• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran bahasa Inggris materi Simple Present melalui strategi synergetic teaching siswa kelas VB MI Islamiyah Ujungpangkah Gresik.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan hasil belajar siswa mata pelajaran bahasa Inggris materi Simple Present melalui strategi synergetic teaching siswa kelas VB MI Islamiyah Ujungpangkah Gresik."

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI Oleh:

ENDANG FATMAWATI NIM. D07213009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Endang Fatmawati, 2017. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran

Bahasa Inggris Materi Simple Present Melalui

Strategi Synergetic Teaching Siswa Kelas VB MI

Islamiyah Ujungpangkah Gresik.

Kata kunci: Hasil Belajar Siswa, Materi Simple Present Tense, Strategi Synergetic Teaching

Keberhasilan belajar siswa adalah puncak dari seluruh aktivitas yang dilakukan guru dan siswa saat proses KBM berlangsung. Dalam pembelajaran Bahasa Inggris di MI Islamiyah Ujungpangkah Gresik sering terjadi permasalahan, baik sebelum proses belajar, ketika proses belajar, maupun sesudah proses belajar. Masalah yang terjadi setelah proses belajar

antara lain berhubungan dengan hasil belajar siswa pada materi simple

present tense.

Peneliti membatasi rumusan masalah yang hendak dikaji dalam skripsi

ini yaitu: Bagaimana penerapan strategi Synergetic Teaching dalam

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Simple Present Tense siswa

kelas V B MI Islamiyah Ujungpangkah Gresik? dan Bagaimana peningkatan

hasil belajar siswa pada materi Simple Present Tense dengan menggunakan

strategi Synergetic Teachingsiswa kelas V B MI Islamiyah Ujungpangkah

Gresik?

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model PTK dari Kurt Lewin. Untuk instrument penelitian menggunakan RPP, Soal Tes, dan Lembar Observasi Siswa Guru. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan wawancara, observasi, dokumentasi, dan tes. Peneliti menganalisis data dengan analisis deskriptif dan kuantitatif.

Dari hasil penelitian ini, penerapan strategi Synergetic Teaching mampu

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Simple Present Tense. Hal itu

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... iv

LEMBAR PENGESAHAN ... v

ABSTRAK ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GRAFIK ………..………..……. xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR RUMUS ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Signifikansi Penelitian ... 7

BAB II: KAJIAN TEORI ... 9

A. Kajian tentang Hasil Belajar ... 9

1. Pengertian Hasil Belajar ... 9

2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 10

3. Indikator Pencapaian Hasil Belajar ... 11

B. Kajian tentang Strategi ... 14

1. Pengertian Strategi Pembelajaran ... 14

2. Pengertian Strategi Synergetic Teaching... 16

(8)

4. Manfaat Strategi Synergetic Teaching... 17

C. Kajian tentang Bahasa Inggris ... 19

1. Pembelajaran Bahasa Inggris di MI ... 19

2. Pengertian Simple Present Tense... 20

BAB III : METODE PENELITIAN ... 24

A. Jenis Penelitian ... 24

B. Setting dan Subjek Penelitian ... 25

C. Prosedur Persiapan Penelitian dan Rencana Tindakan ... 26

D. Instrumen Penelitian ... 32

E. Teknik Pengumpulan Data ... 43

F. Validitas Instrument ………...…... 46

G. Analisis Data ... 47

H. Indikator Kinerja ... 49

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………….... 50

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 50

1. Sejarah Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah ... 50

2. Kurikulum Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah ... 51

3. Profil Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah ... 51

4. Sarana dan Prasarana Madrasah Ibtidaiyah Islamiyah ... 55

B. Hasil Penelitian ………....…. 55

1. Hasil Penelitian Pra Siklus ……….. 55

2. Hasil Penelitian Siklus I ……….. 60

3. Hasil Penelitian Siklus II ………...………….. 76

C. Pembahasan ………...… 89

BAB V : PENUTUP ……….. 94

A. Simpulan ……….……. 94

B. Saran ………...…. 95

DAFTAR PUSTAKA ... 96

(9)

RIWAYAT HIDUP ... 99

(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Mata pelajaran bahasa Inggris telah dipelajari di madrasah sebagai

mata pelajaran umum di tingkat dasar, menengah, hingga tingkat atas.

Pelajaran bahasa Inggris adalah sebuah mata pelajaran atau keterampilan

berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris sebagai sasarannya.1

Sesuai dengan fungsinya, bahasa harus bersifat komunikatif, sehingga dalam

penyampaiannya dapat mudah dipahami oleh siswa. Terdapat empat

keterampilan dalam pembelajaran bahasa Inggris yang diajarkan di sekolah

dasar yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

Empat keterampilan berbahasa sangat penting dalam pembelajaran

bahasa khususnya dalam pembelajaran bahasa Inggris, karena dalam

berbahasa membutuhkan komunikasi dua arah, yaitu antara penerima pesan

dengan pemberi pesan. Empat keterampilan tersebut harus diterapkan secara

keseluruhan. Realitanya, dalam pembelajaran bahasa Inggris guru hanya

mengajarkan satu atau dua keterampilan saja. Hal itu dikatakan sendiri oleh

guru bidang studi bahasa Inggris, bahwa dalam pembelajaran yang dilakukan

guru sering mengajarkan dua keterampilan saja.

1

EF Education First 2016, mata pelajaran bahasa inggris,

( www.ef.co.id/englishfirst/englishstudy/tatabahasainggris/mata-pelajaran-bahasa-inggris.aspx)diunduh tanggal 05 Oktober 2016.

(11)

Sama halnya dengan pembelajaran bahasa Inggris di atas yang hanya

mengajakan dua keterampilan dalam proses pembelajaran, di MI Islamiyah

Ujungpangkah Gresik, dalam proses pembelajaran guru juga hanya

mengajarkan dua keterampilan saja, yaitu keterampilan membaca dan menulis

dengan strategi dan metode yang kurang variasi. Strategi yang digunakan

guru sangat mempengaruhi kualitas proses belajar mengajar siswa. Apabila

kualitas dari proses belajar mengajar tinggi, maka tingkat keberhasila

belajarnya pun tinggi.

Keberhasilan belajar siswa adalah puncak dari seluruh aktivitas yang

dilakukan guru dan siswa saat proses KBM berlangsung. Dalam pembelajaran

Bahasa Inggris di MI Islamiyah Ujungpangkah Gresik sering terjadi

permasalahan, baik sebelum proses belajar, ketika proses belajar, maupun

sesudah proses belajar. Masalah yang terjadi setelah proses belajar salah

satunya berhubungan dengan hasil belajar karena pemahaman2 siswa masih

kurang. Banyak siswa yang masih belum paham terhadap materi yang

diajarkan oleh guru karena guru hanya memberikan perintah untuk membaca

materi tanpa memahaminya.

Sesuai fakta di kelas, pemahaman mata pelajaran bahasa Inggris

yang membahas tentang materi Simple Present Tense kelas V B MI Islamiyah

Ujungpangkah Gresik ini masih di bawah standart karena hanya mencapai

2

(12)

tingkat pemahaman terjemahan.3 Di sini, siswa hanya mampu memahami

pengertian, mengetahui rumus dari Simple Present Tense dan belum mampu

membuat contoh dari Simple Present itu sendiri. Ketika guru bertanya kepada

lima siswa tentang pengertian Simple Present mereka mampu menjawab

dengan menggunakan bahasanya sendiri.

Seharusnya, setelah mencapai pemahaman terjemahan guru harus

mampu meningkatkan lagi kemampuan pemahaman ke tingkat berikutnya

yaitu pemahaman penafsiran.4 Dalam pemahaman penafsiran, guru harus

mendorong siswa untuk mampu mengklasifikasikan atau membedakan kata

yang masuk dalam subject, verb, dan object atau complement serta

membedakan rumus Simple Present Tense yang verbal sentence dan nominal

sentence. Sebagai contohnya, dalam proses belajar mengajar di kelas V B MI

Islamiyah terdapat siswa yang masih belum mampu membedakan subjek dan

objek. Guru menuliskan contoh You are student di papan tulis, kemudian

siswa disuruh untuk membedakan subjek dan objeknya siswa masih bingung.

Karena sebelum ada contoh di atas, guru memberikan contoh Student read a

book, dimana yang dijadikan patokan subjek siswa adalah student.

3

Pemahaman terjemahan adalah kemampuan seseorang dapat mengomunikasikan informasi yang diperoleh ke dalam bahasa lain, istilah lain atau menjadi bentuk lain.

4

(13)

Selain pemahaman penafsiran, guru juga harus mampu untuk

meningkatkan pemahaman ekstrapolasi5, yaitu guru mendorong siswa untuk

membuat contoh dari Simple Present Tense serta mampu menyebutkan

alasannya. Sesuai observasi di kelas, siswa masih belum mampu membuat

contoh meskipun guru sudah menyediakan contoh kalimat Simple Present

Tense yang diacak. Selain itu, siswa belum bisa membedakan kapan

penggunaan do dan does, penambahan s/es dalam kalimat Simple Present.

Siswa sering menambahkan es pada kata kerja yang subjeknya adalah orang

pertama tunggal. Contoh: I goes to school.

Hasil wawancara kepada siswa dan guru kelas V B MI Islamiyah

Ujungpangkah Gresik, dalam proses pembelajaran bahasa Inggris materi

Simple Present Tense, guru tidak menerapkan strategi yang dapat menarik

perhatian dan motivasi siswa dalam belajar, sehingga siswa kurang

bersemangat dalam pembelajaran. Selain itu, dalam proses pembelajaran,

guru hanya menggunakan metode ceramah. Jika dalam proses belajar

mengajar bahasa Inggris seperti ini, maka siswa akan cepat bosan.

Faktor-faktor-faktor itulah yang mempengaruhi rendahnya pemahaman siswa

terhadap materi Simple Present Tense.

Hal itu terbukti dari prosentase data ketuntasan siswa kelas VB MI

Islamiyah Ujungpangkah Gresik yang berjumlah 26 siswa, hanya 38 % siswa

5

(14)

yang nilainya memenuhi KKM. Sedangkan yang 62 % siswa masih belum

mampu mencapai KKM yang ditentukan. Nilai KKM untuk mata pelajaran

bahasa Inggris adalah 70.

Dari penjabaran masalah di atas, dapat diketahui bahwa terjadi

ketidakseimbangan pada proses belajar mengajar yang mengakibatkan

rendahnya kemampuan siswa dalam memahami materi Simple Present

Tense. Salah satu faktornya adalah kurang variasinya strategi dan metode

yang digunakan guru ketika proses KBM berlangsung. Strategi pembelajaran

yang tepat untuk digunakan dalam meningkatkan kemampuan memahami

materi Simple Present Tense adalah strategi active learning “Synergetic

Teaching”. Strategi ini sesuai digunakan pada materi yang bersifat kognitif.

Strategi Synergetic Teaching merupakan strategi pembelajaran yang

menggunakan dua cara belajar yang berbeda. Pembelajaran ini memberi

kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi hasil belajar dari materi yang

sama dengan membandingkan catatan.

Dengan srategi ini, siswa akan dapat lebih memahami materi yang

telah didapatkannya. Jika siswa merasa malu dengan bertanya kepada guru

mengenai materi yang belum dipahami, siswa akan lebih mudah dan tidak

malu untuk bertanya kepada temannya. Sehingga diharapkan siswa mampu

memahami materi Simple Present Tense dan dapat belajar dengan nyaman

(15)

Atas dasar pemikiran itu, peneliti akan melakukan penelitian

tindakan kelas dan menyusun skripsi dengan judul “Peningkatan Hasil

Belajar Siswa Mata Pelajaran Bahasa Inggris Materi Simple Present Tense Melalui Strategi Synergetic Teaching Siswa Kelas V B MI

Islamiyah Ujungpangkah Gresik”. Penelitian ini diperkuat dengan

penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nur Lailatul Warda yang

menggunakan strategi Synergetic Teaching di MI Salafiyah Bahauddin

Ngelom Taman Sidoarjo untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Pada siklus

I, hasil belajar dari nilai rata-rata kelas yaitu 76,16 menjadi 90,5 pada siklus

II. Sedangkan untuk prosentase ketuntasan dari 73,07 % pada siklus I menjadi

92,30 % pada siklus II. Ketika proses pembelajaran pada siklus I, guru belum

mampu menerapkan dengan baik strategi synergetic teaching. Namun,

dengan adanya refleksi guru mampu memperbaiki penerapan strategi pada

siklus II. Hasil penelitian yang dilakukan ternyata sangat baik apabila

diterapkan pada siswa kelas V-1 khususnya mata pelajaran IPS.6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka didapat rumusan

masalah sebagai berikut:

6

Nur Lailatul Warda, Skripsi:Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial)

(16)

a. Bagaimana penerapan strategi Synergetic Teaching dalam meningkatkan

hasil belajar siswa pada materi Simple Present Tense siswa kelas V B MI

Islamiyah Ujungpangkah Gresik?

b. Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada materi Simple Present

Tense dengan menggunakan strategi Synergetic Teachingsiswa kelas V B

MI Islamiyah Ujungpangkah Gresik?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka didapat tujuan

penelitian sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa pada materi Simple

Present Tensedengan menggunakan strategi Synergetic Teachingsiswa

kelas V B MI Islamiyah Ujungpangkah Gresik.

b. Untuk mengetahui penerapan strategi Synergetic Teaching dalam

meningkatkan hasil belajar siswa pada materi Simple Present Tense siswa

kelas V B MI Islamiyah Ujungpangkah Gresik.

D. Signifikansi Penelitian

Signifikansi yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

a. Bagi Peneliti

Dapat menjadi wahana dalam mengaplikasikan kemampuan yang telah

diperoleh selama menjalani perkuliahan, sebagai pengalaman yang

(17)

permasalahan real yang ada di kelas, sebagai proses adaptasi dengan

lingkungan kelas untuk bekal sebelum menjadi guru yang sesungguhnya,

dan memperoleh wawasan pengetahuan serta keterampilan penggunaan

strategi Synergetic Teaching.

b. Bagi Guru

Menjadi bahan masukan untuk mengatasi permasalahan yang muncul

pada pembelajaran bahasa Inggris, terutama dalam upaya meningkatkan

pemahaman siswa pada materi Simple Present Tense. Selain itu, guru

mampu menambah strategi yang dapat diterapkan saat proses

pembelajaran berlangsung.

c. Bagi Siswa

Siswa tidak merasa bosan dalam belajar sehingga dapat dengan cepat dan

mudah meningkatkan pemahaman terhadap materi yang dipelajari.

d. Bagi Madrasah

Dapat memberikan masukan positif dalam meningkatkan mutu

(18)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Kajian tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan

pembelajaran di sekolah. Hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha

sadar yang dilakukan secara sistematis yang mengarah pada proses

pembelajaran. Akhir dari proses pembelajaran adalah perolehan hasil

belajar siswa. Dari sisi guru, tindak mengajar di akhiri dengan proses

evaluasi hasil belajar, namun dari pihak siswa, hasil belajar merupakan

berakhirnya penggal dan puncak proses belajar.1

Menurut sudjana, hasil belajar adalah kemampuan siswa setelah

menerima pengalaman belajar.2 Warsito mengungkapkan dalam

Dekdiknas, bahwa hasil dari kegiatan belajar ditandai dengan adanya

perubahan positif yang tertanam dalam diri orang yang belajar. Perubahan

tersebut di antaranya dari segi kemampuan berpikirnya, keterampilannya,

atau sikapnya terhadap suatu objek.

Dari pengertian di atas, pengertian hasil belajar adalah suatu

kemampuan yang dimiliki siswa sebagai hasil dari proses belajar yang di

1

Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), 3. 2

Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), 22.

(19)

dalamnya tampak perubahan ke arah positif. Dengan demikian, dapat

disimpulkan apa yang telah diperoleh siswa selama proses belajar dan

mengarah ke perubahan yang positif, baik itu dari segi berpikir, tingkah

laku itu dinamakan hasil belajar. Untuk mengetahui hasil belajar siswa,

dapat dilakukan dengan tes dan pengukuran.

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah sebagai

berikut:3

a. Faktor internal (dari diri sendiri), antara lain:

(a) Faktor Jasmani (fisiologis) yang meliputi kesehatan yang prima,

tidak dalam keadaan lelah, tidak dalam keadaan cacat. Hal tersebut

dapat mempengaruhi siswa dalam menerima materi pelajaran.

(b) Faktor psikologi. Setiap siswa pada dasarnya memiliki kondisi

psikologis yang berbeda, tentunya hal ini turut mempengaruhi

hasil belajarnya. Beberapa faktor psikologis meliputi intelegensi,

perhatian, minat, bakat, motivasi, dan daya nalar siswa.

b. Faktor eksternal (dari luar diri sendiri), diantaranya:

(a) Faktor lingkungan. Faktor lingkungan dapat mempengaruhi hasil

belajar. Faktor lingkungan ini meliputi lingkungan fisik dan

3

Rusman, Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer Mengembangkan Profesionalisme Guru

(20)

lingkungan sosial. Lingkungan alam misalnya suhu, kelembapan,

dan lain-lain.

(b) Faktor instrumental yaitu faktor yang keberadaan dan

penggunaannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang

diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai

sarana untuk tercapainya tujuan-tujuan belajar yang direncanakan.

Faktor ini berupa kurikulum, sarana dan prasarana.

3. Indikator Pencapaian Hasil Belajar

Setelah guru menjelaskan materi, diharapkan siswa mampu

untuk memahami materi yang telah dijelaskan guru. Siswa dikatakan

memahami suatu materi apabila memenuhi tingkatan dari ranah

kognitif pada taksonomi bloom. Tingkatan ranah kognitif ini dibagi

dari tingkatan terendah hingga tingkatan yang tertinggi, antara lain:4

Pertama, Pengetahuan (knowledge). Pada jenjang ini

menekankan pada kemampuan dalam mengingat kembali materi yang

telah dipelajari, dan hanya menjawab pertanyaan dari hafalan saja.

Contoh: siswa mampu menjelaskan pengertian dari Simple Present

berdasarkan apa yang dijelaskan guru. Siswa hanya mengulang

kata-katanya saja.

4

Susi Susanti, (

https://santisusanti1995.wordpress.com/2013/12/10/taksonomi-bloom-ranah-kognitif-afektif-dan-psikomotor-serta-identifikasi-permasalahan-pendidikan-di-indonesia/),

(21)

Kedua, tingkatan pemahaman (comprehension). Pada jenjang

ini, pemahaman diartikan sebagai kemampuan dalam memahami

materi tertentu yang dipelajari. Kemampuan tersebut adalah translasi,

yaitu kemampuan mengubah simbol dari satu bentuk ke bentuk lain;

interpretasi yaitu kemampuan menjelaskan materi; ekstrapolasi yaitu

kemampuan memperluas arti. Jenjang ini, siswa harus mampu

menjelaskan sendiri pengertian dari Simple Present dengan

menggunakan bahasanya sendiri.

Ketiga, tingkatan penerapan (application). Aplikasi diartikan

sebagai kemampuan menerapkan informasi pada situasi nyata, dimana

peserta didik mampu menerapkan pemahamannya dengan cara

menggunakannya secara nyata. Contoh: siswa mampu membuat

contoh Simple Present sesuai dengan kebiasaan sehari-hari.

Keempat, tingkatan analisis (analysis). Pada jenjang ini,

kemampuan menguraikan materi menjadi komponen-komponen yang

lebih jelas. Kemampuan ini dapat berupa analisis elemen/unsur,

analisis hubungan, analisis pengorganisian prinsip.

Kelima, tingkatan sintesis (synthesis). Jenjang ini, sintesis

dimaknai sebagai kemampuan memproduksi dan mengombinasikan

elemen untuk menggabungkan, merangkum materi. Dalam hal ini,

siswa harus mampu merangkum penjelasan guru mulai dari

(22)

Keenam, tingkatan evaluasi (evaluation). Evaluasi diartikan

sebagai kemampuan menilai manfaat suatu hal tujuan tertentu

berdasarkan kriteria yang jelas. Kegiatan ini berkenaan dengan nilai

suatu ide, cara atau metode. Pada jenjang ini siswa dipandu untuk

mendapatkan pengetahuan yang lebih baik.

Dalam tingkatan kognitif, dijabarkan lagi menjadi KKO (Kata

Kerja Operasional) yang sesuai dengan Taksonomi Bloom dalam

pembelajaran oleh Anderson dan Krathwoll, 2001:5

Tabel 2.1

Dimensi Kognitif dan Kata Kerja Taksonomi Bloom dalam Pembelajaran (Anderson & Karthwohl, 2001)

Dimensi Kognitif

Definisi Kata Kerja Relevan

Mengingat (C1) Memanggil pengetahuan

dari memori jangka

panjang

Mengidentifikasi

Memahami (C2) Mengkonstruk makna atau

pengertian berdasarkan

pengetahuan awal yang telah diintegrasikan dengan pengetahuan baru

Menafsirkan, menerjemahkan,

memberi contoh,

mengklasifikasi, menyimpulkan, memprediksi, membandingkan, menjelaskan Mengaplikasikan (C3)

Menggunakan prosedur

untuk menyelesaikan

masalah atau tugas

Melaksanakan, mengimplementasika n, menggunakan Menganalisis

(C4)

Menguraikan suatu obyek ke dalam unsur-unsurnya

atau mengaitkan antar

Membedakan, menguraikan, memilih,

5

Nur Wakhidah, Strategi Scaffolding Inspiring-Modeling-Writing-Reporting (IMWR) dalam

(23)

unsur-unsur tertentu mengorganisasikan, membuat,

menemukan koherensi, menstruktur Mengevaluasi

(C5)

Mengambil keputusan

berdasarkan kriteria

tertentu

Memeriksa, menguji, mengkritik, menilai

Mencipta (C6) Menggabungkan unsur

menjadi sesuatu yang baru

Merumuskan,

membuat hipotesis,

merancang, mendesain, memproduksi

B. Kajian tentang Strategi

1. Pengertian Strategi Pembelajaran

Pada mulanya istilah strategi digunakan dalam dunia militer yang

dartikan sebagai cara penggunaan seluruh kekuatan militer untuk

memenangkan suatu peperangan. Dalam dunia pendidikan, strategi

diartikan sebagai a plan, or series of activities designed to achieves a

particular educational goal (J. R. David, 1976). Sedangkan istilah

pembelajaran merupakan padanan dari kata bahasa Inggris instruction,

yang berarti proses membuat orang belajar. Gagne dan Briggs (1979)

mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu rangkaian kegiatan yang

secara sengaja dirancang untuk mempengaruhi peserta didik agar proses

belajarnya berlangsung dengan mudah.6

6

Mulyono, Strategi Pembelajaran Menuju Efektivitas Pembelajaran di Abad Global, (Malang:

(24)

Kemp (1995) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran adalah

satu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar

tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Senada

dengan pendapat di atas, Dick and Carey (1985) juga menyebutkan bahwa

strategi pembelajaran itu adalah suatu set materi dan prosedur

pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk menimbulkan

hasil belajar pada siswa.7

Dalam buku yang berjudul Belajar dan Pembelajaran Teori dan

Konsep Dasar, pengertian strategi pembelajaran adalah rangkaian

kegiatan dalam proses pembelajaran yang terkait dengan pengelolaan

siswa, guru, kegiatan pembelajaran, lingkungan belajar, sumber belajar

dan penilaian agar pembelajaran lebih efektif dan efisien sesuai dengan

tujuan pembelajaran yang sudah ditetapkan.8

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi

pembelajaran adalah rencana kegiatan termasuk penggunaan metode dan

pemanfaatan berbagai sumber daya yang didesain untuk mencapai tujuan

dari suatu pembelajaran.

7

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta:

Kencana, 2006), hal 126. 8

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar, (Bandung: Remaja

(25)

2. Pengertian Strategi Synergetic Teaching

Pembelajaran aktif (Active Learning) itu sendiri merupakan suatu

pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Dengan

belajar aktif ini, mereka ikut serta dalam setiap proses pembelajaran.

Melalui cara ini juga mereka akan merasakan suasana yang lebih

menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.

Ada beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mengaktifkan

siswa, antara lain Index Card Match (mencari pasangan), Question

Students Have (pertanyaan dari siswa), Synergetic Teaching

(pembelajaran bersinergi), Listening Teams (tim pendengar), Guide Note

Taking (catatan terbimbing), Jigsaw Learning (belajar model jigsaw), dan

masih banyak lagi. Disini peneliti menggunakan strategi Synergetic

Teaching (pembelajaran bersinergi).

Strategi Synergetic Teaching adalah strategi pembelajaran yang

menggunakan dua cara belajar yang berbeda. Pembelajaran ini memberi

kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi hasil belajar dari materi

yang sama dengan membandingkan catatan.9

3. Langkah-Langkah Pelaksanaan Strategi Synergetic Teaching

Langkah-langkah penggunaan strategi synergetic teaching adalah

sebagai berikut:

9

Melvin L. Silbermen, Active Learning: 101 Cara Belajar Siswa Aktif, (Bandung: Nusamedia,

(26)

a. Guru membagi kelas menjadi dua kelompok

b. Kelompok pertama dipindahkan ke kelas lain, atau tempat lain dengan

memberi mereka bacaan tentang materi yang akan dibahas. Guru

memastikan bahwa bacaan dapat dipahami dengan baik dan sesuai

c. Dalam waktu yang sama, guru menyampaikan materi tersebut kepada

kelompok kedua dengan metode ceramah di kelas

d. Setelah selesai, siswa diminta untuk berpasangan dengan kawan yang

tadi menerima pelajaran dengan cara yang berbeda. Anggota

kelompok satu mencari kawan dari anggota kelompok dua

e. Keduanya diminta untuk menggabungkan hasil belajar yang mereka

peroleh dengan cara yang berbeda tersebut

f. Guru meminta beberapa siswa untuk menyampaikan hasil belajar

mereka atau menjawab pertanyaan yang sudah disiapkan

g. Guru memberi penjelasan untuk setiap jawaban siswa yang dirasa

belum jelas10

Dengan strategi ini, selain memberikan kesempatan kepada siswa

untuk saling berbagi hasil belajar, juga dapat mengakrabkan siswa satu

dengan yang lainnya.

4. Manfaat Strategi Synergetic Teaching

Belajar memerlukan interaksi aktif antara guru dan siswa. Guru

yang hanya bercerita dan berceramah tidak akan memberikan hasil yang

10

(27)

maksimal kedapa siswa karena pembelajaran yang baik adalah

pembelajaran yang melibatkan siswa untuk aktif dalam proses

pembelajaran. Adapun manfaat dari strategi Synergetic Teaching sebagai

berikut:

a. Mengaktifkan kerja otak

Melalui strategi Sinergetic Teaching, siswa diajak secara aktif

baik di dalam maupun di luar kelas. Mereka diberi tanggung jawab

untuk menguasai pelajaran untuk mereka presentasikan atau diajarkan

kepada teman kelasnya. Ketika siswa belajar aktif, berarti mereka

mendominasi aktivitas pembelajaran. Dengan ini mereka secara aktif

menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi

pelajaran hingga mengaplikasikan apa yang baru mereka pelajari ke

dalam persoalan yang ada dalam kehidupan nyata.

b. Tidak mudah melupakan materi pelajaran

Ketika siswa pasif atau hanya menerima materi dari guru, ada

kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan.

Dengan strategi Synergetic Teaching yang mengaktifkan siswa, maka

pelajaran akan susah untuk dilupakan, karena disini siswa berperan

sebagai student centered.

c. Proses pembelajaran yang menyenangkan

Strategi Synergetic Teaching merupakan strategi pembelajaran

(28)

siswa turut serta dalam proses pembelajaran, sehingga tercipta suasana

belajar yang menyenangkan dan ceria.

C. Kajian tentang Bahasa Inggris 1. Pembelajaran Bahasa Inggris

Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan oleh

seseorang dalam pergaulannya atau hubungannya dengan orang lain.

Bahasa merupakan alat bergaul. Oleh karena itu, penggunaan bahasa

menjadi efektif sejak seorang individu memerlukan berkomunikasi

dengan orang lain.11

Di sekolah, perkembangan bahasa anak diperkuat dengan

diberikannya mata pelajaran bahasa ibu dan bahasa Indonesia (bahkan di

sekolah tertentu diberikan bahasa Inggris). Dengan diberikannya bahasa

di sekolah, para siswa diharapkan dapat menguasai dan menggunakannya

sebagai alat untuk (1) berkomunikasi secara baik dengan orang lain; (2)

mengekspresikan pikiran, perasaanm sikap, atau pendapatnya; (3)

memahami isi dari setiap bahan bacaan yang dibacanya.12

Bahasa Inggris sebagai salah satu bahasa internasional yang

memiliki peranan penting untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Salah

satu aspek yang perlu dikuasai oleh siswa adalah kemampuan berbahasa

11

Sunarto dan Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hal 136.

12

Rizky Wuning Cahyani, Skripsi: Peningkatan Kemampuan Vocabulary Bahasa Inggris

(29)

Inggris yang baik, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan bahasa Inggris

yang baik harus menguasai keempat keterampilan berbahasa, kosa kata,

dan tata bahasa (grammar).

Dalam bahasa Inggris terdapat tiga komponen, yaitu tata bahasa

(grammar), kosa kata (vocabulary), dan pelafalan (pronounciation).13

a. Tata bahasa (grammar) merupakan pola dan aturan yang harus diikuti

bila mau belajar suatu bahasa yang benar.

b. Kosa kata (vocabulary) merupakan kumpulan kata yang dimiliki oleh

suatu bahasa dan memberikan makna ketika menggunakan bahasa

tersebut.

c. Pelafalan (pronounciation) adalah cara mengucapkan kata-kata suatu

bahasa.

2. Pengertian Simple Present Tense

Simple Present Tense adalah pola kalimat yang digunakan untuk

menunjukkan bahwa kegiatan atau pekerjaan dilakukan sebagai kebiasaan

atau sesuatu yang bersifat rutin.14 Bentuk present tense adalah bentuk

pertama dari kata kerja (V1) dengan menambah s/esuntuk pelaku tunggal

(he, she, it, Kittie, Een) dan tanpa s/es (I, you, they, we) untuk pelaku

13

Aroyad, Pembelajaran Komponen Bahasa,

(http://aroyad.wordpress.com/2013/12/14/pembelajaran-komponen-bahasa), diunduh tanggal 5 Oktober 2016.

14

M. Pangesti, Cara Mudah Belajar Grammar dan Conversation dalam Bahasa Inggris Sistem

(30)

jamak. Bisa juga dengan menggunakan bentuk ‘to be’ (am, are, is)

sebagai kata kerja.

Penggunaan Present Tense digunakan ketika:

a. Untuk menunjukkan keadaan/tindakan kebiasaan (habitual action)

b. Untuk menggambarkan kenyataan, kebenaran, dan gejala umum

(general truth/facts)15

Biasanya, untuk menandakan kebiasaan dan fakta, terdapat

keterangan waktu dan rekuensi dalam kalimat, seperti everyday, every

mont, every year, always, often, usually, never.16 Dalam Present Tense,

pola kalimat terdiri dari kalimat positif, negatif, dan interrogatif.

a) Kalimat positif

Pola kalimat : S + Verb I + Obj/Adj/Adverb, untuk kalimat verbal

S + to be + Obj/Adj/Adverb, untuk kalimat nominal

Catatan :Berlaku penambahan s/es sesuai dengan subyek

Contoh: We get up at 5 o’clock every morning,untuk kalimat verbal

We are very happy at present, untuk kalimat nominal

b) Kalimat negatif

Untuk kalimat negatif dalam Simple Present Tense menggunakan

kata kerja bantu (auxiliary verb) “do dan does”.

Pola kalimat :

15

Sofia Rangkuti dan Hasibuan, English Language Structure A Complete Reference Book, (Jakarta:

Djambatan, 1996), hal 53. 16

(31)

S + do/does not + Verb I + Obj/Adj/Adverb, untuk kalimat verbal

S + „to be’ (am, are, is) not + Obj/Adj/Adverb, untuk kalimat

nominal

Catatan :

(a) Untuk subyek I, You, They, We menggunakan auxiliary do.

Sedang untuk subyek She, He, It, Name menggunakan auxiliary

does.

(b) Penambahan s/es pada kalimat negatif tidak berlaku, sehingga

kata kerja kembali ke bentuk awal.

Contoh : She Does not go to school, untuk kalimat verbal

I am not very hungry, untuk kalimat nominal

c) Kalimat interrogatif

Untuk kalimat interrogatif, auxiliary verb, “do/does” diletakkan di

awal kalimat.

Pola kalimat:

Do/Does + S + Obj/Adj/Adverb, untuk kalimat verbal

Am, Are, Is + S + Obj/Adj/Adverb, untuk kalimat nominal

Catatan :

(a) Penambahans/estidak berlaku

(b) Jawaban dari kalimat pertanyaan jika menunjukkan

(32)

(c) Jawaban dari kalimat interrogatif jika menunjukkan tidak setuju,

maka di jawab No, S + auxiliary/to be not

(d) Untuk pertanyaan yang di awali Are, maka jawabannya harus

menggunakan subyek I

Contoh:

Do they cook delicious food? Untuk kalimat verbal

Yes, they do / No, they do not

Are you very happy in this morning? Untuk kalimat nominal

(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas

(Classroom Action Research). Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian

yang dilakukan guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan

tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga proses

pembelajaran dapat berjalan dengan baik, dan hasil belajar siswa meningkat.1

Menurut Sumadi penelitian tindakan merupakan penelitian yang bertujuan

mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara pendekatan baru

dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia kerja

atau dunia aktual lainnya2.

Tujuan PTK sendiri adalah untuk memecahkan masalah, memperbaiki

kondisi, mengembangkan dan meningkatkan mutu pembelajaran. Sementara

Suharsimi menyatakan PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan

belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam

sebuah kelas secara bersama3. Tindakan yang diambil dalam penelitian ini

berupa penggunaan strategi Synergetic Teaching untuk meningkatkan

kemampuan memahami materi Simple Present Tense.

1

Hamzah B. Uno dkk, Menjadi Peneliti PTK yang Profesional, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hal

41. 2

Suryabrata Sumadi, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), 94. 3

Suharsimi Arikunto dkk., Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Bumi Aksara, 2014), 3.

(34)

B. Setting dan Subjek Penelitian 1. Setting Penelitian

a. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan setiap hari

Minggu pada tanggal 05 dan 19 Maret 2017. Dimana untuk siklus I

dilakukan pada tanggal 05 Maret 2017 dan untuk siklus II pada

tanggal 19 Maret 2017. Berikut adalah jadwal pelaksanaan penelitian

pembelajaran untuk mata pelajaran bahasa Inggris adalah:

[image:34.595.59.514.53.704.2]

Tabel 3.1

Jadwal Penelitian Tindakan Kelas

No Mata Pelajaran Waktu Ket

1 Bahasa Inggris 05 Maret 2017 Siklus I

2 Bahasa Inggris 19 Maret 2017 Siklus II

b. Lokasi Penelitian

Peneliti melakukan penelitian tindakan kelas di MI Islamiyah

Ujungpangkah Gresik yang beralamat di jalan Setro Barat No 09 Desa

Pangkah Kulon Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik Propinsi

Jawa Timur. Lokasi penelitian ini tidak jauh dari rumah peneliti yaitu

kurang lebih 200 meter, sehingga dapat dengan mudah dijangkau

(35)

2. Subjek Penelitian

Subjek dari penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti

adalah siswa kelas V MI Islamiyah Ujungpangkah Gresik. Kelas V ini

dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas V A dan V B. Peneliti memilih kelas

V B untuk dijadikan penelitian tindakan kelas, dimana dalam satu kelas

berjumlah 26 siswa, terdiri dari 14 siswa laki-laki dan 12 siswa

perempuan.

C. Prosedur Persiapan Penelitian dan Rencana Tindakan 1. Prosedur Persiapan Penelitian

Prosedur penelitian yang ditempuh peneliti adalah sebagai

berikut:

a. Membuat proposal permohonan ijin untuk melakukan penelitian yang

selanjutnya dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen

pembimbing.

b. Mengajukan surat permohonan ijin penelitian kepada kepala dekan

fakultas Tarbiyah dan Keguruan UINSA Surabaya yang ditujukan

kepada kepala MI Islamiyah Ujungpangkah Gresik.

c. Meminta ijin kepada kepala MI tempat penelitian yang akan

dilaksanakan.

d. Mengadakan observasi di MI tempat penelitian.

e. Menentukan jadwal dan waktu untuk melakukan penelitian atau

(36)

f. Menyiapkan instrumen penelitian, termasuk juga angket dan informasi

lain yang diperlukan untuk pengambilan data.

g. Pengambilan data.

2. Rencana Tindakan

Model yang digunakan peneliti dalam PTK ini adalah model

Kurt Lewin yang menjelaskan bahwa di setiap siklu mencakup 4 hal yang

harus dilakukan dalam proses penelitian tindakan yakni perencanaan

(planning), tindakan (acting), observasi (observing), dan refleksi

(reflecting). Pelaksanaan penelitian tindakan adalah proses yang terjadi

dalam suatu lingkaran yang terus-menerus. Apabila digambarkan, proses

penelitian tindakan adalah sebagai berikut: 4

Perencanaan

Refleksi Tindakan

[image:36.595.56.518.49.710.2]

Observasi

Gambar 3.1

Penelitian Tindakan Model Kurt Lewin

Perencanaan (planning) adalah proses menentukan program

perbaikan yang berangkat dari suatu ide gagasan peneliti; sedangkan

4

(37)

tindakan (acting) adalah perlakuan yang dilakukan oleh peneliti sesuai

dengan perencanaan yang telah disusun oleh peneliti. Observasi

(observating) adalah pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui

efektivitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang berbagai

kelemahan (kekurangan) tindakan yang telah dilakukan. Refleksi

(reflecting) adalah kegiatan analisis tentang hasil observasi hingga

memunculkan program atau perencanaan baru.5

Sesuai dengan rancangan penelitian yang terdiri dari tiga

tahapan, yaitu pra siklus, siklus I dan siklus II. Peneliti menjabarkan

rencana tindakan di setiap siklus sebagai berikut:

a. Sebelum melakukan PTK (Pra Siklus), terlebih dulu peneliti

melakukan observasi awal untuk (1) menemukan masalah; (2)

melakukan identifikasi masalah; (3) menentukan batasan masalah; (4)

menganalisis masalah dengan menentukan faktor yang diduga sebagai

penyebab utama terjadinya masalah; (5) merumuskan hipotesis

tindakan sebagai pemecah masalah; (6) merumuskan judul

perencanaan kegiatan pembelajaran berbasis PTK.

b. Siklus I

a) Tahap perencanaan (planning)

Dalam tahap perencanaan, peneliti menyusun RPP dengan

materi Simple Present Tense (verbal sentence). Setelah RPP

5Ibid

(38)

selesai dibuat kemudian diserahkan guru dan diteliti jika masih

ada hal yang kurang tepat. Langkah selanjutnya adalah

menyiapkan perangkat tes hasil belajar yang memuat indikator

penguasaan materi tersebut. Perangkat tes yang digunakan adalah

tes tulis menjodohkan, jawaban singkat dan uraian. Di mana tes

menjodohkan terdiri dari 8 soal, jawaban singkat terdiri dari 5

soal, dan uraian terdiri dari 3 soal. Langkah terakhir dalam tahap

perencanaan adalah menggunakan strategi Synergetic Teaching

dalam pembelajaran materi Simple Present Tense untuk

meningkatkan kemampuan memahami materi tersebut.

b) Tahap pelaksanaan tindakan (acting)

Peneliti menggunakan alokasi waktu 2 x 35 menit dalam

tahap pelaksanaan ini. Kegiatan pembelajaran di tahap ini peneliti

mengaplikasikan semua kegiatan yang terdapat dalam RPP.

Setelah kegiatan pendahuluan, peneliti menjelaskan pengertian

dari Simple Present Tense kemudian siswa disuruh untuk

mempelajari materi tersebut di buku paket selama 3menit.

Kemudian siswa dalam kelas dibagi menjadi dua kelompok.

Kelompok satu terdiri dari siswa yang duduk di sebelah kanan dan

kelompok dua adalah siswa yang duduk di sebelah kiri. Untuk

(39)

penjelasan dari guru, sedang kelompok dua berada diperpustakaan

membaca materi yang terdapat di buku paket.

Setelah itu, kelompok satu kembali ke kelas dan guru

mengajak diskusi singkat yang terdiri dari 6 siswa mengenai hal

yang telah dipelajari. Di sini guru hanya memantau diskusi siswa

tersebut dan memberikan klarifikasi pada saat akhir diskusi. Guru

mengjak siswa untuk ice breaking sebelum mengerjakan tes.bagi

siswa yang salah diberi hadiah berupa pertanyaan tentang materi

yang sudah dipelajari. Limamenit kemudian, guru membagikan

LKS. Dua siswa disuruh menyimpulkan tentang materi Simple

present Tense (verbal sentence).

c) Tahap observasi (observating)

(1) Mengamati perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran pada siklus I

(2) Memantau kegiatan diskusi tentang materi Simple

present Tense (verbal sentence)

(3) Mengamati pemahaman tiap-tiap anak terhadap penguasaan

materi yang telah dirancang pada siklus I

d) Tahap refleksi (reflecting)

Setelah pelaksanaan tindakan dilakukan, maka langkah

selanjutnya adalah tahap refleksi. Dalam refleksi ini peneliti

(40)

dan guru. Setelah semua data berhasil dianalisis peneliti bersama

guru merefleksikan bagaimana hasil tindakan yang telah

dilakukan, apakah sudah sesuai dengan tujuan penelitian atau

belum sesuai dengan tujuan penelitian. Peneliti meminta masukan

dari guru untuk melakukan langkah-langkah perbaikan untuk

dilaksanakan pada siklus selanjutnya.

c. Siklus II

a) Tahap perencanaan (planning)

Dalam tahap perencanaan di siklus II, peneliti meembuat

RPP berdasarkan refleksi dari siklus I dan penetapan alternatif

pemecahan masalah. Selain itu, peneliti juga mengembangkan

program tindakan dari siklus I.

b) Tahap pelaksanaan tindakan (acting)

Melaksanakan pembelajaran bahasa Inggris materi Simple

Present Tense dengan menggunakan strategi synergetic teaching

sesuai Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) hasil refleksi

pada siklus I dan dengan menggunakan bantuan media kartu kecil

berisi kata kerja/kata sifat.

c) Tahap observasi (observating)

(1) Mengamati perilaku siswa dalam mengikuti kegiatan

(41)

(2) Memantau kegiatan diskusi tentang materi Simple

present Tense (nominal sentence)

(3) Mengamati pemahaman tiap-tiap anak terhadap penguasaan

materi yang telah dirancang pada siklus II

d) Tahap refleksi (reflecting)

Melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus I dan siklus

II serta diskusi dengan guru kolaborator untuk mengevaluasi dan

membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran bahasa

Inggris materi simple present tense melalui strategi synergetic

teaching setelah melaksanakan serangkaian kegiatan mulai dari

siklus I sampai siklus II.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan oleh peneliti

dalam mengupulkan data agar memudahkan pekerjaan dan hasilnya akurat

serta sistematis jadi mudah diolah. Instrumen yang digunakan oleh peneliti

antara lain:

1. RPP

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran disusun untuk setiap atau

beberapa kali pelaksanaan pembelajaran yang akan dilakukan guru.

Dengan demikian RPP adalah rencana paling operasional dari guru

sebelum guru tersebut melaksanakan pembelajaran. Dalam penelitian

(42)

berbeda namun strateginya sama. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

pada siklus I materinya Simple Present Tense (verbal sentence), pada

siklus II Simple Present Tense (nominal sentence). Kedua siklus ini

menggunakan strategi Synergetic Teaching.

Berikut adalah langkah kegiatan dalam RPP pada siklus I:

[image:42.595.64.515.175.712.2]

Tabel 3.2

Langkah Kegiatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I KEGIAT

AN

DESKRIPSI KEGIATAN METODE WAKTU

Pendahul uan

- Guru mengucapkan salam

- Salah satu siswa memimpin

doa, kemudian guru

mengabsen siswa

- Guru menyampaikan

apersepsi dengan rumus

Simple Present Tense

- Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran

- Siswa diberikan lagu ice

breaking, “are you ready?”(terlampir)

ceramah 10 menit

Inti  Eksplorasi

- Guru menjelaskan pengertian

dari Simple Present Tense

- Siswa menggali

pengetahuannya tentang

Simple Present Tense dari

buku siswa (buku

paket/LKS)

Elaborasi

- Guru membagi siswa

menjadi 2 kelompok,

kelompok 1 adalah anak yang duduk di sebelah kanan dan kelompok 2 adalah anak yang

Ceramah

(43)

duduk di sebelah kiri. Kelompok 1 diminta untuk tetap berada di kelas, sedang

kelompok 2 berada di

perpustakaan. Cara belajar

kelompok 1 yaitu

mendapatkan materi

langsung dari guru, untuk kelompok 2, mereka belajar sendiri dengan membaca dan

memahami materi yang

terdapat di buku.

- Setelah 15 menit berlalu,

kelompok 2 kembali ke

kelas. Guru memberikan

instruksi/perintah untuk

berdiskusi selama 5 menit

secara berpasangan (satu

bangku).

- Siswa diajak bermain tebak

angka, yaitu apabila guru

memegang dada dengan

tangan menyilang siswa

mengucapkan “One”, apabila guru mengepalkan tangan

kanan ke depan siswa

mengucapkan “Two”, dan apabila guru mengepalkan kedua tangan ke depan lalu

ditarik ke bawah siswa

mengucapkan “Three” atau sebaliknya.

- Siswa mengerjakan LKS

yang sudah disiapkan guru

- Siswa mengumpulkan LKS

yang sudah dikerjakan

Konfirmasi

(44)

Penutup - Dua siswa ditunjuk untuk membuat kesimpulan tentang materi yang sudah dipelajari hari ini

- Siswa bersama-sama berdoa

untuk mengakhiri kegiatan pembelajaran

- Guru mengucapkan salam

penutup

Ceramah 10 menit

[image:44.595.70.512.81.712.2]

Langkah kegiatan pembelajaran di siklus II adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3

Langkah Kegiatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II KEGIAT

AN

DESKRIPSI KEGIATAN METODE WAKTU

Pendahul uan

- Guru mengucapkan salam

- Salah satu siswa memimpin

doa, kemudian guru

mengabsen siswa

- Guru menyampaikan

apersepsi dengan rumus

Simple Present Tense (nominal sentence)

- Guru menjelaskan tujuan

pembelajaran

- Siswa diberikan ice breaking,

“macam-macam to be”

Ceramah 10 menit

Inti  Eksplorasi

- Guru mengulas materi

kemarin

- Siswa mempelajari rumus

Simple Present Tense (nominal sentence) dari buku siswa (buku paket/LKS)

Elaborasi

- Guru membagi siswa

Ceramah

(45)

menjadi 2 kelompok, kelompok 1 adalah anak yang duduk di sebelah kiri dan kelompok 2 adalah anak yang duduk di sebelah kanan. Kelompok 1 diminta untuk tetap berada di kelas, sedang

kelompok 2 berada di

perpustakaan. Cara belajar

kelompok 1 yaitu

mendapatkan materi

langsung dari guru, untuk kelompok 2, mereka belajar sendiri dengan membaca dan

memahami materi yang

terdapat di buku.

- Setelah 15 menit berlalu,

kelompok 2 kembali ke

kelas. Guru memberikan

instruksi/perintah untuk

berdiskusi selama 5 menit

secara berpasangan (satu

bangku)

- Siswa diajak untuk bernyanyi

sambil bermain,

“konsentrasi”

- Siswa mengerjakan LKS

yang sudah disiapkan guru

- Siswa mengumpulkan LKS

yang sudah dikerjakan

Konfirmasi

Siswa ditanyai oleh guru tentang hal yang belum dipahami Ceramah dan diskusi Penugasan Ceramah 25 menit 15 menit 5 menit

Penutup - Guru mengulang ice breaking “konsentrasi”, bagi siswa

yang telat menjawab

diberikan sanksi untuk

menyimpulkan tentang

materi yang sudah dipelajari hari ini

- Siswa bersama-sama berdoa

untuk mengakhiri kegiatan

(46)

pembelajaran

- Guru mengucapkan salam

penutup

2. Soal Tes

Penelitian Tindakan Kelas ini menggunakan instrument soal tes

berupa tes tulis. Pada siklus I, tes tulis berupa tes tulis menjodohkan,

jawaban singkat, dan uraian. Siklus II tes tulisnya berupa tes tulis

jawaban singkat dan uraian. Tes ini berupa lembar soal evaluasi yang

dilaksanakan pada setiap akhir siklus. Tes ini digunakan untuk melihat

apakah ada peningkatan pemahaman siswa pada mata pelajaran bahasa

Inggris setelah menggunakan strategi synergetic teaching.

[image:46.595.60.522.66.723.2]

Berikut adalah kisi-kisi soal evaluasi siklus I:

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Soal Evaluasi

Materi Simple Present Tense (Verbal Sentence) No Indikator

Pencapaian Kompetensi

Jenis dan Bentuk Penilaian

Indikator Butir Soal Nomor Butir Soal

1 Menjelaskan

pengertian Simple Present Tense Tes tulis menjodohkan dan uraian Menunjukkan arti dari Simple Present Tense

1, 4,7

1,

2 Menyebutkan

rumus dari Simple Present Tense (Verbal Tes tulis menjodohkan Menyebutkan

rumus dari Simple

Present Tense (Verbal Sentence)

(47)

Sentence)

3 Membuat

contoh Simple Present Tense (Verbal Sentence) Tes tulis menjodohkan , jawaban singkat dan uraian Membuat contoh Simple Present Tense (Verbal Sentence)

2,5,8

1,2,3

2a,2b,3 a,3b

[image:47.595.59.516.67.676.2]

Sedangkan kisi-kisi soal evaluasi siklus II adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Soal Evaluasi

Materi Simple Present Tense (Nominal Sentence) No Indikator

Pencapaian Kompetensi

Jenis dan Bentuk Penilaian

Indikator Butir Soal Nomor Butir Soal

1 Menjelaskan

pengertian Simple Present Tense Tes tulis uraian Menunjukkan arti

dari Simple Present

Tense

1

2 Menyebutkan

rumus Simple

Present Tense (Nominal Sentence) Tes tulis jawaban singkat Menyebutkan rumus Simple Present Tense (Nominal Sentence)

1, 4,5

3 Membuat

contoh Simple

Present Tense (Nominal Sentence) Tes tulis jawaban singkat dan uraian Membuat contoh Simple Present Tense (Nominal Sentence)

2,3

2 (2a,2b)

3. Lembar Observasi Rating Scale

Lembar ini digunakan untuk mengetahui seberapa aktifkah siswa

(48)

membantu peneliti untuk memprediksi kelemahan yang muncul dalam

proses pembelajaran.

Rating Scale adalah skala yang menggunakan jawaban skala skor

1, 2, 3, dan 4. Dalam penelitian ini skor 1 diartikan sebagai kurang, skor

2 diartikan sebagai cukup, skor 3 diartikan sebagai baik dan 4 diartikan

sangat baik. Rating Scale digunakan karena memiliki keunggulan berupa

jawaban yang lebih akurat dan detail. Data yang diperoleh berupa data

angka kemudian ditafsirkan dengan kata-kata.

Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini ada dua

macam. Lembar observasi tersebut adalah lembar observasi untuk menilai

aktivitas guru dan lembar observasi yang menilai aktivitas siswa.

Penjelasan dari kedua lembar observasi di atas adalah sebagai berikut:

a. Lembar Observasi Rating Scale Siswa

Lembar observasi aktivitas siswa dilakukan untuk memperoleh

data yang dapat memperlihatkan aktivitas kinerja siswa secara

individu selama proses pembelajaran berlangsung. Aktivitas siswa

(49)
[image:49.595.108.512.87.725.2]

Tabel 3.6

Lembar Observasi Siswa

No Indikator / Aspek Yang Diamati

Pengamat Skor Penilaian

1 2 3

Kegiatan Awal

1. Siswa menjawab salam

2. Siswa merespon apersepsi guru

3. Siswa mendengarkan saat guru

menyampaikan tujuan pembelajaran

4. Siswa antusias dengan ice breaking yang

diberikan guru

Kegiatan Inti

5. Siswa membaca dan menemukan sendiri

pengertian Simple Present dari buku

6. Siswa mendengarkan guru memberikan

penguatan terhadap materi yang telah dibaca

7 Siswa merespon pertanyaan yang diajukan

guru untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa

8. Siswa merespon pembagian kelompok

yang dilakukan guru

9. Siswa mendengarkan penjelasan guru

tentang langkah-langkah strategi Synergetic

Teaching 10. Kelompok 1:

Siswa mendengarkan penjelasan guru

tentang materi Simple Present

Siswa menulis materi Simple Present di

buku tulis Kelompok 2:

Siswa mencari pengertian dan rumus Simple Present di buku paket

Siswa menulis pengertian dan rumus di buku tulis

11. Siswa dari kelompok 2 kembali ke kelas 12. Siswa berdiskusi dengan teman sebangku

(50)

mereka peroleh

13. Siswa merespon permainan yang disiapkan guru

14. Siswa mengerjakan LKS yang diberikan guru dengan tertib

15. Siswa mengumpulkan LKS yang dikerjakan dengan tepat waktu

Kegiatan Penutup

16. Siswa menyimpulkan materi yang sudah dipelajari

17. Siswa mendengarkan motivasi yang diberikan guru untuk lebih giat belajar 18. Salah satu siswa berdoa selesai belajar Skor perolehan Prosentase = x 100 = Skor Maksimal

Prosentase dari lembar observasi rating scale siswa diperoleh

dari jumlah skor yang diperoleh dibagi dengan skor maksimal dikali

seratus persen. Skor maksimal dari lembar observasi di atas adalah 63

diperoleh dari jumlah aktivitas siswa dikali jumlah skor penilaian.

b. Lembar Observasi Rating Scale Guru

Lembar observasi aktivitas guru dilakukan untuk memperoleh

data yang dapat memperlihatkan aktivitas kinerja guru selama

kegiatan pembelajaran bahasa Inggris berlangsung. Item-item yang

diobservasi dalam penelitian ini didasarkan pada lembar observasi

guru yang dibagi ke dalam beberapa tahapan. Tahap-tahap tersebut

(51)
[image:51.595.64.542.65.669.2]

Tabel 3.7

Lembar Observasi Guru

No Kegiatan Skor

1 2 3 4

Kegiatan Awal

1 Guru membuka pelajaran dengan salam

2 Guru menyampaikan apersepsi

3 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

4 Guru memberikan ice breaking

Kegiatan Inti

5 Guru menjelaskan pengertian Simple Present

secara bahasa

6 Guru membagi kelas menjadi 2 kelompok

7 Guru menjelaskan langkah-langkah strategi

synergetic teaching

8 Guru menjelaskan materi Simple Present pada

kelompok 1

9 Guru bidang studi memantau kegiatan kelompok

2

10 Guru memberikan instruksi kepada kelompok 2

untuk kembali ke kelas

11 Guru mengklarifikasi hasil diskusi antara

kelompok 1 dan 2

12 Guru memberikan permainan kepada siswa

13 Guru memberikan instruksi kepada siswa untuk

mengerjakan LKS yang sudah dipersiapkan guru

14 Guru memantau siswa dalam mengerjakan LK

Kegiatan Penutup

15 Guru memberikan penguatan kepada siswa

tentang materi yang sudah dipelajari

16 Guru memberikan reward kepada siswa

17 Guru memberikan motivasi kepada siswa agar

rajin dan tetap semangat untuk belajar

18 Guru mengucapkan salam

(52)

Tanda checklist ditempatkan pada skor 1 apabila aktivitas guru

sangat kurang diterapkan dalam proses KBM . Skor 2 apabila aktivitas

guru kurang diterapkan, skor 3 apabila aktivitas guru sering

diterapkan, dan skor 4 apabila aktivitas sangat sering6 diterapkan.

Prosentase diperoleh dari jumlah skor yang diperoleh dibagi jumlah

skor maksimal dikali seratus persen. Untuk skor maksimalnya adalah

72 dari jumlah kegiatan guru yang berjumlah 18 dikali 4 dari jumlah

skor penilaian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain:

1. Wawancara

Teknik pengumpulan data yang sering digunakan oleh para peneliti

di lapangan adalah teknik wawancara, yaitu pertemuan langsung yang

direncanakan antara pewanwancara dan yang diwawancarai untuk

mendapatkan informasi yang diperlukan dalam penelitian. Menurut

Moleong wawancara adalah kegiatan percakapan dengan maksud

tertentu, yang dilakukan oleh dua belah pihak, yaitu pewawancara dan

yang diwawancarai.7

6

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Penedekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal 241.

7

Sukardi, Metode Penelitian Pendidikan Tindakan Kelas Implementasi dan Pengembangannya,

(53)

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan guru

mata pelajaran bahasa Inggris Abdur Rohim, S.Ag dan salah satu siswa

kelas V yang bernama Abim. Untuk instrumen wawancaranya terlampir

dalam lampiran.

2. Observasi

Observasi pada konteks pengumpulan data adalah tindakan atau

proses pengambilan informasi, atau data melalui media pengamatan.8

Dalam melakukan observasi ini, peneliti menggunakan sarana utama

indera penglihatan. Disini, peneliti mengamati proses pembelajaran yang

berlangsung, baik itu yang berhubungan dengan aktivitas guru maupun

siswa. Peneliti mengamati bagaimana tindakan dilakukan dengan ikut

berperan serta dalam tindakan yang dilakukannya. Selain itu peneliti

sudah menyiapkan instrumen yang digunakan dalam observasi, di mana

instrumen tersebut telah divalidasi oleh dosen ahli atau expert judgement.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah rating scale dengan

interval jawabannya 4, 3, 2, dan 1.

Observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas guru dalam

menggunakan media, metode, dan strategi pada saat pembelajaran dan

aktivitas siswa pada saat pembelajaran berlangsung. Berkaitan dengan

hal disamping, lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini ada

dua yaitu:

8Ibid

(54)

a. Lembar observasi kemampuan guru dalam peningkatan pemahaman

materi Simple Present Tense mata pelajaran bahasa Inggris melalui

strategi Synergetic Teaching siswa kelas V B MI Islamiyah

Ujungpangkah Gresik semester genap tahun ajaran 2016/2017.

b. Lembar observasi aktivitas siswa dalam peningkatan pemahaman

materi Simple Present Tense mata pelajaran bahasa Inggris melalui

strategi Synergetic Teaching siswa kelas V B MI Islamiyah

Ujungpangkah Gresik semester genap tahun ajaran 2016/2017.

3. Dokumentasi

Sumber informasi dokumentasi ini memiliki peran penting karena

data ini memiliki objektifitas yang tinggi dan relevan dalam memberikan

informasi bagi para peneliti. Data dokumentasi ini dapat berupa lembar

kerja/sampel pekerjaan siswa, data siswa beserta nilai dan lain

sebagainya.

4. Tes

Tes adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk

mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan baik secara tertulis atau

secara lisan atau perbuatan (tes tulis, lisan dan tindakan). Tes dalam

(55)

kognitif siswa atau penguasaan terhadap materi Simple Present Tense.

Peneliti menggunakan tes tulis formatif untuk setiap siklusnya.9

F. Validitas Instrumen

Dalam insrumen hasil evaluasi harus sesuai dengan keadaan

sebenarnya yang dievaluasi. Data hasil dari evaluasi yang baik sesuai

kenyataan disebut data valid. Agar mendapatkan data valid maka alat

evaluasinya juga harus valid. Validitas memiliki banyak macamnya. Secara

garis besar validitas dibagi menjadi dua bagian, yaitu: validitas logis yang

didasarkan pada penalaran dan validitas empiris yang diuji dari

pengalaman.Validitas logis sendiri masih dibagi menjadi dua macam, yaitu:

validitas isi dan validitas konstrak. Sementara validitas empiris dibagi

menjadi dua macam, yaitu: validitas ada sekarang dan validitas prediktif10.

Pada penelitian ini digunakan validitas konstrak atau validitas

konstruksi. Validitas konstruksi adalah validitas yang apabila butir-butir soal

yang membangun tes tersebut mengukur setiap aspek berpikir seperti yang

disebutkan dalam Tujuan Instruksional Khusus (TIK) atau

indikator. Validitas ini dilakukan dengan cara merinci dan memasangkan

setiap butir soal dengan setiap aspek dalam TIK. Dan prosesnya didasarkan

9

Tes formatif adalah tes yang dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa di akhir pertemuan pembelajaran.

10

(56)

pada logika, bukan pengalaman. Pengambilan keputusan valid atau tidaknya

soal tes dan observasi tersebut berdasarkan kisi-kisi yang ditetapkan dan

dikonsultasikan pada ahlinya yang ditunjuk dosen pembimbing sebagai expert

judgement.

G. Analisis Data

Pada PTK ini, peneliti menggunakan analisis deskripsi kualitatif dan

deskripsi kuantitatif. Analisis deskripsi kualitatif adalah suatu metode

penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan

data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil belajar yang

dicapai siswa, juga untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan serta

aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Analisis deskripsi

kualitatif ini diambil dari data yang dikumpulkan peneliti, yaitu meliputi

lembar observasi guru, lembar observasi siswa, dan hasil wawancara guru dan

siswa.

Kuantitatif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan

atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data

sampel/populasi tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang

berlaku untuk umum.11 Untuk analisis deskripsi kuantitatif ini, setelah proses

pembelajaran setiap siklus, siswa diberi evaluasi berupa uji kompetensi.

Analisis dihitung dengan menggunakan statistik sederhana, yaitu:

1. Nilai Tes Formatif

11

(57)

Untuk memperoleh nilai, tes formatif dirumuskan dengan:

Nilai = Skor yang diperoleh x 100 ... (Rumus 3.1) Skor maksimal

2. Data Ketuntasan Siswa

Sudjana mengemukakan bahwa untuk mengetahui presentase ketuntasan

belajar, menggunakan rumus:

P = F x 100 % ... (Rumus 3.2)

N

Dari rumus di atas, P adalah prosentase ketuntasan belajar yang akan

dicapai, F menunjukkan banyak siswa yang tuntas, dan N menunjukkan

jumlah siswa secara keseluruhan. Prosentase ketuntasan siswa diperoleh

dari banyaknya siswa yang tuntas dibagi banyak siswa keseluruhan dikali

seratus persen.

3. Rata-Rata Kelas

Rata-rata kelas dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

X = ∑X ... (Rumus 3.3) ∑N

Dari rumus di atas, X adalah rata-rata kelas (mean), ∑X menunjukkan

jumlah semua nilai siswa, dan ∑N menunjukkan jumlah keseluruhan

siswa. Rata-rata kelas diperoleh dari jumlah semua nilai siswa dibagi

(58)

pencapaian indikator pembelajaran dapat dikategorikan berdasarkan

ketentuan berikut:12

90-100 = sangat baik

70 - 89 = baik

50 - 69 = cukup baik

0 - 49 = tidak baik

H. Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan suatu kriteria untuk melihat tingkat

keberhasilan dari penelitian tindakan kelas dalam meningkatkan atau

memperbaiki proses belajar mengajar di kelas.13 Penelitian tindakan kelas

dengan penerapan strategi Synergetic Teaching untuk meningkatkan

pemamhaman siswa kelas V B MI Islamiyah Ujungpangkah Gresik dikata

Gambar

Tabel 2.1 Dimensi Kognitif dan Kata Kerja Taksonomi Bloom dalam
Jadwal Penelitian Tindakan KelasTabel 3.1
Gambar 3.1 Penelitian Tindakan Model Kurt Lewin
Langkah Kegiatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus ITabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sumpah Pemuda pada mata pelajaran PKn siswa kelas III MI Al-Karimi Dukun Gresik, (2) Untuk mengetahui peningkatan pemahaman sejarah Sumpah Pemuda pada mata pelajaran

Peningkatan Kemampuan Memahami Materi Asma> al- Ayya> m Pada Mata Pelajaran Bahasa Arab Dengan Menggunakan Strategi Card Sort Siswa Kelas I Mi Al-Asyhar Gresik..

Penggunaan Metode Card Sort Modifikasi untuk meningkatkan partisipasi kegiatan belajar Bahasa Inggris pada aspek writing siswa kelas V MI Islamiyah Mutihan Gantiwarno Klaten.

Efektivitas Strategi Pembelajaran Peningkatan Kemampuan Berfikir (SPPKB) Terhadap Hasil Belajar Dan Aktivitas Siswa Menggunakan Strategi Synergetic Teaching (Pada

The “skripsi” (Scientific Paper) entitled “The Effecti s of Using Dialogue Technique In Teaching Simple Present Tense “ (a pre- experimental study at the

Peningkatan prestasi belajar siswa kelas eksperimen pada pokok bahasan koloid dengan penerapan strategi pembeajaran aktif tipe synergetic teaching lebih tinggi dibandingkan

Tujuan PTK ini untuk meningkatkan hasil belajar matematika materi KPK dan FPB dengan menggunakan strategi Synergetic Teaching pada kelas IV MI Tegalwaton

The aim of this research was to know the effectiveness of miniature language in teaching simple present tense and simple past tense. This research was