1 BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
Setelah sekian lama berada dalam belenggu penjajahan, tanggal 17 Agustus 1945 bangsa Indonesia menyatakan diri sebagai bangsa yang merdeka dan berdaulat. Proklamasi kemerdekaan yang disampaikan oleh Soekarno dan Muhammad Hatta, sebagai wakil dari bangsa Indonesia (Garda Maeswara, 2010:3).
2 Pada tanggal 21 Juli 1947 Belanda mengadakan serangan secara serentak di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sumatera. Di Sumatera pasukan Belanda berangkat dari Medan menuju ke Palembang, Bengkulu, Jambi, dan Sumatera Barat. Sedangkan di Jawa pasukan Belanda bergerak dari berbagai arah untuk menuju Kota Yogyakarta, yang pada waktu itu menjadi Ibukota dari Republik Indonesia. Serangan secara serentak yang dilakukan pada tanggal 21 Juli 1947 dinamakan dengan Agresi Militer Belanda I yang telah melanggar perjanjian Linggarjati dengan menyerang beberapa wilayah RI. Sementara dipihak Belanda menyebut serangan tersebut dengan istilah aksi Polisionil, Karena seluruh wilayah Indonesia dianggap masih menjadi kekuasaannya (Subaryana, 2004:36). Tujuan utama dari Belanda melancarkan Agresi Militer I yaitu untuk memperluas wilayah kekuasaannya di Jawa, Madura dan Sumatera. Sehingga kekuatan Republik Indonesia akan menjadi lemah dan Tentara Nasional Indonesia (TNI) akan terdesak dalam daerah sempit (C.S.T. Kansil dan Julianto, 1984:50).
3 pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) di Madiun (Sewan Susanto, 1985:38).
Sejak berlakunya perjanjian Renville dan menghentikan tembak menembak. Pada tanggal 18 Desember 1948 Dr. Beel, wakil Tinggi Mahkota Belanda menyatakan bahwa Belanda sudah tidak terikat dengan persetujuan Renville dan pada tanggal 19 Desember 1948 pasukan Belanda melakukan serangan umum terhadap wilayah Republik Indonesia yang disebut dengan Agresi Militer II. Untuk menghadapi aksi yang dilakukan pasukan Belanda maka TNI melancarkan perang rakyat semesta dan pasukan-pasukan hijrah untuk dikirim kembali kedaerah asal, sehingga seluruh wilayah pendudukan Belanda dijadikan medan gerilya (Wiyono dkk, 1991:105).
4 bergerak ke arah Yogyakarta yang bergabung dengan Corps pasukan khusus yang diterjunkan di Maguwo (Moehkardi, 1983:173-175).
Pasukan militer Belanda berhasil menduduki Solo pada tanggal 22 Desember 1948. Karena serangan Belanda secara mendadak sehingga pasukan Tentara Pelajar yang berada di Solo mengundurkan diri ke luar kota, disertai dengan mengadakan konsolidasi dan menyusun persiapan perang gerilya menghadapi pasukan Belanda (Sewan Susanto, 1985:81). Dalam mengundurkan diri ke luar kota Solo selama masa Agresi Militer Belanda II, seperti kesatuan dari pasukan Tentara Pelajar Strum Abteilung/Corps Sukarela Angkatan (SA/CSA), yang bertugas di wilayah
Kabupaten Boyolali salah satunya sampai di Desa Kebonbimo.
Desa Kebonbimo terletak disebelah Utara Kota Boyolali, kurang lebih 4 KM arah Utara dari Kota Boyolali. Pada masa Agresi Militer Belanda II, jumlah masyarakat di Desa Kebonbimo belum padat. Desa Kebonbimo adalah desa yang belum ramai dengan letaknya yang strategis, dekat dengan jalan raya Salatiga-Solo, berada di antara jalan Simo-Boyolali Kota, terletak diantara dua sungai yaitu Kali Pepe di sebelah Utara Desa Kebonbimo yang sekaligus berbatasan langsung dengan Desa Pager (wilayah Kab. Semarang) dan Kali Tlatar di sebelah Selatan Desa Kebonbimo yang berbatasan dengan Desa Mudal.
5 terlihat, hal tersebut tidak mengurangi rasa nasionalisme dan patriotisme bagi masyarakat Desa Kebonbimo untuk mendukung Tentara Pelajar SA/CSA yang rela mengorbankan jiwa, raga dan harta demi mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia pada tahun 1948-1949. Para eks Tentara Pelajar SA/CSA menyadari bahwa langkah yang harus ditempuh setelah dapat mengusir Belanda dari wilayah Republik Indonesia adalah harus membangun bangsa dan Negara. Dasar untuk membangun dan mencerdaskan bangsa adalah melalui pendidikan, sebagai salah satu sarana memupuk rasa kebangsaan. Melalui landasan inilah eks Tentara Pelajar SA/CSA membangun sekolah di tengah-tengah masyarakat pedesaan yang pada waktu perang gerilya melawan tentara Belanda digunakan sebagai basis (Eks Tentara Pelajar SA/CSA, 1994:2).
6 1982 (Ex Tentara Pelajar SA/CSA, 1994:3-6). Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang Peran Masyarakat Kebonbimo Dalam Mendukung Perjuangan Tentara Pelajar SA/CSA Pada Agresi Militer Belanda II Tahun 1948-1949.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimana peran masyarakat Kebonbimo dalam mendukung Perjuangan Tentara Pelajar SA/CSA Pada Agresi Militer Belanda II Tahun 1948-1949 ?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan yang telah disebutkan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan tentang Peran masyarakat Kebonbimo dalam mendukung Perjuangan Tentara Pelajar SA/CSA Pada Agresi Militer Belanda II Tahun 1948-1949, melalui Bidang Perjuangan Fisik, Bidang Logistik, Bidang Komunikasi, dan Bidang Kesehatan.
D. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipertimbangkan sebagai bahan masukan untuk:
7 2. Memberikan sumbangan bagi dunia pendidikan sejarah pada
khususnya yaitu mengenai materi sejarah lokal. b. Manfaat Praktis
1. Sarana menanamkan nilai-nilai patriotisme dan nasionalisme pada masyarakat Desa Kebonbimo, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali pada umumnya dan generasi muda pada khususnya. 2. Memberi informasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan peran
masyarakat Kebonbimo dalam mendukung Perjuangan Tentara Pelajar SA/CSA Pada Agresi Militer Belanda II Tahun 1948-1949.