• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM MEWUJUDKAN EFEKTIFITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA : PENDAMPINGAN BERBASIS ASET PADA POKMAS RW 04 KELURAHAN MOJO KECAMATAN GUBENG KOTA SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM MEWUJUDKAN EFEKTIFITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA : PENDAMPINGAN BERBASIS ASET PADA POKMAS RW 04 KELURAHAN MOJO KECAMATAN GUBENG KOTA SURABAYA."

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM MEWUJUDKAN

EFEKTIFITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA

(Pendampingan Berbasis Aset Pada Pokmas RW 04 Kelurahan Mojo

Kecamatan Gubeng Kota Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh :

ISYARANIS APRIHATINI NIM: B72211034

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)

xi ABSTRAK

Isyaranis Aprihatini,2016. Peningkatan Partisipasi Perempuan dalam

Mewujudkan Efektifitas Kelompok Usaha Bersama (Pendampingan Berbasis Aset pada Pokmas RW 04 Kelurahan Mojo Kecamatan Gubeng Kota Surabaya).

Pendampingan difokuskan pada aksi peningkatan partisipasi perempuan kampung Mojoklanggru Lor di kota Surabaya untuk menguatkan eksistensi kelompok masyarakat atau Pokmas dibidang ekonomi secara efektif. Pokmas Sholehah Sejahtera di kampung Mojoklanggru Lor ini adalah salah satu kelompok kecil dari masyarakat Mojoklanggru Lor yang sebenarnya berpotensi emas. Karena berawal dari potensi yang sudah ada maka pendampingan dilakukan

sesuai dengan metode Asset Based Community Development atau ABCD.

Pendekatan tersebut adalah pendampingan pengembangan masyarakat dengan perspektif aset dasar dari suatu kondisi masyarakat. Singkatnya pendampingan pemberdayaan masyarakat yang memanfaatkan peluang potensi yang ada namun belum disadari.

Pada garis besarnya keseluruhan proses analisis aset dilakukan dengan diskusi bersama anggota Pokmas,tokoh masyarakat,dan perempuan Mojoklanggri Lor yang lain. Berbagai diskusi apresiatif untuk mengenali aset menghasilkan skala prioritas aset yang disepakati yakni potensi perempuan dalam mengembangkan kelompok usaha di bidang konveksi yang dipelopori Pokmas.

Pokmas Sholehah Sejahtera berawal dari sebuah kelompok pengajian perempuan,kemudian menjadi partisipan program pelatihan pembuatan kecap yang tidak efektif. Ketidakefektifan program pembangunan yang berupa pelatihan inilah awal dari terbentuknya kelompok perempuan yang didampingi untuk meneruskan dan mengembangkann aset sosial dan keuangan yang dapat didapat dari program tersebut. Aset sosial berupa terkoordinasinya perempuan Mojoklanggru Lor dalam pengajian serta eksistensi tokoh masyarakat. Sementara aset keuangan berupa modal dari pemerintah untuk pembentukan kelompok usaha kecil di masyarakat. Selanjutnya mengerahkan tokoh masyarakat di Mojoklanggru Lor untuk membangkitkan aset sosial dan keuangan yang hampir diabaikan karena kurangnya partisipasi dan antusiasme masyarakat. Segala proses pendampingan komunitas perempuan kampung Mojoklanggru Lor ini dilaksanakan penuh untuk menindaklanjuti pesimisme masyarakat atas ketidakefektifan program pembangunan dan pemberdayaan untuk masyarakat perkotaan. Dengan menguatkan potensi akan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk mengembangkan aset menuju perubahan yang lebih baik.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN ...ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

PERNYATAAN KEASLIAN ...iv

MOTTO ...v

PERSEMBAHAN ...vi

KATA PENGANTAR ...vii

ABSTRAK ...viii

DAFTAR ISI ...ix

DAFTAR TABEL...xi

DAFTAR GAMBAR...xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1

B. Fokus dan Tujuan Pendampingan ...9

C. Rencana Pendampingan ...10

D. Pihak-Pihak Terkait...10

E. Sistematika Pembahasan ...12

BAB II LANDASAN TEORI DAN KONSEP A. Konsep Perubahan Sosial Perspektif Islam ...13 B. Pengembangan Masyarakat Islam Wujud Dakwah bil Hal ..17

C. Kajian Islam Perspektif Partisipasi Perempuan ...23

D. Prinsip-Prinsip Pendekatan ABCD ...26

(7)

B. Aspek Demografis ...42

C. Aspek Ekonomi...43

D. Aspek Pendidikan ...44 E. Aspek Kesehatan ...45 F. Aspek Keagamaan ...47 BAB IV PROSES MEWUJUDKAN EFEKTIFITAS POKMAS A. Tahap Inkulturasi ... 50

B. Kilas Balik Potensi...52

C. Memimpikan Kesuksesan...55

D. Merencanakan Keberlanjutan Efektifitas Pokmas...61

BAB V MENGGAPAI EFEKTIFITAS POKMAS PEREMPUAN MOJOKLANGGRU LOR A. Penguatan Potensi untuk Meningkatkan Partisipasi Perempuan...71

B. Peningkatan Kualitas Produk Pokmas...74

BAB VI SEBUAH CATATAN REFLEKSI A. Sentuhan Pemberdayaan yang Menguatkan...81

B. Peran Pendamping...85

BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan ...95 B. Rekomendasi ...99

DAFTAR PUSTAKA...97

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Rencana pendampingan berbasis ABCD

Tabel 3.1 Pekembangan Fasilitas Sosial Kampung Mojoklanggru Lor

Tabel 3.2 Keadaan geografis sekitar kampung Mojoklanggru Lor

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk di Kampung Mojoklanggru Lor

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Letak kawasan Mojo pada peta Kecamatan Gubeng

Gambar 3.2 Suasana TPQ Masjid Al Ikhlas di lingkungan Mojo

Gambar 3.3 Suasana kegiatan keagamaan pada kampung Mojo

Gambar 4.1 Kegiatan inkulturasi melalui kegiatan arisan

Gambar 3.2 Kegiatan pengajian perempuan Mojoklanggru Lor

Gambar 4.3 Diskusi rencana aksi penguatan partisipasi Pokmas

Gambar 5.1 Proses peningkatan perluasan jaringan dengan mengikuti pameran yang diselenggarakan pihak swasta.

Gambar 5. 2 Kader lokal meningkatkan partisipasi dalam menjahit

Gambar 5.3 Peningkatan kualitas produk Pokmas melalui teknologi

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu masalah yang menghimpit bangsa Indonesia yang hingga

saat ini belum terselesaikan adalah masalah kemiskinan. Upaya

penghapusan kemiskinan di negeri ini dapat lebih efektif dengan memberi

ruang bagi perempuan untuk menjadi lebih produktif. Kemandirian

ekonomi perempuan pada suatu negara akan berdampak pada peningkatan

kualitas kehidupan, kesehatan, pendidikan, dan kebahagian pada negara

tersebut.

Meningkatkan kemandirian perempuan dalam pembangunan akan

menciptakan generasi penerus bangsa yang sehat fisik dan cerdas agar

budaya kemiskinan dari suatu keluarga tidak berlanjut. Hal ini mengutip

teori dari Oscar Lewis tentang budaya kemiskinan itu diturunkan dari satu

generasi ke generasi lain.1 Ini artinya jika kemisikinan masih menyelimuti

kelompok perempuan maka jangka panjangnya dapat melembagakan

kemisikinan. Maka peran perempuan dalam pembangunan yang mendasar

adalah mempersiapkan anak bangsa yang sehat, cerdas, dan terampil.

Peran itu tak mungkin dapat dicapai jika mental perempuannya hanya

pasrah terhadap kemiskinan. Hal inilah yang menjadi faktor mengapa

1Lukman Soetrisno,Kemiisinan Perempuan dan Pemberdayaan, (Yogyakarta:Kanisius,1997), hlm

(11)

2

perempuan sangat penting untuk dikembangkan potensinya dimanapun

mereka tinggal.

Peran perempuan yang selama ini hanya memainkan fungsi reproduksi

dengan lingkup tanggungjawab mengurus rumah tangga semata, kini

bergeser ke arah peran yang lebih produktif. Perempuan di era modern

harus mampu membangun kedaulatan ekonominya sendiri. Banyak sekali

sektor yang dapat dimanfaatkan oleh perempuan untuk membangun

kemandirian ekonominya. Salah satunya misalnya melalui industri

rumahan (home industry), seperti bisnis kerajinan tangan, menjahit

pakaian, bisnis makanan, catering, bisnis kue-kue, membangun kelompok

usaha bersama, atau menjajaki kemungkinan pekerjaan di sektor informal

lainnya.

Usaha mikro yang dikelola perempuan tersebut disadari atau tidak

akan berdampak pada ketahanan dan kemajuan ekonomi sebuah negara.

Ini terbukti bahwa usaha mikro mampu menyelamatkan Indonesia dari

krisis ekonomi 1997, juga krisis keuangan global 2008 yang juga

berdampak sistemik terhadap perekonomian Indonesia. Tentu amat

disayangkan, jika melihat potensi dan kuantitas perempuan yang begitu

besar namun tidak diberdayakan menjadi tenaga produktif. Perempuan

produktif merupakan istilah yang dilekatkan pada perempuan yang telah

mampu memberi kontribusi secara ekonomi baik pada dirinya sendiri,

(12)

3

Upaya pengembangan keberdayaan masyarakat lewat pembangunan

menurut Parsudi Suparlan yaitu upaya yang direncanakan dan dilaksanakan

pemerintah, badan-badan, lembaga-lembaga internasional, nasional, maupun

lokal yang terwujud dalam bentuk-bentuk kebijaksanaan, program, atau

proyek yang secara terencana mengubah cara hidup atau kebudayaan suatu

masyarakat agar lebih baik atau sejahtera daripada sebelumnya2.

Kesejahteraan dalam konteks ini sekiranya dapat dimaknai berdayanya

masyarakat secara merata dalam memenuhi, terutama kebutuhan dasar

dalam keberlangsungan hidupnya. Mengembangkan masyarakat juga sama

halnya dengan meningkatkan partisipasi masyarakat potensial untuk

menyelesaikan berbagai permasalahan sesuai kondisi dan kebutuhan yang

nyata dengan altenatif solusi yang tepat sasaran.

Mengutip dan memaknai konsep pembangunan Parsudi Suparlan

tersebut betapa pentingnya peran kelembagaan yang berwewenang atau

perencana pembangunan dapat sungguh-sungguh menjadi penggerak dan

pengorganisir masyarakat. Dalam hal ini seorang penggerak perubahan

dalam lingkungan masyarakat sangatlah penting dalam mengkondisikan

individu dan dalam skala yang lebih luas mengkoordinasikan sebuah

kelompok masyarakat agar menguatkan jiwa-jiwa pemberdayaan dan

kemandirian dalam setiap individu yang tergabung didalamnya.

Sudah menjadi hal biasa kita lihat di media-media program-program

pembangunan dalam rangka pengentasan kemiskinan yang dilakukan

2 Bambang Budiono, Buku Ajar Antropologi Pembangunan, (PT.Revka Petra

(13)

4

Pemerintah cenderung banyak menuai kritik dan saran. Program

pembangunan yang menuai kritik dari masyarakat pada umumnya karena

pada proses yang tidak berkelanjutan atau dalam jangka panjang program

hanya sia-sia. Secara kasat mata program yang hanya berupa bantuan dari

pemerintah tidak dapat dinikmati secara berlanjut dan selalu mangkrak.

Seperti contoh kecil program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang

sebenarnya mempunyai tujuan yang baik untuk mengurangi beban ekonomi

masyarakat walaupun hanya sesaat. Banyak bantuan-bantuan secara fisik

yang berusaha disalurkan pemerintah untuk mendukung pengembangan

masyarakat yang terkadang banyak proses transparansinya kurang

meyakinkan masyarakat sehingga sangat wajar masyarakat mengkritik.

Kritik pembangunan atas tidak berlanjutan program bantuan

pemerintah karena perencanaan yang tidak matang banyak ditemukan di

masyarakat metropolitan. Tidak bermaksud membedakan dengan

masyarakat pedesaan namun pada dasarnya masyarakat harus menerima

bahwa pada kenyataannya masyarakat pedesaan dan perkotaan mempunyai

budaya yang berbeda. Pada masyarakat pedesaan teknik pemberdayaan

masyarakatnya jelas mempunyai perbedaan karena budaya yang terbentuk

dari masing-masing lingkungan berbeda sejak dari awal. Pada masyarakat

pedesaan kegiatan pemberdayaan lewat potensi lingkungan atau alam

mempunyai peluang keefektifan yang lebih baik dari pada jika diterapkan

(14)

5

potensi bantuan keuangan juga tidak akan efektif jika tidak cocok dengan

lingkungan alam masyarakat pedesaan.

Masyarakat baiknya tidak pesimis yang berlebihan menanggapi

anggapan dan hasil sebuah program yang secara kasat mata gagal. Sebagai

masyarakat yang besar, kita sebagai warga negara Indonesia perlu

menyadari bahwa proses bantuan pemerintah dari hasil anggaran negara

secara ekonomi memang tidak bisa langsung satu kali proses menyelesaikan

semua permasalahan namun butuh proses selanjutnya dari kita sasaran

program. Bukan bermaksud membela ketidakefektiifan namun pemikiran

positif harus dimmunculkan agar kita bergerak lebih aktif dan rasional lagi

dalam melihat ketidakefektifan program pembangunan dari pemerintah.

Karena pada dasarnya potensi itu bisa muncul dengan kekuatan

bermasyarakat yang harmonis. Hal inilah yang menjadi penguat bahwa tepat

sekali memilih pendampingan masyarakat untuk perubahan di masyarakat

berbasis kepada aset.

Salah satu upaya mandiri yang dapat dilakukan dalam rangka

pengentasan kemiskinan adalah dengan membuka atau mengembangkan

usaha ekonomi produktif bagi penduduk miskin dalam skala mikro dan

kecil. Namun bila dicermati secara lebih mendalam, ternyata usaha kecil

yang kadang dianggap remeh justru usaha tersebut dapat bertahan dan

bahkan semakin berkembang. Melihat fenomena ini kiranya perlu

(15)

6

yang terjadi pada sector usaha kecil perlu dilakukan pemantauan

terus-menerus agar mampu meningkatkan pertumbuhan dan daya saing.

Sektor usaha ekonomi produktif dalam skala kecil merupakan sektor

yang dinilai menguntungkan dan diperkirakan mampu “menjaga” ekonomi

rumah tangga dalam keterpurukan. Memasuki usaha ekonomi produktif

dalam skala kecil membutuhkan persyaratan dan ketrampilan yang tidak

terlampau sulit. Sektor ini juga memungkinkan mobilitas atau pengendalian

potensi sumberdaya setempat.

Sebelum tahun 2013 di kampung Mojoklanggru Lor tidak terlihat

adanya kelompok sosial masyarakat yang aktif, namun setelah Ketua RW

berinisiatif mengundang tokoh agama untuk mengkoordinasikan jamaah

pengajian perempuan untuk ikut pelatihan, disinilah pendamping melihat

mulai ada aset yang sebenarnya harus dikembangkan. Pada awalnya

pelatihan yang diadakan di kantor kecamatan Gubeng sangatlah tidak efektif

karena langsung menawarkan pelatihan pembuatan kecap. Dari dudut

pandang pendampingan berbasis aset masyarakat Mojoklanggru Lor

didampingi untuk tidak melihat hal yang tidak baik itu namun melihat

bagaimana apa yang sudah dipunyai yaitu jika pada kondisi di

Mojoklanggru Lor adalah terbentuk secara tidak sengaja beberapa

perempuan dalam program pembangunan.

Pokmas Sholehah Sejahtera yang digerakkan oleh partisipasi Ibu-Ibu

ini awalnya mencoba memproduksi Kecap Cap Jempol. Kegiatan ini adalah

(16)

7

naungi oleh Badan Pengembangan UKM daerah Surabaya. Pilihan produk

yang akan dikembangkan ini dinilai sangat tidak efektif karena itu saat ini

produksi kecap tidak berlanjut. Ibu-Ibu berpendapat produksi kecap itu

dirasakan sulit karena saat itu Ibu-Ibu banyak yang tidak tertarik karena

untuk ukuran KSM baru, produksi kecap itu akan memerlukan usaha yang

sangat ekstra, mengingat produk-produk kecap pabrik besar sudah banyak.

Apalagi maslah modal juga dirasa sangat kurang dalam mengembangkan

kegiatan ini.3

Berhentinya KSM produksi kecap di kalangan Ibu-Ibu di RW 04

KampungMojoklanggru ini akhirnya tidak berlangsung lama, pada tahun

2014 Ibu-Ibu mendaftarkan diri untuk mengikuti kegiatan Pokmas dengan

produksi busana muslim atau Pokmas yang berorientasi pada konveksi.

Modal yang didapatkan oleh Ibu-Ibu di kampung ini awalnya adalah

mengajukan proposal pada Dinas Sosial. Setelah proposal ini diterima

akhirnya Pemerintah mensetujui untuk memberikan dana hibah sebagai

modal utama kepada kelompok ini untuk memfasilitasi semua peralatan

dalam mengembangkan Pokmas Sholehah Sejahtera di bidang Konveksi.

Saat ini Pokmas Sholehah Sejahtera yang usaha di bidang konveksi

busana muslimah dipusatkan di salah satu rumah warga yaitu Ibu Ninik

seorang penjahit yang cukup dikenal sejak lama di kampung tersebut.

Namun beberapa mesin di rumah Ibu Sri yang juga penjahit. Ibu Ninik dan

Ibu Sri adalah juga penjahit yang sudah dikenal dan aktif sebagai tokoh

3

(17)

8

masyarakat terutama dikalangan perempuan warga RW 04 Kampung

Mojoklanggru Lor. Oleh karena itu kedua ibu ini yang akan membimbing

Ibu-Ibu yang lain yang ingin ikut berpartisipasi. Pada awalnya perempuan

Mojoklanggru Lor yang benar-benar selalu aktif menggerakkan kegiatan

produksi Konveksi ada Ibu Ninik, Ibu Sri, Ibu Nina , Ibu Evi, Ibu Hamzah,

Ibu Yuli. Ibu-Ibu inilah yang saat ini mengatur jalannya produksi konveksi.

Pokmas yang masih berjalan belum lama ini masih pelan-pelan dalam

mengembangkan usahanya. Untuk masalah manajemen yang dikelola

Ibu-Ibu ini telah mengelolanya dengan perlahan namun pasti. Hasil keuntungan

yang diperoleh dari menjual produk konveksi akan dibagi kepada Ibu-Ibu

yang aktif tadi. Untuk jumlah hasil keuntungan juga akan disesuaikan

dengan kinerja masing-masing anggota yang aktif. Saat ini pasar dari

produksi konveksi masih dalam wilayah individu-individu di lingkungan

kampung Mojoklanggru Lor yang menjadi konsumen. Namun saat ini ada

setelah mulai ikut paneran-pameran Pokmas mendapat borongan untuk

memproduksi seragam bu-Ibu PKK.

Dengan berbagai proses yang dialami masyarakat kampung

Mojoklanggru Lor tersebut dalam mencoba menggerakkan kelompok ibu-bu

yang produktif di kampung, menjadi fokus penelitian untuk memahaminya.

Sebuah komunitas yang mempunyai potensi yang pasti untuk menuju

perubahan sangat disayangkan jika kurang mendapat apresiasi masyarakat.

Maka dibutuhkan sebuah perencanaan partisipatif untuk menekan angka

(18)

9

Berbagai masalah seperti kurang efektifnya usaha Pokmas dalam

menarik partisipasi masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga yang

mempunyai waktu luang ini dapat diatasi dengan menjembatani jurang

kesenjangan antara ibu-ibu dan penggerak Pokmas.4 Beberapa cara yang

potensial ditempuh guna menjembatani kesenjangan interaksi komunitas

penggerak Pokmas dan Ibu-Ibu lainnya. Oleh karena itu

B. Fokus dan Tujuan Pendampingan

Pendampingan ini difokuskan pada peningkatan aksi partisipatif

perempuan di kampung Mojoklanggru Lor dalam mengelola kelommpok

usaha bersama yang baru dirintis agar cepat . Penyadaran terhadap aset di

lingkungan masyarakat Mojoklanggru Lor merupakan salah satu acuan

peneliti dalam melakukan proses pendampingan berbasis aset sesuai dengan

ketentuan metode pendampingan Asset Based Community Development atau

ABCD.

Proses pendampingan dalam mengenal dan mengelola aset kepada

para perempuan di Mojoklanggru Lor, bertujuan agar para perempuan di

kampung-kampung kota semacam di Mojoklanggru Lor juga dapat

menghasilkan perubahan dalam lingkungannya. Mengingat terbentuk

sebagai kelompok masyarakat perkotaan kelompok ini harusnya dapat kuat

bersaing dalam meningkatkan kegiatan sosial dan ekonomi daerah dalam

mensukseskan pembangunan tepatnya di Kota Surabaya.

4Dumasari, Dinamika Pengembangan Masyarakat Partisipatif, (Pustaka

(19)

10

C. Pihak- Pihak Terkait

Pihak pihak yang terkait dengan proses pendampingan antara lain :

1. Ketua RW

Ketua RW mememiliki peran untuk mengkordinasi masyarakat

Mojoklanggru Lor terutama para perempuan agar dapat menerima

pemahaman akan urgensitas Pokmas yang mulai dirintis.

2. Masyarakat Mojoklanggru Lor

Masyarakat merupakan pihak penting yang mampu mensukseskan

suatu pendampingan, karena masyarakat adalah objek maupun subjek

dalam suatu pemberdayaan secara mandiri. Dari masyarakat peneliti

memperoleh informasi-informasi yang valid yang bisa dipertanggung

jawabkan kebenarannya. Dari masyarakat sendirilah keberhasilan dan

kegagalan pendampingan yang dilakukan secara partisipasi aktif.

3. Pokmas Sholehah Sejahtera

Kelompok masyarakat Sholehah merupakan salah satu

perkumpulan ibu rumah tangga yang bergerak dibidang pengembangan

ekonomi masyarakat melalui usaha konveksi yang masih baru.

D. Rencana Pendampingan

Adanya jadwal ini bisa memudahkan pendamping untuk melakukan

kegiatan yang terstruktur dan terjadwal sehingga proses pendampingan akan

berjalan tepat waktu dan sesuai keinginan. Berikut merupakan jadwal

(20)

11

Tabel 1.1 Rencana pendampingan berbasis ABCD

No. Kegiatan

2 Pengurusan perizinan V

(21)

12

E. Sistematika Pembahasan

Sistematika penulisan skripsi ini untuk memudahkan pembahasan

agar dapat diuraikan secara tepat, maka penyusun membagi rencana

skripsi ini menjadi beberapa bab. Adapun sistematika yang telah penulis

susun adalah sebagai berikut:

1. Bab I membahas tentang latar belakang dari mengapa pendampingan ini

dilakukan. Menjelaskan analisis pendukung dari fokus pendampingan.

Serta gambaran problematika yang ada di kampung Mojoklanggru Lor

tentang perkembangan konsdisi Pokmas usaha bersama pada awalnya.

2. Bab II membahas landasa teori dan konsep yang menjadi acuan metode

pendampingan.

3. Bab III membahas tentang profil lokasi dampingan yang meliputi

konndisi geografis, demografis, ekonomi warga, kondisi pendidikan,

kondisi kesehatan lingkungan , dan kegiatan keagamaan

4. Bab IV membahas tentang proses mewujudkan kekuatan perempuan

mojoklanggru lormelalui pendampingan discovery, dream¸design .

5. Bab V membahas lebih banyak hasil proses pendampingan mulai proses,

define, dan destiny.

6. Bab VI membahas tentang refleksi atas dampingan yang dilakukan mulai

dari proses pra-dampingan, saat dampingan, pasca-dampingan serta

simpulan refleksi atas ketiga sub proses tersebut.

7. Bab VII membahas tentang kesimpulan dan rekomendasi kegiatan

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI DAN KONSEP

A. Perubahan Sosial dalam Perspektif Islam

Pada ada dasarnya perubahan adalah suatu keharusan, sebab setiap

ciptaan Allah pasti akan mengalami perubahan, baik dalam arti perubahan

yang menuju perkembangan atau menuju kemusnahan. Sebab seluruh

ciptaan tuhan pasti hancur kecuali tuhan sendiri. Perubahan sosial yang

yang dimaksud oleh manusia bukan secara individu melainkan perubahan

antar pribadi seluruh komunitas masyarakat

Menurut teori perubahan sosial yang dikemukakan oleh August

Comte membagi dalam dua konsep penting yaitu Social Static (bangunan

struktural) dan Social Dynamics (dinamika struktural).1 Perubahan akan

mencakup suatu sistem sosial, dalam bentuk organisasi sosial yang ada di

masyarakat, perubahan dapat terjadi dengan lambat, sedang atau keras

tergantung situasi yang mempengaruhinya.2

Giddens dalam J. Dwi Narwoko,3 mengatakan kita hidup di era

perubahan sosial yang mengagumkan, yang ditandai dengan transformasi

yang sangat berbeda dari yang pernah terjadi sebelumnya. Yang demikian

berarti realitas sosial adalah sebuah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam

1Agus Salim, Perubahan Sosial sketsa teori dan refleksi metodologi kasus Indonesia,

(Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 2002), hal. 131

2

Ibid Agus Salim,.. hal. 9-10

3

(23)

14

suatu kelompok atau komunitas masyarakat adalah perubahan yang bersifat

positif maupun negatif. Selanjutnya Ginsberg mengatakan bahwa perubahan

sosial sebagai suatu perubahan penting dalam struktur sosial, termasuk

didalamnya perubahan norma, nilai, dan fenomena cultural. Satu hal yang

perlu diingat bahwasanya setiap masyarakar pasti akan mengalami sebuah

perubahan, meskipun dalam masyarakat primitive dan masyarakat kuno

sekalipun.

Al-Qur’an telah menjelaskan mengenai konsep perubahan masyarakat

yang sesuai dengan firman Allah SWT pada Q. S. Ar–Ra’du ayat 11 yang

Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya

bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah

Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum

sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.

dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka

tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi

mereka selain Dia.4

Pada pemahaman ayat diatas bahwa kondisi masyarakat, baik maupun

buruk, tidak akan dirubah oleh Allah SWT hingga mereka terlebih dulu

melakukan perubahan terhadap apa yang terdapat pada diri mereka berupa

4

(24)

15

pemahaman, pemikiran dan asumsi-asumsi. Tanpa melakukan hal tersebut,

maka harapan untuk mendapatkan perubahan kondisi dari Allah adalah

menyalahi teks ayat sekaligus mengingkari tugas kekhalifahan manusia.5

Kondisi sosial masyarakat pada dasarnya diskonstruksi oleh manusia sendiri,

bukan oleh Tuhan. Oleh sebab itu pengembangan dan perubahan akan terjadi

jika manusia itu sendiri yang akan melakukakan perubahan, bukan oleh

Tuhan, meskipun tuhan sendiri punya kuasa untuk melakukan itu.

Perubahan dicapai dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang

handal yang akan menjadi agen perubahan (agent of change). Tentunya

seorang agen perubahan mampu merubah beberapa aspek kehidupan

masyarakat yang sesuai dengan syariat Islam seperti aspek muamalat,

ekonomi, sosial kemasyarakatan, politik dan lain sebagainya.

Berkaitan dengan langkah ini ditegaskan dalam Hadist Nabi

Muhammad SAW yaitu :

hendaklah mengubah dengan lidahnya, jika tidak mampu, maka hendaklah

dengan hatinya, dan itulah selemah lemahnya iman" (HR Muslim)6

Ada tiga hal yang perlu dicatat pada isi hadits tersebut mengenai

perubahan sosial masyarakat yaitu : pertama, mengidentifikasi bentuk

5Muhammad Munir, dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah. (Jakarta: Kencana, 2006), hlm 256 6

(25)

16

kemungkaran terlebih dahulu dalam hal ini adalah faktor permasalahan pada

masyarakat; kedua, menghitung kemampuan atau menemukan kekuatan; dan

ketiga, menentukan strategi yang akan dijadikan metode dalam melaksanakan

perubahan dalam masyarakat.7

Upaya membangun partsipasi perempuan kampung Mojoklanggru Lor

merupakan wujud perubahan sosial di masyarakat. Bahkan jika dilihat secara

positif sebenarnya semua program dari pemerintah pasti ditujukan untuk

menyegerakan perubahan tatanan masyarakat, namun keberlanjutannya yang

perlu di pahami tidak hanya dari pemerintah namun sasaran perubahan yakni

masyarakat juga sangat penting untuk memahami.

Perubahan tersebut direalisasikan dalam bentuk memanfaatkan aset

yang muncul untuk merubah kesejahteraan masyarakat. Sangat penting

menggerakkan kesadaran di kalangan masyarakat kampung Mojoklanggru Lor

akan adanya aset yang bisa dikelola. Aset sosial yaitu kelompok usaha

bersama POKMAS Sholehah Sejahtera dan aset keuangan yaitu modal yang

telah diusahakan alokasinya oleh lokalider di kampung , kedua aset tersebut

bisa menjadi kekuatan untuk merubah kondisi sosial ekonomi masyarakat

terutama perempuan di RW IV. Tentunya perubahan sosial ekonomi tersebut

akan mengarah kepada keberlanjutan kesejahteraan sosial perempuan di RW

IV agar tidak hanya menjadi ibu rumah tangga saja.

7

(26)

17

B. Pengembangan Masyarakat Islam Wujud Dakwah Bil Hal

Pengembangan masyarakat adalah salah satu metode pekerjaan sosial

yang tujuan utamanya untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui

pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan

pada prinsip partisipasi sosial.8 Pengembangan masyarakat ditujukan untuk

menggapai perubahan yang lebih baik dengan objek utama masyarakat bukan

hanya individu. Selain itu mengembangkan masyarakat dimaknai membuat

masyarakat menjadi lebih berdaya dari kondisi sebelumnya.

Pengembangan masyarakat Islam adalah salah satu wujud dakwah bil

hal. Dakwah bil hal adalah istilah ilmu dakwah dalam mengimplikasikan

hakikat dakwah sesuai ajaran Islam melalui aksi nyata tidak hanya melalui

kata-kata atau sekedar berceramah secara lisan saja. Aksi nyata tersebut

ditujukan demi terwujudnya perubahan lebih baik dari situasi problematika

masyarakat Islam masa kini. Pengembangan masyarakat Islam menawarkan

sistem tindakan nyata yang menawarkan model pemecahan masalah dalam

bidang sosial, ekonomi, lingkungan, politik, budaya yang mengacu pada

perspektif Islam.9

Tujuan pengembangan masyarakat demi perubahan sosial dimaksudkan

karena masyarakat harus selalu meningkatkan hubungan sesama manusia

untuk saling mengimani ajaran Islam yang diciptakan Allah SWT sebagai

8 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika Aditama, 2006), Hal 37

(27)

seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu

berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling

kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi

Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah

Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.10

Mengartikan isi surat di atas dapat diketahui bahwasanya manusia

secara fitri adalah makhluk sosial dan hidup bermasyarakat adalah suatu

keniscayaan bagi mereka. Sedangkan gerakan sosial adalah tindakan kolektif

yang terorganisir secara longgar untuk menghasilkan perubahan dalam

masyarakat.

Dakwah dalam bentuk pengembangan masyarakat adalah proses dari

serangkaian kegiatan yang mengarah pada peningkatan taraf hidup dan

kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini dakwah setidaknya ditempuh karena

paling mendasar dan mendesak, dakwah dalam bentuk aksi-aksi nyata.11 Pada

dasarnya dakwah adalah upaya untuk mengubah situasi yang lebih baik dan

lebih sempurna, baik terhadap individu maupun masyarakat. Dakwah Islam

10Dikutip dari Al-Quran dan Terjemahan,Depag RI,1993 11

(28)

19

merupakan aktualisasi imani yang di manifestasikan dalam suatu sistem

kegiatan manusia beriman, dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan

secara teratur, untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap dan

bertindak.

Pada hakekatnya dakwah adalah usaha atau upaya untuk merubah

suatu keadaan menjadi suatu keadaan yang lebih baik menurut tolak ukur

agama Islam. Perubahan yang dimaksud adalah dengan menumbuhkan

kesadaran dan kekuatan pada objek diri dakwah. Dengan demikian aktivitas

dakwah Islam bukan hanya sekedar suatu dialog lisan melainkan dengan

perbuatan atau karya yaitu dakwah bil hal. Maka dari itu dalam model

pemberdayaan manapun partisipasi aktif suatu masyarakat adalah prasyarat

utama dalam pola perubahan.

Jika ingin meningkatkan taraf hidupnya dan membangun sosialnya,

haruslah berangkat dari diri masing-masing. Bukan semacam berhenti

pembangunan model top down atau langsung mengucurkan bantuan saja,

banyak terbukti kurang efektif dalam membangun masyarakat. Karena

pembangunan masyarakat yang ideal menekankan keterlibatan masyarakat

secara sadar dalam pembangunan.12 Pemanfaatan potensi pengetahuan

pedagang tentu saja digunakan sebagai alat untuk memberdayakan mereka

sendiri. Pengetahuan yang dimiliki, dikembangkan serta diaplikasikan

didalam kehidupan jika ingin mencapai kesuksesan yang diharapkan.

12Nanih Mahendrawati (2001). Pengembangan Masyarakat Islam. Bandung : PT Remaja Rosda

(29)

20

Jika dirujuk pada Al-Qur’an, Allah pun telah menjelaskan bahwa apa

yang telah diciptakan tidak dijadikan sia-sia.

atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan

langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau

menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah

Kami dari siksa neraka.

Pendampingan yang dilakukan bersama perempuan Mojoklanggru

Lor merupakan salah satu bentuk dakwah yang terkandung dalam unsur –

unsur dakwah. Unsur – unsur dakwah yang terkandung dalam proses

pendampingan tersebut adalah Subyek (pelaku dakwah), Obyek (penerima

dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah), thariqah

(metode), dan atsar (efek dakwah).13

Subyek dakwah adalah pelaku atau orang yang melaksanakan

dakwah baik berupa lisan, tulisan atau perbuatan. Dakwah tersebut bisa

dilakukan dengan cara individu, kelompok, atau lembaga. Dalam proses

pendampingan yang menjadi subyek dakwah adalah pendamping.

Pendamping mengajak perempuan untuk berubah menjadi yang lebih baik.

Mengajak perempuan dalam poses pendampingan meupakan salah satu

dakwah yang berupa dakwah dengan perbuatan. Dakwah juga termasuk

(30)

21

menjadikan pola pikir manusia menjadi pola pikir yang tidak salah dan tidak

melenceng dalam hukum islam.

Obyek atau penerima dakwah adalah manusia yang menjadi sasaran

dakwah. Manusia yang menjadi sasaran dakwah bisa sebagai individu,

kelompok atau lembaga, dan manusia seluruhnya. Obyek dakwah dalam

proses pendampingan adalah perempuan. Pokmas Sholehah di kampung

Mojoklanggru Lor menjadi dampingan untuk mengajak perempuan yang

belum berpartisipasi agar ikut serta mengembangkan kelompok usaha

bersama. Perempuan diajak untuk memikirkan kemandirian ekonnomi

perempuan Mojoklanggru Lor kedepannya.

Materi dakwah atau Maddah adalah pesan yang akan disampaikan

kepada obyek dakwah. Pesan yang disampaikan bisa berupa materi akhlak

atau budi pekerti. Pada pendampingan Pokmas materi yang disampaikan

adalah materi tentang pentingnya memanfaatkan potensi atau aset yang ada

untuk berubah mejadi masyarakat yang lebih berkompetitif di bidang

ekonomi. Alquran menggambarkan bahwa perempuan memiliki hak untuk

dapat berpacu menggapai beragam kemandirian. Baik kemandirian dalam

bidang politik, ekonomi, menentukan pilihan-pilihan pribadi, maupun dalam

menyerukan dakwah amar ma’ruf nahi munkar, dalam belajar, serta beragam

bentuk kemandirian lain. Sejarah mencatat banyak perempuan-perempuan

mandiri pada masa Rasulullah.

Perempuan-perempuan saat ini perlu mempunyai kemandirian.

(31)

22

orang lain dalam proses hidupnya, dibutuhkan peran orang lain dalam porsi

sewajarnya. Mengingat manusia adalah mahluk sosial yang saling

bersimbiosis mutualisme

Media dakwah atau Wasilah adalah alat yang digunakan saat

melaksanakan kegiatan dakwah kepada obyek dakwah. Media yang

digunakan dalam proses pendampingan yaitu lisan, tulisan, dan akhlak. Lisan

yang dimaksud adalah proses wawancara dan apprecative inquiry untuk

memperoleh cerita dari perempuan dan warga dalam kesuksesan yang sudah

di dapat pada masa lalu. Tulisan ini merupakan media untuk menuliskan hasil

atau proses saat pendampingan dilakukan. Sedangkan akhlak merupakan

sebuah perbuatan yang bisa menghasilkan perubahan untuk wilayahnya serta

untuk perempuan tersebut.

Metode dakwah atau Thariqah yang dilakukan dalam proses

pendampingan komunitas berbasis potensi. Metode ini merupakan metode

pendampingan atau untuk memotivasi kelompok perempuan melalui potensi

pokmas Sholehah Sejahtera. Perempuan bisa memanfaatkan potensi yang

dimiliki untuk menjadikan Pokmas yang bisa membangun kampung dengan

baik dan benar serta menjadikan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar.

Efek dakwah atau Atsar merupakan dampak atau efek terhadap obyek

dakwah. Dalam pendampingan perempuan efek yang didapat perempuan

adalah mejadikan perubahan pola pikir perempuan dalam peduli dengan

keadaan ekonomi mandiri masyarakat sekitar. Efek ini bisa berdampak positif

(32)

23

C. Kajian Islam Perspektif Partisipasi Perempuan dalam Perubahan

Dalam kapasitas manusia sebagai hamba, tidak ada perbedaan antara

laki-laki dan perempuan siapa yang banyak amal ibadahnya, maka itulah

mendapat pahala yang besar tanpa harus melihat dan mempertimbangkan jenis

kelaminnya terlebih dahulu. Keduanya mempunyai potensi dan peluang yang

sama untuk menjadi hamba ideal. Hamba ideal dalam Al-Qur’an biasa

diistilahkan dengan orang- orang bertaqwa (muttaqin), dan untuk mencapai

derajat muttaqin ini tidak dikenal adanya perbedaan jenis kelamin, suku

bangsa atau kelompok etnis tertentu. Kapasitas manusia sebagai khalifah di

bumi ditegaskan di dalam QS. al-An’am: 165 artinya sebagai berikut:

ه

bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan

sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”14

Kata khalifah dalam ayat tersebut tidak menunjuk kepada salah satu

jenis kelamin atau kelompok etnis tertentu. Laki-laki dan perempuan

mempunyai fungsi yang sama sebagai khalifah, yang akan

mempertanggungjawabkan tugas-tugas kekhalifahannya di bumi, sebagaimana

halnya mereka harus bertanggung jawab sebagai hamba Tuhan. Islam

(33)

24

membahas bagaimana cara memperoleh kekayaan, masalah mengelolah

kekayaan yang dilakukan oleh manusia, serta cara mendistribusikan kekayaan

tersebut ditengah tengah mereka. Atas dasar inilah, maka hukum-hukum yang

menyangkut masalah ekonomi dibangun diatas tiga kaidah, yaitu kepemilikan

(property), pengelolahan kepemilikan, dan distribusi kekayaan ditengah

tengah manusia.15

Peluang untuk meraih prestasi maksimun tidak ada pembedaan antara

laki-laki dan perempuan, ditegaskan secara khusus di dalam beberapa ayat

diantaranya QS. Ali-Imran: 195 artinya sebagai berikut:

Artinya : Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang- orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi- Nya pahala yang baik.16

15 An- Nabhani Taqyuddi Membangun sistem ekonomi alternatif perspektif

islam,(Surabaya:Risalah gusti,1996), hal.61.

16

(34)

25

Ayat tersebut mengisyaratkan konsep kesetaraan gender yang ideal dan

memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam bidang spiritual

maupun urusan karier profesional, tidak mesti dimonopoli oleh salah satu jenis

kelakin saja. Laki-laki dan perempuan berpeluang memperoleh kesempatan

yang sama meraih prestasi optimal. Namun, dalam kenyataannya dalam

masyarakat, konsep ideal ini membutuhkan tahapan dan sosialisasi, karena

masih terdapat sejumlah kendala, terutama kendala budaya yang sulit

diselesaikan.

Pada ayat lain juga ditegaskan bahwa posisi perempuan maupun

laki-laki mempunyai derajat yang sama dalam partisipasi penggerak perubahan.

Ayat tersebut dijelaskan pada surat An-Nahl 97 yang isinya :

نم

Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.17

Ayat ini meski pendek namun memiliki peran penting dalam

menggambarkan kehidupan orang-orang Mukmin baik di dunia maupun di

akhirat. Pertama-tama, ayat ini menyatakan bahwa iman merupakan tolok ukur

keutamaan di sisi Allah Swt. Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita.

(35)

26

Mereka sama dalam pandangan Allah. Yang membedakan di antara mereka

adalah tingkat keimanan yang mereka miliki.

Menurut penjelasan yang didapat dari ayat tersebut, jenis kelamin tidak

berpengaruh dalam meraih derajat keimanan, meski utusan Allah atau para

nabi adalah laki-laki, namun kenabian ilahi adalah tanggung jawab dan tugas

suci yang harus disampaikan ke seluruh umat manusia. Tugas ini tidak

mungkin dibebankan kepada kaum wanita mengingat keterbatasan kapasitas

yang mereka miliki.

Oleh karena itulah, Allah Swt menunjuk utusan-Nya dari golongan kaum

laki-laki, namun untuk meraih derajat keimanan dan religius yang tinggi kaum

wanita tidak mendapat batasan. Artinya, mereka juga mampu meraih derajat

keimanan yang sempurna, seperti Sayidah Maryam yang berhasil mencapai

derajat yang tinggi di sisi Allah Swt, sehingga mendapat pelayanan istimewa

berupa hidangan dari langit. Atau Sayidah Fathimah az-Zahra as yang berhasil

mencapai derajat keimanan yang tinggi, hingga kedudukannya disamakan

dengan Ali bin Abi Thalib as.

D. Prinsip-prinsip pendekatan Asset Based Community Development (ABCD)

Pendekatan ABCD merupakan sebuah metode pendampingan

pengembangan masyarakat yang mengupayakan manusia untuk memahami

dan mengelola kekuatan, potensi ataupun aset yang dimiliki untuk

(36)

27

mengarah pada pemahaman dan internalisasi aset, potensi, kekuatan, dan

pendayagunaannya secara mandiri dan maksimal. Asset Bassed Community

Development (ABCD) menurut R.M. Brown ialah:

Bila anda mencari masalah, anda akan menemukan lebih banyak masalah; Bila anda mencari sukses, anda akan menemukan lebih banyak sukses Bila anda percaya pada mimpi, anda akan merengkuh keajaiban

maka motto kami adalah “mencari akar penyebab sukses” dan bukan akar

penyebab masalah.18

Seperti yang dijelaskan pada hadits dari Sulaeman pelayan Abu Rafi'

bahwa Abu Rafi pernah bertanya kepada Rasulullah SAW :

ي

kami sebagaimana kami memiliki hak atas mereka…? Rasulullah menjawab :

"ya, hak seorang anak atas ayahnya adalah ; mengajarkan kepadanya renang, memanah, menulis, dan mewariskan kepadanya yang baik-baik" (HR. Al-Baihaqi)19

Hadits ini adalah perintah Rasulullah yang dianjurkan kepada orang tua

untuk mengajari generasinya tiga jenis olahraga diatas. Berfikir lebih jauh

maksud dari tiga perintah ini sangat dalam makna dan isinya. Apa yang

dianjurkan Nabi SAW adalah sesuatu yang sangat berhubungan hingga saat

ini.

Perintah itu terbagi atas tiga bagian, dimana setiap bagian saling

berhubungan satu sama lain. Perintah pertama, Rasulullah menganjurkan kita

18

Christopher Dureau, Pembaru dan kekuatan lokal untuk pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (Agustus 2013), hal 11

19

(37)

28

untuk Memanah. Secara eksplisit perintah ini menganjurkan kepada kita untuk

mempunyai target dalam hidup. Ada tujuan yang harus dicapai ibarat anak

panah yang meninggalkan tempatnya untuk sampai ke sasarannya. Kedua,

berkuda. Perintah ini bermakna bahwa tujuan hidup atau cita-cita yang kita

impikan harus kita kejar secepat dan sekuat kuda berlari. Gunakanlah segala

kekuatan yang kita miliki untuk terus berusaha mencapai target hidup. Ketiga,

berenang ini mempunyai arti untuk menjadi pribadi pantang menyerah dalam

memacu kecepatan demi mencapai target hidup.

Jangan berhenti di tengah jalan atau orang lain akan mengambil

kesempatan itu. Tentukan target hidup yang lebih realistis, bermimpi boleh

asal mimpinya terukur. Yakin dengan potensi yang kita miliki seperti anak

panah yang sampai kesasaran. Sekiranya ini adalah penjelasan tentang

pentingnya mengasah potensi yang ada pada diri manusia. Sekiranya itulah

gambaran betapa jelasnya ajaran islam memandang bahwa menumbuhkan

potensi adalah suatu kemaslahatan yang dapat dicapai umat islam untuk

mengoptimalkan ketakwaannya kepada Allah SWT.

Aset sendiri merupakan suatu hal yang dapat digunakan atau

dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan dan bernilai kekayaan. Pendekatan

berbasis aset membantu komunitas atau pada hal ini kumpulan perempuan

kampung Mojoklanggru Lor dapat bekerja sama dengan fasilitator untuk

(38)

29

Beberapa paradigma dalam pendekatan ABCD yang dapat dijadikan

sebagai prinsip dallam pengembangan masyarakat adalah:20

1). Setengah Terisi lebih Berarti (Half Full Half Empty)

Salah satu modal utama dalam program pengabdian

terhadap masyarakat berbasis aset adalah merubah cara

pandang komunitas terhadap dirinya. Tidak hanya terpaku pada

kekurangan dan masalah yang dimiliki. Tetapi memberikan

perhatian kepada apa yang dipunyai dan apa yang dapat

dilakukan.21

2). Semua Punya Potensi (Nobody Has Nothing)

Dalam konteks ABCD, prinsip ini dikenal dengan istilah

“Nobody has nothing”. Setiap manusia terlahir dengan

kelebihan masing-masing. Tidak ada yang tidak memiliki

potensi, walau hanya sekedar kemampuan untuk tersenyum dan

memasak air. Semua berpotensi dan semua bisa berkontribusi.

Dengan demikian, tidak ada alasan bagi setiap

masyarakat Mojoklanggru Lor untuk tidak berkontribusi nyata

terhadap perubahan lebih baik. bahkan, keterbatasan fisikpun

20

Tim KKN ABCD UIN Sunan Ampel, Panduan KKN Asset Based Community Development,

(Surabaya:LPPM UIN Sunan Ampel,2015), hlm 26

21 Christopher Dureau, Pembaru dan kekuatan lokal untuk pembangunan, Australian Community

(39)

30

tidak menjadi alasan untuk tidak berkontribusi. Ada banyak

kisah dan inspirasi orang-orang sukses yang justru berhasil

membalikkan keterbatasan dirinya menjadi sebuah berkah,

sebuah kekuatan.22

3). Partisipasi (Participation)

Partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi

seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung

jawab di dalamnya. Banyak ahli memberikan pengertian

mengenai konsep partisipasi.23 Pengertian tentang partisipasi

dapat juga berarti bahwa pembuat keputusan menyarankan

kelompok atau masyarakat Mojoklanggru Lor khusunya

komunitas perempuannya ikut terlibat dalam bentuk

penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan

dan jasa. Partisipasi dapat juga berarti bahwa kelompok

mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka,

membuat keputusan, dan memecahkan masalahnya.

4). Kemitraan (Partnership)

Partnership merupakan salah satu prinsip utama dalam

pendekatan pengembangan masyarakat berbasis aset (Asset

Based Community Development). Partnership merupakan modal

22 Ibid, hal.17.

23

(40)

31

utama yang sangat dibutuhkan dalam memaksimalkan posisi dan

peran masyarakat Jasem dalam pembangunan yang dilakukan.

Hal itu dimaksudkan sebagai bentuk pembangunan dimana yang

menjadi motor dan penggerak utamanya adalah masyarakat itu

sendiri (community driven development). Karena pembangunan

yang dilakukan dalam berbagai varinnya seharusnya

masyarakatlah yang harus menjadi penggerak dan pelaku

utamanya. Hal itu terjadi karena dalam diri masyarakat telah

terbentuk rasa memiliki (sense of belonging) terhadap

pembangunan yang terjadi di sekitarnya.24

5). Penyimpangan Positif (Positive Deviance)

Positive Deviance atau (PD) secara harfiah berarti

penyimpangan positif. Secara terminologi positive deviance (PD)

adalah sebuah pendekatan terhadap perubahan perilaku individu

dan sosial yang didasarkan pada realitas bahwa dalam setiap

masyarakat Mojoklanggru Lor meskipun bisa jadi tidak banyak

terdapat orang-orang yang mempraktekkan strategi atau perilaku

sukses yang tidak umum, yang memungkinkan mereka untuk

mencari solusi yang lebih baik atas masalah yang dihadapi

daripada rekan-rekan mereka itu sendiri.25

24 Ibid Suranto... Hal.20.

25 Edi Suharto, membangun masyarakat memberdayakan masyarakat, (Bandung: Refika Aditama,

(41)

32

Realitas tersebut mengisyaratkan bahwa sering kali terjadi

pengecualian- pengecualian dalam kehidupan masyarakat dimana

seseorang atau beberapa orang mempraktekkan perilaku dan

strategi berbeda dari kebanyakan masyarakat pada umumnya.

Strategi dan perilaku tersebut yang membawa kepada

keberhasilan dan kesuksesan yang lebih dari yang lainnya.

Realitas ini juga mengisyaratkan bahwa pada dasarnya

masyarakat Mojoklanggru Lor memiliki asset yang berupa lahan

kosong dan sumber daya mereka sendiri untuk melakukan

perubahan-perubahan yang diharapkan. Positive deviance

menjadi energi alternatif yang vital bagi proses pengembangan

dan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan. Energi itu

senantiasa dibutuhkan dalam konteks lokalitas masing-masing

komunitas.26

6). Berawal Dari Masyarakat) Endogenous)

Endogenous dalam konteks pembangunan memiliki

beberapa konsep inti yang menjadi prinsip dalam pendekatan

pengembangan dan pemberdayaan komunitas perempuan

berbasis kekuatan. Beberapa konsep ini tersebut adalah sebagai

berikut27:

26Ibid Edi Suharto.., hal. 25

27 Suntoyo usman, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, (yogyakarta: Pustaka Pelajar,

(42)

33

1. Memiliki kendali lokal atas proses pembangunan

peningkatan perekonomian kampung Mojoklanggru Lor.

2. Mempertimbangkan nilai budaya secara sungguh-sungguh.

3. Mengapresiasi cara pandang yang pernah di peroleh

masyarakat dalam membentuk kelompok perempuan yang

produktif.

4. Menemukan keseimbangan antara sumber internal dan

eksternal.

Beberapa aspek diatas merupakan kekuatan pokok yang sangat

penting dalam pembangunan masyarakat. Sehingga dalam

aplikasinya, konsep “pembangunan endogen” kemudian mengakuinya

sebagai aset-kekuatan utama yang bisa dimobilisasi untuk digunakan

sebagai modal utama dalam peningkatan perekonomian masyarakat.

Metode ini menekankan dan menjadikan aset-aset tersebut sebagai

salah satu pilar pembangunan. Sehingga dalam kerangka

pembangunan endogen, aset-aset tersebut kemudian menjadi bagian

dari prinsip pokok dalam pendekatan ABCD yang tidak boleh

dinegasikan sedikitpun.28

7). Menuju Sumber Energi (Heliotropic)

Energi dalam pengembangan bisa beragam. Diantaranya adalah

mimpi besar yang dimiliki oleh komunitas, proses pengembangan

28Edi Suharto, membangun masyarakat memberdayakan masyarakat, (Bandung: Refika Aditama,

(43)

34

yang apresiatif, atau bisa juga keberpihakan anggota komunitas

yang penuh totalitas dalam pelaksanaan.

Monitoring dan evaluasi adalah kegiatan yang sangat penting

dalam proses pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.

Dengan itu maka akan diketahui sejauh mana efektifitas dan

efisiensi program sosial yang diberikan. Pemantauan secara terus

menerus proses perencanaan dan pelaksaan kegiatan, dan

mengukur berhasil tidaknya program yang dilaksanakan, apa

sebabnya berhasil dan apa sebabnya gagal, serta bagaimana tindak

lanjutnya.29

Setelah dilakukan pendampingan berbasis aset dengan

mencari dan mendata semua aset yang dimiliki masyarakat mulai

dari aset fisik, aset finansial, aset sosial, aset lingkungan yang

biasanya disebut dengan Pentagonal Aset. Kemudian setiap

manusia pasti memiliki masa lalu baik itu positif dan negatif yang

dimiliki oleh perorangan maupun masyarakat. Untuk menggali

potensi-potensi masyarakat selain model yang diatas, masih ada

strategi lain yang digunakan oleh fasilitator yang dilakukan

bersama masyarakat untuk terwujudnya pendampingan yang akan

dilakukan bersama. Stategi-strategi tersebutl diantaranya discovery

29 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandunng: PT. Refika

(44)

35

(menemukan), dream (mimpi), design (merancang), define

(menetukan masalah), dan destiny (memastikan).

Model ini memusatkan posisinya pada kekuatan dan keberhasilan

diri dan komunitas yang bertujuan merangsang kreativitas, inspirasi, dan

inovasi masyarakat untuk mendapatkan kembali masa kejayaan yang

pernah mereka peroleh dahulu. Kemampuan terkait potensi, kekuatan,

keberhasilan, serta dibarengi dengan asset yang mereka miliki akan

memberikan energy positif untuk membantu dan mengembalikan kekuatan

dan keberhasilan mereka dalam mengubah cara pandang terhadap segala

sesuatu menjadi lebih baik dalam segi berbagai hal bahwa kita mampu dan

bisa merubah kondisi hidup diri sendiri maupun orang lain.

E. Manajemen Pengembangan Kelompok Masyarakat

Kelompok masyarakat yang menjadi fokus pendampingan berbasis

aset pada kampung Mojoklanggru Lor ini adalah sebuah perkumpulan

beberapa perempuan yang tidak mempunyai kesibukan diluar rumah dan

juga mempunyai kesibukan diluar rumah. Dari semua latar belakang itu

diharapkan pendampingan peningkatan partisipasi perempuan dapat

menemui proses pengelolaan yang matang. Oleh karena itu tokoh

masyarakat yang sadar dengan pemanfaatan potensi Pokmas harus dapat

menjadi manajer bagi perempuan yang telah bergabung di Pokmas maupun

(45)

36

pengorganisasian kelompok masyarakat berbasis usaha kerakyatan memang

sangat penting dipahami pihak-pihak yang terkait dalam pendampingan.

Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses

perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber

daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti

bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien

berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan

sesuai dengan jadwal.30 Manajemen adalah suatu proses kegiatan yang

dengan memanfaatkan unsur-unsur manusia,uang,materi, dan metode secara

efisien untuk mencapai tujuan bersama.31

Salah satu pakar manajemen yang terkenal adalah George R. Terry,

manyebutkan empat fungsi pokok manajemen yang disingkat dengan POAC

(Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling). Planning artinya

perencanaan, dimana seorang manajer harus mampu membuat sebuah

rencana atau program keja yang akan diwujudkan ke depan dalam wadah

organisasi/industri.

Organizing artinya pengorganisasian, maksudnya proses dimana

seorang manajer membagi-bagi tugas dan memberi batas-batas otoritas atau

wewenang sesuai dengan apa yang telah direncanakan oleh atasan. Dengan

demikian, setiap orang (bawahannya) tahu persis apa yang menjadi

30 R. Griffin. Business, 8th Edition. NJ: Prentice Hall 2006 dikutip dalam Muhtadi & Tantan

Hermansah, Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam, (UIN Jakarta Press) 31

(46)

37

kewajiban dan harus dilakukannya, kepada siapa ia harus berhubungan serta

memberikan pertanggung jawaban.

Actuating artinya penggerakan atau menyatakan apa yang telah

direncanakan dan telah menerima apa saja pekerjaan /tugas-tugas yang

diembannya, sehingga tercapai apa yang diinginkan manajer. Pada fungsi ini

pula seorang manajer harus mampu memberikan contoh-contoh dan

motivasi agar para bawahannya tetap bersemangat untuk mencapai tujuan

dari industri/perusahaan.

Controlling artinya pengendalian dan pengawasan; maksudnya pada

fungsi ini seorang manajer melakukan proses pengawasan sekaligus

evaluasi terhadap apa-apa yang sedang dan telah dilakukan oleh para

bawahannya. Ia membandingkan hasil kerja yang telah dicapai atau

sedasngan dalam proses dengan standar yang sebelumnya telah ditetapkan

(47)

38

BAB III

GAMBARAN UMUM KAMPUNG MOJOKLANGGRU LOR

A.Aspek Geografis

Lokasi pendampingan di pusatkan pada tempat kegiatan produksi

Pokmas konveksi yang sudah disepakati. Tepat wilayahnya di Kampung

Mojoklanggru RW 04 Kecamatan Gubeng Kota Surabaya. Kelurahan Mojo

terletak pada wilayah Kota Surabaya bagian pusat, berbatasan langsung dengan

empat Desa / Kelurahan yaitu Mulyorejo, Airlangga, Manyar Sabrangan, Pacar

Kembang. Serta berbatasan juga dengan dua Kecamatan yaitu Mulyorejo, dan

Tambak Sari, tidak hanya itu, Kelurahan Mojo juga sangat dekat dengan pusat

kota hanya berjarak sekitar lima kilometer. Mojoklanggru Lor merupakan

kawasan Kelurahan Mojo Kecamatan Gubeng Surabaya.

Gambar 3.1

(48)

39

Secara geografis akses ke lokasi Kampung Mojoklanggru Lor sangatlah

mudah. Letaknya yang sangat dekat dari jalan raya utama yaitu Jl. Prof Dr.

Moestopo menjadikan wilayah ini termasuk kawasan strategis di wilayah

perkotaan. Wilayah yang strategis inilah yang membuat banyak

bangunan-bangunan dan lapak-lapak para pengusaha kecil maupun besar bermunculan di

sekitar kawasan ini.

Mengenai kondisi sosial yang ada di wilayah RW04 didapatkan sebuah

fenomena yang dimana kondisi lingkungan pemukiman di perkotaan yang

tidak lepas dari masalah urbanisasi. Demikian juga di wilayah RW 04 ini

banyak perubahan- perubahan dari beberapa aspek yang tentunya sangat masuk

akal jika yang menjadi penyebab masalah adalah bertambahnya penduduk

pendatang di wilayah ini yang sangat tinggi perkembangannya. Pertambahan

penduduk pendatang memunculkan secara otomatis fenomena-fenomena baru

di wilayah RW 04.

Table 3.1 Pekembangan Fasilitas Sosial Kampung Mojoklanggru Lor

1993 2003 2008 Saat ini

Tempat Ibadah 000 000 00 00

Tempat mengaji 0000 000 00 0

Pasar 0 0 - -

Tokoh kelontong / Pedagang

000 000 0000 00000

(49)

40

Melihat keterangan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa adanya

penurunan dan peningkatan kondisi sosial di wilayah RW 04 dari waktu ke

waktu. Kondisi sosial dapat dibaca melalui adanya perubahan-perubahan

fasilitas sosial (fisik) yang memang dapat dilihat secra kasat mata. Pada jumlah

penduduk dianalisiskan terdapat peningkatan, yang berarti adanya pertambahan

penduduk di wilayah ini. Pertambahan penduduknya terjadi secara stabil tidak

ada lonjakan penduduk yang sangat tajam antara tahun 1998 hingga saat ini.

Pertambahan penduduk tersebutlah yang memicu masalah- masalah lain

pada perubahan kondisi sosial di wilayah kampung ini. Melihat pada aspek

keagamaan yang ternyata semakin menurun fasilitasnya , yang tadinya banyak

sekarang hanya beberapa saja. Kondisi ini mungkin dapat dimaklumi karena

28

Diskusi anggota karang taruna dan sesepuh masyarakat Mojoklanggru

0 000

Sumber : hasil wawancara dan pengamatan bersama warga melalui

(50)

41

tempat ibadah dan mengaji berkurang bukan hilang, melainkan adanya

pemusatan pada suatu wilayah. Dulu banyak mushola di kampung ini sekarang

semua pusat pendidikan agama dan ibadah dijadikan satu di dua masjid utama

di RW 04 ini. Hal ini juga di maksudkan untuk mengantisipasi terpecah

belahnya masyarakat.

Pada kondisi –kondisi dimana fasilitas sosial ada yang semakin hilang

atau berkurang menunjukkan adanya unsure kemunduran. Seperti pasar yang

dulu ada sekarang tidak ada, ini menunjukkan bahwa masyarakat kurang

mengoptimalkan kegiatan ekonomi sekitar. Dulu ada jalan di kampung ini yang

menjadi pusat para pedagang sayur keliling untuk berhenti, karena alasan

kebersihan lingkungan para pedagang yang dulu berhenti di jalan ini tidak lagi

ada. Sangat disayangkan kondisi ini bisa hilang. Padahal jika masyarakat

mampu mengolah dan mengajak kerjasama para pedagang sayur yang

membuka lapak tersebut mungkin saat ini dapat memunculkan beberapa

manfaat. Jika pasar ini masih dibiarkan dengan menggunakan sistem perijinan

yang dikelola masyarakat sendiri , kemudahan akses dan penambahan lahan

ekonomi akan muncul. Masyarakat tidak usah jauh-jauh mendapatkan

kebutuhan memasak dan mungkin jika pasar masih ada masyarakat banyak

(51)

42

Tabel 3.2

Keadaan geografis sekitar kampung Mojoklanggru Lor

No Keadaan Keterangan

1 Tinggi tanah dari pemukaan laut 2m

2 Curah hujan rata-rata pertahun 1572 mm/Tahun

3 Topografi (daratan rendah, tinggi, pantai) Menengah

4 Keadaan suhu udara rata-rata 32 ºC

Sumber: Data Geografi Kelurahan Mojo

B.Aspek Demografi

Penduduk yang bertempat tinggal di Kelurahan Mojo ada dua, yaitu

penduduk asli Mojo dan pendatang, baik dari luar daerah ataupun luar negeri,

untuk WNI sendiri 51.575 orang sedangkan orang asing berjumlah 7 orang.

Karena Kelurahan Mojo terletak di lingkungan perkotaan maka antara

mobilitas penduduk dan Jumlah penduduk musiman sering berubah-ubah.

Motif bagi pendatang sendiri dikarenakan mengikuti istri atau suami dan juga

dikarenakan pekerjaan sehingga mereka harus menetap di Kelurahan Mojo.

(52)

43

seluruhnya masyarakat Mojo berjumlah 51,662 jiwa, terdiri 26.087 orang

laki-laki dan 25.575 orang perempuan.29

Tabel 3.3

Jumlah Penduduk di Kampung Mojoklanggru Lor

No Jenis Kelamin Jumlah

1 Laki-laki 26.087 Jiwa

2 Perempuan 25.575 Jiwa

Jumlah 51.662 Jiwa

Sumber: Data Monografi yang dapat dilihat di Kantor Kelurahan Mojo

C.Aspek Perekonomian

Pada umumnya masyarakat Mojoklanggru Lor berprofesi sebagai

wiraswasta. Hal ini dapat diketahui dari tabel di bawah ini.

Tabel 3.4

Profesi Penduduk Kelurahan Mojo

NO. Jenis Profesi Penduduk Jumlah

1 PNS 4.325 orang

(53)

44

2 POLRI 981 orang

3 TNI 1.614 orang

4 Pensiunan 1.154 orang

5 Wiraswasta 8.293 orang

6 Pelajar/Mahasiswa 1.374

7 Ibu Rumah Tangga 3.545

8 Belum Bekerja 539

D.Aspek Pendidikan

Tingkat Pendidikan Masyarakat Mojo Ada dua macam tingkat pendidikan

di Mojo yaitu formal dan tingkat pendidikan khusus. Pada tingkat pendidikan

formal. Jumlah masyarakat yang tidak tamat SD sebanyak 3677 orang, jumlah

masyarakat berpendidikan akhir SD sebanyak 10580 orang, jumlah

masyarakat yang tidak berpendidikan akhir atau drop out SMP/SLTP sebanyak

3506 orang, jumlah masyarakat yang berpendidikan akhir SMP/SLTP

sebanyak 10419 orang, jumlah masyarakat yang tidak berpendidikan akhir

atau droup out SMA/SLTA sebanyak 3116 orang, jumlah masyarakat yang

berpendidikan akhir SMA/SLTA sebanyak 10360 orang jumlah masyarakat

Gambar

Tabel 3.1  Pekembangan Fasilitas Sosial Kampung Mojoklanggru Lor
Tabel 1.1 Rencana pendampingan berbasis ABCD
  Gambar 3.1  Letak kawasan Mojo pada peta Kecamatan Gubeng
Table 3.1 Pekembangan Fasilitas Sosial Kampung Mojoklanggru Lor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sebagai orang Islam yang memiliki aturan yang sangat jelas tentang halal dan haram, seharusnya konsumen muslim terlindungi dari produk- produk yang tidak halal atau tidak

Menurut sistem hukum Islam, zina adalah tindakan melakukan hubungan seksual yang diharamkan di kemaluan atau di dubur oleh dua orang (atau lebih) yang bukan

Jika strategi pengelolaan bencana menjadi acuan dalam tanggapan perilaku manusia atau kelompok sosial dalam menghadapi suatu ancaman bencana menjadi lebih efektif, maka

Kelompok  Usaha  mengakui  aset  hak-guna  pada tanggal dimulainya sewa (yaitu, tanggal  aset  terkait  tersedia  untuk  digunakan).  Aset  hak-guna  diukur  pada 

Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) merupakan kegiatan pemberian dana bergulir kepada kelompok perempuan dalam mengembangkan usaha mikro yaitu dengan memberikan

Kepala Seksi Pengembangan Kemitraan, Hutan Rakyat dan Hutan Adat Wilayah I pada Subdirektorat Pengembangan Usaha Kemitraan, Hutan Rakyat dan Hutan Adat, Direktorat

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tigkat efektivitas kepemimpinan, lingkungan kerja sosial, dan kinerja. Desain penelitian ini adalah cross sectional

Untuk mengetahui kelimpahan masing- masing spesies lalat buah yang terdapat di tiap- tiap lokasi penelitian dan preferensinya terhadap atraktan, di masing-masing lokasi