89 BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
90 Untuk menghadapi serangan pasukan Belanda di Temanggung maka dilakukan serangan balasan yang dilakukan oleh TNI dan pejuang dibantu oleh rakyat yang tetap setia. Adapun jalannya perlawanan:
1. Perlawanan gerilya
Fase perang gerilya terjadi di Temanggung sepanjang bulan Februari, Maret, dan April 1949. Dibawah letkol Ahmad Yani serangan gencar dilakukan oleh TNI dan pejuang terutama dari Tentara Pelajar. Dengan melakukan serangan mendadak, aksi pengacauan di daerah yang diduduki Belanda, sabotase, dan melakukan aksi penghadangan patroli Belanda di jalan raya. Aksi ini sangat melelahkan pasukan Belanda.
2. Mendirikan pemerintahan darurat
Banyak tokoh birokrasi menolak untuk bekerjasama dengan Belanda dan memilih untuk menyingkir ke pedalaman dan bersama TNI membentuk pemerintahan darurat. Kantor-kantor pemerintahan berpindah-pindah dan menggunakan rumah warga.
3. Bantuan dari rakyat Temanggung
91 kerelaan rakyat untuk merelakan anak-anak mereka berjuang demi mempertahankan kemerdekaan merupakan sumbangan terbesar bagi perjuangan Republik Indonesia.
Adanya pendekatan antara RI-Belanda-BFO dan atas inisiatif DK PBB, kembali diadakan perundingan antara RI-Belanda yang dilakukan di Hotel Des Indes. Perundingan yang terkenal dengan nama perundingan Roem-Royen ini mencapai kesepakatan terpenting untuk mengadakan KMB secepatnya guna membahas tentang nasib Indonesia. KMB berlangsung dari 23 Agustus sampai 2 November 1949. Pertemuan ini membahas tiga isu utama yaitu: piagam penyerahan kedaulatan, piagam Uni-Nederland dengan segala lampiran persetujuan kedua belah pihak, dan persetujuan peralihan/perpindahan yang memuat peraturan yang berkaitan dengan penyerahan kedaulatan. Selama perundingan berlangsung, di Temanggung mulai tanggal 1 September 1949, semua pejuang turut serta Bupati Soemarsono yang bermarkas di daerah pegunungan, memindahkan markas mereka ke daerah Kedu. Kedu menjadi pusat pemerintahan hingga tanggal 10 November 1949, ketika semua pasukan Belanda ditarik meninggalkan Temanggung sesuai dengan hasil KMB yang disepakati.
B. Saran
1. Akademisi
92 dokumen. Sumber-sumber sejarah yang ada sebenarnya banyak, akan tetapi tersebar dan masih menjadi milik perseorangan, bahkan banyak yang keadaannya kurang terawat dan hilang terbuang. Kekurang tersediaan sumber ini bisa ditutupi dengan melakukan wawancara, baik kepada pelaku sejarah maupun orang-orang yang mengerti tentang sejarah di Temanggung dan juga mencari arsip di Museum Mandala Bakti. Penelitian juga dapat dikembangkan dalam tema yang lain selain perjuangan rakyat, misal dengan tema peran Bambang Sugeng, peran pasukan TP, sejarah perkeretaapian di Temanggung, sejarah perkebunan Temanggung masa Belanda, tragedi kali Progo, dll.
2. Guru