PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM MEWUJUDKAN
EFEKTIFITAS KELOMPOK USAHA BERSAMA
(Pendampingan Berbasis Aset Pada Pokmas RW 04 Kelurahan Mojo
Kecamatan Gubeng Kota Surabaya)
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh :
ISYARANIS APRIHATINI NIM: B72211034
PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
SURABAYA
xi ABSTRAK
Isyaranis Aprihatini,2016. Peningkatan Partisipasi Perempuan dalam
Mewujudkan Efektifitas Kelompok Usaha Bersama (Pendampingan Berbasis Aset pada Pokmas RW 04 Kelurahan Mojo Kecamatan Gubeng Kota Surabaya).
Pendampingan difokuskan pada aksi peningkatan partisipasi perempuan kampung Mojoklanggru Lor di kota Surabaya untuk menguatkan eksistensi kelompok masyarakat atau Pokmas dibidang ekonomi secara efektif. Pokmas Sholehah Sejahtera di kampung Mojoklanggru Lor ini adalah salah satu kelompok kecil dari masyarakat Mojoklanggru Lor yang sebenarnya berpotensi emas. Karena berawal dari potensi yang sudah ada maka pendampingan dilakukan
sesuai dengan metode Asset Based Community Development atau ABCD.
Pendekatan tersebut adalah pendampingan pengembangan masyarakat dengan perspektif aset dasar dari suatu kondisi masyarakat. Singkatnya pendampingan pemberdayaan masyarakat yang memanfaatkan peluang potensi yang ada namun belum disadari.
Pada garis besarnya keseluruhan proses analisis aset dilakukan dengan diskusi bersama anggota Pokmas,tokoh masyarakat,dan perempuan Mojoklanggri Lor yang lain. Berbagai diskusi apresiatif untuk mengenali aset menghasilkan skala prioritas aset yang disepakati yakni potensi perempuan dalam mengembangkan kelompok usaha di bidang konveksi yang dipelopori Pokmas.
Pokmas Sholehah Sejahtera berawal dari sebuah kelompok pengajian perempuan,kemudian menjadi partisipan program pelatihan pembuatan kecap yang tidak efektif. Ketidakefektifan program pembangunan yang berupa pelatihan inilah awal dari terbentuknya kelompok perempuan yang didampingi untuk meneruskan dan mengembangkann aset sosial dan keuangan yang dapat didapat dari program tersebut. Aset sosial berupa terkoordinasinya perempuan Mojoklanggru Lor dalam pengajian serta eksistensi tokoh masyarakat. Sementara aset keuangan berupa modal dari pemerintah untuk pembentukan kelompok usaha kecil di masyarakat. Selanjutnya mengerahkan tokoh masyarakat di Mojoklanggru Lor untuk membangkitkan aset sosial dan keuangan yang hampir diabaikan karena kurangnya partisipasi dan antusiasme masyarakat. Segala proses pendampingan komunitas perempuan kampung Mojoklanggru Lor ini dilaksanakan penuh untuk menindaklanjuti pesimisme masyarakat atas ketidakefektifan program pembangunan dan pemberdayaan untuk masyarakat perkotaan. Dengan menguatkan potensi akan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk mengembangkan aset menuju perubahan yang lebih baik.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...i
HALAMAN PERSETUJUAN ...ii
HALAMAN PENGESAHAN ...iii
PERNYATAAN KEASLIAN ...iv
MOTTO ...v
PERSEMBAHAN ...vi
KATA PENGANTAR ...vii
ABSTRAK ...viii
DAFTAR ISI ...ix
DAFTAR TABEL...xi
DAFTAR GAMBAR...xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ...1
B. Fokus dan Tujuan Pendampingan ...9
C. Rencana Pendampingan ...10
D. Pihak-Pihak Terkait...10
E. Sistematika Pembahasan ...12
BAB II LANDASAN TEORI DAN KONSEP A. Konsep Perubahan Sosial Perspektif Islam ...13 B. Pengembangan Masyarakat Islam Wujud Dakwah bil Hal ..17
C. Kajian Islam Perspektif Partisipasi Perempuan ...23
D. Prinsip-Prinsip Pendekatan ABCD ...26
B. Aspek Demografis ...42
C. Aspek Ekonomi...43
D. Aspek Pendidikan ...44 E. Aspek Kesehatan ...45 F. Aspek Keagamaan ...47 BAB IV PROSES MEWUJUDKAN EFEKTIFITAS POKMAS A. Tahap Inkulturasi ... 50
B. Kilas Balik Potensi...52
C. Memimpikan Kesuksesan...55
D. Merencanakan Keberlanjutan Efektifitas Pokmas...61
BAB V MENGGAPAI EFEKTIFITAS POKMAS PEREMPUAN MOJOKLANGGRU LOR A. Penguatan Potensi untuk Meningkatkan Partisipasi Perempuan...71
B. Peningkatan Kualitas Produk Pokmas...74
BAB VI SEBUAH CATATAN REFLEKSI A. Sentuhan Pemberdayaan yang Menguatkan...81
B. Peran Pendamping...85
BAB VII PENUTUP A. Kesimpulan ...95 B. Rekomendasi ...99
DAFTAR PUSTAKA...97
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Rencana pendampingan berbasis ABCD
Tabel 3.1 Pekembangan Fasilitas Sosial Kampung Mojoklanggru Lor
Tabel 3.2 Keadaan geografis sekitar kampung Mojoklanggru Lor
Tabel 3.3 Jumlah Penduduk di Kampung Mojoklanggru Lor
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Letak kawasan Mojo pada peta Kecamatan Gubeng
Gambar 3.2 Suasana TPQ Masjid Al Ikhlas di lingkungan Mojo
Gambar 3.3 Suasana kegiatan keagamaan pada kampung Mojo
Gambar 4.1 Kegiatan inkulturasi melalui kegiatan arisan
Gambar 3.2 Kegiatan pengajian perempuan Mojoklanggru Lor
Gambar 4.3 Diskusi rencana aksi penguatan partisipasi Pokmas
Gambar 5.1 Proses peningkatan perluasan jaringan dengan mengikuti pameran yang diselenggarakan pihak swasta.
Gambar 5. 2 Kader lokal meningkatkan partisipasi dalam menjahit
Gambar 5.3 Peningkatan kualitas produk Pokmas melalui teknologi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu masalah yang menghimpit bangsa Indonesia yang hingga
saat ini belum terselesaikan adalah masalah kemiskinan. Upaya
penghapusan kemiskinan di negeri ini dapat lebih efektif dengan memberi
ruang bagi perempuan untuk menjadi lebih produktif. Kemandirian
ekonomi perempuan pada suatu negara akan berdampak pada peningkatan
kualitas kehidupan, kesehatan, pendidikan, dan kebahagian pada negara
tersebut.
Meningkatkan kemandirian perempuan dalam pembangunan akan
menciptakan generasi penerus bangsa yang sehat fisik dan cerdas agar
budaya kemiskinan dari suatu keluarga tidak berlanjut. Hal ini mengutip
teori dari Oscar Lewis tentang budaya kemiskinan itu diturunkan dari satu
generasi ke generasi lain.1 Ini artinya jika kemisikinan masih menyelimuti
kelompok perempuan maka jangka panjangnya dapat melembagakan
kemisikinan. Maka peran perempuan dalam pembangunan yang mendasar
adalah mempersiapkan anak bangsa yang sehat, cerdas, dan terampil.
Peran itu tak mungkin dapat dicapai jika mental perempuannya hanya
pasrah terhadap kemiskinan. Hal inilah yang menjadi faktor mengapa
1Lukman Soetrisno,Kemiisinan Perempuan dan Pemberdayaan, (Yogyakarta:Kanisius,1997), hlm
2
perempuan sangat penting untuk dikembangkan potensinya dimanapun
mereka tinggal.
Peran perempuan yang selama ini hanya memainkan fungsi reproduksi
dengan lingkup tanggungjawab mengurus rumah tangga semata, kini
bergeser ke arah peran yang lebih produktif. Perempuan di era modern
harus mampu membangun kedaulatan ekonominya sendiri. Banyak sekali
sektor yang dapat dimanfaatkan oleh perempuan untuk membangun
kemandirian ekonominya. Salah satunya misalnya melalui industri
rumahan (home industry), seperti bisnis kerajinan tangan, menjahit
pakaian, bisnis makanan, catering, bisnis kue-kue, membangun kelompok
usaha bersama, atau menjajaki kemungkinan pekerjaan di sektor informal
lainnya.
Usaha mikro yang dikelola perempuan tersebut disadari atau tidak
akan berdampak pada ketahanan dan kemajuan ekonomi sebuah negara.
Ini terbukti bahwa usaha mikro mampu menyelamatkan Indonesia dari
krisis ekonomi 1997, juga krisis keuangan global 2008 yang juga
berdampak sistemik terhadap perekonomian Indonesia. Tentu amat
disayangkan, jika melihat potensi dan kuantitas perempuan yang begitu
besar namun tidak diberdayakan menjadi tenaga produktif. Perempuan
produktif merupakan istilah yang dilekatkan pada perempuan yang telah
mampu memberi kontribusi secara ekonomi baik pada dirinya sendiri,
3
Upaya pengembangan keberdayaan masyarakat lewat pembangunan
menurut Parsudi Suparlan yaitu upaya yang direncanakan dan dilaksanakan
pemerintah, badan-badan, lembaga-lembaga internasional, nasional, maupun
lokal yang terwujud dalam bentuk-bentuk kebijaksanaan, program, atau
proyek yang secara terencana mengubah cara hidup atau kebudayaan suatu
masyarakat agar lebih baik atau sejahtera daripada sebelumnya2.
Kesejahteraan dalam konteks ini sekiranya dapat dimaknai berdayanya
masyarakat secara merata dalam memenuhi, terutama kebutuhan dasar
dalam keberlangsungan hidupnya. Mengembangkan masyarakat juga sama
halnya dengan meningkatkan partisipasi masyarakat potensial untuk
menyelesaikan berbagai permasalahan sesuai kondisi dan kebutuhan yang
nyata dengan altenatif solusi yang tepat sasaran.
Mengutip dan memaknai konsep pembangunan Parsudi Suparlan
tersebut betapa pentingnya peran kelembagaan yang berwewenang atau
perencana pembangunan dapat sungguh-sungguh menjadi penggerak dan
pengorganisir masyarakat. Dalam hal ini seorang penggerak perubahan
dalam lingkungan masyarakat sangatlah penting dalam mengkondisikan
individu dan dalam skala yang lebih luas mengkoordinasikan sebuah
kelompok masyarakat agar menguatkan jiwa-jiwa pemberdayaan dan
kemandirian dalam setiap individu yang tergabung didalamnya.
Sudah menjadi hal biasa kita lihat di media-media program-program
pembangunan dalam rangka pengentasan kemiskinan yang dilakukan
2 Bambang Budiono, Buku Ajar Antropologi Pembangunan, (PT.Revka Petra
4
Pemerintah cenderung banyak menuai kritik dan saran. Program
pembangunan yang menuai kritik dari masyarakat pada umumnya karena
pada proses yang tidak berkelanjutan atau dalam jangka panjang program
hanya sia-sia. Secara kasat mata program yang hanya berupa bantuan dari
pemerintah tidak dapat dinikmati secara berlanjut dan selalu mangkrak.
Seperti contoh kecil program Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang
sebenarnya mempunyai tujuan yang baik untuk mengurangi beban ekonomi
masyarakat walaupun hanya sesaat. Banyak bantuan-bantuan secara fisik
yang berusaha disalurkan pemerintah untuk mendukung pengembangan
masyarakat yang terkadang banyak proses transparansinya kurang
meyakinkan masyarakat sehingga sangat wajar masyarakat mengkritik.
Kritik pembangunan atas tidak berlanjutan program bantuan
pemerintah karena perencanaan yang tidak matang banyak ditemukan di
masyarakat metropolitan. Tidak bermaksud membedakan dengan
masyarakat pedesaan namun pada dasarnya masyarakat harus menerima
bahwa pada kenyataannya masyarakat pedesaan dan perkotaan mempunyai
budaya yang berbeda. Pada masyarakat pedesaan teknik pemberdayaan
masyarakatnya jelas mempunyai perbedaan karena budaya yang terbentuk
dari masing-masing lingkungan berbeda sejak dari awal. Pada masyarakat
pedesaan kegiatan pemberdayaan lewat potensi lingkungan atau alam
mempunyai peluang keefektifan yang lebih baik dari pada jika diterapkan
5
potensi bantuan keuangan juga tidak akan efektif jika tidak cocok dengan
lingkungan alam masyarakat pedesaan.
Masyarakat baiknya tidak pesimis yang berlebihan menanggapi
anggapan dan hasil sebuah program yang secara kasat mata gagal. Sebagai
masyarakat yang besar, kita sebagai warga negara Indonesia perlu
menyadari bahwa proses bantuan pemerintah dari hasil anggaran negara
secara ekonomi memang tidak bisa langsung satu kali proses menyelesaikan
semua permasalahan namun butuh proses selanjutnya dari kita sasaran
program. Bukan bermaksud membela ketidakefektiifan namun pemikiran
positif harus dimmunculkan agar kita bergerak lebih aktif dan rasional lagi
dalam melihat ketidakefektifan program pembangunan dari pemerintah.
Karena pada dasarnya potensi itu bisa muncul dengan kekuatan
bermasyarakat yang harmonis. Hal inilah yang menjadi penguat bahwa tepat
sekali memilih pendampingan masyarakat untuk perubahan di masyarakat
berbasis kepada aset.
Salah satu upaya mandiri yang dapat dilakukan dalam rangka
pengentasan kemiskinan adalah dengan membuka atau mengembangkan
usaha ekonomi produktif bagi penduduk miskin dalam skala mikro dan
kecil. Namun bila dicermati secara lebih mendalam, ternyata usaha kecil
yang kadang dianggap remeh justru usaha tersebut dapat bertahan dan
bahkan semakin berkembang. Melihat fenomena ini kiranya perlu
6
yang terjadi pada sector usaha kecil perlu dilakukan pemantauan
terus-menerus agar mampu meningkatkan pertumbuhan dan daya saing.
Sektor usaha ekonomi produktif dalam skala kecil merupakan sektor
yang dinilai menguntungkan dan diperkirakan mampu “menjaga” ekonomi
rumah tangga dalam keterpurukan. Memasuki usaha ekonomi produktif
dalam skala kecil membutuhkan persyaratan dan ketrampilan yang tidak
terlampau sulit. Sektor ini juga memungkinkan mobilitas atau pengendalian
potensi sumberdaya setempat.
Sebelum tahun 2013 di kampung Mojoklanggru Lor tidak terlihat
adanya kelompok sosial masyarakat yang aktif, namun setelah Ketua RW
berinisiatif mengundang tokoh agama untuk mengkoordinasikan jamaah
pengajian perempuan untuk ikut pelatihan, disinilah pendamping melihat
mulai ada aset yang sebenarnya harus dikembangkan. Pada awalnya
pelatihan yang diadakan di kantor kecamatan Gubeng sangatlah tidak efektif
karena langsung menawarkan pelatihan pembuatan kecap. Dari dudut
pandang pendampingan berbasis aset masyarakat Mojoklanggru Lor
didampingi untuk tidak melihat hal yang tidak baik itu namun melihat
bagaimana apa yang sudah dipunyai yaitu jika pada kondisi di
Mojoklanggru Lor adalah terbentuk secara tidak sengaja beberapa
perempuan dalam program pembangunan.
Pokmas Sholehah Sejahtera yang digerakkan oleh partisipasi Ibu-Ibu
ini awalnya mencoba memproduksi Kecap Cap Jempol. Kegiatan ini adalah
7
naungi oleh Badan Pengembangan UKM daerah Surabaya. Pilihan produk
yang akan dikembangkan ini dinilai sangat tidak efektif karena itu saat ini
produksi kecap tidak berlanjut. Ibu-Ibu berpendapat produksi kecap itu
dirasakan sulit karena saat itu Ibu-Ibu banyak yang tidak tertarik karena
untuk ukuran KSM baru, produksi kecap itu akan memerlukan usaha yang
sangat ekstra, mengingat produk-produk kecap pabrik besar sudah banyak.
Apalagi maslah modal juga dirasa sangat kurang dalam mengembangkan
kegiatan ini.3
Berhentinya KSM produksi kecap di kalangan Ibu-Ibu di RW 04
KampungMojoklanggru ini akhirnya tidak berlangsung lama, pada tahun
2014 Ibu-Ibu mendaftarkan diri untuk mengikuti kegiatan Pokmas dengan
produksi busana muslim atau Pokmas yang berorientasi pada konveksi.
Modal yang didapatkan oleh Ibu-Ibu di kampung ini awalnya adalah
mengajukan proposal pada Dinas Sosial. Setelah proposal ini diterima
akhirnya Pemerintah mensetujui untuk memberikan dana hibah sebagai
modal utama kepada kelompok ini untuk memfasilitasi semua peralatan
dalam mengembangkan Pokmas Sholehah Sejahtera di bidang Konveksi.
Saat ini Pokmas Sholehah Sejahtera yang usaha di bidang konveksi
busana muslimah dipusatkan di salah satu rumah warga yaitu Ibu Ninik
seorang penjahit yang cukup dikenal sejak lama di kampung tersebut.
Namun beberapa mesin di rumah Ibu Sri yang juga penjahit. Ibu Ninik dan
Ibu Sri adalah juga penjahit yang sudah dikenal dan aktif sebagai tokoh
3
8
masyarakat terutama dikalangan perempuan warga RW 04 Kampung
Mojoklanggru Lor. Oleh karena itu kedua ibu ini yang akan membimbing
Ibu-Ibu yang lain yang ingin ikut berpartisipasi. Pada awalnya perempuan
Mojoklanggru Lor yang benar-benar selalu aktif menggerakkan kegiatan
produksi Konveksi ada Ibu Ninik, Ibu Sri, Ibu Nina , Ibu Evi, Ibu Hamzah,
Ibu Yuli. Ibu-Ibu inilah yang saat ini mengatur jalannya produksi konveksi.
Pokmas yang masih berjalan belum lama ini masih pelan-pelan dalam
mengembangkan usahanya. Untuk masalah manajemen yang dikelola
Ibu-Ibu ini telah mengelolanya dengan perlahan namun pasti. Hasil keuntungan
yang diperoleh dari menjual produk konveksi akan dibagi kepada Ibu-Ibu
yang aktif tadi. Untuk jumlah hasil keuntungan juga akan disesuaikan
dengan kinerja masing-masing anggota yang aktif. Saat ini pasar dari
produksi konveksi masih dalam wilayah individu-individu di lingkungan
kampung Mojoklanggru Lor yang menjadi konsumen. Namun saat ini ada
setelah mulai ikut paneran-pameran Pokmas mendapat borongan untuk
memproduksi seragam bu-Ibu PKK.
Dengan berbagai proses yang dialami masyarakat kampung
Mojoklanggru Lor tersebut dalam mencoba menggerakkan kelompok ibu-bu
yang produktif di kampung, menjadi fokus penelitian untuk memahaminya.
Sebuah komunitas yang mempunyai potensi yang pasti untuk menuju
perubahan sangat disayangkan jika kurang mendapat apresiasi masyarakat.
Maka dibutuhkan sebuah perencanaan partisipatif untuk menekan angka
9
Berbagai masalah seperti kurang efektifnya usaha Pokmas dalam
menarik partisipasi masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga yang
mempunyai waktu luang ini dapat diatasi dengan menjembatani jurang
kesenjangan antara ibu-ibu dan penggerak Pokmas.4 Beberapa cara yang
potensial ditempuh guna menjembatani kesenjangan interaksi komunitas
penggerak Pokmas dan Ibu-Ibu lainnya. Oleh karena itu
B. Fokus dan Tujuan Pendampingan
Pendampingan ini difokuskan pada peningkatan aksi partisipatif
perempuan di kampung Mojoklanggru Lor dalam mengelola kelommpok
usaha bersama yang baru dirintis agar cepat . Penyadaran terhadap aset di
lingkungan masyarakat Mojoklanggru Lor merupakan salah satu acuan
peneliti dalam melakukan proses pendampingan berbasis aset sesuai dengan
ketentuan metode pendampingan Asset Based Community Development atau
ABCD.
Proses pendampingan dalam mengenal dan mengelola aset kepada
para perempuan di Mojoklanggru Lor, bertujuan agar para perempuan di
kampung-kampung kota semacam di Mojoklanggru Lor juga dapat
menghasilkan perubahan dalam lingkungannya. Mengingat terbentuk
sebagai kelompok masyarakat perkotaan kelompok ini harusnya dapat kuat
bersaing dalam meningkatkan kegiatan sosial dan ekonomi daerah dalam
mensukseskan pembangunan tepatnya di Kota Surabaya.
4Dumasari, Dinamika Pengembangan Masyarakat Partisipatif, (Pustaka
10
C. Pihak- Pihak Terkait
Pihak pihak yang terkait dengan proses pendampingan antara lain :
1. Ketua RW
Ketua RW mememiliki peran untuk mengkordinasi masyarakat
Mojoklanggru Lor terutama para perempuan agar dapat menerima
pemahaman akan urgensitas Pokmas yang mulai dirintis.
2. Masyarakat Mojoklanggru Lor
Masyarakat merupakan pihak penting yang mampu mensukseskan
suatu pendampingan, karena masyarakat adalah objek maupun subjek
dalam suatu pemberdayaan secara mandiri. Dari masyarakat peneliti
memperoleh informasi-informasi yang valid yang bisa dipertanggung
jawabkan kebenarannya. Dari masyarakat sendirilah keberhasilan dan
kegagalan pendampingan yang dilakukan secara partisipasi aktif.
3. Pokmas Sholehah Sejahtera
Kelompok masyarakat Sholehah merupakan salah satu
perkumpulan ibu rumah tangga yang bergerak dibidang pengembangan
ekonomi masyarakat melalui usaha konveksi yang masih baru.
D. Rencana Pendampingan
Adanya jadwal ini bisa memudahkan pendamping untuk melakukan
kegiatan yang terstruktur dan terjadwal sehingga proses pendampingan akan
berjalan tepat waktu dan sesuai keinginan. Berikut merupakan jadwal
11
Tabel 1.1 Rencana pendampingan berbasis ABCD
No. Kegiatan
2 Pengurusan perizinan V
12
E. Sistematika Pembahasan
Sistematika penulisan skripsi ini untuk memudahkan pembahasan
agar dapat diuraikan secara tepat, maka penyusun membagi rencana
skripsi ini menjadi beberapa bab. Adapun sistematika yang telah penulis
susun adalah sebagai berikut:
1. Bab I membahas tentang latar belakang dari mengapa pendampingan ini
dilakukan. Menjelaskan analisis pendukung dari fokus pendampingan.
Serta gambaran problematika yang ada di kampung Mojoklanggru Lor
tentang perkembangan konsdisi Pokmas usaha bersama pada awalnya.
2. Bab II membahas landasa teori dan konsep yang menjadi acuan metode
pendampingan.
3. Bab III membahas tentang profil lokasi dampingan yang meliputi
konndisi geografis, demografis, ekonomi warga, kondisi pendidikan,
kondisi kesehatan lingkungan , dan kegiatan keagamaan
4. Bab IV membahas tentang proses mewujudkan kekuatan perempuan
mojoklanggru lormelalui pendampingan discovery, dream¸design .
5. Bab V membahas lebih banyak hasil proses pendampingan mulai proses,
define, dan destiny.
6. Bab VI membahas tentang refleksi atas dampingan yang dilakukan mulai
dari proses pra-dampingan, saat dampingan, pasca-dampingan serta
simpulan refleksi atas ketiga sub proses tersebut.
7. Bab VII membahas tentang kesimpulan dan rekomendasi kegiatan
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KONSEP
A. Perubahan Sosial dalam Perspektif Islam
Pada ada dasarnya perubahan adalah suatu keharusan, sebab setiap
ciptaan Allah pasti akan mengalami perubahan, baik dalam arti perubahan
yang menuju perkembangan atau menuju kemusnahan. Sebab seluruh
ciptaan tuhan pasti hancur kecuali tuhan sendiri. Perubahan sosial yang
yang dimaksud oleh manusia bukan secara individu melainkan perubahan
antar pribadi seluruh komunitas masyarakat
Menurut teori perubahan sosial yang dikemukakan oleh August
Comte membagi dalam dua konsep penting yaitu Social Static (bangunan
struktural) dan Social Dynamics (dinamika struktural).1 Perubahan akan
mencakup suatu sistem sosial, dalam bentuk organisasi sosial yang ada di
masyarakat, perubahan dapat terjadi dengan lambat, sedang atau keras
tergantung situasi yang mempengaruhinya.2
Giddens dalam J. Dwi Narwoko,3 mengatakan kita hidup di era
perubahan sosial yang mengagumkan, yang ditandai dengan transformasi
yang sangat berbeda dari yang pernah terjadi sebelumnya. Yang demikian
berarti realitas sosial adalah sebuah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam
1Agus Salim, Perubahan Sosial sketsa teori dan refleksi metodologi kasus Indonesia,
(Yogyakarta: PT Tiara Wacana, 2002), hal. 131
2
Ibid Agus Salim,.. hal. 9-10
3
14
suatu kelompok atau komunitas masyarakat adalah perubahan yang bersifat
positif maupun negatif. Selanjutnya Ginsberg mengatakan bahwa perubahan
sosial sebagai suatu perubahan penting dalam struktur sosial, termasuk
didalamnya perubahan norma, nilai, dan fenomena cultural. Satu hal yang
perlu diingat bahwasanya setiap masyarakar pasti akan mengalami sebuah
perubahan, meskipun dalam masyarakat primitive dan masyarakat kuno
sekalipun.
Al-Qur’an telah menjelaskan mengenai konsep perubahan masyarakat
yang sesuai dengan firman Allah SWT pada Q. S. Ar–Ra’du ayat 11 yang
Artinya : Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya
bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah
Allah. Sesungguhnya Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum
sehingga mereka merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.
dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka
tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi
mereka selain Dia.4
Pada pemahaman ayat diatas bahwa kondisi masyarakat, baik maupun
buruk, tidak akan dirubah oleh Allah SWT hingga mereka terlebih dulu
melakukan perubahan terhadap apa yang terdapat pada diri mereka berupa
4
15
pemahaman, pemikiran dan asumsi-asumsi. Tanpa melakukan hal tersebut,
maka harapan untuk mendapatkan perubahan kondisi dari Allah adalah
menyalahi teks ayat sekaligus mengingkari tugas kekhalifahan manusia.5
Kondisi sosial masyarakat pada dasarnya diskonstruksi oleh manusia sendiri,
bukan oleh Tuhan. Oleh sebab itu pengembangan dan perubahan akan terjadi
jika manusia itu sendiri yang akan melakukakan perubahan, bukan oleh
Tuhan, meskipun tuhan sendiri punya kuasa untuk melakukan itu.
Perubahan dicapai dengan mempersiapkan sumber daya manusia yang
handal yang akan menjadi agen perubahan (agent of change). Tentunya
seorang agen perubahan mampu merubah beberapa aspek kehidupan
masyarakat yang sesuai dengan syariat Islam seperti aspek muamalat,
ekonomi, sosial kemasyarakatan, politik dan lain sebagainya.
Berkaitan dengan langkah ini ditegaskan dalam Hadist Nabi
Muhammad SAW yaitu :
hendaklah mengubah dengan lidahnya, jika tidak mampu, maka hendaklah
dengan hatinya, dan itulah selemah lemahnya iman" (HR Muslim)6
Ada tiga hal yang perlu dicatat pada isi hadits tersebut mengenai
perubahan sosial masyarakat yaitu : pertama, mengidentifikasi bentuk
5Muhammad Munir, dan Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah. (Jakarta: Kencana, 2006), hlm 256 6
16
kemungkaran terlebih dahulu dalam hal ini adalah faktor permasalahan pada
masyarakat; kedua, menghitung kemampuan atau menemukan kekuatan; dan
ketiga, menentukan strategi yang akan dijadikan metode dalam melaksanakan
perubahan dalam masyarakat.7
Upaya membangun partsipasi perempuan kampung Mojoklanggru Lor
merupakan wujud perubahan sosial di masyarakat. Bahkan jika dilihat secara
positif sebenarnya semua program dari pemerintah pasti ditujukan untuk
menyegerakan perubahan tatanan masyarakat, namun keberlanjutannya yang
perlu di pahami tidak hanya dari pemerintah namun sasaran perubahan yakni
masyarakat juga sangat penting untuk memahami.
Perubahan tersebut direalisasikan dalam bentuk memanfaatkan aset
yang muncul untuk merubah kesejahteraan masyarakat. Sangat penting
menggerakkan kesadaran di kalangan masyarakat kampung Mojoklanggru Lor
akan adanya aset yang bisa dikelola. Aset sosial yaitu kelompok usaha
bersama POKMAS Sholehah Sejahtera dan aset keuangan yaitu modal yang
telah diusahakan alokasinya oleh lokalider di kampung , kedua aset tersebut
bisa menjadi kekuatan untuk merubah kondisi sosial ekonomi masyarakat
terutama perempuan di RW IV. Tentunya perubahan sosial ekonomi tersebut
akan mengarah kepada keberlanjutan kesejahteraan sosial perempuan di RW
IV agar tidak hanya menjadi ibu rumah tangga saja.
7
17
B. Pengembangan Masyarakat Islam Wujud Dakwah Bil Hal
Pengembangan masyarakat adalah salah satu metode pekerjaan sosial
yang tujuan utamanya untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui
pendayagunaan sumber-sumber yang ada pada mereka serta menekankan
pada prinsip partisipasi sosial.8 Pengembangan masyarakat ditujukan untuk
menggapai perubahan yang lebih baik dengan objek utama masyarakat bukan
hanya individu. Selain itu mengembangkan masyarakat dimaknai membuat
masyarakat menjadi lebih berdaya dari kondisi sebelumnya.
Pengembangan masyarakat Islam adalah salah satu wujud dakwah bil
hal. Dakwah bil hal adalah istilah ilmu dakwah dalam mengimplikasikan
hakikat dakwah sesuai ajaran Islam melalui aksi nyata tidak hanya melalui
kata-kata atau sekedar berceramah secara lisan saja. Aksi nyata tersebut
ditujukan demi terwujudnya perubahan lebih baik dari situasi problematika
masyarakat Islam masa kini. Pengembangan masyarakat Islam menawarkan
sistem tindakan nyata yang menawarkan model pemecahan masalah dalam
bidang sosial, ekonomi, lingkungan, politik, budaya yang mengacu pada
perspektif Islam.9
Tujuan pengembangan masyarakat demi perubahan sosial dimaksudkan
karena masyarakat harus selalu meningkatkan hubungan sesama manusia
untuk saling mengimani ajaran Islam yang diciptakan Allah SWT sebagai
8 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat (Bandung: Refika Aditama, 2006), Hal 37
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi
Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.10
Mengartikan isi surat di atas dapat diketahui bahwasanya manusia
secara fitri adalah makhluk sosial dan hidup bermasyarakat adalah suatu
keniscayaan bagi mereka. Sedangkan gerakan sosial adalah tindakan kolektif
yang terorganisir secara longgar untuk menghasilkan perubahan dalam
masyarakat.
Dakwah dalam bentuk pengembangan masyarakat adalah proses dari
serangkaian kegiatan yang mengarah pada peningkatan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini dakwah setidaknya ditempuh karena
paling mendasar dan mendesak, dakwah dalam bentuk aksi-aksi nyata.11 Pada
dasarnya dakwah adalah upaya untuk mengubah situasi yang lebih baik dan
lebih sempurna, baik terhadap individu maupun masyarakat. Dakwah Islam
10Dikutip dari Al-Quran dan Terjemahan,Depag RI,1993 11
19
merupakan aktualisasi imani yang di manifestasikan dalam suatu sistem
kegiatan manusia beriman, dalam bidang kemasyarakatan yang dilaksanakan
secara teratur, untuk mempengaruhi cara merasa, berfikir, bersikap dan
bertindak.
Pada hakekatnya dakwah adalah usaha atau upaya untuk merubah
suatu keadaan menjadi suatu keadaan yang lebih baik menurut tolak ukur
agama Islam. Perubahan yang dimaksud adalah dengan menumbuhkan
kesadaran dan kekuatan pada objek diri dakwah. Dengan demikian aktivitas
dakwah Islam bukan hanya sekedar suatu dialog lisan melainkan dengan
perbuatan atau karya yaitu dakwah bil hal. Maka dari itu dalam model
pemberdayaan manapun partisipasi aktif suatu masyarakat adalah prasyarat
utama dalam pola perubahan.
Jika ingin meningkatkan taraf hidupnya dan membangun sosialnya,
haruslah berangkat dari diri masing-masing. Bukan semacam berhenti
pembangunan model top down atau langsung mengucurkan bantuan saja,
banyak terbukti kurang efektif dalam membangun masyarakat. Karena
pembangunan masyarakat yang ideal menekankan keterlibatan masyarakat
secara sadar dalam pembangunan.12 Pemanfaatan potensi pengetahuan
pedagang tentu saja digunakan sebagai alat untuk memberdayakan mereka
sendiri. Pengetahuan yang dimiliki, dikembangkan serta diaplikasikan
didalam kehidupan jika ingin mencapai kesuksesan yang diharapkan.
12Nanih Mahendrawati (2001). Pengembangan Masyarakat Islam. Bandung : PT Remaja Rosda
20
Jika dirujuk pada Al-Qur’an, Allah pun telah menjelaskan bahwa apa
yang telah diciptakan tidak dijadikan sia-sia.
atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah
Kami dari siksa neraka.
Pendampingan yang dilakukan bersama perempuan Mojoklanggru
Lor merupakan salah satu bentuk dakwah yang terkandung dalam unsur –
unsur dakwah. Unsur – unsur dakwah yang terkandung dalam proses
pendampingan tersebut adalah Subyek (pelaku dakwah), Obyek (penerima
dakwah), maddah (materi dakwah), wasilah (media dakwah), thariqah
(metode), dan atsar (efek dakwah).13
Subyek dakwah adalah pelaku atau orang yang melaksanakan
dakwah baik berupa lisan, tulisan atau perbuatan. Dakwah tersebut bisa
dilakukan dengan cara individu, kelompok, atau lembaga. Dalam proses
pendampingan yang menjadi subyek dakwah adalah pendamping.
Pendamping mengajak perempuan untuk berubah menjadi yang lebih baik.
Mengajak perempuan dalam poses pendampingan meupakan salah satu
dakwah yang berupa dakwah dengan perbuatan. Dakwah juga termasuk
21
menjadikan pola pikir manusia menjadi pola pikir yang tidak salah dan tidak
melenceng dalam hukum islam.
Obyek atau penerima dakwah adalah manusia yang menjadi sasaran
dakwah. Manusia yang menjadi sasaran dakwah bisa sebagai individu,
kelompok atau lembaga, dan manusia seluruhnya. Obyek dakwah dalam
proses pendampingan adalah perempuan. Pokmas Sholehah di kampung
Mojoklanggru Lor menjadi dampingan untuk mengajak perempuan yang
belum berpartisipasi agar ikut serta mengembangkan kelompok usaha
bersama. Perempuan diajak untuk memikirkan kemandirian ekonnomi
perempuan Mojoklanggru Lor kedepannya.
Materi dakwah atau Maddah adalah pesan yang akan disampaikan
kepada obyek dakwah. Pesan yang disampaikan bisa berupa materi akhlak
atau budi pekerti. Pada pendampingan Pokmas materi yang disampaikan
adalah materi tentang pentingnya memanfaatkan potensi atau aset yang ada
untuk berubah mejadi masyarakat yang lebih berkompetitif di bidang
ekonomi. Alquran menggambarkan bahwa perempuan memiliki hak untuk
dapat berpacu menggapai beragam kemandirian. Baik kemandirian dalam
bidang politik, ekonomi, menentukan pilihan-pilihan pribadi, maupun dalam
menyerukan dakwah amar ma’ruf nahi munkar, dalam belajar, serta beragam
bentuk kemandirian lain. Sejarah mencatat banyak perempuan-perempuan
mandiri pada masa Rasulullah.
Perempuan-perempuan saat ini perlu mempunyai kemandirian.
22
orang lain dalam proses hidupnya, dibutuhkan peran orang lain dalam porsi
sewajarnya. Mengingat manusia adalah mahluk sosial yang saling
bersimbiosis mutualisme
Media dakwah atau Wasilah adalah alat yang digunakan saat
melaksanakan kegiatan dakwah kepada obyek dakwah. Media yang
digunakan dalam proses pendampingan yaitu lisan, tulisan, dan akhlak. Lisan
yang dimaksud adalah proses wawancara dan apprecative inquiry untuk
memperoleh cerita dari perempuan dan warga dalam kesuksesan yang sudah
di dapat pada masa lalu. Tulisan ini merupakan media untuk menuliskan hasil
atau proses saat pendampingan dilakukan. Sedangkan akhlak merupakan
sebuah perbuatan yang bisa menghasilkan perubahan untuk wilayahnya serta
untuk perempuan tersebut.
Metode dakwah atau Thariqah yang dilakukan dalam proses
pendampingan komunitas berbasis potensi. Metode ini merupakan metode
pendampingan atau untuk memotivasi kelompok perempuan melalui potensi
pokmas Sholehah Sejahtera. Perempuan bisa memanfaatkan potensi yang
dimiliki untuk menjadikan Pokmas yang bisa membangun kampung dengan
baik dan benar serta menjadikan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar.
Efek dakwah atau Atsar merupakan dampak atau efek terhadap obyek
dakwah. Dalam pendampingan perempuan efek yang didapat perempuan
adalah mejadikan perubahan pola pikir perempuan dalam peduli dengan
keadaan ekonomi mandiri masyarakat sekitar. Efek ini bisa berdampak positif
23
C. Kajian Islam Perspektif Partisipasi Perempuan dalam Perubahan
Dalam kapasitas manusia sebagai hamba, tidak ada perbedaan antara
laki-laki dan perempuan siapa yang banyak amal ibadahnya, maka itulah
mendapat pahala yang besar tanpa harus melihat dan mempertimbangkan jenis
kelaminnya terlebih dahulu. Keduanya mempunyai potensi dan peluang yang
sama untuk menjadi hamba ideal. Hamba ideal dalam Al-Qur’an biasa
diistilahkan dengan orang- orang bertaqwa (muttaqin), dan untuk mencapai
derajat muttaqin ini tidak dikenal adanya perbedaan jenis kelamin, suku
bangsa atau kelompok etnis tertentu. Kapasitas manusia sebagai khalifah di
bumi ditegaskan di dalam QS. al-An’am: 165 artinya sebagai berikut:
ه
bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan
sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”14
Kata khalifah dalam ayat tersebut tidak menunjuk kepada salah satu
jenis kelamin atau kelompok etnis tertentu. Laki-laki dan perempuan
mempunyai fungsi yang sama sebagai khalifah, yang akan
mempertanggungjawabkan tugas-tugas kekhalifahannya di bumi, sebagaimana
halnya mereka harus bertanggung jawab sebagai hamba Tuhan. Islam
24
membahas bagaimana cara memperoleh kekayaan, masalah mengelolah
kekayaan yang dilakukan oleh manusia, serta cara mendistribusikan kekayaan
tersebut ditengah tengah mereka. Atas dasar inilah, maka hukum-hukum yang
menyangkut masalah ekonomi dibangun diatas tiga kaidah, yaitu kepemilikan
(property), pengelolahan kepemilikan, dan distribusi kekayaan ditengah
tengah manusia.15
Peluang untuk meraih prestasi maksimun tidak ada pembedaan antara
laki-laki dan perempuan, ditegaskan secara khusus di dalam beberapa ayat
diantaranya QS. Ali-Imran: 195 artinya sebagai berikut:
Artinya : Maka Tuhan mereka memperkenankan permohonannya (dengan berfirman): "Sesungguhnya Aku tidak menyia-nyiakan amal orang- orang yang beramal di antara kamu, baik laki-laki atau perempuan, (karena) sebagian kamu adalah turunan dari sebagian yang lain. Maka orang-orang yang berhijrah, yang diusir dari kampung halamannya, yang disakiti pada jalan-Ku, yang berperang dan yang dibunuh, pastilah akan Ku-hapuskan kesalahan-kesalahan mereka dan pastilah Aku masukkan mereka ke dalam surga yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, sebagai pahala di sisi Allah. Dan Allah pada sisi- Nya pahala yang baik.16
15 An- Nabhani Taqyuddi Membangun sistem ekonomi alternatif perspektif
islam,(Surabaya:Risalah gusti,1996), hal.61.
16
25
Ayat tersebut mengisyaratkan konsep kesetaraan gender yang ideal dan
memberikan ketegasan bahwa prestasi individual, baik dalam bidang spiritual
maupun urusan karier profesional, tidak mesti dimonopoli oleh salah satu jenis
kelakin saja. Laki-laki dan perempuan berpeluang memperoleh kesempatan
yang sama meraih prestasi optimal. Namun, dalam kenyataannya dalam
masyarakat, konsep ideal ini membutuhkan tahapan dan sosialisasi, karena
masih terdapat sejumlah kendala, terutama kendala budaya yang sulit
diselesaikan.
Pada ayat lain juga ditegaskan bahwa posisi perempuan maupun
laki-laki mempunyai derajat yang sama dalam partisipasi penggerak perubahan.
Ayat tersebut dijelaskan pada surat An-Nahl 97 yang isinya :
نم
Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.17
Ayat ini meski pendek namun memiliki peran penting dalam
menggambarkan kehidupan orang-orang Mukmin baik di dunia maupun di
akhirat. Pertama-tama, ayat ini menyatakan bahwa iman merupakan tolok ukur
keutamaan di sisi Allah Swt. Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita.
26
Mereka sama dalam pandangan Allah. Yang membedakan di antara mereka
adalah tingkat keimanan yang mereka miliki.
Menurut penjelasan yang didapat dari ayat tersebut, jenis kelamin tidak
berpengaruh dalam meraih derajat keimanan, meski utusan Allah atau para
nabi adalah laki-laki, namun kenabian ilahi adalah tanggung jawab dan tugas
suci yang harus disampaikan ke seluruh umat manusia. Tugas ini tidak
mungkin dibebankan kepada kaum wanita mengingat keterbatasan kapasitas
yang mereka miliki.
Oleh karena itulah, Allah Swt menunjuk utusan-Nya dari golongan kaum
laki-laki, namun untuk meraih derajat keimanan dan religius yang tinggi kaum
wanita tidak mendapat batasan. Artinya, mereka juga mampu meraih derajat
keimanan yang sempurna, seperti Sayidah Maryam yang berhasil mencapai
derajat yang tinggi di sisi Allah Swt, sehingga mendapat pelayanan istimewa
berupa hidangan dari langit. Atau Sayidah Fathimah az-Zahra as yang berhasil
mencapai derajat keimanan yang tinggi, hingga kedudukannya disamakan
dengan Ali bin Abi Thalib as.
D. Prinsip-prinsip pendekatan Asset Based Community Development (ABCD)
Pendekatan ABCD merupakan sebuah metode pendampingan
pengembangan masyarakat yang mengupayakan manusia untuk memahami
dan mengelola kekuatan, potensi ataupun aset yang dimiliki untuk
27
mengarah pada pemahaman dan internalisasi aset, potensi, kekuatan, dan
pendayagunaannya secara mandiri dan maksimal. Asset Bassed Community
Development (ABCD) menurut R.M. Brown ialah:
Bila anda mencari masalah, anda akan menemukan lebih banyak masalah; Bila anda mencari sukses, anda akan menemukan lebih banyak sukses Bila anda percaya pada mimpi, anda akan merengkuh keajaiban
maka motto kami adalah “mencari akar penyebab sukses” dan bukan akar
penyebab masalah.18
Seperti yang dijelaskan pada hadits dari Sulaeman pelayan Abu Rafi'
bahwa Abu Rafi pernah bertanya kepada Rasulullah SAW :
ي
kami sebagaimana kami memiliki hak atas mereka…? Rasulullah menjawab :
"ya, hak seorang anak atas ayahnya adalah ; mengajarkan kepadanya renang, memanah, menulis, dan mewariskan kepadanya yang baik-baik" (HR. Al-Baihaqi)19
Hadits ini adalah perintah Rasulullah yang dianjurkan kepada orang tua
untuk mengajari generasinya tiga jenis olahraga diatas. Berfikir lebih jauh
maksud dari tiga perintah ini sangat dalam makna dan isinya. Apa yang
dianjurkan Nabi SAW adalah sesuatu yang sangat berhubungan hingga saat
ini.
Perintah itu terbagi atas tiga bagian, dimana setiap bagian saling
berhubungan satu sama lain. Perintah pertama, Rasulullah menganjurkan kita
18
Christopher Dureau, Pembaru dan kekuatan lokal untuk pembangunan, Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme (ACCESS) Tahap II, (Agustus 2013), hal 11
19
28
untuk Memanah. Secara eksplisit perintah ini menganjurkan kepada kita untuk
mempunyai target dalam hidup. Ada tujuan yang harus dicapai ibarat anak
panah yang meninggalkan tempatnya untuk sampai ke sasarannya. Kedua,
berkuda. Perintah ini bermakna bahwa tujuan hidup atau cita-cita yang kita
impikan harus kita kejar secepat dan sekuat kuda berlari. Gunakanlah segala
kekuatan yang kita miliki untuk terus berusaha mencapai target hidup. Ketiga,
berenang ini mempunyai arti untuk menjadi pribadi pantang menyerah dalam
memacu kecepatan demi mencapai target hidup.
Jangan berhenti di tengah jalan atau orang lain akan mengambil
kesempatan itu. Tentukan target hidup yang lebih realistis, bermimpi boleh
asal mimpinya terukur. Yakin dengan potensi yang kita miliki seperti anak
panah yang sampai kesasaran. Sekiranya ini adalah penjelasan tentang
pentingnya mengasah potensi yang ada pada diri manusia. Sekiranya itulah
gambaran betapa jelasnya ajaran islam memandang bahwa menumbuhkan
potensi adalah suatu kemaslahatan yang dapat dicapai umat islam untuk
mengoptimalkan ketakwaannya kepada Allah SWT.
Aset sendiri merupakan suatu hal yang dapat digunakan atau
dimanfaatkan guna memenuhi kebutuhan dan bernilai kekayaan. Pendekatan
berbasis aset membantu komunitas atau pada hal ini kumpulan perempuan
kampung Mojoklanggru Lor dapat bekerja sama dengan fasilitator untuk
29
Beberapa paradigma dalam pendekatan ABCD yang dapat dijadikan
sebagai prinsip dallam pengembangan masyarakat adalah:20
1). Setengah Terisi lebih Berarti (Half Full Half Empty)
Salah satu modal utama dalam program pengabdian
terhadap masyarakat berbasis aset adalah merubah cara
pandang komunitas terhadap dirinya. Tidak hanya terpaku pada
kekurangan dan masalah yang dimiliki. Tetapi memberikan
perhatian kepada apa yang dipunyai dan apa yang dapat
dilakukan.21
2). Semua Punya Potensi (Nobody Has Nothing)
Dalam konteks ABCD, prinsip ini dikenal dengan istilah
“Nobody has nothing”. Setiap manusia terlahir dengan
kelebihan masing-masing. Tidak ada yang tidak memiliki
potensi, walau hanya sekedar kemampuan untuk tersenyum dan
memasak air. Semua berpotensi dan semua bisa berkontribusi.
Dengan demikian, tidak ada alasan bagi setiap
masyarakat Mojoklanggru Lor untuk tidak berkontribusi nyata
terhadap perubahan lebih baik. bahkan, keterbatasan fisikpun
20
Tim KKN ABCD UIN Sunan Ampel, Panduan KKN Asset Based Community Development,
(Surabaya:LPPM UIN Sunan Ampel,2015), hlm 26
21 Christopher Dureau, Pembaru dan kekuatan lokal untuk pembangunan, Australian Community
30
tidak menjadi alasan untuk tidak berkontribusi. Ada banyak
kisah dan inspirasi orang-orang sukses yang justru berhasil
membalikkan keterbatasan dirinya menjadi sebuah berkah,
sebuah kekuatan.22
3). Partisipasi (Participation)
Partisipasi adalah suatu keterlibatan mental dan emosi
seseorang kepada pencapaian tujuan dan ikut bertanggung
jawab di dalamnya. Banyak ahli memberikan pengertian
mengenai konsep partisipasi.23 Pengertian tentang partisipasi
dapat juga berarti bahwa pembuat keputusan menyarankan
kelompok atau masyarakat Mojoklanggru Lor khusunya
komunitas perempuannya ikut terlibat dalam bentuk
penyampaian saran dan pendapat, barang, keterampilan, bahan
dan jasa. Partisipasi dapat juga berarti bahwa kelompok
mengenal masalah mereka sendiri, mengkaji pilihan mereka,
membuat keputusan, dan memecahkan masalahnya.
4). Kemitraan (Partnership)
Partnership merupakan salah satu prinsip utama dalam
pendekatan pengembangan masyarakat berbasis aset (Asset
Based Community Development). Partnership merupakan modal
22 Ibid, hal.17.
23
31
utama yang sangat dibutuhkan dalam memaksimalkan posisi dan
peran masyarakat Jasem dalam pembangunan yang dilakukan.
Hal itu dimaksudkan sebagai bentuk pembangunan dimana yang
menjadi motor dan penggerak utamanya adalah masyarakat itu
sendiri (community driven development). Karena pembangunan
yang dilakukan dalam berbagai varinnya seharusnya
masyarakatlah yang harus menjadi penggerak dan pelaku
utamanya. Hal itu terjadi karena dalam diri masyarakat telah
terbentuk rasa memiliki (sense of belonging) terhadap
pembangunan yang terjadi di sekitarnya.24
5). Penyimpangan Positif (Positive Deviance)
Positive Deviance atau (PD) secara harfiah berarti
penyimpangan positif. Secara terminologi positive deviance (PD)
adalah sebuah pendekatan terhadap perubahan perilaku individu
dan sosial yang didasarkan pada realitas bahwa dalam setiap
masyarakat Mojoklanggru Lor meskipun bisa jadi tidak banyak
terdapat orang-orang yang mempraktekkan strategi atau perilaku
sukses yang tidak umum, yang memungkinkan mereka untuk
mencari solusi yang lebih baik atas masalah yang dihadapi
daripada rekan-rekan mereka itu sendiri.25
24 Ibid Suranto... Hal.20.
25 Edi Suharto, membangun masyarakat memberdayakan masyarakat, (Bandung: Refika Aditama,
32
Realitas tersebut mengisyaratkan bahwa sering kali terjadi
pengecualian- pengecualian dalam kehidupan masyarakat dimana
seseorang atau beberapa orang mempraktekkan perilaku dan
strategi berbeda dari kebanyakan masyarakat pada umumnya.
Strategi dan perilaku tersebut yang membawa kepada
keberhasilan dan kesuksesan yang lebih dari yang lainnya.
Realitas ini juga mengisyaratkan bahwa pada dasarnya
masyarakat Mojoklanggru Lor memiliki asset yang berupa lahan
kosong dan sumber daya mereka sendiri untuk melakukan
perubahan-perubahan yang diharapkan. Positive deviance
menjadi energi alternatif yang vital bagi proses pengembangan
dan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan. Energi itu
senantiasa dibutuhkan dalam konteks lokalitas masing-masing
komunitas.26
6). Berawal Dari Masyarakat) Endogenous)
Endogenous dalam konteks pembangunan memiliki
beberapa konsep inti yang menjadi prinsip dalam pendekatan
pengembangan dan pemberdayaan komunitas perempuan
berbasis kekuatan. Beberapa konsep ini tersebut adalah sebagai
berikut27:
26Ibid Edi Suharto.., hal. 25
27 Suntoyo usman, Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat, (yogyakarta: Pustaka Pelajar,
33
1. Memiliki kendali lokal atas proses pembangunan
peningkatan perekonomian kampung Mojoklanggru Lor.
2. Mempertimbangkan nilai budaya secara sungguh-sungguh.
3. Mengapresiasi cara pandang yang pernah di peroleh
masyarakat dalam membentuk kelompok perempuan yang
produktif.
4. Menemukan keseimbangan antara sumber internal dan
eksternal.
Beberapa aspek diatas merupakan kekuatan pokok yang sangat
penting dalam pembangunan masyarakat. Sehingga dalam
aplikasinya, konsep “pembangunan endogen” kemudian mengakuinya
sebagai aset-kekuatan utama yang bisa dimobilisasi untuk digunakan
sebagai modal utama dalam peningkatan perekonomian masyarakat.
Metode ini menekankan dan menjadikan aset-aset tersebut sebagai
salah satu pilar pembangunan. Sehingga dalam kerangka
pembangunan endogen, aset-aset tersebut kemudian menjadi bagian
dari prinsip pokok dalam pendekatan ABCD yang tidak boleh
dinegasikan sedikitpun.28
7). Menuju Sumber Energi (Heliotropic)
Energi dalam pengembangan bisa beragam. Diantaranya adalah
mimpi besar yang dimiliki oleh komunitas, proses pengembangan
28Edi Suharto, membangun masyarakat memberdayakan masyarakat, (Bandung: Refika Aditama,
34
yang apresiatif, atau bisa juga keberpihakan anggota komunitas
yang penuh totalitas dalam pelaksanaan.
Monitoring dan evaluasi adalah kegiatan yang sangat penting
dalam proses pengembangan dan pemberdayaan masyarakat.
Dengan itu maka akan diketahui sejauh mana efektifitas dan
efisiensi program sosial yang diberikan. Pemantauan secara terus
menerus proses perencanaan dan pelaksaan kegiatan, dan
mengukur berhasil tidaknya program yang dilaksanakan, apa
sebabnya berhasil dan apa sebabnya gagal, serta bagaimana tindak
lanjutnya.29
Setelah dilakukan pendampingan berbasis aset dengan
mencari dan mendata semua aset yang dimiliki masyarakat mulai
dari aset fisik, aset finansial, aset sosial, aset lingkungan yang
biasanya disebut dengan Pentagonal Aset. Kemudian setiap
manusia pasti memiliki masa lalu baik itu positif dan negatif yang
dimiliki oleh perorangan maupun masyarakat. Untuk menggali
potensi-potensi masyarakat selain model yang diatas, masih ada
strategi lain yang digunakan oleh fasilitator yang dilakukan
bersama masyarakat untuk terwujudnya pendampingan yang akan
dilakukan bersama. Stategi-strategi tersebutl diantaranya discovery
29 Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat, (Bandunng: PT. Refika
35
(menemukan), dream (mimpi), design (merancang), define
(menetukan masalah), dan destiny (memastikan).
Model ini memusatkan posisinya pada kekuatan dan keberhasilan
diri dan komunitas yang bertujuan merangsang kreativitas, inspirasi, dan
inovasi masyarakat untuk mendapatkan kembali masa kejayaan yang
pernah mereka peroleh dahulu. Kemampuan terkait potensi, kekuatan,
keberhasilan, serta dibarengi dengan asset yang mereka miliki akan
memberikan energy positif untuk membantu dan mengembalikan kekuatan
dan keberhasilan mereka dalam mengubah cara pandang terhadap segala
sesuatu menjadi lebih baik dalam segi berbagai hal bahwa kita mampu dan
bisa merubah kondisi hidup diri sendiri maupun orang lain.
E. Manajemen Pengembangan Kelompok Masyarakat
Kelompok masyarakat yang menjadi fokus pendampingan berbasis
aset pada kampung Mojoklanggru Lor ini adalah sebuah perkumpulan
beberapa perempuan yang tidak mempunyai kesibukan diluar rumah dan
juga mempunyai kesibukan diluar rumah. Dari semua latar belakang itu
diharapkan pendampingan peningkatan partisipasi perempuan dapat
menemui proses pengelolaan yang matang. Oleh karena itu tokoh
masyarakat yang sadar dengan pemanfaatan potensi Pokmas harus dapat
menjadi manajer bagi perempuan yang telah bergabung di Pokmas maupun
36
pengorganisasian kelompok masyarakat berbasis usaha kerakyatan memang
sangat penting dipahami pihak-pihak yang terkait dalam pendampingan.
Ricky W. Griffin mendefinisikan manajemen sebagai sebuah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber
daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan efesien. Efektif berarti
bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien
berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir, dan
sesuai dengan jadwal.30 Manajemen adalah suatu proses kegiatan yang
dengan memanfaatkan unsur-unsur manusia,uang,materi, dan metode secara
efisien untuk mencapai tujuan bersama.31
Salah satu pakar manajemen yang terkenal adalah George R. Terry,
manyebutkan empat fungsi pokok manajemen yang disingkat dengan POAC
(Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling). Planning artinya
perencanaan, dimana seorang manajer harus mampu membuat sebuah
rencana atau program keja yang akan diwujudkan ke depan dalam wadah
organisasi/industri.
Organizing artinya pengorganisasian, maksudnya proses dimana
seorang manajer membagi-bagi tugas dan memberi batas-batas otoritas atau
wewenang sesuai dengan apa yang telah direncanakan oleh atasan. Dengan
demikian, setiap orang (bawahannya) tahu persis apa yang menjadi
30 R. Griffin. Business, 8th Edition. NJ: Prentice Hall 2006 dikutip dalam Muhtadi & Tantan
Hermansah, Manajemen Pengembangan Masyarakat Islam, (UIN Jakarta Press) 31
37
kewajiban dan harus dilakukannya, kepada siapa ia harus berhubungan serta
memberikan pertanggung jawaban.
Actuating artinya penggerakan atau menyatakan apa yang telah
direncanakan dan telah menerima apa saja pekerjaan /tugas-tugas yang
diembannya, sehingga tercapai apa yang diinginkan manajer. Pada fungsi ini
pula seorang manajer harus mampu memberikan contoh-contoh dan
motivasi agar para bawahannya tetap bersemangat untuk mencapai tujuan
dari industri/perusahaan.
Controlling artinya pengendalian dan pengawasan; maksudnya pada
fungsi ini seorang manajer melakukan proses pengawasan sekaligus
evaluasi terhadap apa-apa yang sedang dan telah dilakukan oleh para
bawahannya. Ia membandingkan hasil kerja yang telah dicapai atau
sedasngan dalam proses dengan standar yang sebelumnya telah ditetapkan
38
BAB III
GAMBARAN UMUM KAMPUNG MOJOKLANGGRU LOR
A.Aspek Geografis
Lokasi pendampingan di pusatkan pada tempat kegiatan produksi
Pokmas konveksi yang sudah disepakati. Tepat wilayahnya di Kampung
Mojoklanggru RW 04 Kecamatan Gubeng Kota Surabaya. Kelurahan Mojo
terletak pada wilayah Kota Surabaya bagian pusat, berbatasan langsung dengan
empat Desa / Kelurahan yaitu Mulyorejo, Airlangga, Manyar Sabrangan, Pacar
Kembang. Serta berbatasan juga dengan dua Kecamatan yaitu Mulyorejo, dan
Tambak Sari, tidak hanya itu, Kelurahan Mojo juga sangat dekat dengan pusat
kota hanya berjarak sekitar lima kilometer. Mojoklanggru Lor merupakan
kawasan Kelurahan Mojo Kecamatan Gubeng Surabaya.
Gambar 3.1
39
Secara geografis akses ke lokasi Kampung Mojoklanggru Lor sangatlah
mudah. Letaknya yang sangat dekat dari jalan raya utama yaitu Jl. Prof Dr.
Moestopo menjadikan wilayah ini termasuk kawasan strategis di wilayah
perkotaan. Wilayah yang strategis inilah yang membuat banyak
bangunan-bangunan dan lapak-lapak para pengusaha kecil maupun besar bermunculan di
sekitar kawasan ini.
Mengenai kondisi sosial yang ada di wilayah RW04 didapatkan sebuah
fenomena yang dimana kondisi lingkungan pemukiman di perkotaan yang
tidak lepas dari masalah urbanisasi. Demikian juga di wilayah RW 04 ini
banyak perubahan- perubahan dari beberapa aspek yang tentunya sangat masuk
akal jika yang menjadi penyebab masalah adalah bertambahnya penduduk
pendatang di wilayah ini yang sangat tinggi perkembangannya. Pertambahan
penduduk pendatang memunculkan secara otomatis fenomena-fenomena baru
di wilayah RW 04.
Table 3.1 Pekembangan Fasilitas Sosial Kampung Mojoklanggru Lor
1993 2003 2008 Saat ini
Tempat Ibadah 000 000 00 00
Tempat mengaji 0000 000 00 0
Pasar 0 0 - -
Tokoh kelontong / Pedagang
000 000 0000 00000
40
Melihat keterangan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa adanya
penurunan dan peningkatan kondisi sosial di wilayah RW 04 dari waktu ke
waktu. Kondisi sosial dapat dibaca melalui adanya perubahan-perubahan
fasilitas sosial (fisik) yang memang dapat dilihat secra kasat mata. Pada jumlah
penduduk dianalisiskan terdapat peningkatan, yang berarti adanya pertambahan
penduduk di wilayah ini. Pertambahan penduduknya terjadi secara stabil tidak
ada lonjakan penduduk yang sangat tajam antara tahun 1998 hingga saat ini.
Pertambahan penduduk tersebutlah yang memicu masalah- masalah lain
pada perubahan kondisi sosial di wilayah kampung ini. Melihat pada aspek
keagamaan yang ternyata semakin menurun fasilitasnya , yang tadinya banyak
sekarang hanya beberapa saja. Kondisi ini mungkin dapat dimaklumi karena
28
Diskusi anggota karang taruna dan sesepuh masyarakat Mojoklanggru
0 000
Sumber : hasil wawancara dan pengamatan bersama warga melalui
41
tempat ibadah dan mengaji berkurang bukan hilang, melainkan adanya
pemusatan pada suatu wilayah. Dulu banyak mushola di kampung ini sekarang
semua pusat pendidikan agama dan ibadah dijadikan satu di dua masjid utama
di RW 04 ini. Hal ini juga di maksudkan untuk mengantisipasi terpecah
belahnya masyarakat.
Pada kondisi –kondisi dimana fasilitas sosial ada yang semakin hilang
atau berkurang menunjukkan adanya unsure kemunduran. Seperti pasar yang
dulu ada sekarang tidak ada, ini menunjukkan bahwa masyarakat kurang
mengoptimalkan kegiatan ekonomi sekitar. Dulu ada jalan di kampung ini yang
menjadi pusat para pedagang sayur keliling untuk berhenti, karena alasan
kebersihan lingkungan para pedagang yang dulu berhenti di jalan ini tidak lagi
ada. Sangat disayangkan kondisi ini bisa hilang. Padahal jika masyarakat
mampu mengolah dan mengajak kerjasama para pedagang sayur yang
membuka lapak tersebut mungkin saat ini dapat memunculkan beberapa
manfaat. Jika pasar ini masih dibiarkan dengan menggunakan sistem perijinan
yang dikelola masyarakat sendiri , kemudahan akses dan penambahan lahan
ekonomi akan muncul. Masyarakat tidak usah jauh-jauh mendapatkan
kebutuhan memasak dan mungkin jika pasar masih ada masyarakat banyak
42
Tabel 3.2
Keadaan geografis sekitar kampung Mojoklanggru Lor
No Keadaan Keterangan
1 Tinggi tanah dari pemukaan laut 2m
2 Curah hujan rata-rata pertahun 1572 mm/Tahun
3 Topografi (daratan rendah, tinggi, pantai) Menengah
4 Keadaan suhu udara rata-rata 32 ºC
Sumber: Data Geografi Kelurahan Mojo
B.Aspek Demografi
Penduduk yang bertempat tinggal di Kelurahan Mojo ada dua, yaitu
penduduk asli Mojo dan pendatang, baik dari luar daerah ataupun luar negeri,
untuk WNI sendiri 51.575 orang sedangkan orang asing berjumlah 7 orang.
Karena Kelurahan Mojo terletak di lingkungan perkotaan maka antara
mobilitas penduduk dan Jumlah penduduk musiman sering berubah-ubah.
Motif bagi pendatang sendiri dikarenakan mengikuti istri atau suami dan juga
dikarenakan pekerjaan sehingga mereka harus menetap di Kelurahan Mojo.
43
seluruhnya masyarakat Mojo berjumlah 51,662 jiwa, terdiri 26.087 orang
laki-laki dan 25.575 orang perempuan.29
Tabel 3.3
Jumlah Penduduk di Kampung Mojoklanggru Lor
No Jenis Kelamin Jumlah
1 Laki-laki 26.087 Jiwa
2 Perempuan 25.575 Jiwa
Jumlah 51.662 Jiwa
Sumber: Data Monografi yang dapat dilihat di Kantor Kelurahan Mojo
C.Aspek Perekonomian
Pada umumnya masyarakat Mojoklanggru Lor berprofesi sebagai
wiraswasta. Hal ini dapat diketahui dari tabel di bawah ini.
Tabel 3.4
Profesi Penduduk Kelurahan Mojo
NO. Jenis Profesi Penduduk Jumlah
1 PNS 4.325 orang
44
2 POLRI 981 orang
3 TNI 1.614 orang
4 Pensiunan 1.154 orang
5 Wiraswasta 8.293 orang
6 Pelajar/Mahasiswa 1.374
7 Ibu Rumah Tangga 3.545
8 Belum Bekerja 539
D.Aspek Pendidikan
Tingkat Pendidikan Masyarakat Mojo Ada dua macam tingkat pendidikan
di Mojo yaitu formal dan tingkat pendidikan khusus. Pada tingkat pendidikan
formal. Jumlah masyarakat yang tidak tamat SD sebanyak 3677 orang, jumlah
masyarakat berpendidikan akhir SD sebanyak 10580 orang, jumlah
masyarakat yang tidak berpendidikan akhir atau drop out SMP/SLTP sebanyak
3506 orang, jumlah masyarakat yang berpendidikan akhir SMP/SLTP
sebanyak 10419 orang, jumlah masyarakat yang tidak berpendidikan akhir
atau droup out SMA/SLTA sebanyak 3116 orang, jumlah masyarakat yang
berpendidikan akhir SMA/SLTA sebanyak 10360 orang jumlah masyarakat