MODEL SI ST
BERBASI S I
LOKASI
BALAI PENGKA
LAPORAN AKHI R
SI STEM PERTANI AN BI OI N
S I NTEGRASI PADI - SAPI S
ASI DI PROVI NSI BENGKU
WAHYU WI BAWA
KAJI AN TEKNOLOGI PERTANI AN B
2015
I NDUSTRI
SPESI FI K
KULU
LAPORAN AKHI R
MODEL SI STEM PERTANI AN BI OI NDUSTRI
BERBASI S I NTEGRASI PADI - SAPI SPESI FI K
LOKASI DI PROVI NSI BENGKULU
Wahyu Wibaw a
Ahmad Damiri
Yong Farmanta
Harw i Kusnadi
Wilda Mikasari
I rma Calista Siagian
Taupik Rahman
Ujang Hamidi
Ahyadi Ja` far
Hendri Suyanto
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, sehingga Laporan Akhir Tahun Kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis I ntegrasi Padi – Sapi Spesifik Lokasi di Provinsi Bengkulu dapat disusun. Laporan ini dibuat sebagai salah satu pertanggung jawaban terhadap hasil pelaksanaan kegiatan mulai bulan Januari sampai dengan bulan Desember tahun 2015.
Kegiatan ini bertujuan untuk: (1). Menyusun database (monograf) wilayah pengkajian, inventarisasi kebutuhan inovasi (teknologi dan kelembagaan) dan menyusun desain serta road map model sistem pertanian bioindustri spesifik lokasi. (2).Membangun/ menumbuhkan dan mengimplementasikan desain/ model sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong spesifik lokasi. (3). Meningkatkan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman) SDM kelompok tani pelaksana dan petugas serta stakeholders yang dikaitkan dengan penguasaan teknologi dan implementasi inovasi teknologi untuk menggerakkan sistem dan mekanisme pertanian bioindustri spesifik lokasi. (4). Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai bagian dari komponen model pertanian bioindustri. (5). Meningkatkan efisiensi usahatani dalam sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong.
Kami menyadari bahwa dalam perencanaan dan pelaksanaan kegiatan ini tentu ada kekurangannya, oleh karena itu kritik dan saran untuk perbaikan sangat diharapkan. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dan membantu pelaksanaan kegiatan ini kami sampaikan terima kasih.
Bengkulu, Desember 2015 Penanggungjawab Kegiatan
LEMBAR PENGESAHAN
1. Judul RPTP : Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis I ntegrasi Padi – Sapi Spesifik Lokasi di Provinsi Bengkulu.
Judul ROPP : Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis I ntegrasi Padi – Sapi Spesifik Lokasi di Provinsi Bengkulu.
2. Unit Kerja : BPTP Bengkulu
3. Alamat Unit Kerja : JL. I rian Km. 6,5 Bengkulu 38119
4. Sumber Dana : DI PA BPTP BENGKULU TA. 2015
5. Status Kegiatan (L/ B) : (Baru) 6. Penanggung Jawab
a. Nama : Dr. Wahyu Wibawa, MP.
b. Pangkat/ Golongan : Penata Tingkat I / I I I d c. Jabatan Fungsional : Peneliti Muda
7. Lokasi : Kabupaten Seluma
8. Agroekosistem : Lahan sawah
9. Tahun Mulai : 2015
10. Tahun Selesai : 2017
11. Output Tahunan (2015) : 1. I nformasi database (monograf) wilayah pengkajian, inventarisasi kebutuhan inovasi (teknologi dan kelembagaan) dan desain serta road map model sistem pertanian bioindustri spesifik lokasi.
2. Terwujud/ tumbuhnya model sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong spesifik lokasi.
3. Peningkatan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman) SDM kelompok tani pelaksana dan petugas serta stakeholders yang dikaitkan dengan penguasaan teknologi dan implementasi inovasi teknologi untuk menggerakkan sistem dan mekanisme pertanian bioindustri spesifik lokasi.
12. Output Akhir (201
Dr. I r. Abdul Basit,MS
NI P. 19610929 198603 1
bagian dari kom pertanian bioindustri 5. Peningkatan efisie dalam sistem perta berbasis integrasi pa Puluh Lima Juta Seratus Rupiah )
DAFTAR I SI
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan ... 3
1.3. Keluaran... 4
I I . TI NJAUAN PUSTAKA... 5
2.1. Kerangka Teoritis ... 5
2.2. Hasil-Hasil Penelitian/ Pengkajian ... 9
I I I . METODOLOGI PENELI TI AN ... 15
3.1. Ruang Lingkup ... 15
3.2. Waktu dan Tempat... 15
3.3. Tahapan Pelaksanaan ... 16
I V. HASI L DAN PEMBAHASAN ... 18
4.1. Koordinasi I nternal dan antar I nstansi... 18
4.2. Participatory Rural Apraisal (PRA) ... 19
4.2.1 Pelaksanaan PRA ... 19
4.2.2 Penyusunan desain model sistem pertanian bioindustri ... 27
4.2.3 Penyusunan road mapsistem pertanian bioindsutri ... 30
4.3. Penumbuhan model sistem pertanian bioindustri berbaasisi integrasi padi - sapi ... 32
4.4. Budidaya padi aromatik pada sawah irigasi... 32
4.5. Perbaikan kandang dan pemeliharaan sapi ... 37
4.6. Efisiensi usaha tani padi - sapi... 39
4.6.1 Efisiensi usaha tani padi dan sapi ... 39
4.6.2 Efisiensi usahatani ternak sapi potong ... 41
4.6.3 Efisiensi usahatani integraasi padi - sapi ... 42
4.7. Pembuatan tempat prosesing pakan dan kompos... 44
4.8. Pembuatan I nstalasi Biogas ... 45
4.9. Pembuatan I nstalasi prosesing biourine... 46
4.10. I nventarisasi RMU, kinerja mesin dan tenaga pengelolanya... 47
4.11. Analisa gabah, beras , tanah dan kompos... 49
4.12. Desain dan pengadaan kemasan produk-produk bioindustri ... 53
4.13. Pembinaan dan penguatan peran lembaga pelaksana dan pendukung model pertanian bioindustri... 55
4.14 Penyebarluasan inovasi teknologi dalam percepatan model sistem pertanian bioindustri... 57
KI NERJA HASI L ... 65
DAFTAR PUSTAKA ... 67
ANALI SI S RI SI KO ... 69
JADWAL KERJA... 71
PEMBI AYAAN ... 72
TENAGA DAN ORGANI SASI PELAKSANA ... 74
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Luas lahan menurut subsektor usaha tani kelurahan Rimbo Kedui Tahun
2014/ 2015 ... 23
2. Pola usaha tani di kelurahan Rimbo Kedui tahun 2015 ... 23
3. Tingkat penerapan teknologi usaha tani Tanaman pangan dan perkebunan di Kelurahan Rimbo Kedui tahun 2015... 25
4. Data Kelompok Tani Kelurahan Rimbo Kedui Kabupaten Seluma tahun 2015 ... 26
5. Lembaga masyarakat dan Kepemudaan di Kelurahan Rimbo Kedui tahun 2015 ... 26
6. Road map sistem pertanian Bioindustri Sapi- Padi 2015 - 2017... 30
7. Deskripsi varietas Padi aromatik Gilirang, Sintanur, dan I npari 23 ... 33
8. I novasi teknologi budidaya padi aromatik yang diterapkan pada sistem model sistem pertanian bioindustri di Kabupaten Seluma tahun 2015 ... 34
9. Keragaan Pertumbuhan dan hasil varietas padi aromatik di Kabupaten Seluma pada tahun 2015 ... 36
10. Kandungan unsur hara tanah setelah panen pada lahan yang diperlakukan dengan 3 teknologi budidadya padi di Kabupaten Seluma pada tahun 2015 ... 37
11. Analisa usaha tani padi aromatik di Kabupaten Seluma tahun 2015 ... 39
12. Analisa usaha tani ternak sapi non integrasi di Kabupaten Seluma... 41
13. Analisa usaha tani ternak sapi terintegrasi di Kabupaten Seluma ... 43
14. I nventarisasi RMU, Kinerja mesin dan SDM pengelola di Kelurahan Rimbo Kedui tahun 2015 ... 48
15. Hasil analisas kualitas gabah pada 3 komponen teknologi budidaya ... 50
16. Hasil analisa kualitas bera giling pada 3 komponen teknologi budidaya .... 51
17. Daftar resiko dan dampak pengkajian Model Sistem Pertanian Bioindustri berbasis I ntegrasi Padi - Sapi Spesifik Lokasi di Provinsi Bengkulu tahun 2015... 69
18. Daftar penanganan risiko ... 70
19. Jadwal pelaksanaan kegiatan ... 71
20. Pembiayaan kegiatan ... 72
21. Realisasi penggunaan anggaran ... 73
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Konsep Sistem Pertanian Bioindustri Spesifik Lokasi ... 7 2. Diagram alir Sistem Pertanian Bioindustri berbasis I ntegrasi Padi- Sapi .. 8 3. Pohon industri dari komoditas padi. ... 10 4. Struktur Organisasi Kelurahan Rimbo Kedui ... 21 5. Diagram Venn kelembagaan Kelurahan Rimbo Kedui ... 27 6. Desain Model Sistem Pertanian Bioindustri berbasis I ntegrasi Padi - Sapi
di Kabupaten Seluma... 29 7. Sketsa perbaikan kandang sapi... 38 8. Desain Kemasan produk Model Sistem Pertanian Bioindustri berbasis
I ntegrasi Padi - Sapi di Kabupaten Seluma... 55 9. Struktur organisasi Gapoktan Rimbo Jaya Kabupaten Seluma ... 56 10. Alur peningkatan kinerja gapoktan dan perluasan jaringan pasar melalui
DAFTAR LAMPI RAN
Halaman
1. Hasil Analisa Tanah Sawah dan saat panen pada tahun 2015 ... 75
2. Hasil Analisa Kompos dari Kelompok Tani Margosuko ... 76
3. Caplak roda untuk percepatan adopsi Jarwo 2 : 1 ... 78
4. Serangan penyakit blast pada fase vegetatif ... 81
5. Kondisi Kandang setelah renovasi dan proses renovasi ... 82
6. Tempat pembuatan kompos dan pakan ternak... 85
7. I nventarisasi RMU, kinerja mesin dan SDM pengelola di Kelurahan Rimbo Kedui tahun 2015 ... 86
8. SNI 6128 - 2008 tentang mutu beras ... 89
9. Temu lapang panen padi aromatik 2015 ... 90
10. Sosialisasi dan teknis pertanaman serta teknis budidaya Model Sistem Pertanian Bioindustri berbasis I ntegrasi Padi - Sapi ... 91
RI NGKASAN
1 Judul : Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis I ntegrasi Padi-Sapi Spesifik Lokasi di Provinsi Bengkulu
2 Unit kerja : BPTP Bengkulu
3 Lokasi : Provinsi Bengkulu
4 Status (L/ B) : Baru
5 Tujuan : 1. Menyusun database (monograf) wilayah pengkajian, inventarisasi kebutuhan inovasi (teknologi dan kelembagaan) dan desain serta road map model sistem pertanian bioindustri spesifik lokasi.
2. Menumbuhkan model sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong spesifik lokasi.
3. Meningkatkan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman) SDM kelompok tani pelaksana dan petugas serta stakeholders yang dikaitkan dengan penguasaan teknologi dan implementasi inovasi teknologi untuk menggerakkan sistem dan mekanisme pertanian bioindustri spesifik lokasi.
4. Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai bagian dari komponen model pertanian bioindustri.
5. Meningkatkan efisiensi usahatani dalam sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong.
6 Keluaran : 1. I nformasi database (monograf) wilayah pengkajian, inventarisasi kebutuhan inovasi (teknologi dan kelembagaan) dan desain serta road map model sistem pertanian bioindustri spesifik lokasi.
2. Terwujud/ tumbuhnya model sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong spesifik lokasi.
4. Peningkatan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai bagian dari komponen model pertanian bioindustri. 5. Peningkatan efisiensi usahatani dalam sistem
pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong.
7 Hasil yang Diharapkan
: Rekomendasi dan replikasi model pertanian bioindustri spesifik lokasi ke kawasan dengan agroekosistem yang hampir sama.
8 Prakiraan Manfaat : 1. Tersedianya informasi dan database wilayah pengkajian, kebutuhan inovasi (teknologi dan kelembagaan), serta sistem dan mekanisme (desain) bioindustri spesifik lokasi.
2. Berkembangnya sistem pertanian bioindustri padi- sapi di Kabupaten Seluma
3. Meningkatnya pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani terhadap inovasi teknologi sistem pertanian bioindustri.
4. Meningkatnya peran dan perilaku SDM petani dalam sistem pertanian bioindustri.
5. Terbentuknya kelembagaan pertanian bioindustri yang kuat dan tangguh.
6. Berkembangnya model pertanian bioindustri spesifik lokasi.
9 Prakiraan Dampak : 1. Terciptanya pertanian ramah lingkungan dengan menghasilkan sesedikit mungkin limbah tak bermanfaat melalui integrasi padi – sapi spesifik lokasi, sehingga produk-produknya dapat diterima di pasar domestik dan pasar nasionall yang semakin kompetitif. 2. Mampu menggunakan sesedikit mungkin
input produksi dari luar sekaligus mengurangi ancaman peningkatan pemanasan global dalam suatu sistem integrasi tanaman-ternak.
3. Mampu berperan dalam menghasilkan produk pangan sekaligus sebagai pengolah biomasa dan limbahnya sendiri menjadi bioproduk baru yang bernilai tinggi (obat -obatan, pangan fungsional, pestisida nabati, media tanam, dan sebagainya).
10 Metodologi : Pengkajian dilakukan selama 3 tahun, mulai dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017. Pada tahun ketiga, kelompok binaan sudah mandiri dan dapat menjadi visitor plot/ percontohan bagi kelompok lainnya. Pengkajian dilaksanakan di Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Seluma dengan pertimbangan sebagai berikut : (1) Merupakan sentra pengembangan padi dan sapi di Provinsi Bengkulu; (2) Mempunyai kesesuaian agroekosistem untuk pengembangan tanaman padi dan ternak di Provinsi Bengkulu; (3) Adanya dukungan program pengembangan padi dan ternak sapi dari Dinas Pertanian dan Peternakan Provinsi dan Kabupaten. Pengkajian dilakukan melalui survey, pengkajian lapangan dan laboratorium, dengan tahapan : (1) Koordinasi antar pemangku kepentingan; (2) Penelusuran literatur (desk study); (3) Penyusunan instrument penggalian data primer (kuesioner); (4) Survey lapang menggunakan metode pengamatan lapangan secara cepat (Rapid Rural Appraisal/ RRA); (5) I dentifikasi dan analisis data melalui pendekatan evaluasi teknis dan sosial ekonomi; (6) Penyusunan desain dan road map model bioindustri berkelanjutan spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu; (7) I mplementasi model/ design melalui sosialisasi, pelatihan dan demplot; (8) Pengumpulan data sosial ekonomi, kelembagaan, agronomi, kandungan nutrisi pada pakan, kandungan hara pada kompos, efikasi biopestisida dari urine, kandungan hara pada tanah, kandungan hara pada jaringan tanaman, peningkatan nilai tambah dalam penerapan pertanian bioindustri, peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan tingkat adopsi petani kooperator, petugas dan stakeholders lainnya. (10) Pelaporan.
11 Jangka Waktu : 3 (tiga) tahun (2015 -2017)
SUMMARY
1 Title : The Model of Bioindustry Farming System Based on Specific Location of Paddy – Cattle I ntegration in Bengkulu Province
2 I mplementing Unit : Bengkulu Assessment I nstitution of Agriculture Technology
3 Location : Bengkulu Province
4 Status : New
5 Objectives : 1. To arrange the database (monographs) of assessment area, to inventory the innovation needs (technological and institutional), to build the agricultural system and mechanism of specific location bioindustry (design) and to strengthen the competencies of human resources’ group.
2. Grow the Bioindustry farming system model based on integration of cattle- paddy.
3. I mprove competencies (knowledge, skilss and understanding) of human resources of farmers group, officers and stakeholder associated with the acquisutuion and implementation of technology todrive system and mechanism of site-specific bioindustry agriculture system.
4. Enhance the role of institusional and socio-economic potency as part of bioindustry agricultural systems.
5. I mprove farming efficiency in Bioindustry farming system model based on integration of cattle- paddy.
6 Output : 1. Database information of assessment area, the innovation needs (technological and institutional), system and mechanism (design) of specific location bioindustry and strengthening the competencies of human resources.
2. Growth of the Bioindustry farming system model based on integration of cattle- paddy 3. I mprovement of competencies (knowledge,
skilss and understanding) of human resources of farmers group, officers and stakeholder associated with the acquisutuion and implementation of technology todrive system and mechanism of site-specific bioindustry agriculture system.
4. Enhancement of the role of institusional and socio-economic potency as part of bioindustry agricultural systems.
Bioindustry farming system model based on integration of cattle- paddy.
7 Expected Output : The replication model of bioindustry agriculture specific location to the region
8 Benefits forecast : 1. Availability of database in the assessment area, the needs of innovation (technological and institutional), as well as systems and mechanisms (design) site-specific bioindustry.
2. The development of bioindustry padi- cattle farming system in Seluma
3. I ncreased knowledge, attitude and skills of farmers to technology innovation bioindustry farming system.
4. I ncreasing the role and behavior of farmers in bioindustry farming systems.
5. The establishment of bioindustry agricultural institutions which strong and resilient.
6. The development of site-specific bioindustry farming system model.
9 I mpact forecast : 1. The creation of environmentally friendly agriculture that produce minimal waste through site-spesific integration of paddy-cattle, so that products can be accepted in the domestic market and the competitive global market.
2. Capable to utilize local inputs while reducing global warming in a crop-livestock integration system.
3. Capable to play a role in producing food products as well as the processing of biomass and bio-waste into new high-value products (functional foods, feeds, energy, biopesticides, growing media, andso on).
4. Able to increase farm income at the same time preserving the environment for sustainability of farming system basd on advanced science and technology to produce healthy food, feed, pesticides and energy which has high economic value through the integration of crop-livestock.
Agriculture and Livestock Department in province and districts levels. I n the fourth year, the group was independent and could be visitor plot for the other groups. The assessment is conducted through survey, field and laboratory studies, with the following phases: 1) Coordination among stakeholders; 2) Arrangement of action preparation; 3) Searching literature (desk study); 4) Preparations of extracting primary data instrument preparation (questionnaire); 5) Field survey using Rapid Rural Appraisal/ RRA; 6) The data identification and analyzing through technical evaluation and social economy approach; 7) Design and road map arrangement of sustainable specific location bioindustry model in Bengkulu Province; 8) The collection of social economy, institutional, agronomic, nutrient content of food, nutrient content of compost, urine biopesticide efficacy, soil nutrient content, plant tissues nutrient; 9) Socialization, training, and demonstration plots; 10) data analize and intepretation of data/ Reporting.
I .
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian berperan penting dalam perekonomian di Provinsi Bengkulu karena menyumbangkan porsi terbesar (38,93% ) dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) (Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, 2013). Cakupan kegiatan pertanian terdiri atas beberapa jenis kegiatan yaitu pertanian tanaman bahan makanan, hortikultura, perkebunan, kehutanan, peternakan dan perikanan.Padi dan sapi merupakan komoditas utama dari sub sektor tanaman pangan dan sub sektor peternakan di Provinsi Bengkulu.
Berdasarkan agroekosistem dan kesesuaian lahannya, tanaman padi mempunyai potensi dan peluang yang besar untuk dikembangkan di Provinsi Bengkulu. Provinsi Bengkulu memiliki lahan sawah seluas 105.177 ha. Produktivitas padi di Provinsi Bengkulu masih relat if rendah dibandingkan dengan produktivitas nasional. Pada tahun 2012, rata-rata produktivitas padi sawah baru mencapai 4,29 ton GKG/ hektar, sedangkan produktivitas secara nasional sudah mencapai 5,50 ton GKG/ hektar (BPS, 2013).
Di Provinsi Bengkulu, pengembangan ternak sapi juga belum optimal, yang diindikasikan oleh rendahnya populasi sapi yaitu 105.550 ekor (Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, 2013). Keterbatasan pengetahuan dan keterampilan peternak, kurangnya pemanfaatan (pengolahan dan penyediaan) pakan berbasis limbah pertanian, minimnya usaha perbibitan sapi merupakan masalah umum dalam pengembangan ternak sapi.
Pakan merupakan kebutuhan terbesar dalam pemeliharaan ternak. Kelemahan sistem produksi peternakan umumnya terletak pada ketidaktepat an tatalaksana pakan dan kesehatan. Keterbatasan pakan berhubungan erat dengan rendahnya populasi ternak pada suatu kawasan/ wilayah (Kushartono, 2001). Kemampuan peternak dalam penyediaan pakan menentukan jumlah ternak yang mampu dipelihara. Jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang dapat digunakan sebagai pakan ternak. Potensi limbah pertanian perlu dipertimbangkan dalam usaha peternakan.
tanaman multikultur maupun integrasi tanaman ternak. Kondisi ini banyak menimbulkan permasalahan dalam sistem pertanian yang diantaranya adalah: (1). Produktivitas dan kualitas produk yang rendah (2). Banyak limbah yang belum dimanfaatkan secara optimal (3). Sangat tergantung dengan input eksternal (4). Bersifat subsisten dan belum mempertimbangkan economic scale.
Berkelanjutan, meminimalkan limbah, ramah lingkungan, memaksimalkan pendapatan melalui peningkatan nilai tambah serta mempertimbangkan economic scale merupakan prinsip dasar dalam sistem pertanian bioindustri. I ntegrasi tanaman ternak merupakan salah satu upaya dan dukungan dalam mewujudkan sistem pertanian bioindustri. Manfaat dari implementasi integrasi tanaman ternak diantaranya adalah: (1). Diversifikasi penggunaan sumberdaya produksi (2). Mengurangi resiko dalam sistem usahatani (3). Efisiensi dalam penggunaan tenaga kerja (4). Efisiensi penggunaan komponen produksi (5). Mengurangi ketergantungan energi kimia dan energi biologi serta masukan sumberdaya lainnya dari luar (6). Sistem ekologi lebih lestari dan tidak menimbulkan polusi (ramah lingkungan) (7). Meningkatkan output (8). Mengembangkan rumah tangga petani lebih stabil melalui peningkatan pendapatan.
Salah satu contoh sistem pertanian bioindustri di I ndonesia adalah di Kebun Percobaan (KP) Manoko. KP Manoko adalah salah satu KP Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) yang telah mengimplementasikan model pertanian bioindustri dari hulu hingga hilir pada pengembangan tanaman atsiri terpadu. Minyak atsiri diekstrak dari daun serai wangi melalui proses penyulingan. Hasil ekstraksi kemudian diolah menjadi berbagai macam produk, diantaranya sabun antiseptik, penolak nyamuk, dan ramuan aditif untuk bahan bakar. Limbah dari proses tersebut dimanfaatkan sebagai pakan hijauan untuk sapi perah yang menghasilkan susu dan anak sapi yang bernilai jual tinggi. Kotoran sapinya diproses kembali menjadi biogas untuk bahan bakar mesin suling (Zubaidi, 2014).
sehingga masing-masing mempunyai permasalahan yang spesifik. Jika keduanya diusahakan secara terintegrasi, maka keduanya saling bersinergi dan dapat saling melengkapi satu dengan lainnya.
Potensi pupuk organik padat yang berasal dari satu ekor sapi dewasa selama satu tahun mencapai 2 ton/ tahun yang dapat digunakan sebagai pupuk organik pada lahan padi (Gunawan, 2014). Sementara potensi jerami padi mencapai 50 % dari produksi gabah kering panen (Yunilas, 2009).
Usaha pemeliharaan ternak sapi pada daerah persawahan akan bermanfaat ganda yaitu; jerami padi sebagai pakan yang tersedia sepanjang tahun dengan jumlah yang tidak terbat as dengan harga murah dan sebagai sumber pupuk kandang bisa menjadi hasil sampingan bernilai ekonomi tinggi. Pupuk kandang tersebut dapat menjadi bahan pupuk organik untuk tanaman padi dan tanaman lainnya (Zulbardi dkk, 2001).
Kedua komoditas tersebut dapat diintegrasikan dalam upaya membangun model sistem pertanian bioindustri yang spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu. Pada integrasi ini, ternak merupakan komponen pendukung dari usahatani padi. Komoditas padi yang lebih diprioritaskan dan difokuskan dalam peningkatan nilai tambah, diversifikasi produk dan pemanfaatan limbahnya. I ntegrasi padi-sapi potong memiliki prospek yang cerah sebagai embrio berkembangnya agribisnis yang berdaya saing dan memiliki keunggulan spesifik.
1.2 Tujuan
Tujuan tahun 2015
1. Menyusun data base (monograf) wilayah pengkajian, inventarisasi/ identifikasi kebutuhan inovasi (teknologi dan kelembagaan) dan menyusun design pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong.
2. Membangun/ menumbuhkan dan mengimplementasikan desain/ model pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong spesifik lokasi.
3. Meningkatkan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman) SDM kelompok tani pelaksana dan petugas serta stakeholders yang dikaitkan dengan penguasaan teknologi dan implementasi inovasi teknologi untuk menggerakkan sistem dan mekanisme pertanian bioindustri spesifik lokasi. 4. Meningkatkan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai bagian
5. Meningkatkan efisiensi usahatani dalam model sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong.
Tujuan jangka panjang
1. Mengembangkan dan mereplikasikan model pertanianbioindustri spesifik lokasi ke kawasan dengan potensi dan agroekosistem yang serupa.
2. Merekomendasikan alternatif model pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu.
1.3 Keluaran
Keluaran tahun 2015
1. I nformasi dan data base (monograf) wilayah pengkajian, inventarisasi/ identifikasi kebutuhan inovasi (teknologi dan kelembagaan) dan menyusun design model sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong.
2. Pembangunan/ penumbuhan dan implementasi desain/ model pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong spesifik lokasi.
3. Peningkatan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman) SDM kelompok tani pelaksana dan petugas serta stakeholders yang dikaitkan dengan penguasaan teknologi dan implementasi inovasi teknologi untuk menggerakkan sistem dan mekanisme pertanian bioindustri spesifik lokasi. 4. Peningkatan peran kelembagaan dan potensi sosial ekonomi sebagai bagian
dari komponen model pertanian bioindustri.
5. Peningkatan efisiensi usahatani sapi-padi dalam sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong.
Keluaran jangka panjang
1. Pengembangan dan replikasi model pertanian bioindustri spesifik lokasi ke kawasan dengan potensi dan agroekosistem yang serupa.
I I . TI NJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
Tantangan dan permasalahan pembangunan pertanian secara nasional maupun global semakin besar. Degradasi sumberdaya pertanian, variabilitas dan ketidakpastian iklim, konversi dan alih fungsi lahan, serta pencemaran di sektor pertanian menjadi ancaman sekaligus tantangan dalam mewujudkan sistem pertanian bio-industri yang berkelanjutan. Bioindustri adalah sistem pertanian yang mengelola dan/ atau memanfaatkan secara optimal seluruh sumberdaya hayati termasuk biomasa dan/ atau limbah organik pertanian, bagi kesejahteraan masyarakat dalam suatu ekosistem secara harmonis (Kementerian Pertanian, 2013).
Sistem pertanian bioindustri memandang lahan pertanian tidak semata-mata merupakan sumberdaya alam, namun juga dipandang sebagai industri yang memanfaatkan seluruh faktor produksi untuk menghasilkan pangan untuk ketahanan pangan maupun produk lain yang dikelola menjadi bioenergi serta bebas limbah dengan menerapkan prinsip mengurangi, memanfaatkan kembali, dan mendaur ulang (reduce, reuse dan recycle) (Hendriadi dan Hendayana, 2014).
Prinsip dari konsep bioindustri adalah proses produksi yang mampu menghilangkan dampak polusi dan sekaligus menawarkan berbagai produk yang tidak merusak lingkungan. Jadi konsep ini menyediakan berbagai siklus produk melalui proses produksi yang tidak menghasilkan polusi dan tidak ada akhir dari sebuah produk setelah selesai digunakan, dan tidak menjadi sampah. Produk-produk dalam suatu proses akan menjadi residual yang tetap dapat digunakan kembali sebagai input bagi proses lainnya yang biasa disebut zero waste.
dengan baik, maka hampir dipastikan konsep tidak dapat berjalan dengan optimal.
Pertanian ramah lingkungan merupakan konsep model yang bertujuan agar kegiatan ekonomi tidak merusak lingkungan, dengan tetap memperhatikan keterkaitan antara ekologi, ekonomi, dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Manfaat utama dari pendekatan ini adalah pada proses dan inovasi produk dan penciptaan rantai nilai, seperti pangan yang sehat dan aman, sumberdaya terbarukan, dan energi berbasis bio-massa, yang seluruh proses dan aplikasinya menggunakan sumberdaya tanaman, mikro organisme, dan hewan/ ternak . Salah satu contoh konsep pengembangan pertanian Bioindustri berbasis sumberdaya lokal adalah intergrasi antara tanaman dan ternak.
Di dalam sistem usahatani, ternak diintegrasikan dengan tanaman pangan untuk mencapai kombinasi yang optimal dimana dengan kombinasi tersebut input produksi menjadi lebih lebih rendah (zero waste/ low input) sedangkan produksi didorong menjadi setinggi- tingginya (Diwayanto, 2004).
Prinsip dari k menghilangkan damp tidak merusak lingku melalui proses produ dari sebuah produk Produk-produk dalam digunakan kembali se waste. Dengan me keuntungan diantara usahatani (2). Mening limbah (ramah lingku nilai tambah (4). M bahan organik dari te
Gambar 1. Kon
I ntegrasi tern integrasi utama da mengeluarkan feses sebagai sumber ene diberikan kepada tan
i konsep bioindustri adalah proses produksi pak polusi dan sekaligus menawarkan berbag kungan. Jadi konsep ini menyediakan berbaga oduksinya yang tidak menghasilkan polusi dan
k setelah selesai digunakan, dan tidak me lam suatu proses akan menjadi residual yan li sebagai input bagi proses lainnya yang bia
melakukan integrasi tanaman-ternak diper aranya adalah: (1). Mampu menjamin ingkatkan pemanfaatan produk sampingan dan
kungan) (3). Meningkatkan pendapatan mela Meningkatkan produktivitas tanaman melalu i ternak (Gambar 1).
. Konsep Sistem Pertanian Bioindustri Spesifik
rnak sapi dengan tanaman padi merupak dalam konsep bioindustri spesifik Bengku s dan urine.Feses ini dapat dimanfaatkan nergi dan bisa juga sebagai pupuk organik anaman padi. Dari proses biogas, limbah dari
akan diberikan juga ke tanaman padi sebagai pupuk organik. Bagian lain dari kotoran ternak sapi adalah dalam bentuk cairan yaitu urine.Bagian cairan ini dapat difermentasi atau diolah menjadi pupuk cair dan pestisida organik yang dapat diberikan kepada tanaman padi. Di sisi lain, tanaman padi menghasilkan limbah pertanian berupa jerami, sekam, menir, dan dedak. Jerami dan dedak padi dapat digunakan sebagai pakan ternak sapi.
Pembangunan pertanian dewasa ini tidak dapat dilepaskan dari perkembangan teknologi alat dan mesin pertanian (Tambunan dan Sembiring, 2007).Unadi dan Suparlan (2011) menyatakan bahwa fungsi dari alat dan mesin pertanian adalah untuk: (1). Mengisi kekurangan tenaga kerja manusia dan ternak yang semakin langka; (2). Meningkatkan produktivitas tenaga kerja; (3). Meningkatkan efisiensi usahatani melalui penghematan tenaga, waktu dan biaya produksi; (4). Menyelamatkan hasil dan meningkatkan mutu produk pertanian (Gambar 2).
Sistem pertanian-bioindustri adalah untuk menghasilkan pangan sehat, beragam dan cukup. Sebagai negara dengan sumber keanekaragaman hayati sangat tinggi dengan masyarakatnya yang juga sangat plural, maka sistem pertanian pangan harus mampu memanfaatkan pangan yang beragam untuk kebutuhan masyarakat beragam sesuai dengan potensi dan karakteristik wilayahnya (Kementerian Pertanian, 2014).
Selain untuk kebutuhan pangan sehat, pertanian-bioindustri ditujukan untuk menghasilkan produk-produk bernilai tinggi. Pilihan prioritas pengembangan produk-produk pertanian-bioindustri dilandasi pertimbangan nilai tambah tertinggi yang dimungkinkan dari proses biorefinery. Orientasi pada pengembangan produk-produk bernilai tambah tinggi akan menciptakan daya saing pertanian-bioindustri yang tinggi. Daya saing dicirikan oleh tingkat efisiensi, mutu, harga dan biaya produksi, serta kemampuan untuk menerobos pasar, meningkatkan pangsa pasar, dan memberikan pelayanan yang profesional (Kementerian pertanian, 2014).
2.2 Hasil- hasil Penelitian/ Pengkajian
Produk utama yang diharapkan dari pertanaman padi adalah beras. Hasil samping dari pertanaman padi adalah jerami, sekam, dedak/ bekatul, dan menir. Beras dapat berfungsi sebagai pangan pokok, pangan fungsional dan panganan (Hendriadi dan Hendayana, 2014).
G
Jerami padi jumlahnya yang bany padi dihasilkan 5-7 pemeliharaan 2 ekor sa dengan berat badan Kelemahan dari jeram daya cerna relatif ren serat kasar dan kada kebutuhan hidup po (2005) dan Martawidja I R 64 adalah bahan lemak kasar 3,88% , a
Agar jerami p hasil yang optimal, padaternak. Pra perla
Gambar 3. Pohon I ndustri dari Komoditas Pad
i sangat potensial sebagai sumber pakan nyak dan mudah diperoleh. Dalam setiap hekt -7 ton jerami kering dan mampu men or sapi. Bahan jerami kering yang diperlukan un
an 300 kg adalah 6 kg/ hari atau 2% dari rami padi ini adalah kandungan gizi, vitamin rendah (Kushartono, 2001; Sutrisno dkk., 200 adarproteinnya yang rendah belum mampu u pokok ternak ruminansia (Trisnadewi dkk., idjaja (2003) melaporkan bahwa komposisi kim
n kering 91,29% , proteinkasar 4,10% , serat , abu 21,35% dan bahan organik 69,94% . i padi dapat digunakan sebagai pakan terna
kasar yang tinggi dan meningkatkan kadar protein jerami padi, dengan prosesamoniasi dan fermentasi menggunakan bantuan bakteri selulolitik (Wina, 2005). Wiyono (1989) melaporkan bahwa salah satu teknik yang mudah, praktis, murah adalah dengan cara amoniasi, yaitu teknik penyimpanan jerami padi dengan penambahan amonia. Amonia berfungsi dan berperan dalam melarutkan sebagian dari mineral silika, memuaikan serat kasar sehingga memudahkan penetrasi enzim, dan meningkatkan kandungan protein kasar. Sebagai sumber amonia adalah urea. Teknologi amoniasi dapat meningkatkan kandungan protein kasar jerami padi kering maupun segar di atas 10% sehingga memenuhi persyaratan untuk pakan ternak (Martawidjaja, 2003).Pada penggemukan sapi PO dengan pakan dasar jerami padi teramoniasi ditambah konsentrat 4 kg/ ekor/ hari menghasilkan Pertambahan Berat Badan Harian (PBBH) sebesar 0,717 kg/ ekor/ hari (Daryanti dkk., 2002).
Akhir-akhir ini digalakkan usaha perbaikan lahan dengan pengembalian jerami (Direktorat Pengelolaan lahan, 2009). Kandungan hara N, P, K, dan S pada jerami berturut-turut adalah 0,5-0,8% ; 0,07-0,12% ; 1,2 – 1,7% ; dan 0,05-0,10% ) (Dobermann dan Fairhurst, 2000; Prasetiyono dkk., 2007). Pengomposan jerami mampu meningkatkan kandungan unsur hara P, K, Na, Ca, Mg, Mn, dan Cu.
Seekor sapi dapat menghasilkan kotoran (feses) sebanyak 8-10 kg setiap hari. Dari kotoran sapi sebanyak ini dapat dihasilkan 4-5 kg pupuk organik/ hari setelah melalui diolah. Penggunaan pupuk organik pada lahan sawah rata-rata 2 ton/ ha/ musim, sehingga pupuk organik yang dihasilkan dapat memenuhi kebutuhan pupuk organik bagi lahan sawah seluas 1,8 – 2,7 ha untuk dua musim tanam padi (Badan Litbang Pertanian, 2002).
Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk organik dapat meningkatkan kesuburan tanah yang pada akhirnya memiliki dampak positif pada peningkatan hasil panen, sehingga mewujudkan usaha agribisnis yang berdaya saing dan ramah lingkungan. Pembuatan pupuk kompos dari limbah ternak yang dicampur dengan jerami padi memiliki kandungan hara yaitu: pH (7,15); N-total (0,64 % ), C-organik (9,31 % ), P2O5 (0,02 % ), K2O (0,59 % ), dan C/ N (14,55) (Elma Basri).
Standar kualitas kompos berdasarkan SNI 19-7030-2004 minimum mengandung Nitrogen (N) 0,40% , Fosfor (P2O5) 0,1% danKalium (K2O) 0,20% . Kandungan N
dalam kompos berasal dari bahan organik kompos yang didegradasi oleh mikroorganisme, sehingga berlangsungnya proses degradasi (pengomposan) sangat mempengaruhi kandungan N dalam kompos. Kandungan (P2O5) dalam
komposan diduga berkaitan dengan kandungan N dalam komposan. Kalium (K2O)
tidak terdapat dalam protein, elemen ini bukan elemen langsung dalam pembentukan bahan organik, kalium hanya berperan dalam membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium digunakan oleh mikroorganisme dalam bahan substrat sebagai katalisator, dengan kehadiran bakteri dan aktivitasnya akan sangat berpengaruh terhadap peningkatan kandungan kalium. I mbangan feses sapi potong dan sampah organik 25 : 75 menghasilkan kualitas kompos terbaik (N = 2.18% ; P = 1,17% dan K = 0,95% ) (Hidayati dkk., 2010).
Potensi pengembangan biogas di Provinsi Bengkulu masih cukup besar. Setiap 1 ekor ternak sapi/ kerbau dapat dihasilkan + 2m3 biogas/ hari. Potensi ekonomis biogas sangat besar, hal tersebut mengingat bahwa 1 m3 biogas dapat digunakan setara dengan 0,62 liter minyak tanah (Ali dkk., 2010).Residu pembuatan biogas, dalam bentuk kompos merupakan sumber pupuk organik bagi tanaman, sekaligus sebagai pembenah tanah (soil amendment) (Budi
Haryanto, 2009).
aktivator berupa mikro organisme dekomposer. Proses pengomposan dapat dilakukan secara aerob (proses pengomposan yang memerlukan udara bebas), maupun secara anaerob (proses pengomposan yang tidak memerlukan udara bebas). Proses pengomposan secara aerob biasanya berlangsung lebih cepat dibandingkan dengan secara anaerob. Bahan organik merupakan hasil lapukan sisa-sisa tanaman/ tumbuh-tumbuhan atau hewan yang penting dalam menciptakan kesuburan tanah, baik secara fisik, kimia, maupun biologi tanah. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Bahan organik merupakan sumber hara tanaman, merupakan sumber energi dari sebagian besar organisme tanah, media penyimpanan hara bagi tanaman, sehingga mempunyai potensi dalam memperbaiki potensi tanah dan hasil tanaman.
Beberapa peranan bahan organik tanah diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Menjaga kelembaban tanah. Bahan organik tanah terutama yang telah menjadi humus, dengan C/ N 20 dapat menyerap air 2-4 kali lipat dari bobotnya. Karena kandungan air tersebut, humus dapat menjadi penyangga bagi ketersediaan air, sehingga kelembaban tanah akan lebih baik.
2. Menawarkan sifat racun dari Al dan Fe. I on-ion Al dan Fe yang bebas dalam tanah dapat diikat oleh bahan organik. Proses ini adalah proses kimia, sehingga kelarutan Al dan Fe dalam tanah yang semula tinggi dan bersifat racun bagi tanaman dapat dikurangi. Dengan berkurangnya kadar Al dan Fe pada penggunaan bahan organik, maka pengapuran (Ca) tanah yang bertujuan untuk mengurangi keracunan Al dan Fe juga dapat dikurangi. 3. Penyangga hara tanaman. Bahan organik yang berbentuk humus dapat
menahan hara tanaman menjadi bentuk tidak larut dan tidak mudah tercuci air hujan. Makin tinggi kadar bahan organik, makin banyak hara dapat ditahan, sehingga bahan organik dapat berfungsi sebagai gudang atau media penyimpanan hara tanaman dan pemupukan anorganik yang dilakukan dapat lebih efisien.
tidak dapat diserap tanaman akan menjadi tersedia bila unsur-unsur Al dan Fe tersebut diikat oleh bahan organik.
5. Memperbaiki suhu tanah. Bahan organik dapat menyerap panas tinggi, sebaliknya juga dapat menjadi isolator panas karena mempunyai daya hantar panas rendah. Karena itu walaupun permukaan tanah mendapat panas yang tinggi dari sinar matahari, tetapi tanah bagian bawah tidak terlalu terpengaruh.
6. Memperbaiki aktivitas mikro organisme. Bahan organik adalah sumber energi atau menjadi bahan makanan bagi jasad mikro yang hidup dalam tanah. Bahan organik yang masih segar atau yang belum menjadi humus akan dirombak, dan kehidupan jasad mikro dalam tanah menjadi stabil setelah humus terbentuk
7. Memperbaiki struktur tanah. Sifat humus dari bahan organik adalah gembur, sehingga percampurannya dengan tanah memberikan struktur tanah yang gembur dan mudah diolah. Struktur tanah yang demikian merupakan keadaan fisik tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman. Tanah yang berstruktur liat, berpasir, atau tanah yang berstruktur gumpal, bila dicampur dengan bahan organik akan memberikan sifat fisik yang lebih baik.
I I I . METODOLOGI
3.1 Ruang Lingkup
Pengkajian dilakukan selama 3 tahun, mulai dari tahun 2015 sampai dengan tahun 2017. Pengkajian dilakukan melalui survey, pengkajian lapangan, display, demplot, pelatihan, dan analisis laboratorium. Pengkajian dilaksanakan di Kabupaten Seluma dengan ruang lingkup sebagai berikut: (1). Koordinasi internal dan antar instansi (2). PRA, penyusunan desain dan road map model sistem pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi (3). I nisiasi penumbuhan/ pembangunan model sistem pertanian bioindustri dan lembaga pelaksananya (4). Budidaya tanaman padi aromatik yang ramah lingkungan dan berkelanjutan (5). Pemeliharaan ternak sapi dan pengaturan tata laksana perkandangan (6). Efisiensi usaha tani padi dan sapi (7). Pembuatan tempat prosesing pakan dan kompos (8). Pembuatan instalasi biogas (9). Pembuatan instalasi biourine (10). I nventarisasi RMU, kinerja mesin dan tenaga pengelolanya (11). Mendisain dan membuat kemasan produk-produk bioindustri (12). Pembinaan dan penguatan peran lembaga pelaksana dan pendukung model pertanian bioindustri (13). Percepatan penyebarluasan inovasi teknologi dalam model sistem pertanian bioindustri.
3.2 Waktu dan Tempat
3.3 Metode
1. Menyusun database (monograf) wilayah pengkajian, inventarisasi/ identifikasi kebutuhan inovasi (teknologi dan lembaga) dan menyusun desain pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong.
Prosedur :
1. Penelusuran alur sejarah desa 2. Pengambilan potret profil desa 3. Penyusunan kalender musim 4. Pembuatan peta desa 5. Penelusuran desa/ transect.
6. Pembuatan diagram venn/ kelembagaan 7. Wawancara keluarga tani
8. Kajian kebutuhan dan peluang
2. Membangun/ menumbuhkan dan mengimplementasikan desain/ model pertanian bioindustri berbasis integrasi padi-sapi potong spesifik lokasi. Prosedur :
1. Penyusunan rencana kegiatan melalui identifikasi permasalahan serta merumuskan tindakan dan aksi kegiatan yang mempunyai titik ungkit tinggi.
2. I mplementasi model/ design melalui sosialisasi, pelatihan, prosesing, packing, demplot dan pemasaraan produk-produk bioindustri.
3. Budidaya padi aromatik pada sawah irigasi
4. Analisis kandungan produk biopestisida dan pupuk cair urine sapi 5. Analisis residu pestisida dalam beras
6. Analisis kandungan hara dalam kompos
7. Efikasi biopestisida dan pupuk cair terhadap pertumbuhan dan hasil serta kualitas beras
8. Kandungan nutrisi pakan ternak (jerami/ dedak) 9. Perbaikan kandang sapi
10. Pembuatan tempat prosesing pakan dan kompos 11. Pembuatan instalasi biogas
12. Pembuatan instalasi prosesing biourine
15. Desain dan pengadaan kemasan produk-produk bioindustri Analisis Data :
1. Analisis kandungan hara dalam tanah pH H2O (pH meter), C-organic (Walkley and Black), N-total (Kjedahl), P (Metode Bray), K (ekstrak NH4OAc), Na (Ekstrak NH4OAc), Ca-dd (Ekstrak NH4OAc), Mg-dd (Ekstrak NH4OAc) (Balai Penelititan Tanah, 2005).
2. Analisis Kandungan hara dalam kompos N-total (Kjedahl), P (Metode Bray), K (ekstrak NH4OAc), pH H2O (pH meter) (Balai Penelititan Tanah, 2005).
3. Pengukuran komponen pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman dan jumlah anakan) dan generatif tanaman (hasil produktivitas padi)
4. Pengukuran kualitas beras berdasarkan SNI 6128-2008 (Badan Standarisasi Nasional, 2008)
3. Meningkatkan kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan pemahaman) SDM kelompok tani pelaksana dan petugas serta stakeholdersyang dikaitkan dengan penguasaan teknologi dan implementasi inovasi teknologi untuk menggerakkan sistem dan mekanisme pertanian bioindustri spesifik lokasi. Prosedur :
1. Sosialisasi kegiatan sistem pertanian Bioindustri berbasis integrasi padi-sapi pada stakeholder dan kelompok tani
2. Temu lapang panen padi varietas inpari 23 dan sintanur
3. Pelatihan pembuatan kompos dan pembuatan pestisida biourine
4. Pelatihan pemanfaatan biogas, pengemasan berasa dan managemen pemasaran
5. Launching produk-produk pertanian bioindustri
4. Meningkatkan peran Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dan potensi sosial ekonomi sebagai bagian dari komponen model pertanian bioindustri.
Prosedur:
1. Melakukan pelatihan administrasi kelompok berupa administrasi keuangan dan administrasi kegiatan.
3. Menjalin kerjasama dengan SKPD (Dinas Pertanian, Peternakan, dan Perkebunan, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, BP4K, dan Perguruan Tinggi) dalam hal kebijakan.
4. Menjalin kerjasama dengan koperasi, mini market/ swalayan, pedagang dalam pemasaran produk beras aromatic.
5. Meningkatkan efisiensi usahatani padi dan sapi dalam pertanian bioindustri berbasis integrasi sapi/ padi.
Prosedur:
1. Meminimalisir penggunaan input usahatani padi dan sapi melalui implementasi rekomendasi teknologi bioindustri berbasis integrasi padi-sapi spesifik lokasi.
Analisis data:
1. Mengetahui besarnya pendapatan bersih petani dari usahatani padi dan sapi digunakan “Analisa biaya dan pendapatan” dengan rumus menurut (Bishop dan Toussaint, 1979), yaitu :
NR = TR-TC, TR = Tp x P dan TC = FC + VC dimana
NR = Net Revenue atau pendapatan bersih TR = Total Revenue atau pendapatan kotor TC = Total Cost atau total biaya yang dikeluarkan Tp = Total Produksi
P = Tingkat Harga,
FC = Fixed Cost atau Biaya Tetap VC = Variable Cost atau Biaya Variabel
I V.
HASI L DAN PEMBAHASAN
4.1 Koordinasi I nternal dan Antar I nstansi
Koordinasi internal dilaksanakan secara rutin dalam bentuk pertemuan tim dalam perencanaan kegiatan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis I ntegrasi Padi – Sapi Spesifik Lokasi di Provinsi Bengkulu yang dilaksanakan di Desa Rimbo Kedui, Kecamatan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma. Dalam pertemuan rutin yang dilaksanakan tiap bulannya dibahas mengenai kemajuan kegiatan, hambatan dan kendala pada pelaksanaan kegiatan, tingkat serapan dana, pencapaian dan rencana tindak lanjut pada kegiatan.
Koordinasi antar instansi terkait di tingkat Kabupaten dilaksanakan dalam bentuk kunjungan dan pemaparan maksud kegiatan kepada Stakeholders, Dinas Pertanian dan Peternakan Kabupaten Seluma, Bappeda, Dinas Koperasi, BP4K dan Lurah Rimbo Kedui). Selain dengan Stakeholders kabupaten juga dilakukan koordinasi dengan stakeholders tingkat provinsi yang berkaitan dengan teknis, kebijakan, pemasaran maupun perijinan dan sertifikasi. Dinas/ instansi Provinsi yang berkaitan dengan pelaksanaan dan keberlanjutan Model sistem pertanian bioindustri diantaranya adalah Dinas pertanian, Bakorluh, BPSB, Badan POM, Dinas Perindustrian, swasta (pengusaha kemasan dan pedagang beras).
Koordinasi dengan stakeholdersterkait ini dimaksudkan untuk menyamakan persepsi, memperoleh informasi mengenai kondisi agroekosistem wilayah pengkajian, perluasan jaringan kerjasama (Networking), dukungan kebijakan, dan juga ketersediaan sarana produksi yang diperlukan untuk mendukung kegiatan pengkajian.
4.2 Participatory Rural Apraisal ( PRA)
4.2.1 Pelaksanaan PRA
Kegiatan PRA Kawasan Bioindustri Padi - Sapi di laksanakan pada tanggal 21-23 Mei 2015 di Kelurahan Rimbo Kedui Kecamatan Seluma Selatan Kabupaten Seluma. Kegiatan ini diikuti oleh 60 orang petani, 6 orang peneliti/ penyuluh/ staf BPTP Bengkulu, Lurah Rimbo Kedui, Kepala BP3K Talang Datuk dan Penyuluh Lapang Desa Rimbo Kedui.
Lingkup kegiatan PRA dibatasi pada penggalian informasi yang berhubungan dengan kegiatan usaha tani padi dan ternak sapi serta kelembagaan (Lampiran 1 dan Lampiran 2). Metode PRA yang dilaksanakan meliputi pembuatan peta desa, pembuatan transek dan penetapan prioritas masalah. I nformasi diperoleh berdasarkan data sekunder, wawancara dengan petani, wawancara dengan key person (tokoh masyarakat, Lurah, dan ketua kelompok tani), pengamatan langsung ke lapangan (observasi), diskusi/ curah pendapat dengan masyarakat desa. Kegiatan PRA diakhiri dengan wawancara mendalam dengan anggota kelompok tani, sertapemaparan hasil PRA kepada masyarakat desa, tokoh-tokoh masyarakat, petugas lapang, Lurah.
Gambar 4. Struktur Organisasi Kelurahan Rimbo Kedui
Mayoritas penduduk Kelurahan Rimbo Kedui bermata pencaharian sebagai petani yaitu sebanyak 1.017 orang dan yang lain sebagai anggota Polri, PNS, buruh, dan swasta. Tingkat pendidikan di Kelurahan Rimbo Kedui beragam, mulai dari tingkat SD, SLTP, SLTA, dan perguruan tinggi. Tingkat pendidikan terbanyak didominasi oleh tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD) sebanyak 773 orang.
Penggunaan lahan di Kelurahan Rimbo Kedui sangat beragam, terbagi dalam penggunaan lahan pertanian, lahan perkebunan, lahan pekarangan, pemukiman, perkantoran dan lain-lain. Lahan pertanian dominan digunakan
Kasi Pemerintahan Renawi, SH
NI P 196207081991031003
Haryadi
Kasi Pembangunan Marzen, SH
NI P 198408012005021004
Kasi Pelayanan Umum Nuver Santri, S.Pd NI P 198311142011002
Atik Kurniawati Lurah
Dedi Kurdianto, SP, M.Si NI P 197605302006041014
Sekretaris Lurah
Ketua RW I Ketua RW I I Ketua RW I I I
Ketua RT 1 Ketua RT 2 Ketua RT 3
Ketua RT 1 Ketua RT 2 Ketua RT 3
untuk sawah irigasi dengan tanaman utama adalah padi. Lahan perkebunan paling banyak diusahakan penduduk adalah sebagai kebun sawit dan pekarangan dimanfaatkan untuk beternak sapi, kambing, dan ayam. Penggunaan lahan lainnya adalah untuk kolam/ tebat/ empang.
Penggunaan lahan oleh masyarakat Kelurahan Rimbo Kedui terjadi perubahan setiap tahunnya. Sering terjadi alih fungsi lahan dari lahan pertanian ke lahan perkebunan dan bangunan. Kebutuhan penduduk akan tempat tinggal menjadikan salah satunya lahan pertanian atau perkebunan untuk dijadikan pemukiman. Keinginan yang kuat untuk meningkatkan kesejahteraan menjadikan lahan pertanian dialihfungsikan menjadi lahan perkebunan.
Tabel 1. Luas Lahan Menurut Subsektor Usaha Tani Kelurahan Rimbo Kedui Tahun 2014/ 2015
No Subsektor/ komoditi Luas lahan (ha)/
a. Kolam/ tebat 12.000 1kg/ ekor 12.000
Sumber data : Ketua Kelompok Tani
Tabel 2. Pola Usahatani di Kelurahan Rimbo Kedui Tahun 2015.
Tanaman padi merupakan tanaman pangan yang utama ditanam oleh petani. Dalam satu tahun ada tiga musim tanam tanaman padi ditanam pada dua musim pertama. Pada musim kedua ditanami dengan tanaman palawija terutama jagung. Produksi tanaman pangan, palawija, dan hortikultura di Kelurahan Rimbo Kedui masih dapat ditingkatkan. Beberapa upaya dalam rangka meningkatkan produksi tanaman pangan, palawija, dan hortikultura antara lain :
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi padi dan palawija dengan cara penerapan teknologi buidaya yaitu penggunaan varietas unggul dan mutu benih, pengolahan tanah, pengaturan jarak tanam, pemupukan sesuai anjuran, pengendalian hama penyakit serta panen dan pascapanen menjadi lebih baik dan meningkat dari sebelumnya. Disamping itu manajemen yang baik dengan melaksanakan intensifikasi.
2. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi tanaman hortikultura dan buah-buahan yang meliputi cabe, ubi kayu, ubi jalar, semangka, jeruk melalui penerapan teknologi dan peningkatan perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) petani.
Pengelolaan usaha peternakan, khususnya sapi sudah dilakukan secara intensif yaitu dikandangkan dengan pemberian pakan yang baik oleh peternak. Potensi pakan di wilayah Kelurahan Rimbo Kedui masih banyak sehingga populasi ternak sapi masih dapat ditingkatkan. Minimnya pengetahuan petani tentang pemanfaatan dan pengolahan pakan berbasis jerami serta hijauan pakan ternak yang memiliki nilai gizi yang baik bagi ternak mereka, menjadi salah satu pembatas dalam peningkatan kapasitas pemeliharaan ternak. Upaya-upaya yang dilakukan dalam bidang peternakan, antara lain adalah :
1. Meningkatkan populasi dan produksi ternak sapi, kambing, ayam buras, itik melalui cara penerapan usahatani yang lebih baik.
2. Meningkatkan penerapan teknologi pemeliharaan sapi, kambing, domba, ayam buras dan enthok dengan penggunaan bibit unggul, sistem perkandangan, pemberian pakan.
penerapan komponen teknologi pada budidaya tanaman pangan di Kelurahan Rimbo Kedui tergolong dalam kategori tinggi. Dari lima komponen yang menjadi indikator, terdapat komponen benih, pengolahan tanah dan pasca panen yang terkategori tinggi. Hal ini menjadikan produktivitas tanaman pangan di Kelurahan Rimbo Kedui tergolong tinggi. Karena komponen teknologi pasca panen tidak berkaitan langsung dengan peningkatan produktivitas. Kesadaran masyarakat pertanian untuk meningkatkan hasil pertanian merupakan modal yang besar. Penerimaan terhadap teknologi yang baru begitu mudah sehingga langsung dapat diterapkan. I novasi teknologi baru di wilayah Kelurahan Rimbo Kedui selalu diharapkan. Tingkat adopsi teknologi beberapa komoditas tanaman secara rinci disajikan pada Tabel 3.
Tabel 3.Tingkat Penerapan Teknologi Usahatani Tanaman Pangan dan Perkebunan di Kelurahan Rimbo Kedui Tahun 2015.
No. Sub Sektor/
Tabel 4. Data Kelompok Tani Kelurahan Rimbo Kedui Kabupaten Seluma Tahun
Terdapat beberapa lembaga masyarakat dan kepemudaan yang mendukung kegiatan pembangunan di Kelurahan Rimbo Kedui. Lembaga masyarakat dan kepemudaan yang berada di Kelurahan Rimbo Kedui disajikan pada Tabel 5.
Tabel 5. Lembaga Masyarakat dan Kepemudaan di Kelurahan Rimbo Kedui Tahun 2015.
No. Nama Lembaga Jumlah
1. Gabungan Kelompok Tani 1
2. Kelompok Tani, Ternak, Perkebunan dan KWT 12
3. Kelompok Majlis Taklim 1
4. Kelompok Usaha Bersama (KUBE) 5
5. Karang Taruna 1
6. KUD
-7. Pos KB/ Posyandu 1
8. PKK 1
berpengaruh dan sangat berperan dalam masyarakat terutama masjid. PAUD, SD dan SMA sudah sangat berperan dalam masyarakat, terutama dalam kegiatan pendidikan di Kelurahan Rimbo Kedui. Posyandu, Puskesmas dan PKK sangat berperan dalam pembangunan di bidang kesehatan. Mayoritas masyarakat telah memanfaatkan sarana dan pra sarana posyandu dan Puskesmas dengan dukungan penuh dari PKK. Kios tani memberikan dukungan yang besar terhadap pertanian, perkebunan dan peternakan. Kelompok tani menjadi tumpuan pembangunan pertanian didukung oleh penyuluh dan pihak kelurahan. Pasar menjadi tumpuan masyarakat Kelurahan Rimbo Kedui dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari sehingga peranannya sangat besar. Lembaga masyarakat yang ada di Kelurahan Rimbo Kedui digambarkan pada diagram venn (Gambar 5).
Sumber : Data primer yang diperoleh dari wawancara dengan key person Gambar 5. Diagram Venn Kelembagaan Kelurahan Rimbo Kedui.
4.2.2 Penyusunan Desain Model Sistem Pertanian Bioindustri
Prinsip dari konsep bioindustri adalah proses produksi yang mampu menghilangkan dampak polusi dan sekaligus menawarkan berbagai produk yang tidak merusak lingkungan. Jadi konsep ini menyediakan berbagai siklus produk
Masyarakat
Posyandu
SD
PAUD
SMA
MasjidBKKBN
Kios tani
Karang taruna
PKK
Majlis
Ta’lim
Pasar
PuskesmasKUBE
Kelompo ktani Kantor lurah
Kantor camat
koperasi
melalui proses produksi yang tidak menghasilkan polusi dan tidak ada akhir dari sebuah produk setelah selesai digunakan, dan tidak menjadi sampah. Produk-produk dalam suatu proses akan menjadi residual yang tetap dapat digunakan kembali sebagai input bagi proses lainnya yang biasa disebut zero waste.
Desain Model Sistem Pertanian Bioindustri disusun berdasarkan desk study dan diperkuat dan dimantapkan oleh hasil penggalian kajian potensi dan peluang pengembangan kawasan melalui PRA. Hasil PRA menunjukkan bahwa Kelurahan Rimbo Kedui mempunyai potensi sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan kelembagaan pendukung yang cukup sesuai untuk pelaksanaan Model Sistem Pertanian Bioindustri berbasis sistem integrasi padi-sapi spesifik lokasi. Hasil PRA menunjukkan bahwa luas lahan sawah di Kelurahan Rimbo Kedui mencapai 395 ha dan populasi sapinya mencapai 310 ekor. Padi dan sapi merupakan komoditas pertanian yang dominan diusahakan oleh masyarakat Kelurahan Rimbo Kedui.
Kedua komoditas tersebut dapat diintegrasikan dalam upaya membangun model sistem pertanian bioindustri yang spesifik lokasi di Provinsi Bengkulu. Pada integrasi ini, ternak merupakan komponen pendukung dari usahatani padi. Komoditas padi yang lebih diprioritaskan dan difokuskan dalam peningkatan nilai tambah, diversifikasi produk dan pemanfaatan limbahnya. I ntegrasi padi-sapi potong memiliki prospek yang cerah sebagai embrio berkembangnya agribisnis yang berdaya saing dan memiliki keunggulan spesifik.
Gambar 6. Desain Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis I ntegrasi Padi-Sapi di Kabupaten Seluma.
Gambar 6 menunjukkan bahwa sistem pertanian bioindustri memandang lahan pertanian tidak semata-mata merupakan sumberdaya alam, namun juga dipandang sebagai industri yang memanfaatkan seluruh faktor produksi untuk menghasilkan pangan untuk ketahanan pangan maupun produk lain yang dikelola menjadi bioenergi serta bebas limbah dengan menerapkan prinsip mengurangi, memanfaatkan kembali, dan mendaur ulang (reduce, reuse dan recycle).
Prinsip dari pertanian bioindustri adalah proses produksi yang mampu menghilangkan dampak polusi dan sekaligus menawarkan berbagai produk yang tidak merusak lingkungan. Jadi dalam model pertanian ini menyediakan berbagai siklus produk melalui proses produksi yang tidak menghasilkan polusi dan tidak ada akhir dari sebuah produk setelah selesai digunakan, dan tidak menjadi sampah. Produk-produk dalam suatu proses akan menjadi residual yang tetap dapat digunakan kembali sebagai input bagi proses lainnya yang biasa disebut zero waste.
keterkaitan antara ekologi, ekonomi, dan pertumbuhan yang berkelanjutan. Manfaat utama dari pendekatan ini adalah pada proses dan inovasi produk dan penciptaan rantai nilai, seperti pangan yang sehat dan aman, sumberdaya terbarukan, dan energi berbasis bio-massa, yang seluruh proses dan aplikasinya menggunakan sumberdaya tanaman, mikro organisme, dan hewan/ ternak . Salah satu contoh konsep pengembangan pertanian Bioindustri berbasis sumberdaya lokal adalah intergrasi antara tanaman dan ternak.
4.2.3 Penyusunan Road Map Sistem Pertanian Bioindustri
Road map disusun sebagai pemandu arah dalam pencapaian tujuan dan output yang telah ditetapkan. Road map berisi tentang upaya, usaha dan implementasi kegiatan dalam kurun waktu 3 tahun mulai dari PRA hingga launching dan rekomendasi model sistem pertanian bioindustri pada tahun ke 3 (Tabel 6). Road map dijabarkan dalam bentuk implementasi kegiatan yang berupa display, pelatihan, pertemuan, koordinasi, pengadaan barang jasa, monev, maupun study banding. Road map disusun untuk mempermudah penilaian pencapaian tujuan melalui evaluasi dini secara internal.
Tabel 6. Road Map Sistem Pertanian Bioindustri Sapi - Padi 2015/ 2017
Kegiatan Tahun 1 Kegiatan Tahun 2 Kegiatan Tahun 3
kemandirian lembaga produksi dan
pemasaran yang telah diinisiasi.
4.3 Penumbuhan Model Sistem Pertanian Bioindustri Berbasis integrasi Padi- Sapi
Lembaga pertanian yang sudah diakui dan diregistrasi adalah Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Gapoktan Rimbo Jaya yang didukung oleh Kelompok Tani dan Kelompok Wanita Tani dijadikan sebagai lembaga pelaksana Model Sistem Pertanian Bioindustri berbasis sistem integrasi padi-sapi spesifik lokasi. Tidak mudah menggerakkan suatu lembaga yang bergerak pada usaha produksi untuk dibawa menjadi lembaga profesional yang profit oriented berkelanjutan dengan usaha dari hulu sampai hilir bahkan ke
pemasaran.
Dalam model ini Gapoktan yang didorong untuk menjadi badan usaha yang mengelola sistem pertanian bioindustri (Gambar 2). Dalam hal ini sejak awal, mulai dari perencanaan Gapoktan dan Poktan sudah dilibatkan. Hal yang tidak kalah pentingnya adalah mengupayakan atau menciptakan pasar bagi produk-produk bioindustri melalui jaringan pemasaran yang multi chanel. Hal ini menjadi sangat penting mengingat bahwa keberlanjutan suatu usaha adalah ketersedian pasar bagi produk yang dihasilkan.
4.4 Budidaya Padi Aromatik pada Saw ah I rigasi
Peningkatan nilai tambah dalam usahatani padi dapat dilakukan melalui perbaikan mutu beras. Hal ini akan berdampak positif bagi petani. Varietas padi mempengaruhi kualitas dan pendapatan petani. Konsumen umumnya memilih kualitas beras yang baik. Salah satu parameter yang menjadi tolak ukur pemilihan kualitas adalah aroma dan rasa nasi.
Tabel 7. Deskripsi Varietas Padi Aromatik Gilirang, Sintanur dan I npari 23
Klasifikasi Varietas
Gilirang Sintanur I npari 23
Umur 116-125 hari 115-125 hari 113 hari
Bentuk tanaman Tegak Tegak Tegak
Tinggi 108-115 cm 115-125 112 cm
Kerontokan Sedang Sedang Sedang
Kerebahan Tahan Agak tahan Sedang
Kadar amilosa 18,9% 18% ± 17%
Tekstur nasi Pulen Pulen Pulen
Bobot 1000 butir 28 gram 27 gram 26 gram
Rataan hasil 6 ton/ ha 6 ton/ ha 6,9 ton/ ha Potensi hasil 7,5 ton/ ha 7 ton/ ha 9,2 ton/ ha
Dilepas 2002 2001 2012
Varietas padi aromatik yang ditanam pada kawasan model sistem pertanian bioindustri adalah I npari 23 dan Sintanur. Varietas Sintanur mempunyai umur yang lebih panjang dan ukuran gabah yang lebih besar dibandingkan dengan varietas I npari 23. Pada kawasan bioindustri telah ditanam padi dengan luasan 21 ha dalam 2 musim tanam. Musim tanam pertama 6 ha, sedangkan pada musim ke 2 ditanam dalam luasan 15 ha. Jumlah petani kooperator yang terlibat dalam kegiatan ini ada 23 orang petani.
Sebelum dilakukan pengolahan lahan dilakukan pengambilan sampel tanah awal untuk mengetahui status hara tanah. Status hara awal diperlukan untuk menyusun dosis pupuk yang akan diaplikasikan pada pertanaman padi. Semakin subur kondisi tanaman semakin rendah dosis pupuk yang diberikan, begitu juga sebaliknya. Hal ini diperlukan dalam upaya untuk mendapatkan produktivitas padi yang diharapkan (> 7 ton GKG/ ha). Hasil analisis tanah menunjukkan bahwa tekstur tanah sawah irigasi di Kelurahan Rimbo Kedui termasuk dalam tekstur tanah debu berlempung dengan komposisi masing -masing pasir 2,67% , lempung 45,77% dan debu 51,56% dengan pH 5,75 (agak masam). Adapun tingkat kesuburan lahannya dapat dikategorikan cukup subur dengan indikator kandungan unsur N 0,29% , P 6,28 ppm, K 0,26 me/ 100 g, Na 0,47 me/ 100 g, Ca 2,18 me/ 100 g, dan Mg 3,65 me/ 100 g(Lampiran 2).
digunakan terlebih dahulu dilakukan analisis laboratorium untuk mengetahui kandungan unsur haranya.Hasil analisis laboratorium menunjukkan bahwa pupuk kandang yang tersedia di petani mempunyai kandungan sebagai berikut: N-total 8,03% , P2O5 4,02% , K2O 0,17% , pH 7,5(Lampiran4).
Ada 3 inovasi teknologi budidaya yang diterapkan dalam model sistem pertanian bioindustri di Kelurahan Rimbo Kedui Kabupaten Seluma. Ke 3 inovasi teknologi budidaya tersebut adalah teknologi budidaya padi organik, teknologi budidaya padi ramah lingkungan, dan teknologi budidaya padi dengan pendekatan PTT (Tabel 8). Jenis dan dosis pemupukan pada inovasi teknologi budidaya padi aromatik ditentukan berdasarkan analisis laboratorium terhadap tanah awal dan kompos/ pupuk kandang yang digunakan dalam pengkajian.
Tabel 8. I novasi Teknologi Budidaya Padi Aromatik yang Diterapkan pada Model Sistem Pertanian Bioindustri di Kabupaten Seluma Tahun 2015.
I novasi Teknologi Budidaya Padi
Jenis dan Dosis Pupuk Pestisida
Organik Pupuk Kandang: 7.200 kg/ ha Biopestisida
Ramah Lingkungan Pupuk Kandang: 3.600 kg/ ha Phonska: 150 kg/ ha
Urea: 100 kg/ ha
Biopestisida (Biourine)
Pendekatan PTT Phonska: 300 kg/ ha
Urea: 200 kg/ ha
Pestisida Sintetik
Penanaman padi aromatik dilakukan dengan menggunakan sistem tanam jajar legowo 2: 1. Untuk mempercepat adopsi jajar legowo 2: 1 didistribusikan caplak roda jajar legowo 2: 1 kepada kelompok tani di Gapoktan Rimbo Jaya (Lampiran 5). Penggunaan sistem tanam jajar legowo telah dikenal dan diadopsi oleh petani di Kelurahanm Rimbo Kedui. Sistem tanam jajar legowo 2: 1 diyakini lebih unggul dalam hal meningkatkan produktivitas melalui peningkatan populasi tanaman yang sangat nyata. I novasi teknologi ini diyakini dapat meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani.
Tanaman (OPT) karena mempunyai daya tarik tersendiri, di mana aromanya sudah dapat tercium mulai dari fase vegetatif.
Salah satu tantangan dalam budidaya padi aromatik, khususnya dengan teknologi budidaya organik dan semi organik/ ramah lingkungan adalah adanya serangan blast yang sudah dimulai sejak fase vegetatif. Penyakit ini mudah sekali menyerang dengan adanya stimulasi cuaca. Penyakit ini menyerang jika mendapatkan lingkungan yang sesuai yaitu lingkungan dengan kelembaban tinggi dan suhu yang tinggi. Pertanaman padi aromatik varietas I npari 23 dengan teknologi organik dan semi organik/ ramah lingkungan terkena serangan blast cukup berat, sedangkan dengan teknologi organik Varietas Sintanur dan I npari 23 tidak terserang blast. Kondisi ini membuka peluang untuk melaksanakan kajian yang lebih mendalam mengenai metode pengendalian blast yang efektif, efisien baik melalui penggunaan pestisida maupun culture teknis misalnya dengan varietas maupun jenis dan dosis pupuk yang digunakan.Serangan penyakit blast sangat berbahaya pada fase vegetatif maupun generatif. Penyakit ini dapat menyebabkan gagal panen (Lampiran6). Melalui pengamatan dan pemilihan racun/ pestisidayang tepat penyakit ini mampu dikendalikan dengan baik. Pencegahan dan persedian fungisida sangat penting untuk mencegah maupun mengendalikan penyakit ini.
Memberikan keyakinan pada petani untuk menggunakan teknologi budidaya secara organik dan semi organik juga cukup sulit. Para petani belum yakin dan belum terbiasa bahwa pupuk kandang dan biopestisida dalam jumlah yang cukup juga dapat memberikan produktivitas yang sebanding dengan kualitas yang lebih baik. Secara umum petani belum bersedia menerapkan karena resikonya yang cukup tinggi dari menurunnya produktivitas hingga kemungkinan gagal panen. Ketersediaan pasar beras organik dan kesediaan masyarakat untuk membeli (Willingness to Pay: WTP) juga menjadi pertimbangan petani dalam mengadopsi teknologi budidaya organik dan semiorganik. Dalam kegiatan ini juga akan dilakukan penciptaan pasar dan promosi keunggulan produk organik kepada masyarakat menengah ke atas. Saat ini para petani masih memilih untuk mengadopsi teknologi budidaya semiorganik dan pendekatan PTT.
sebanding dengan penggunaan pupuk anorganik dan pestisida sintetik. Produktivitas padi varietas I npari 23 dengan budidaya organik, semiorganik dan pendekatan PTT berturut-turut adalah 7,56; 7,66; 8,62 t GKP/ ha (Tabel 9).
Tabel 9. Keragaan Pertumbuhan dan Hasil Varietas Padi Aromatik di Kabupaten Seluma pada Tahun 2015.
Budidaya Padi Tinggi Tan. (cm) Jumlah Anakan Hasil
(GKP
Tabel 9 menunjukkan bahwa teknologi budidaya padi aromatik dengan pendekatan PTT memberikan hasil yang paling tinggi dan diikuti oleh teknologi budidaya semiorganik dan organik. Hal ini didukung oleh data komponen pertumbuhan dan hasil tanaman padi. Pada tanaman padi dengan t eknologi organik pada awalnya mempunyai jumlah anakan yang tinggi, yaitu 13,29 anakan per rumpun tetapi jumlahnya menurun dengan drastis pada umur 45 HST menjadi 8,87 anakan/ rumpun. Kondisi ini berkaitan dengan kemampuan dari tanah dalam menyediakan nutrisi untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman.