PENGARUH KETOKOHAN KYAI TERHADAP PEMBENTUKAN IDEOLOGI SANTRI PUTRA DI PONDOK PESANTREN HAJI YA’QUB
LIRBOYO KEDIRI
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
(S.I.Kom.) Dalam Bidang Ilmu Komunikasi
Oleh: AMDI KUSUMA
NIM. B06208047
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
▸ Baca selengkapnya: kyai haji dahlan salim zarkasyi
(2)(3)(4)(5)
ABSTRAK
Amdi Kusuma : “PENGARUH KETOKOHAN KYAI TERHADAP
PEMBENTUKAN IDEOLOGI SANTRI PUTRA DI PONDOK PESANTREN HAJI YA’QUB LIRBOYO KEDIRI”
Kata Kunci : Kyai, Santri, dan Ideologi.
DAFTAR
ISI
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
E. Definisi Operasional ... 9
F. Hipotesa ... 10
J. Teknik Penentuan Subjek Penelitian ... 21
1. Populasi ... 21
2. Teknik Sampling ... 21
3. Sampel ... 22
K. Teknik Instrumen dan Pengumpulan Data ... 23
1. Teknik Pokok ... 23
2. Teknik Penunjang... 24
L. Teknik Analisa Data ... 25
BAB II: LANDASAN TEORI ... 29
A. Pengertian Kyai ... 29
B. Ciri-Ciri Kyai ... 32
C. Pengertian Santri ... 36
D. Ketokohan Kyai Terhadap Santri ... 38
BAB III: HASIL PENELITIAN ... 41
A. Obyek Penelitian ... 41
1. Sejarah Pondok Pesantren ... 41
2. Letak Geografis ... 44
3. Kegiatan Pondok ... 44
4. Susunan Pengurus Pondok ... 47
5. Tradisi Salaf Dalam Kajian Pondok ... 50
B. Deskripsi Data Penelitian ... 54
a) Uji Validitas dan Uji Realibilitas ... 54
b) Perolehan Data Angket ... 58
BAB IV: PENGUJIAN HIPOTESIS ... 66
a) Pengujian Hipotesis ... 66
b) Analisis Hasil Penelitian ... 73
BAB V: PENUTUP ... 76
A. Kesimpulan ... 76
B. Rekomendasi ... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 79
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Agama pada umumnya dan Islam pada khususnya dewasa ini semakin
dituntut peranannya untuk menjadi pemandu dan pengarah kehidupan manusia
agar tidak terperosok pada keadaan yang merugikan dan menjatuhkan
martabatnya sebagai makhluk yang mulia. Dalam situasi dunia yang semakin
global seperti sekarang ini, manusia semakin dihadapkan kepada berbagai
tantangan, disamping peluang dan kesempatan. Dalam keadaan yang
demikian, dijumpai adanya manusia yang berhasil menyikapi kehidupan
global tersebut secara lebih bermakna dan berdaya guna, tetapi ada juga yang
tidak tahu arah yang harus dituju.
Dalam situasi global, agama diharapkan dapat memberikan jawaban
terhadap berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan masalah sosial,
ekonomi, politik, keamanan, kemakmuran, dan lain sebagainya. Hal ini karena
diyakini bahwa agama mengandung nilai-nilai universal dan absolut (mutlak)
bisa memberikan resep-resep mujarab yang tidak ada habisnya. Namun
demikian, untuk mencapai pada keadaan yang mana agama mampu
bersentuhan dengan berbagai persoalan aktual yang berkaitan dengan berbagai
dimensi kehidupan tersebut, diperlukan pendekatan-pendekatan baru yang
lebih relevan. Dalam kaitan itu, agama tidak cukup dipahami dari satu
2
dan dianalisis dengan menggunakan berbagai pendekatan yang komprehensif,
aktual dan integral. Seseorang yang ingin memahami agama dalam
hubungannya dengan berbagai persoalan tersebut perlu melengkapi diri
dengan ilmu-ilmu selain ilmu agama.1
Selama ini, jalan yang masih umum dan lazim dilalui untuk memahami
ajaran agama Islam yaitu dengan jalan menempuh pendidikan agama di
pesantren. Hal ini sangat wajar karena selama ini pesantren memang berhasil
menciptakan insan-insan yang agamis dan berkiprah dalam kehidupan
masyarakat. Selain pendidikan agama yang lengkap dan sistematis, peran kyai
sebagai pengasuh pondok pesantren juga sangat mempengaruhi tingkah laku
para santri, baik didalam lingkungan pondok pesantren itu sendiri maupun di
lingkungan masyarakat. Hal ini menunjukkan betapa alimnya seorang kyai
sehingga bisa mendidik dan mengarahkan para santri, baik dalam memahami
ajaran agama Islam maupun dalam menerapkan ilmu agama untuk diri sendiri,
keluarga, dan masyarakat.
Pemahaman tentang pondok pesantren sebagai lambang pendidikan
Islam tradisional dapat dilihat dari berbagai sudut. Berdasarkan tinjauan
sosiologis, arah perkembangan pondok pesantren sering kali ditentukan oleh
perkembangan masyarakat, bukan hanya oleh pesantren sebagai subkultur
yang menyangkut seluk-beluk tradisi dan keyakinan masing-masing anggota
3
masyarakat pesantren.
Bagi masyarakat Jawa, pondok pesantren di bawah kepemimpinan
seorang kyai dengan segala atributnya menduduki posisi strategis. Pesantren
mendapat desakan yang amat besar dan mampu menembus dinding kehidupan
masyarakat.
Keberadaan dan popularitas pondok pesantren bahkan dimitoskan oleh
karisma kyai dengan dukungan para santri yang tersebar di kehidupan
masyarakat.2 Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk
mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran
Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman
perilaku sehari-hari. Istilah “tradisional” disini diartikan bahwa pesantren
telah ada sejak ratusan tahun yang lalu, bukan “tradisional” dalam arti tetap
tanpa mengalami penyesuaian.3 Pondok pesantren adalah sebuah asrama
pendidikan tradisional dimana para santrinya semua tinggal bersama dan
belajar di bawah bimbingan guru yang lebih di kenal dengan sebutan kyai dan
mempunyai asrama untuk tempat menginap para santri. Santri tersebut berada
dalam komplek yang juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk
belajar dan kegiatan keagamaan lainnya. Komplek ini biasanya dikelilingi
oleh tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri sesuai
dengan peraturan yang berlaku. Pesantren adalah bagian penting kehidupan
2Ibid, hlm. 39-40.
4
kyai karena pesantren merupakan tempat dimana kyai mengembangkan ajaran
dan pengaruhnya melalui pengajaran.4
Kyai merupakan elemen yang esensial dari suatu pesantren. Bahkan
sebagai pendirinya. Dengan demikian, sudah sewajarnya apabila pertumbuhan
suatu pesantren semata-mata bergantung pada kemampuan kyainya.5
Kebanyakan kyai beranggapan bahwa suatu pesantren dapat diibaratkan
sebagai kerajaan kecil tempat kyai menjadi sumber mutlak dari kekuasaan dan
kemenangan (power and authority) dalam kehidupan lingkungan pesantren. Tidak ada seorang santri atau orang lain yang dapat melawan kekuasaan kyai
(dalam lingkungan pesantrennya) kecuali kyai lainnya yang lebih besar
pengaruhnya.
Para santri selalu berharap dan berpikir bahwa kyai yang dianutnya
merupakan orang yang percaya penuh kepada dirinya sendiri (self-confident), baik dalam soal-soal pengetahuan Islam maupun dalam bidang kekuasaan dan
manajemen pesantren.6
Berbicara mengenai peran kyai dalam hal kepemimpinan, tidak akan
lepas dari tugas kyai dalam mengelola dan melakukan pengawasan (kontrol)
di pesantren sehingga wajar apabila pertumbuhan dan perkembangan suatu
pesantren tergantung pada kemampuan kepemimpinan pribadi kyai.
4Turmudi, Endang. 2004. Perselingkuhan kiai dan kekuasaan. Yogyakarta : LKIS. Hlm. 35. 5
Zamarkhasyari Dhofir, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES,1982), hlm. 55
5
Santri merupakan salah satu unsur penting dalam pesantren selain kyai
maupun ustadz. Santri adalah orang yang belajar di dalam pesantren. Santri
dalam kehidupan sehari-harinya juga harus senantiasa menyesuaikan dengan
pola dan gaya hidup di dalam pesantren serta mengikuti apa yang dititahkan
oleh seorang kyai. Alasan mengapa santri harus patuh terhadap kyai, karena
kyai merupakan sumber ilmu pengetahuan di pesantren serta penjaga moral
santri. Seorang kyai dapat melakukan apa saja termasuk memberi hukuman
kepada para santri apabila santri tersebut melanggar ketentuan-ketentuan yang
sudah dibuat oleh pesantren.
Kyai dan santri memiliki hubungan yang sangat akrab di dalam
lingkungan pesantren. Seorang kyai harus bisa menjadi suri tauladan bagi para
santri di dalam pesantren.Untuk itu kyai sangat berpengaruh dalam hal
pendidikan maupun tingkah laku. Dalam hal apapun kyai selalu menjadi
panutan bagi santri.
Martin Van Bruinessen7 menyatakan bahwa kiai memainkan peranan
yang lebih dari sekedar seorang guru. Dia bertindak sebagai seorang
pembimbing spiritual bagi mereka yang taat dan pemberi nasehat dalam
masalah kehidupan pribadi mereka, memimpin ritual-ritual penting serta
membacakan do’a pada berbagai acara penting. Banyak kiai Jawa yang juga
dipercaya mempunyai kemampuan penglihatan batin dan ilmu kesaktian
6
tertentu, mereka bertindak sebagai orang yang dapat melakukan penyembuhan
spiritual dan mengusir roh jahat, membuat jimat-jimat atau mengajarkan
berbagai teknik kekebalan tubuh
Ketaatan seorang santri terhadap kiainya, dapat dipandang sebagai
suatu manifestasi ketaatan mutlak yang dipandang sebagai ibadah. Dari sudut
perlakuan kepada kehidupan sebagai ibadah inilah kegiatan mencari ilmu
selama bertahun-tahun dapat dimengerti. Kecintaan terhadap ilmu
pengetahuan dan agama yang begitu kuat merupakan landasan untuk
memahami kehidupan yang serba ibadah ini. Kecintaan ini kemudian
dimanifestasikan dalam berbagai bentuk, termasuk penghormatan terhadap
diri alim ulama, ahli-ahli ilmu agama, kesediaan untuk berkurban, bekerja
keras untuk menguasai berbagai pengetahuan, dan kesediaan untuk
mengembangkannya dalam lembaga yang sama, tanpa memperdulikan
rintangan dan hambatan yang bakal mereka hadapi. Kecintaan terhadap
pengetahuan agama ini juga dapat dibuktikan dengan kesediaan seorang santri
untuk mengaji pada kiai secara berlama-lama, serta ketekunannya dalam
mendalami suatu tingkatan ilmu.8
Selain nilai serba ibadah dan cinta ilmu masih ada lagi suatu nilai yang
banyak mempengaruhi kehidupan seorang santri, yaitu keikhlasan.
Melaksanakan sepenuhnya apa yang diperintahkan kiai, tanpa rasa sungkan
7
dan berat, merupakan bukti utama keikhlasan. Begitu pula pengabdian
seorang kiai untuk mengembangkan lembaga pendidikan yang dikelolanya
tanpa memperhatikan kepentingan pribadi, merupakan sikap ikhlas timbal
balik antara diri seorang santri dengan kiainya. Rangkuman nilai-nilai inilah
yang kemudian membentuk watak dunia pesantren, dimana mereka melihat
sesuatu tidak secara per-materi, tetapi materi itu disubordinasikan ke dalam
suatu nilai-nilai ilahiyah, yang kemudian secara tekun dilaksanakan dengan kerelaan dan tanpa rasa berat.
Pondok pesantren haji Ya’qub Lirboyo Kediri merupakan salah satu
pesantren yang memiliki kesamaan dengan pesatren- pesantren lain yang ada
di Indonesia, pola komunikasi santri dan kyai berjalan sebagaimana pada
umunya. Kyai menjadi panutan bagi santri dalam segala bentuk prilaku, mulai
dari cara bersikap, belajar ilmu, dan juga tentang cara pandang tentang
memahami agama.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada pengaruh ketokohan kyai terhadap pembentukan ideologi
santri putra di pondok pesantren haji Ya’qub Lirboyo Kediri?
2. Sejauh mana pengaruh ketokohan kyai terhadap pembentukan ideologi
8
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut di atas maka tujuan dari
penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh ketokohan kyai terhadap
pembentukan ideologi santri putra di pondok pesantren haji Ya’qub
Lirboyo Kediri.
2. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh ketokohan kyai terhadap
pembentukan ideologi santri putra di pondok pesantren haji Ya’qub
Lirboyo Kediri.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan
teori dan mengembangkan kajian tentang relasi kyai dan santri. Adapun secara
rincian dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai khasanah bacaan tentang “Pengaruh ketokohan Kyai terhadap
ideologi santri putra di pondok pesantren Haji Ya’qub Lirboyo
Kediri”.
b. Sebagai bahan acuan dibidang penelitian yang sejenisnya dan sebagai
pengembangan penelitian lebih lanjut.
2. Manfaat Praktis
9
a. Pondok
Penelitian ini nanti diharapkan akan mampu menambah wawasan
tentang berbagai macam perilaku santri dan pola hubungannya dengan
kyai.
b. Peneliti
Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman yang sangat
berguna dan menghadapi persoalan serupa serta memenuhi satuan kredit
semester yang harus ditempuh guna mengakhiri perkuliahan program S1.
E. Definisi Operasional
Untuk mempermudah pembahasan judul skripsi “Pengaruh
ketokohan Kyai terhadap ideologi santri putra di pondok pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kediri” penulis menegaskan istilah-istilah penting yang perlu dimengerti, sebagai berikut:
1. Pengaruh ketokohan Kyai : daya yang ada atau timbul dari seusatu (benda atau orang) yang ikut membentuk watak, kepercyaan atau perbuatan
seseorang.9Dan Ketokohan Kyai: adalah sebutan untuk yang dituakan atau
yang dihormati, selain itu kyai juga merupakan sebutan untuk para
ulama’.10 Sehingga pengaruh ketokohan kyai adalah melihat sejauh mana
peran kyai dalam mempengaruhi santri.
10
2. Ideologi Santri: Ideologi adalah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk
kelangsungan hidup; paham, teori dan tujuan yang merupakan satu
program.11 Sedangkan Santri adalah murid pesantren atau calon
rohaniawan Islam12. Dapat dapat dikatakan bahwa ideologi santri adalah
konsep bersistem yang dijadikan landasan oleh seorang murid di pesantren.
3. Pondok Pesantren Haji Ya’qub : ponpes haji Ya’qub adalah pondok pesantren yang didirikan oleh K.H ya’qub Bin Sholeh, adik ipar sekaligus
sahabat K.H. Abdul karim (Mbah Manab), dan K.H. Ma’ruf Kedunglo.
Sehingga dari uraian judul di atas dapat dijabarkan bahwa maksud dari
judul pengaruh ketokohan kyai terhadap ideologi santri adalah pengaruh
tindak tanduk seorang kyai serta ideologi terhadap murid atau santrinya di
pondok pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kediri.
F. Hipotesa Penelitian
Istilah hipotesis berasal dari kata “Hypo” yang artinya di bawah dan “Thesa” yang artinya kebenaran. Jadi hipotesa di bawah kebenaran atau kebenarannya masih perlu diuji lagi. Hipotesis adalah jawaban yang bersifat
11Wiiliam F. O’Neil, ideologi-ideologi Pendidikan, Omi Intan Naomi (terj.) (Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002), hlm 417.
11
sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang
terkumpul.13
Berdasarkan anggapan dasar tersebut di atas maka, hipotesis dalam
penelitian ini adalah:
1. Hipotesis Nihil (Ho) : “ tidak adanya Pengaruh ketokohan Kyai
terhadap ideologi santri putra di pondok pesantren Haji Ya’qub
Lirboyo Kediri”
2. Hipotesis Kerja (Ha) : “ada Pengaruh ketokohan Kyai terhadap
ideologi santri putra di pondok pesantren Haji Ya’qub Lirboyo
Kediri”
Jika (Ho) terbukti setelah diuji maka (Ho) diterima dan (Ha)
ditolak. Namun sebaliknya jika (Ha) terbukti setelah diuji maka
(Ha) diterima dan (Ho) ditolak.
G. Kerangka Teori
Kyai sebagai pimpinan pondok memiliki peranan yang sangat besar.
Kyai sebagai pimpinan harus bisa menjadi pembimbing dan suri tauladan bagi
santri dalam segala hal. Teori Hegemoni Gramsci (1891-1937)14adalah salah
satu teori politik paling penting abad XX. Teori ini dibangun di atas premis
13
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & B, (Bandung:Alfabeta, 2009), hlm. 159
12
pentinngnya ide dan tidak menutupinya kekuatan fisik belaka dalam kontrol
sosial politik. Hegemoni adalah kekuasan atau dominasi yang dipegang oleh
satu kelompok social atau perseorangan terhadap kelompok-kelompok sosial
lainnya. Hal ini mengacu pada “saling ketergantungan asimetris” dalam
hubungan politik, ekonomi, budaya di antara dan dikalangan negara-negara
kebangsaan.15
Istilah hegemoni berasal bahasa Yunani kuno yaitu ‘Eugemonia’. Sebagaimana yang dikemukakan Encylcopedia Britanica dalam prakteknya di Yunani, diterapkan untuk menunjukkan dominasi posisi yang diklaim oleh
negara-negara kota (polism atau citystates) secara individualis misalnya yang dilakukan oleh negara negara Athena dan Sparta terhadap negara-negara lain
yang sejajar.16
Jika dikaitkan pada masa kini, pengertian hegemoni menunjukan
sebuah kepemimpinan tertentu terhadap yang lainnya, yang berhubungan
secara longgar maupun secara ketat terintegrasi dalam suatu lingkup tertentu.
Adapun teori hegemoni yang dicetuskan Gramsci adalah:
“Sebuah pandangan hidup dan cara berpikir yang dominan, yang di dalamnya
sebuah konsep tentang kenyataan disebarluaskan dalam masyarakat baik
secara institusional maupun perorangan; (ideologi) mendiktekanseluruh cita
15
Siti Rumiyah, Jurnal “Hegemoni yang terjadi pada antar tokoh yang terjadi pada Novel Siddahrta”dalam http://arumshome.blogspot.com/2012/02/hegemoni-yang-terjadi-pada-antar-tokoh.html yang diunduh pada hari Minggu/20/April/2015 pukul 22.15 WIB.
13
rasa, kebiasaan moral, prinsip-prinsip religious dan politik, serta seluruh
hubungan-hubungan sosial, khususnya dalam makna intelektual dan moral.”17
Berdasarkan pemikiran Gramsci tersebut dapat dijelaskan bahwa
hegemoni merupakan suatu kekuasaan atau dominasi atas nilai-nilai
kehidupan, norma, maupun kebudayaan sekelompok masyarakat yang
akhirnya berubah menjadi doktrin terhadap kelompok lainnya dimana
kelompok yang didominasi tersebut secara sadar mengikutinya. Kelompok
yang didominasi oleh yang lain (penguasa) tidak merasa ditindas dan merasa
itu sebagai hal yang seharusnya terjadi.
Dengan demikian mekanisme penguasaan masyarakat dominan dapat
dijelaskan sebgai berikut: Kelas dominan melakukan penguasaan kepada kelas
bawah menggunakan ideologi. Masyarakat kelas dominan merekayasa
kesadaran masyarakat kelas bawah sehingga tanpa disadari, mereka rela dan
mendukung kekuasaan kelas dominan.
Hegemoni merupakan supermasi suatu kelompok melalui
kepemimpinan intelektual dan moral. Kontrol sosial dilakukan dengan
membentuk keyakinan kedalam norma yang berlaku. Hegemoni adalah
sebuah rantai kemenangan yang diraih melalui mekanisme konsensus dari
langsung melakukan mekanisme kekerasan atau penindasan sosial secara
langsung, ada berbagai cara yang dipakai semisal melalui institusi yang ada di
17Artikel “Hegemoni budaya”,jumat,11 September 2009,
14
masyarakat yang menentukan secara langsung struktur-struktur kognitif dari
masyarakat. Cara penaklukan kelompok secara keseluruhan lewat penanaman
norma, nilai serta budaya secara ideologis oleh kelas penguasa untuk
mempertahankan penguasaannya.18
Dengan menggunakan teori hegemoni akan dijelaskan, bagaimana
Kyai selalu menanamkan pengaruhnya kepada santri, tanpa ada potensi
konflik antara santri dan kyai maka bisa dikatakan bahwa hegemoni kyai
terhadap santri berjalan mulus. Dengan sadar atau tanpa sadar santri
mengikuti segala bentuk prilaku kyai, baik secara moral, kebudayaan maupun
ideologi.
Pola komunikasi yang digunakan oleh Kyai dalam memberikan
pengajaran kepada santri adalah dengan menggunakan jenis komunikasi
kelompok. Komunikasi kelompok adalah penyampaian pesan oleh seorang
komunikator kepada sejumlah komunikan untuk mengubah sikap, pandangan
atau perilakunya.19
Kyai dan santri memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain
dalam proses belajar mengajar di Pesantren, komunikasi harus dibangun sejak
awal. Kyai sebagai komunikator memiliki pengaruh yang sangat besar dalam
usaha merubah sikap dan tingkah laku santrinya.
18 Heru Hendarto, “Mengenal Konsep Hegemoni Gramsic” dalam Shinta Devi Ika SR, DinamikaUmat Klenteng Boen Bio Surabaya 1907-1967 (Skripsi Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Airlangga Surabaya:2003) hlm 14
15
Mastuhu menemukan dua pola komunikasi yang unik antara Kyai dan
santri, sebagaimana kepemimpinan sang kyai, dua pola komunikasi ini juga
terdapat diseluruh pesantren yang menjadi objek penelitiannya :
1. Pola komunikasi otoriter-paternalistik yakni pola komunikas antara atasan dan bawahan atau meminjam istilah James C. Scoot
yaitu patron-client relationship, dan tentunya dalam hal ini sang kyai menjadi pemimpin dan santri sebagai bawahan. Sebagai
bawahan sudah tentu peran partisipatif santri dan masyarakat
tradisional pada umunya sangat kecil untuk mengatakan tidak, dan
hal ini tidak bisa dipisahkan dari charisma seorang kyai, sehingga
hampir bisa dipastikan kebanyakan santri yang lulus dari pesantren
akan meniru watak atau perilaku kyai.
2. Pola komunikasi laissez faire yaitu pola komunikasi kyai dan santri yang tidak didasarkan pada tatanan organisasi yang jelas.
Semuanya didasarkan pada konsep ikhlas, barakah, dan ibadah
sehingga pembagian kerja antar unit tidak bisa dipisahkan secara
tajam. Seiring dengan itu selama memperoleh restu kyai maka
sebuah pekerjaan bisa dilaksanakan.20
16
Bagan.1.1
Bagan alur pengaruh ideology kyai terhadap santri
H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian Pengaruh Ketokohan
Kyai Terhadap Ideologi Santri Putra Di Pondok Pesantren Haji Ya’qub
Lirboyo Kediri adalah penelitian Kuantitatif.
Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menggunakan data berupa angka
sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang ingin
diketahui. Yaitu Pengaruh Ketokohan Kyai Terhadap Ideologi Santri Putra
Di Pondok Pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kediri. Kemudian angka-angka
yang terkumpul sebagai hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan
metode statistik.
Adapun alasan penggunaan penelitian ini adalah selain ingin
memperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan
antar variabel yang diteliti. Juga memberikan gambaran atau deskripsi
tentang suatu keadaan secara Objektif. yaitu mendiskripsikan data tentang KYAI
IDEOLOGI
17
Pengaruh Ketokohan Kyai Terhadap Ideologi Santri Putra Di Pondok
Pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kediri.
2. Model Penelitian
Model penelitian ini menggunakan model penelitian Korelasional, karena dari penelitian korelasional, peneliti hendak mendeteksi atau mencari
hubungan sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan
variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisiensi
korelasi.21
Untuk lebih jelasnya mengenai hubungan antara bebas (Independent
Variabel/X) dengan variabel terikat (Dependent Variabel /Y) dapat
digambarkan sebagai berikut:
X = Ketokohan Kyai.
Y = Ideologi Santri.
Dari model penelitian diatas, dapat diketahui bahwa variabel (X)
mempengaruhi variabel (Y), dari penelitian ini akan diketahui apabila
variabel X berpengaruh atau tidak terhadap variabel Y.
Adapun indikator untuk melihat pengaruh ketokohan kyai atau
variable X adalah:
a. Sejauh mana persepsi santri terhadap kyai
b. Sejauh mana keprcayaan santri terhadap kyai
21Saifuddin Azwar, MA., Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 5
18
c. Sejauh mana peniruan santri terhadap kyai
d. Sejauh mana fanatisme santri kepada kyai
Sedangkan untuk melihat indikator variable Y atau ideologi santri
adalah:
1. Sejauh mana pilihan aliran keagamaan santri
2. Fanatisme aliran keagamaan santri
3. Aplikasi dalam penampilan
I. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data
Jenis data yang dibutuhkan pada penelitian ini digolongkan menjadi dua
jenis yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.
a. Data Kuantitatif
Data kuantitatif yaitu data yang diukur dan dihitung secara langsung
dengan kata lain, data kuantitatif adalah data yang berupa angka, adapun
data yang tergolong data kuantitatif dalam penelitian ini adalah:
1) Data yang diperoleh dari hasil tes performa santri.
2) Data yang diperoleh dari hasil angket Pengaruh Ketokohan Kyai
Terhadap Ideologi Santri Putra Di Pondok Pesantren Haji Ya’qub
Lirboyo Kediri.
3) Jumlah santri putra di pondok pesantren haji Ya’qub Lirboyo
19
4) Kyai.
5) Jumlah pengajar atau ustadz di pondok pesantren haji Ya’qub.
6) Jumlah sarana prasarana pondok pesantren haji Ya’qub..
b. Data Kualitatif
Data kualitatif yaitu data yang dituangkan dalam bentuk laporan dan
uraian. Penelitian ini tidak menggunakan angka-angka dan statistik,
walaupun tidak menolak kuantitatif. Dalam hal ini yang termasuk data
kualitatif adalah :
1) Sejarah berdirinya pondok pesantren haji Ya’qub.
2) Letak geografis pondok pesantren haji Ya’qub..
3) Visi dan misi.
4) Struktur pondok pesantren haji Ya’qub..
5) Sarana dan prasarana.
Terhadap data yang bersifat kualitatif, yang digambarkan dengan
kata-kata atau kalimat dipisahkan menurut kategori untuk mendapatkan
kesimpulan. Sementara untuk data yang bersifat kuantitatif yang berupa
angka-angka yang dapat diukur dan dihitung dapat diproses dengan cara
prosentase dan mencari nilai rata-rata. Serta dijumlahkan, diklarifikasikan
20
2. Sumber Data
Sumber data adalah subjek atau tempat darimana data diperoleh. Menurut
sumbernya penelitian dibedakan menjadi sumber data primer dan sumber
data skunder.
a. Sumber data primer
Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek
penelitian dalam menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan
penelitian dan langsung ada subjek sebagai sumber informasi.22
Adapun
data-data yang diperlukan dan yang termasuk sumber data primer dalam
penelitian ini yaitu santri putra pondok pesantren haji Ya’qub..
b. Sumber data sekunder
Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh lewat pihak lain,
tidak secara langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitian,23
sumber data sekunder berwujud dokumentasi atau data laporan yang
tersedia.
21
J. Teknik Penentuan Subjek Penelitian a. Populasi
Menurut Dr. Suharsimi Arikunto, yang dinamakan populasi adalah
keseluruhan subjek penelitian.24
Populasi juga adalah merupakan
keseluruhan subjek penelitian (kelompok subjek) yang hendak dikenai
generalisasi hasil penelitian, dan suatu populasi harus memiliki cirri-ciri atau
karakteristik-karakteristik bersama yang membedakannya dari kelompok
subjek yang lain.25
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini
adalah para santri putra pondok pesantren haji Ya’qub jumlahnya 409 santri.
b. Teknik Sampling
Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk
menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat
berbagai teknik sampling yang digunakan.26
Adapun Teknik sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel
ini adalah Simple Random Sampling karena pengambilan anggota sampel
dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada
dalam populasi. Teknik simple random sampling dilakukan dengan cara
undian. Adapun cara pengundiannya yaitu membuat daftar nama semua
obyek, subyek yang menjadi bagian populasi dan diberi kode-kode bilangan.
24Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006), hlm. 130
25 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 108
22
Kode tersebut dituliskan pada kertas kecil, masing-masing digulung dan
dimaasukkan pada tempat tertutup. Dikocok dan diambil yang diperlukan.
Teknik Proportional Stratified Random Sampling digunakan bila populasi mempunyai anggota yang hiterogen dan berstrata secara
proporsional. Dalam penelitian ini populasi penelitian yaitu santri putra
pondok pesantren haji Ya’qub. Oleh karenanya perlu melakukan Sampling
random sebagai objek. Karena untuk menentukan berapa banyak sampel/kuota yang harus diteliti atau diambil dari populasi yang ada.
Menurut Suharsimi, apabila subjeknya kurang dari 100, maka dapat diambil
semua, tetapi apabila lebih dari 100 maka dapat diambil sampel antara
10-15% atau 20-25%. 27
c. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Kemudian untuk menentukan berapa banyak sampel yang
harus diteliti atau diambil dari populasi yang ada.28
Adapun sampel dalam penelitian ini adalah santri putra pondok
pesantren haji Ya’qub. Jumlah populasi dalam penelitian ini lebih dari 100,
maka penulis mengadakan penelitian sampel. Adapun sampel yang diambil
adalah dengan melakukan acak santri dari berbagai angkatan tahun masuk
pondok sebanyak 40 santri atau 10% dari jumlah santri.
23
K. Teknik Instrumen dan Pengumpulan Data
Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan
metode.29
Teknik pengumpulan data adalah cara atau teknik yang digunakan
penulis untuk mendapatkan data atau informasi yang dapat
dipertanggungjawabkan, kebenarannya sesuai dengan kenyataannya. 30
Adapun
teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini terdapat pada 2
kategori yaitu:
1. Teknik pokok
a. Metode angket
Angket atau questioner adalah metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden untuk dijawabnya.31
Angket ini digunakan penulis untuk mendapatkan data santri
pondok pesantren haji Ya’qub mengenai pengaruh ketokohan kyai.
Metode ini bertujuan untuk mengidentifikasi respon atau santri.
Dalam penelitiam ini, peneliti menggunakan angket berstruktur
dan tertutup supaya memudahkan responden dalam memilih jawaban
yaitu dengan menyiapkan pertanyaan yang sudah disesuaikan dengan
indikatornya serta menyuguhkan 3 pilihan jawaban kepada responden
diantaranya: a. selalu, b. sering, c. kadang-kadang.
29Suharsemi Arikunto, Managemen Penelitian, (Jakarta: Renika Cipta, 1995), hlm. 126 30Usman Husaini,dkk, Metedologi Penelitian Sosial…., hlm. 54
24
b. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara pengumpulan data mengenai hal-hal
berupa benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,
peraturan-peraturan notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.
2. Teknik penunjang
a. Metode Observasi
Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara
langsung ke objek penelitian dengan sistematika fenomena-fenomena
yang diselidiki, dalam arti luas observasi sebenarnya merupakan
pengamatan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi tidak
berstruktur karena peneliti tidak mempersiapkan secara sitematis apa
yang akan di observasi dalam artian peneliti tidak menggunakan instumen
yang disiapkan. Metode ini dilakukan untuk memperoleh data tentang
kondisi objektif sebagai berikut:
1) Sarana dan prasarana pondok pesantren haji Ya’qub..
2) Letak gedung pondok pesantren haji Ya’qub..
b. Metode wawancara
Metode wawancara adalah proses tanya-jawab lisan yang mana
dua orang atau lebih berhadapan secara fisik antara yang satu dengan
25
informasi yang berkenaan dengan tanggapan pendapat, perasaan,
harapan -harapan, atau mendapatkan informasi dengan cara bertanya
langsung kepada responden.
Dalam penelitian ini teknik wawancara akan digunakan untuk
menanyakan seputar sejarah berdirinya pondok, visi, misi dan beberapa
hal terkait lainnya.
L. Teknik Analisis Data
Untuk menjawab pertanyaanpada rumusan masalah digunakan metode
analisis deskriptif. Sebelum penulis menjabarkan hasil data secara korelasi product
moment, maka penulis menggunakan teknik analisis sebagai berikut.
Semua data-data yang berhasil dikumpulkan dari sumber -sumber
penelitian akan dibahas oleh penulis dengan menggunakan metode deskriptif
analisa, yaitu menjelaskan data -data yang diperoleh dengan menggunakan
perhitungan prosentase atau biasa disebut frekuensi relatif. untuk memperoleh
frekuensi relatif, digunakan rumus :
P = N
f X 100 %
f = frekuensi yang sedang dicari presentasinya
26
Sedangkan untuk pengukuran Pengaruh Ketokohan Kyai Terhadap
Ideologi Santri Putra Di Pondok Pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kediri dilakukan
dengan menggunakan skala likert dimana setiap item diberikan pilihan jawaban
alternatif sebagai berikut :
a. Sangat setuju c. Kurang setuju
b. Setuju
Adapun untuk mengetahui ada tidaknya Pengaruh Ketokohan Kyai
Terhadap Ideologi Santri Putra Di Pondok Pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kediri,
penulis menggunakan rumus korelasi product moment pearson. Adapun rumusnya
yaitu:
XY = Jumlah semua nilai perkalian variabel X dan Y
X2 = Jumlah semua nilai var. X kuadrat
Y2 = Jumlah semua nilai var. Y kuadrat
27
Dari hasil perhitungan product moment tersebut kemudian dikonsultasikan
dengan standart pengukuran sebagai berikut:
Tabel 3.1
Interpretasi terhadap rxy32 Besarnya “r”
Product Moment (rxy)
Keterangan
0,00-0,20 Antara variabel x dan variabel y
terdapat korelasi yang sangat rendah, korelasi ini diabaikan (dianggap tidak ada pengaruh)
0,20-0,40 Antara variabel x dan variabel y
terdapat pengaruh rendah
0,40-0,70 Antara variabel x dan variabel y
terdapat pengaruh sedang / cukup
0,70-0,90 Antara variabel x dan variabel y
terdapat pengaruh yang kuat atau tinggi
0,90-1,00 Antara variabel x dan variabel y
terdapat pengaruh sangat tinggi
M. Sistematika Pembahasan
Untuk dapat memberikan gambaran awal dari penyusunan skripsi ini,
perlu penulis ketengahkan sistematika pembahasan yang menunjukkan
susunan bab demi bab, sehingga dapat di lihat rangkaian skripsi yang
sistematis dalam pembahasan pokok uraian dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Bab pertama merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis
28
penelitian, definisi operasional, kerangka teori dan sistematika pembahasan.
Bab kedua berisikan tentang landasan teori yang didalmnya nanti akan
menjelaskan tentang pengertian kyai, santri, serta ideologi
Bab ketiga merupakan metode penelitian, bab ini terdiri dari; Jenis dan
model Penelitian. Jenis dan Sumber Data. Teknik Penentuan Subjek
Penelitian. Teknik Instrumen dan Pengumpulan Data. Analisis Data.
Bab keempat merupakan laporan hasil penelitian, bab ini terdiri dari :
Gambaran Umum Kondisi Objek Penelitian. Penyajian Data dan Analisis
Data.
Bab kelima merupakan penutup pada bab ini memberikan gambaran secara
jelas tentang kesimpulan dari seluruh pembahasan dari seluruh pembahasan
skripsi ini dan sekaligus memberikan saran-saran, dan dilengkapi daftar
29
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kyai
Kyai merupakan bagian terpenting di dalam pondok. Kepemimpinan
kyai sangat berpengaruh di dalam kehidupan suatu pondok pesantren. Kyai
adalah pimpinan sekaligus pemegang kendali dalam melaksanakan segala
kegiatan yang ada di dalam pondok. Kyai sebagai pimpinan merupakan sosok
yang kuat dan sangat disegani baik oleh Ustadz maupun santri sesuai dengan
pendapat Ziemek1
bahwa kepemimpinan kyai juga dapat digambarkan sebagai
sosok kyai yang kuat kecakapan dan pancaran kepribadiannya sebagai seorang
pimpinan pesantren, yang hal itu menentukan kedudukan dan kaliber suatu
pesantren. Sosok kyai sebagai pimpinan pondok merupakan gambaran bagi
santri dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas di dalam pondok terutama
dalam membentuk karakter mandiri santri.
Kyai dalam memimpin santri selalu memegang teguh sifat-sifat
Rosulullah sebagai seorang pemimpin. Pemimpin yang ideal adalah pemimpin
yang mencontoh dan menerapkan sifat-sifat Rosulullah kepada santri di dalam
pondok. Kyai memberikan contoh kepada santri seperti yang telah
dilaksanakan oleh Rosulullah. Dengan mendidik dan memberi contoh sifat
1 Ziemek, M,
30
Rosulullah, maka santri dapat meniru dan mencontoh apa yang telah
dilaksanakan oleh Kyai sebagai pimpinan pondok sesuai dengan pendapat
Bandura dalam buku Hall & Linzey2
bahwa subjek-subjek yang dibiarkan
mengamati serangkaian respon tak lazim yang dilakukan oleh orang lain
(model) cenderung melakukan respon- respon yang sama ini apabila
ditempatkan dalam situasi yang sama. Anak-anak dapat mempelajari
respon-respon baru hanya dengan mengamati orang lain. Kemandirian santri di dalam
pondok akan terbentuk dengan cara santri menerapkan apa yang telah
diajarkan kyai di dalam pondok. Kyai adalah orang yang memiliki ilmu
agama (Islam) plus amal dan akhlak yang sesuai dengan ilmunya.”3
Menurut
Saiful Akhyar Lubis, menyatakan bahwa ”Kyai adalah tokoh sentral dalam
suatu pondok pesantren, maju mundurnya pondok pesantren ditentukan oleh
wibawa dan kharisma sang kyai. Karena itu, tidak jarang terjadi, apabila sang
kyai di salah satu pondok pesantren wafat, maka pamor pondok pesantren
tersebut merosot karena kyai yang menggantikannya tidak sepopuler kyai
yang telah wafat itu”4
.
Menurut Abdullah ibn Abbas, kyai adalah orang-orang yang
mengetahui bahwa Allah SWT adalah Dzat yang berkuasa atas segala
2 Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner
Teori-Teori Sifat dan Behavioristik. (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1993), hlm 281.
3
Munawar Fuad Noeh dan Mastuki HS, Menghidupkan Ruh Pemikiran KH. Ahmad Siddiq, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 101
4 Saiful Akhyar Lubis,
31
sesuatu.5
Menurut Mustafa al-Maraghi, kyai adalah orang-orang yang
mengetahui kekuasaan dan keagungan Allah SWT sehingga mereka takut
melakukan perbuatan maksiat. Menurut Sayyid Quthb mengartikan bahwa
kyai adalah orang-orang yang memikirkan dan menghayati ayat-ayat Allah
yang mengagumkan sehingga mereka dapat mencapai ma͉rifatullah secara
hakiki.Menurut Nurhayati Djamas mengatakan bahwa “kyai adalah sebutan
untuk tokoh ulama atau tokoh yang memimpin pondok pesantren”6
Sebutan
kyai sangat popular digunakan di kalangan komunitas santri. Kyai merupakan
elemen sentral dalam kehidupan pesantren, tidak saja karena kyai yang
menjadi penyangga utama kelangsungan sistem pendidikan di pesantren,
tetapi juga karena sosok kyai merupakan cerminan dari nilai yang hidup di
lingkungan komunitas santri. Kedudukan dan pengaruh kyai terletak pada
keutamaan yang dimiliki pribadi kyai, yaitu penguasaan dan kedalaman ilmu
agama; kesalehan yang tercermin dalam sikap dan perilakunya sehari-hari
yang sekaligus mencerminkan nilai-nilai yang hidup dan menjadi ciri dari
pesantren seperti ikhlas, tawadhu͉, dan orientasi kepada kehidupan ukhrowi
untuk mencapai riyadhah.
5
Hamdan Rasyid, Bimbingan Ulama; Kepada Umara dan Umat (Jakarta: Pustaka Beta, 2007), hal. 18
6Nurhayati Djamas,
32
Sedangkan kyai, menurut Zamakhsyari Dhofier7
merupakan gelar
yang diberikan oleh masyarakat kepada ahli agama Islam yang memiliki atau
menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab klasik kepada para
santrinya. Di Jawa Barat mereka disebut ajengan. Di Jawa Tengah dan Jawa
Timur, ulama yang memimpin pesantren disebut kiai. Di Indonesia sekarang,
banyak juga ulama yang cukup berpengaruh di masyarakat juga mendapat
gelar “kiai” walaupun mereka tidak memimpin pesantren. Gelar kiai biasanya
dipakai untuk menunjuk para ulama dari kelompok Islam tradisional.
Para kiai dengan kelebihan pengetahuannya dalam Islam, seringkali
dilihat sebagai orang yang senantiasa dapat memahami keagungan Tuhan dan
rahasia alam, hingga dengan demikian mereka dianggap memiliki kedudukan
yang tidak terjangkau, terutama oleh kebanyakan orang awam. Dalam
beberapa hal, mereka menunjukkan kekhususan mereka dalam bentuk pakaian
yang merupakan simbol kealiman yaitu kopiah dan surban8
.
B. Ciri – Ciri Kyai
Menurut Munawar Fuad Noeh menyebutkan ciri-ciri kyai diantaranya yaitu:
1. Tekun beribadah, yang wajib dan yang sunnah
2. Zuhud, melepaskan diri dari ukuran dan kepentingan materi duniawi
3. Memiliki ilmu akhirat, ilmu agama dalam kadar yang cukup
7Zamakhsyari Dhofier,
Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1982) hlm, 55.
33
4. Mengerti kemaslahatan masyarakat, peka terhadap kepentingan umum
5. Dan mengabdikan seluruh ilmunya untuk Allah Swt, niat yang benar
dalam berilmu dan beramal.9
Sedangkan Menurut Imam Ghazali membagi ciri-ciri seorang Kyai
diantaranya yaitu :10
1. Tidak mencari kemegahan dunia dengan menjual ilmunya dan tidak
memperdagangkan ilmunya untuk kepentingan dunia. Perilakunya
sejalan dengan ucapannya dan tidak menyuruh orang berbuat kebaikan
sebelum ia mengamalkannya.
2. Mengajarkan ilmunya untuk kepentingan akhirat, senantiasa dalam
mendalami ilmu pengetahuan yang dapat mendekatkan dirinya kepada
Allah SWT, dan menjauhi segala perdebatan yang sia-sia.
3. Mengejar kehidupan akhirat dengan mengamalkan ilmunya dan
menunaikan berbagai ibadah.
4. Menjauhi godaan penguasa jahat
5. Tidak cepat mengeluarkan fatwa sebelum ia menemukan dalilnya dari
Al-Qur͉an dan As-Sunnah.
6. Senang kepada setiap ilmu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Cinta kepada musyahadah (ilmu untuk menyingkap kebesaran
9
Munawar Fuad Noeh dan Mastuki HS, Menghidupkan Ruh Pemikiran KH. Ahmad Siddiq, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 102.
10Hsubky, Badruddin,
34
Allah SWT), muraqabah (ilmu untuk mencintai perintah Allah dan
menjauhi larangan-Nya), dan optimis terhadap rahmat- Nya.
7. Berusaha sekuat-kuatnya mencapai tingkat haqqul-yaqin
8. Senantiasa khasyyah kepada Allah, takzim atas segala kebesaran- Nya,
tawadhu͉, hidup sederhana, dan berakhlak mulia terhadap Allah
maupun sesamanya.
9. Menjauhi ilmu yang dapat membatalkan amal dan kesucian hatinya.
10. Memiliki ilmu yang berpangkal di dalam hati, bukan di atas kitab. Ia
hanya taklid kepada hal-hal yang telah diajarkan Rasulullah saw.
Di samping kita mengetahui beberapa kriteria atau ciri-ciri
seorang kyai diatas, adapun tugas dan kewajiban kyai, Menurut
Hamdan Rasyid bahwa kyai mempunyai tugas di antaranya adalah :11
Pertama, Melaksanakan tablikh dan dakwah untuk
membimbing umat. Kyai mempunyai kewajiban mengajar, mendidik
dan membimbing umat manusia agar menjadi orang-orang yang
beriman dan melaksanakan ajaran Islam.
Kedua, Melaksanakan amar ma͉ruf nahy munkar. Seorang
kyai harus melaksanakan amar ma͉ruf dan nahy munkar, baik kepada
rakyat kebanyakan (umat) maupun kepada para pejabat dan penguasa
35
Negara (umara), terutama kepada para pemimpin, karena sikap dan
perilaku mereka banyak berpengaruh terhadap masyarakat.
Ketiga, Memberikan contoh dan teladan yang baik kepada
masyarakat. Para kyai harus konsekwen dalam melaksanakan ajaran
Islam untuk diri mereka sendiri maupun keluarga, saudara-saudara,
dan sanak familinya. Salah satu penyebab keberhasilan dakwah
Rasulullah SAW adalah karena beliau dapat dijadikan teladan bagi
umatnya.
Keempat, Memberikan penjelasan kepada masyarakat
terhadap berbagai macam ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur͉an
dan al- Sunnah. Para kyai harus menjelaskan hal-hal tersebut agar
dapat dijadikan pedoman dan rujukan dalam menjalani kehidupan.
Kelima, Memberikan Solusi bagi persoalan-persoalan umat.
Kyai harus bisa memberi keputusan terhadap berbagai permasalahan
yang dihadapi masyarakat secara adil berdasarkan al-Qur͉an dan
al-Sunnah.
Keenam, Membentuk orientasi kehidupan masyarakat yang
bermoral dan berbudi luhur. Dengan demikian, nilai-nilai agama
Islam dapat terinternalisasi ke dalam jiwa mereka, yang pada akhirnya
mereka memiliki watak mandiri, karakter yang kuat dan terpuji,
36
menghormati sesama manusia. Jika masyarakat telah memiliki
orientasi kehidupan yang bermoral, maka mereka akan mampu
memfilter infiltrasi budaya asing dengan mengambil sisi positif dan
membuang sisi negatif.
Ketujuh, Menjadi rahmat bagi seluruh alam terutama pada
masamasa kritis seperti ketika terjadi ketidakadilan, pelanggaran
terhadap Hak asasi manusia (HAM), bencana yang melanda manusia,
perampokan, pencurian yang terjadi dimana-mana, pembunuhan,
sehingga umat pun merasa diayomi, tenang, tenteram, bahagia, dan
sejahtera di bawah bimbingannya.
C. Pengertian Santri
Santri adalah mereka yang dengan taat melaksanakan perintah
agamanya, yaitu Islam. Dalam terminologi lain, kelompok ini juga sering
disebut sebagai „muslim ortodoks’. Di pihak lain, terdapat suatu kelompok
yang secara berbeda dengan kelompok „santri’, yaitu mereka yang disebut
sebagai kaum „abangan’. Menurut berbagai sarjana yang melakukan studi
tentang Islam di Indonesia, kelompok abangan adalah mereka yang lebih
dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya Islam pra-Islam, khususnya nilai-nilai
yang terkandung dalam mistisme Hindu atau Buddha.12
12 Bachtiar Effendi, “Nilai-nilai Kaum Santri” dalam M. Dawam Raharjo (ed),
37
Santri dalam pengertian umum adalah mereka yang memusatkan
perhatiannya pada doktrin Islam, khususnya penafsiran moral dan sosialnya.
Namun aplikasi terhadap tafsiran moral dan sosialnya mempunyai penekanan
yang berbeda-beda. Kaum santri Jawa, sebagaimana di daerah-daerah lain,
tidaklah terpusat pada suatu komunitas geografis tertentu. Kelompok ini
banyak tersebar di dua wilayah yang secara diametral berbeda, khususnya jika
dilihat dari perspektif kondisi sosial budaya, ekonomi, dan pandangan
masing-masing terhadap tradisi yang berkembang Dua wilayah yang berbeda
itu secara sederhana dapat disebut sebagai wilayah rural (desa) dan urban
(kota). Perbedaan sederhana yang dapat dikenakan pada dua kelompok ini
adalah, bahwa sifat kelompok santri „modernis͉ (kota) adalah „apologetik’
dalam artian bahwa Islam dianggap sebagai kode etik yang paling tinggi
untuk masyarakat modern. Islam sebagai doktrin sosial juga dapat dikenakan
pada kehidupan masyarakat modern. Sedangkan santri „tradisional͉ (desa),
sedikit tidak begitu menekankan aspek doktrinal. Karena itu bagi kelompok
santri tradisional ini, pandangan dan cara hidup mereka relatif lebih dekat
dengan kelompok abangan. Jika dibedakan dengan kelompok abangan, maka
secara keagamaan kelompok santri memandang dirinya lebih tinggi.13
38
Santri adalah santri yang belajar di pesantren, santri ini dapat
digolongkan kepada dua kelompok :14
1. Santri mukim, yaitu santri yang berdatangan dari tempat-tempat yang
jauh yang tidak memungkinkan dia untuk pulang kerumahnya, maka
dia mondok (tinggal) di pesantren. Sebagai santri mukim mereka
memiliki kewajiban-kewajiban tertentu.
2. Santri kalong, yaitu santri yang berasal dari daerah sekitar yang
memungkinkan mereka pulang ke tempat kediaman masing-masing.
Santri kalong ini mengikuti pelajaran dengan cara pulang pergi antara
rumahnya dengan pesantren.
D. Ketokohan Kyai Terhadap Santri
Kyai merupakan pemimpin tertinggi dalam pondok pesantren15
,
sedangkan santri adalah orang yang menimba ilmu pada kyai di pesantren.
Oleh karenanya pola komunikasi intens akan terjadi antara kyai dan santri.
Seorang santri akan mempelajari berbagai ilmu dari kyai, terlebih pada ilmu
agama, meskipun tidak menutup kemungkinan di era modern seperti sekarang
ini banyak para kyai yang juga mengajarkan ilmu- ilmu duniawi kepada
santri.
14Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995),
hlm. 143
15kata
39
Sehingga dalam berbagai hal, semua perilaku kyai dalam bentuk
apapun patut ditiru oleh santri, sifat tawadlu’ santri kepada kyai merupakan
salah satu bentuk tatacara menimba ilmu di pesantren. Terlebih dalam
pemikiran keagamaan, seorang santri akan cenderung meniru kyai. Bahkan
dalam cara pandang dalam melihat realita yang ada juga tak jarang santri
meniru kyai. Dalam hal ideologi seorang santri juga akan meniru kyai, sebagai
bentuk tawadlu’ dan taat kepada kyai. Menurut William F. O’neill dan juga
yang dikutip dalam buku Prof. Abu Achmadi dalam buku ideologi pendidikan
Islam “Ideologi adalah sistem yang dijadikan asas pendapat yang memberikan
arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup, ideologi sifatnya mengarah pada
aksi dan dalam pendidikan ideologi bermakna konsep cita-cita dan nilai-nilai
yang secara eksplisit dirumuskan, dipercaya dan diperuangkan16
Sedangkan kaitannya dengan pengaruh, menurut Gramsci
(1891-1937)17
hegemoni meruakan suatu kekuasaan atau dominasi atas nilai-nilai
kehidupan, norma, maupun kebudayaan sekelompok masyarakat yang
akhirnya berubah menjadi doktrin terhadap kelompok lainnya dimana
kelompok yang didominasi tersebut secara sadar mengikutinya. Kelompok
yang didominasi oleh yang lain (penguasa) tidak merasa ditindas dan merasa
itu sebagai hal yang seharusnya terjadi.
16
Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam (Paradigma Humanisme Teodentris), Pustaka Pelajar, 2005, hlm. 9.
17Nezar Patria,
40
Hegemoni merupakan supermasi suatu kelompok melalui
kepemimpinan intelektual dan moral. Kontrol sosial dilakukan dengan
membentuk keyakinan kedalam norma yang berlaku. Hegemoni adalah
sebuah rantai kemenangan yang diraih melalui mekanisme konsensus dari
langsung melakukan mekanisme kekerasan atau penindasan sosial secara
langsung, ada berbagai cara yang dipakai semisal melalui institusi yang ada di
masyarakat yang menentukan secara langsung struktur-struktur kognitif dari
masyarakat. Cara penaklukan kelompok secara keseluruhan lewat penanaman
norma, nilai serta budaya secara ideologis oleh kelas penguasa untuk
mempertahankan penguasaannya.18
Dalam hal ini bisa dilihat bagaimana Kyai selalu menanamkan
pengaruhnya kepada santri, tanpa ada potensi konflik antara santri dan kyai
maka bisa dikatakan bahwa hegemoni kyai terhadap santri berjalan mulus,
termasuk pengaruh dalam menanamkan ideologi yang diyakininya.
18 Heru Hendarto, “
41
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Subyek dan Lokasi Penelitian
1. Sejarah Pondok Pesantren Haji Ya’qub
Pondok Pesantren Haji Ya’qub adalah pondok pesantren yang
didirikan oleh KH. Ya’qub bin Sholeh, adik ipar sekaligus sahabat KH. Abdul
Karim (Mbah Manab) dan KH. Ma’ruf Kedunglo. Beliau adalah orang yang
diberi amanat oleh KH. Sholeh Banjarmlati (Ayahanda KH. Ya’qub) untuk
mendampingi Mbah Manab dalam menangani keamanan di Pon. Pes. Lirboyo
dan mendampingi Mbah Ma’ruf dalam menangani keamanan di Pon. Pes.
Kedunglo yang dikala itu masih angker dan banyak penjahat yang
mengganggu ketenangan pondok pesantren dan meresahkan para santri.
Perkembangan PPHY mulai tampak pada tahun 1978, santri yang ada di
PPHY ± sebanyak 60 orang dan pada waktu itu masih belum terbentuk
Himpunan Pelajar (HP) dan sistem pembayarannyapun masih langsung ke
Pondok Induk. Kegiatan ekstrakurikuler sebagai wadah kreativitas santri
(khithobah, dziba’iyah, tahlil dan cara berorganisasi) saat itu masih terkemas
dalam sebuah jam’iyyah yang bernama Jam’iyyah Ar-Rohmah Untuk
menampung santri yang terus bertambah maka dibangunlah asrama pertama
42
disebelah selatan ndalem K. Nur Muhammad. Sementara Himpunan Pelajar
baru berdiri pada tahun 1985 yang diketuai oleh Bapak Zumar M (Semarang).
Perkembangan selanjutnya berdiri pula jam’iyyah sholawat nariyah ba’da
Maghrib yang dipimpin olen Beliau K. Ihsan Bukhori (menantu Mbah
Ya’qub) dan pada tahun 1988 berdiri pula sholawatan setelah sholat jum’at
yang diprakarsai oleh Bapak. Nurul Mubin (Mojokerto). Perjalanan sejarah
berikutnya adalah dirintisnya Musyawarah Fathal Qorib di tahun 1992 oleh
Bpk. Lutfi.
Sementara di tahun 1993 perkembangan di tubuh PPHY adalah
berdirinya Madrasah Diniyah Haji Ya’qub yang dikepalai oleh Bpk. Widodo
Ahmad (Kediri) dan Sekretaris Bpk. Rosihin (Pekalongan). Tujuan
didirikannya MDHY ini adalah untuk menampung santri yang sekolah di luar
pesantren (sekolah formal) atau santri yang tidak bisa mengikuti Madrasah
Diniyah di Pondok Induk (MHM) disamping juga anak dari kampung.
Berawal dari 56 santri dan bertempat di kamar-kamar dan Mushalla, kegiatan
belajar mengajar pun dimulai dan lambat laun bertambahlah santri yang
mengais ilmu di madrasah ini hingga akhirnya saat ini mencapai 294 santri.
Di tahun 1994, Jam’iyyah di PPHY berkembang menjadi beberapa
wilayah yaitu, Jam’iyyah Kasbiyah (sekarang diganti Jam’iyyah Al
Anshoriyah), Jam’iyyah Futuhiyyah, Jam’iyyah Raudlatut Thalabah dan
Jam’iyyah Hablul Ukhuwah, pada tahun ini juga berdiri kegiatan istighotsah
43
penjagaan di lingkungan pondok juga mulai dibangun yang pada waktu itu
kepala keamanannya Bpk. Ahmad Hamim Umar (Sidoarjo) dan mulai
dilaksanakannya hukuman bagi yang melanggar peraturan berupa guyuran.
Sementara Musyawarah Gabungan Shugra (MGS) yang pesertanya siswa
ibtida’iyah MHM dan MDHY berdiri pada tahun 2000.
Sejak berdirinya PPHY, masyarakat sekitar pondok yang pada
awalnya merasa kurang menerima adanya komunitas pesantren
disekelilingnya, lambat laun menyadari akan urgennya sebuah pondok
pesantren, dengan bukti ada sebagian masyarakat yang ikut andil dalam
memajukan pondok pesantren. Diantaranya dengan mengikuti sekolah
madrasah diniyah di pondok pesantren, serta membantu kerja bakti di
lingkungan pondok. Dan dalam kurun 10 tahun sampai 2011 ini hubungan
masyarakat dengan keluarga besar PPHY semakin terjalin yang berdampak
semakin bertambahnya jumlah santri dan kemajuan-kemajuan di lingkungan
pondok.
Untuk menjalin kekerabatan dengan masyarakat luas dan sebagai syiar
pondok, PPHY juga ikut andil dalam berbagai event lomba. Terbukti pada
tahun 2008 juara I Festival Pencak Silat Pagar Nusa Tingkat Jatim, Juara I
lomba Lalaran di GNI Kediri, juara Favorit Festival Musik Islami Tradisional
di PP. Lirboyo, juara Favorit Lomba Pidato Bhs Arab Tingkat Kota Kediri.
Pada tahun 2009 juga juara II Festival Musik Islami di PP. Lirboyo dan juara
44
tahun 2011 ini delegasi PPHY meraih juara II cabang lomba Bola Volly Santri
yang diadakan oleh panitia peringatan satu abad Lirboyo.
2. Letak Geografis
Secra demografis pondok pesantren Haji Ya’qub beralamtkan di Kota
Kediri 64101 Telp. (0354) 772118 yakni Jl. KH. Abdul Karim Rt. 02 Rw. 01
Lirboyo Mojoroto Kota Kediri, berada dalam geografis sebagai berikut:
a. Sebelah barat berbatasan dengan rumah Bapak Asy’ari
b. Sebelah selatan berbatasan dengan mushalla kampong.
c. Sebelah timur berbatasan dengan persawahan
d. Sebelah utara berbatasan dengan jalan KH. Abdul Karim
3. Kegiatan Pondok
a. Pengajian Al - qur’an
Adalah kegiatan yang wajib diikuti oleh santri yang masih tingkat
Ibtida’iyah MDHY/MHM dan Tsanawiyah MDHY selain santri yang
mengaji di MMQ Induk. Jenjang pendidikannya dimulai dari tingkat
Ula (dasar), Wustha (menengah) dan Ulya (atas). Jenjang Ula dan
Wustha ditempuh selama satu semester sedangkan tingkat Ulya
sampai khatam Al Qur’an Binnadhor . Untuk bisa naik ke tingkat
berikutnya maka siswa harus mengikuti ujian kenaikan tingkat tiap
semesternya. Adapun tenaga pengajarnya adalah ustadz-ustadz yang
telah menempuh pendidikannya di MMQ Induk. Kegiatan ini dimulai
45
siswa sekolah formal mempersiapkan diri untuk berangkat
sekolah/kuliah.
b. Musyawarah
Kegiatan yang berlangsung pada pukul 16.30-18.00 WIS merupakan
kegiatan wajib bagi siswa MDHY untuk mengkaji dan memperdalam
materi pelajaran yang telah disampaikan bapak pengajarnya. Kegiatan
ini dibagi menjadi tiga tahap ; muhafadhoh kelas (16.30-17.00 WIS),
musyawarah kelompok (17.00-17.30 WIS) dan meroisi atau presentasi
pelajaran (17.30-18.00 WIS).
c. Madrasah Diniyah Haji Ya’qub
Merupakan salah satu unit pendidikan yang ada di Pondok Pesantren
Haji Ya’qub yang diperuntukkan bagi santri yang sekolah formal dan
siswa dari luar pondok (Nduduk). Jenjang pendidikan mulai dari
I’dadiyah, Ibtida’iyyah (6 tahun), Tsanawiyah (3 tahun), dan Aliyah (3
tahun) . kurikulum yang diterapkan adalah sebagaimana kurikulum di
Madrasah Hidayatul Mubtadi-in (MHM) Induk dengan berbagai
penyesuiain dengan keadaan santri PPHY yang notabene merangkap
sekolah formal. Kegiatan ini dimulai pukul 19.00-21.00 WIS.
d. Jam’iyah
Sebuah kegiatan ekstrakurikuler yang ada di PPHY untuk melatih
mental dan kemampuan santri dalam berorganisasi. Diharapkan
46
tahlil, pidato (khithobah), khutbah jum’at, membaca
barjanzi/dziba’iyah, merawat mayit (tajhijul mayit) dan kegiatan
kemasyarakatan lainya. Kegiatan jam’iyyah ini dilaksanakan pada hari
kamis malam ju’mat mulai pukul 19.30-21.30 WIS. Ada tiga macam
jenis jam’iyyah yaitu jam’iyyah far’iyyah, wilayah, dan pusat.
Jam’iyyah far’iyyah adalah jam’iyyah yang lingkupnya mencakup
anngota kamar, sedangkan jam’iyyah wilayah adalah gabungan dari
beberapa jam’iyyah far’iyyah,dan jam’iyyah pusat adalah gabungan
dari jam’iyyah wilayah yang ada di pondok pesantren haji ya’qub.
e. Rebana
Merupakan wadah bagi para santri yang ingin menuangkan bakatnya
dalam seni sholawat. Kegiatan ini ditangani oleh Jam’iyyah Pusat
Ar-Rohmah. Grup rebana ini telah mampu menorehkan prestasi di tingkat
Karesidenan Kediri dengan menyabet beberapa tropy tetap maupun
bergilir.
f. Pencak silat
Kegiatan ekstrakurikuler untuk melatih kekuatan fisik sebagai bekal
berjuang di masyarakat di samping untuk menjaga kesehatan. Sesuai
dengan ciri Pondok Pesantren Lirboyo, maka pencak silat yang
berkembang di HY adalah Pencak Silat Pagar Nusa yang beraliran
Cimande. Beberapa kali peserta didiknya dikirimkan untuk mengikuti
47
g. Seni baca Al-Qur’an
Adalah ekstrakurikuler yang diadakan pada hari Jum’at pada pukul
16.30-18.00 WIS untuk melatih para santri dalam seni membaca Al
Quran.yang sewaktu-waktu didelegasikan pada lomba MTQ. Dengan
bekal kegiatan ini, diharapkan para santri dapat mengembangkan
ilmu-ilmu Al Qur’an utamanya tentang ilmu-ilmu qiroat.
h. Istigosah
Kegiatan istighotsah mingguan yang dilaksanakan oleh semua santri
sesuai dengan jadwal masing-masing kamar. Diharapkan para santri
terlatih untuk senantiasa mendekatkan diri sebagai benteng spiritual
ketika mereka kembali ke desa masing-masing.
i. Sorogan kitab kuning
Merupakan kegiatan yang diperuntukkan bagi siwa MDHY dan siswa
ibtida’iyyah MHM guna memperdalam penguasaan cara membaca
kitab kuning yang benar. Kegiatan ini dilaksanakan pada malam Senin
dan Selasa pada pukul 21.30-23.00 WIS.
4. Susunan Pengurus Pondok Pesantren Haji Ya’qub
a. Pengasuh / Pelindung :
KH. Rofi’i Ya’qub
KH. Nur Muhammad Ya’qub
48
b. Dewan Harian :
Ketua I : Wildan Habibi
Ketua II : M. Habibi
Sekretaris I : Misbah Abidin
Sekretaris II : Maftuhin Zaini
Bendahara : M. Ainul Yaqin
Keuangan I : Darun Naja
Keuangan II : Ahmad Shodiqin
c. Dewan Pleno :
1. Seksi Pendidikan
Agus Abdul Harits AZ.
Asroni (Koord)
Imam Waliyuddin Ahmad (Wakil)
Wahib Rifa’i
Agus Makmun
M.Taufiq
Lukman Harun
Juwaini
Kholidin
M. Kholil
49
2. Seksi Keamanan
Agus In’am Musthofa
Yasir Arafat (Koord)
Hafidz Anwar (Wakil)
M. Khoiruddin
Abdul Aziz
Qorib Yunus
Nur Khozin
Hanifudin Zuhri
Rohanuddin
Rohmani
Arifin
3. Seksi PLP dan Pengairan
Agus Shobirin (Koord)
Joko Dwi Santoso
M. Taufiq
4. Seksi Kebersihan dan Pra Sarana
Irfan Fauzan (koord)
M. Mahrur
Mujib
Agus Salim
50
5. Seksi Humas Perweselan Dan Persidangan
Harun Mubarok (Koord)
Abdillah Ferdiansyah
M. Khoirul Anwar
d. Dewan Pleno Non Departemen
1. Seksi Jam’iyyah
Nailul Azmi
2. Seksi LBM
Syamsul Hadi
3. Seksi Pembangunan
Imam Faruq (Koord)
4. Seksi Istighotsah
M. Arifin (Koord)
5. Pengawas Sekolah Formal
Kholidin (Koord)1
5. Tradisi Salaf dalam Kajian Pondok
Zamachsyari Dhofier mengungkapkan pesantren salaf adalah lembaga
pesantren yang mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik
(salaf) sebagai inti pendidikan. Sedangkan sistem madrasah hanya
ditetapkan untuk memudahkan sistem sorogan yang dipakai dalam
1 http://www.lirboyo.net/pesantren/pondok-unit-lirboyo/ponpes-haji-yaqub-hy/ diunduh pada
51
lembaga-lembaga pengajian bentuk lama, tanpa mengamalkan pengajaran
pengetahuan umum.2
Demikian menurut penulis yang disebut denggan pesantren salaf
adalah sebuah kumpulan sistem, bangunan menyatu yang terdiri dari
tempat pengajian sementara atau tempat berdomisili santri masjid (Surau,
Musholla, Langgar), tempat belajar Kyai, santri dengan segala perangkat
yang ada itu terjadi interaksi belajar mengajar ilmu-ilmu agama Islam
dengan acuan pokok kajian-kajian kitab-kitab ilmu klasik melalui sistem
sorogan dan bandongan.
a. Sistem Sorogan
Kata sorogan berasal dari bahasa Jawa yang berarti sodoran atau
yang disodorkan. Atau mensorog-kan (mengajukan) sebuah kitab
kepada kyai untuk dibaca dihadapannya. Pelaksanaannya, bagi
santri yang telah siap maju, santri menunggu giliran untuk maju.
Kemudian kyai membacakan makna kitab yang diajarkan dan
santri menirukan dan sampai benar-benar lancar. Untuk keesokan
harinya santri mengulangi bacaan yang telah lalu sambil
mengajukan tambahan materi baru kepada kyai. Sistem pengajaran
ini bisa disebut sebagai proses belajar mengajar individual.
b. Sistem Bandongan
2Zamarkhasyari Dhofir, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta:
52
Di Jawa Timur membaurkan bandungan dengan weton. Istilah
bandungan banyak dikenal oleh orang Jawa Tengah. Sementara di
Sumatera istilah bandungan disamakan dengan halaqoh. Dalam
sistem bandungan, kitab yang diajarkan kyai (guru) hanya satu.
Kyai membacakan kitab dan semua santri dengan membawa kitab
yang sama mengabsahi dengan makna gandul atau memberi
catatan penting pada hal-hal tertentu. Peserta pengajian tidak
dibatasi jumlahnya. Orientasi pengajaran bandungan lebih
menekankan pada sisi kesadaran seorang santri dalam mengikuti
pengajian dengan pemahaman bahwa mengaji itu merupakan
kewajiban bagi mukallaf.
c. Sistem Wetonan
Weton berasal dari bahasa Jawa wetuanyang kemudian dibaca
weton artinya berkala atau berwaktu. Dalam sistem ini seorang
kyai membaca suatu kitab dalam waktu tertentu, sedangkan
santrinya membaca kitab yang sama, lalu santri mendengarkan dan
menyimak bacaan kyai. Yang membedakan dengan sistem
bandungan adalah penentuan waktu, biasanya pengajian
dilaksanakan sesudah sholat rowatib. Kitab yang diajarkan tidak
tentu, kadang-kadang tidak memakai kitab, bisa bersifat wejangan
53
d. Pengajaran Kitab Klasik
Kitab-kitab klasik biasanya dikenal dengan istilah kitab kuning
yang terpengaruh oleh warna kertas. Kitab-kitab itu ditulis oleh
ulama zaman dulu yang berisikan tentang ilmu keislaman seperti:
Fiqh, hadits, tafsir maupun tentang akhlak. Ada dua esensinya
seorang santri belajar kitab-kitab tersebut, di samping mendalami
isi kitab maka secara tidak langsung juga mempelajari bahasa Arab
sebagai bahasa kitab tersebut. Oleh karena itu seorang santri yang
telah tamat belajarnya di pesantren cenderung memiliki
pengetahuan bahasa Arab. Hal ini menjadi ciri seorang santri yang
telah menyelesaikan studinya di pondok pesantren, yakni mampu
memahami isi kitab dan sekaligus juga mampu menerapkan bahasa
kita tersebut menjadi bahasanya. Penggalian khazanah budaya
Islam melalui kitab-kitab klasik salah satu satu unsur yang
terpenting dari keberadaan sebuah pesantren dan yang
membedakannya dengan lembaga pendidikan yang lainnya.
Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional tidak
dapat diragukan lagi berperan sebagai pusat transmisi dan
desiminasi imu-ilmu keislaman, terutama yang bersifat
kajian-kajian klasik. Maka pengajaran “kitab-kitab kuning” telah menjadi
karakteristik yang merupakan ciri khas dari proses belajar