• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KETOKOHAN KYAI TERHADAP PEMBENTUKAN IDEOLOGI SANTRI PUTRA DI PONDOK PESANTREN HAJI YA’QUB LIRBOYO KEDIRI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KETOKOHAN KYAI TERHADAP PEMBENTUKAN IDEOLOGI SANTRI PUTRA DI PONDOK PESANTREN HAJI YA’QUB LIRBOYO KEDIRI."

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KETOKOHAN KYAI TERHADAP PEMBENTUKAN IDEOLOGI SANTRI PUTRA DI PONDOK PESANTREN HAJI YA’QUB

LIRBOYO KEDIRI

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi

(S.I.Kom.) Dalam Bidang Ilmu Komunikasi

Oleh: AMDI KUSUMA

NIM. B06208047

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

▸ Baca selengkapnya: kyai haji dahlan salim zarkasyi

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Amdi Kusuma : “PENGARUH KETOKOHAN KYAI TERHADAP

PEMBENTUKAN IDEOLOGI SANTRI PUTRA DI PONDOK PESANTREN HAJI YA’QUB LIRBOYO KEDIRI”

Kata Kunci : Kyai, Santri, dan Ideologi.

(6)

DAFTAR

 

ISI

 

 

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

E. Definisi Operasional ... 9

F. Hipotesa ... 10

J. Teknik Penentuan Subjek Penelitian ... 21

1. Populasi ... 21

2. Teknik Sampling ... 21

3. Sampel ... 22

K. Teknik Instrumen dan Pengumpulan Data ... 23

1. Teknik Pokok ... 23

2. Teknik Penunjang... 24

L. Teknik Analisa Data ... 25

(7)

BAB II: LANDASAN TEORI ... 29

A. Pengertian Kyai ... 29

B. Ciri-Ciri Kyai ... 32

C. Pengertian Santri ... 36

D. Ketokohan Kyai Terhadap Santri ... 38

BAB III: HASIL PENELITIAN ... 41

A. Obyek Penelitian ... 41

1. Sejarah Pondok Pesantren ... 41

2. Letak Geografis ... 44

3. Kegiatan Pondok ... 44

4. Susunan Pengurus Pondok ... 47

5. Tradisi Salaf Dalam Kajian Pondok ... 50

B. Deskripsi Data Penelitian ... 54

a) Uji Validitas dan Uji Realibilitas ... 54

b) Perolehan Data Angket ... 58

BAB IV: PENGUJIAN HIPOTESIS ... 66

a) Pengujian Hipotesis ... 66

b) Analisis Hasil Penelitian ... 73

BAB V: PENUTUP ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Rekomendasi ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(8)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Agama pada umumnya dan Islam pada khususnya dewasa ini semakin

dituntut peranannya untuk menjadi pemandu dan pengarah kehidupan manusia

agar tidak terperosok pada keadaan yang merugikan dan menjatuhkan

martabatnya sebagai makhluk yang mulia. Dalam situasi dunia yang semakin

global seperti sekarang ini, manusia semakin dihadapkan kepada berbagai

tantangan, disamping peluang dan kesempatan. Dalam keadaan yang

demikian, dijumpai adanya manusia yang berhasil menyikapi kehidupan

global tersebut secara lebih bermakna dan berdaya guna, tetapi ada juga yang

tidak tahu arah yang harus dituju.

Dalam situasi global, agama diharapkan dapat memberikan jawaban

terhadap berbagai masalah, baik yang berkaitan dengan masalah sosial,

ekonomi, politik, keamanan, kemakmuran, dan lain sebagainya. Hal ini karena

diyakini bahwa agama mengandung nilai-nilai universal dan absolut (mutlak)

bisa memberikan resep-resep mujarab yang tidak ada habisnya. Namun

demikian, untuk mencapai pada keadaan yang mana agama mampu

bersentuhan dengan berbagai persoalan aktual yang berkaitan dengan berbagai

dimensi kehidupan tersebut, diperlukan pendekatan-pendekatan baru yang

lebih relevan. Dalam kaitan itu, agama tidak cukup dipahami dari satu

(9)

2

dan dianalisis dengan menggunakan berbagai pendekatan yang komprehensif,

aktual dan integral. Seseorang yang ingin memahami agama dalam

hubungannya dengan berbagai persoalan tersebut perlu melengkapi diri

dengan ilmu-ilmu selain ilmu agama.1

Selama ini, jalan yang masih umum dan lazim dilalui untuk memahami

ajaran agama Islam yaitu dengan jalan menempuh pendidikan agama di

pesantren. Hal ini sangat wajar karena selama ini pesantren memang berhasil

menciptakan insan-insan yang agamis dan berkiprah dalam kehidupan

masyarakat. Selain pendidikan agama yang lengkap dan sistematis, peran kyai

sebagai pengasuh pondok pesantren juga sangat mempengaruhi tingkah laku

para santri, baik didalam lingkungan pondok pesantren itu sendiri maupun di

lingkungan masyarakat. Hal ini menunjukkan betapa alimnya seorang kyai

sehingga bisa mendidik dan mengarahkan para santri, baik dalam memahami

ajaran agama Islam maupun dalam menerapkan ilmu agama untuk diri sendiri,

keluarga, dan masyarakat.

Pemahaman tentang pondok pesantren sebagai lambang pendidikan

Islam tradisional dapat dilihat dari berbagai sudut. Berdasarkan tinjauan

sosiologis, arah perkembangan pondok pesantren sering kali ditentukan oleh

perkembangan masyarakat, bukan hanya oleh pesantren sebagai subkultur

yang menyangkut seluk-beluk tradisi dan keyakinan masing-masing anggota

(10)

3

masyarakat pesantren.

Bagi masyarakat Jawa, pondok pesantren di bawah kepemimpinan

seorang kyai dengan segala atributnya menduduki posisi strategis. Pesantren

mendapat desakan yang amat besar dan mampu menembus dinding kehidupan

masyarakat.

Keberadaan dan popularitas pondok pesantren bahkan dimitoskan oleh

karisma kyai dengan dukungan para santri yang tersebar di kehidupan

masyarakat.2 Pesantren adalah lembaga pendidikan tradisional Islam untuk

mempelajari, memahami, mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran

Islam dengan menekankan pentingnya moral keagamaan sebagai pedoman

perilaku sehari-hari. Istilah “tradisional” disini diartikan bahwa pesantren

telah ada sejak ratusan tahun yang lalu, bukan “tradisional” dalam arti tetap

tanpa mengalami penyesuaian.3 Pondok pesantren adalah sebuah asrama

pendidikan tradisional dimana para santrinya semua tinggal bersama dan

belajar di bawah bimbingan guru yang lebih di kenal dengan sebutan kyai dan

mempunyai asrama untuk tempat menginap para santri. Santri tersebut berada

dalam komplek yang juga menyediakan masjid untuk beribadah, ruang untuk

belajar dan kegiatan keagamaan lainnya. Komplek ini biasanya dikelilingi

oleh tembok untuk dapat mengawasi keluar masuknya para santri sesuai

dengan peraturan yang berlaku. Pesantren adalah bagian penting kehidupan

2Ibid, hlm. 39-40.

(11)

4

kyai karena pesantren merupakan tempat dimana kyai mengembangkan ajaran

dan pengaruhnya melalui pengajaran.4

Kyai merupakan elemen yang esensial dari suatu pesantren. Bahkan

sebagai pendirinya. Dengan demikian, sudah sewajarnya apabila pertumbuhan

suatu pesantren semata-mata bergantung pada kemampuan kyainya.5

Kebanyakan kyai beranggapan bahwa suatu pesantren dapat diibaratkan

sebagai kerajaan kecil tempat kyai menjadi sumber mutlak dari kekuasaan dan

kemenangan (power and authority) dalam kehidupan lingkungan pesantren. Tidak ada seorang santri atau orang lain yang dapat melawan kekuasaan kyai

(dalam lingkungan pesantrennya) kecuali kyai lainnya yang lebih besar

pengaruhnya.

Para santri selalu berharap dan berpikir bahwa kyai yang dianutnya

merupakan orang yang percaya penuh kepada dirinya sendiri (self-confident), baik dalam soal-soal pengetahuan Islam maupun dalam bidang kekuasaan dan

manajemen pesantren.6

Berbicara mengenai peran kyai dalam hal kepemimpinan, tidak akan

lepas dari tugas kyai dalam mengelola dan melakukan pengawasan (kontrol)

di pesantren sehingga wajar apabila pertumbuhan dan perkembangan suatu

pesantren tergantung pada kemampuan kepemimpinan pribadi kyai.

4Turmudi, Endang. 2004. Perselingkuhan kiai dan kekuasaan. Yogyakarta : LKIS. Hlm. 35. 5

Zamarkhasyari Dhofir, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta: LP3ES,1982), hlm. 55

(12)

5

Santri merupakan salah satu unsur penting dalam pesantren selain kyai

maupun ustadz. Santri adalah orang yang belajar di dalam pesantren. Santri

dalam kehidupan sehari-harinya juga harus senantiasa menyesuaikan dengan

pola dan gaya hidup di dalam pesantren serta mengikuti apa yang dititahkan

oleh seorang kyai. Alasan mengapa santri harus patuh terhadap kyai, karena

kyai merupakan sumber ilmu pengetahuan di pesantren serta penjaga moral

santri. Seorang kyai dapat melakukan apa saja termasuk memberi hukuman

kepada para santri apabila santri tersebut melanggar ketentuan-ketentuan yang

sudah dibuat oleh pesantren.

Kyai dan santri memiliki hubungan yang sangat akrab di dalam

lingkungan pesantren. Seorang kyai harus bisa menjadi suri tauladan bagi para

santri di dalam pesantren.Untuk itu kyai sangat berpengaruh dalam hal

pendidikan maupun tingkah laku. Dalam hal apapun kyai selalu menjadi

panutan bagi santri.

Martin Van Bruinessen7 menyatakan bahwa kiai memainkan peranan

yang lebih dari sekedar seorang guru. Dia bertindak sebagai seorang

pembimbing spiritual bagi mereka yang taat dan pemberi nasehat dalam

masalah kehidupan pribadi mereka, memimpin ritual-ritual penting serta

membacakan do’a pada berbagai acara penting. Banyak kiai Jawa yang juga

dipercaya mempunyai kemampuan penglihatan batin dan ilmu kesaktian

(13)

6

tertentu, mereka bertindak sebagai orang yang dapat melakukan penyembuhan

spiritual dan mengusir roh jahat, membuat jimat-jimat atau mengajarkan

berbagai teknik kekebalan tubuh

Ketaatan seorang santri terhadap kiainya, dapat dipandang sebagai

suatu manifestasi ketaatan mutlak yang dipandang sebagai ibadah. Dari sudut

perlakuan kepada kehidupan sebagai ibadah inilah kegiatan mencari ilmu

selama bertahun-tahun dapat dimengerti. Kecintaan terhadap ilmu

pengetahuan dan agama yang begitu kuat merupakan landasan untuk

memahami kehidupan yang serba ibadah ini. Kecintaan ini kemudian

dimanifestasikan dalam berbagai bentuk, termasuk penghormatan terhadap

diri alim ulama, ahli-ahli ilmu agama, kesediaan untuk berkurban, bekerja

keras untuk menguasai berbagai pengetahuan, dan kesediaan untuk

mengembangkannya dalam lembaga yang sama, tanpa memperdulikan

rintangan dan hambatan yang bakal mereka hadapi. Kecintaan terhadap

pengetahuan agama ini juga dapat dibuktikan dengan kesediaan seorang santri

untuk mengaji pada kiai secara berlama-lama, serta ketekunannya dalam

mendalami suatu tingkatan ilmu.8

Selain nilai serba ibadah dan cinta ilmu masih ada lagi suatu nilai yang

banyak mempengaruhi kehidupan seorang santri, yaitu keikhlasan.

Melaksanakan sepenuhnya apa yang diperintahkan kiai, tanpa rasa sungkan

(14)

7

dan berat, merupakan bukti utama keikhlasan. Begitu pula pengabdian

seorang kiai untuk mengembangkan lembaga pendidikan yang dikelolanya

tanpa memperhatikan kepentingan pribadi, merupakan sikap ikhlas timbal

balik antara diri seorang santri dengan kiainya. Rangkuman nilai-nilai inilah

yang kemudian membentuk watak dunia pesantren, dimana mereka melihat

sesuatu tidak secara per-materi, tetapi materi itu disubordinasikan ke dalam

suatu nilai-nilai ilahiyah, yang kemudian secara tekun dilaksanakan dengan kerelaan dan tanpa rasa berat.

Pondok pesantren haji Ya’qub Lirboyo Kediri merupakan salah satu

pesantren yang memiliki kesamaan dengan pesatren- pesantren lain yang ada

di Indonesia, pola komunikasi santri dan kyai berjalan sebagaimana pada

umunya. Kyai menjadi panutan bagi santri dalam segala bentuk prilaku, mulai

dari cara bersikap, belajar ilmu, dan juga tentang cara pandang tentang

memahami agama.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah ada pengaruh ketokohan kyai terhadap pembentukan ideologi

santri putra di pondok pesantren haji Ya’qub Lirboyo Kediri?

2. Sejauh mana pengaruh ketokohan kyai terhadap pembentukan ideologi

(15)

8

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut di atas maka tujuan dari

penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh ketokohan kyai terhadap

pembentukan ideologi santri putra di pondok pesantren haji Ya’qub

Lirboyo Kediri.

2. Untuk mengetahui signifikansi pengaruh ketokohan kyai terhadap

pembentukan ideologi santri putra di pondok pesantren haji Ya’qub

Lirboyo Kediri.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan

teori dan mengembangkan kajian tentang relasi kyai dan santri. Adapun secara

rincian dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Sebagai khasanah bacaan tentang “Pengaruh ketokohan Kyai terhadap

ideologi santri putra di pondok pesantren Haji Ya’qub Lirboyo

Kediri”.

b. Sebagai bahan acuan dibidang penelitian yang sejenisnya dan sebagai

pengembangan penelitian lebih lanjut.

2. Manfaat Praktis

(16)

9

a. Pondok

Penelitian ini nanti diharapkan akan mampu menambah wawasan

tentang berbagai macam perilaku santri dan pola hubungannya dengan

kyai.

b. Peneliti

Menambah wawasan, pengetahuan dan pengalaman yang sangat

berguna dan menghadapi persoalan serupa serta memenuhi satuan kredit

semester yang harus ditempuh guna mengakhiri perkuliahan program S1.

E. Definisi Operasional

Untuk mempermudah pembahasan judul skripsi “Pengaruh

ketokohan Kyai terhadap ideologi santri putra di pondok pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kediri” penulis menegaskan istilah-istilah penting yang perlu dimengerti, sebagai berikut:

1. Pengaruh ketokohan Kyai : daya yang ada atau timbul dari seusatu (benda atau orang) yang ikut membentuk watak, kepercyaan atau perbuatan

seseorang.9Dan Ketokohan Kyai: adalah sebutan untuk yang dituakan atau

yang dihormati, selain itu kyai juga merupakan sebutan untuk para

ulama’.10 Sehingga pengaruh ketokohan kyai adalah melihat sejauh mana

peran kyai dalam mempengaruhi santri.

(17)

10

2. Ideologi Santri: Ideologi adalah kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk

kelangsungan hidup; paham, teori dan tujuan yang merupakan satu

program.11 Sedangkan Santri adalah murid pesantren atau calon

rohaniawan Islam12. Dapat dapat dikatakan bahwa ideologi santri adalah

konsep bersistem yang dijadikan landasan oleh seorang murid di pesantren.

3. Pondok Pesantren Haji Ya’qub : ponpes haji Ya’qub adalah pondok pesantren yang didirikan oleh K.H ya’qub Bin Sholeh, adik ipar sekaligus

sahabat K.H. Abdul karim (Mbah Manab), dan K.H. Ma’ruf Kedunglo.

Sehingga dari uraian judul di atas dapat dijabarkan bahwa maksud dari

judul pengaruh ketokohan kyai terhadap ideologi santri adalah pengaruh

tindak tanduk seorang kyai serta ideologi terhadap murid atau santrinya di

pondok pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kediri.

F. Hipotesa Penelitian

Istilah hipotesis berasal dari kata “Hypo” yang artinya di bawah dan “Thesa” yang artinya kebenaran. Jadi hipotesa di bawah kebenaran atau kebenarannya masih perlu diuji lagi. Hipotesis adalah jawaban yang bersifat

11Wiiliam F. O’Neil, ideologi-ideologi Pendidikan, Omi Intan Naomi (terj.) (Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002), hlm 417.

(18)

11

sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang

terkumpul.13

Berdasarkan anggapan dasar tersebut di atas maka, hipotesis dalam

penelitian ini adalah:

1. Hipotesis Nihil (Ho) : “ tidak adanya Pengaruh ketokohan Kyai

terhadap ideologi santri putra di pondok pesantren Haji Ya’qub

Lirboyo Kediri”

2. Hipotesis Kerja (Ha) : “ada Pengaruh ketokohan Kyai terhadap

ideologi santri putra di pondok pesantren Haji Ya’qub Lirboyo

Kediri”

Jika (Ho) terbukti setelah diuji maka (Ho) diterima dan (Ha)

ditolak. Namun sebaliknya jika (Ha) terbukti setelah diuji maka

(Ha) diterima dan (Ho) ditolak.

G. Kerangka Teori

Kyai sebagai pimpinan pondok memiliki peranan yang sangat besar.

Kyai sebagai pimpinan harus bisa menjadi pembimbing dan suri tauladan bagi

santri dalam segala hal. Teori Hegemoni Gramsci (1891-1937)14adalah salah

satu teori politik paling penting abad XX. Teori ini dibangun di atas premis

13

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & B, (Bandung:Alfabeta, 2009), hlm. 159

(19)

12

pentinngnya ide dan tidak menutupinya kekuatan fisik belaka dalam kontrol

sosial politik. Hegemoni adalah kekuasan atau dominasi yang dipegang oleh

satu kelompok social atau perseorangan terhadap kelompok-kelompok sosial

lainnya. Hal ini mengacu pada “saling ketergantungan asimetris” dalam

hubungan politik, ekonomi, budaya di antara dan dikalangan negara-negara

kebangsaan.15

Istilah hegemoni berasal bahasa Yunani kuno yaitu ‘Eugemonia’. Sebagaimana yang dikemukakan Encylcopedia Britanica dalam prakteknya di Yunani, diterapkan untuk menunjukkan dominasi posisi yang diklaim oleh

negara-negara kota (polism atau citystates) secara individualis misalnya yang dilakukan oleh negara negara Athena dan Sparta terhadap negara-negara lain

yang sejajar.16

Jika dikaitkan pada masa kini, pengertian hegemoni menunjukan

sebuah kepemimpinan tertentu terhadap yang lainnya, yang berhubungan

secara longgar maupun secara ketat terintegrasi dalam suatu lingkup tertentu.

Adapun teori hegemoni yang dicetuskan Gramsci adalah:

“Sebuah pandangan hidup dan cara berpikir yang dominan, yang di dalamnya

sebuah konsep tentang kenyataan disebarluaskan dalam masyarakat baik

secara institusional maupun perorangan; (ideologi) mendiktekanseluruh cita

15

Siti Rumiyah, Jurnal “Hegemoni yang terjadi pada antar tokoh yang terjadi pada Novel Siddahrta”dalam http://arumshome.blogspot.com/2012/02/hegemoni-yang-terjadi-pada-antar-tokoh.html yang diunduh pada hari Minggu/20/April/2015 pukul 22.15 WIB.

(20)

13

rasa, kebiasaan moral, prinsip-prinsip religious dan politik, serta seluruh

hubungan-hubungan sosial, khususnya dalam makna intelektual dan moral.”17

Berdasarkan pemikiran Gramsci tersebut dapat dijelaskan bahwa

hegemoni merupakan suatu kekuasaan atau dominasi atas nilai-nilai

kehidupan, norma, maupun kebudayaan sekelompok masyarakat yang

akhirnya berubah menjadi doktrin terhadap kelompok lainnya dimana

kelompok yang didominasi tersebut secara sadar mengikutinya. Kelompok

yang didominasi oleh yang lain (penguasa) tidak merasa ditindas dan merasa

itu sebagai hal yang seharusnya terjadi.

Dengan demikian mekanisme penguasaan masyarakat dominan dapat

dijelaskan sebgai berikut: Kelas dominan melakukan penguasaan kepada kelas

bawah menggunakan ideologi. Masyarakat kelas dominan merekayasa

kesadaran masyarakat kelas bawah sehingga tanpa disadari, mereka rela dan

mendukung kekuasaan kelas dominan.

Hegemoni merupakan supermasi suatu kelompok melalui

kepemimpinan intelektual dan moral. Kontrol sosial dilakukan dengan

membentuk keyakinan kedalam norma yang berlaku. Hegemoni adalah

sebuah rantai kemenangan yang diraih melalui mekanisme konsensus dari

langsung melakukan mekanisme kekerasan atau penindasan sosial secara

langsung, ada berbagai cara yang dipakai semisal melalui institusi yang ada di

17Artikel “Hegemoni budaya”,jumat,11 September 2009,

(21)

14

masyarakat yang menentukan secara langsung struktur-struktur kognitif dari

masyarakat. Cara penaklukan kelompok secara keseluruhan lewat penanaman

norma, nilai serta budaya secara ideologis oleh kelas penguasa untuk

mempertahankan penguasaannya.18

Dengan menggunakan teori hegemoni akan dijelaskan, bagaimana

Kyai selalu menanamkan pengaruhnya kepada santri, tanpa ada potensi

konflik antara santri dan kyai maka bisa dikatakan bahwa hegemoni kyai

terhadap santri berjalan mulus. Dengan sadar atau tanpa sadar santri

mengikuti segala bentuk prilaku kyai, baik secara moral, kebudayaan maupun

ideologi.

Pola komunikasi yang digunakan oleh Kyai dalam memberikan

pengajaran kepada santri adalah dengan menggunakan jenis komunikasi

kelompok. Komunikasi kelompok adalah penyampaian pesan oleh seorang

komunikator kepada sejumlah komunikan untuk mengubah sikap, pandangan

atau perilakunya.19

Kyai dan santri memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain

dalam proses belajar mengajar di Pesantren, komunikasi harus dibangun sejak

awal. Kyai sebagai komunikator memiliki pengaruh yang sangat besar dalam

usaha merubah sikap dan tingkah laku santrinya.

18 Heru Hendarto, “Mengenal Konsep Hegemoni Gramsic” dalam Shinta Devi Ika SR, DinamikaUmat Klenteng Boen Bio Surabaya 1907-1967 (Skripsi Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Universitas Airlangga Surabaya:2003) hlm 14

(22)

15

Mastuhu menemukan dua pola komunikasi yang unik antara Kyai dan

santri, sebagaimana kepemimpinan sang kyai, dua pola komunikasi ini juga

terdapat diseluruh pesantren yang menjadi objek penelitiannya :

1. Pola komunikasi otoriter-paternalistik yakni pola komunikas antara atasan dan bawahan atau meminjam istilah James C. Scoot

yaitu patron-client relationship, dan tentunya dalam hal ini sang kyai menjadi pemimpin dan santri sebagai bawahan. Sebagai

bawahan sudah tentu peran partisipatif santri dan masyarakat

tradisional pada umunya sangat kecil untuk mengatakan tidak, dan

hal ini tidak bisa dipisahkan dari charisma seorang kyai, sehingga

hampir bisa dipastikan kebanyakan santri yang lulus dari pesantren

akan meniru watak atau perilaku kyai.

2. Pola komunikasi laissez faire yaitu pola komunikasi kyai dan santri yang tidak didasarkan pada tatanan organisasi yang jelas.

Semuanya didasarkan pada konsep ikhlas, barakah, dan ibadah

sehingga pembagian kerja antar unit tidak bisa dipisahkan secara

tajam. Seiring dengan itu selama memperoleh restu kyai maka

sebuah pekerjaan bisa dilaksanakan.20

(23)

16

Bagan.1.1

Bagan alur pengaruh ideology kyai terhadap santri

H. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan untuk penelitian Pengaruh Ketokohan

Kyai Terhadap Ideologi Santri Putra Di Pondok Pesantren Haji Ya’qub

Lirboyo Kediri adalah penelitian Kuantitatif.

Penelitian kuantitatif yaitu penelitian yang menggunakan data berupa angka

sebagai alat untuk menemukan keterangan mengenai apa yang ingin

diketahui. Yaitu Pengaruh Ketokohan Kyai Terhadap Ideologi Santri Putra

Di Pondok Pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kediri. Kemudian angka-angka

yang terkumpul sebagai hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan

metode statistik.

Adapun alasan penggunaan penelitian ini adalah selain ingin

memperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan

antar variabel yang diteliti. Juga memberikan gambaran atau deskripsi

tentang suatu keadaan secara Objektif. yaitu mendiskripsikan data tentang KYAI

IDEOLOGI

(24)

17

Pengaruh Ketokohan Kyai Terhadap Ideologi Santri Putra Di Pondok

Pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kediri.

2. Model Penelitian

Model penelitian ini menggunakan model penelitian Korelasional, karena dari penelitian korelasional, peneliti hendak mendeteksi atau mencari

hubungan sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan

variasi-variasi pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisiensi

korelasi.21

Untuk lebih jelasnya mengenai hubungan antara bebas (Independent

Variabel/X) dengan variabel terikat (Dependent Variabel /Y) dapat

digambarkan sebagai berikut:

X = Ketokohan Kyai.

Y = Ideologi Santri.

Dari model penelitian diatas, dapat diketahui bahwa variabel (X)

mempengaruhi variabel (Y), dari penelitian ini akan diketahui apabila

variabel X berpengaruh atau tidak terhadap variabel Y.

Adapun indikator untuk melihat pengaruh ketokohan kyai atau

variable X adalah:

a. Sejauh mana persepsi santri terhadap kyai

b. Sejauh mana keprcayaan santri terhadap kyai

21Saifuddin Azwar, MA., Metode Penelitian (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), h. 5

(25)

18

c. Sejauh mana peniruan santri terhadap kyai

d. Sejauh mana fanatisme santri kepada kyai

Sedangkan untuk melihat indikator variable Y atau ideologi santri

adalah:

1. Sejauh mana pilihan aliran keagamaan santri

2. Fanatisme aliran keagamaan santri

3. Aplikasi dalam penampilan

I. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Jenis data yang dibutuhkan pada penelitian ini digolongkan menjadi dua

jenis yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yaitu data yang diukur dan dihitung secara langsung

dengan kata lain, data kuantitatif adalah data yang berupa angka, adapun

data yang tergolong data kuantitatif dalam penelitian ini adalah:

1) Data yang diperoleh dari hasil tes performa santri.

2) Data yang diperoleh dari hasil angket Pengaruh Ketokohan Kyai

Terhadap Ideologi Santri Putra Di Pondok Pesantren Haji Ya’qub

Lirboyo Kediri.

3) Jumlah santri putra di pondok pesantren haji Ya’qub Lirboyo

(26)

19

4) Kyai.

5) Jumlah pengajar atau ustadz di pondok pesantren haji Ya’qub.

6) Jumlah sarana prasarana pondok pesantren haji Ya’qub..

b. Data Kualitatif

Data kualitatif yaitu data yang dituangkan dalam bentuk laporan dan

uraian. Penelitian ini tidak menggunakan angka-angka dan statistik,

walaupun tidak menolak kuantitatif. Dalam hal ini yang termasuk data

kualitatif adalah :

1) Sejarah berdirinya pondok pesantren haji Ya’qub.

2) Letak geografis pondok pesantren haji Ya’qub..

3) Visi dan misi.

4) Struktur pondok pesantren haji Ya’qub..

5) Sarana dan prasarana.

Terhadap data yang bersifat kualitatif, yang digambarkan dengan

kata-kata atau kalimat dipisahkan menurut kategori untuk mendapatkan

kesimpulan. Sementara untuk data yang bersifat kuantitatif yang berupa

angka-angka yang dapat diukur dan dihitung dapat diproses dengan cara

prosentase dan mencari nilai rata-rata. Serta dijumlahkan, diklarifikasikan

(27)

20

2. Sumber Data

Sumber data adalah subjek atau tempat darimana data diperoleh. Menurut

sumbernya penelitian dibedakan menjadi sumber data primer dan sumber

data skunder.

a. Sumber data primer

Sumber data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari subjek

penelitian dalam menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan

penelitian dan langsung ada subjek sebagai sumber informasi.22

Adapun

data-data yang diperlukan dan yang termasuk sumber data primer dalam

penelitian ini yaitu santri putra pondok pesantren haji Ya’qub..

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh lewat pihak lain,

tidak secara langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitian,23

sumber data sekunder berwujud dokumentasi atau data laporan yang

tersedia.

(28)

21

J. Teknik Penentuan Subjek Penelitian a. Populasi

Menurut Dr. Suharsimi Arikunto, yang dinamakan populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian.24

Populasi juga adalah merupakan

keseluruhan subjek penelitian (kelompok subjek) yang hendak dikenai

generalisasi hasil penelitian, dan suatu populasi harus memiliki cirri-ciri atau

karakteristik-karakteristik bersama yang membedakannya dari kelompok

subjek yang lain.25

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini

adalah para santri putra pondok pesantren haji Ya’qub jumlahnya 409 santri.

b. Teknik Sampling

Teknik sampling adalah merupakan teknik pengambilan sampel. Untuk

menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat

berbagai teknik sampling yang digunakan.26

Adapun Teknik sampling yang digunakan dalam pengambilan sampel

ini adalah Simple Random Sampling karena pengambilan anggota sampel

dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada

dalam populasi. Teknik simple random sampling dilakukan dengan cara

undian. Adapun cara pengundiannya yaitu membuat daftar nama semua

obyek, subyek yang menjadi bagian populasi dan diberi kode-kode bilangan.

24Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik, (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 2006), hlm. 130

25 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 108

(29)

22

Kode tersebut dituliskan pada kertas kecil, masing-masing digulung dan

dimaasukkan pada tempat tertutup. Dikocok dan diambil yang diperlukan.

Teknik Proportional Stratified Random Sampling digunakan bila populasi mempunyai anggota yang hiterogen dan berstrata secara

proporsional. Dalam penelitian ini populasi penelitian yaitu santri putra

pondok pesantren haji Ya’qub. Oleh karenanya perlu melakukan Sampling

random sebagai objek. Karena untuk menentukan berapa banyak sampel/kuota yang harus diteliti atau diambil dari populasi yang ada.

Menurut Suharsimi, apabila subjeknya kurang dari 100, maka dapat diambil

semua, tetapi apabila lebih dari 100 maka dapat diambil sampel antara

10-15% atau 20-25%. 27

c. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut. Kemudian untuk menentukan berapa banyak sampel yang

harus diteliti atau diambil dari populasi yang ada.28

Adapun sampel dalam penelitian ini adalah santri putra pondok

pesantren haji Ya’qub. Jumlah populasi dalam penelitian ini lebih dari 100,

maka penulis mengadakan penelitian sampel. Adapun sampel yang diambil

adalah dengan melakukan acak santri dari berbagai angkatan tahun masuk

pondok sebanyak 40 santri atau 10% dari jumlah santri.

(30)

23

K. Teknik Instrumen dan Pengumpulan Data

Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan

metode.29

Teknik pengumpulan data adalah cara atau teknik yang digunakan

penulis untuk mendapatkan data atau informasi yang dapat

dipertanggungjawabkan, kebenarannya sesuai dengan kenyataannya. 30

Adapun

teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini terdapat pada 2

kategori yaitu:

1. Teknik pokok

a. Metode angket

Angket atau questioner adalah metode pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawabnya.31

Angket ini digunakan penulis untuk mendapatkan data santri

pondok pesantren haji Ya’qub mengenai pengaruh ketokohan kyai.

Metode ini bertujuan untuk mengidentifikasi respon atau santri.

Dalam penelitiam ini, peneliti menggunakan angket berstruktur

dan tertutup supaya memudahkan responden dalam memilih jawaban

yaitu dengan menyiapkan pertanyaan yang sudah disesuaikan dengan

indikatornya serta menyuguhkan 3 pilihan jawaban kepada responden

diantaranya: a. selalu, b. sering, c. kadang-kadang.

29Suharsemi Arikunto, Managemen Penelitian, (Jakarta: Renika Cipta, 1995), hlm. 126 30Usman Husaini,dkk, Metedologi Penelitian Sosial…., hlm. 54

(31)

24

b. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara pengumpulan data mengenai hal-hal

berupa benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen,

peraturan-peraturan notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.

2. Teknik penunjang

a. Metode Observasi

Observasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara

langsung ke objek penelitian dengan sistematika fenomena-fenomena

yang diselidiki, dalam arti luas observasi sebenarnya merupakan

pengamatan yang dilakukan baik secara langsung maupun tidak

langsung.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan observasi tidak

berstruktur karena peneliti tidak mempersiapkan secara sitematis apa

yang akan di observasi dalam artian peneliti tidak menggunakan instumen

yang disiapkan. Metode ini dilakukan untuk memperoleh data tentang

kondisi objektif sebagai berikut:

1) Sarana dan prasarana pondok pesantren haji Ya’qub..

2) Letak gedung pondok pesantren haji Ya’qub..

b. Metode wawancara

Metode wawancara adalah proses tanya-jawab lisan yang mana

dua orang atau lebih berhadapan secara fisik antara yang satu dengan

(32)

25

informasi yang berkenaan dengan tanggapan pendapat, perasaan,

harapan -harapan, atau mendapatkan informasi dengan cara bertanya

langsung kepada responden.

Dalam penelitian ini teknik wawancara akan digunakan untuk

menanyakan seputar sejarah berdirinya pondok, visi, misi dan beberapa

hal terkait lainnya.

L. Teknik Analisis Data

Untuk menjawab pertanyaanpada rumusan masalah digunakan metode

analisis deskriptif. Sebelum penulis menjabarkan hasil data secara korelasi product

moment, maka penulis menggunakan teknik analisis sebagai berikut.

Semua data-data yang berhasil dikumpulkan dari sumber -sumber

penelitian akan dibahas oleh penulis dengan menggunakan metode deskriptif

analisa, yaitu menjelaskan data -data yang diperoleh dengan menggunakan

perhitungan prosentase atau biasa disebut frekuensi relatif. untuk memperoleh

frekuensi relatif, digunakan rumus :

P = N

f X 100 %

f = frekuensi yang sedang dicari presentasinya

(33)

26

Sedangkan untuk pengukuran Pengaruh Ketokohan Kyai Terhadap

Ideologi Santri Putra Di Pondok Pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kediri dilakukan

dengan menggunakan skala likert dimana setiap item diberikan pilihan jawaban

alternatif sebagai berikut :

a. Sangat setuju c. Kurang setuju

b. Setuju

Adapun untuk mengetahui ada tidaknya Pengaruh Ketokohan Kyai

Terhadap Ideologi Santri Putra Di Pondok Pesantren Haji Ya’qub Lirboyo Kediri,

penulis menggunakan rumus korelasi product moment pearson. Adapun rumusnya

yaitu:

ƒ ™XY = Jumlah semua nilai perkalian variabel X dan Y

ƒ ™X2 = Jumlah semua nilai var. X kuadrat

ƒ ™Y2 = Jumlah semua nilai var. Y kuadrat

(34)

27

Dari hasil perhitungan product moment tersebut kemudian dikonsultasikan

dengan standart pengukuran sebagai berikut:

Tabel 3.1

Interpretasi terhadap rxy32 Besarnya “r”

Product Moment (rxy)

Keterangan

0,00-0,20 Antara variabel x dan variabel y

terdapat korelasi yang sangat rendah, korelasi ini diabaikan (dianggap tidak ada pengaruh)

0,20-0,40 Antara variabel x dan variabel y

terdapat pengaruh rendah

0,40-0,70 Antara variabel x dan variabel y

terdapat pengaruh sedang / cukup

0,70-0,90 Antara variabel x dan variabel y

terdapat pengaruh yang kuat atau tinggi

0,90-1,00 Antara variabel x dan variabel y

terdapat pengaruh sangat tinggi

M. Sistematika Pembahasan

Untuk dapat memberikan gambaran awal dari penyusunan skripsi ini,

perlu penulis ketengahkan sistematika pembahasan yang menunjukkan

susunan bab demi bab, sehingga dapat di lihat rangkaian skripsi yang

sistematis dalam pembahasan pokok uraian dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

Bab pertama merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, hipotesis

(35)

28

penelitian, definisi operasional, kerangka teori dan sistematika pembahasan.

Bab kedua berisikan tentang landasan teori yang didalmnya nanti akan

menjelaskan tentang pengertian kyai, santri, serta ideologi

Bab ketiga merupakan metode penelitian, bab ini terdiri dari; Jenis dan

model Penelitian. Jenis dan Sumber Data. Teknik Penentuan Subjek

Penelitian. Teknik Instrumen dan Pengumpulan Data. Analisis Data.

Bab keempat merupakan laporan hasil penelitian, bab ini terdiri dari :

Gambaran Umum Kondisi Objek Penelitian. Penyajian Data dan Analisis

Data.

Bab kelima merupakan penutup pada bab ini memberikan gambaran secara

jelas tentang kesimpulan dari seluruh pembahasan dari seluruh pembahasan

skripsi ini dan sekaligus memberikan saran-saran, dan dilengkapi daftar

(36)

29

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Kyai

Kyai merupakan bagian terpenting di dalam pondok. Kepemimpinan

kyai sangat berpengaruh di dalam kehidupan suatu pondok pesantren. Kyai

adalah pimpinan sekaligus pemegang kendali dalam melaksanakan segala

kegiatan yang ada di dalam pondok. Kyai sebagai pimpinan merupakan sosok

yang kuat dan sangat disegani baik oleh Ustadz maupun santri sesuai dengan

pendapat Ziemek1

bahwa kepemimpinan kyai juga dapat digambarkan sebagai

sosok kyai yang kuat kecakapan dan pancaran kepribadiannya sebagai seorang

pimpinan pesantren, yang hal itu menentukan kedudukan dan kaliber suatu

pesantren. Sosok kyai sebagai pimpinan pondok merupakan gambaran bagi

santri dalam melaksanakan kegiatan atau aktivitas di dalam pondok terutama

dalam membentuk karakter mandiri santri.

Kyai dalam memimpin santri selalu memegang teguh sifat-sifat

Rosulullah sebagai seorang pemimpin. Pemimpin yang ideal adalah pemimpin

yang mencontoh dan menerapkan sifat-sifat Rosulullah kepada santri di dalam

pondok. Kyai memberikan contoh kepada santri seperti yang telah

dilaksanakan oleh Rosulullah. Dengan mendidik dan memberi contoh sifat

1 Ziemek, M,

(37)

30

Rosulullah, maka santri dapat meniru dan mencontoh apa yang telah

dilaksanakan oleh Kyai sebagai pimpinan pondok sesuai dengan pendapat

Bandura dalam buku Hall & Linzey2

bahwa subjek-subjek yang dibiarkan

mengamati serangkaian respon tak lazim yang dilakukan oleh orang lain

(model) cenderung melakukan respon- respon yang sama ini apabila

ditempatkan dalam situasi yang sama. Anak-anak dapat mempelajari

respon-respon baru hanya dengan mengamati orang lain. Kemandirian santri di dalam

pondok akan terbentuk dengan cara santri menerapkan apa yang telah

diajarkan kyai di dalam pondok. Kyai adalah orang yang memiliki ilmu

agama (Islam) plus amal dan akhlak yang sesuai dengan ilmunya.”3

Menurut

Saiful Akhyar Lubis, menyatakan bahwa ”Kyai adalah tokoh sentral dalam

suatu pondok pesantren, maju mundurnya pondok pesantren ditentukan oleh

wibawa dan kharisma sang kyai. Karena itu, tidak jarang terjadi, apabila sang

kyai di salah satu pondok pesantren wafat, maka pamor pondok pesantren

tersebut merosot karena kyai yang menggantikannya tidak sepopuler kyai

yang telah wafat itu”4

.

Menurut Abdullah ibn Abbas, kyai adalah orang-orang yang

mengetahui bahwa Allah SWT adalah Dzat yang berkuasa atas segala

2 Hall, Calvin S. & Lindzey, Gardner

Teori-Teori Sifat dan Behavioristik. (Yogyakarta: Penerbit Kanisius, 1993), hlm 281.

3

Munawar Fuad Noeh dan Mastuki HS, Menghidupkan Ruh Pemikiran KH. Ahmad Siddiq, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 101

4 Saiful Akhyar Lubis,

(38)

31

sesuatu.5

Menurut Mustafa al-Maraghi, kyai adalah orang-orang yang

mengetahui kekuasaan dan keagungan Allah SWT sehingga mereka takut

melakukan perbuatan maksiat. Menurut Sayyid Quthb mengartikan bahwa

kyai adalah orang-orang yang memikirkan dan menghayati ayat-ayat Allah

yang mengagumkan sehingga mereka dapat mencapai ma͉rifatullah secara

hakiki.Menurut Nurhayati Djamas mengatakan bahwa “kyai adalah sebutan

untuk tokoh ulama atau tokoh yang memimpin pondok pesantren”6

Sebutan

kyai sangat popular digunakan di kalangan komunitas santri. Kyai merupakan

elemen sentral dalam kehidupan pesantren, tidak saja karena kyai yang

menjadi penyangga utama kelangsungan sistem pendidikan di pesantren,

tetapi juga karena sosok kyai merupakan cerminan dari nilai yang hidup di

lingkungan komunitas santri. Kedudukan dan pengaruh kyai terletak pada

keutamaan yang dimiliki pribadi kyai, yaitu penguasaan dan kedalaman ilmu

agama; kesalehan yang tercermin dalam sikap dan perilakunya sehari-hari

yang sekaligus mencerminkan nilai-nilai yang hidup dan menjadi ciri dari

pesantren seperti ikhlas, tawadhu͉, dan orientasi kepada kehidupan ukhrowi

untuk mencapai riyadhah.

5

Hamdan Rasyid, Bimbingan Ulama; Kepada Umara dan Umat (Jakarta: Pustaka Beta, 2007), hal. 18

6Nurhayati Djamas,

(39)

32

Sedangkan kyai, menurut Zamakhsyari Dhofier7

merupakan gelar

yang diberikan oleh masyarakat kepada ahli agama Islam yang memiliki atau

menjadi pimpinan pesantren dan mengajar kitab-kitab klasik kepada para

santrinya. Di Jawa Barat mereka disebut ajengan. Di Jawa Tengah dan Jawa

Timur, ulama yang memimpin pesantren disebut kiai. Di Indonesia sekarang,

banyak juga ulama yang cukup berpengaruh di masyarakat juga mendapat

gelar “kiai” walaupun mereka tidak memimpin pesantren. Gelar kiai biasanya

dipakai untuk menunjuk para ulama dari kelompok Islam tradisional.

Para kiai dengan kelebihan pengetahuannya dalam Islam, seringkali

dilihat sebagai orang yang senantiasa dapat memahami keagungan Tuhan dan

rahasia alam, hingga dengan demikian mereka dianggap memiliki kedudukan

yang tidak terjangkau, terutama oleh kebanyakan orang awam. Dalam

beberapa hal, mereka menunjukkan kekhususan mereka dalam bentuk pakaian

yang merupakan simbol kealiman yaitu kopiah dan surban8

.

B. Ciri – Ciri Kyai

Menurut Munawar Fuad Noeh menyebutkan ciri-ciri kyai diantaranya yaitu:

1. Tekun beribadah, yang wajib dan yang sunnah

2. Zuhud, melepaskan diri dari ukuran dan kepentingan materi duniawi

3. Memiliki ilmu akhirat, ilmu agama dalam kadar yang cukup

7Zamakhsyari Dhofier,

Tradisi Pesantren, Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai, (Jakarta: LP3ES, 1982) hlm, 55.

(40)

33

4. Mengerti kemaslahatan masyarakat, peka terhadap kepentingan umum

5. Dan mengabdikan seluruh ilmunya untuk Allah Swt, niat yang benar

dalam berilmu dan beramal.9

Sedangkan Menurut Imam Ghazali membagi ciri-ciri seorang Kyai

diantaranya yaitu :10

1. Tidak mencari kemegahan dunia dengan menjual ilmunya dan tidak

memperdagangkan ilmunya untuk kepentingan dunia. Perilakunya

sejalan dengan ucapannya dan tidak menyuruh orang berbuat kebaikan

sebelum ia mengamalkannya.

2. Mengajarkan ilmunya untuk kepentingan akhirat, senantiasa dalam

mendalami ilmu pengetahuan yang dapat mendekatkan dirinya kepada

Allah SWT, dan menjauhi segala perdebatan yang sia-sia.

3. Mengejar kehidupan akhirat dengan mengamalkan ilmunya dan

menunaikan berbagai ibadah.

4. Menjauhi godaan penguasa jahat

5. Tidak cepat mengeluarkan fatwa sebelum ia menemukan dalilnya dari

Al-Qur͉an dan As-Sunnah.

6. Senang kepada setiap ilmu yang dapat mendekatkan diri kepada Allah

SWT. Cinta kepada musyahadah (ilmu untuk menyingkap kebesaran

9

Munawar Fuad Noeh dan Mastuki HS, Menghidupkan Ruh Pemikiran KH. Ahmad Siddiq, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002), hlm. 102.

10Hsubky, Badruddin,

(41)

34

Allah SWT), muraqabah (ilmu untuk mencintai perintah Allah dan

menjauhi larangan-Nya), dan optimis terhadap rahmat- Nya.

7. Berusaha sekuat-kuatnya mencapai tingkat haqqul-yaqin

8. Senantiasa khasyyah kepada Allah, takzim atas segala kebesaran- Nya,

tawadhu͉, hidup sederhana, dan berakhlak mulia terhadap Allah

maupun sesamanya.

9. Menjauhi ilmu yang dapat membatalkan amal dan kesucian hatinya.

10. Memiliki ilmu yang berpangkal di dalam hati, bukan di atas kitab. Ia

hanya taklid kepada hal-hal yang telah diajarkan Rasulullah saw.

Di samping kita mengetahui beberapa kriteria atau ciri-ciri

seorang kyai diatas, adapun tugas dan kewajiban kyai, Menurut

Hamdan Rasyid bahwa kyai mempunyai tugas di antaranya adalah :11

Pertama, Melaksanakan tablikh dan dakwah untuk

membimbing umat. Kyai mempunyai kewajiban mengajar, mendidik

dan membimbing umat manusia agar menjadi orang-orang yang

beriman dan melaksanakan ajaran Islam.

Kedua, Melaksanakan amar ma͉ruf nahy munkar. Seorang

kyai harus melaksanakan amar ma͉ruf dan nahy munkar, baik kepada

rakyat kebanyakan (umat) maupun kepada para pejabat dan penguasa

(42)

35

Negara (umara), terutama kepada para pemimpin, karena sikap dan

perilaku mereka banyak berpengaruh terhadap masyarakat.

Ketiga, Memberikan contoh dan teladan yang baik kepada

masyarakat. Para kyai harus konsekwen dalam melaksanakan ajaran

Islam untuk diri mereka sendiri maupun keluarga, saudara-saudara,

dan sanak familinya. Salah satu penyebab keberhasilan dakwah

Rasulullah SAW adalah karena beliau dapat dijadikan teladan bagi

umatnya.

Keempat, Memberikan penjelasan kepada masyarakat

terhadap berbagai macam ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur͉an

dan al- Sunnah. Para kyai harus menjelaskan hal-hal tersebut agar

dapat dijadikan pedoman dan rujukan dalam menjalani kehidupan.

Kelima, Memberikan Solusi bagi persoalan-persoalan umat.

Kyai harus bisa memberi keputusan terhadap berbagai permasalahan

yang dihadapi masyarakat secara adil berdasarkan al-Qur͉an dan

al-Sunnah.

Keenam, Membentuk orientasi kehidupan masyarakat yang

bermoral dan berbudi luhur. Dengan demikian, nilai-nilai agama

Islam dapat terinternalisasi ke dalam jiwa mereka, yang pada akhirnya

mereka memiliki watak mandiri, karakter yang kuat dan terpuji,

(43)

36

menghormati sesama manusia. Jika masyarakat telah memiliki

orientasi kehidupan yang bermoral, maka mereka akan mampu

memfilter infiltrasi budaya asing dengan mengambil sisi positif dan

membuang sisi negatif.

Ketujuh, Menjadi rahmat bagi seluruh alam terutama pada

masamasa kritis seperti ketika terjadi ketidakadilan, pelanggaran

terhadap Hak asasi manusia (HAM), bencana yang melanda manusia,

perampokan, pencurian yang terjadi dimana-mana, pembunuhan,

sehingga umat pun merasa diayomi, tenang, tenteram, bahagia, dan

sejahtera di bawah bimbingannya.

C. Pengertian Santri

Santri adalah mereka yang dengan taat melaksanakan perintah

agamanya, yaitu Islam. Dalam terminologi lain, kelompok ini juga sering

disebut sebagai „muslim ortodoks’. Di pihak lain, terdapat suatu kelompok

yang secara berbeda dengan kelompok „santri’, yaitu mereka yang disebut

sebagai kaum „abangan’. Menurut berbagai sarjana yang melakukan studi

tentang Islam di Indonesia, kelompok abangan adalah mereka yang lebih

dipengaruhi oleh nilai-nilai budaya Islam pra-Islam, khususnya nilai-nilai

yang terkandung dalam mistisme Hindu atau Buddha.12

12 Bachtiar Effendi, “Nilai-nilai Kaum Santri” dalam M. Dawam Raharjo (ed),

(44)

37

Santri dalam pengertian umum adalah mereka yang memusatkan

perhatiannya pada doktrin Islam, khususnya penafsiran moral dan sosialnya.

Namun aplikasi terhadap tafsiran moral dan sosialnya mempunyai penekanan

yang berbeda-beda. Kaum santri Jawa, sebagaimana di daerah-daerah lain,

tidaklah terpusat pada suatu komunitas geografis tertentu. Kelompok ini

banyak tersebar di dua wilayah yang secara diametral berbeda, khususnya jika

dilihat dari perspektif kondisi sosial budaya, ekonomi, dan pandangan

masing-masing terhadap tradisi yang berkembang Dua wilayah yang berbeda

itu secara sederhana dapat disebut sebagai wilayah rural (desa) dan urban

(kota). Perbedaan sederhana yang dapat dikenakan pada dua kelompok ini

adalah, bahwa sifat kelompok santri „modernis͉ (kota) adalah „apologetik’

dalam artian bahwa Islam dianggap sebagai kode etik yang paling tinggi

untuk masyarakat modern. Islam sebagai doktrin sosial juga dapat dikenakan

pada kehidupan masyarakat modern. Sedangkan santri „tradisional͉ (desa),

sedikit tidak begitu menekankan aspek doktrinal. Karena itu bagi kelompok

santri tradisional ini, pandangan dan cara hidup mereka relatif lebih dekat

dengan kelompok abangan. Jika dibedakan dengan kelompok abangan, maka

secara keagamaan kelompok santri memandang dirinya lebih tinggi.13

(45)

38

Santri adalah santri yang belajar di pesantren, santri ini dapat

digolongkan kepada dua kelompok :14

1. Santri mukim, yaitu santri yang berdatangan dari tempat-tempat yang

jauh yang tidak memungkinkan dia untuk pulang kerumahnya, maka

dia mondok (tinggal) di pesantren. Sebagai santri mukim mereka

memiliki kewajiban-kewajiban tertentu.

2. Santri kalong, yaitu santri yang berasal dari daerah sekitar yang

memungkinkan mereka pulang ke tempat kediaman masing-masing.

Santri kalong ini mengikuti pelajaran dengan cara pulang pergi antara

rumahnya dengan pesantren.

D. Ketokohan Kyai Terhadap Santri

Kyai merupakan pemimpin tertinggi dalam pondok pesantren15

,

sedangkan santri adalah orang yang menimba ilmu pada kyai di pesantren.

Oleh karenanya pola komunikasi intens akan terjadi antara kyai dan santri.

Seorang santri akan mempelajari berbagai ilmu dari kyai, terlebih pada ilmu

agama, meskipun tidak menutup kemungkinan di era modern seperti sekarang

ini banyak para kyai yang juga mengajarkan ilmu- ilmu duniawi kepada

santri.

14Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995),

hlm. 143

15kata

(46)

39

Sehingga dalam berbagai hal, semua perilaku kyai dalam bentuk

apapun patut ditiru oleh santri, sifat tawadlu’ santri kepada kyai merupakan

salah satu bentuk tatacara menimba ilmu di pesantren. Terlebih dalam

pemikiran keagamaan, seorang santri akan cenderung meniru kyai. Bahkan

dalam cara pandang dalam melihat realita yang ada juga tak jarang santri

meniru kyai. Dalam hal ideologi seorang santri juga akan meniru kyai, sebagai

bentuk tawadlu’ dan taat kepada kyai. Menurut William F. O’neill dan juga

yang dikutip dalam buku Prof. Abu Achmadi dalam buku ideologi pendidikan

Islam “Ideologi adalah sistem yang dijadikan asas pendapat yang memberikan

arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup, ideologi sifatnya mengarah pada

aksi dan dalam pendidikan ideologi bermakna konsep cita-cita dan nilai-nilai

yang secara eksplisit dirumuskan, dipercaya dan diperuangkan16

Sedangkan kaitannya dengan pengaruh, menurut Gramsci

(1891-1937)17

hegemoni meruakan suatu kekuasaan atau dominasi atas nilai-nilai

kehidupan, norma, maupun kebudayaan sekelompok masyarakat yang

akhirnya berubah menjadi doktrin terhadap kelompok lainnya dimana

kelompok yang didominasi tersebut secara sadar mengikutinya. Kelompok

yang didominasi oleh yang lain (penguasa) tidak merasa ditindas dan merasa

itu sebagai hal yang seharusnya terjadi.

16

Achmadi, Ideologi Pendidikan Islam (Paradigma Humanisme Teodentris), Pustaka Pelajar, 2005, hlm. 9.

17Nezar Patria,

(47)

40

Hegemoni merupakan supermasi suatu kelompok melalui

kepemimpinan intelektual dan moral. Kontrol sosial dilakukan dengan

membentuk keyakinan kedalam norma yang berlaku. Hegemoni adalah

sebuah rantai kemenangan yang diraih melalui mekanisme konsensus dari

langsung melakukan mekanisme kekerasan atau penindasan sosial secara

langsung, ada berbagai cara yang dipakai semisal melalui institusi yang ada di

masyarakat yang menentukan secara langsung struktur-struktur kognitif dari

masyarakat. Cara penaklukan kelompok secara keseluruhan lewat penanaman

norma, nilai serta budaya secara ideologis oleh kelas penguasa untuk

mempertahankan penguasaannya.18

Dalam hal ini bisa dilihat bagaimana Kyai selalu menanamkan

pengaruhnya kepada santri, tanpa ada potensi konflik antara santri dan kyai

maka bisa dikatakan bahwa hegemoni kyai terhadap santri berjalan mulus,

termasuk pengaruh dalam menanamkan ideologi yang diyakininya.

18 Heru Hendarto, “

(48)

41

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Subyek dan Lokasi Penelitian

1. Sejarah Pondok Pesantren Haji Ya’qub

Pondok Pesantren Haji Ya’qub adalah pondok pesantren yang

didirikan oleh KH. Ya’qub bin Sholeh, adik ipar sekaligus sahabat KH. Abdul

Karim (Mbah Manab) dan KH. Ma’ruf Kedunglo. Beliau adalah orang yang

diberi amanat oleh KH. Sholeh Banjarmlati (Ayahanda KH. Ya’qub) untuk

mendampingi Mbah Manab dalam menangani keamanan di Pon. Pes. Lirboyo

dan mendampingi Mbah Ma’ruf dalam menangani keamanan di Pon. Pes.

Kedunglo yang dikala itu masih angker dan banyak penjahat yang

mengganggu ketenangan pondok pesantren dan meresahkan para santri.

Perkembangan PPHY mulai tampak pada tahun 1978, santri yang ada di

PPHY ± sebanyak 60 orang dan pada waktu itu masih belum terbentuk

Himpunan Pelajar (HP) dan sistem pembayarannyapun masih langsung ke

Pondok Induk. Kegiatan ekstrakurikuler sebagai wadah kreativitas santri

(khithobah, dziba’iyah, tahlil dan cara berorganisasi) saat itu masih terkemas

dalam sebuah jam’iyyah yang bernama Jam’iyyah Ar-Rohmah Untuk

menampung santri yang terus bertambah maka dibangunlah asrama pertama

(49)

42

disebelah selatan ndalem K. Nur Muhammad. Sementara Himpunan Pelajar

baru berdiri pada tahun 1985 yang diketuai oleh Bapak Zumar M (Semarang).

Perkembangan selanjutnya berdiri pula jam’iyyah sholawat nariyah ba’da

Maghrib yang dipimpin olen Beliau K. Ihsan Bukhori (menantu Mbah

Ya’qub) dan pada tahun 1988 berdiri pula sholawatan setelah sholat jum’at

yang diprakarsai oleh Bapak. Nurul Mubin (Mojokerto). Perjalanan sejarah

berikutnya adalah dirintisnya Musyawarah Fathal Qorib di tahun 1992 oleh

Bpk. Lutfi.

Sementara di tahun 1993 perkembangan di tubuh PPHY adalah

berdirinya Madrasah Diniyah Haji Ya’qub yang dikepalai oleh Bpk. Widodo

Ahmad (Kediri) dan Sekretaris Bpk. Rosihin (Pekalongan). Tujuan

didirikannya MDHY ini adalah untuk menampung santri yang sekolah di luar

pesantren (sekolah formal) atau santri yang tidak bisa mengikuti Madrasah

Diniyah di Pondok Induk (MHM) disamping juga anak dari kampung.

Berawal dari 56 santri dan bertempat di kamar-kamar dan Mushalla, kegiatan

belajar mengajar pun dimulai dan lambat laun bertambahlah santri yang

mengais ilmu di madrasah ini hingga akhirnya saat ini mencapai 294 santri.

Di tahun 1994, Jam’iyyah di PPHY berkembang menjadi beberapa

wilayah yaitu, Jam’iyyah Kasbiyah (sekarang diganti Jam’iyyah Al

Anshoriyah), Jam’iyyah Futuhiyyah, Jam’iyyah Raudlatut Thalabah dan

Jam’iyyah Hablul Ukhuwah, pada tahun ini juga berdiri kegiatan istighotsah

(50)

43

penjagaan di lingkungan pondok juga mulai dibangun yang pada waktu itu

kepala keamanannya Bpk. Ahmad Hamim Umar (Sidoarjo) dan mulai

dilaksanakannya hukuman bagi yang melanggar peraturan berupa guyuran.

Sementara Musyawarah Gabungan Shugra (MGS) yang pesertanya siswa

ibtida’iyah MHM dan MDHY berdiri pada tahun 2000.

Sejak berdirinya PPHY, masyarakat sekitar pondok yang pada

awalnya merasa kurang menerima adanya komunitas pesantren

disekelilingnya, lambat laun menyadari akan urgennya sebuah pondok

pesantren, dengan bukti ada sebagian masyarakat yang ikut andil dalam

memajukan pondok pesantren. Diantaranya dengan mengikuti sekolah

madrasah diniyah di pondok pesantren, serta membantu kerja bakti di

lingkungan pondok. Dan dalam kurun 10 tahun sampai 2011 ini hubungan

masyarakat dengan keluarga besar PPHY semakin terjalin yang berdampak

semakin bertambahnya jumlah santri dan kemajuan-kemajuan di lingkungan

pondok.

Untuk menjalin kekerabatan dengan masyarakat luas dan sebagai syiar

pondok, PPHY juga ikut andil dalam berbagai event lomba. Terbukti pada

tahun 2008 juara I Festival Pencak Silat Pagar Nusa Tingkat Jatim, Juara I

lomba Lalaran di GNI Kediri, juara Favorit Festival Musik Islami Tradisional

di PP. Lirboyo, juara Favorit Lomba Pidato Bhs Arab Tingkat Kota Kediri.

Pada tahun 2009 juga juara II Festival Musik Islami di PP. Lirboyo dan juara

(51)

44

tahun 2011 ini delegasi PPHY meraih juara II cabang lomba Bola Volly Santri

yang diadakan oleh panitia peringatan satu abad Lirboyo.

2. Letak Geografis

Secra demografis pondok pesantren Haji Ya’qub beralamtkan di Kota

Kediri 64101 Telp. (0354) 772118 yakni Jl. KH. Abdul Karim Rt. 02 Rw. 01

Lirboyo Mojoroto Kota Kediri, berada dalam geografis sebagai berikut:

a. Sebelah barat berbatasan dengan rumah Bapak Asy’ari

b. Sebelah selatan berbatasan dengan mushalla kampong.

c. Sebelah timur berbatasan dengan persawahan

d. Sebelah utara berbatasan dengan jalan KH. Abdul Karim

3. Kegiatan Pondok

a. Pengajian Al - qur’an

Adalah kegiatan yang wajib diikuti oleh santri yang masih tingkat

Ibtida’iyah MDHY/MHM dan Tsanawiyah MDHY selain santri yang

mengaji di MMQ Induk. Jenjang pendidikannya dimulai dari tingkat

Ula (dasar), Wustha (menengah) dan Ulya (atas). Jenjang Ula dan

Wustha ditempuh selama satu semester sedangkan tingkat Ulya

sampai khatam Al Qur’an Binnadhor . Untuk bisa naik ke tingkat

berikutnya maka siswa harus mengikuti ujian kenaikan tingkat tiap

semesternya. Adapun tenaga pengajarnya adalah ustadz-ustadz yang

telah menempuh pendidikannya di MMQ Induk. Kegiatan ini dimulai

(52)

45

siswa sekolah formal mempersiapkan diri untuk berangkat

sekolah/kuliah.

b. Musyawarah

Kegiatan yang berlangsung pada pukul 16.30-18.00 WIS merupakan

kegiatan wajib bagi siswa MDHY untuk mengkaji dan memperdalam

materi pelajaran yang telah disampaikan bapak pengajarnya. Kegiatan

ini dibagi menjadi tiga tahap ; muhafadhoh kelas (16.30-17.00 WIS),

musyawarah kelompok (17.00-17.30 WIS) dan meroisi atau presentasi

pelajaran (17.30-18.00 WIS).

c. Madrasah Diniyah Haji Ya’qub

Merupakan salah satu unit pendidikan yang ada di Pondok Pesantren

Haji Ya’qub yang diperuntukkan bagi santri yang sekolah formal dan

siswa dari luar pondok (Nduduk). Jenjang pendidikan mulai dari

I’dadiyah, Ibtida’iyyah (6 tahun), Tsanawiyah (3 tahun), dan Aliyah (3

tahun) . kurikulum yang diterapkan adalah sebagaimana kurikulum di

Madrasah Hidayatul Mubtadi-in (MHM) Induk dengan berbagai

penyesuiain dengan keadaan santri PPHY yang notabene merangkap

sekolah formal. Kegiatan ini dimulai pukul 19.00-21.00 WIS.

d. Jam’iyah

Sebuah kegiatan ekstrakurikuler yang ada di PPHY untuk melatih

mental dan kemampuan santri dalam berorganisasi. Diharapkan

(53)

46

tahlil, pidato (khithobah), khutbah jum’at, membaca

barjanzi/dziba’iyah, merawat mayit (tajhijul mayit) dan kegiatan

kemasyarakatan lainya. Kegiatan jam’iyyah ini dilaksanakan pada hari

kamis malam ju’mat mulai pukul 19.30-21.30 WIS. Ada tiga macam

jenis jam’iyyah yaitu jam’iyyah far’iyyah, wilayah, dan pusat.

Jam’iyyah far’iyyah adalah jam’iyyah yang lingkupnya mencakup

anngota kamar, sedangkan jam’iyyah wilayah adalah gabungan dari

beberapa jam’iyyah far’iyyah,dan jam’iyyah pusat adalah gabungan

dari jam’iyyah wilayah yang ada di pondok pesantren haji ya’qub.

e. Rebana

Merupakan wadah bagi para santri yang ingin menuangkan bakatnya

dalam seni sholawat. Kegiatan ini ditangani oleh Jam’iyyah Pusat

Ar-Rohmah. Grup rebana ini telah mampu menorehkan prestasi di tingkat

Karesidenan Kediri dengan menyabet beberapa tropy tetap maupun

bergilir.

f. Pencak silat

Kegiatan ekstrakurikuler untuk melatih kekuatan fisik sebagai bekal

berjuang di masyarakat di samping untuk menjaga kesehatan. Sesuai

dengan ciri Pondok Pesantren Lirboyo, maka pencak silat yang

berkembang di HY adalah Pencak Silat Pagar Nusa yang beraliran

Cimande. Beberapa kali peserta didiknya dikirimkan untuk mengikuti

(54)

47

g. Seni baca Al-Qur’an

Adalah ekstrakurikuler yang diadakan pada hari Jum’at pada pukul

16.30-18.00 WIS untuk melatih para santri dalam seni membaca Al

Quran.yang sewaktu-waktu didelegasikan pada lomba MTQ. Dengan

bekal kegiatan ini, diharapkan para santri dapat mengembangkan

ilmu-ilmu Al Qur’an utamanya tentang ilmu-ilmu qiroat.

h. Istigosah

Kegiatan istighotsah mingguan yang dilaksanakan oleh semua santri

sesuai dengan jadwal masing-masing kamar. Diharapkan para santri

terlatih untuk senantiasa mendekatkan diri sebagai benteng spiritual

ketika mereka kembali ke desa masing-masing.

i. Sorogan kitab kuning

Merupakan kegiatan yang diperuntukkan bagi siwa MDHY dan siswa

ibtida’iyyah MHM guna memperdalam penguasaan cara membaca

kitab kuning yang benar. Kegiatan ini dilaksanakan pada malam Senin

dan Selasa pada pukul 21.30-23.00 WIS.

4. Susunan Pengurus Pondok Pesantren Haji Ya’qub

a. Pengasuh / Pelindung :

KH. Rofi’i Ya’qub

KH. Nur Muhammad Ya’qub

(55)

48

b. Dewan Harian :

Ketua I : Wildan Habibi

Ketua II : M. Habibi

Sekretaris I : Misbah Abidin

Sekretaris II : Maftuhin Zaini

Bendahara : M. Ainul Yaqin

Keuangan I : Darun Naja

Keuangan II : Ahmad Shodiqin

c. Dewan Pleno :

1. Seksi Pendidikan

Agus Abdul Harits AZ.

Asroni (Koord)

Imam Waliyuddin Ahmad (Wakil)

Wahib Rifa’i

Agus Makmun

M.Taufiq

Lukman Harun

Juwaini

Kholidin

M. Kholil

(56)

49

2. Seksi Keamanan

Agus In’am Musthofa

Yasir Arafat (Koord)

Hafidz Anwar (Wakil)

M. Khoiruddin

Abdul Aziz

Qorib Yunus

Nur Khozin

Hanifudin Zuhri

Rohanuddin

Rohmani

Arifin

3. Seksi PLP dan Pengairan

Agus Shobirin (Koord)

Joko Dwi Santoso

M. Taufiq

4. Seksi Kebersihan dan Pra Sarana

Irfan Fauzan (koord)

M. Mahrur

Mujib

Agus Salim

(57)

50

5. Seksi Humas Perweselan Dan Persidangan

Harun Mubarok (Koord)

Abdillah Ferdiansyah

M. Khoirul Anwar

d. Dewan Pleno Non Departemen

1. Seksi Jam’iyyah

Nailul Azmi

2. Seksi LBM

Syamsul Hadi

3. Seksi Pembangunan

Imam Faruq (Koord)

4. Seksi Istighotsah

M. Arifin (Koord)

5. Pengawas Sekolah Formal

Kholidin (Koord)1

5. Tradisi Salaf dalam Kajian Pondok

Zamachsyari Dhofier mengungkapkan pesantren salaf adalah lembaga

pesantren yang mempertahankan pengajaran kitab-kitab Islam klasik

(salaf) sebagai inti pendidikan. Sedangkan sistem madrasah hanya

ditetapkan untuk memudahkan sistem sorogan yang dipakai dalam

1 http://www.lirboyo.net/pesantren/pondok-unit-lirboyo/ponpes-haji-yaqub-hy/ diunduh pada

(58)

51

lembaga-lembaga pengajian bentuk lama, tanpa mengamalkan pengajaran

pengetahuan umum.2

Demikian menurut penulis yang disebut denggan pesantren salaf

adalah sebuah kumpulan sistem, bangunan menyatu yang terdiri dari

tempat pengajian sementara atau tempat berdomisili santri masjid (Surau,

Musholla, Langgar), tempat belajar Kyai, santri dengan segala perangkat

yang ada itu terjadi interaksi belajar mengajar ilmu-ilmu agama Islam

dengan acuan pokok kajian-kajian kitab-kitab ilmu klasik melalui sistem

sorogan dan bandongan.

a. Sistem Sorogan

Kata sorogan berasal dari bahasa Jawa yang berarti sodoran atau

yang disodorkan. Atau mensorog-kan (mengajukan) sebuah kitab

kepada kyai untuk dibaca dihadapannya. Pelaksanaannya, bagi

santri yang telah siap maju, santri menunggu giliran untuk maju.

Kemudian kyai membacakan makna kitab yang diajarkan dan

santri menirukan dan sampai benar-benar lancar. Untuk keesokan

harinya santri mengulangi bacaan yang telah lalu sambil

mengajukan tambahan materi baru kepada kyai. Sistem pengajaran

ini bisa disebut sebagai proses belajar mengajar individual.

b. Sistem Bandongan

2Zamarkhasyari Dhofir, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kyai (Jakarta:

(59)

52

Di Jawa Timur membaurkan bandungan dengan weton. Istilah

bandungan banyak dikenal oleh orang Jawa Tengah. Sementara di

Sumatera istilah bandungan disamakan dengan halaqoh. Dalam

sistem bandungan, kitab yang diajarkan kyai (guru) hanya satu.

Kyai membacakan kitab dan semua santri dengan membawa kitab

yang sama mengabsahi dengan makna gandul atau memberi

catatan penting pada hal-hal tertentu. Peserta pengajian tidak

dibatasi jumlahnya. Orientasi pengajaran bandungan lebih

menekankan pada sisi kesadaran seorang santri dalam mengikuti

pengajian dengan pemahaman bahwa mengaji itu merupakan

kewajiban bagi mukallaf.

c. Sistem Wetonan

Weton berasal dari bahasa Jawa wetuanyang kemudian dibaca

weton artinya berkala atau berwaktu. Dalam sistem ini seorang

kyai membaca suatu kitab dalam waktu tertentu, sedangkan

santrinya membaca kitab yang sama, lalu santri mendengarkan dan

menyimak bacaan kyai. Yang membedakan dengan sistem

bandungan adalah penentuan waktu, biasanya pengajian

dilaksanakan sesudah sholat rowatib. Kitab yang diajarkan tidak

tentu, kadang-kadang tidak memakai kitab, bisa bersifat wejangan

(60)

53

d. Pengajaran Kitab Klasik

Kitab-kitab klasik biasanya dikenal dengan istilah kitab kuning

yang terpengaruh oleh warna kertas. Kitab-kitab itu ditulis oleh

ulama zaman dulu yang berisikan tentang ilmu keislaman seperti:

Fiqh, hadits, tafsir maupun tentang akhlak. Ada dua esensinya

seorang santri belajar kitab-kitab tersebut, di samping mendalami

isi kitab maka secara tidak langsung juga mempelajari bahasa Arab

sebagai bahasa kitab tersebut. Oleh karena itu seorang santri yang

telah tamat belajarnya di pesantren cenderung memiliki

pengetahuan bahasa Arab. Hal ini menjadi ciri seorang santri yang

telah menyelesaikan studinya di pondok pesantren, yakni mampu

memahami isi kitab dan sekaligus juga mampu menerapkan bahasa

kita tersebut menjadi bahasanya. Penggalian khazanah budaya

Islam melalui kitab-kitab klasik salah satu satu unsur yang

terpenting dari keberadaan sebuah pesantren dan yang

membedakannya dengan lembaga pendidikan yang lainnya.

Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tradisional tidak

dapat diragukan lagi berperan sebagai pusat transmisi dan

desiminasi imu-ilmu keislaman, terutama yang bersifat

kajian-kajian klasik. Maka pengajaran “kitab-kitab kuning” telah menjadi

karakteristik yang merupakan ciri khas dari proses belajar

Gambar

 Tabel 3.1
tabel, dimana untuk subyek ketentuan df = N-2 pada penelitian ini karena N
 Tabel 3.6
  Tabel 3.7Uji Reliabilitas Variabel X Menggunakan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data tentang peran kyai dalam mengatasi kecenderungan perilaku melanggar peraturan oleh santri al-Husna Sidomulyo