• Tidak ada hasil yang ditemukan

SISTEM PEMBINAAN WIRAUSAHA PADA KOMUNITAS WIRAUSAHA MUSLIM (WM) SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SISTEM PEMBINAAN WIRAUSAHA PADA KOMUNITAS WIRAUSAHA MUSLIM (WM) SURABAYA."

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

SISTEM PEMBINAAN WIRAUSAHA PADA KOMUNITAS

WIRAUSAHA MUSLIM (WM) SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Guna Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)

Oleh:

NOVI IBNU AYYINUDIN

B04212016

PROGRAM STUDI MANAJEMEN DAKWAH

JURUSAN DAKWAH

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Novi Ibnu Ayyinudin, B04212016 “Sistem Pembinaan Wirausaha pada

Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya”, Skripsi 2017 Program Studi

Manajemen Dakwah Jurusan Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Dalam penelitian ini, fokus permasalahannya adalah bagaimana Sistem

Pembinaan Wirausaha pada Komunitas WM Surabaya?,Dalam penelitian ini

menggunakan kualitatif. Penelitian ini menggunakandua jenis sumber data yaitu

data primer (informan) dan data sekunder (dokumen). Penelitian ini terbagi atas

empat tahap, yaitu tahap pra lapangan, tahap pelaksanaan di lapangan, tahap

analisa data, dan tahap penulisan laporan (skripsi). Sedangkan teknik

pengumpulan data menggunakan dengan menggunakan wawancara,observasi, dan

dokumentasi. Untuk teknik validitas data menggunakan triangulasi.Dari hasil

penelitian, ditemukan adanya komponen Sistem Pembinaan Wirausaha yang

terdapat pada Komunitas WM, yaitu tujuan yang meliputi program pokok

Ukhuwah dan Support System, didalamnya terdapat pembina dan member,

terdapat dua bagian fasilitas yaitu pada formal dan informal, member terlebih

dahulu dikelompokkan dalam Buddy System, kemudian melaksanakan program

yang bertujuan untuk meningkatkan skillbisnis dan mempersaudarakan para

member pebisnis. Program pembinaan wirausaha tersebut yaitu: 1) Project Group,

2) Pembinaan member baik formal maupun informal, dan 3) Show Case

(7)
(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii

HALAMAN PENGESAHAN...iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN...iv

PERNYATAAN PERTANGGUNGJAWABAN v ABSTRAK...vi

KATA PENGANTAR...vii

DAFTAR ISI...viii

DAFTAR GAMBAR, TABEL, DAN BAGAN ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...6

C. Tujuan Penelitian... ...6

D. Manfaat Penelitian...6

E. Definisi Konsep...7

1. Sistem...7

2. Pembinaan... ...8

(9)

F. Sistematika Pembahasan...9

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Penelitian Terdahulu yang Relevan...11

B. Kerangka Teori...14

1. Tinjauan Tentang Sistem Pembinaan Wirausaha...14

a. Sistem...15

b. Pembinaan...16

c. Wirausaha...24

2. Sistem Pembinaan Wirausaha... ...26

3. Model Sistem Pembinaan Wirausaha...28

4. Pembinaan dalam Perspektif Islam... ...29

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian...32

B. Lokasi Penelitian...34

C. Jenis dan Sumber Data...34

D. Tahap-Tahap Penelitian...36

E. Teknik Pengumpulan Data...39

F. Teknik Validitas Data...41

G. Teknik Analisis Data...42

(10)

B. Penyajian Data...63

C. Analisis Data...91

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan...97

B. Saran dan Rekomendasi...101

C. Keterbatsan Peneliti...102

Daftar Pustaka...103

(11)

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR

Tabel 1: Daftar Pembina WM Surabaya...67

Tabel 2: Project Group...75

Gambar 1: Logo Wirausaha Muslim...44

Gambar 2: Letak Pembinaan...45

Gambar 3: Projek 1000 Bakiak untuk Masjid...76

Gambar 4: Projek Kids Selling Competition...76

Gambar 5: Pembinaan secara Formal...81

Gambar 6: Pembinaan secara Informal...82

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan perekonomian dan perubahan lingkungan strategis

yang dihadapi dunia sangat cepat dan dinamis. Perkembangan perekomian

suatu negara memberikan perubahan yang besar seperti negara maju.

Semakin maju suatu negara, semakin banyak orang yang terdidik dan

banyak pula orang yang menganggur, maka semakin dirasakan pentingnya

dunia kewirausahaan.

Pembelajaran terus menerus dan fleksibilitas merupakan

karakteristik yang sangat penting dan yang sudah perlu dipertimbangkan

oleh pelaku bisnis untuk menjawab tantangan dari perdagangan bebas

yang semakin kompetitif. Mendapatkan calon karyawan yang berkualitas

dan profesional tidak selalu mudah. Hal tersebut disebabkan antara lain

karena ketidaksesuaian kebutuhan dengan kompetensi.1

Keinginan pemerintah untuk membina dan mengembangkan usaha

kecil yang dimaksudkan untuk mengatasi kesenjangan struktur

perekonomian bagi masyarakat. Bila dapat diwujudkan maka pada suatu

saat pengusaha kecil dan menengah yang jumlahnya relatif banyak akan

mampu berkembang dan menjadi basis perekonomian nasional.

1

Muhammad Husni Mubarok, “Strategi Pemasaran Bisnis Global dan Sumber Daya Manusia”.

(13)

2

Kewirausahaan merupakan karekteristik kemanusiaan yang

berfungsi besar dalam mengelola suatu bisnis, karena pengusaha yang

memiliki jiwa kewira-usahaan akan memperlihatkan sifat pembaharu yang

dinamis, inovatif dan adaptif terhadap perubahan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Dengan kewirausahaan yang tinggi maka

manajemen akan dapat diperbaiki secara terus menerus.2

Sebagai ibu kota Provinsi Jawa Timur dan kota terbesar kedua di

Indonesia, Surabaya telah bertransformasi dari pusat kegiatan di wilayah

Jawa Timur menjadi pusat penopang perekonomian wilayah Indonesia

bagian tengah dan timur. Dalam kurun waktu 2 dekade, Surabaya dan

kota-kota satelit di sekitarnya telah mempunyai andil finansial yang vital

di Indonesia dikarenakan sektor perdagangan, industri, dan jasanya yang

terus berkembang. Hal ini kemudian menyebabkan daya beli masyarakat

meningkat dan indeks kepercayaan konsumen yang berkembang pesat. Hal

ini tentunya menarik minat investor untuk ikut andil dalam perubahan

wajah kota, sehingga mendorong munculnya "Kawasan Bisnis Terpadu" /

Central Business District (CBD) sebagai pusat-pusat kegiatan bisnis di

Surabaya.3

Menjamurnya semangat membuka usaha di Kota Surabaya

membuat tumbuhnya komunitas-komunitas usaha kecil selain HIPMI

Surabaya, Salah satu komunitas usaha yang hadir adalah Wirausaha

2

Hadiyati, Ernani.. Kreativitas dan Inovasi Berpengaruh Terhadap Kewirausahaan Usaha Kecil (Jurnal Manajemen Dan Kewirausahaan,Vol.13, No. 1, Maret 2011: 8-16). Malang: Universitas Gajayana Malang.

3

(14)

3

Muslim (WM). Kehadiran WM berawal pada tahun 2014 dari

pembentukan grup di facebook untuk menampung aspirasi wirausahawan

muslim di kota Surabaya. Dari pertemanan di grup facebook itulah

kemudian secara resmi WM mendeklarasikan dirinya 2014 lalu.

Penelitian tentang peran kaum muda dalam kewirausahaan dan

peningkatan ekonomi daerah, telah dilakukan oleh Manjusmita Dash &

Kulveen Kaur (2012) di Orissa, India. Mereka menemukan bahwa

kewirausahaan oleh kaum muda dalam beberapa tahun terakhir telah

berhasil mendongkrak persaingan ekonomi dan meningkatkan

pembangunan di daerah tersebut. Kewirausahaan di kalangan kaum muda

jarang dieksplorasi secara khusus, bahkan kebijakan dan program

seringkali dibuat satu namun berlaku untuk semua (one size fits all).

Bisnis tak lagi identik dengan suatu usaha yang dijalankan oleh

mereka yang berusia matang dengan segenap kemampuan dan skill

pendukung dalam mendirikan sebuah bisnis. Anak muda khususnya kaum

mahasiswa dengan rentang usia antara 18-25 tahun telah banyak yang

menjadi pebisnis muda atau pengusaha muda atau lebih dikenal dengan

istilah young entrepreneurship. Kewirausahaan merupakan karekteristik

kemanusiaan yang berfungsi besar dalam mengelola suatu bisnis. Dengan

kewirausahaan yang tinggi maka manajemen akan dapat diperbaiki secara

terus menerus.4

4

(15)

4

Proses komunikasi yang baik antar anggota diperlukan untuk

menunjang keberlangsungan hidup suatu kelompok masyarakat. Di antara

anggota tersebut harus ada two-way communications atau komunikasi dua

arah atau komunikasi timbal balik, untuk itu diperlukan kerjasama dengan

harapan untuk mencapai cita-cita, baik cita-cita pribadi, maupun kelompok

guna mencapai tujuan bersama. Hubungan yang terjadi merupakan suatu

proses adanya keinginan masing-masing individu untuk memperoleh hasil

yang nyata dan dapat memberikan manfaat untuk kehidupan yang

berkelanjutan.5

Manusia sebagai mahluk sosial di dalam kehidupannya harus

berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan

kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Proses komunikasi

dalam komunikasi bisnis merupakan bagian terpenting dalam kehidupan

sosial masyarakat yang mampu menjamin eksistensi individu maupun

kelompok masyarakat (komunitas). Oleh karena itu, peneliti di sini lebih

menitikberatkan pada Sistem Pembinaan pada komunitas Wirausaha

Muslim (WM) sebagai wahana komunikasi bisnis.

Kondisi perekonomian dunia yang anjlok saat ini, menyadarkan

banyak orang untuk beralih pada Bisnis Islami. Dan tidak menuhankan

lagi system ekonomi sekuler yang diusung negara-negara barat. Kenyataan

berbicara, ekonomi yang berbasis islami mampu bertahan terhadap

5

(16)

5

terjangan krisis moneter beberapa waktu lalu. Kelompok-kelompok usaha

kecil mampu bertahan dan bahkan bangkit meraih kesuksesan. Mampu

mengambil alih roda perekonomian pada saat pelaku ekonomi raksasa

meradang termasuk melalui diadakannya komunitas Wirausaha Muslim

(WM) ini untuk mencetak seorang wirausahawan muslim yang tangguh.

Wirausaha Muslim (WM) adalah suatu komunitas yang

beranggotakan para wirausahawan muda dan orang-orang yang berminat

pada dunia wirausaha. Komunitas ini mempunyai puluhan anggota yang

tersebar di berbagai wilayah di Indonesia.

Komunitas Wirausaha Muslim meyakini bahwa wirausaha harus

didasari oleh faktor saling silaturahim, berbagi, saling mendukung untuk

menemukan solusi bersama dan bekerjasama untuk meraih hasil yang

diharapkan secara berjamaah yang menjadi motto komunitas Wirausaha

(17)

6

B. Rumusan Masalah

Bagaimana sistem pembinaan kewirausahaan pada komunitas “Wirausaha

Muslim”(WM) Surabaya?

C. Tujuan Masalah

Untuk mengetahui sistem pembinaan kewirausahaan pada komunitas

“Wirausaha Muslim” (WM) Surabaya.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini terbagi menjadi dua

yakni manfaat secara teoritis dan praktis, diantaranya adalah sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis:

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi

pengembangan ilmu dan pengetahuan yang berhubungan dengan

topik sistem pembinaan wirausaha.

b. Dapat menjadi bahan masukan untuk kepentingan pengembangan

ilmu bagi pihak-pihak tertentu guna menjadikan skripsi ini menjadi

acuan untuk penelitian lanjutan terhadap obyek sejenis atau aspek

lainnya yang belum tercakup dalam penelitian ini.

2. Manfaat Praktis:

a. Bagi penulis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan

(18)

7

b. Bagi komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang efektif

dalam upaya mengetahui komunitas Wirausaha Muslim (WM)

Surabaya dalam pembinaan kewirausahaannya.

E. Definisi Konsep

Batasan definisi konsep dapat digunakan untuk mengontrol uang kajian

atau pembahasan penelitian agar tidak terjadi ambiguitas terhadap

permasalahan penelitian dan tidak terjadi kesalahan dalam memahami

pemakaian istilah yang terdapat pada judul penelitian ini, yaitu : Sistem

Pembinaan Kewirausahaan pada Komunitas Wirausaha Muslim (WM)

Surabaya.

1. Sistem

Sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling

berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas. Seperti pencernaan

makanan, pernapasan, dan peredaran darah di tubuh.6

Secara sederhana suatu sistem dapat diartikan sebagai suatu

kumpulan atau himpunan dari unsur, komponen atau variabel-variabel

yang terorganisasi, saling bergantung satu sama lain dan berpadu.7 2. Pembinaan

6

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta: 2005, hal. 1076 7

(19)

8

Pembinaan berasal dari kata bina mendapat awalan pe- dan

akhiran –an. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pembinaan

berarti:

a. Proses, perbuatan, cara membina

b. Pembaharuan; penyempurnaan; usaha, tindakan, dan kegiatan

yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna untuk

memperoleh hasil yang lebih baik.8

3. Wirausaha

Istilah kewirausahaan mulai dipopulerkan sejak tahun 1990.

Sebelum itu kewirausahaan atauentrepreneur(bahasa prancis) adalah

lebih populer yang artinya orang membeli barang dengan harga pasti,

meskipun orang itu belum tahu dengan harga berapa barang itu akan

dijual.

Kemudian kewirausahaan dipersamakan dengan

entrepreneurship atau wirausaha diartikan berbeda beda namun pada

prinsipnya maksud dan ruang lingkupnya sama. Kewirausahaan

berasal dari kata Wirausaha. Wirausaha berasal dari kata wiraartinya

berani, utama, mulia. Usaha berarti kegiatan bisnis komersil maupun

non komersil.

Jadi kewirausahaan diartikan secara harfiah sebagai hal-hal yang

menyangkut keberanian seseorang untuk melakukan kegiatan bisnis

maupun non bisnis secara mandiri.9

8

(20)

9

F. Sistematika Pembahasan

Dalam penulisan penelitian ini, pembahasan di susun dengan

sistematikasebagai berikut:

BAB I : Merupakan pendahuluan yang didalamnya memuat latar belakang

masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, definisi konsep, dan

sistematika pembahasan.

BAB II : Menuliskan tentang penelitian terdahulu yang relevan,

mendeskripsikan kajian pustaka : segala sesuatu yang berkaitan dengan

Sistem, Pembinaan, Pengertian Pembinaan Organisasi, pembelajaran

kewirausahaan, wirausaha muslim.

BAB III : Metode penelitian. Pendekatan dan Jenis Penelitian, Lokasi

Penelitian, Jenis dan Sumber Data, Tahap-tahap penelitian, Teknik

pengumpulan data, Teknik Validitas Data, Teknik Analisis Data.

BAB IV : Memaparkan tentang gambaran umum obyek penelitian: profil

Komunitas Wirausaha Muslim, visi dan misi dari Komunitas Wirausaha

Muslim, gambaran umum kondisi Kewirausahaan di Komunitas

Wirausaha Muslim, mengenai penerapan Kewirausahaan melalui program

di Komunitas Wirausaha Muslim Surabaya beserta sistem pembinaan

kewirausahaannya. Analisis data serta Pembahasan hasil penelitian.

BAB V : Merupakan bab terakhir yang berisi penutup yang meliputi,

kesimpulan dan saran.

9

(21)

(22)

BAB II

KAJIAN TEORITIK

A. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Sejauh pengamatan penulis, penelitian tentang entrepreneurship atau

lebih dikenal dengan dengan kewirausahaan yang diteliti oleh penulis relevan

dengan peneliti lainnya tentang kewirausahaan namun untuk membuktikan

bahwa penelitian penulis belum pernah diteliti, maka penulis paparkan

beberapa judul skripsi, antara lain:

Penelitian terdahulu yang relevan yang pertama dalam skripsi ini

adalah penelitian yang berjudul “Pembinaan Kurikulum Pendidikan

Kewirausahaan di SMKN 1 Surabaya (Aplikasi Pendidikan Kewirausahaan

Dalam Penguasaan Life Skill Siswa Kelas II Jurusan Penjualan)” yang

dilakukan oleh saudara Mohammad Azwar Anas, penelitian ini dilakukan di

sekolah SMKN 1 Surabaya, pada tahun 2007, untuk memenuhi tugas akhir

skripsi, Jurusan Kependidikan Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam

Negeri Sunan Ampel Surabaya. Penelitian ini memfokuskan pada pembinaan

kurikulum Pendidikan Kewirausahaan di SMKN 1 Surabaya. Berdasarkan

Undang-undang Sisdiknas tahun 2003 proses pendidikan yang di jalankan

oleh sekolah SMK Negeri 1 Surabaya melalui pendidikan kewirausahaan

(23)

12

rupa sehingga mampu meningkatkan sumber daya manusia yang lebih kreatif,

adaptif, dan produktif terhadap tuntutan zaman.1

Penelitian ini mempunyai persamaan yaitu sama-sama meneliti

tentang pembinaan kewirausahaan.

Perbedaan penelitian ini yaitu penelitian dilakukan di sekolah SMKN

1 Surabaya serta menggunakan penelitian kuantitatif.

Penelitian terdahulu yang relevan kedua dalam skripsi ini adalah

penelitian yang berjudul “Efektivitas Pembinaan Kemandirian Santri Melalui

Program Kewirausahaan Dan Implikasinya Terhadap Karakter Kerja Keras

Di Pondok Pesantren Aswaja Lintang Songo Piyungan Bantul” yang

dilakukan oleh saudari Arvica Agustina Syah Putri, penelitian ini dilakukan

di Pondok Pesantren Aswaja Lintang Songo Piyungan Bantul, pada tahun

2015, untuk memenuhi tugas akhir skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Univeritas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Yogyakarta. Peneliti ini memfokuskan pada proses pembinaan kemandirian

santri melalui program kewirausahaan, dalam penelitian ini pondok pesantren

aswaja lintang songo piyungan bantul tidak hanya membekali para santri

dengan kematangan ilmu agama dan ilmu umum saja, melainkan dibekali

juga dengan skill kewirausahaan sebagai upaya membina kemandirian para

santri.2

1

Mohammad Azwar Anas, 2007. “Pembinaan Kurikulum Pendidikan Kewirausahaan di SMKN 1 Surabaya (Aplikasi Pendidikan Kewirausahaan Dalam Penguasaan Life Skill Siswa Kelas II Jurusan Penjualan)”, Skripsi, JurusanKependidikan Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya..

2

(24)

13

Penelitian ini mempunyai persamaan yaitu untuk meneliti tentang

pembinaan kewirausahaan, serta sama-sama menggunakan penelitian

kualitatif.

Perbedaan penelitian ini yaitu penelitian dilakukan di pondok

pesantren Aswaja Lintang Songo Piyungan Bantul.

Penelitian terdahulu yang relevan ketiga dalam skripsi ini adalah

penelitian yang berjudul “Program Pelatihan Kewirausahaan di Pos Keadilan

Peduli Ummat (PKPU) Surabaya” yang dilakukan oleh saudari Siti Nuraini,

penelitian ini dilakukan di PKPU cabang Surabaya, pada tahun 2016, untuk

memenuhi tugas akhir skripsi, Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah

dan Komunikasi Univeritas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Penelitian

ini memfokuskan kepada Program Pelatihan Kewirausahaan di Pos Keadilan

Peduli Ummat (PKPU) Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

program dari PKPU yaitu pelatihan yang diberikan kepada masyarakat serta

bertujuan untuk menciptakan pengusaha-pengusaha baru. Program tersebut

memberikan pelatihan dan keterampilan kepada masyarakat. Hal tersebut

dilaksanakan untuk mengurangi pengangguran terdidik atau pengangguran

intelek yang terjadi di Negara Indonesia.3

Dalam penelitian ini terdapat beberapa kesamaan yaitu peneliti

sama-sama meneliti pelatihan atau pembinaan kewirausahaan, serta sama-sama-sama-sama

menggunakan penelitian kualitatif.

AswajaLintangSongoPiyunganBantul”, Skripsi, JurusanPendidikan Agama Islam

FakultasTarbiahdanKeguruan, UniversitasNegeriSunanKalijaga Yogyakarta. 3

Siti Nuraini, 2016, Program Pelatihan Kewirausahaan di Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU),

(25)

14

Perbedaan dari penelitian ini yaitu penelitian dilakukan di Pos

Keadilan Peduli Ummat (PKPU) Surabaya dan organisasi ini berinstansi

kepemerintahan sedangkan di komunitas Wirausaha Muslim milik organisasi

pribadi yang telah diakui oleh pemerintah.

Judul skripsi yang telah dipaparkan di atas memiliki kemiripan dengan

penelitian yang diajukan peneliti, tetapi penelitian-penelitian tersebut hanya

menekankan pada teori, model, tata cara, nilai-nilai umum dalam

pembinaannya atau pengembangan melalui pendidikan, sedangkan peneliti

menekankan kepada sistem pembinaan wirausaha pada komunitas Wirausaha

Muslim (WM) di Surabaya.

B. Kerangka Teori

1. Tinjauan Tentang Sistem Pembinaan Wirausaha

Sebelum membahas sistem pembinaan wirausaha lebih jauh, perlu

kiranya diketahui terlebih dahulu mengenai sistem, pembinaan, dan

wirausaha, agar mudah memahami dan mengambil kesimpulan arti

tentang sistem pembinaan wirausaha.

a. Sistem

Sistem adalah suatu susunan yang berfungsi dan bergerak, sesuatu

cabang ilmu niscaya mempunyai obyeknya, dan obyek yang menjadi

sasaran itu umumnya dibatasi.4

4

(26)

15

Sedangkan Menurut L. ACKOF, sistem adalah setiap kesatuan

secara konseptual atau fisik yang terdiri dari bagian-bagian dalam

keadaan saling tergantung satu sama lainnya.5

Menurut Tatang M. Amrin dalam bukunya “Pokok-pokok Teori

Sistem” menjelaskan bahwa secara sederhana sistem itu merupakan

sehimpunan unsur-unsur yang saling berkaitan untuk mencapai tujuan

bersama.6

Agus Ristono menjelaskan bahwa definisi formal dari konsep

sistem adalah sebagai berikut:

1. Sebuah sistem adalah sebuah gabungan komponen yang teratur.

“Teratur” berarti bahwa ada hubungan khusus antara komponen.

2. Sistem melakukan sesuatu yang dengan kata lain bahwa ia

menunjukkan sebuah tipe perilaku yang unik untuk sistem

tersebut.

3. Tiap komponen berkontribusi terhadap perilaku sistem dan

dipengaruhi karena berada di dalam sistem. Tidak ada komponen

yang memiliki efek independen dalam sistem. Perilaku dalam

sistem dapat diubah jika komponen manapun dipindahkan atau

meninggalkan.

5

M. Faisal, SistemInformasi Manajemen Jaringan, UIN-MALANG PRESS, Malang: 2008. hal. 14

6

(27)

16

4. Kelompok komponen di dalam sistem bisa jadi mereka juga

memiliki properti nomor (1), (2) dan (3), sehingga mereka dapat

membentuk sub-sistem.

5. Sistem memiliki sesuatu yang berada di luar tersebut sebagai

lingkungan, yang memberikan input ke dalam sistem dan

menerima output dari sistem.

6. Sistem telah diidentifikasi oleh seseorang sebagai kepentingan

khusus (memiliki tujuan tertentu).7

Isi penting dari sebuah sistem adalah komponennya, hubungan

antar komponen, perilaku atau aktivitas atau proses transformasi

dari sistem, lingkungannya, input dari lingkungan, output ke

lingkungan dan kepentingan khusus dari pengamat.

b. Pembinaan

Pembinaan adalah bagian dari upaya memelihara, menumbuhkan,

mengembangkan, menyempurnakan atau membawa pada keadaan

yang lebih baik. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa merumuskan definisi pembinaan sebagai usaha

tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna untuk

memperoleh hasil yang lebih baik.8

Menurut Wagnel dan Funk yang dikutip oleh Sunarti, dkk dalam

bukunya “Pola Pengasuhan Anak Secara Tradisional di Kelurahan

7

Agus Ristono,Pemodelan Sistem,Graha Ilmu,Yogyakarta: 2011. Hal. 17-18 8

(28)

17

Kebagusan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta” bahwa pembinaan itu

meliputi menjaga serta memberi bimbingan menuju pertumbuhan

kearah kedewasaan dengan memberikan pendidikan, tuntunan dan

sebagainya terhadap mereka yang dibina.9

Sedangkan menurut Hendiyat Soetopo dan Wasty Soemanto dalam

bukunya “Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum” memberikan

arti pembinaan adalah menunjuk pada suatu kegiatan

mempertahankan dan menyempurnakan yang telah ada.10

Metode Pembinaan

Upaya pengembangan bersifat edukatif dengan penggunaan

berbagai cara, antara lain persuasi, pembimbingan, stimulasi,

pemantauan dan evaluasi sehingga dapat membantu masyarakat

dalam hal pengembangan penalaran, minat kegemaran, pengabdian

masyarakat serta sikap positif.

Penerapan metode pembinaan dan pembimbingan

memper-timbangkan komponen penting sebagai berikut:

o Tujuan yang akan dicapai.

o Materi kegiatan.

o Karakteristik pembimbing, termasuk kemampuan dan

kepribadiannya

9

Sunarti, dkk.Pola Pengasuhan Anak Secara Tradisional di Kelurahan Kebagusan Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta(Jakarta: Depdiknas, 2009)

10

(29)

18

o Lingkungan, termasuk lingkungan sosial budaya.

o Fasilitas, waktu dan dana yang bersumber dari Komunitas

Wirausaha Muslim (WM), atau sumber lain yang tidak mengikat

dan dari member sendiri.

o Karakteristik para member yang melaksanakan kegiatan tersebut

termasuk kemampuan dan kondisi sosial member.

o Keterkaitan kegiatan secara sequensial dengan

memper-timbangkan fasilitas, waktu, tenaga, dana dan kemampuan.

Manfaat Pembinaan

Pembinaan yang dilakukan terus menerus diharapkan

pengusaha dan pengrajin akan menjadi lebih baik dan lebih sesuai

dengan budaya yang digunakan dalam organisasi, seperti bekerja

keras, bekerja dengan baik, mempunyai semangat yang tinggi,

memiliki mental yang kuat, mempunyai rasa kepedulian yang

tinggi terhadap prestasi.

Tujuan Pembinaan

Menurut Oemar Hamlik yang dikutip oleh Susi Hendriani, &

Sony A. Nulhaqim dalam Jurnal “Kependudukan Padjadjaran”

bahwa Tujuan dari pembinaan dan juga dapat dirumuskan

pendidikan nasional, yang juga terkait dengan upaya meningkatkan

kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

(30)

19

berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,

berdisiplin, ber etos kerja, profesional, bertanggung jawab dan

proaktif serta sehat jasmani dan rohani.11 Pembinaan di Suatu Organisasi

Didalam suatu komunitas terdapat kegiatan yang tak lepas

dari kendali seorang pembina. Dalam hal ini komunitas merupakan

suatu organisasi milik pribadi yang juga butuh seorang pembina

atau jika di perusahaan mereka adalah seorang manajer.

Ketika berperan sebagai pembina, seorang manajer secara

sadar menuntun orang lain ke arah kinerja yang lebih efektif

melalui proses belajar yang terencana.

cara manajer memberikan panduan dapat beragam, melalui

model yang pada pokoknya adalah pandangan yang reflektif

sampai model yang lebih ke arah instruksi langsung.12 Pembinaan

dapat ditujukan untuk:

• Membantu orang lain memecahkan masalah;

• Memperbaiki perilaku;

• Menambah pengetahuan dan wawasan;

Seperti yang akan kita lihat bahwa ini, pembinaan,

dibandingkan dengan bimbingan:

11

Susi Hendriani, & Sony A. Nulhaqim, “Pengaruh Pelatihan dan Pembinaan Dalam Menumbuhkan Jiwa Wirausaha Mitra Binaan PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia I Cabang Dumai”.Kependudukan Padjadjaran, Vol. 10, No. 2, Jakarta: 2008. Hal. 157

12

(31)

20

• Kemungkinan lebih terfokus untuk jangka pendek daripada

jangka panjang

• Kemungkinan lebih spesifik ketimbang secara umum

• Kemungkinan lebih berorientasi pada persyaratan-persyaratan

kinerja seseorang

• Kemungkinan lebih mengambil tempat di dalam organisasi

• Kemungkinan lebih diberikan oleh manajer dari seorang

manajer, ketimbang oleh rekan kerja atau pembimbing

• Kemungkinan lebih terpusat pada keterampilan atau kecakapan

yang spesifik

Sangat mungkin di dorong oleh kombinasi

kebutuhan-kebutuhan yang dipahami oleh individu, pembina dan organisasi

untuk memenuhi persyaratan kinerja.13

Menurut Miftah Thoha dalam bukunya “Pembinaan

Organisasi”, Pembinaan adalah suatu tindakan, proses, hasil, atau

pernyataan menjadi lebih baik. Dalam hal ini menunjukan adanya

kemajuan, peningkatan, pertumbuhan, evolusi atas berbagai

kemungkinan, berkembang, atau peningkatan atas sesuatu. Ada dua

unsur dari pengertian ini yakni pembinaan itu sendiri bisa berupa

suatu tindakan, proses atau pernyataan dari suatu tujuan, dan ke dua

13

(32)

21

pembinaan itu bisa menunjukkan kepada “perbaikan” atas

sesuatu.14

Semula beliau mempergunakan istilah pembinaan itu dalam

menerjemahkan “Organization Development”. Teman sejawatnya

menyarankan agar diganti dengan pengembangan, karena istilah

pembinaan itu hanya diperuntukkan kepada unsur manusia, bukan

unsur benda atau organisasi. Sekarang ini, beliau tidak

membedakan apakah pembinaan atau pengembangan, karena yang

beliau utamakan bagaimana membawa pengertian Organization

Development itu bisa dimengerti dan diamalkan oleh masyarakat

administrasi kita.15

Menurut beliau, Pembinaan Organisasi merupakan suatu

preskripsi untuk suatu perubahan, pembaharuan, dan

penyempurnaan yang berencana di dalam suatu organisasi tertentu.

Adapun unsur-unsur pokok dari preskripsi yang beliau kemukakan

tersebut antara lain:

1. Berencana dan Berjangka Panjang

Sifat dari usaha atau program Pembinaan Organisasi ini

merupakan program yang berjangka panjang, berencana, dan

menyangkut proses dari suatu sistem yang luas. Suatu perubahan

merupakan suatu proses bukan suatu peristiwa. Oleh karena itu,

14

Miftah Thoha, Pembinaan Organisasi (Proses Diagnosa dan Intervensi), RajaGrafindo Persada, Jakarta: 1997. Hal. 7

15

(33)

22

supaya perubahan tersebut bisa berhasil hendaknya direncanakan

dan berjangka panjang. Menurut pengalaman Warner Burke,

sedikitnya ia melakukan selama lebih dari sembilan bulan hanya

untuk menentukan dan memahami masalahnya saja. Jadi dapat

dibayangkan, kalau menentukan masalah yang akan dipecahkan

saja lebih dari sembilan bulan, berapa bulan lagi untuk terapi dan

intervensinya. Itulah sebabnya, jika mau berhasil dengan

Pembinaan Organisasi diperlukan perencanaan yang berjangka

panjang.16

2. Organisasi secara keseluruhan

Pembaharuan, perubahan dan penyempurnaan yang terjadi di

dalam organisasi tersebut, hendaknya berlaku untuk organisasi

secara keseluruhan, bukannya secara parsial sepotong demi

sepotong. Dengan demikian jika hendak melakukan perubahan,

jangan dilakukan dengan melihat organisasi sebagai kumpulan dari

bagian-bagian yang terpisah satu sama lain. Umpamanya akan

melakukan perubahan struktur organisasi akan saling berhubungan

dengan pola aktivitas interaksi, norma organisasi, perasaan

orang-orang, kepercayaan, sikap, nilai, dan hasil kerja.

3. Dikelola

16

(34)

23

Sebagai konsekuensi dari program yang berencana dan

berjangka panjang maka pembinaan organisasi menekankan adanya

sistem pengelolaan ini.17

4. Efektivitas dan Kesehatan Organisasi

Pembinaan Organisasi berorientasi pada hasil, dan

penyesuaian dengan kemampuan organisasi untuk mencapai

hasil-hasil tersebut. Hal ini berarti bahwa organisasi ingin mencapai

efektivitas, dan sekaligus usaha-usahanya dilakukan secara sehat.

5. Intervensi yang berencana

Intervensi merupakan salah satu usaha Pembinaan Organisasi

untuk memecahkan persoalan yang dihadapi oleh organisasi secara

keseluruhan. Intervensi yang dijalankan ini berupaya untuk

melakukan perubahan, pembaharuan, dan penyempurnaan dalam

organisasi. Intervensi ini harus direncanakan secara seksama, agar

dicapai efektivitas dan efisiensi perubahan. Bentuk-bentuk

intervensi Pembinaan Organisasi dapat melalui pendidikan, latihan,

metode reflektif, pengamatan diri, dan belajar mengerjakan

sendiri.18

6. Pengetahuan Ilmu perilaku

Sejak perang dunia kedua berakhir, ahli-ahli ilmu sosial yang

mempelajari organisasi, semakin bertambah keinginannya untuk

17

Miftah Thoha, Pembinaan Organisasi (Proses Diagnosa dan Intervensi), RajaGrafindo Persada, Jakarta: 1997. Hal. 14

18

(35)

24

mempelajari ilmu-ilmu empiris dan yang berdasarkan pada

penelitian.19

c. Wirausaha

Menurut John J. Kao, kewirausahaan adalah usaha untuk

menciptakan nilai tambah melalui pengenalan terhadap peluang bisnis,

manajemen pengambilan resiko dan komunikasi. Sedangkan menurut

Robert D. Hisrich, wirausaha adalah seseorang yang membawa

sumber daya, pekerjaan, material atau aset lain menjadi suatu

kombinasi yang membuat mereka memiliki nilai yang lebih tinggi dari

sebelumnya, seorang wirausaha juga memperkenalkan perubahan dan

inovasi.20

Sri Edi Swasono (1978:38) mengatakan dalam konteks bisnis,

wirausaha adalah Pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah

wirausaha, wirausaha adalah pelopor dalam bisnis, inovator,

penanggung risiko, yang mempunyai visi ke depan, dan memiliki

keunggulan dalam berprestasi dibidang usaha. Sujuti Jahja (1977)

membagi nilai kewirausahaan dalam dua dimensi nilai yaitu:

1. Pasangan sistem nilai kewirausahaan yang berorientasi materi dan

non materi.

2. Nilai yang berorientasi pada kemajuan dari nilai-nilai kebiasaan.

Selanjutnya beliau menguraikan bahwa:

19

Miftah Thoha, Pembinaan Organisasi (Proses Diagnosa dan Intervensi), RajaGrafindo Persada, Jakarta: 1997. Hal. 16

20

(36)

25

• Wirausaha yang berorientasi kemajuan untuk memperoleh

materi, ciri-cirinya mengambil risiko, terbuka terhadap

teknologi dan mengutamakan materi.

• Wirausaha yang berorientasi pada kemajuan tetapi bukan untuk

mengejar materi, wirausaha ini hanya ingin mewujudkan rasa

tanggung jawab, pelayanan, sikap positif dan kreativitas.

• Wirausaha yang berorientasi pada materi, dan berpatokan pada

kebiasaan yang sudah ada, misalnya dalam perhitungan usaha

dengan kira-kira, sering menghadap kearah tertentu (aliran

Fengsui) supaya berhasil.

• Wirausaha yang berorientasi pada materi , dengan bekerja

berdasarkan kebiasaan, wirausaha model ini biasanya tergantung

pada pengalaman, berhitung dengan menggunakan mistik,

faham etnosentris dan taat pada tata cara leluhur.21

2. Sistem Pembinaan Wirausaha

Setelah dijelaskan mengenai sistem, pembinaan, dan wirausaha,

penulis mengambil kesimpulan arti tentang sistem pembinaan wirausaha.

Dalam hal ini, penulis menggunakan istilah sistem pembinaan dengan

sistem pelatihan.

21

(37)

26

Dalam meningkatkan dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan kepada

masyarakat bisnis atau non bisnis dilakukan upaya pembinaan, pelatihan

dan pendidikan. Ketiga upaya ini saling memliki keterkaitan, namun

pembinaan pada hakikatnya mengandung unsur-unsur pelatihan dan

pendidikan. Secara operasional sistem pelatihan kewirausahaan meliputi

beberapa hal antara lain sebagai berikut:

a. Pelatihan kewirausahaan adalah suatu proses yang merupakan suatu

fungsi manajemen yang perlu dilakukan secara terus-menerus dalam

rangka pembinaan pelatihan dalam suatu organisasi atau lembaga

secara spesifik.

b. Pelatihan kewirausahaan dilakukan secara sengaja.

Unsur kesengajaan sangat penting dalam proses pelatihan ditandai

dengan adanya suatu rencana yang lengkap serta menyeluruh yang

disusun secara tepat dan rinci.

c. Pelatihan kewirausahaan diberikan dalam bentuk pemberian bantuan.

dalam hal ini dapat berupa pengarahan, bimbingan, fasilitas,

penyampaian informasi, dan yang paling penting adalah pelatihan

ketrampilan.

d. Sasaran pelatihan kewirausahaan

e. Pelatihan kewirausahaan dilakukan oleh tenaga profesional

f. Pelatihan kewirausahaan meningkatkan dan menumbuhan serta

(38)

27

Program pelatihan kewirausahaan adalah suatu proses yang meliputi

serangkaian tindak upaya yang dilakukan dengan sengaja dalam bentuk

pemberian bantuan kepada masyarakat yang dilakukan oleh tenaga ahli

yang bertujuan untuk meningkatkan masyarakat dalam bidang

kewirausahaan.22

3. Model Sistem Pembinaan Wirausaha

Dalam penjelasan kali ini peneliti menggunakan model Sistem

Pembinaan Wirausaha dengan sistem pelatihan wirausaha yang mana kedua

pengertian tersebut sama-sama melakukan pengembangan,

Menurut Michael Amstrong menyebutkan agar berhasil, kita perlu

mengkombinasikan beberapa sistem pendekatan terhadap pelatihan

kewirausahaan. Adapun sistem yang harus dilakukan dalam program

pelatihan kewirausahaan yang dikategorikan kepada

input-process-output-feed backadalah sebagai berikut:

a. Input, yang termasuk dalam bidang masukan : menetapkan dan

menganalisis kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan pada saat

program pelatihan kewirausahaan. Menetapkan tujuan pelatihan dalam

22

(39)

28

bentuk peningkatan dan perilaku yang membawa kearah prestasi yang

lebih baik, mempersiapkan rencana-rencana pelatihan yang sesuai

dengan tujuan yang akan menggambarkan biaya-biaya dan

keuntungan-keuntungan dari program latihan yang diususlkan.

b. Process, meliputi pelaksanaan dari rencana-rencana pelatihan

kewirausahaan.

c. Output, yaitu memantau, mengevaluasi dan menganalisis hasil dari

pelatihan kewirausahaan.

d. Feed back, memberikan umpan balik dari hasil evaluasi latihan

sehingga latihan dapat terus ditingkatkan.23

4. Pembinaan dalam Perspektif Islam

a. Al-Qur’an

Artinya: Dan diajarkan-Nya kepada Adam nama-nama

(benda-benda) kesemuanya, kemudian dikemukakan-Nya kepada para

23

(40)

29

malaikat, lalu Allah berfirman: “beritahukanlah kepada-Ku nama

benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar.24

Dalam surat Ali-Imran ayat 104, yang berbunyi:

Artinya: “Dan Hendaklah diantara kamu ada segolongan orang yang

menyeru kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf dan

mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang

beruntung.25

Dari ayat-ayat tersebut dapat dijelaskan bahwa berdakwah

adalah wajib, dan dalam menyebarkan kebaikan serta menyuruh

untuk tidak berbuat yang munkar. Dalam hal ini adalah pembinaan

wirausaha yaitu di Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya,

yang berdakwah dalam bidang pengajaran wirausaha islam.

Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amir Al AnshariR.A, ia berkata bahwa

Rasulullah SAW bersabda,

24

Imam Jalalud-din Al-Mahalliy dan Imam Jalalud-din As-Suyuthi, Terjemah Tafsir Jalalain berikut Asbaabun Nuzul, Sinar Baru, Bandung: 1990. Hal. 18

25

(41)

30

Artinya: “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia

akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang

mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).26

Kebaikan yang dimaksudkan dalam hadits ini adalah kebaikan

agama maupun kebaikan dunia. Berarti kebaikan yang dimaksudkan

bukan hanya termasuk pada kebaikan agama saja.Termasuk dalam

memberikan kebaikan di sini adalah pembinaan wirausaha dengan

memberikan ilmu bisnis yang bermanfaat.

26

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode berasal dari bahasa Yunani:methodosyang berarti cara atau jalan.1

Jadi, Metode adalah cara kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi

sasaran ilmu yang bersangkutan.2Metode penelitian adalah teknik-teknik spesifik

dalam penelitian.3 Penelitian yang harus dilaksanakan secara sistematis, teratur,

dan tertib berarti prosesnya harus mengikuti prosedur atau metode dan teknik

yang paling sesuai dengan masalahnya.4

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini akan mengkaji dan mendeskripsikan tentang sistem

pembinaan komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya. Sesuai dengan

fokus penelitian maka penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.

Skripsi ini berbentuk penelitian lapangan, maka metode penelitian yang

dibuat adalah metode penelitian kualitatif, seperti yang didefinisikan oleh

Bogdan dan Taylor (1975 : 5), metode penelitian kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif: ucapan atau tulisan dan

perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subjek) itu sendiri.5

1

Joko Subagyo, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta: 2004. Hal. 1 2

Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta: 1994. Hal. 7

3

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung: 2004, hlm. 146 4

Andi Prastowo, Memahami Metode-metode Penelitian, Ar-Ruzz Media, Yogyakarta: 2014. Hal. 19

5

(43)

33

Sejalan dengan definisi tersebut, menurut Kirk dan Miller yang dikutip

oleh Lexy J. Moelong dalam bukunya yang berjudul “Metodologi Penelitian

Kualitatif”, mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu

dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung

pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan

dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan dalam peristilahannya.6

Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan

untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah

eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik

pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data

bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari

pada generalisasi.7

Adapun Jenis yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha

mendeskripsikan suatu gejala, peristiwa, atau kejadian yang terjadi pada saat

sekarang.8 Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat

deskripsi, gambar-gambar atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang

diselidiki.9

6

Lexy J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung: 2009. Hal. 4 7

Sugiyono, memahamiPenelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung: 2015. Hal. 1 8

Nana Sujana Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, (Bandung: sinar baru, 1989), 9

(44)

34

B. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil beberapa lokasi di komunitas

Wirausaha Muslim (WM) di daerah Surabaya yaitu Ruko Jambangan Kebon

Agung 31, Gedung Baitul Haq Jl. Ketintang, dan Gedung KPI Jl. Gayungsari

IV Surabaya sebagai tempat penelitian. Peneliti memilih tempat ini agar dapat

mengamati secara langsung kegiatan komunikasi kelompok yang terjadi pada

penyandang disabilitas dan melihat aktifitas yang dilakukan mereka dalam

bertukar pikiran membuat karya kreatif.

C. Jenis dan Sumber Data

Data adalah pernyataan atau keterangan atau bahan dasar yang

dipergunakan untuk menyusun hipotesa atau segala sesuatu yang diteliti.10

Sedangkan yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah

subyek dari mana data diperoleh.11

Berdasarkan jenisnya sumber data dibagi menjadi dua yaitu data primer

merupakan data yang diperoleh langsung dari sumbernya, diamati, dicatat,

untuk pertama kalinya. Sedangkan data sekunder merupakan data yang akan

diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya dari publikasi

lainnya.12

1. Data Primer

10

Lexy J. Moelong, 2008, Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung. Hal. 8 11

Suharsini Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian, PT. Rineka Cipta, Jakarta, Hal. 129 12

(45)

35

Data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data.13 Atau data yang diperoleh langsung dari sumbernya,

diamati dan dicatat untuk pertama kalinya.14 Atau berupa teks hasil

wawancara dan diperoleh melalui wawancara dengan informan yang

sedang dijadikan sampel dalam penelitiannya. Data dapat direkam atau

dicatat oleh peneliti.15 Dalam penelitian ini dimaksudkan data yang

dihimpun mengenai sistem pembinaan kewirausahaan pada Komunitas

Wirausaha Muslim (WM) Surabaya. Adapun sumber dari teknik

wawancara tersebut adalah ketua komunitas Wirausaha Muslim (WM)

Surabaya.

2. Data Sekunder

Data sekunder yaitu yang berasal dari sumber bahan bacaan.

Sumber-sumber sekunder terdiri atas berbagai macam, dari surat-surat pribadi,

kitab harian, notula rapat perkumpulan sampai dari dokumen-dokumen

resmi dari berbagai instansi pemerintah.16

. Harus selalu diperhatikan

bahwa data sekunder yang hendak dipergunakan haruslah data yang valid

dan benar.17 Dalam penelitian ini dimaksudkan data yang dihimpun

adalah dokumen yang meliputi profil dan program pembinaan yang

menunjang perencanaan dan pelaksanaan program pada Komunitas

Wirausaha Muslim (WM).

13

Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung, hal. 86 14

Cholib Narbuko dan Abu Ahmadi, 1997, Metodologi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 70 15

Jonathan Sarwono, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, Graha Ilmu, Yogyakarta, hal. 209

16

S. Nasution, 1996, Metode Research, Bumi Aksara, Jakarta, hal. 143 17

(46)

36

D. Tahap-tahap Penelitian

1. Tahap Pra Lapangan

Tahap pra lapangan adalah tahap ditetapkan apa saja yang harus

dilakukan sebelum seorang peneliti masuk ke lapangan obyek studi.18

Dalam hal ini terdapat 7 hal yang harus dilakukan dan dimiliki oleh

seorang peneliti diantaranya.

a. Menyusun Rancangan Penelitian

Adapun rancangan dalam penelitian kualitatif ini berisi antara lain:\

1. Konteks penelitian dan alasan pelaksanaan penelitian

2. Kajian kepustakaan yang terdiri dari:;

a). Kesesuaian paradigma dengan fokus

b). Penelitian lapangan

c). Penentuan judul penelitian

d). Pemilihan alat penelitian

e). Rancangan pengumpulan data

f). Rancangan prosedur analisis data

b. Memilih Lapangan Penelitian

Dalam hal ini peneliti memilih lapangan penelitian pada

Sistem Pembinaan Wirausaha di Komunitas Wirausaha Muslim

(WM) Surabaya yang bertempat di Ruko Jambangan Kebon Agung

31 Kota Surabaya, Gedung Baitul Haq Ketintang Surabaya, dan

Gedung KPI Gayungsari IV Surabaya.

18

(47)

37

c. Mengurus Perijinan

Dalam penelitian ini peneliti mengurus perizinan pada Fakultas

Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Ampel Surabaya, dan

kemudian ditembuskan kepada yayasan untuk mendapatkan

data-data yang dibutuhkan oleh peneliti.

d. Menjajaki dan Menilai Keadaan Lapangan

Pada tahap ini peneliti langsung meninjau keadaan lapangan,

dengan datang langsung ke pengurus komunitas dan

berbincang-bincang dengan pengurus serta mempelajari kebiasaan-kebiasaan

yang terjadi di lapangan penelitian.

e. Memilih dan Memanfaatkan Informan

Untuk mengetahui informasi tentang komunitas tersebut, maka

dibutuhkan beberapa informan yang mengerti dan paham tentang

komunitas tersebut. Dalam hal ini yang menjadi informan adalah

ketua komunitas, pengurus komunitas, serta anggota komunitas.

f. Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Dalam hal ini penelitian menyiapkan peralatan penelitian

antara lain seperti alat tulis, alat perekam, handycam, notebook,

buku, dan handphone

g. Persoalan Etika Penelitian

Pada tahap yang berakhir ini, peneliti sangat menjaganya.

Sebab hal ini menyangkut dengan hubungan orang lain yang

(48)

38

terjaganya etika yang baik maka nantinya bisa tercipta suatu

kerjasama yang menyenangkan antara kedua belah pihak.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap lapangan ini, peneliti mencari informasi dan data-data yang

menjadi pendukung utama dalam penelitian ini.Pada tahap ini, peneliti

lebih focus pada pencarian data di lapangan dalam menggali data.Ketika

peneliti memasuki lapangan, peneliti selalu menjaga keakraban kepada

subjek penelitian.Keakraban diperlukan, agar antara peneliti dan subjek

penelitian melebur menjadi satu dan tidak ada lagi dinding pemisah

keduanya.Dengan demikian, subjek dengan suka rela menjawab

pertanyaan yang diajukan peneliti dan memberikan informasi yang

terkait dengan penelitian.

Tidak hanya keakraban yang dibangun, tetapi peneliti juga melihat

keterbatasan waktu, tenaga dan biaya yang dimiliki.Agar tidak sampai

terpancing untuk kegiatan yang ada di lapangan dan melewati

keterbatasan yang dimiliki peneliti.Catatan lapangan juga menjadi alat

terpenting saat berada di lapangan.Catatan lapangan ini didapatkan saat

peneliti mendapatkan berbagai data dan informasi saat di

lapangan.Catatan lapangan ini digunakan, ketika peneliti lupa atau

(49)

39

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama

dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah

mendapatkan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

menggunakan beberapa metode, diantaranya sebagai berikut:

a. Observasi

Data dalam penelitian kualitatif dapat dikumpulkan melalui

metode observasi. Menurut Nawawi dan Martini yang dikutip oleh

Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani dalam buku metodelogi

penelitian kualitatif, observasi adalah pengamatan dan pencatatan

secara sistematika terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu

gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian.19

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi

partisipatif, yaitu peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang

yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data

penelitian.20 Dalam skripsi ini, penulis meneliti pada waktu setiap

sekali dalam dua minggu yang sesuai dengan jadwal kegiatan di

lokasi. Maka dari itu data yang akan digali adalah Sistem Pembinaan

Kewirausahaan Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya.

19

Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani,2012,Metodologi Penelitian Kualitatif Cat II,Pustaka Setia, Bandung,hlm:134.

20

(50)

40

b. Wawancara

Wawancara adalah metode pengambilan data dengan cara

menanyakan sesuatu kepada seseorang yang menjadi informan atau

responden. Caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap

muka. Wawancara dapat dilakukan dengan menggunakan pedoman

wawancaraatau dengan tanya jawab secara langsung.21 Data yang

akan digali mengenai “Sistem pembinaan kewirausahaan yang

dilaksanakan di komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya.”

Adapun sumber dari teknik wawancara tersebut adalah:

1) Ketua komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya

2) Sekretaris Jenderal komunitas Wirausaha Muslim (WM)

Surabaya

3) Ketua divisi keorganisasian komunitas Wirausaha Muslim (WM)

Surabaya

4) Anggota komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya

c. Dokumentasi

Dokumentasi adalah rekaman peristiwa yang lebih dekat dengan

percakapan, menyangkut persoalan pribadi dan memerlukan

interpretasi yang berhubungan sangat dekat dengan konteks rekaman

peristiwa tersebut.22 Dokumen bisa berbentuk arsip, jurnal,

gambar-21

Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, 2012,Metodologi Penelitian Kualitatif Cat II,Pustaka Setia, Bandung,hlm:131.

22

(51)

41

gambar. Adapun dokumentasi yang diperoleh yaitu Profil dan

Program Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya

Selain bersumber pada tiga hal diatas, peneliti juga

menggunakan cara Triangulasi, yatu dengan menggabungkan

berbagai teknik pengumpulan data sumber data. Ini dilakukan untuk

meningkatkan pemahaman peneliti tentang apa yang telah

ditemukan.

Hal ini dilakukan setelah peneliti benar-benar menemukan

fokus permasalahan secara jelas. Dari fokus permasalahan tersebut,

kemudian dikembangkan dengan menggunakan instrumen penelitian

sederhana yang lain melalui observasi, wawancara dan dokumentasi.

Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam menganalisa

permasalahan.

F. Teknik Validitas Data

Pengujian keabsahan data penelitian akan dilakukan dengan cara

Triangulasi Data. Dalam teknik pengumpulan data, triangulasi diartikan

sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat penggabungan dari berbagai

teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada.23 Triangulasi

teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang

berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama. Peneliti menggunakan

observasi partisipatif, wawancara mendalam, dan dokumentasi untuk sumber

23

(52)

42

data yang sama secara serempak. Triangulasi Teknik berarti untuk

mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif ialah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja

dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi satu kesatuan

yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan

kepada orang lain.

Dalam penelitian ini data di analisa menggunakan teknik analisis data

deskriptif. Teknik analisis data deskriptif merupakan tekhnik analisis yang

dipakai untuk menganalisis data dengan mendeskripsikan atau

menggambarkan data-data yang sudah dikumpulkan seadanya tanpa ada

maksud membuat generalisasi dari hasil penelitian. Yang termasuk dalam

teknik analisis data statistik deskriptif diantaranya seperti penyajian data

kedalam bentuk grafik, tabel, presentase, frekwensi, diagram, grafik, mean,

modus dll. Itulah penjelasan mengenai tekhnik analisis data deskriptif.24

24

Bungin, Burhan, Penelitian Kualitatif, Kencana prenada media group, Jakarta: 2008, hlm. 156–

(53)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian

1. Sejarah Berdirinya Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya

Komunitas Wirausaha Muslim tercetus pada kisaran bulan

Februari-Maret tahun 2014. Saat itu Gaza membara, hampir 1 bulan zionis Israel

menyerang wilayah Gaza yang mengakibatkan ribuan jiwa umat Islam

melayang, ribuan yang lain luka-luka dan jutaan penduduk Palestina

terancam kelaparan, sementara Israel mempersulit bantuan yang akan

masuk ke Palestina. Kegeraman dan keprihatinan atas kondisi Palestina saat

itulah yang menginspirasi IrwitonoSuwito dari SHAM FM dan

DaruDewayanto dari Hijrah Coach membentuk sebuah komunitas yang

bercita-cita menyatukan umat Islam dalam sebuah ukhuwah yang

sesungguhnya. Bahwa Islam harus KUAT dari sisi ekonomi dan KUAT dari

sisi ukhuwah.

Pertemuan pertama yang akhirnya menjadi embrio pembentukan

komunitas ini sekitar bulan Juni 2014 di masjid Ar Rahmah Teluk Buli

Surabaya. Pertemuan tersebut dihadiri oleh beberapa founder yaitu Faris

Aziz (Wafa TV), Yasir Salim (Lawang Agung), Pujiati (Koloni Kreatif),

Muhammad Bammahfud (Risqi Mobile), dan Edi Nur Khamim (Bawang

(54)

45

pembentukan komunitas Wirausaha Muslim. Dan keinginan dari para

founder ini adalah membuat suatu komunitas yang mereka menyebutnya

tuntas dalam menolong membernya, dalam mengembangkan

member-membernya dalam bisnis.

Komunitas Wirausaha Muslim dilaunching pada 11 Oktober 2014 di

Imperial Palace Hotel Surabaya dan dihadiri lebih dari 250 orang mulai dari

pebisnis, praktisi keilmuan bisnis hingga masyarakat umum. Pada launching

tersebut, para pendiri memperkenalkan Komunitas Wirausaha Muslim pada

khalayak umum dan mengundang para pebisnis muslim untuk bergabung

dalam komunitas tersebut.1

Gambar 1: Logo Wirausaha Muslim

1

(55)

46

2. Letak Geografis

Lokasi pembinaan Komunitas Wirausaha Muslim ini terletak di

berbagai tempat di area Surabaya. Dalam hal ini, lokasi pembinaan

Wirausaha Muslim (WM) tidak memiliki kantor umum / sekretariat dan

tidak hanya satu tempat pembinaan karena tergantung kapasitas jumlah

member yang hadir di acara tersebut. Lokasi yang di sewa oleh Wirausaha

Muslim yakni tempat yang memiliki fasilitas buat rapat kerja yang tidak

digunakan seperti di Gedung KPI yang terletak di jalan Kebonsari Surabaya,

Gedung IKADI Ahmad Yani Surabaya, Gedung Baitul Haq di sebelah

Masjid Baitul Haq Ketintang, dan lain sebagainya.

(56)

47

3. Tujuan Didirikannya Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya

Komunitas Wirausaha Muslim di bentuk atas desakan suatu kesadaran

yang didasarkan atas pengalaman bisnis sehari-hari yang sangat sulit untuk

berkembang bagi para pebisnis muslim dengan berbagai alasan, diantaranya:

1) Terbatasnya jaringan jika dibanding para pebisnis non muslim;

2) Realitas bahwa para pebisnis muslim masih lebih memilih bertransaksi

dengan pebisnis non muslim dengan pertimbangan “security” jangka

panjang. Hal ini karena mindset image pebisnis non muslim yang

dianggap lebih baik dalam memberi layanan dan seringkali hal tersebut

terjadi di praktek bisnis;

3) Belum adanya suatu semangat tujuan ideologis yang menjadikan bisnis

adalah ibadah dan dakwah.

Ketika komunitas kecil ini bertumbuh menjadi besar bukan sekedar

komunitas, namun juga pada pengembangan pada bisnis Islam yang lebih

riil, tidak hanya sekedar bentuk bisnis namun juga templates lengkap

mulai dari bagaimana memulai bisnis, mengembangkan bisnis hingga

membooster bisnis dengan landasan syariah Islam. Wirausaha Muslim

akanmenjadi komunitas yang menjadi pendorong proses transformasi

(57)

48

syariah Islam, hingga sistem bisnis Islam bukan hanya mimpi namun

benar-banar ada dan dilakukan.2

4. Visi dan Misi Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya

Komunitas Wirausaha Muslim merupakan komunitas wirausaha yang

dibangun atas dasar firman Allah SWT dalam Surat At Taubah : 71.

“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian

mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka

menyuruh (mengerjakan) yang ma`ruf, mencegah dari yang mungkar,

mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan mereka ta`at kepada Allah

dan Rasul-Nya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; sesungguhnya

Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.

2

(58)

49

VISI

• Meningkatkan keimanan dan motivasi dengan cara silaturahmi, sinergi,

dan berbagi, sebagai solusi mewujudkan ketaqwaan dan kesejahteraan

umat.

MISI

• Mencetak konglomerat muslim yang berkontribusi terhadap dakwah

Islam

• Menjadikan wirausaha muslim berkarakter bisnis sebagaimana yang

diteladankan nabi Muhammad SAW dan para sahabat

• Tumbuh, berkembang, dan sukses bersama; dunia dan akhirat

Komunitas Wirausaha Muslim meyakini bahwa wirausaha harus

didasari oleh faktor saling silaturahmi, berbagi, saling mendukung untuk

menemukan solusi bersama dan bekerjasama untuk meraih hasil yang

diharapkan secara berjamaah yang menjadi moto Wirausaha Muslim yaitu

“Silaturahim, Sharing, Synergy, Solving”.3

Motto-motto tersebut dijadikan sebagai nafas dari Wirausaha

Muslimdan diharapkan setiap membermempunyai visi yang sama dalam

mewujudkan tujuan organisasi yakni antar member terjadinya sinerji berupa

bisnis, antar member terjadinya silaturahmi, dan antar member sharing dan

solving.Penerapan 4S (Silaturahmi, Sharing, Synergy, Solving) ini

3

(59)

50

dijabarkan menjadi program dan selalu menjadi ciri khas dari

kegiatan-kegiatan wirausaha muslim sendiri.4

5. Struktur Organisasi Komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya

Struktur organisasi komunitas Wirausaha Muslim (WM) Surabaya dapat

dilihat pada bagan dibawah ini:

Bagan Struktur Organisasi WM

4

(60)

51

6. Kerangka Besar Kegiatan di Wirausaha Muslim (WM)

Pertemuan rutin merupakan pertemuan regular per 2 minggu yang

dilaksanakan setiap hari jumat dan wajib dihadiri oleh anggota WM

(members WM). Pertemuan ini merupakan bagian dari program

pendampingan yang disusun oleh Hijrah Coach selama satu tahun. Pada

Program pendampingan terdapat 4 tahap penting yaitu:.

1. Tiga bulan pertama adalah masa pembauran dan dipasangkan dengan

buddy, dimana landasan ukhuwah dibangun bukan sekedar menjadi

jargon yang didengungkan namun tidak terejawantahkan dalam praktek.

Ukhuwah ini diwujudkan dalam sebuah project group.

2. Tiga bulan berikutnya adalah mulai masuk pada bisnis masing-masing,

namun didahului dengan Program Pay it Forward, yaitu melakukan

segala tindakan kebaikan atau suatu hal di awal dengan tujuan

membantu bisnis Buddy nya (rekan yang telah dipasangkan).

Sebagaimana hadist sebagai berikut:

1

Ukhuwah

2

Pay it Forward

3

Hijrah Tools

(61)

52

Setiap gerakan pertolongan merupakan

nilaipahala”Siapayangmenolong saudaranya yang lain maka Allah

akan menuliskan baginya tujuhkebaikan bagi setiap langkah yang

dilakukannya (Hadits riwayat Thabrani).

”Siapa yang berjalan menolong orang yang susah maka Allah akan

menurunkan baginya tujuh puluh lima ribu malaikat yang selalu

mendoakannya dan dia akan tetap berada dalam rahmat Allah selama

dia menolong orang tersebut dan jika telah selesai melakukan

pertolongan tersebut, maka Allah akan tuliskan baginya pahala haji dan

umrah (Hadits riwayat Thabrani).

Hadits diriwayatkan oleh al-lmam Muslim, daripada Abu

Hurairahr.a.daripada Nabi SAW, Baginda telah bersabda:

•Barangsiapa yang melepaskan seorang mukmin daripada satu

kesusahan daripada kesusahan-kesusahan dunia, nescaya Allah

akan“melepaskannya daripada satu kesusahan daripada

kesusahan-kesusahan Qiamat”.

•Barangsiapa yang mempermudahkan bagi orang susah, niscaya Allah

akan“mempermudahkan baginya di dunia dan di akhirat”.

•Barangsiapa yang menutup ke’aiban seorang muslim, niscaya Allah

(62)

53

•Allah senantiasa bersedia menolong hambaNya“selagi mana dia suka

menolong saudaranya”.

3. Tiga bulan terakhir adalah setiap pebisnis mempersiapkan dan harus

menyelesaikan Show Case yaitu event yang diadakan dengan tujuan

setiap pebisnis anggota WM mempresentasikan dan menunjukkan

bisnis nya pada khalayak di luar WM, khalayak umum bahkan calon

investor. Show Case memiliki tujuan yang meliputi:

a. Sharing Vision, yaitu setiap bisnis dipresentasikan mengenai visi

dan misi terkait dengan bagaimana dan akan menjadi apa bisnis

bersangkutan dalam 5-10 tahun mendatang.

b. Invite investor, yaitu mengundang dan meyakinkan para calon

investor mengenai prospek bisnis yang bersangkutan , dan tujuan

akhirnya adalah ada calon investor yang tertarik terkait dengan

permodalan padacompany (perusahaan secara umum) atau pada

proyek-proyek (projects) yang sedang atau akan dikerjakan oleh

bisnis yang bersangkutan.

c. Invite partner, dalam konteks ini adalah menarik perhatian,

mengundang, meyakinkan serta mendapatkan kepercayaan dari

calon partner untuk bergabung atau melakukan kerjasama

partnership dalam bisnis bersangkutan.

d. Distribution, dalam hal ini adalah perencanaan strategis berkaitan

(63)

54

metode) dan sebaran jangkauan pemasaran (jangkauan geografis

dan demografis).

e. New Branch, dalam hal ini adalah terkait dengan ekspansi pasar,

yang ditunjukkan dengan pembukaan cabang baru atau cabang

distribusi baru.

Sudah seharusnya umat Islam dalam berbisnis memiliki tujuan

ideologis ibadah dan dakwah, bukan sekedar tujuan keuntungan

semata. Oleh karena itu komunitas Wirausaha Muslim bukan hanya

sekedar kumpulan pebisnis muslim yang berkumpul untuk

membuat jaringan yang bertujuan bisnis semata. Namun suatu

kesadaran penuh untuk memajukan Islam dalam sektor ekonomi.

Komunitas Wirausaha Muslim (WM) mengatakan jika kita sudah

berani mengatakan diri sebagai member dari wirausaha muslim

maka yang berkumpul hanya pebisnis Islam, yang mengetahui

cita-cita Islam, yang mengetahui dan mengerti tujuan kejayaan Islam.

Apa yang dimiliki oleh Islam adalahukhuwahyangmerupakan

landasan utama. Ukhuwah apabila digabungkan dengan bisnis

maka wujudnya adalah satu, yaitu memperhatikan kepentingan

saudaranya.5

5

Gambar

Gambar 1: Logo Wirausaha Muslim......................................................................44
gambar. Adapun dokumentasi yang diperoleh yaitu Profil dan
Gambar 1: Logo Wirausaha Muslim
Gambar 2: Letak Pembinaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan teknik dasar passing dan stopping siswa kelas V SDN 003 Batu bersurat Kabupaten Kampar. Penelitian ini bertujuan

Beda penelitian yang telah dilakukan oleh Sari dengan penelitian ini adalah pada metode yang digunakan yaitu deskriptif yang bersifat eksploratif, sedangkan penelitian

keseragaman dan pendalaman pengetahuan mereka terhadap persoalan kasus- kasus illegal logging sebagai kasus-kasus yang khusus, memerlukan tidak saja sosilisasi untuk

Aktiviti lain yang perlu dilakukan oleh syarikat A ialah mengubah kaedah pengurusan pemprosesan yang lebih mementingkan keperluan aspek piawaian kawalan kualiti bersepadu demi

Sedangkan upaya penanggulangan dengan pendekatan Non Penal berupa upaya preventif yang dilakukan oleh pihak Kepolisian Kabupaten Langkat dengan cara melakukan

ID3 algorithm is used to create a decision tree that will be used to determine the tag of a word. Decision Tree is created from the data in the tagged corpus. The only value that is

Dari penelitian yang dilakukan, tentang Kemandirian pemenuhan kebutuhan Activity Daily Living pada penderita stroke di Poli Syaraf Rumah Sakit Abdoer Rahem Situbondo

Rancangan bentuk atau sketsa merupakan sebuah gambaran bagaimana bentuk jembatan yang akan dibuat. Oleh sebab itu, dalam tahap pembuatan rancangan ini kamu perlu menuangkan