PERANAN BI
CHECKING
DALAM MEMBANGUN
KEHATI-HATIAN PEMBIAYAAN DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG
SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh :
CITA SUCI ISLAMIYAH NIM. C74213092
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SURABAYA
PERANAN BI
CHECKING
DALAM MEMBANGUN
KEHATI-HATIAN PEMBIAYAAN DI BRI SYARIAH KANTOR CABANG
SIDOARJO
SKRIPSIDiajukan kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu
Program Studi Ekonomi Syariah
Oleh:
Cita Suci Islamiyah NIM: C74213092
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam
Program Studi Ekonomi Syariah
SURABAYA
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Peranan BI checking dalam Membangun Kehati-Hatian Pembiayaan di BRI Syariah Kantor Cabang Sidoarjo” ini bertujuan untuk menjawab masalah-masalah tentang: (1) Bagaimana mekanisme BI checking dalam pemberian pembiayaan di BRI Syariah Kantor Cabang Sidoarjo. (2) Bagaimana peranan BI checking dalam pelaksanaan membangun kehati-hatian pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan data penelitian yang terhimpun dari observasi lapangan, wawancara dan dokumentasi serta didukung dengan literatur-literatur yang relevan, dengan menggunakan teknik deskriptif analisis.
Hasil penelitian ini ditemukan bahwa BI checking merupakan salah satu penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengucuran pembiayaan yang dilakukan oleh BRI Syariah Cabang Sidoarjo dan mempunyai peranan sebagai filter utama dan pertama untuk mencegah pembiayaan bermasalah, dalam mekanisme BI checking menggunakan KTP nasabah sebagai instrumenya. Hasil print out dari BI checking menjadi acuan BRI Syariah Sidoarjo untuk melanjutkan analisa ketahap selanjutnya atau tidak, karena di dalam BI checking sudah terlihat karakter nasabah yang bisa dilihat melalui kolektabilitas pembiayaan. BRI Syariah Cabang Sidoarjo hanya akan menerima nasabah dengan kategori kolektabilitas satu atau yang dikatakan lancar. BI checking memiliki peranan utama yaitu sebagai alat analisa dalam menerapkan prinsip kehati-hatian pembiayaan, apabila kualitas data BI checking tidak baik, maka proses analisa selanjutnya tidak akan dilanjutkan dan otomatis pembiayaan akan ditolak. Tidak dipungkiri juga dalam analisa BI checking masih terdapat kekurangan yaitu menyetujui nasabah yang sudah mempunyai bebrapa pembiayaan baik di bank lain maupun di BRI Syariah Cabang Sidoarjo sendiri. Hal tersebut mengakibatkan masalah dikemudian hari yaitu pembiayaan bermasalah, meskipun secara capacity nasabah mampu untuk membayar kewajibanya tetapi BRIS Cabang Sidoarjo hendaknya memerhatikan motif berjaga-jaga dan tidak membebani nasabah diluar kemampuanya. Motif berjaga-jaga perlu dilakukan untuk mempersiapkan kebutuhan yang tidak terduga.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan BI checking mempunyai dampak yang sangat penting dalam pengucuran pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo untuk mencegah adanya pembiayaan bermasalah. Untuk itu hendaknya pihak-pihak yang berkepentingan dalam hal ini lebih cermat dan teliti dalam menganalisis BI checking tersebut.
ABSTRAK
Skripsi yang berjudul “Peranan BI checking dalam Membangun Kehati-Hatian Pembiayaan di BRI Syariah Kantor Cabang Sidoarjo” ini bertujuan untuk menjawab masalah-masalah tentang: (1) Bagaimana mekanisme BI checking dalam pemberian pembiayaan di BRI Syariah Kantor Cabang Sidoarjo. (2) Bagaimana peranan BI checking dalam pelaksanaan membangun kehati-hatian pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan data penelitian yang terhimpun dari observasi lapangan, wawancara dan dokumentasi serta didukung dengan literatur-literatur yang relevan, dengan menggunakan teknik deskriptif analisis.
Hasil penelitian ini ditemukan bahwa BI checking merupakan salah satu penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengucuran pembiayaan yang dilakukan oleh BRI Syariah Cabang Sidoarjo dan mempunyai peranan sebagai filter utama dan pertama untuk mencegah pembiayaan bermasalah, dalam mekanisme BI checking menggunakan KTP nasabah sebagai instrumenya. Hasil print out dari BI checking menjadi acuan BRI Syariah Sidoarjo untuk melanjutkan analisa ketahap selanjutnya atau tidak, karena di dalam BI checking sudah terlihat karakter nasabah yang bisa dilihat melalui kolektabilitas pembiayaan. BRI Syariah Cabang Sidoarjo hanya akan menerima nasabah dengan kategori kolektabilitas satu atau yang dikatakan lancar. BI checking memiliki peranan utama yaitu sebagai alat analisa dalam menerapkan prinsip kehati-hatian pembiayaan, apabila kualitas data BI checking tidak baik, maka proses analisa selanjutnya tidak akan dilanjutkan dan otomatis pembiayaan akan ditolak. Tidak dipungkiri juga dalam analisa BI checking masih terdapat kekurangan yaitu menyetujui nasabah yang sudah mempunyai bebrapa pembiayaan baik di bank lain maupun di BRI Syariah Cabang Sidoarjo sendiri. Hal tersebut mengakibatkan masalah dikemudian hari yaitu pembiayaan bermasalah, meskipun secara capacity nasabah mampu untuk membayar kewajibanya tetapi BRIS Cabang Sidoarjo hendaknya memerhatikan motif berjaga-jaga dan tidak membebani nasabah diluar kemampuanya. Motif berjaga-jaga perlu dilakukan untuk mempersiapkan kebutuhan yang tidak terduga.
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR TRANSLITASI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Maslah... 5
C. Batasan Masalah ... 6
D. Rumusan Masalah ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 7
F. Kegunaan Penelitian ... 7
G. Definisi Operasional... 8
H. Penelitian Terdahulu ... 9
I. Metodologi Penelitian ... 16
J. Sistematika Pembahasan ... 22
BAB II LANDASAN TEORI ... 24
A. BI Checking ... 24
C. Pembiayaan di Bank Syariah ... 47
BAB III PENYAJIAN DATA ... 60
A. Gambaran Umum BRI Syariah ... 60
1. Sejarah BRIS ... 60
2. Sejarah BRIS KC Sidoarjo ... 61
3. Visi dan Misi BRIS ... 63
4. Struktur Organisasi BRIS ... 64
B. Produk- Produk BRIS ... 65
C. Implementasi Peranan BI Checking dalam Membangun Kehati-hatian Pembiayaan di BRIS Sidoarjo ... 89
1. Alur pemberian pembiayaan di BRIS ... 89
2. BI Checking dalam Membangun Kehati-hatian Pembiayaan di BRIS Sidoarjo ... 97
a. Peran BI Checking ... 97
b. Rumus Membaca BI Checking ... 100
c. Hasil BI Checking ... 103
d. Masalah-masalah Pembiayaan Pasca BI Checking ... 109
e. Data Pembiayaan Bermasalah ... 112
f. Cara Mengatasi Pembiayaan Macet di BRIS ... 113
BAB IV ANALISIS DATA ... 61
A. Mekanisme Peranan BI Checking dalam Membangun Kehati-Hatian Pembiayaan di BRIS KC Sidoarjo ... 125
B. Peranan BI Checking dalam Pelaksanaan Membangun Kehati-Hatian Pembiayaan di BRIS KC Sidoarjo ... 127
BAB V PENUTUP ... 133
A. Kesimpulan ... 133
B. Saran ... 134
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bank syariah adalah lembaga yang sangat penting dalam perkembangan
perekonomian suatu negara. “Hal ini dikarenakan adanya fungsi utama dari
perbankan itu sendiri sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat
dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam
bentuk pembiayaan. Fungsi inilah yang lazim disebut sebagai intermediasi
keuangan (financial intermediary function).”1 Selain itu bank juga memiliki
fungsi sebagai providing financial service yang berarti bank berfungsi
memberikan pelayanan jasa-jasa keuangan lainnya seperti kliring, inkaso, ATM,
transfer,letter of credit, dan lain-lain.
Sistem bank Islam menawarkan fungsi dan jasa yang sama dengan sistem
bank konvensional meskipun diikat oleh prinsip-prinsip Islam. Prinsip syariah di
dalam bank Islam adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank
dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan atau pembiayaan kegiatan usahaa,
atau kegiatan lainnya yang sesuai dengan Islam.2
1
Trisadini P. Usanti, Abd.Shomad,Transaksi Bank Syariah(Jakarta: Bumi Aksara,2013),1.
2
2
Bank Syariah melibatkan Hukum Islam dan pembebasan transaksi dari
mekanisme bunga (interest free), posisi unik lainnya dari Bank Islam
dibandingkan dengan bank konvensional adalah diperbolehkannya Bank Islam
melakukan kegiatan-kegiatan usaha yang bersifat multi-finance dan perdagangan
(trading). Hal ini berkenaan dengan beragamnya pelaksanaan pembiayaaan yang
dapat dilakukan Bank Islam, seperti pembiayaan dengan prinsip mura>bahah(jual
beli),ija>rah(sewa), dan lain-lain.3
Pembiayaan yang dilakukan oleh bank memegang peranan yang strategis
dalam kaitannya dengan penyediaan permodalan pengembangan sektor-sektor
produktif. Pembiayaan berguna untuk pengusaha dalam mengembangkan
usahanya agar jauh lebih baik atau berguna bagi nasabah untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi atas suatu barang, dengan begitu bank akan mendapatkan
pendapatan dari pembiayaan tersebut berupa margin. Secara garis besar produk
pembiayaan bank syariah terbagi ke dalam empat kategori yaitu pembiayaan
dengan prinsip bagi hasil (mudar>abah dan musha>rakah), pembiayaan dengan
prinsip jual beli (mura>bahah, salam, dan istis}na), pembiayaan dengan prinsip
sewa (ija>rah), dan pembiayaan atas dasarQard}(pinjam meminjam).
Proses pengajuan dan pemberian pembiayaan di BRI Syariah Kantor Cabang
Sidoarjo tidak semudah membalikan telapak tangan, dimana proses tersebut
harus melewati beberapa tahapan dan melibatkan beberapa pihak untuk
mendapatkan keputusan pembiayaan sehingga membutuhkan waktu yang lama
3
3
dan untuk mengurangi risiko pembiayaan bermasalah. Contoh seorang pengusaha
sepatu mengajukan berkas permohonan pembiayaan melalui salah satu staff
marketing lalu staff marketing memeriksa berkas tersebut apakah sesuai dengan
persyaratan dan ketentuan yang berlaku atau tidak? jika tidak, calon nasabah
diminta untuk melengkapi dokumen. Jika sesuai, calon debitur tadi diminta
untuk mengisi dan menandatangani formulir pengajuan pembiayaan. Kemudian
data yang diinput oleh staff marketing diakses oleh staff administrasi
pembiayaan untuk proses BI Checking guna melihat status dan kondisi
pembiayaan dari calon debitur. Dari hasil BI Checking tadi sangat menentukan
apakah data tersebut bisa diproses ke tahap selanjutnya atau tidak. Nasabah yang
melalaikan dan membiarkan hutang menumpuk di bank tentunya akan
menghadapi hambatan tidak bisa mencairkan pembiayaan apapun dan dari bank
manapun.
Pembiayaan merupakan perwujudan dari perbankan syariah sebagai agen
pembangunan, hal ini dikarenakan keberadaan bank syariah sangat penting yaitu
untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Melalui pembiayaan bank
syariah dapat mengembangkan sektor-sektor produktif bagi masyarakat tanpa
harus khawatir atas persoalan bunga. Bank BRI Syariah merupakan salah satu
bank yang megaplikasikan sistem ekonomi syariah sebagai perbankan bebas
bunga. Sebagai bank syariah, maka tentunya Bank BRI Syariah memiliki
pengaruh positif terhadap perkembangan perekonomian Indonesia. Tidak dapat
dipungkiri bahwa perkembangan dan pertumbuhan perekonomian nasional tidak
4
serta jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga mulai dari pembiayaan
usaha kecil menengah maupun pembiayaan lainnya yang semakin besar
mengukuhkan keberadaan BRI Syariah, akan tetapi BRI Syariah sebagai lembaga
keuangan yang menerima pengajuan pembiayaan dari nasabah tidak terlepas dari
adanya pembiayaan bermasalah.
Eksistensi BRI Syariah tersebut tentunya harus memperhatikan prinsip
kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan utamanya dalam menerapkan analisis
pembiayaan menggunakan BI checking mengingat bahwa pembiayaan
merupakan pendapatan utama yang diterima oleh bank dan BIcheckingberfungsi
sebagaifilterutama dan pertama untuk upaya pencegahan terjadinya pembiayaan
bermasalah atau macet.
Masalah di atas sangat berkaitan dengan pelaksanaan prosedur prinsip
kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan oleh bank. Prinsip kehati-hatian
sangat diperlukan guna mengurangi risiko pembiayaan macet. Pemahaman akan
sumber masalah atau faktor penyebab pembiayaan macet diketahui dengan
mengevaluasi prosedur pemberian pembiayaan yang diterapkan sudah baik atau
masih terdapat kelemahan dalam anlisis sistem informasi debitur melalui BI
Checking.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan
5
Adapun alasan pengambilan judul ini adalah : mengingat BRI Syariah
memiliki berbagai macam produk pembiayaan yang dibutuhkan masyarakat dan
mempunyai nasabah dengan jumlah yang besar, akan tetapi tidak terlepas dari
adanya pembiayaan bermasalah. Analisa BI checking yang tepat sebagai salah
satu pelaksanaan prinsip kehati-hatian perlu diperhatikan oleh Bank guna
meminimlaisir pembiayaan macet atau bermasalah.
Penulis berharap dengan melakukan penelitian ini bisa memecahkan
permasalahan tentang peranan BI checking dalam membangun kehati-hatian
pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo dan peneliti mampu mensyiarkan
kepada masyarakat tentang pentingnya untuk membayar kewajibannya tepat
waktu dan sesuai dengan akad agar tidak terjadi masalah dikemudian hari.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka akan timbul berbagai
pertanyaan sebagai berikut:
1. Fungsi bank sebagaifinancial intermediary function.
2. Fungsi bank sebagaiproviding financial service.
3. Jenis-jenis pembiayaan di bank syariah.
4. Proses pengajuan pembiayaan di bank syariah.
5. Peran Bank Indonesia dalam mengatur sistim informasi debitur.
6. Prinsip kehati-hatian guna meminimalisir risiko pembiayaan di bank
6
7. Mekanisme BI checking dalam pemberian pembiayaan di BRI Syariah
Cabang Sidoarjo.
8. Peranan BI checking dalam pelaksanaan membangun kehati-hatian
pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
C. Batasan Masalah
Dari beberapa permasalah di atas, maka penulis membatasi ruang lingkup
pada penelitian ini, yaitu pada:
1. Mekanisme BI checking dalam pemberian pembiayaan di BRI Syariah
Cabang Sidoarjo.
2. Peranan BI checking dalam pelaksanaan membangun kehati-hatian
pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana mekanisme BI checking dalam pemberian pembiayaan di BRI
Syariah Cabang Sidoarjo?
2. Bagaimana peranan BI checking dalam pelaksanaan membangun
7
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang
hendak dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui mekanisme BIchecking dalam pemberian pembiayaan
di BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
2. Untuk mengetahui peranan BI checking dalam pelaksanaan membangun
kehati-hatian pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
a. Sebagai bahan pembanding antara teori dan fakta atau kenyataan
yang terjadi di lapangan.
b. Sebagai salah satu bahan acuan di bidang penelitian yang sejenis
dan pengembangan penelitian selanjutnya.
2. Manfaat praktis
a. Bagi lembaga keuangan
Hasil penelitian tersebut juga diharapkan sebagai bahan
evaluasi kritis atau perbandingan atas langkah-langkah yang telah
dan sedang diambil oleh perusahaan dalam mencapai tujuan dan
sekaligus sebagai dasar dalam pelaksanaan prinsip kehatia-hatian
8
b. Bagi Masyarakat
Sebagai syiar kepada masyarakat untuk berbank syariah yang
baik dan benar sesuai dengan peraturan-peraturan perbankan baik
secara umum maupun sesuai dengan prinsip syariah agar
terciptanya stabilitas ekonomi yang baik.
c. Bagi peneliti lain
Sebagai suatu hasil karya dan sebuah karya yang dapat
dijadikan bahan wacana dan pustaka bagi mahasiswa atau pihak
lain yang memiliki ketertarikan di bidang yang sama.
d. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini merupakan penerapan ilmu yang
diperoleh selama kuliah dan untuk menjawab permasalahan
tentang peranan BICheckingdalam pemberian pembiayaan.
G. Definisi Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memaknai kalimat dan
memperjelas maksud dari penelitian ini maka perlu adanya definisi
operasional sebagai berikut:
BI checking: BI checking merupakan salah satu fasilitas yang diijinkan oleh Bank Indonesia kepada bank untuk melihat apakah calon debiturnya
tersebut bersih dan tidak masuk dalam pembiayaan bermasalah ataupun
9
Prinsip kehati-hatian: Secara bahasa kata “prudent” berarti kehati-hatian dan bermakna mengantisipasi (forward looking) atau mengawal potensi
risiko yang mungkin timbul.4 Prinsip kehati- hatian dalam hal ini adalah
suatu landasan hukum yang memberikan pedoman kepada bank syariah
dalam melaksanakan kegiatan usahanya atas dasar asas-asas perbankan yang
sehat.
Pembiayaan: Pembiayaan atau financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan, baik dilakukan sendiri muapun lembaga. Dengan kata lain,
pembiayaan adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi
yang telah direncanakan. atau pembiayaan juga bisa untuk memenuhi
kebutuhan kosumtif atas suatu barang.
BRI Syariah : Merupakan salah satu lembaga keuangan yang ada di Indonesia. BRI Syariah yang dimaksud adalah Cabang Sidoarjo di Jalan A.
Yani No. 41 A-B Kelurahan Sidokumpul Kecamatan Sidoarjo Kabupaten
Sidoarjo, Jawa Timur-61212 (031-8050261)
H. Kajian Pustaka
Terdapat beberapa literatur penelitian terdahulu yang sudah ada, maka
penulis akan memaparkan penelitian terdahulu sebagai rujukan diantaranya
penelitian yang dilakukan oleh:
4
10
1. Skripsi yang ditulis oleh Syaiful Anwar dengan judul: “Analisis
5C+1S dalam Pemberian Pembiayaan Mikro Sebagai Upaya
Mencegah Timbulnya Pembiayaan Macet di Bank BRI Syariah
Cabang Surabaya Gubeng”. Dalam skripsinya menyatakan bahwa
dalam menganalisis pembiayaan mikro di Bank BRI Syariah Cabang
Surabaya Gubeng menggunakan analisis 5C+1S (character, capacity,
capital, collateral, condition of economy andsyariah) untuk mencegah
timbulnya pembiayaan macet yang disebabkan oleh dua faktor, yaitu
faktor internal (pihak bank) dan faktor eksternal (pihak debitur).
Langkah-langkah bank BRI Syariah Cabang Gubeng Surabaya dalam
mengatasi pembiayaan macet melalui mekanisme Standard
Operational Procedural (SOP) yang telah ditentukan oleh pihak bank
BRI Syariah dan penggunaan faktor 5C+1S sebagai tindakanpreventif
terjadinya pembiayaan macet.5
Dalam penelitian yang berjudul “Peranan BI Checking dalam
Pelaksanaan Membangun Kehati-Hatian Pembiayaan Di BRI Syariah
Cabang Sidoarjo” ini memiliki perbedaan dengan penelitian dengan
judul “Analisis 5C+1S dalam Pemberian Pembiayaan Mikro sebagai
Upaya Mencegah Timbulnya Pembiayaan Macet di Bank BRI Syariah
Cabang Surabaya Gubeng” yang telah menjadi perbandinganya. Pada
penelitian ini, penulis lebih menekankan bagaimana peranan BI
5
11
checking dalam pelaksanaan prinsip kehati-hatian di BRI Syariah
Cabang Sidoarjo sedangkan pada penelitian terdahulu lebih
menekankan pada analisis pembiayaan dengan 5C+1S dalam
mnerapkan prinsipprudential banking principle.
2. Skripsi yang ditulis oleh Meylla Qurrata Ainy dengan judul
“Penerapan Prinsip Kehati-Hatian (Prudential Principle) dalam
Pelaksanaan Pembiayaan di BMT Bina Ummah Yogyakarta (Tinjauan
Maqashid Asy-Syariah)”. Dalam skripsinya menyatakan bahwa BMT
Bina Ummah Yogyakarta telah menerapkan prinsip kehati-hatian
menyangkut the fivee of credit atau 5C, meskipun dalam penerapanya
tidak rigid seperti dalam bank syariah. Dalam hal pelaksanaan
pembiayaan, BMT Bina Ummah Yogyakarta menerapkan prinsip
kehati-hatian dengan tetap berdasarkan pada maqasid asy-Syari’ah.
Hal tersebut diatas terbukti bahwa sampai dengan saat ini tidak
pernah ada pembiayaan yan bermasalah hingga harus diselesaikan
secara litigasi.6
Dalam penelitian yang ini memiliki perbedaan dengan penelitian
dengan judul “Penerapan Prinsip Kehati-Hatian (Prudential Principle)
dalam Pelaksanaan Pembiayaan di BMT Bina Ummah Yogyakarta
(Tinjauan Maqashid A sy-Syariah)” yang telah menjadi
perbandinganya. Pada penelitian ini, penulis lebih menekankan
6
12
bagaimana peranan BI checking dalam pelaksanaan membangun
kehati-hatian pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo sedangkan
pada penelitian terdahulu lebih menekankan bagaimana penerapan
prudential principledalam memberikan pembiayaan yang ditinjau dari
Maqashid A sy-Syariah.
3. Skripsi yang ditulis oleh Ifah Latifah dengan judul “Peranan Account
Officer dalam Menekan Pembiayaan Bermasalah Di PT.BPR Syariah
Harta Insan Karimah”. Dalam skripsinya menyatakan bahwa peranan
Account officer dalam menekan pembiayaan bermasalah sangat baik
karena jumlah pembiayaan yang bermasalah hanya sedikit yaitu
sebesar Rp.1.139.126.000 dengan presentase 3.0% terbukti dari
laporan keuangan PT. BPR Syariah Harta Insan Karimah tahun 2005
jumlah seluruh pembiayaan yang disalurkan adalah sebesar
Rp.36.262.887.000 dengan presentase 97.0% sedangakan pembiayaan
yang non lancar adalah sebesar Rp.1.139.126.000 dengan presentase
3.0%.7
Dalam penelitian yang ini memiliki perbedaan dengan penelitian
dengan judul “Peranan A ccount Officer dalam Menekan Pembiayaan
Bermasalah Di PT.BPR Syariah Harta Insan Karimah” yang telah
menjadi perbandinganya. Pada penelitian ini, penulis lebih
menekankan bagaimana peranan BI checking dalam memberikan
pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo sedangkan pada
7
13
penelitian terdahulunya lebih menekankan peranan A ccount Officer
dalam menekan pembiayaan bermasalah.
4. Skripsi yang ditulis oleh Nadia maya Sari Dewi dengan judul
“Analisis Penerapan Struktur Pengendalian Intern terhadap Prosedur
Pemberian Pembiayaan Untuk Meningkatkan Pencegahan
Pengembalian Macet yang Diberikan Oleh Bank BNI Syariah Cabang
Semarang”. Dalam skripsinya menyatakan bahwa pembiayaan yang
mengalami macet pengembalian macet pada Bank BNI Syariah
Cabang Semarang mencapai tiga persen selama periode tahun2011 hal
ini tidak disebabkan kurang efektifnya sistem pengendalian intern
yang diterapkan dalam pemberian pembiayaan melainkan karena
faktor-faktor lain seperti hal yang tidak dapat diduga sebelumnya baik
pihak manajemen maupun nasabah yaitu faktor lingkungan dan faktor
keadaan nasabah.8
Dalam penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian
dengan judul “Analisis Penerapan Struktur Pengendalian Intern
terhadap Prosedur Pemberian Pembiayaan Untuk Meningkatkan
pencegahan Pengembalian Macet yang Diberikan Oleh Bank BNI
Syariah Cabang Semarang” yang telah menjadi perbandinganya. Pada
penelitian ini, penulis lebih menekankan bagaimana peranan BI
checking dalam memberikan pembiayaan di BRI Syariah Cabang
8
14
Sidoarjo sedangkan pada penelitian terdahulunya lebih menekankan
pada bagaiamana penerapan struktur pengendalian intern dalam
memberikan pembiayaan.
5. Skripsi yang ditulis oleh Lailina Ulfah dengan judul “Prinsip
Kehati-Hatian Pembiayaan Murabahah dengan Jaminan Deposito Berjangka
Syariah Pada PT.Bank Muamalat Indonesia Tbk,Cabang Jember”.
Dalam skripsinya menyatakan bahwa Bank Muamalat telah
melaksanakan prinsip kehati-hatian pada pembiayaan murabahah
dengan jaminan deposito berjangka syariah sesuai dengan praktek di
bank yang relevan dengan Undang-Undang Perbankan Syariah yakni
Pasal 2 dan di atur lebih khusus dalam pasal 35. Selain itu juga prinsip
kehati-hatian juga telah diimplementasikan dalam penerapan prinsip
5-C yang meliputi: Character, Capacity, Capital, Collateral, dan
Condition Of Economic. Prinsip 5-P meliputi : Party, Purpose,
Payment, Profitability, Protection dan prinsip 3-R meliputi: Return,
Repayment, Risk Bearing A bility. Deposito berjangka itu sendiri
merupakan benda bergerak tidak berwujud sehingga dalam pengikatan
jaminanya memakai gadai yang sesuai dengan Pasal 1150
KUHPerdata tentang gadai. Apabila dikaitkan dengan pasal 40 ayat
(1) Undang-undang Perbankan Syariah yang memperbolehkan bank
untuk menjual atau melelang barang agunan jika nasabah tidak
15
akan langsung melakukan pencairan terhadap deposito apabila
nasabah tidak memenuhi kewajibannya.9
Dalam penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian
dengan judul “Prinsip Kehati-Hatian Pembiayaan Murabahah dengan
Jaminan Deposito Berjangka Syariah Pada PT.Bank Muamalat
Indonesia Tbk,Cabang Jember”. yang telah menjadi perbandinganya.
Pada penelitian ini, penulis lebih menekankan bagaimana peranan BI
checking dalam memberikan pembiayaan di BRI Syariah Cabang
Sidoarjo sedangkan pada penelitian terdahulunya lebih menekankan
pada bagaiamana penerapan prinsip kehati-hatian pada produk
murabahahdengan mengguakan jaminan deposito berjangka.
Selain itu, menurut hasil investigasi penulis dan sejauh penulis
ketahui bahwa dalam perpustakaan UIN Sunan Ampel Surabaya
belum terdapat judul yang membahas tentang peranan BI checking
dalam pemberian pembiayaan. Melihat kenyataan tersebut oleh
karenanya penulis memberanikan diri dan tertarik untuk membahas
judul yang diteliti, karena pada objek yang ditelitipun belum ada
satupun yang membahas judul yang penulis teliti.
9
16
I. Metodelogi Penelitian
Dalam menulis skripsi ini dan untuk membahas permasalahannya tentu
harus disertai dengan data atau informasi yang benar dan akurat dan dapat
dipertanggung jawabkan kebenarannya. Bobot keilmuan yang ada dalam
skripsi ini dipengaruhi oleh keakuratan data yang diperoleh untuk
mendapatkan hasil yang optimal dalam melengkapi bahan-bahan bagi
penulisan skripsi ini, maka diadakan penelitian dalam rangka pengumpulan
data. Adapun metode yang digunakan oleh penulis dapat diuraikan sebagai
berikut:
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam melakukan penelitian ada beberapa macam metode yang
bisa digunakan oleh peneliti yang sesuai dengan masalah yang diangkat
sebagai penelitian. Penelitian ini menjelaskan bagaimana peranan BI
checking dalam pelaksanaan prudential principle dalam membangun
kehati-hatian pembiayaan di BRI Syariah Cabang Sidoarjo. Oleh karena
itu penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan
kualitatif oleh Cresswell didefinisikan sebagai berikut:
“ research focues on the process that is occuring as well as the
product or ouycome. Research are particulars interested in understanding
how this occurs”10
10
17
Definisi oleh Creswell di atas menerangkan bahwa penelitian
kualitatif difokuskan pada proses yang terjadi dalam penelitian. Hal ini
menunjukan bahwa penelitian kualitatif tidak dapat dibatasi. Disamping
itu, peneliti merupakan bagian yang penting dalam penelitian untuk
memahami gejala sosial yang terjadi dalam penelitian.
Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus.
Studi kasus merupakan startegi penelitian dimana di dalamnyapeneliti
menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses,
atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas,
dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan
menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu
yang telah ditentukan.11
2. Lokasi Penelitian
Obyek atau sasaran dalam penelitian ini adalah BRI Syariah Cabang
Sidoarjo. Jalan Raya A. Yani No.41 A-B Kelurahan Sidokumpul
Kecamatan Sidoarjo Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur -61212
(031-8050261)
3. Data Yang Akan Dihimpun
Dalam suatu penelitian ada dua jenis data yang selalu menjadi inti dari
penelitian. Kedua jenis itu adalah sebagai berikut :
a. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya,
diamati dan dicatat untuk pertama kalinya. Dalam hal ini data yang
11
18
dihimpun adalah tentang bagaimana peranan BI Checking dalam
membangun kehati-hatian pembiayaan di BRI Syariah Cabang
Sidoarjo.
b. Data skunder adalah data yang diperoleh dari dokumentasi, maksudnya
yang bersumber dari bahan bacaan. Data yang diteliti adalah gambaran
tentang obyek penelitian.Misalnya dari majalah,
keterangan-keterangan publikasi lainnya. Dalam data skunder ini data yang
dihimpun adalah data tentang visi dan misinya, perkembangan dan
kemajuan organisasi, produk-produk yang ditawarkan dan
Perkembangan BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
4. Sumber Data
Sumber data yang diperoleh dari penelitian bersumber pada :
a. Sumber data primer
1) Manager Pembiayaan
2) A ccount Officer
3) Staff atau karyawan
4) Nasabah
b. Sumber data sekunder adalah sumber data yang akan diperoleh dari
dokumentasi, arsip, laporan dan kepustakaan yang ada hubunganya
dengan penelitian diantaranya adalah:
1) Islamic Bank; Sistem Bank Islam Bukan Hanya Solusi
19
Persoalan Perbankan dan Ekonomi Global, Veithzal Rivai dan
Arviyan arivin.
2) Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Muhammad Syafi’i
Antonio.
3) Transaksi Bank Syariah, Trisadini P.Usanti dan Abdul Shomad.
4) Dasar-dasar Perbankan, Kasmir.
5) Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah,
Faturrahman Djamil.
6) Manajemen Risiko, Ismail Nawawi.
7) Implementasi Prudential Banking Dalam Perbankan Syariah,
Misbahul Munir.
8) Bebaskan Utangmu, Pulo Siregar
9) www. Bankmuamalat.co.id
5. Teknik Pengumpulan Data
a. Observasi
Observasi adalah mengamati dan mendengarkan dalam
rangkamemahami, mencari jawaban terhadap fenomina-fenomina
yang ada.12 Teknik ini digunakan untuk mengetahui dan mencatat
secara langsung tentang:
1) Letak geografis BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
2) Kondisi gedung BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
3) Fasilitas yang dimiliki dan digunakan BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
12
20
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai
(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.13
Dengan wawancara diperoleh antara lain:
1) Latar belakang berdirinya BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
2) Visi dan misi dan tujuan BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
3) Bagaimana peranan BI Checking dalam pelaksanaan mikro
prudential banking dalam membangun kehati-hatian pembiayaan di
BRI Syariah Sidoarjo.
4) Struktur Organisasi BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
6. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang
diperoleh melalui dokumentasi-dokumentasi dan cenderung menjadi
data sekunder. Penggunaan dokumentasi adalah dengan cara
mengumpulkan data meliputi data tertulis misalnya buku-buku,
majalah, dokumen, foto, dan sebagainya.14
7. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
13
Lexy J. Moleong,Metodologi penelitian kualitatif,..., 135.
14
21
dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sentesa, menyusun ke dalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami diri sendiri maupun orang lain.15
Setelah data diperoleh dan terkumpul serta melalui proses pengolahan
data, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut dengan
metode deskriptif analisis. Dalam kegiatan ini peneliti mengadakan
pemeriksaan kembali terhadap semua data yang telah terkumpul
kemudian dianalisis serta mendeskripsikannya.
8. Instrumen Penelitian
instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah. Berdasarkan teknik pengumpulan data yang
digunakan, maka instrumen penelitian ini menggunakan panduan
wawancara dan panduan dokumentasi.16
9. Keabsahan data
Penelitian kualitatif harus mengungkap kebenaran yang objektif.
Karena itu keabsahan data dalam sebuah penelitian kualitatif sangat
penting. Melalui keabsahan data kredibilitas (kepercayaan) penelitian
15
Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan (pendekatak Kuantitatif, Kualitatif dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2006), 333.
16
22
kualitatif dapat tercapai. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan
keabsahan data dilakukan dengan triangulasi. Adapun triangulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu.17 Dalam memenuhi keabsahan data penelitian ini
dilakukan triangulasi dengan sumber. Triangulasi dengan sumber berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian
kualitatif.18
Triangulasi dengan sumber yang dilaksanakan pada penelitian ini yaitu
membandingkan hasil wawancara dengan isi dokumen yang berkaitan.
J. Sistematika Pembahasan
Secara keseluruhan Skripsi tersusun dalam lima bab dan masing-masing
bab terdiri dari beberapa sub bab pembahasan, hal ini diaksudkan untuk
mempermudah dalam pemahaman serta penelaahan, adapun sistematikanya
adalah sebagai berikut:
Bab I, pada Bab ini memuat, Latar Belakang, Identifikasi Masalah,
Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
17
Lexy J Moleong, Metodologi penelitian kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1989), 330.
18
23
Penelitian Terdahulu yang Relevan, Definisi Operasional, Metodologi
Penelitian dan Sistematika Pembahasan.
Bab II Merupakan landasan teori berisi paparan tentang pengertian bank
syariah, pembiayaan dalam perbankan syariah, bentuk-bentuk risiko
pembiayaan dalam bank syariah, Analisis pembiayaan dan BI checking dan
prinsip kehati-hatian dalam bank syariah.
BAB III Memuat paparan data penelitian, bab ini membahas tentang
penerapan BI checking dalam pemberian pembiayaan dalam menerapkan
prinsip kehati-hatian di BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
BAB IV Memuat paparan analisis data penelitian, bab ini
mengungkapkan peranan BI checking dalam pemberian pembiayaan dan
penerapan prinsip kehati-hatian di BRI Syariah Cabang Sidoarjo.
Bab V Pada bab ini merupakan bab terakhir yang merupakan kesimpulan
BAB II
BICHECKING, PRINSIP KEHATI-HATIAN DAN PEMBIAYAAN DI BANK SYARIAH
A. BIchecking
1. Pengertian BIchecking
BI checking merupakan salah satu fasilitas yang diijinkan oleh
Bank Indonesia kepada bank untuk melihat apakah calon debiturnya
tersebut bersih dan tidak masuk dalam pembiayaan bermasalah
ataupun masuk dalam daftarblacklist.
Pada dasarnya yang lazim melakukan BIcheckingadalah pihak
Bank yang mendapat pengajuan pembiayaan dari nasabah atau calon
nasabahnya. Maksud dan tujuan dalam melakukan BI checking ini
adalah untuk mengetahui sejauh mana informasi-informasi terkini
mengenai status pinjaman di bank lian, kalau memang ada, di Bank
mana saja, lalu bagaimana riwayat pmbayarannya apakah lancar
atau tidak atau malah dalam keadaan macet. Berkat Sistem
Informasi yang dikelola Bank Indonesia itu, semuanya akan tersaji
dalam hitungan menit yang dilakukan secara online.1
1
25
2. Landasan Hukum BIchecking
BI checkingdiatur dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor
9/14/PBI/2007 Tentang Sistem Informasi Debitur (PBI) yang
dalam prakteknya adalah dengan pengecekan data calon
nasabah melalui BIChecking dan penyampaian laporan debitur
oleh pelapor dalam hal ini adalah bank yang pernah
memberikan pembiayaan kredit kepada Bank Indonesia secara
lengkap, akurat, terkini, utuh dan tepat waktu pada setiap
bulan untuk posisi akhir bulan. Pelaksanaan Sistem
Informasi Debitur di setiap bank berlaku secara otomatis
tanpa melalui Surat Keputusan Direktur Utama atau Direksi
dari bank yang bersangkutan dan petunjuk pelaksanaan ada
pada PBI tersebut.2
Hasil BI checking itulah yang nantinya menjadi salah satu
faktor penentu apakah pengajuan pembiayaan nasabah atau
calon nasabahnya disetujui atau tidak. Pelaksanaan BI checking
ini merupakan salah satu unsur penerapan prinsip kehati-hatian
dalam pengucuran pembiayaan.
Selain pihak bank, warga juga bisa melakukan BI checking
sendiri, bertujuan untuk dokumentasi pribadi, mengonfirmasi
apakah pihak bank telah melakukan pelaporan data yang sesuai
2
26
ke Bank Indonesia dengan yang sebenarnya terjadi. Hal ini
berfungsi untuk melakukan pengecekan ketika akan
mengajukan pinjaman lagi, sehingga tidak akan mengalami
hambatan, khususnya yang terkait BI checking. Berikut ini
adalah cara melakukan BIcheckingsecara mandiri:
a. Datang ke Bank Indonesia setempat. Bagian gerai info atau
Biro Informasi Kredit.
b. Mengajukan permohonan untuk melihat data IDI Historis.
c. Petugas gerai info akan melakukan BIchecking.
d. Petugas Gerai Info memberikan IDI Historis dalam bentuk
hardcopykepada masyarakat yang meminta.
Prosesnya berlangsung sekitar kurang lebih 30 menit dan
biayanya gratis. Akan dijelaskan juga cara membacanya bagi yang
menginginkan penjelasan. Kalau hanya ingin mengetahui terdaftar
atau tidaknya dalam Sistem Informasi Debitur, tidak perlu harus ke
Bank Indonesia, bisa diakses secara online melalui web Bank
Indonesia.
3. Cara Melakukan BIchecking
Masyarakat mengajukan permohonan untuk melihat data IDI
Historis dengan mengisi formulir di website BI (secara online). BI
akan melakukan pengecekan data debitur. Apabila data yang diisi
27
akan mengirimkan jawaban kepada pemohon melalui email bahwa
data yang bersangkutan tidak ada.
Apabila data yang diisi tidak ada yang cocok dengan data yang
dilaporkan lembaga keuangan, maka BI akan mengirimkan jawaban
kepada pemohon melalui email bahwa data yang bersangkutan ada
dan dapat diambil di Gerai Info Bank Indonesia pada hari dan jam
tertentu dengan membawa persyaratan yang diperlukan.
B. Prinsip kehati-hatian pembiayaan
Salah satu kewajiban yang wajib dipenuhi adalah tentang penerapan
prinsip mengenal costumer ”(Know Y our Custumer Principles). Prinsip
mengenal custumer merupakan suatu hal baru. Oleh karena itu,
dibutuhkan pedoman suatu pedoman dalam rangka pelaksanaanya.
Dengan menerapkan prinsip mengenal customerberarti bank juga dapat
meminimalkan kemungkinan risiko yang mungkin timbul3
Dalam melaksanakan prinsip kehati-hatian bank syariah harus
memperhatikan rambu-rambu kesehatan bank yang diataur di dalam
Undang-Undang Perbankan Syariah dan Peraturan Bank Indonesia,
untuk mengantisipasi dan mengeliminasi kerugian yang mungkin
terjadi, sejak dini bank syariah harus menerapkan menejemen risiko
sebagaimana telah diamanatkan dalam pasal 2 Undang-Undang
Perbankan Syariah yang menegaskan prinsip syariah, demokrasi
ekonomi dan prinsip kehati-hatian.
3
28
Upaya yang berisat preventif untuk mengurangi resiko
pembiayaan tersebut wajib dilakukan oleh bank syariah atau lembaga
keuangan syariah lainya sebelum melakukan pembiayaan yaitu bank
syariah atau lembaga keuanga syariah lainya harus mempunyai
keyakinan atas kemampuan dan kemmpuan caln nasabah atau anggota
penerima fasilitas untuk melunasi seluruh kewajiban pada
waktunya, sebelum bank atau lembaga keuangan syariah lainya
menyalurkan dana kepada penerima fasilitas.4
Rambu-rambu kesehatan pada perbankan syariah pada prinsipnya
tidak berbeda dengan rambu-rambu untuk kegiatan usaha pada
perbankan konvensional, tetapi dalam beberapa hal rambu-rambu
kesehatan tersebut perlu ditambah atau dikurangi oleh prinsip syariah,
hal ini dapat diuraikan di bawah ini:5
1. Kewajiban penyusunan dan pelaksanaan kebijaksanaan pembiayaan
bank
Salah satu penyebab dari kegagalan usaha bank adalah
penyediaan dana yang tidak didukung dengan kemampuan bank
mengelola konsentrasi penyediaan dana secara efektif. Dalam rangka
mengurangi potensi kegagalan usaha bank maka bank wajib
menerapkan prinsip kehati-hatian dalam pemberian pembiayaan,
antara lain dengan melakukan penyebaran (diversifikasi) portofolio
4
Wangsawidjaja,Pembiayaan Bank Syariah,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2012) 9.
5
29
penyediaan dana melalui pembatasan penyediaan dana, baik kepada
pihak terkait maupun kepada pihak bukan terkait. Pembatasan
penyediaan dana adalah persentase tertentu dari modal bank yang
dikenal dengan batas maksimum pemberian kredit (BMPK). BMPK
mendapatkan dasar pengaturan dalam UU Perbankan.
Pengaturan tersebut selanjutnya dijabarkan oleh Bank Indonesia
dalam Peraturan Bank Indonesia (PBI) No. 7/3/PBI/2005 tentang
batas maksimum pemberian kredit bank umum. Berdasarkan PBI
tersebut, BMPK adalah persentase maksimum penyediaan dana
yang diperkenankan terhadap modal bank.6 yang telah ditetapkan
sedemikian rupa sehingga tidak terpusat pada peminjam dan atau
kelompok peminjam tertentu.
Seluruh portofolio penyediaan dana kepada pihak terkait dengan
bank dapat dilakukan paling tinggi 10 % dari modal bank. Untuk
penyediaan dana kepada seorang peminjam yang bukan merupakan
pihak terkait dengan bank dapat dilakukan paling tinggi 20 % dari
modal bank. Sementara, penyediaan dana kepada satu kelompok
peminjam yang bukan merupakan pihak terkait dapat dilakukan
paling tinggi 25 % dari modal bank.
Pengecualian diberlakukan terhadap perusahaan-perusahaan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan/atau Badan Usaha Milik
Daerah (BUMD) yang tidak diperlakukan sebagai kelompok
6
30
peminjam sepanjang hubungan tersebut semata-mata disebabkan
karena kepemilikan langsung pemerintah Indonesia, selain itu
penyediaan dana bank kepada BUMN untuk tujuan pembangunan
dan mempengaruhi hajat hidup orang banyak dapat dilakukan paling
tinggi sebesar 30 % dari modal bank.7
2. Penilaian kualitas aktiva debitur
Penetapan kualitas kredit dilakukan dengan melakukan analisis
terhadap faktor penilaian yang meliputi prospek usaha, kinerja
debitur dan kemampuan membayar. Penilaian terhadap prospek
usaha meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai
berikut :8
a. potensi pertumbuhan usaha
b. kondisi pasar dan posisi debitur dalam persaingan
c. kualitas manajemen dan permasalahan tenaga kerja
d. dukungan dari grup atau afiliasi
e. upaya yang dilakukan debitur dalam rangka memelihara
lingkungan hidup.
Sementara, penilaian terhadap kinerja debitur meliputi penilaian
terhadap komponen-komponen sebagai berikut:9
a. perolehan laba
7
Ramlan Ginting, “Pengaturan Pemberian Kredit Bank Umum”,Jurnal A spek Hukum Perbankan, Perdata, dan Pidana,No. 2, Vol. 4 (6 Agustus 2015), 5.
8
Ibid., 9.
9
31
b. struktur permodalan
c. arus kas
d. sensitivitas terhadap risiko pasar.
Kemudian penilaian terhadap kemampuan membayar meliputi
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:10
a. ketepatan pembayaran pokok dan bunga
b. ketersediaan dan keakuratan informasi keuangan debitur
c. kelengkapan dokumentasi kredit
d. kepatuhan terhadap perjanjian kredit
e. kesesuaian penggunaan dana
f. kewajaran sumber pembayaran kewajiban
Penetapan kualitas kredit dilakukan dengan melakukan analisis
terhadap faktor penilaian (prospek usaha, kinerja debitur, dan
kemampuanmembayar) dengan mempertimbangkan
komponen-komponen di atas. Penetapan kualitas kredit dilakukan dengan
mempertimbangkan signifikansi dan materialitas dari setiap faktor
penilaian dan komponen serta relevans dari faktor penilaian dan
komponen terhadap debitur yang bersangkutan. Berdasarkan
penilaian itu, kualitas kredit ditetapkan menjadi:11
10
Ibid.
11
32
a. Pembiayaan lancar (pass)yaitu pembayaran angsuran pokok dan
margin atau bagi hasil tepat waktu
b. Perhatian khusus (special mention) yaitu terdapat tunggakan
angsuran pokok dan margin atau bagi hasil yang belum
melampaui sembilan puluh hari.
c. Kurang lancar (substandar) yaitu terdapat tungggakan angsuran
pokok dan atau bunga yang telah melampaui sembilan puluh
hari.
d. Diragukan (doubtful) yaitu terdapat tunggakan angsuran pokok
dan margin atau bagi hasil yang telah melampaui 180 hari.
e. Macet (loss) yaitu terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau
bunga yang telah melampaui 270 hari.
3. Sistem Informasi Debitur
Kelancaran proses kredit dan penerapan manajemen risiko
kredit yang efektif serta ketersediaan informasi kualitas debitur yang
diandalkan dapat dicapai apabila didukung oleh sistem informasi
yang utuh dan komprehensif mengenai profil dan kondisi debitur,
terutama debitur yang sebelumnya telah memperoleh penyediaan
dana. Dalam proses kredit, sistem informasi mengenai profil dan
kondisi debitur dapat mendukung percepatan proses analisa dan
pengambilan keputusan pemberian kredit. Untuk kepentingan
manajemen risiko, sistem informasi mengenai profil dan kondisi
33
Selain itu tersedianya informasi kualitas debitur, diperlukan juga
untuk melakukan sinkronisasi penilaian kualitas debitur di antara
bank pelapor. Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, Bank Indonesia berperan untuk mengatur dan
mengembangkan penyelenggaraan sistem informasi antar bank yang
dapat diperluas dengan menyertakan lembaga lain di bidang
keuangan. Sehubungan dengan itu Bank Indonesia mengembangkan
sistem informasi debitur yang dari waktu ke waktu selalu
disempurnakan untuk disesuaikan dengan perkembangan ekonomi
dan teknologi.12
Ketentuan mengenai sistem informasi debitur tersebut diatur
dalam PBI No. 7/8/PBI/2005 tentang Sistem Informasi Debitur.
Berdasarkan ketentuan PBI tersebut, bank umum, penyelenggara
kartu kredit selain bank dan BPR yang memiliki total aset Rp
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) atau lebih wajib
menyampaikan laporan debitur kepada Bank Indonesia setiap bulan
meliputi informasi mengenai debitur, pengurus dan pemilik, fasilitas
penyediaan dana, agunan, penjamin dan laporan keuangan debitur
(bagi debitur yang merupakan nasabah perusahaan atau badan yang
enerima penyediaan dana Rp 5.000.000.000,00 atau lebih).
Sementara, Lembaga Keuangan Bukan Bank (antara lain meliputi
asuransi, dana pensiun, perusahaan pembiayaan) dan BPR yang
12
34
memiliki total aset kurang dari Rp 10.000.000.000,00 (sepuluh
miliar rupiah) dapat menjadi pelapor dalam Sistem Informasi
Debitur dengan menandatangani surat pernyataan keikutsertaan
anggota.13
Pelapor yang telah memenuhi kewajiban pelaporan dapat
meminta informasi debitur kepada Bank Indonesia meliputi antara
lain identitas debitur, pemilik dan pengurus, fasilitas penyediaan
dana yang diterima debitur, agunan, penjamin dan atau
kolektibilitas. Informasi yang diperoleh pelapor tersebut hanya dapat
digunakan untuk keperluan pelapor dalam rangka penerapan
manajemen risiko, kelancaran proses penyediaan dana, dan atau
identifikasi kualitas debitur untuk pemenuhan ketentuan yang
berlaku.
Hal-hal yang juga perlu diketahui nasabah tentang sistem informasi
debitur adalah sebagai berikut:14
a. Semua nasabah yang memiliki pinjaman di bank atau BPR dan
lembaga keuangan non bank yang telah menjadi anggota SID
Bank Indonesia otomatis terdaftar dalam sistem informasi
debitur (SID).
b. Hal yang tidak kalah penting lainnya adalah bahwa nasabah
lembaga keuangan non bank seperti leasing yang berafiliasi
dengan bank juga masuk dalam sistem informasi debitur karena
13
Ibid.
14
35
nasabah leasing tersebut otomatis menjadi nasabah bank tempat
menginduk atau grupnya.
c. Dalam pelaksanaanya, setiap bulan pihak bank atau anggota SID
lainnya melaporkan data transaksi, dan informasi-informasi lain
nasabahnya yang dalam hal ini debiturnya secaraonline ke Bank
Indonesia, sehingga setiap bulan datanya akan selalu dalam
keadaan terkini di server Bank Indonesia.
d. Seluruh data dari bank atau anggota SID lainnya dikonsolidasi di
server Bank Indonesia yang kemudian menghasilkan output
seperti BIchecking.
4. Analisis Pembiayaan
Kelayakan pembiayaan merupakan fokus dan hal yang
terpenting di dalam pengambilan keputusan pembiayaan karena
sangat menentukan kualitas pembiayaan kepada nasabah, Bank
syariah melakukan upaya preventif dengan melakukan analisis 5
C+1S, yaitu:
a. Character
Character adalah keadaan watak atau sifat dari customer,
baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha.
Kegunaan dari penilaian terhadap karakter ini adalah untuk
mengetahui sampai sejauh mana iktikad atau kemauancostumer
untuk memenuhi kewajiban sesuai dengan perjanjian yang telah
36
Pemberian pembiayaan harus atas dasar kepercayaan,
sedangkan yang mendasari suatu kepercayaan yakni adanya
keyakinan dari pihak bank, bahwa si peminjam mempunyai
moral, watak, dansifat-sifat pribadi yang positif dan kooperatif.
Disamping itu mempunyai rasa tanggung jawab, baik dalam
kehidupan pribadi sebagai manusia, kehidupan sebagai anggota
masyarakat, maupun dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Karakter merupakan faktor yang domain, sebab walaupun calon
mudharib tersebut cukup mampu untuk menyelesaikan utangnya,
kalau tidak mempunyai iktikad baik, tentu akan membawa
kesulitan bagi bank dikemudian hari.15
Dalam firman Allah menjelaskan dalam surat Al-Anfal ayat 58:
dan jika kamu khawatir akan (terjadinya) pengkhianatan dari suatu golongan, Maka kembalikanlah Perjanjian itu kepada mereka dengan cara yang jujur. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berkhianat.
Adapun cara yang perlu dilakukan oleh bank untuk
mengetahui character calon nasabah adalah dengan mencari
informasi dari pihak lain. Dalam hal calon nasabah masih belum
memiliki pinjaman di bank lain, maka cara yang efektif ditempuh
yaitu dengan meneliti calon nasabah melalui pihak-pihak lain
15
37
yang mengenal dengan baik calon nasabah. Misalnya, mencari
informasi tentang karakter calon nasabah melalui tetangga,
teman kerja, atasan langsung, dan rekan usahanya. Informasi dari
pihak lain tentang calon nasabah, akan lebih menyakinkan bagi
bank untuk mengetahuicharactercalon nasabah.16
Setidaknya, ada tiga hal yang dievaluasi dari dimensi
characterini yaitu:
1) Integritas calon debitur. Yang dimaksud dengan
integritas adalah kesesuaan pikiran, ucapan, dan
perbuatan. Debitur yang memiliki integritas tinggi akan
melaksanakan hal yang diucapkan dengan konsisten.
2) Kejujuran calon debitur, bank hanya ingin membina
hubungan dengan debitur yang mengemukakan segala
sesuatu sesuai dengan kenyataan. Menilai karakter adalah
pekerjaan yang paling sulit dalam analisis pembiayaan.
Alasan pertama, keterbatasan waktu. Bank tidak memiliki
waktu lama dalam mengevaluasi suatu proposal
pengajuan pembiayaan. Berapa lama waktu yang dimiliki
oleh bank dalam mengevaluasinya, satu minggu, dua
minggu atau satu bulan. Dengan waktu yang sangat
terbatas, bagaimana bank dapat mengenal karakter calon
16
38
debitur tersebut belum pernah berhubungan dengan bank
lain sebelumnya.
3) Informasi dari catatan internal bank sendiri. Hal ini
berlaku terutama terhadap calon debitur yang telah atau
pernah memiliki hubungan dengan bank. Misalnya
memeriksa sejarah hubungan perkreditan dengan bank,
dokumen pembiayaan, mutasi, dan kualitas transaksi
sehari-hari.
b. Capacity
Capacity adalah suatu penilaian kepada calon debitur
mengenai kemampuan melunasi kewajiban-kewajibannya dari
kegiatan usaha yang dilakukanya atau kegiatan usaha yang akan
dilakukanya, yang akan dibiayai dengan pembiayaan dari Bank.
Maksut dari penilaian capacity ini untuk menilai sampai dimana
hasil usaha yang akan diperolehnya tersebut, akan mampu untuk
melunasinya tepat waktu sesuai dengan perjanjian yang telah
disepakati.17
Apabila kemampuan bisnisnya kecil, tentu tidak layak
diberikan pembiayaan dalam sekala besar. Demikian jika trend
bisnisnya menurun, maka pembiayaan juga semestinya tidak
diberikan, kecuali jika penurunan itu karena kekurangan biaya
sehingga dapat diantisipasi bahwa dengan tambahan biaya lewat
17
39
peluncuran pembiayaan, maka trend atau kinerja bisnisnya
tersebut dipastikan semakin membaik.18 Beberapa cara yang
dapat ditempuh dalam mengetahui kemampuan keuangan calon
nasabah antara lain:19
1) Melihat Laporan Keuangan Dalam laporan keuangan
calon nasabah, maka akan dapat diketahui sumber
dananya, dengan melihat laporan arus kas. Di dalam
laporan arus kas secara keseluruhan dapat diketahui
kondisi keuangan secara tunai dari calon nasabah, dengan
membandingkan antara sumber dana yang diperoleh dan
penggunaan dana.
2) Memeriksa Slip Gaji dan Rekening Tabungan Cara lain
yang dapat ditempuh oleh bank syariah, bila calon
nasabah pegawai, maka bank dapat meminta fotokopi slip
gaji tiga bulan terakhir dan didukung oleh rekening. Dari
data slip gaji dan fotokopi rekening tabungan tiga bulan
terakhir, maka akan dapat dianalisis sumber dana dan
penggunaan dana calon nasabah. Data keuangan
digunakan sebagai asumsi dasar tentang kondisi
keuangan calon nasabah setelah mendapat pembiayaan
dari bank syariah.
18
Rochmadi Usman,A spek-aspek Hukum Perbankan Di Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), 247.
19
40
3) Survei ke Lokasi Usaha Calon Nasabah Survei ini
diperlukan untuk mengetahui usaha calon nasabah dengan
melakukan pengamatan secara langsung.
c. Capital
Capital adalah menilai jaminan modal sendiri yang
diinvestasikan oleh nasabah dalam usahanyya termasuk
kemampuan untuk menambah modal apabila diperlukan sejalan
dengan perkembangan usahanya.Analisis capital juga harus
menganalisis dari sumbermana saja modal yang sekarang ini,
termasuk presentase modal yang digunakan untuk membiayai
proyek yang akan dijalankan, berapa modal sendiri dan
beberapa modal pinjaman.
d. Condition
yaitu kondisi nasabah yang dipengaruhi oleh situasi sosial dan
ekonomi. yang mempengaruhi kondisi antara lain
peraturan-peraturan pemerintah, situasi politik dan perekonomian dunia,
kondisi ekonomi yang memengaruhi pemasaran, produk dan
keuangan, apabila keadaan ekonomi memburuk seperti yang
terjadi pada krisis ekonomi tahun 1997 atau krisis ekonomi
keuangan global tahun 2009, perbankan lebih berhati-hati
dalam memeberikan pembiayaan investasi maupun pembiayaan
konsumtif. Selain kondisi perekonomian, bank juga
41
umum. Keadaan politik yang tidak setabil, banyaknya
kerusuhan, maupun kekacauan dapat menurunkan penelitian
terhadap kondisi ekonomi.20 Beberapa analisis yang terkait
dengancondition of economy antara lain:21
1) Kebijakan pemerintah. Perubahan kebijakan pemerintah
digunakan sebagai pertimbangan bagi bank untuk
melakukan analisiscondition of economy.
2) Bank syariah tidak terlalu fokus terhadap analisis kondisi
ekonomi ini pada pembiayaan konsumsi. Bank akan
mengkaitkan antara tempat kerja calon nasabah dan
kondisi ekonomi saat ini dan saat mendatang, sehingga
dapat diestimasikan tentang kondisi perusahaan di mana
calon nasabah bekerja. Kelangsungan hidup perusahaan
dan pekerjaan calon nasabah menjadi bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
e. Collateral
Collateral yaitu aset atau benda yang diserahkan nasabah
sebagai jaminan terhadap pembiayaan yang diterimannya.
Penilaian jaminan dilakukan untuk memelihara sejauh mana
tingkat kemudahan diperjual belikannya objek jaminan
(marketable), semakin mudah asset tersebut diperjual belikan,
tingkat risiko bank semakin berkurang. Jaminan tidak
20
Karmila,Kredit Bank, (klaten:PT Intan Sejati Klaten, 2014), 19.
21
42
diciptakan untuk harus kembalinya modal akan tetapi
meyakinkan kegiatan mudarib sesuai dengan kontrak yang
disepakati bahwa kontrak tidak main-main. Seperti yang
dijelaskan pada surat Al-Baqarah ayat 283
jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang[180] (oleh yang berpiutang). akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) Menyembunyikan persaksian. dan Barangsiapa yang menyembunyikannya, Maka Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya; dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Untuk memahami istilah jaminan dan agunan dalam
praktik bank, secara historis dapat kita lihat dalam peraturan
yang pernah dikeluarkan oleh bank Indonesia berupa Surat
Keputusan No. 23/69/KEP/DIR tanggal 28 februari 1991
tentang jaminan pemberian kredit dan surat edaran No.
23/6/UKU tanggal 28 februari 1991 prihal jaminan pemberian
kredit. Dalam pasal 1 huruf b dan huruf c Surat Keputusan
43
1) Jaminan pemberian kredit adalah keyakinan bank atas
kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan
perjanjian.
2) Agunan adalah jaminan material, surat berharga, garansi
resiko yang disediakan oleh debitur untuk menanggung
pembayaran kembali suatu kredit apabila debitur tidak dapat
melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan.
Dari redaksi Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia di
atas maka jaminan kredit berupa keyakianan bank atas
kesanggupan debitur untuk melunasi kredit adalah bersifat
abstrak.Sedangkan agunan adalah jaminan kredit yang
bersifat nyata (riil), meliputi benda bergerak, benda tidak
bergerak, dan penanggungan (garansi).Menurut Undang-Undang
Perbankan Syariah aguanan adalah jaminan tambahan yang
meliputi barang bergerak dan barang tidak bergerak. Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan fungsi dari jaminan dan atau
agunan pembiayaan adalah22
a) Jaminan pembiayaan berupa watak, kemampuan, dan
prospek usaha yang dimiliki debitur merupakan jaminan
immaterial yang berfungsi sebagai fist way out. Dengan
jaminan imateriel tersebut debitur diharapkan dapat
22
44
mengelola modal dan perusahaanya dengan baik sehingga
memperoleh pendapatan (revenue) bisnis guna melunasi
pembiayaan yang telah diterimanya dari bank syariah atau
UUS atau Lembaga keauangan lainnya sesuai akad
pembiayaan.
b) Jaminan pembiayaan berupa agunan yang bersifat
materiel/kebendaan berfungsi sebagai second way out.
Sebagai second way out, pelaksanaan penjualan agunan (
eksekusi) baru dilakukan apabila debitur gagal (wanprestasi)
atau macet dalam pelunasan atau pembayaran kembali
pembiayaan melalui fisrt way out.
(1) Jenis Agunan pembiayaan
Dikaitkan dengan objek yang dibiayai, maka agunan
pembiayaan terdiri dari:
(2) Agunan pokok yaitu berupa barang, proyek, atau hak
tagih yang dibiayai dengan pemberian yang
bersangkutan.
(3) Agunan tambahan, yaitu berupa barang, surat
berharga, atau garansi resiko yang tidak berkaitan
langsung dengan objek yang dibiayai.
Berdasarkan ketentuan Pasal 23 Undang-Undang
Perbankan syariah tentang kelayakan penyaluran dana
45
nasabah penerima fasilitas. Kewajiban bank syariah
untuk memperoleh agunan dari nasabah penerima
fasilitas diatur dalam pasal 23 Undang –Undang syariah
yang berbunyi sebagai berikut:
(a) Bank syariah dan/atau UUS harus mempunyai
keyakinan atas kemauan dan kemampuan calon
nasabah penerima fasilitas untuk melunasi seluruh
kewajiban pada waktunya, sebelum bank syariah dan
atau UUS menyalurkan dana kepada Nasabah
penerima fasilitas.
(b) Untuk memperoleh keyakinan sebagaimana
dimaksud pada ayat 1, bank syariah dan/atau UUS
wajib melakukan penilaian yang saksama terhadap
watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek
usaha dari calon nasabah penerima fasilitas.23
f. Aspek Syariah
Prinsip-prinsip dasar perbankan syariah adalah meniadakan
riba dalam bentk transaksi apapun, melakukan kegiatan bisnis
atau usaha yang berlandaskan kepada prinsip keadilan dan
keuntungan yang halal, menyalurkan zakat, melarang monopoli,
melakukan kerjasama untuk mencapai manfaat bagi masyarakat
23