SISTEM PEMBINAAN WIRAUSAHA PADA KOMUNITAS
WIRAUSAHA MUSLIM (WM) SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya
Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
NOVI IBNU AYYINUDIN
B04212016
PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH
JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
ABSTRAK
Novi Ibnu Ayyinudin, B04212016 “Sistem Pembinaan Wirausaha pada
Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya”, Skripsi 2017 Program Studi
Manajemen Dakwah Jurusan Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Dalam penelitian ini, fokus permasalahannya adalah bagaimana Sistem
Pembinaan Wirausaha pada Komunitas WM Surabaya?,Dalam penelitian ini
menggunakan kualitatif. Penelitian ini menggunakandua jenis sumber data yaitu
data primer (informan) dan data sekunder (dokumen). Penelitian ini terbagi atas
empat tahap, yaitu tahap pra lapangan, tahap pelaksanaan di lapangan, tahap
analisa data, dan tahap penulisan laporan (skripsi). Sedangkan teknik
pengumpulan data menggunakan dengan menggunakan wawancara,observasi, dan
dokumentasi. Untuk teknik validitas data menggunakan triangulasi.Dari hasil
penelitian, ditemukan adanya komponen Sistem Pembinaan Wirausaha yang
terdapat pada Komunitas WM, yaitu tujuan yang meliputi program pokok
Ukhuwah dan Support System, didalamnya terdapat pembina dan member,
terdapat dua bagian fasilitas yaitu pada formal dan informal, member terlebih
dahulu dikelompokkan dalam Buddy System, kemudian melaksanakan program
yang bertujuan untuk meningkatkan skillbisnis dan mempersaudarakan para
member pebisnis. Program pembinaan wirausaha tersebut yaitu: 1) Project Group,
2) Pembinaan member baik formal maupun informal, dan 3) Show Case
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii
HALAMAN PENGESAHAN...iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN...iv
PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN v ABSTRAK...vi
KATA PENGANTAR...vii
DAFTAR ISI...viii
DAFTAR GAMBAR, TABEL, DAN BAGAN ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1
B. Rumusan Masalah...6
C. Tujuan Penelitian... ...6
D. Manfaat Penelitian...6
E. Definisi Konsep...7
1. Sistem...7
2. Pembinaan... ...8
F. Sistematika Pembahasan...9
BAB II KAJIAN TEORITIK A. Penelitian Terdahulu yang Relevan...11
B. Kerangka Teori...14
1. Tinjauan Tentang Sistem Pembinaan Wirausaha...14
a. Sistem...15
b. Pembinaan...16
c. Wirausaha...24
2. Sistem Pembinaan Wirausaha... ...26
3. Model Sistem Pembinaan Wirausaha...28
4. Pembinaan dalam Perspektif Islam... ...29
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian...32
B. Lokasi Penelitian...34
C. Jenis dan Sumber Data...34
D. Tahap-Tahap Penelitian...36
E. Teknik Pengumpulan Data...39
F. Teknik Validitas Data...41
G. Teknik Analisis Data...42
B. Penyajian Data...63
C. Analisis Data...91
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...97
B. Saran dan Rekomendasi...101
C. Keterbatsan Peneliti...102
Daftar Pustaka...103
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR
Tabel 1: Daftar Pembina WM Surabaya...67
Tabel 2: Project Group...75
Gambar 1: Logo Wirausaha Muslim...44
Gambar 2: Letak Pembinaan...45
Gambar 3: Projek 1000 Bakiak untuk Masjid...76
Gambar 4: Projek Kids Selling Competition...76
Gambar 5: Pembinaan secara Formal...81
Gambar 6: Pembinaan secara Informal...82
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan perekonomian dan perubahan lingkungan strategis
yang dihadapi dunia sangat cepat dan dinamis. Perkembangan perekomian
suatu negara memberikan perubahan yang besar seperti negara maju.
Semakin maju suatu negara, semakin banyak orang yang terdidik dan
banyak pula orang yang menganggur, maka semakin dirasakan pentingnya
dunia kewirausahaan.
Pembelajaran terus menerus dan fleksibilitas merupakan
karakteristik yang sangat penting dan yang sudah perlu dipertimbangkan
oleh pelaku bisnis untuk menjawab tantangan dari perdagangan bebas
yang semakin kompetitif. Mendapatkan calon karyawan yang berkualitas
dan profesional tidak selalu mudah. Hal tersebut disebabkan antara lain
karena ketidaksesuaian kebutuhan dengan kompetensi.1
Keinginan pemerintah untuk membina dan mengembangkan usaha
kecil yang dimaksudkan untuk mengatasi kesenjangan struktur
perekonomian bagi masyarakat. Bila dapat diwujudkan maka pada suatu
saat pengusaha kecil dan menengah yang jumlahnya relatif banyak akan
mampu berkembang dan menjadi basis perekonomian nasional.
1
Muhammad Husni Mubarok, “Strategi Pemasaran Bisnis Global dan Sumber Daya Manusia”.
2
Kewirausahaan merupakan karekteristik kemanusiaan yang
berfungsi besar dalam mengelola suatu bisnis, karena pengusaha yang
memiliki jiwa kewira-usahaan akan memperlihatkan sifat pembaharu yang
dinamis, inovatif dan adaptif terhadap perubahan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dengan kewirausahaan yang tinggi maka
manajemen akan dapat diperbaiki secara terus menerus.2
Sebagai ibu kota Provinsi Jawa Timur dan kota terbesar kedua di
Indonesia, Surabaya telah bertransformasi dari pusat kegiatan di wilayah
Jawa Timur menjadi pusat penopang perekonomian wilayah Indonesia
bagian tengah dan timur. Dalam kurun waktu 2 dekade, Surabaya dan
kota-kota satelit di sekitarnya telah mempunyai andil finansial yang vital
di Indonesia dikarenakan sektor perdagangan, industri, dan jasanya yang
terus berkembang. Hal ini kemudian menyebabkan daya beli masyarakat
meningkat dan indeks kepercayaan konsumen yang berkembang pesat. Hal
ini tentunya menarik minat investor untuk ikut andil dalam perubahan
wajah kota, sehingga mendorong munculnya "Kawasan Bisnis Terpadu" /
Central Business District (CBD) sebagai pusat-pusat kegiatan bisnis di
Surabaya.3
Menjamurnya semangat membuka usaha di Kota Surabaya
membuat tumbuhnya komunitas-komunitas usaha kecil selain HIPMI
Surabaya, Salah satu komunitas usaha yang hadir adalah Wirausaha
2
Hadiyati, Ernani.. Kreativitas dan Inovasi Berpengaruh Terhadap Kewirausahaan Usaha Kecil (Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan,Vol.13, No. 1, Maret 2011: 8-16). Malang: Universitas Gajayana Malang.
3
3
Muslim (WM). Kehadiran WM berawal pada tahun 2014 dari
pembentukan grup di facebook untuk menampung aspirasi wirausahawan
muslim di kota Surabaya. Dari pertemanan di grup facebook itulah
kemudian secara resmi WM mendeklarasikan dirinya 2014 lalu.
Penelitian tentang peran kaum muda dalam kewirausahaan dan
peningkatan ekonomi daerah, telah dilakukan oleh Manjusmita Dash &
Kulveen Kaur (2012) di Orissa, India. Mereka menemukan bahwa
kewirausahaan oleh kaum muda dalam beberapa tahun terakhir telah
berhasil mendongkrak persaingan ekonomi dan meningkatkan
pembangunan di daerah tersebut. Kewirausahaan di kalangan kaum muda
jarang dieksplorasi secara khusus, bahkan kebijakan dan program
seringkali dibuat satu namun berlaku untuk semua (one size fits all).
Bisnis tak lagi identik dengan suatu usaha yang dijalankan oleh
mereka yang berusia matang dengan segenap kemampuan dan skill
pendukung dalam mendirikan sebuah bisnis. Anak muda khususnya kaum
mahasiswa dengan rentang usia antara 18-25 tahun telah banyak yang
menjadi pebisnis muda atau pengusaha muda atau lebih dikenal dengan
istilah young entrepreneurship. Kewirausahaan merupakan karekteristik
kemanusiaan yang berfungsi besar dalam mengelola suatu bisnis. Dengan
kewirausahaan yang tinggi maka manajemen akan dapat diperbaiki secara
terus menerus.4
4
4
Proses komunikasi yang baik antar anggota diperlukan untuk
menunjang keberlangsungan hidup suatu kelompok masyarakat. Di antara
anggota tersebut harus ada two-way communications atau komunikasi dua
arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan kerjasama dengan
harapan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok
guna mencapai tujuan bersama. Hubungan yang terjadi merupakan suatu
proses adanya keinginan masing-masing individu untuk memperoleh hasil
yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang
berkelanjutan.5
Manusia sebagai mahluk sosial di dalam kehidupannya harus
berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan
kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Proses komunikasi
dalam komunikasi bisnis merupakan bagian terpenting dalam kehidupan
sosial masyarakat yang mampu menjamin eksistensi individu maupun
kelompok masyarakat (komunitas). Oleh karena itu, peneliti di sini lebih
menitikberatkan pada Sistem Pembinaan pada komunitas Wirausaha
Muslim (WM) sebagai wahana komunikasi bisnis.
Kondisi perekonomian dunia yang anjlok saat ini, menyadarkan
banyak orang untuk beralih pada Bisnis Islami. Dan tidak menuhankan
lagi system ekonomi sekuler yang diusung negara-negara barat. Kenyataan
berbicara, ekonomi yang berbasis islami mampu bertahan terhadap
5
5
terjangan krisis moneter beberapa waktu lalu. Kelompok-kelompok usaha
kecil mampu bertahan dan bahkan bangkit meraih kesuksesan. Mampu
mengambil alih roda perekonomian pada saat pelaku ekonomi raksasa
meradang termasuk melalui diadakannya komunitas Wirausaha Muslim
(WM) ini untuk mencetak seorang wirausahawan muslim yang tangguh.
Wirausaha Muslim (WM) adalah suatu komunitas yang
beranggotakan para wirausahawan muda dan orang-orang yang berminat
pada dunia wirausaha. Komunitas ini mempunyai puluhan anggota yang
tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.
Komunitas Wirausaha Muslim meyakini bahwa wirausaha harus
didasari oleh faktor saling silaturahim, berbagi, saling mendukung untuk
menemukan solusi bersama dan bekerjasama untuk meraih hasil yang
diharapkan secara berjamaah yang menjadi motto komunitas Wirausaha
6
B. Rumusan Masalah
Bagaimana sistem pembinaan kewirausahaan pada komunitas “Wirausaha
Muslim”(WM) Surabaya?
C. Tujuan Masalah
Untuk mengetahui sistem pembinaan kewirausahaan pada komunitas
“Wirausaha Muslim” (WM) Surabaya.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini terbagi menjadi dua
yakni manfaat secara teoritis dan praktis, diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis:
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi
pengembangan ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan
topik sistem pembinaan wirausaha.
b. Dapat menjadi bahan masukan untuk kepentingan pengembangan
ilmu bagi pihak-pihak tertentu guna menjadikan skripsi ini menjadi
acuan untuk penelitian lanjutan terhadap obyek sejenis atau aspek
lainnya yang belum tercakup dalam penelitian ini.
2. Manfaat Praktis:
a. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan
7
b. Bagi komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang efektif
dalam upaya mengetahui komunitas Wirausaha Muslim (WM)
Surabaya dalam pembinaan kewirausahaannya.
E. Definisi Konsep
Batasan definisi konsep dapat digunakan untuk mengontrol uang kajian
atau pembahasan penelitian agar tidak terjadi ambiguitas terhadap
permasalahan penelitian dan tidak terjadi kesalahan dalam memahami
pemakaian istilah yang terdapat pada judul penelitian ini, yaitu : Sistem
Pembinaan Kewirausahaan pada Komunitas Wirausaha Muslim (WM)
Surabaya.
1. Sistem
Sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling
berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Seperti pencernaan
makanan, pernapasan, dan peredaran darah di tubuh.6
Secara sederhana suatu sistem dapat diartikan sebagai suatu
kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen atau variabel-variabel
yang terorganisasi, saling bergantung satu sama lain dan berpadu.7 2. Pembinaan
6
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta: 2005, hal. 1076 7
8
Pembinaan berasal dari kata bina mendapat awalan pe- dan
akhiran –an. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pembinaan
berarti:
a. Proses, perbuatan, cara membina
b. Pembaharuan; penyempurnaan; usaha, tindakan, dan kegiatan
yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk
memperoleh hasil yang lebih baik.8
3. Wirausaha
Istilah kewirausahaan mulai dipopulerkan sejak tahun 1990.
Sebelum itu kewirausahaan atauentrepreneur(bahasa prancis) adalah
lebih populer yang artinya orang membeli barang dengan harga pasti,
meskipun orang itu belum tahu dengan harga berapa barang itu akan
dijual.
Kemudian kewirausahaan dipersamakan dengan
entrepreneurship atau wirausaha diartikan berbeda beda namun pada
prinsipnya maksud dan ruang lingkupnya sama. Kewirausahaan
berasal dari kata Wirausaha. Wirausaha berasal dari kata wiraartinya
berani, utama, mulia. Usaha berarti kegiatan bisnis komersil maupun
non komersil.
Jadi kewirausahaan diartikan secara harfiah sebagai hal-hal yang
menyangkut keberanian seseorang untuk melakukan kegiatan bisnis
maupun non bisnis secara mandiri.9
8
9
F. Sistematika Pembahasan
Dalam penulisan penelitian ini, pembahasan di susun dengan
sistematikasebagai berikut:
BAB I : Merupakan pendahuluan yang didalamnya memuat latar belakang
masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, definisi konsep, dan
sistematika pembahasan.
BAB II : Menuliskan tentang penelitian terdahulu yang relevan,
mendeskripsikan kajian pustaka : segala sesuatu yang berkaitan dengan
Sistem, Pembinaan, Pengertian Pembinaan Organisasi, pembelajaran
kewirausahaan, wirausaha muslim.
BAB III : Metode penelitian. Pendekatan dan Jenis Penelitian, Lokasi
Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Tahap-tahap penelitian, Teknik
pengumpulan data, Teknik Validitas Data, Teknik Analisis Data.
BAB IV : Memaparkan tentang gambaran umum obyek penelitian: profil
Komunitas Wirausaha Muslim, visi dan misi dari Komunitas Wirausaha
Muslim, gambaran umum kondisi Kewirausahaan di Komunitas
Wirausaha Muslim, mengenai penerapan Kewirausahaan melalui program
di Komunitas Wirausaha Muslim Surabaya beserta sistem pembinaan
kewirausahaannya. Analisis data serta Pembahasan hasil penelitian.
BAB V : Merupakan bab terakhir yang berisi penutup yang meliputi,
kesimpulan dan saran.
9
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A. Penelitian Terdahulu yang Relevan
Sejauh pengamatan penulis, penelitian tentang entrepreneurship atau
lebih dikenal dengan dengan kewirausahaan yang diteliti oleh penulis relevan
dengan peneliti lainnya tentang kewirausahaan namun untuk membuktikan
bahwa penelitian penulis belum pernah diteliti, maka penulis paparkan
beberapa judul skripsi, antara lain:
Penelitian terdahulu yang relevan yang pertama dalam skripsi ini
adalah penelitian yang berjudul “Pembinaan Kurikulum Pendidikan
Kewirausahaan di SMKN 1 Surabaya (Aplikasi Pendidikan Kewirausahaan
Dalam Penguasaan Life Skill Siswa Kelas II Jurusan Penjualan)” yang
dilakukan oleh saudara Mohammad Azwar Anas, penelitian ini dilakukan di
sekolah SMKN 1 Surabaya, pada tahun 2007, untuk memenuhi tugas akhir
skripsi, Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam
Negeri Sunan Ampel Surabaya. Penelitian ini memfokuskan pada pembinaan
kurikulum Pendidikan Kewirausahaan di SMKN 1 Surabaya. Berdasarkan
Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 proses pendidikan yang di jalankan
oleh sekolah SMK Negeri 1 Surabaya melalui pendidikan kewirausahaan
12
rupa sehingga mampu meningkatkan sumber daya manusia yang lebih kreatif,
adaptif, dan produktif terhadap tuntutan zaman.1
Penelitian ini mempunyai persamaan yaitu sama-sama meneliti
tentang pembinaan kewirausahaan.
Perbedaan penelitian ini yaitu penelitian dilakukan di sekolah SMKN
1 Surabaya serta menggunakan penelitian kuantitatif.
Penelitian terdahulu yang relevan kedua dalam skripsi ini adalah
penelitian yang berjudul “Efektivitas Pembinaan Kemandirian Santri Melalui
Program Kewirausahaan Dan Implikasinya Terhadap Karakter Kerja Keras
Di Pondok Pesantren Aswaja Lintang Songo Piyungan Bantul” yang
dilakukan oleh saudari Arvica Agustina Syah Putri, penelitian ini dilakukan
di Pondok Pesantren Aswaja Lintang Songo Piyungan Bantul, pada tahun
2015, untuk memenuhi tugas akhir skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Univeritas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta. Peneliti ini memfokuskan pada proses pembinaan kemandirian
santri melalui program kewirausahaan, dalam penelitian ini pondok pesantren
aswaja lintang songo piyungan bantul tidak hanya membekali para santri
dengan kematangan ilmu agama dan ilmu umum saja, melainkan dibekali
juga dengan skill kewirausahaan sebagai upaya membina kemandirian para
santri.2
1
Mohammad Azwar Anas, 2007. “Pembinaan Kurikulum Pendidikan Kewirausahaan di SMKN 1 Surabaya (Aplikasi Pendidikan Kewirausahaan Dalam Penguasaan Life Skill Siswa Kelas II Jurusan Penjualan)”, Skripsi, JurusanKependidikan Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya..
2
13
Penelitian ini mempunyai persamaan yaitu untuk meneliti tentang
pembinaan kewirausahaan, serta sama-sama menggunakan penelitian
kualitatif.
Perbedaan penelitian ini yaitu penelitian dilakukan di pondok
pesantren Aswaja Lintang Songo Piyungan Bantul.
Penelitian terdahulu yang relevan ketiga dalam skripsi ini adalah
penelitian yang berjudul “Program Pelatihan Kewirausahaan di Pos Keadilan
Peduli Ummat (PKPU) Surabaya” yang dilakukan oleh saudari Siti Nuraini,
penelitian ini dilakukan di PKPU cabang Surabaya, pada tahun 2016, untuk
memenuhi tugas akhir skripsi, Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah
dan Komunikasi Univeritas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Penelitian
ini memfokuskan kepada Program Pelatihan Kewirausahaan di Pos Keadilan
Peduli Ummat (PKPU) Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
program dari PKPU yaitu pelatihan yang diberikan kepada masyarakat serta
bertujuan untuk menciptakan pengusaha-pengusaha baru. Program tersebut
memberikan pelatihan dan keterampilan kepada masyarakat. Hal tersebut
dilaksanakan untuk mengurangi pengangguran terdidik atau pengangguran
intelek yang terjadi di Negara Indonesia.3
Dalam penelitian ini terdapat beberapa kesamaan yaitu peneliti
sama-sama meneliti pelatihan atau pembinaan kewirausahaan, serta sama-sama-sama-sama
menggunakan penelitian kualitatif.
AswajaLintangSongoPiyunganBantul”, Skripsi, JurusanPendidikan Agama Islam
FakultasTarbiahdanKeguruan, UniversitasNegeriSunanKalijaga Yogyakarta. 3
Siti Nuraini, 2016, Program Pelatihan Kewirausahaan di Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU),
14
Perbedaan dari penelitian ini yaitu penelitian dilakukan di Pos
Keadilan Peduli Ummat (PKPU) Surabaya dan organisasi ini berinstansi
kepemerintahan sedangkan di komunitas Wirausaha Muslim milik organisasi
pribadi yang telah diakui oleh pemerintah.
Judul skripsi yang telah dipaparkan di atas memiliki kemiripan dengan
penelitian yang diajukan peneliti, tetapi penelitian-penelitian tersebut hanya
menekankan pada teori, model, tata cara, nilai-nilai umum dalam
pembinaannya atau pengembangan melalui pendidikan, sedangkan peneliti
menekankan kepada sistem pembinaan wirausaha pada komunitas Wirausaha
Muslim (WM) di Surabaya.
B. Kerangka Teori
1. Tinjauan Tentang Sistem Pembinaan Wirausaha
Sebelum membahas sistem pembinaan wirausaha lebih jauh, perlu
kiranya diketahui terlebih dahulu mengenai sistem, pembinaan, dan
wirausaha, agar mudah memahami dan mengambil kesimpulan arti
tentang sistem pembinaan wirausaha.
a. Sistem
Sistem adalah suatu susunan yang berfungsi dan bergerak, sesuatu
cabang ilmu niscaya mempunyai obyeknya, dan obyek yang menjadi
sasaran itu umumnya dibatasi.4
4
15
Sedangkan Menurut L. ACKOF, sistem adalah setiap kesatuan
secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian dalam
keadaan saling tergantung satu sama lainnya.5
Menurut Tatang M. Amrin dalam bukunya “Pokok-pokok Teori
Sistem” menjelaskan bahwa secara sederhana sistem itu merupakan
sehimpunan unsur-unsur yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan
bersama.6
Agus Ristono menjelaskan bahwa definisi formal dari konsep
sistem adalah sebagai berikut:
1. Sebuah sistem adalah sebuah gabungan komponen yang teratur.
“Teratur” berarti bahwa ada hubungan khusus antara komponen.
2. Sistem melakukan sesuatu yang dengan kata lain bahwa ia
menunjukkan sebuah tipe perilaku yang unik untuk sistem
tersebut.
3. Tiap komponen berkontribusi terhadap perilaku sistem dan
dipengaruhi karena berada di dalam sistem. Tidak ada komponen
yang memiliki efek independen dalam sistem. Perilaku dalam
sistem dapat diubah jika komponen manapun dipindahkan atau
meninggalkan.
5
M. Faisal, SistemInformasi Manajemen Jaringan, UIN-MALANG PRESS, Malang: 2008. hal. 14
6
16
4. Kelompok komponen di dalam sistem bisa jadi mereka juga
memiliki properti nomor (1), (2) dan (3), sehingga mereka dapat
membentuk sub-sistem.
5. Sistem memiliki sesuatu yang berada di luar tersebut sebagai
lingkungan, yang memberikan input ke dalam sistem dan
menerima output dari sistem.
6. Sistem telah diidentifikasi oleh seseorang sebagai kepentingan
khusus (memiliki tujuan tertentu).7
Isi penting dari sebuah sistem adalah komponennya, hubungan
antar komponen, perilaku atau aktivitas atau proses transformasi
dari sistem, lingkungannya, input dari lingkungan, output ke
lingkungan dan kepentingan khusus dari pengamat.
b. Pembinaan
Pembinaan adalah bagian dari upaya memelihara, menumbuhkan,
mengembangkan, menyempurnakan atau membawa pada keadaan
yang lebih baik. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa merumuskan definisi pembinaan sebagai usaha
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna untuk
memperoleh hasil yang lebih baik.8
Menurut Wagnel dan Funk yang dikutip oleh Sunarti, dkk dalam
bukunya “Pola Pengasuhan Anak Secara Tradisional di Kelurahan
7
Agus Ristono,Pemodelan Sistem,Graha Ilmu,Yogyakarta: 2011. Hal. 17-18 8
17
Kebagusan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta” bahwa pembinaan itu
meliputi menjaga serta memberi bimbingan menuju pertumbuhan
kearah kedewasaan dengan memberikan pendidikan, tuntunan dan
sebagainya terhadap mereka yang dibina.9
Sedangkan menurut Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto dalam
bukunya “Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum” memberikan
arti pembinaan adalah menunjuk pada suatu kegiatan
mempertahankan dan menyempurnakan yang telah ada.10
Metode Pembinaan
Upaya pengembangan bersifat edukatif dengan penggunaan
berbagai cara, antara lain persuasi, pembimbingan, stimulasi,
pemantauan dan evaluasi sehingga dapat membantu masyarakat
dalam hal pengembangan penalaran, minat kegemaran, pengabdian
masyarakat serta sikap positif.
Penerapan metode pembinaan dan pembimbingan
memper-timbangkan komponen penting sebagai berikut:
o Tujuan yang akan dicapai.
o Materi kegiatan.
o Karakteristik pembimbing, termasuk kemampuan dan
kepribadiannya
9
Sunarti, dkk.Pola Pengasuhan Anak Secara Tradisional di Kelurahan Kebagusan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta(Jakarta: Depdiknas, 2009)
10
18
o Lingkungan, termasuk lingkungan sosial budaya.
o Fasilitas, waktu dan dana yang bersumber dari Komunitas
Wirausaha Muslim (WM), atau sumber lain yang tidak mengikat
dan dari member sendiri.
o Karakteristik para member yang melaksanakan kegiatan tersebut
termasuk kemampuan dan kondisi sosial member.
o Keterkaitan kegiatan secara sequensial dengan
memper-timbangkan fasilitas, waktu, tenaga, dana dan kemampuan.
Manfaat Pembinaan
Pembinaan yang dilakukan terus menerus diharapkan
pengusaha dan pengrajin akan menjadi lebih baik dan lebih sesuai
dengan budaya yang digunakan dalam organisasi, seperti bekerja
keras, bekerja dengan baik, mempunyai semangat yang tinggi,
memiliki mental yang kuat, mempunyai rasa kepedulian yang
tinggi terhadap prestasi.
Tujuan Pembinaan
Menurut Oemar Hamlik yang dikutip oleh Susi Hendriani, &
Sony A. Nulhaqim dalam Jurnal “Kependudukan Padjadjaran”
bahwa Tujuan dari pembinaan dan juga dapat dirumuskan
pendidikan nasional, yang juga terkait dengan upaya meningkatkan
kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
19
berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,
berdisiplin, ber etos kerja, profesional, bertanggung jawab dan
proaktif serta sehat jasmani dan rohani.11 Pembinaan di Suatu Organisasi
Didalam suatu komunitas terdapat kegiatan yang tak lepas
dari kendali seorang pembina. Dalam hal ini komunitas merupakan
suatu organisasi milik pribadi yang juga butuh seorang pembina
atau jika di perusahaan mereka adalah seorang manajer.
Ketika berperan sebagai pembina, seorang manajer secara
sadar menuntun orang lain ke arah kinerja yang lebih efektif
melalui proses belajar yang terencana.
cara manajer memberikan panduan dapat beragam, melalui
model yang pada pokoknya adalah pandangan yang reflektif
sampai model yang lebih ke arah instruksi langsung.12 Pembinaan
dapat ditujukan untuk:
• Membantu orang lain memecahkan masalah;
• Memperbaiki perilaku;
• Menambah pengetahuan dan wawasan;
Seperti yang akan kita lihat bahwa ini, pembinaan,
dibandingkan dengan bimbingan:
11
Susi Hendriani, & Sony A. Nulhaqim, “Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan Dalam Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Mitra Binaan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Dumai”.Kependudukan Padjadjaran, Vol. 10, No. 2, Jakarta: 2008. Hal. 157
12
20
• Kemungkinan lebih terfokus untuk jangka pendek daripada
jangka panjang
• Kemungkinan lebih spesifik ketimbang secara umum
• Kemungkinan lebih berorientasi pada persyaratan-persyaratan
kinerja seseorang
• Kemungkinan lebih mengambil tempat di dalam organisasi
• Kemungkinan lebih diberikan oleh manajer dari seorang
manajer, ketimbang oleh rekan kerja atau pembimbing
• Kemungkinan lebih terpusat pada keterampilan atau kecakapan
yang spesifik
Sangat mungkin di dorong oleh kombinasi
kebutuhan-kebutuhan yang dipahami oleh individu, pembina dan organisasi
untuk memenuhi persyaratan kinerja.13
Menurut Miftah Thoha dalam bukunya “Pembinaan
Organisasi”, Pembinaan adalah suatu tindakan, proses, hasil, atau
pernyataan menjadi lebih baik. Dalam hal ini menunjukan adanya
kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evolusi atas berbagai
kemungkinan, berkembang, atau peningkatan atas sesuatu. Ada dua
unsur dari pengertian ini yakni pembinaan itu sendiri bisa berupa
suatu tindakan, proses atau pernyataan dari suatu tujuan, dan ke dua
13
21
pembinaan itu bisa menunjukkan kepada “perbaikan” atas
sesuatu.14
Semula beliau mempergunakan istilah pembinaan itu dalam
menerjemahkan “Organization Development”. Teman sejawatnya
menyarankan agar diganti dengan pengembangan, karena istilah
pembinaan itu hanya diperuntukkan kepada unsur manusia, bukan
unsur benda atau organisasi. Sekarang ini, beliau tidak
membedakan apakah pembinaan atau pengembangan, karena yang
beliau utamakan bagaimana membawa pengertian Organization
Development itu bisa dimengerti dan diamalkan oleh masyarakat
administrasi kita.15
Menurut beliau, Pembinaan Organisasi merupakan suatu
preskripsi untuk suatu perubahan, pembaharuan, dan
penyempurnaan yang berencana di dalam suatu organisasi tertentu.
Adapun unsur-unsur pokok dari preskripsi yang beliau kemukakan
tersebut antara lain:
1. Berencana dan Berjangka Panjang
Sifat dari usaha atau program Pembinaan Organisasi ini
merupakan program yang berjangka panjang, berencana, dan
menyangkut proses dari suatu sistem yang luas. Suatu perubahan
merupakan suatu proses bukan suatu peristiwa. Oleh karena itu,
14
Miftah Thoha, Pembinaan Organisasi (Proses Diagnosa dan Intervensi), RajaGrafindo Persada, Jakarta: 1997. Hal. 7
15
22
supaya perubahan tersebut bisa berhasil hendaknya direncanakan
dan berjangka panjang. Menurut pengalaman Warner Burke,
sedikitnya ia melakukan selama lebih dari sembilan bulan hanya
untuk menentukan dan memahami masalahnya saja. Jadi dapat
dibayangkan, kalau menentukan masalah yang akan dipecahkan
saja lebih dari sembilan bulan, berapa bulan lagi untuk terapi dan
intervensinya. Itulah sebabnya, jika mau berhasil dengan
Pembinaan Organisasi diperlukan perencanaan yang berjangka
panjang.16
2. Organisasi secara keseluruhan
Pembaharuan, perubahan dan penyempurnaan yang terjadi di
dalam organisasi tersebut, hendaknya berlaku untuk organisasi
secara keseluruhan, bukannya secara parsial sepotong demi
sepotong. Dengan demikian jika hendak melakukan perubahan,
jangan dilakukan dengan melihat organisasi sebagai kumpulan dari
bagian-bagian yang terpisah satu sama lain. Umpamanya akan
melakukan perubahan struktur organisasi akan saling berhubungan
dengan pola aktivitas interaksi, norma organisasi, perasaan
orang-orang, kepercayaan, sikap, nilai, dan hasil kerja.
3. Dikelola
16
23
Sebagai konsekuensi dari program yang berencana dan
berjangka panjang maka pembinaan organisasi menekankan adanya
sistem pengelolaan ini.17
4. Efektivitas dan Kesehatan Organisasi
Pembinaan Organisasi berorientasi pada hasil, dan
penyesuaian dengan kemampuan organisasi untuk mencapai
hasil-hasil tersebut. Hal ini berarti bahwa organisasi ingin mencapai
efektivitas, dan sekaligus usaha-usahanya dilakukan secara sehat.
5. Intervensi yang berencana
Intervensi merupakan salah satu usaha Pembinaan Organisasi
untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh organisasi secara
keseluruhan. Intervensi yang dijalankan ini berupaya untuk
melakukan perubahan, pembaharuan, dan penyempurnaan dalam
organisasi. Intervensi ini harus direncanakan secara seksama, agar
dicapai efektivitas dan efisiensi perubahan. Bentuk-bentuk
intervensi Pembinaan Organisasi dapat melalui pendidikan, latihan,
metode reflektif, pengamatan diri, dan belajar mengerjakan
sendiri.18
6. Pengetahuan Ilmu perilaku
Sejak perang dunia kedua berakhir, ahli-ahli ilmu sosial yang
mempelajari organisasi, semakin bertambah keinginannya untuk
17
Miftah Thoha, Pembinaan Organisasi (Proses Diagnosa dan Intervensi), RajaGrafindo Persada, Jakarta: 1997. Hal. 14
18
24
mempelajari ilmu-ilmu empiris dan yang berdasarkan pada
penelitian.19
c. Wirausaha
Menurut John J. Kao, kewirausahaan adalah usaha untuk
menciptakan nilai tambah melalui pengenalan terhadap peluang bisnis,
manajemen pengambilan resiko dan komunikasi. Sedangkan menurut
Robert D. Hisrich, wirausaha adalah seseorang yang membawa
sumber daya, pekerjaan, material atau aset lain menjadi suatu
kombinasi yang membuat mereka memiliki nilai yang lebih tinggi dari
sebelumnya, seorang wirausaha juga memperkenalkan perubahan dan
inovasi.20
Sri Edi Swasono (1978:38) mengatakan dalam konteks bisnis,
wirausaha adalah Pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah
wirausaha, wirausaha adalah pelopor dalam bisnis, inovator,
penanggung risiko, yang mempunyai visi ke depan, dan memiliki
keunggulan dalam berprestasi dibidang usaha. Sujuti Jahja (1977)
membagi nilai kewirausahaan dalam dua dimensi nilai yaitu:
1. Pasangan sistem nilai kewirausahaan yang berorientasi materi dan
non materi.
2. Nilai yang berorientasi pada kemajuan dari nilai-nilai kebiasaan.
Selanjutnya beliau menguraikan bahwa:
19
Miftah Thoha, Pembinaan Organisasi (Proses Diagnosa dan Intervensi), RajaGrafindo Persada, Jakarta: 1997. Hal. 16
20
25
• Wirausaha yang berorientasi kemajuan untuk memperoleh
materi, ciri-cirinya mengambil risiko, terbuka terhadap
teknologi dan mengutamakan materi.
• Wirausaha yang berorientasi pada kemajuan tetapi bukan untuk
mengejar materi, wirausaha ini hanya ingin mewujudkan rasa
tanggung jawab, pelayanan, sikap positif dan kreativitas.
• Wirausaha yang berorientasi pada materi, dan berpatokan pada
kebiasaan yang sudah ada, misalnya dalam perhitungan usaha
dengan kira-kira, sering menghadap kearah tertentu (aliran
Fengsui) supaya berhasil.
• Wirausaha yang berorientasi pada materi , dengan bekerja
berdasarkan kebiasaan, wirausaha model ini biasanya tergantung
pada pengalaman, berhitung dengan menggunakan mistik,
faham etnosentris dan taat pada tata cara leluhur.21
2. Sistem Pembinaan Wirausaha
Setelah dijelaskan mengenai sistem, pembinaan, dan wirausaha,
penulis mengambil kesimpulan arti tentang sistem pembinaan wirausaha.
Dalam hal ini, penulis menggunakan istilah sistem pembinaan dengan
sistem pelatihan.
21
26
Dalam meningkatkan dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan kepada
masyarakat bisnis atau non bisnis dilakukan upaya pembinaan, pelatihan
dan pendidikan. Ketiga upaya ini saling memliki keterkaitan, namun
pembinaan pada hakikatnya mengandung unsur-unsur pelatihan dan
pendidikan. Secara operasional sistem pelatihan kewirausahaan meliputi
beberapa hal antara lain sebagai berikut:
a. Pelatihan kewirausahaan adalah suatu proses yang merupakan suatu
fungsi manajemen yang perlu dilakukan secara terus-menerus dalam
rangka pembinaan pelatihan dalam suatu organisasi atau lembaga
secara spesifik.
b. Pelatihan kewirausahaan dilakukan secara sengaja.
Unsur kesengajaan sangat penting dalam proses pelatihan ditandai
dengan adanya suatu rencana yang lengkap serta menyeluruh yang
disusun secara tepat dan rinci.
c. Pelatihan kewirausahaan diberikan dalam bentuk pemberian bantuan.
dalam hal ini dapat berupa pengarahan, bimbingan, fasilitas,
penyampaian informasi, dan yang paling penting adalah pelatihan
ketrampilan.
d. Sasaran pelatihan kewirausahaan
e. Pelatihan kewirausahaan dilakukan oleh tenaga profesional
f. Pelatihan kewirausahaan meningkatkan dan menumbuhan serta
27
Program pelatihan kewirausahaan adalah suatu proses yang meliputi
serangkaian tindak upaya yang dilakukan dengan sengaja dalam bentuk
pemberian bantuan kepada masyarakat yang dilakukan oleh tenaga ahli
yang bertujuan untuk meningkatkan masyarakat dalam bidang
kewirausahaan.22
3. Model Sistem Pembinaan Wirausaha
Dalam penjelasan kali ini peneliti menggunakan model Sistem
Pembinaan Wirausaha dengan sistem pelatihan wirausaha yang mana kedua
pengertian tersebut sama-sama melakukan pengembangan,
Menurut Michael Amstrong menyebutkan agar berhasil, kita perlu
mengkombinasikan beberapa sistem pendekatan terhadap pelatihan
kewirausahaan. Adapun sistem yang harus dilakukan dalam program
pelatihan kewirausahaan yang dikategorikan kepada
input-process-output-feed backadalah sebagai berikut:
a. Input, yang termasuk dalam bidang masukan : menetapkan dan
menganalisis kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan pada saat
program pelatihan kewirausahaan. Menetapkan tujuan pelatihan dalam
22
28
bentuk peningkatan dan perilaku yang membawa kearah prestasi yang
lebih baik, mempersiapkan rencana-rencana pelatihan yang sesuai
dengan tujuan yang akan menggambarkan biaya-biaya dan
keuntungan-keuntungan dari program latihan yang diususlkan.
b. Process, meliputi pelaksanaan dari rencana-rencana pelatihan
kewirausahaan.
c. Output, yaitu memantau, mengevaluasi dan menganalisis hasil dari
pelatihan kewirausahaan.
d. Feed back, memberikan umpan balik dari hasil evaluasi latihan
sehingga latihan dapat terus ditingkatkan.23
4. Pembinaan dalam Perspektif Islam
a. Al-Qur’an
Artinya: Dan diajarkan-Nya kepada Adam nama-nama
(benda-benda) kesemuanya, kemudian dikemukakan-Nya kepada para
23
29
malaikat, lalu Allah berfirman: “beritahukanlah kepada-Ku nama
benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.24
Dalam surat Ali-Imran ayat 104, yang berbunyi:
Artinya: “Dan Hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang
menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf dan
mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang
beruntung.25
Dari ayat-ayat tersebut dapat dijelaskan bahwa berdakwah
adalah wajib, dan dalam menyebarkan kebaikan serta menyuruh
untuk tidak berbuat yang munkar. Dalam hal ini adalah pembinaan
wirausaha yaitu di Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya,
yang berdakwah dalam bidang pengajaran wirausaha islam.
Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amir Al AnshariR.A, ia berkata bahwa
Rasulullah SAW bersabda,
24
Imam Jalalud-din Al-Mahalliy dan Imam Jalalud-din As-Suyuthi, Terjemah Tafsir Jalalain berikut Asbaabun Nuzul, Sinar Baru, Bandung: 1990. Hal. 18
25
30
Artinya: “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia
akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang
mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).26
Kebaikan yang dimaksudkan dalam hadits ini adalah kebaikan
agama maupun kebaikan dunia. Berarti kebaikan yang dimaksudkan
bukan hanya termasuk pada kebaikan agama saja.Termasuk dalam
memberikan kebaikan di sini adalah pembinaan wirausaha dengan
memberikan ilmu bisnis yang bermanfaat.
26
BAB III
METODE PENELITIAN
Metode berasal dari bahasa Yunani:methodosyang berarti cara atau jalan.1
Jadi, Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi
sasaran ilmu yang bersangkutan.2Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik
dalam penelitian.3 Penelitian yang harus dilaksanakan secara sistematis, teratur,
dan tertib berarti prosesnya harus mengikuti prosedur atau metode dan teknik
yang paling sesuai dengan masalahnya.4
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini akan mengkaji dan mendeskripsikan tentang sistem
pembinaan komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya. Sesuai dengan
fokus penelitian maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Skripsi ini berbentuk penelitian lapangan, maka metode penelitian yang
dibuat adalah metode penelitian kualitatif, seperti yang didefinisikan oleh
Bogdan dan Taylor (1975 : 5), metode penelitian kualitatif sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif: ucapan atau tulisan dan
perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri.5
1
Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta: 2004. Hal. 1 2
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: 1994. Hal. 7
3
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung: 2004, hlm. 146 4
Andi Prastowo, Memahami Metode-metode Penelitian, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta: 2014. Hal. 19
5
33
Sejalan dengan definisi tersebut, menurut Kirk dan Miller yang dikutip
oleh Lexy J. Moelong dalam bukunya yang berjudul “Metodologi Penelitian
Kualitatif”, mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung
pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan
dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan dalam peristilahannya.6
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah
eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data
bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari
pada generalisasi.7
Adapun Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha
mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, atau kejadian yang terjadi pada saat
sekarang.8 Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambar-gambar atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang
diselidiki.9
6
Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung: 2009. Hal. 4 7
Sugiyono, memahamiPenelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung: 2015. Hal. 1 8
Nana Sujana Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: sinar baru, 1989), 9
34
B. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti mengambil beberapa lokasi di komunitas
Wirausaha Muslim (WM) di daerah Surabaya yaitu Ruko Jambangan Kebon
Agung 31, Gedung Baitul Haq Jl. Ketintang, dan Gedung KPI Jl. Gayungsari
IV Surabaya sebagai tempat penelitian. Peneliti memilih tempat ini agar dapat
mengamati secara langsung kegiatan komunikasi kelompok yang terjadi pada
penyandang disabilitas dan melihat aktifitas yang dilakukan mereka dalam
bertukar pikiran membuat karya kreatif.
C. Jenis dan Sumber Data
Data adalah pernyataan atau keterangan atau bahan dasar yang
dipergunakan untuk menyusun hipotesa atau segala sesuatu yang diteliti.10
Sedangkan yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah
subyek dari mana data diperoleh.11
Berdasarkan jenisnya sumber data dibagi menjadi dua yaitu data primer
merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati, dicatat,
untuk pertama kalinya. Sedangkan data sekunder merupakan data yang akan
diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari publikasi
lainnya.12
1. Data Primer
10
Lexy J. Moelong, 2008, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung. Hal. 8 11
Suharsini Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian, PT. Rineka Cipta, Jakarta, Hal. 129 12
35
Data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada
pengumpul data.13 Atau data yang diperoleh langsung dari sumbernya,
diamati dan dicatat untuk pertama kalinya.14 Atau berupa teks hasil
wawancara dan diperoleh melalui wawancara dengan informan yang
sedang dijadikan sampel dalam penelitiannya. Data dapat direkam atau
dicatat oleh peneliti.15 Dalam penelitian ini dimaksudkan data yang
dihimpun mengenai sistem pembinaan kewirausahaan pada Komunitas
Wirausaha Muslim (WM) Surabaya. Adapun sumber dari teknik
wawancara tersebut adalah ketua komunitas Wirausaha Muslim (WM)
Surabaya.
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu yang berasal dari sumber bahan bacaan.
Sumber-sumber sekunder terdiri atas berbagai macam, dari surat-surat pribadi,
kitab harian, notula rapat perkumpulan sampai dari dokumen-dokumen
resmi dari berbagai instansi pemerintah.16
. Harus selalu diperhatikan
bahwa data sekunder yang hendak dipergunakan haruslah data yang valid
dan benar.17 Dalam penelitian ini dimaksudkan data yang dihimpun
adalah dokumen yang meliputi profil dan program pembinaan yang
menunjang perencanaan dan pelaksanaan program pada Komunitas
Wirausaha Muslim (WM).
13
Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung, hal. 86 14
Cholib Narbuko dan Abu Ahmadi, 1997, Metodologi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 70 15
Jonathan Sarwono, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta, hal. 209
16
S. Nasution, 1996, Metode Research, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 143 17
36
D. Tahap-tahap Penelitian
1. Tahap Pra Lapangan
Tahap pra lapangan adalah tahap ditetapkan apa saja yang harus
dilakukan sebelum seorang peneliti masuk ke lapangan obyek studi.18
Dalam hal ini terdapat 7 hal yang harus dilakukan dan dimiliki oleh
seorang peneliti diantaranya.
a. Menyusun Rancangan Penelitian
Adapun rancangan dalam penelitian kualitatif ini berisi antara lain:\
1. Konteks penelitian dan alasan pelaksanaan penelitian
2. Kajian kepustakaan yang terdiri dari:;
a). Kesesuaian paradigma dengan fokus
b). Penelitian lapangan
c). Penentuan judul penelitian
d). Pemilihan alat penelitian
e). Rancangan pengumpulan data
f). Rancangan prosedur analisis data
b. Memilih Lapangan Penelitian
Dalam hal ini peneliti memilih lapangan penelitian pada
Sistem Pembinaan Wirausaha di Komunitas Wirausaha Muslim
(WM) Surabaya yang bertempat di Ruko Jambangan Kebon Agung
31 Kota Surabaya, Gedung Baitul Haq Ketintang Surabaya, dan
Gedung KPI Gayungsari IV Surabaya.
18
37
c. Mengurus Perijinan
Dalam penelitian ini peneliti mengurus perizinan pada Fakultas
Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya, dan
kemudian ditembuskan kepada yayasan untuk mendapatkan
data-data yang dibutuhkan oleh peneliti.
d. Menjajaki dan Menilai Keadaan Lapangan
Pada tahap ini peneliti langsung meninjau keadaan lapangan,
dengan datang langsung ke pengurus komunitas dan
berbincang-bincang dengan pengurus serta mempelajari kebiasaan-kebiasaan
yang terjadi di lapangan penelitian.
e. Memilih dan Memanfaatkan Informan
Untuk mengetahui informasi tentang komunitas tersebut, maka
dibutuhkan beberapa informan yang mengerti dan paham tentang
komunitas tersebut. Dalam hal ini yang menjadi informan adalah
ketua komunitas, pengurus komunitas, serta anggota komunitas.
f. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Dalam hal ini penelitian menyiapkan peralatan penelitian
antara lain seperti alat tulis, alat perekam, handycam, notebook,
buku, dan handphone
g. Persoalan Etika Penelitian
Pada tahap yang berakhir ini, peneliti sangat menjaganya.
Sebab hal ini menyangkut dengan hubungan orang lain yang
38
terjaganya etika yang baik maka nantinya bisa tercipta suatu
kerjasama yang menyenangkan antara kedua belah pihak.
2. Tahap Pekerjaan Lapangan
Tahap lapangan ini, peneliti mencari informasi dan data-data yang
menjadi pendukung utama dalam penelitian ini.Pada tahap ini, peneliti
lebih focus pada pencarian data di lapangan dalam menggali data.Ketika
peneliti memasuki lapangan, peneliti selalu menjaga keakraban kepada
subjek penelitian.Keakraban diperlukan, agar antara peneliti dan subjek
penelitian melebur menjadi satu dan tidak ada lagi dinding pemisah
keduanya.Dengan demikian, subjek dengan suka rela menjawab
pertanyaan yang diajukan peneliti dan memberikan informasi yang
terkait dengan penelitian.
Tidak hanya keakraban yang dibangun, tetapi peneliti juga melihat
keterbatasan waktu, tenaga dan biaya yang dimiliki.Agar tidak sampai
terpancing untuk kegiatan yang ada di lapangan dan melewati
keterbatasan yang dimiliki peneliti.Catatan lapangan juga menjadi alat
terpenting saat berada di lapangan.Catatan lapangan ini didapatkan saat
peneliti mendapatkan berbagai data dan informasi saat di
lapangan.Catatan lapangan ini digunakan, ketika peneliti lupa atau
39
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan beberapa metode, diantaranya sebagai berikut:
a. Observasi
Data dalam penelitian kualitatif dapat dikumpulkan melalui
metode observasi. Menurut Nawawi dan Martini yang dikutip oleh
Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani dalam buku metodelogi
penelitian kualitatif, observasi adalah pengamatan dan pencatatan
secara sistematika terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu
gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian.19
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi
partisipatif, yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang
yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data
penelitian.20 Dalam skripsi ini, penulis meneliti pada waktu setiap
sekali dalam dua minggu yang sesuai dengan jadwal kegiatan di
lokasi. Maka dari itu data yang akan digali adalah Sistem Pembinaan
Kewirausahaan Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya.
19
Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani,2012,Metodologi Penelitian Kualitatif Cat II,Pustaka Setia, Bandung,hlm:134.
20
40
b. Wawancara
Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara
menanyakan sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan atau
responden. Caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap
muka. Wawancara dapat dilakukan dengan menggunakan pedoman
wawancaraatau dengan tanya jawab secara langsung.21 Data yang
akan digali mengenai “Sistem pembinaan kewirausahaan yang
dilaksanakan di komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya.”
Adapun sumber dari teknik wawancara tersebut adalah:
1) Ketua komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya
2) Sekretaris Jenderal komunitas Wirausaha Muslim (WM)
Surabaya
3) Ketua divisi keorganisasian komunitas Wirausaha Muslim (WM)
Surabaya
4) Anggota komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan
percakapan, menyangkut persoalan pribadi dan memerlukan
interpretasi yang berhubungan sangat dekat dengan konteks rekaman
peristiwa tersebut.22 Dokumen bisa berbentuk arsip, jurnal,
gambar-21
Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, 2012,Metodologi Penelitian Kualitatif Cat II,Pustaka Setia, Bandung,hlm:131.
22
41
gambar. Adapun dokumentasi yang diperoleh yaitu Profil dan
Program Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya
Selain bersumber pada tiga hal diatas, peneliti juga
menggunakan cara Triangulasi, yatu dengan menggabungkan
berbagai teknik pengumpulan data sumber data. Ini dilakukan untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang apa yang telah
ditemukan.
Hal ini dilakukan setelah peneliti benar-benar menemukan
fokus permasalahan secara jelas. Dari fokus permasalahan tersebut,
kemudian dikembangkan dengan menggunakan instrumen penelitian
sederhana yang lain melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.
Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam menganalisa
permasalahan.
F. Teknik Validitas Data
Pengujian keabsahan data penelitian akan dilakukan dengan cara
Triangulasi Data. Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan
sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat penggabungan dari berbagai
teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.23 Triangulasi
teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang
berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan
observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber
23
42
data yang sama secara serempak. Triangulasi Teknik berarti untuk
mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data kualitatif ialah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satu kesatuan
yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain.
Dalam penelitian ini data di analisa menggunakan teknik analisis data
deskriptif. Teknik analisis data deskriptif merupakan tekhnik analisis yang
dipakai untuk menganalisis data dengan mendeskripsikan atau
menggambarkan data-data yang sudah dikumpulkan seadanya tanpa ada
maksud membuat generalisasi dari hasil penelitian. Yang termasuk dalam
teknik analisis data statistik deskriptif diantaranya seperti penyajian data
kedalam bentuk grafik, tabel, presentase, frekwensi, diagram, grafik, mean,
modus dll. Itulah penjelasan mengenai tekhnik analisis data deskriptif.24
24
Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif, Kencana prenada media group, Jakarta: 2008, hlm. 156–
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Berdirinya Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya
Komunitas Wirausaha Muslim tercetus pada kisaran bulan
Februari-Maret tahun 2014. Saat itu Gaza membara, hampir 1 bulan zionis Israel
menyerang wilayah Gaza yang mengakibatkan ribuan jiwa umat Islam
melayang, ribuan yang lain luka-luka dan jutaan penduduk Palestina
terancam kelaparan, sementara Israel mempersulit bantuan yang akan
masuk ke Palestina. Kegeraman dan keprihatinan atas kondisi Palestina saat
itulah yang menginspirasi IrwitonoSuwito dari SHAM FM dan
DaruDewayanto dari Hijrah Coach membentuk sebuah komunitas yang
bercita-cita menyatukan umat Islam dalam sebuah ukhuwah yang
sesungguhnya. Bahwa Islam harus KUAT dari sisi ekonomi dan KUAT dari
sisi ukhuwah.
Pertemuan pertama yang akhirnya menjadi embrio pembentukan
komunitas ini sekitar bulan Juni 2014 di masjid Ar Rahmah Teluk Buli
Surabaya. Pertemuan tersebut dihadiri oleh beberapa founder yaitu Faris
Aziz (Wafa TV), Yasir Salim (Lawang Agung), Pujiati (Koloni Kreatif),
Muhammad Bammahfud (Risqi Mobile), dan Edi Nur Khamim (Bawang
45
pembentukan komunitas Wirausaha Muslim. Dan keinginan dari para
founder ini adalah membuat suatu komunitas yang mereka menyebutnya
tuntas dalam menolong membernya, dalam mengembangkan
member-membernya dalam bisnis.
Komunitas Wirausaha Muslim dilaunching pada 11 Oktober 2014 di
Imperial Palace Hotel Surabaya dan dihadiri lebih dari 250 orang mulai dari
pebisnis, praktisi keilmuan bisnis hingga masyarakat umum. Pada launching
tersebut, para pendiri memperkenalkan Komunitas Wirausaha Muslim pada
khalayak umum dan mengundang para pebisnis muslim untuk bergabung
dalam komunitas tersebut.1
Gambar 1: Logo Wirausaha Muslim
1
46
2. Letak Geografis
Lokasi pembinaan Komunitas Wirausaha Muslim ini terletak di
berbagai tempat di area Surabaya. Dalam hal ini, lokasi pembinaan
Wirausaha Muslim (WM) tidak memiliki kantor umum / sekretariat dan
tidak hanya satu tempat pembinaan karena tergantung kapasitas jumlah
member yang hadir di acara tersebut. Lokasi yang di sewa oleh Wirausaha
Muslim yakni tempat yang memiliki fasilitas buat rapat kerja yang tidak
digunakan seperti di Gedung KPI yang terletak di jalan Kebonsari Surabaya,
Gedung IKADI Ahmad Yani Surabaya, Gedung Baitul Haq di sebelah
Masjid Baitul Haq Ketintang, dan lain sebagainya.
47
3. Tujuan Didirikannya Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya
Komunitas Wirausaha Muslim di bentuk atas desakan suatu kesadaran
yang didasarkan atas pengalaman bisnis sehari-hari yang sangat sulit untuk
berkembang bagi para pebisnis muslim dengan berbagai alasan, diantaranya:
1) Terbatasnya jaringan jika dibanding para pebisnis non muslim;
2) Realitas bahwa para pebisnis muslim masih lebih memilih bertransaksi
dengan pebisnis non muslim dengan pertimbangan “security” jangka
panjang. Hal ini karena mindset image pebisnis non muslim yang
dianggap lebih baik dalam memberi layanan dan seringkali hal tersebut
terjadi di praktek bisnis;
3) Belum adanya suatu semangat tujuan ideologis yang menjadikan bisnis
adalah ibadah dan dakwah.
Ketika komunitas kecil ini bertumbuh menjadi besar bukan sekedar
komunitas, namun juga pada pengembangan pada bisnis Islam yang lebih
riil, tidak hanya sekedar bentuk bisnis namun juga templates lengkap
mulai dari bagaimana memulai bisnis, mengembangkan bisnis hingga
membooster bisnis dengan landasan syariah Islam. Wirausaha Muslim
akanmenjadi komunitas yang menjadi pendorong proses transformasi
48
syariah Islam, hingga sistem bisnis Islam bukan hanya mimpi namun
benar-banar ada dan dilakukan.2
4. Visi dan Misi Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya
Komunitas Wirausaha Muslim merupakan komunitas wirausaha yang
dibangun atas dasar firman Allah SWT dalam Surat At Taubah : 71.
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka
menyuruh (mengerjakan) yang ma`ruf, mencegah dari yang mungkar,
mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka ta`at kepada Allah
dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya
Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
2
49
VISI
• Meningkatkan keimanan dan motivasi dengan cara silaturahmi, sinergi,
dan berbagi, sebagai solusi mewujudkan ketaqwaan dan kesejahteraan
umat.
MISI
• Mencetak konglomerat muslim yang berkontribusi terhadap dakwah
Islam
• Menjadikan wirausaha muslim berkarakter bisnis sebagaimana yang
diteladankan nabi Muhammad SAW dan para sahabat
• Tumbuh, berkembang, dan sukses bersama; dunia dan akhirat
Komunitas Wirausaha Muslim meyakini bahwa wirausaha harus
didasari oleh faktor saling silaturahmi, berbagi, saling mendukung untuk
menemukan solusi bersama dan bekerjasama untuk meraih hasil yang
diharapkan secara berjamaah yang menjadi moto Wirausaha Muslim yaitu
“Silaturahim, Sharing, Synergy, Solving”.3
Motto-motto tersebut dijadikan sebagai nafas dari Wirausaha
Muslimdan diharapkan setiap membermempunyai visi yang sama dalam
mewujudkan tujuan organisasi yakni antar member terjadinya sinerji berupa
bisnis, antar member terjadinya silaturahmi, dan antar member sharing dan
solving.Penerapan 4S (Silaturahmi, Sharing, Synergy, Solving) ini
3
50
dijabarkan menjadi program dan selalu menjadi ciri khas dari
kegiatan-kegiatan wirausaha muslim sendiri.4
5. Struktur Organisasi Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya
Struktur organisasi komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya dapat
dilihat pada bagan dibawah ini:
Bagan Struktur Organisasi WM
4
51
6. Kerangka Besar Kegiatan di Wirausaha Muslim (WM)
Pertemuan rutin merupakan pertemuan regular per 2 minggu yang
dilaksanakan setiap hari jumat dan wajib dihadiri oleh anggota WM
(members WM). Pertemuan ini merupakan bagian dari program
pendampingan yang disusun oleh Hijrah Coach selama satu tahun. Pada
Program pendampingan terdapat 4 tahap penting yaitu:.
1. Tiga bulan pertama adalah masa pembauran dan dipasangkan dengan
buddy, dimana landasan ukhuwah dibangun bukan sekedar menjadi
jargon yang didengungkan namun tidak terejawantahkan dalam praktek.
Ukhuwah ini diwujudkan dalam sebuah project group.
2. Tiga bulan berikutnya adalah mulai masuk pada bisnis masing-masing,
namun didahului dengan Program Pay it Forward, yaitu melakukan
segala tindakan kebaikan atau suatu hal di awal dengan tujuan
membantu bisnis Buddy nya (rekan yang telah dipasangkan).
Sebagaimana hadist sebagai berikut:
1
Ukhuwah
2
Pay it Forward
3
Hijrah Tools
52
Setiap gerakan pertolongan merupakan
nilaipahala”Siapayangmenolong saudaranya yang lain maka Allah
akan menuliskan baginya tujuhkebaikan bagi setiap langkah yang
dilakukannya (Hadits riwayat Thabrani).
”Siapa yang berjalan menolong orang yang susah maka Allah akan
menurunkan baginya tujuh puluh lima ribu malaikat yang selalu
mendoakannya dan dia akan tetap berada dalam rahmat Allah selama
dia menolong orang tersebut dan jika telah selesai melakukan
pertolongan tersebut, maka Allah akan tuliskan baginya pahala haji dan
umrah (Hadits riwayat Thabrani).
Hadits diriwayatkan oleh al-lmam Muslim, daripada Abu
Hurairahr.a.daripada Nabi SAW, Baginda telah bersabda:
•Barangsiapa yang melepaskan seorang mukmin daripada satu
kesusahan daripada kesusahan-kesusahan dunia, nescaya Allah
akan“melepaskannya daripada satu kesusahan daripada
kesusahan-kesusahan Qiamat”.
•Barangsiapa yang mempermudahkan bagi orang susah, niscaya Allah
akan“mempermudahkan baginya di dunia dan di akhirat”.
•Barangsiapa yang menutup ke’aiban seorang muslim, niscaya Allah
53
•Allah senantiasa bersedia menolong hambaNya“selagi mana dia suka
menolong saudaranya”.
3. Tiga bulan terakhir adalah setiap pebisnis mempersiapkan dan harus
menyelesaikan Show Case yaitu event yang diadakan dengan tujuan
setiap pebisnis anggota WM mempresentasikan dan menunjukkan
bisnis nya pada khalayak di luar WM, khalayak umum bahkan calon
investor. Show Case memiliki tujuan yang meliputi:
a. Sharing Vision, yaitu setiap bisnis dipresentasikan mengenai visi
dan misi terkait dengan bagaimana dan akan menjadi apa bisnis
bersangkutan dalam 5-10 tahun mendatang.
b. Invite investor, yaitu mengundang dan meyakinkan para calon
investor mengenai prospek bisnis yang bersangkutan , dan tujuan
akhirnya adalah ada calon investor yang tertarik terkait dengan
permodalan padacompany (perusahaan secara umum) atau pada
proyek-proyek (projects) yang sedang atau akan dikerjakan oleh
bisnis yang bersangkutan.
c. Invite partner, dalam konteks ini adalah menarik perhatian,
mengundang, meyakinkan serta mendapatkan kepercayaan dari
calon partner untuk bergabung atau melakukan kerjasama
partnership dalam bisnis bersangkutan.
d. Distribution, dalam hal ini adalah perencanaan strategis berkaitan
54
metode) dan sebaran jangkauan pemasaran (jangkauan geografis
dan demografis).
e. New Branch, dalam hal ini adalah terkait dengan ekspansi pasar,
yang ditunjukkan dengan pembukaan cabang baru atau cabang
distribusi baru.
Sudah seharusnya umat Islam dalam berbisnis memiliki tujuan
ideologis ibadah dan dakwah, bukan sekedar tujuan keuntungan
semata. Oleh karena itu komunitas Wirausaha Muslim bukan hanya
sekedar kumpulan pebisnis muslim yang berkumpul untuk
membuat jaringan yang bertujuan bisnis semata. Namun suatu
kesadaran penuh untuk memajukan Islam dalam sektor ekonomi.
Komunitas Wirausaha Muslim (WM) mengatakan jika kita sudah
berani mengatakan diri sebagai member dari wirausaha muslim
maka yang berkumpul hanya pebisnis Islam, yang mengetahui
cita-cita Islam, yang mengetahui dan mengerti tujuan kejayaan Islam.
Apa yang dimiliki oleh Islam adalahukhuwahyangmerupakan
landasan utama. Ukhuwah apabila digabungkan dengan bisnis
maka wujudnya adalah satu, yaitu memperhatikan kepentingan
saudaranya.5
5