis

No. Pokok Mahasiswa : 0852011092

Bagian : Hukum Pidana

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Tri Andrisman, S.H., M.H NIP 19611231 198903 1023

Firganfi, S.H., M.H

NIP 19631217 198803 2003

2. Ketua Bagian Hukum Pidana

(46)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :Tri Andrisman, S.H., M.H ...

Sekretaris :Firganefi, S.H., M.H ...

Penguji :Diah Gustianti, S.H., M.H ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S NIP 19621109 198703 1 003

(47)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 27Agustus 1990 merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak James Abraham Lubis S.H dengan Ibu Friska Siahaan.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal pada sekolah Taman Kanak-kanak Xaverius Tanjung Karang Bandar Lampung pada tahun 1996, pada tahun 2002 penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar Xaverius Tanjung Karang Bandar Lampung, Menamatkan Sekolah Menengah Pertamanya dari SMP Xaverius Tanjung Karang Bandar Lampung pada tahun 2005, dan pada tahun 2008 menamatkan Sekolah Menengah Atas di SMA Immanuel Bandar Lampung.

(48)

ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HAKIM TERHADAP

PELAKU TINDAK PIDANA PENIPUAN DALAM KASUS

PINJAM MEMINJAM UANG TERHADAP KOPERASI

(Studi Kasus Nomor : 737/Pid.B/2010/PN.TK)

Oleh

FERI FERDINAND LUBIS

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS LAMPUNG

(49)

Judul Skripsi : Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Pelaku Tindak Pidana Penipuan Dalam Kasus Pinjam Meminjam Uang Terhadap Koperasi (Studi Kasus Nomor : 737/Pid.B/2010/PN.TK)

Nama Mahasiswa :

Feri Ferdinand Lubis

No. Pokok Mahasiswa : 0852011092

Bagian : Hukum Pidana

Fakultas : Hukum

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Tri Andrisman, S.H., M.H NIP 19611231 198903 1023

Firganfi, S.H., M.H

NIP 19631217 198803 2003

2. Ketua Bagian Hukum Pidana

(50)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua :Tri Andrisman, S.H., M.H ...

Sekretaris :Firganefi, S.H., M.H ...

Penguji :Diah Gustianti, S.H., M.H ...

2. Dekan Fakultas Hukum

Dr. Heryandi, S.H., M.S NIP 19621109 198703 1 003

(51)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 27Agustus 1990 merupakan anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak James Abraham Lubis S.H dengan Ibu Friska Siahaan.

Penulis menyelesaikan pendidikan formal pada sekolah Taman Kanak-kanak Xaverius Tanjung Karang Bandar Lampung pada tahun 1996, pada tahun 2002 penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar Xaverius Tanjung Karang Bandar Lampung, Menamatkan Sekolah Menengah Pertamanya dari SMP Xaverius Tanjung Karang Bandar Lampung pada tahun 2005, dan pada tahun 2008 menamatkan Sekolah Menengah Atas di SMA Immanuel Bandar Lampung.

(52)

MOTTO

Perbuatlah untuk duniamu seakan-akan engkau akan hidup

selama-lamanya, tapi perbuatlah juga untuk akhiratmu

seakan-akan engkau akan mati besok

Bagaimanapun beratnya suatu pekerjaan, kalau dihadapi dengan

penuh rasa tanggung jawab dan cinta, maka pekerjaan itu akan

terasa ringan. Sebaliknya bagaimanapun ringannya suatu

pekerjaan, kalau dianggap sebagai beban, maka pekerjaan itu

akan terasa berat

Lebih baik terlihat biasa tetapi ada yang dibanggakan

Dari pada terlihat luar biasa namun tidak ada yang bisa

dibanggakan

Niat untuk sukses berasal dari hati yang baik juga

(53)

PERSEMBAHAN

Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati Kuucapkan rasa syukur kepada Allah SWT, Ku persembahkan karya kecil ku ini teruntuk :

Untuk Ayahku James Abraham Lubis S.H dan Ibuku tercinta Frska

Siahaan

Yang tidak pernah berhenti memanjatkan do a dalam

tiap hembusan nafas di tiap sujudnya, serta selalu memberikan cinta

dan kasih sayangnya kepadaku

yang selalu memberikan semangat, nasehat dan motivasi untuk terus

dapat menyelesaikan studiku selama ini

Kakakku Judika Fernando Lubis S.E , Adikku Fernico Gunawan Lubis

dan Fernandes Junior Lubis Yang selalu memberikan

dukungan moril kepadaku

Seluruh Keluarga Besarku terimakasih

Atas dukungannya selama ini

(54)

SANWACANA

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa dengan segala limpahan rahmat NYA, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis Dasar Pertimbangan Hakim Terhadap Pelaku Tindak Pidana

Penipuan Dalam Kasus Pinjam Meminjam Uang Terhadap Koperasi (Studi

Kasus Nomor : 737/Pid.B/2010/PN.TK) sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Lampung. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan dan dukungan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus dan sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

2. Ibu Diah Gustiniati, S.H., M.H Selaku Dosen Pembahas I, yang telah meluangkan waktu untuk memberikan dukungan, pengarahan, motivasi dan sumbangan pemikiran, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

3. Ibu Firganefi, S.H., M.H Selaku Dosen Pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, dorongan dan semangat kepada penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.

(55)

5. Bapak Ahmad Budi Rizki, S.H., M.H Selaku Dosen Pembahas II, yang telah sudi meluangkan waktu untuk memberikan dukungan, motivasi dan sumbangan pemikiran, sehingga selesainya skripsi ini.

6. Desy Churul Aini, S.H., M.H Selaku Pembimbing Akademik yang telah bersedia membantu dalam proses perkuliahan hingga proses terselesaikannya skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Staf Fakultas Hukum Universitas Lampung yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, bimbingan dan bantuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

8. Tante Ita, Babe Narto, Mbak Sri dan Mbak Yanti (makasih buat kalian yang banyak membantu dari awal seminar I, seminar II, sampe kompre sekarang ini).

9. Buat Instansi tempat penulis melakukan riset, terima kasih atas bantuannya. 10. Ayahku tercinta, you’re the best father in the world. Terima kasih atas

pengorbananmu, do’amu, semangatmu, kedemokrasianmu, pengertianmu dan kasih sayang serta cintamu yang selalu diberikan hingga kini.

11. Ibuku tercinta, terima kasih atas air susumu sehingga aku bisa tumbuh sehat seperti ini, terima kasih atas semua yang telah engkau berikan kepadaku, 12. Adikku : nico dan nandes serta kakakku : nando yang selalu memberikan

(56)

13. Seluruh keluarga besarku : opung,tante-tanteku,uda-udaku yang tidak dapat

penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas do’a dan dukungannya.

14. Buat Bapak dan Mama : “akhirnya saya bisa Sarjana seperti bapak mudah-mudahan saya bisa Sukses seperti bapak dan mama, amiinnnnn *-* “.

15. Bapak Warsito selaku Bendahara Desa di Desa Sumber Jaya Kab. Lampung Barat beserta keluarga dan seluruh warga desa yang telah bersedia menerima penulis dan teman-teman kelompok Mercubuana untuk tinggal di kediamannya selama melaksanakan KKN.

16. Tim Futsal The Law, (makasih atas support nya selama ini...hehehehe, semoga kalian semakin jaya).

17. Semua temanku Jurusan Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung Angkatan 2008 yang terhormat dan seluruh teman Fakultas Hukum yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Semua pihak yang telah membantu baik langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis disebutkan

satu persatu… Sory banget ya and Thanks banget. 18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

19. Almamaterku tercinta

(57)

Akhirnya penulis berharap semoga Tuhan Yesus membalas segala yang diberikan oleh semua pihak dalam penulisan skripsi ini dan semoga skripsi ini akan dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin ...

Bandar Lampung, 07 mei 2012 Penulis,

Referensi

Dokumen terkait

To know whether the students' wh- questions is interfered by Indonesian, the writer carried out the study entitled 'Errors In Using Wh- Questions Made by the

Desa Adi Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah sudah menerima alokasi dana desa sejak tahun 2015 untuk mewujudkan pengelolaan keuangan desa yang

Universitas Negeri Malang Nomor 1318/UN32lRPl2}t4 tanggal 11 Desember 20L4, dosen yang diberi tugas tambahan sebagai Wakil Rektor ll (Bidang Umum dan

Penguasaan konsep siswa di kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran berbasis praktikum dengan pendekatan inkuiri dan di kelas kontrol dengan menggunakan

Telah dilakukan penelitian yang bertujuan untuk menentukan sebaran batuan yang mengandung bijih besi menggunakan metode geomagnet di Desa Pringgabaya Utara

Kartini adalah satu-satunya perempuan pribumi yang ada disana, teman perempuan Kartini hanya anak-anak menir Belanda, jadi tak heran bahwa kartini

[r]

Pembebanan setengah kuda-kuda akibat beban mati seperti terlihat pada