• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan keterampilan berbicara kalimat tanggapan melalui model pembelajaran Time Token mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VA MI Darun Najah Kwangsan Sedati Sidoarjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peningkatan keterampilan berbicara kalimat tanggapan melalui model pembelajaran Time Token mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VA MI Darun Najah Kwangsan Sedati Sidoarjo."

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

MI DARUN NAJAH KWANGSAN SEDATI SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh :

RISKA AMALIYAH NIM. D77213095

PROGRAM STUDI PGMI

FAKULTAS TARBIYAH D AN KEGURUAN

(2)

MI DARUN NAJAH KWANGSAN SEDATI SIDOARJO

SKRIPSI Diajukan Kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Ilmu Tarbiyah

Oleh :

RISKA AMALIYAH NIM. D77213095

PROGRAM STUDI PGMI

FAKULTAS TARBIYAH D AN KEGURUAN

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Riska Amaliyah. 2017. Peningkatan Keterampilan Berbicara Kalimat Tanggapan Melalui Model Pembelajaran Time Token Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas VA MI Darun Najah Kwangsan Sedati Sidoarjo. Skripsi, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtida’iyah UIN Sunan Ampel Surabaya. Pembimbing I Drs. Nadlir, M. Pd. I dan Pembimbing IIDrs. H. Munawir, M. Ag

Kata Kunci: Keterampilan Berbicara, Kalimat Tanggapan, Model Pembelajaran Time Token

Latar belakang penelitian ini adalah rendahnya keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Siswa mengalami kesulitan dalam menyampaikan gagasan, ragu-ragu dalam berbicara, sulit memilih kata, serta tidak tenang dalam berbicara. Rendahnya keterampilan berbicara ini disebabkan guru lebih sering mengajarkan siswa menulis dan membaca dibandingkan mengajarkan siswa menyimak dan berbicara, selain itu guru hanya menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan penugasan. Oleh karena itu peneliti menerapkan model pembelajaran Time Token untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa pada materi kalimat Tanggapan mata pelajaran Bahasa Indonesia.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan model pembelajaran Time Token dalam meningkatkan keterampilan berbicara kalimat tanggapan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VA MI Darun Najah Kwangsan Sedati Sidoarjo? ; (2) Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara kalimat tanggapan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran Time Token pada siswa kelas VA MI Darun Najah Kwangsan Sedati Sidoarjo?.

Metode penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan model Kurt Lewin yang terdiri dari dua siklus dengan empat tahapan yaitu, (1) Perencanaan,(2)Pelaksanaan,(3) Observasi, dan (4) Refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni observasi, wawancara, penilaian unjuk kerja, dan dokumentasi.

Adapun hasil penelitian ialah (1) Penerapan model pembelajaran Time

Token dikatakan berjalan dengan baik. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN MOTTO ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... v

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tindakan yang Dipilih... 6

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Lingkup Penelitian ... 9

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN TEORI A. Keterampilan Berbicara ... 13

1. Pengertian Keterampilan Berbicara ... 13

2. Tujuan Berbicara ... 15

3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbicara ... 18

4. Jenis-Jenis Berbicara ... 19

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Berbicara ... 22

6. Indikator Ketercapaian Tujuan Berbicara ... 25

(9)

B. Model Pembelajaran Time Token ... 30

1. Pengertian Model Time Token... 30

2. Langkah-langkah Model Time Token ... 32

3. Kelebihan Model Time Token ... 33

4. Kelemahan Model Time Token ... 33

C. Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 34

1. Pengertian Bahasa Indonesia ... 34

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 35

3. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 36

4. Materi Kalimat Tanggapan... 37

D. Peningkatan Keterampilan Berbicara Kalimat Tanggapan Bahasa Indonesia melalui strategi Time Token ... 39

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metodologi Penelitian ... 41

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian ... 43

1. Setting Penelitian ... 43

a. Tempat penelitian ... 43

b. Waktu penelitian ... 43

2. Karakteristik Subyek Penelitian ... 44

C. Variabel yang diselidiki ... 46

D. Rencana Tindakan ... 46

E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 56

1. Data ... 56

2. Teknik pengumpulan data ... 57

3. Teknik Analisis Data ... 60

F. Indikator Kinerja ... 66

G. Tim Peneliti dan Tugasnya... 67

(10)

B. Pembahasan ... 102 BAB V PENUTUP

A. Simpulan ... 108 B. Saran ... 109 DAFTAR PUSTAKA

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN RIWAYAT HIDUP

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa memiliki peran penting dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan dapat membantu peserta didik menganal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaanya, serta berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan bahasa tersebut. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil kesastraan manusia Indonesia.

Salah satu tujuan pembelajaran bahasa adalah untuk membina keterampilan peserta didik memakai bahasa. Keterampilan peserta didik dalam berbahasa meliputi empat aspek dasar, yaitu keterampilan mendengarkan atau menyimak (listening skills), membaca (reading skills), berbicara (speaking skills), dan menulis (writing skills). 1 Dari keeempat aspek tersebut ada satu aspek yang sangat vital untuk dikembangkan dan dibina, yaitu keterampilan berbicara.

1

(12)

Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi.2 Di dalam masyarakat modern dikenal dua macam cara berkomunikasi, yaitu komunikasi secara langsung dan tidak langsung. Komunikasi langsung dilakukan melalui kegiatan berbicara dan menyimak, sedangkan komunikasi tidak langsung melalui kegiatan menulis dan membaca.3

Keterampilan berbicara perlu dikembangkan dalam pembelajaran keterampilan berbahasa siswa di SD. Keterampilan berbicara penting sekali untuk dikuasai siswa SD karena merupakan dasar dari keterampilan-keterampilan yang lain. Dengan memiliki keterampilan-keterampilan berbicara, siswa mampu menyampaikan gagasan, pikiran, dan perasaannya kepada guru, teman-temannya, maupun orang lain.

Paling tidak, ada dua faktor yang menyebabkan rendahnya tingkat keterampilan siswa dalam berbicara, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal yang dimaksudkan adalah pengaruh penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan keluarga dan masyarakat. Dalam proses komunikasi sehari-hari, banyak keluarga yang menggunakan bahasa ibu sebagai bahasa percakapan di lingkungan keluarga. Di lingkungan masyarakat sekitar, yang digunakan adalah bahasa ibu dan bahasa Indonesia. Kalaupun ada tokoh masyarakat yang menggunakan bahasa

2

Henry Guntur Tarigan, Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa ( Bandung: CV Angkasa, 2013), 16.

3

(13)

Indonesia, pada umumnya belum memperhatikan kaidah-kaidah berbahasa secara baik dan benar. Akibatnya, siswa tidak terbiasa untuk berbahasa Indonesia sesuai dengan konteks dan situasi tutur.

Sedangkan faktor internal adalah faktor yang mempengaruhi berlangsungnya pembinaan dan pengembangan pembelajaran bahasa Indonesia di SD. Yang termasuk faktor internal adalah model, pendekatan, metode, teknik, media, atau sumber pembelajaran yang digunakan oleh guru. Pendekatan tersebut memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap tingkat keterampilan berbicara bagi siswa SD.

Pada umumnya, guru bahasa Indonesia cenderung menggunakan pendekatan yang konvensional dan miskin inovasi sehingga kegiatan pembelajaran keterampilan berbicara berlangsung monoton dan membosankan. Para peserta tidak diajak untuk belajar berbahasa, tetapi cenderung diajak belajar tentang bahasa. Artinya, apa yang disajikan oleh guru di kelas bukan bagaimana siswa berbicara sesuai konteks dan situasi tutur, melainkan diajak untuk mempelajari teori tentang berbicara. Akibatnya, keterampilan berbicara hanya sekedar melekat pada diri siswa sebagai sesuatu yang rasional dan kognitif belaka. Ini artinya, rendahnya keterampilan berbicara bisa menjadi hambatan serius bagi siswa untuk menjadi siswa yang cerdas, kreatif, dan berbudaya.

(14)

Bahasa Indonesia kelas VA Ibu Ni’matus Sholihah, S. Pd. mengatakan bahwa salah satu masalah yang ditemukan adalah keterampilan berbicara siswa yang belum optimal. Setelah tanya jawab dengan guru kelas, rendahnya keterampilan berbicara siswa Kelas VA MI Darun Najah Kwangsan Sedati Sidoarjo tampak pada materi kalimat tanggapan siswa mengalami kesulitan dalam menyampaikan gagasan, pikiran, dan kehendaknya kepada guru dan temannya, siswa juga ragu-ragu dalam berbicara, sulit memilih kata, serta tidak tenang dalam berbicara. Adapun siswa yang aktif berbicara hanya didominasi oleh beberapa siswa saja. Dari 27 siswa hanya 11 siswa yang aktif memberikan tanggapan. Sehingga perolehan prosentase siswa yang aktif hanya 40, 7%. Hal tersebut juga dibuktikan pada hasil pretest yang dilakukakan peneliti pada tanggal 01 November 2016 dari jumlah 27 siswa hanya 13 siswa (48,15 %) yang tuntas dan memperoleh nilai di atas KKM yang ditetapkan yaitu 75. Sedangkan siswa yang belum tuntas dan mendapatkan nilai di bawah KKM sebanyak 14 siswa ( 51, 85 %).

(15)

guru dan siswa, dan penugasan secara tertulis. Sehingga kurang menumbuhkan sikap tertariknya siswa untuk terampil berbicara, selain itu pengambilan materi hanya diambil dari buku paket.

Sebagai alternatif pemecahan masalah tersebut dibutuhkan sebuah model pembelajaran yang tepat yaitu model pembelajaran yang mampu membantu siswa untuk memperoleh informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, serta mengekspresikan idenya sendiri sehingga dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Peneliti memilih menggunakan model pembelajaran Time Token. Model ini digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali dan dapat berperan secara aktif dalam proses pembelajaran4. Guru memberikan sejumlah kupon berbicara dengan waktu selama kurang lebih 30 detik per kupon pada tiap siswa. Siswa harus berbicara untuk bisa menghabiskan kupon tersebut. 5Tujuannya untuk menghindari siswa yang mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali dalam kegiatan pembelajaran, serta memberikan kesempatan siswa untuk mengemukakan ide atau pendapatnya. Time Token dapat membantu mendistribusikan partisipasi dengan lebih berimbang. Diharapkan dengan

4

Hasan Fauzi Maufur, Sejuta Jurus Mengajar Mengasyikkan ( Semarang: PT. Sindur Press, 2009), 76.

5

(16)

menggunakan model ini siswa dapat lebih aktif dan percaya diri dalam berbicara.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis mengangkat judul penelitian: “Peningkatan Keterampilan Berbicara Kalimat Tanggapan Melalui Model Pembelajaran Time Token Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia Siswa Kelas VA MI Darun Najah Kwangsan Sedati Sidoarjo”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran Time Token dalam meningkatkan keterampilan berbicara kalimat tanggapan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VA MI Darun Najah Kwangsan Sedati Sidoarjo?

2. Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara kalimat tanggapan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan model pembelajaran Time Token pada siswa kelas VA MI Darun Najah Kwangsan Sedati Sidoarjo?

C. Tindakan yang Dipilih

(17)

yang tepat dan efektif untuk meningkatkan keterampilan berbicara siswa. Model yang dimaksud yaitu model Time Token. Dengan menggunakan model Time Token pada materi kalimat tanggapan diharapkan dapat lebih mudah dalam pencapaian target yang diinginkan.

Penelitian mengenai peningkatan keterampilan berbicara melalui model pembelajaran Time Token mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VA MI Darun Najah Kwangsan Sedati Sidoarjo memiliki kaitan dengan penelitian sebelumnya yang sudah ada. Terdapat karya tulis berupa skripsi dan jurnal, berikut diantaranya: (1) Skripsi Yuliani Saifurrohmah, mahasiswa Program Pendidikan Bahasa Arab, Fakultas Bahasa dan Sastra Asing Universitas Negeri Semarang tahun 2014 dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Time Token untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa Kelas VIII MTs Sultan

Agung Kalibangkang Kebumen Tahun Ajaran 2013/ 2014”. Penelitian ini

memfokuskan pada keefektifan penerapan model pembelajaran

Cooperative Learning Time Token dalam meningkatkan keterampilan

(18)

mahasiswa PGSD, Universitas PGRI Yogyakarta tahun 2016 dengan judul

“Efektifitas Model Pembelajaran Time Token terhadap Keterampilan

Berbicara Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SD Bakalan Sewon Bantul

Tahun Ajaran 2015/2016”. Penelitian terfokus pada perbedaan

keterampilan berbicara siswa yang diajar mengggunakan model pembelajaran Time Token Arends dengan siswa yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran konvesional. (3) Skripsi Muhammad Busro Muhib mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Perancis, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2016 dengan judul

“ Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends

untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara Bahasa Perancis Kelas XI

SMA N 1 Mertoyudan Magelang”. Penelitian ini berfokus pada

pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Time Token dalam meningkatakan keterampilan berbicara bahasa Perancis Siswa kelas XI di SMAN 1 Mertoyudan Magelang. (4) Skripsi Imam Prayogo mahasiswa Jurusan PGSD, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Muhammadiyah Surakarta tahun 2012 dengan judul “ Peningkatan

Keterampilan Berbicara Melalui Metode Time Token Arends Dengan Menggunakan Media Gambar Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Dukuh Mulyo Kabupaten Pati Tahun Ajaran

2011/ 2012”. Penelitian ini berfokus pada penerapan metode Time Token

(19)

media gambar pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas IV SD Negeri 2 Dukuh Mulyo Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2011/ 2012.

D. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penerapan model pembelajaran Time Token dalam meningkatkan keterampilan berbicara kalimat tanggapan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V MI Darun Najah Kwangsan Sedati Sidoarjo

2. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara kalimat tanggapan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V MI Darun Najah Kwangsan Sedati Sidoarjo setelah menggunakan model pembelajaran Time Token.

E. Lingkup Penelitian

Penelitian ini didasarkan pada masalah pembelajaran yang ada pada lembaga MI Darun Najah Kwangsan Sedati Sidoarjo. Banyak masalah pembelajaran yang peneliti temukan. Agar penelitian ini bisa tuntas, terfokus dan hasil penelitiannya akurat, maka permasalahan ini dibatasi pada hal-hal di bawah ini.

1. Subjek penelitian adalah pada siswa kelas VA MI Darun Najah Kwangsan Sedati Sidoarjo semester Genap tahun ajaran 2016/2017. 2. Implementasi pembelajaran aktif dalam penelitian ini menggunakan

(20)

berbicara siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia materi kalimat tanggapan terhadap persoalan faktual.

Adapun model Time Token menurut Arends adalah struktur yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial dan berpartisipasi agar menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali. Pembelajaran kooperatif Time Token merupakan salah satu pembelajaran untuk meningkatkan perolehan akademik dan untuk mengajarkan keterampilan sosial atau kelompok, oleh karena itu siswa diharapkan bekerja saling membantu dalam kelompok kecil.

(21)

Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.6 3. KD 6.1 Mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang

mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa 4. Indikator yang akan dicapai adalah:

6.1.1 Mengomentari persoalan faktual berupa persetujuan, sanggahan, pertanyaan, atau pendapat secara lisan dengan disertai alasan yang logis, memperhatikan pilihan kata yang benar serta kesantunan berbahasa.

6.1.2 Memberikan saran atas persoalan faktual dengan memperhatikan pilihan kata yang benar serta kesantunan berbahasa

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan pada tujuan penelitian di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan data di lapangan yang bermanfaat bagi:

1. Peneliti

a. Sebagai dasar penelitian lebih lanjut terhadap penelitian tentang keterampilan berbicara

6

(22)

b. Sebagai acuan pembanding dalam penelitian keterampilan berbicara

c. Sebagai informasi tambahan lebih lanjut untuk memperluas wawasan tentang keterampilan berbicara

2. Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia

a. Sebagai sumber informasi bagi guru untuk memantau sejauh mana keterampilan yang dimiliki siswa dalam keterampilan berbicara b. Sebagai bahan acuan masukan dalam mengajarkan pokok bahasan

keterampilan berbicara

c. Sebagai sumber informasi bagi guru sejauh mana kecakapan siswa menguasai keterampilan berbicara

3. Bagi peserta didik

a. Siswa dapat mengetahui sejauh mana keterampilan yang mereka miliki dalam keterampilan berbicara

(23)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Keterampilan Berbicara

1. Pengertian Keterampilan Berbicara

Dalam pembelajaran bahasa salah satu keterampilan yang harus dikuasai siswa adalah keterampilan berbicara. Keterampilan berbicara menempati kedudukan yang paling penting karena merupakan ciri kemampuan komunikatif siswa. Salah satu indikator keberhasilan siswa belajar adalah kemampuannya mengungkapkan gagasannya secara lisan di dalam kelas dalam satu lingkup mata pelajaran. 1

Menurut Reber (1988), keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil tertentu.2

Menurut Tarigan (1983:15), berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan sebagai bentuk atau wujudnya berbicara disebut sebagai alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun

1

Yunus Abidin, Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter ( Bandung: PT Refika Aditama, 2013), 126.

2

(24)

serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.

Sedangkan Mulgrave ( 1954) mengemukakan pendapat bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa atau kata-kata untuk mengekspresikan pikiran. Selanjutnya dikata-katakan bahwa berbicara merupakan bentuk prilaku manusia yang memanfaatkan faktor fisik, psikis, neurologis, semantik, dan linguistik secara ekstensif sehingga dapat dianggap sebagai alat yang sangat penting untuk melakukan kontrol sosial.

Jadi pada hakikatnya, berbicara merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam bentu bunyi-bunyi bahasa.3 Sedangkan keterampilan berbicara adalah keterampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk menceritakan, mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan kepada orang lain dengan kepercayaan diri untuk berbicara secara wajar, jujur, benar, dan bertanggung jawab, serta dapat menghilangkan masalah psikologis seperti rasa malu, rendah hati, berat lidah, dan lain-lain.4

3

Solchan T. W. dkk, Pendidikan Bahasa Indonesia di SD ( Tangerang : Universitas Terbuka, 2013), 11.7.

4

(25)

2. Tujuan Berbicara

Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, seyogianyalah seorang pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin dikomunikasikan.5

Tujuan berbicara merupakan hal yang sangat penting untuk ditentukan sebelum seorang pembicara memaparkan gagasannya. Tujuan berbicara merupakan pedoman bagi pembicara untuk membangun, mengemas, dan menyampaikan idenya untuk sebuah pembicaraan tertentu. Perbedaan tujuan berpengaruh pada bentuk ide yang dikembangkan, kemasan yang digunakan, dan performa penyampaiannya. Tujuan berbicara yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Informatif

Tujuan informatif merupakan tujuan berbicara yang dipilih pembicara ketika ia bermaksud menyampaikan gagasan untuk membangun pengetahuan pendengar. Tujuan ini selanjutnya akan lebih sempurna jika bukan hanya bersifat informatif melainkan komunikatif yakni terjadinya timbal balik atas gagasan yang disampaikan pembicara dengan respons yang dihasilkan pendengar. Tujuan berbicara jenis ini merupakan tujuan yang paling dominan

5

(26)

dilakukan dalam kehidupan sehari—hari, seperti menerangkan sesuatu, menjelaskan proses, konsep, dan data, mendeskripsikan benda, dan berbagai kegiatan informasiona lainnya.

b. Rekreatif

Tujuan rekreatif merupakan tujuan berbicara untuk memberikan kesan menyenangkan bagi diri pembicara dan pendengar. Jenis tujuan ini adalah untuk menghibur pendengar sehingga pendengar menjadi merasa terhibur oleh adanya pembicara. Pembicaraan semacam ini biasanya berbentuk lawakan, guyonan, dan candaan. Namun demikian, bergosip juga merupakan salah satu bentuk pembicaraan yang bertujuan untuk hiburan, dengan syarat tidak dilakukan dengan tendensi penghinaan, penghakiman, dan berbagai bentuk penekanan psikologis serius yang lain.

c. Persuasif

(27)

d. Argumentatif

Tujuan argumentatif merupakan tujuan berbicara untuk meyakinkan pendengar atas gagasan yang disampaikan oleh pembicara. Ciri khas tujuan ini adalah penggunaan alasan-alasan rasional di dalam bahan pembicaraan yang digunakan pembicara. Berbicara jenis ini banyak digunakan dalam kegiatan diskusi ilmiah, keilmuan, dan debat politik.6

Sedangkan tujuan pembelajaran berbicara di SD dikelompokkan atas: (1) tujuan pembelajaran berbicara di kelas rendah, dan (2) tujuan pembelajaran berbicara di kelas tinggi.

a. Tujuan Pembelajaran Berbicara di Kelas Rendah

Tujuan pembelajaran berbicara di kelas rendah, antara lain: 1) Melatih keberanian siswa,

2) Melatih Siswa Menceritakan Pengetahuan dan Pengalamannya 3) Melatih Menyampaikan Pendapat

4) Membiasakan Siswa untuk bertanya b. Tujuan Pembelajaran Berbicara di Kelas Tinggi

Tujuan pembelajaran berbicara di kelas tinggi, antara lain: 1) Memupuk Keberanian Siswa

2) Menceritakan Pengetahuan dan Wawasan Siswa

6

(28)

3) Melatih Siswa Menyangga/ Menolak Pendapat Orang Lain 4) Melatih Siswa Berpikir Kritis dan Logis

5) Melatih Siswa Menghargai Pendapat Orang Lain

3. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Berbicara

Pelaksanaan pembelajaran berbicara akan mampu berjalan dengan baik jika seorang guru memahami benar prinsip-prinsip pembelajran berbicara. Beberapa prinsip pembelajaran berbicara tersebut adalah sebagai beikut:

a. Pembelajaran berbicara harus ditujukan untuk membentuk kematangan psikologis anak dalam hal berbicara

b. Pembelajaran berbicara harus melibatkan anak secara langsung berbicara dalam berbagai konteks.

c. Pembelajaran berbicara harus dilakukan melalui pola pembelajaran interaktif.

d. Pembelajaran berbicara harus dilakukan sekaligus dengan membekali strategi berbicara.

e. Pembelajaran berbicara harus pula dilakukan seiring dengan pengukuran kemampuan berbicara secara tepat melalui praktik langsung.

(29)

g. Pembelajaran berbicara harus diorientasikan pada pembentukan kemahiran berbicara atau membentuk siswa menjadi pembicara yang kreatif.

Berdasarkan prinsip-prinsip diatas, dapat dikemukakan bahwa pembelajaran berbicara hendaknya dilakukan oleh guru dengan sungguh-sungguh agar tercapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. 7

4. Jenis-Jenis Berbicara

Pengklasifikasian jenis-jenis berbicara dibedakan menjadi: a. Jenis berbicara Berdasarkan Situasi Pembicaraan

Berdasarkan situasi pembicaraan, berbicara dibedakan menjadi berbicara formal dan berbicara informal. Berbicara informal meliputi bertukar pengalaman, percapakan, penyampaian berita, pengumuman, bertelepon, dan memberi petunjuk. Adapun berbicara formal meliputi ceramah, perencanaan dan penilaian, wawancara, debat, diskusi, dan bercerita dalam situasi formal.

b. Jenis berbicara Berdasarkan Tujuan Pembicara

Tujuan pembicara pada umumnya dibagi diklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu: (1) berbicara untuk menghibur, (2) berbicara untuk menginformasikan, (3) berbicara untuk menstimuli

7

(30)

atau mempengaruhi, (4) berbicara untuk menyakinkan, dan (5) berbicara untuk menggerakkan.

c. Jenis berbicara Berdasarkan Jumlah Pendengar

Berdasarkan jumlah pendengar, jenis berbicara dapat dibedakan atas berbicara antarpribadi, berbicara dalam kelompok kecil, dan berbicara dalam kelompok besar.

Berbicara antarpribadi terjadi bila seseorang berbicara dengan satu pendengar (empat mata). Berbicara dengan kelompok kecil terjadi apabila ada sekelompok kecil (3-5 orang) dalam pembicaraan itu. Berbicara dalam kelompok kecil ini sangat bagus untuk pembelajaran bahasa atau untuk siswa yang malu berbicara. Adapun berbicara dalam kelompok besar terjadi apabila pembicara berhadapan dengan pendengar dalam jumlah yang besar. Misalnya, mengajar dengan jumlah siswa yang cenderung banyak atau ketika anda menjadi pemandu acara.

d. Jenis berbicara Berdasarkan Peristiwa Khusus yang Melatari Pembicaraan

Jenis berbicara ini dapat diklasifikasikan menjadi 6 macam, yaitu pidato presentasi, penyambutan, perpisahan, jamuan, perkenalan,dan nominasi.

(31)

Berdasarkan metode penyampaian, ada 4 (empat) jenis berbicara, yaitu metode mendadak (impromptu), metode tanpa persiapan (ekstimporan), metode membaca naskah, dan metode menghafal.

(32)

dengan istilah dan kondisi yang melatari pembicaraa itu, dapat dipastikan bahwa pembicaraan menjadi tidak menarik, membosankan, dan meletihkan pendengar. Sebaliknya, ada juga pembicara yang berhasil dengan metode ini. Hal ini terjadi karena pembicara tanggap terhadap situasi dan kondisi yang melatari pembicaraan.8

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Berbicara

Ada beberapa faktor yang memengaruhi kemampuan berbicara seseorang. Beberapa faktor tersebut adalah sebagai berikut:

a. Kepekaan Terhadap Fenomena

Faktor ini berhubungan dengan kemampuan pembicara untuk menjadikan sebuah fenomena sebagai sumber ide. Seorang pembicara yang baik akan mampu menjadikan segala sesuatu yang ada disekitarnya walaupun sekecil apa pun sebagai sumber ide. Sebaliknya, seorang yang tidak tanggapterhadap fenomena tidak akan mampu menghasilkan gagasan walaupun sebuah peristiwa besar terjadi pada dirinya.

b. Kemampuan Kognisi dan Imajinasi

Kemampuan ini berhubungan dengan daya dukung kognisi dan imajinasi pembicara. Pembicara yang baik akan mampu

8

(33)

menentukan kapan ia menggunakan kemampuan kognisinya untuk menghasilkan pembicaraan dan kapan ia harus menggunakan imajinasinya. Kemampuan penggunaan kognisi dan atau imajinasi ini sangat berhubungan dengan tujuan pembicaraan yang akan ia lakukan.

c. Kemampuan Berbahasa

Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan pembicara mengemas ide dengan bahasa yang baik dan benar. Dalam kaitannya dengan faktor bahasa, pembicara yang baik hendaknya menguasai benar seluruh tataran linguistik dari fonem hingga semantik-pragmatik sehingga ia akan mengemas ide tersebut secara tepat makna dan tepat kondisi. Selain itu, kemampuan ini juga berhubungan dengan organ berbicara seseorang. Seorang pembicara yang mengalami kelainan dengan organ penghasil bunyinya akan mengalami hambatan ketika berbicara. Misalnya seorang yang cadel akan kesulitan melafalkan huruf r, sehingga tuturan yang dihasilkannya menjadi kurang sempurna.

d. Kemampuan Psikologis

(34)

secara lisan karena terganggu oleh ketenangan ketika berbicara atau bahkan ia tidak menyampaikan idenya karena tidak memiliki keberanian, gugup, dan mendapatkan tekanan ketika berbicara.

e. Kemampuan Performa

Kemampuan performa lebih berhubungan dengan praktik berbicara. Seorang pembicara yang baik akan menggunakan berbagai gaya yang sesuai dengan situasi, kondisi, dan tujuan pembicaraannya. Gaya juga berhubungan dengan perilaku ketika seseorang melakukan pembicaraan seperti ekspresi, kesanggupannya membangun komunikasi interaktif, dan bahkan berhubungan penampilan berpakaian pembicara.9

Sedangkan dalam menunjang keefektifan siswa, guru harus memperhatikan faktor-faktor tertentu agar guru dapat mencapai tujuan pembelajaran bahasa Indonesia pada aspek berbicara. Berikut ini merupakan faktor-faktor kebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara, yaitu:

a. ketepatan ucapan

b. penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai c. pilihan kata ( diksi)

d. ketepatan sasaran pembicaraan

9

(35)

Adapun faktor-faktor non kebahasaan sebagai penunjang keefektifan berbicara, yaitu:

a. Sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku

b. Pandangan harus diarahkan kepada lawan bicara c. Kesediaan menghargai pendapat orang lain d. Gerak-gerik dan mimik yang tepat

e. Kenyaringan suara juga sangat menentukan f. Kelancaran

g. Relevansi atau penalaran h. Penguasaan topik10

6. Indikator Ketercapaian Tujuan Berbicara

Indikator ketercapaian tujuan berbicara adalah sebagai berikut: a. Pemahaman Pendengaran

Tujuan berbicara dapat dikatakan tercapai jika pembicara mampu meningkatkan pengertian dan pemahaman pendengar. Pengertian dan pemahaman di sini artinya adalah pendengar mampu menerima dan memahami secara cermat gagasan yang disampaikan oleh pembicara sehingga terdapat kesamaan antara maksud pembicara dengan persepsi pendengar. Dalam hal ini jika tidak

10

(36)

terdapat kesamaan maksud dan persepsi, timbullah kondisi yang kita kenal dengan istilah miss komunikasi.

b. Perhatian Pendengar

Tujuan berbicara dapat dikatakan tercapai jika pembicara mampu menumbuhkan perhatian pendengar untuk menyimak secara sungguh-sunguh segala sesuatu yang disampaikan pembicara. Perhatian juga dapat diartikan kesenangan pada diri pendengar. Jadi, jika pendengar sudah senang dan penuh perhatian menyimak pembicaraan pembicara, pembicaraan yang dilakukan telah berhasil. c. Cara Pandang Pendengar

Tujuan ini dapat dikatakan tercapai jika pembicara mampu memengaruhi cara pandang pendengar agar sesuai dengan cara pandang dirinya. Cara pandang dimaksud adalah sikap dan keyakinan pendengar terhadap suatu objek tertentu. Misalnya, jika seorang pembicara tidak suka terhadap supir angkutan kota dan kemudian pendengar yang pada awalnya menyukai supir angkutankota menjadi tidak menyukai supir angkutan kota tersebut, kondisi seperti ini menunjukkan bahwa pembicaraan yang dilakukan telah berhasil mengubah cara pandang pendengar.

d. Perilaku Pendengar

(37)

Sebagi contoh, seorang pembicara melakukan pemaparan gagasannya tentang pentingnya membuang sampah pada tempat sampah di hadapan para pendengar yang suka membuang sampah sembarang dan kemudian pendengar berubah kebiasaanya menjadi membuang sampah pada tempat sampah, tujuan pembicaraan mengubah perilaku ini telah tercapai.11

7. Prosedur Pembelajaran Berbicara

Pembelajaran berbicara yang baik adalah pembelajaran berbicara yang berdasarkan pada proses berbicara itu sendiri. Artinya, pembelajaran berbicara harus dilakukan berdasarkan tahapan berbicara yang secara natural dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Proses yang dimaksud meliputi tahapan penangkapan ide, pengembangan ide, pengemasan ide, dan hingga tahap akhir penyampaian ide. Sejalan dengan kondisi ini, pembelajaran berbicara hendaknya dilakukan dengan mempertimbangkan kemasan pembelajaran yang terstruktur dengan baik yang tercermin lewat prosedur pembelajaran yang bertahap. Tahapan tersebut meliputi tahapan prabicara, tahapan bicara, dan tahapan pascabicara.

Sejalan dengan uraian diatas, Lioma ( 2009: 105) mengemukakan bahwa pembelajaran berbicara hendaknya dilakukan dengan orientasi

11

(38)

terhadap perkembangan individu. Dalam praktiknya pembelajaran dikemas dalam tiga tahapan yakni

a. Tahapan perencanaan

Tahapan perencanaan merupakan tahapan yang harus dilakukan siswa dalam membangun ide dalam pikirannya yang akan disampaikannya dalam kegiatan berbicara. Siswa harus dibiasakan untuk memanfaatkan berbagai situasi berbicara dalam kehidupannya sebagai sumber ide baginya untuk berbicara. Kegiatan rutinitas berbicara dan kegiatan interaksi yang dialami siswa selanjutnya harus mampu dikemas oleh siswa menjadi sebuah ide atau rencana informasi yang akan disampaikannya pada saat berbicara. Kesadaran akan wacana pun menjadi bagian penting bagi siswa agar ia mampu dengan tepat memanajemen keterampilan berbicaranya terutama dalam hal agenda berbicara dan pertukaran peran ketika berbicara. b. Tahapan Pemilihan

(39)

Keterampilan yang perlu dikembangkan pada tahapan ini adalah keterampilan mengemas makna yang terkandung dalam gagasan yang akan disampaikan. Kemampuan ini sangat berhubungan dengan situasi, kondisi, dan tujuan pembicaraan. Oleh sebab itu, siswa harus diperkenalkan pada berbagai konteks berbicara sehingga mereka memahami kapan mengungkapkan makna secara eksplisit dan kapan mengemukakan makna secara implisit. Selain itu siswa harus pula diperkenalkan dengan berbagai gaya dan strategi berbicara sehingga mereka akhirnya memiliki keterampilan produksi yang baik. Penerapan keterampilan mengemas makna dan menguasai berbagai gaya berbicara ini akan menjadi modal bagi siswa agar kegiatan pembicaraan yang akan dilakukannya mencapai tujuan komunkasi yang diharapkan.

c. Tahapan Pemroduksian.

(40)

struktur, atau dengan menggunakan elipsis, memformulasikan ekspresi, dan penghilangan kesan ragu-ragu.keterampilan kompensasi digunakan pembicara ketika ada sesuatu yang tidak beres dalam pembicaraan mereka, atau ketika mereka berpikir sesuatu yang mungkin dilakukan untuk mengatasi kesulitan. Keterampilan kompensasi melibatkan penggunaan rumusan ekspresi yang mudah, koreksi diri, pengulangan, pengulangan melalui ekspresi atau pengurangan keragu-raguan. Ekspresi ini membuat pembicara menjadi fasih bahkan jika di dalam pikiran mereka merasa bahwa situasi berbahasa cukup baik mereka akan melakukan pembicaraan dengan lebih baik pula.12

B. Model Pembelajaran Time Token

1. Pengertian Model Time Token

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Menurut Arends model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolan kelas.13

12

Yunus Abidin, Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter ( Bandung: PT Refika Aditama, 2013), 136.

13

(41)

Apabila guru mempunyai kelompok pembelajaran kooperatif yang beberapa anggotanya yang mendominasi percakapan dan beberapa pemalu yang tidak pernah mengatakan apa pun, time token dapat membantu mendistribusikan partisipasi dengan lebih berimbang.14

Model Pembelajaran Time Token merupakan salah satu contoh kecil dari penerapan pembelajaran demokratis di sekolah. Proses pembelajaran yang demokratis adalah proses belajar yang menempatkan siswa sebagai subjek. Sepanjang proses belajar, aktivitas siswa menjadi titik perhatian utama. Dengan kata lain mereka selalu dilibatkan secara aktif. Guru berperan mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui.

Model ini digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Guru memberikan sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada tiap siswa. Sebelum berbicara, siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu pada guru. Satu kupon adalah untuk kesempatan berbicara. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi.

14

(42)

Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.15

2. Langkah-langkah Model Time Token

Adapun sintak dari Model pembelajaran Time Token ini adalah sebagai berikut.

a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar b) Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi klasikal c) Guru memberi tugas pada siswa

d) Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada tiap siswa.

e) Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara atau memberi komentar. Satu kupon untuk satu kesempatan berbicara. Siswa dapat tampil lagi secara bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus berbicara sampai kuponnya habis. Demikian seterusnya hingga semua anak berbicara.

f) Guru memberi sejumlah nilai berdasarkan waktu yang digunakan tiap siswa dalam berbicara.16

15

Miftahul Huda, Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran ( Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013), 239

16

(43)

3. Kelebihan Model Time Token

Model Time Token memiliki beberapa kelebihan, antara lain: a) Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasi

b) Menghindari dominasi siswa yang pandai berbicara atau yang tidak berbicara sama sekali

c) Membantu siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran

d) Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara)

e) Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapat

f) Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan , berbagi, memberikan masukan, dan memiliki sikap keterbukaan terhadap kritik

g) Mengajarkan siswa menghargai pendapat orang lain

h) Mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang dihadapi

i) Tidak memerlukan banyak media pembelajaran.

4. Kelemahan Model Time Token

Ada beberapa kekurangan pada Model Time Token yang juga harus menjadi bahan pertimbangan, antara lain:

(44)

c) Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dalam proses pembelajaran, karena semua siswa harus berbicara satu persatu sesuai dengan jumlah kupon yang dimilikinya.

d) Kecenderungan untuk sedikit menekan siswa yang pasif dan membiarkan siswa yang aktif untuk tidak berpartisipasi lebih banyak di kelas.17

C. Pembelajaran Bahasa Indonesia 1. Pengertian Bahasa Indonesia

Bahasa Indonesia merupakan bahasa persatuan yang menjadi identitas bangsa Indonesia. Menjaga kelestarian dan kemurnian bahasa Indonesia maka diperlukan berbagai upaya. Contoh upaya untuk menjaga kemurnian bahasa Indonesia adalah dengan menuliskan kaidah-kaidah ejaan dan tulisan bahasa Indonesia dalam sebuah buku yang disebut dengan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). EYD dapat digunakan sebagai pedoman dalam kegiatan berkomunikasi menggunakan bahasa Inonesia dengan benar, baik komunikasi secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan upaya lain yang dapat digunakan untuk melestarikan bahasa Indonesia adalah dengan menanamkan bahasa Indonesia sejak diri.

Penanaman bahasa Indonesia sejak dini adalah memberikan pelatihan dan pendidikan tentang bahasa Indonesia sejak anak masih kecil.

17

(45)

Pelaksanaan pendidikan bahasa Indonesia pada anak dapat dilakukan melalui pendidikan informal, pendidikan formal, maupun pendidikan nonformal. Pendidikan informal dilakukan oleh keluarga dirumah. Pendidikan ini dilakukan saat anak berada di rumah bersama dengan keluarganya. Sedangkan pendidikan formal dilaksanakan di dalam lembaga pendidikan resmi mulai dari SD sampai dengan perguruan tinggi. Dalam pendidikan formal ini gurulah yang berperan penting dalam menanamkan pengetahuan akan bahasa Indonesia. Sedangkan pendidikan nonformal dilaksanakan di luar rumah dan sekolah, dapat melalui kursus, pelatihan-pelatihan, pondok pesantren dan lain sebagainya.

Pendidikan bahasa Indonesia di lembaga formal di SD. Jumlah jam pelajaran bahasa Indonesia di SD kelas I, II, dan III sebanyak 6 jam pelajaran. Sedangkan kelas IV, V dan VI sebanyak 5 jam pelajaran. Banyaknya jumlah jam pelajaran dimaksudkan agar siswa mempunyai kemampuan berbahasa Indonesia yang baik serta mempunyai kemampuan berfikir dan bernalar yang baik yang dapat disampaikan melalui bahasa yang baik pula.

2. Pembelajaran Bahasa Indonesia

(46)

pengalaman hidup. Dalam makna yang lebih kompleks pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Dari makna ini jelas terlihat bahwa pembelajaran merupakan interaksi antara dua arah dari seorang guru dan peserta didik, di mana antara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang intens dan terarah menuju pada suatu target yang telah ditetapkan sebelumya.18

3. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

a. Berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tulis

b. Menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara

c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan

d. Menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual, serta kematangan emosional dan sosial

18

(47)

e. Menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa

f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia.

4. Materi Kalimat Tanggapan

Secara linguistik, kalimat didefinisikan sebagai satuan bahasa yang disusun oleh kata-kata yang memiliki pengertian yang lengkap. 19 Kalimat merupakan satuan yang langsung digunakan dalam berbahasa, maka para tata bahasawan tradisional biasanya membuat definisi kalimat sebagai alat interaksi dan kelengkapan pesan atau isi yang akan disampaikan. Oleh karena itu, kalimat adalah susunan kata-kata yang teratur yang berisi pikiran yang lengkap.20

Sumadi Suryabrata mengemukakan bahwa tanggapan adalah bayangan yang tinggal dalam ingatan setelah melakukan pengamatan. Dari pendapat ini dapat dipahami bahwa yang dimaksud tanggapan adalah bayangan yang berupa kesan-kesan yang ada dalam ingatan seseorang yaitu hasil dari pengamatan terhadap suatu objek tersebut sudah lepas dari

19

Abdul Chaer, Ragam Bahasa Ilmiah ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2011), 22. 20

(48)

ruang dan waktu pengamatan, dalam arti pengamatan sudah berlangsung. 21

Tanggapan adalah pendapat ataupun reaksi seseorang setelah melihat, mendengar ataupun merasakan sesuatu. Tanggapan dapat berupa persetujuan, sanggahan/ kritikan, pertanyaan, atau pendapat. Semua tanggapan harus disampaikan dengan sopan. Hal ini dilakukan agar tidak menyinggung perasaan orang yang ditanggapi. Selain itu harus disertai dengan alasan yang logis atau masuk akal. Alasan adalah suatu hal yang diungkapkan untuk mengokohkan pendapat yang bersifat opini yang dipakai untuk menguatkan pendapat.

Cara menyampaikan pendapat yang baik, sebagai berikut: a. Jangan Utarakan Pendapat Yang Telah Diutarakan Sebelumnya

Ungkapkan ide-ide atau pemikiran baru dalam diskusi dan jangan mengulang apa yang telah disampaikan oleh orang lain

b. Gunakan Kalimat yang Sederhana dan Mudah Dimengerti

Berikan komentar/pendapat dengan kalimat sesederhana mungkin namun tepat dalam mengekspresikan maksud. Utarakan dengan kalimat yang lebih singkat dan mudah dimengerti.

21

(49)

c. Ritme Bicara

Cepat lambatnya seseorang bicara mempengaruhi apakah orang lain dapat mengerti atau tidak apa yang hendak disampaikan. Kalau berbicara terlalu cepat, bisa-bisa apa yang hendak kamu sampaikan malah tidak jelas. Dan sebaliknya, hindari ritme bicara yang terlalu pelan/lambat, sehingga lawan bicara mampu menyela pembicaraan dengan mengutarakan apa yang ingin kamu sampaikan.

d. Diam Kalau Gugup

Hindari kata-kata seperti "uh", "yah, begitulah" "umm" dan "eh" yang biasanya digunakan saat kita gugup atau kehabisan kata-kata. Lebih baik diam saat kamu tidak tahu apa yang ingin dikatakan, lalu bicaralah kembali dengan tenang mengungkapkan kata yang bermakna. e. Bicarakan Topik Yang Dimengerti Oleh Semuanya

Jangan mendiskusikan hal-hal yang tidak relevan yang mungkin hanya dimengerti oleh beberapa orang saja.

D. Peningkatan Keterampilan Berbicara Kalimat Tanggapan Bahasa Indonesia melalui Model Pembelajaran Time Token

(50)

dengan baik. Dengan keterampilan berbicara siswa dapat mengungkapkan pendapat dengan baik dan siswa di dalam pembelajaran menjadi lebih aktif.

Apabila guru mempunyai kelompok pembelajaran kooperatif yang beberapa anggotanya yang mendominasi percakapan dan beberapa pemalu yang tidak pernah mengatakan apa pun, time token dapat membantu mendistribusikan partisipasi dengan lebih berimbang..22

Adapun penerapan Model Time Token dalam meningkatkan keterampilan berbicara pada materi kalimat tanggapan terhadap persoalan faktual secara garis besar meliputi: Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, siswa berdiskusi untuk mengidentifikasi persoalan faktual yang terjadi disekitar, guru memberikan sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada tiap siswa. Perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, Siswa dapat menggunakan kupon berbicara pada saat memberikan tanggapan baik berupa pujian, kritikan, maupun saran untuk memecahkan persoalan yang disampaikan. Sebelum berbicara, siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu pada guru. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis. Tentu saja ini diharapkan semua orang yang masih memegang token bergabung dalam diskusi

22

(51)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metodologi Penelitian

Metodologi yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas

(Classroom Action Research). Penelitian tindakan kelas merupakan suatu

penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat.1

Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model penelitian tindakan kelas yang diperkenalkan oleh Kurt Lewin. Model Kurt Lewin merupakan model yang selama ini menjadi acuan pokok (dasar) dari berbagai model Action Research, terutama Classroom Action Research (CAR). Kurt Lewin adalah orang pertama yang memperkenalkan Action

Research. Konsep action research menurut Kurt Lewin yaitu:

1) Perencanaan (Planning) 2) Tindakan (Acting) 3) Observasi (Observing) 4) Refleksi (Reflecting)2

1

Muhammad Ansori, Penelitian Tindakan Kelas (Bandung: CV. Wacana Prima, 2007), 4. 2

(52)
[image:52.595.138.482.138.470.2]

Gambar 3.1

Alur Penelitian Tindakan Kelas Menurut Kurt Lewin

Secara keseluruhan empat tahapan dalam penelitian tindakan kelas tersebut membentuk suatu siklus penelitian tindakan kelas yang digambarkan dalam bentuk spiral. Untuk mengatasi suatu masalah, mungkin diperlukan lebih satu siklus. Siklus-siklus tersebut saling terkait dan berkelanjutan. Siklus ke dua, dilaksanakan bila masih ada hal-hal yang kurang berhasil dalam siklus pertama. Siklus ke tiga, dilaksanakan karena siklus ke dua belum mengatasi masalah, begitu juga siklus-siklus berikutnya.

Perencanaan

Refleksi

Observasi Tindakan

Siklus II Tindakan

Observasi

(53)

Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas ini, peneliti melakukan observasi awal untuk menemukan masalah, melakukan identifikasi masalah, menentukan batasan masalah, menganalisis masalah dengan menentukan faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab utama terjadinya masalah, merumuskan gagasan-gagasan pemecahan masalah dengan merumuskan hipotesis-hipotesis tindakan sebagai pemecahan, menentukan pilihan hipotesis tindakan pemecahan masalah, merumuskan judul perencanaan

kegiatan pembelajaran berbasis PTK.3

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian 1. Setting Penelitian

a. Tempat penelitian

Penelitian dilakukan di kelas VA MI Darun Najah yang beralamatkan Jalan Malik Ibrahim No. 25 Desa Kwangsan Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.

b. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada awal semester genap 2017 yaitu siklus I yang dilakukan pada tanggal 25 Februari 2017 pada jam 07.00-08.10 WIB dan siklus II dilakukan pada tanggal 07 Maret 2017 pada jam 08.10 – 09.20 WIB.

3

(54)

2. Karakteristik Subyek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas VA MI Darun Najah Kwangsan Sedati Sidoarjo Tahun Pelajaran 2016-2017. Dengan jumlah siswa 27 siswa dalam satu kelas, yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Kurikulum yang digunakan adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP) dengan kompetensi dasar (KD) 6.1 Mengomentari persoalan faktual disertai alasan yang mendukung dengan memperhatikan pilihan kata dan santun berbahasa. Objek yang diteliti adalah keterampilan berbicara peserta didik pada materi kalimat tanggapan mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas VA MI Darun Najah Kwangsan Sedati Sidoarjo yang masih dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM).

PTK ini dilaksanakan melalui dua siklus untuk melihat peningkatan keterampilan berbicara menggunakan model pembelajaran

Time Token dengan memperhatikan kelancaran berbicara, keruntutan

berbahasa, pemilihan kata ( diksi), serta kesantunan berbahasa siswa kelas VA MI Darun Najah Kwangsan Sedati dalam mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia materi kalimat tanggapan. Dengan Prosedur perencanaan

(planning), tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi

(55)

keterampilan berbicara siswa VA MI Darun Najah Kwangsan Sedati Sidoarjo.

Sebelum melakukan penelitian tindakan kelas ini, peneliti melakukan observasi awal untuk menemukan masalah, melakukan identifikasi masalah, menentukan batasan masalah, menganalisis masalah dengan menentukan faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab utama terjadinya masalah, merumuskan gagasan-gagasan pemecahan masalah dengan merumuskan hipotesis-hipotesis tindakan sebagai pemecahan, menentukan pilihan hipotesis tindakan pemecahan masalah, merumuskan judul perencanaan kegiatan pembelajaran berbasis PTK.

Penelitian ini diawali dengan perekaman data kondisi pembelajaran pada mata pelajaran Bahasa Indonesia sebelum penerapan Model Time

Token dilakukan. Perekaman data ini berupa foto kondisi kelas, kumpulan

(56)

Disini peneliti mengkaji dan menganalisis hasil observasi untuk mengetahui sejauh mana efektivitas pelaksanaan siklus I. Kekurangan dan kelebihan yang timbul pada siklus I tersebut dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan tindakan pada siklus selanjutnya.

C. Variabel yang Diselidiki

Variabel-variabel penelitian yang dijadikan objek untuk menjawab permasalahan yang dihadapi yaitu:

1. Variabel Input : Siswa Kelas VA MI Darun Najah Kwangsan Sedati Sidoarjo

2. Variabel Proses : Model Pembelajaran Time Token

3. Variabel Output : Peningkatan Keterampilan Berbicara materi Kalimat Tanggapan

D. Rencana Tindakan

Berdasarkan Penelitian Tindakan Kelas Model Kurt Lewin, maka dapat diperinci beberapa siklus sebagai berikut:

PRASIKLUS

Pada tahapan ini, kegiatan yang dilakukan peneliti adalah mengidentifikasi masalah dengan melakukan pengamatan, yakni:

(57)

SIKLUS I

Langkah-langkah siklus I terdiri dari: 1. Menyusun Perencanaan (planning)

Kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap perencanaan ini adalah: a) Membuat rencana pembelajaran dengan model Time Token b) Menyediakan alat dan bahan

c) Menyiapkan lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa selama pelaksanaan pembelajaran

d) Menyusun lembar kerja siswa

e) Menyiapkan instrumen penilaian unjuk kerja siswa 2. Melaksanakan Tindakan (acting)

Pada tahap ini peneliti melakukan tindakan pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakaan model pembelajaran Time Token yang disesuaikan dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Di bawah ini adalah RPP selama pembelajaran dalam siklus I

Tabel 3.1

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I

Deskripsi Kegiatan Alokasi

Waktu Kegiatan Pendahuluan

 Guru memberi salam dan mengajak siswa berdo’a bersama.

 Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi lembar

[image:57.595.126.516.212.522.2]
(58)

Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan

tempat duduk siswa disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.

 Guru memberikan motivasi dengan menggunakan ice

breaking dengan “ tepuk 1, 2, dan 3. Dengan peraturan

jika tepuk 1 ( tepuk satu kali dan berkata yes), tepuk 2 ( tepuk 2x dan berkata yes 2x), dan jika tepuk 3 ( tepuk 3

x dan berkata yes 3x jos) ” untuk membangkitkan

semangat belajar siswa.  Guru memberikan apresepsi

 Guru menginformasikan materi yang akan dibelajarkan yaitu tentang ” Tanggapan terhadap Persoalan Faktual” dengan menuliskan pada papan tulis.

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa. Kegiatan Inti

Eskplorasi

 Siswa membaca materi kalimat tanggapan yang ada di buku ajar

 Guru mejelaskan materi kalimat tanggapan terhadap persoalan faktual.

 Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya  Guru menjelaskan teknik permainan Time Token Elaborasi

 Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang setiap kelompok terdiri dari 4-5 siswa.

 Setiap kelompok disediakan lembar kerja dan beberapa

(59)
[image:59.595.141.524.106.700.2]

Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu gambar tentang persoalan faktual

 Siswa berdiskusi menentukan persoalan-persoalan faktual yang terjadi sesuai dengan gambar.

 Guru memberikan sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada tiap siswa.

Konfirmasi

 Guru menunjuk salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

 Perwakilan kelompok menceritakan persoalan faktual hasil diskusi kelompoknya.

 Siswa dari kelompok lain dapat menggunakan kupon berbicara pada saat memberikan komentar baik berupa pujian, kritikan, maupun saran untuk memecahkan persoalan yang disampaikan. Sebelum berbicara, siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu pada guru. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.

Kegiatan Penutup

 Guru bersama siswa bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari untuk mengetahui hasil ketercapaian materi. ( penguatan)

 Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan / rangkuman hasil belajar

 Siswa untuk menyampaikan pendapatnya tentang

(60)

Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu pembelajaran yang telah diikuti. (refleksi)

 Guru melakukan penilaian hasil belajar.

 Guru memberikan motivasi pada siswa agar rajin belajar  Guru mengakhiri pembelajaran dengan berdo’a

kemudian mengucap salam

3. Melaksanakan pengamatan (observing)

Tahap pengamatan ini, beberapa hal yang harus dilakukan peneliti adalah mengumpulkan data proses dan hasil belajar yang selanjutnya diolah dan dianalisis. Data tersebut diperoleh dengan cara antara lain:

a) Mengamati aktivitas guru selama proses pembelajaran. Data ini diperoleh dari hasil pengamatan yang dilakukan guru kolaborasi dengan menggunakan lembar observasi guru.

b) mengamati aktivitas peserta didik selama proses pembelajaran. Data ini diperoleh dari hasil pengamatan guru kolaborasi dengan menggunakan lembar observasi peserta didik.

(61)

4. Melakukan refleksi (reflecting)

Pada tahap ini yang harus dilakukan peneliti adalah: a) Mencatat hasil observasi

b) Mengevaluasi hasil observasi c) Menganalisis hasil pembelajaran

d) Mencatat kelemahan dan kelebihan untuk dijadikan bahan penyusun rancangan siklus berikutnya, sampai tujuan PTK dapat dicapai

Setelah ditemukan kekurangan-kekurangan pada siklus I, maka perlu dilakukan siklus selanjutnya guna memperbaiki kekurangan-kekurangan pada siklus I.

SIKLUS II

Siklus II merupakan pengulangan dari siklus I dengan melakukan perbaikan dari masalah yang ada pada siklus I. Siklus II meliputi:

1) Perencanaan (planning)

a) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran berdasarkan pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan masalah

b) Mengembangkan tindakan dari siklus I

(62)

d) Mempersiapkan alat dan sumber pembelajaran. Pada siklus I, gambar persoalan faktual diberikan oleh guru dan setiap kelompok mendapatkan pembahasan yang sama. Sedangkan pada siklus II, siswa diminta untuk mencari sendiri persoalan- persoalan faktual dari surat kabar, majalah, atau internet.

e) Mempersiapkan instrumen penilaian untuk mengukur keterampilan berbicara siswa pada materi kalimat tanggapan bahasa Indonesia.

2) Tindakan (acting)

Melaksanakan pembelajaran Bahasa Indonesia materi kalimat tanggapan terhadap persoalan faktual dengan mengunakan strategi Time

Token sesuai hasil refleksi pada rencana pelaksanaan pembelajaran siklus I.

[image:62.595.113.520.194.653.2]

Pada tahap ini, peneliti melakukan perbaikan untuk mengatasi kekurangan-kekurangan pada siklus I. Di bawah ini adalah RPP selama pembelajaran dalam siklus II

Tabel 3.2

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II

Deskripsi Kegiatan Alokasi

Waktu Kegiatan Pendahuluan

 Guru memberi salam dan mengajak siswa berdo’a bersama.

 Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi lembar

(63)

Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan

tempat duduk siswa disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.

 Guru memberikan motivasi dengan menggunakan ice

breaking dengan “ tepuk warna”. Dengan peraturan jika

tepuk merah ( tepuk satu kali), kuning ( tepuk 2 kali), hijau ( tepuk 3 kali), dan jika tepuk biru ( tidak boleh

tepuk) ” untuk membangkitkan semangat belajar siswa.

 Guru memberikan apresepsi

 Guru menginformasikan materi yang akan dibelajarkan yaitu tentang ” Tanggapan terhadap Persoalan Faktual”dengan menuliskan pada papan tulis.

 Guru menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa. Kegiatan Inti

Eskplorasi

 Guru mejelaskan materi kalimat tanggapan terhadap persoalan faktual.

 Guru memberikan kesempatan siswa untuk bertanya  Guru menjelaskan teknik permainan Time Token Elaborasi

 Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang setiap kelompok terdiri dari 4 sampai 5 siswa.

 Setiap kelompok diberi tugas untuk mencari sebuah berita tentang persoalan faktual dari koran atau majalah pada hari sebelumnya.

 Kemudian guru menyediakan lembar kerja..

(64)

Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu  Siswa berdiskusi untuk mengerjakan lembar kerja.

 Guru memberikan sejumlah kupon berbicara dengan waktu ± 30 detik per kupon pada tiap siswa.

Konfirmasi

 Guru menunjuk salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Dalam menunjuk, guru melakukan permainan ”tembak burung”. Dengan aturan, jika siswa tertembak sebanyak satu kali tembakan maka siswa harus mengepakkan kedua tangannya seperti burung, sedangkan jika dua kali tembakan maka siswa harus mengepakkan tangan

sambil berkata ” tidak kena 2x” . Jika siswa yang tertembak tidak melakukan sesuai instruksi, maka ia harus mewakili kelompoknya untuk mempresentasikan hasil diskusinya.

 Siswa dari kelompok lain dapat menggunakan kupon berbicara pada saat memberikan komentar baik berupa pujian, kritikan, maupun saran untuk memecahkan persoalan yang disampaikan. Sebelum berbicara, siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu pada guru. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tidak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.

Kegiatan Penutup

 Guru bersama siswa bertanya jawab tentang materi yang

(65)

Deskripsi Kegiatan Alokasi Waktu telah dipelajari untuk mengetahui hasil ketercapaian

materi. ( penguatan)

 Guru bersama-sama siswa membuat kesimpulan / rangkuman hasil belajar

 Siswa untuk menyampaikan pendapatnya tentang pembelajaran yang telah diikuti. (refleksi)

 Guru melakukan penilaian hasil belajar.

 Guru memberikan motivasi pada siswa agar rajin belajar  Guru mengakhiri pembelajaran dengan berdo’a

kemudian mengucap salam

3) Pengamatan (observing)

a) Mengamati perilaku siswa-siswi dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pada siklus II

b) Memantau kegiatan diskusi siswa-siswi ketika pembelajaraan berlangsung c) Mengamati keterampilan berbicara siswa dengan memperhatikan

kelancaran berbicara, keruntutan berbahasa, pemilihan kata ( diksi), serta kesantunan berbahasa siswa materi kalimat tanggapan pada siklus II

4) Refleksi (reflection)

(66)

model Time Token pada materi kalimat tanggapan, mulai dari siklus I sampai siklus II.

E.Data dan Cara Pengumpulanya 1. Data

Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik yang berupa fakta ataupun angka. Dari sumber SK Menteri P dan K No. 0259/U/1977 disebutkan bahwa data adalah segala fakta dan angka yang dapat dijadikan bahan untuk menyusun suatu informasi4. Dalam penelitian ini diperoleh dua jenis data, yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

a. Data Kualitatif, yaitu data berupa informasi berbentuk kalimat, deskriptif kualitatif, dokumen pribadi, ucapan dan tindakan reponden, dokumen dan lain – lain.5 Data yang diperoleh peneliti memberikan gambaran tentang kegiatan pembelajaran siswa kelas VA MI Darun Najah Kwangsan Sedati Sidoarjo dengan model pembelajaran Time Token yang berkaitan dengan tingkat keterampilan berbicara siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia materi kalimat Tanggapan dengan memperhatikan kelancaran berbicara, keruntutan berbahasa, pemilihan kata ( diksi), serta kesantunan berbahasa, aktifitas siswa dalam mengikuti proses

4

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2010), 161.

5

(67)

pembelajaran, perhatian, antusias dalam pembelajaran, dan kepercayaan diri dalam belajar.

b. Data kuantitatif (nilai hasil belajar yang berbentuk angka) dapat dianalisis secara kuantitatif, hasil pengukuran variabel yang dioperasionalkan dengan menggunakan instrumen. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis statistik deskriptif. Yaitu mencari nilai rata – rata dan prosentase keberhasilan belajar siswa kelas VA MI Darun Najah Kwangsan Sedati Sidoarjo dengan model pembelajaran Time Token.

2. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.6 Beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut:

a) Wawancara

Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal yang bertujuan untuk memperoleh informasi, seperti melakukan percakapan.7 Wawancara ini digunakan untuk memperoleh data tentang peningkatan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, serta

6

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R &D (Bandung: Alfabeta, 2007), 224. 7

(68)

menemukan kesulitan yang dihadapi guru selama proses pembelajaran berlangsung.

b) Observasi

Observasi adalah salah satu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengetahui berbagai fenomena, baik dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu.8 Observasi ini dipergunakan untuk mengetahui data tentang aktivitas siswa dan guru yang dilaksanakan oleh peneliti melalui lembar observasi.

c) Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode untuk memperoleh data melalui penelitian terhadap benda-benda atau hal-hal yang tertulis.9 Dalam penelitian ini metode dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data-data yang ada pada lembaga sekolah sebagai data penunjang yaitu tentang profil MI Darun Najah Kwangsan Sedati Sidoarjo, visi dan

Gambar

 Gambar 3.1
  Tabel 3.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
gambar tentang persoalan faktual
 Tabel 3.2
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kegiatan yang berbentuk kelompok pengembangan menurut Mikkelsen (2003: 97), memiliki beberapa tujuan antara lain: (1) tujuan utama kegiatan partisipasi adalah agar

[r]

Berdasarkan hasil analisis regresi logistik dengan tingkat signifikansi 5%, maka hasil penelitian ini menyimpulkan: (1) current ratio mempunyai pengaruh dalam memprediksi

Selanjutnya berdasarkan hasil pengumpulan / inventarisasi sanggahan / keberatan yang disampaikan kepada Panitia, Pejabat Pembuat Komitmen / Kuasa Pengguna Anggaran

Selanjutnya berdasarkan hasil pengumpulan / inventarisasi sanggahan / keberatan yang disampaikan kepada Panitia, Pejabat Pembuat Komitmen / Kuasa Pengguna Anggaran

yang menjadi tujuan strategic setiap pimpinan perusahaan. Dilihat dari penjelasan di atas yang menjadi tujuan utama dari masalah produktivitas ini adalah bagaimana mencapai

Hasil analisis laporan keuangan tersebut akan memperlihatkan kinerja perusahaan yang menghasilkan rasio, yang menunjukkan hasil secara lebih baik dari pada hanya dengan

nomor 20/2003, Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk taman kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang