• Tidak ada hasil yang ditemukan

GADGET DAN PERILAKU SANTRI DALAM KEHIDUPAN BERINTERAKSI.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GADGET DAN PERILAKU SANTRI DALAM KEHIDUPAN BERINTERAKSI."

Copied!
107
0
0

Teks penuh

(1)

GADGET

DAN PERILAKU SANTRI DALAM KEHIDUPAN

BERINTERAKSI

(Studi Kasus Di Pondok Pesantren Al-Muhajirin Dusun Panjer Desa Tunggal Pager Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial

(S. Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

SITI NUR AININ

NIM. B35211077

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

J U R U S A N I L M U S O S I A L

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

(2)
(3)
(4)
(5)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 19

2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

3. Pemilihan Subyek Penelitian ... 22

4. Tahap-Tahap Penelitian ... 23

5. Teknik Pengumpulan Data ... 26

6. Teknik Analisis Data ... 29

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data ... 31

H. Sistematika Pembahasan ... 33

BAB II : KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF ... 36

(6)

BAB III :GADGET DAN PERILAKU SANTRI DALAM KEHIDUPAN

BERINTERAKSI DI PONDOK PESANTREN AL-MUHAJIRIN . A. Pondok Pesantren Al-Muhajirin Desa Tunggal Pager

Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto ... 48

1. Keadaan Geografis Pesantren Sebelum Masuknya Gadget ... 48

2. Batas Wilayah Pondok Pesantren Al-Muahajirin ... 49

3. Keadaan Demografi Pondok Pesantren Al-Muhajirin ... 50

B. Perilaku Santri Dalam Penggunaan Gadget ... 57

1. Perilaku Santri Dalam Penggunaan Gadget di Lingkungan Pondok Pesantren Al-Muhajirin Desa Tunggal Pager ... 57

a. Tahap Terjadinya Penggunaan Gadget di Pesantren .... 57

b. Faktor Penyebab Perilaku Santri Dalam Penggunaan Gadget di Lingkungan Pesantren Al-Muhajirin ... 67

C. Tujuan Santri Dalam Penggunaan Gadget di Lingkungan Pondok Pesantren Al-MuhajirinDesa Tunggal Pager ... 72

D. Dampak Penggunaan Gadget Bagi Perilaku Santri Dalam Kehidupan Berinteraksi Di Pondok Pesantren Al-Muhajirin Desa Tunggal Pager ... 77

E. Gadget dan Perilaku Santri Dalam Kehidupan Berinteraksi Dilihat Dari Kacamata Teori Konflik Dahrendorf ... 90

BAB IV : PENUTUP ... 95

A. Kesimpulan ... 95

B. Saran ... 97

DAFTAR PUSTAKA ... 99

LAMPIRAN-LAMPIRAN 1. Pedoman Wawancara 2. Jadwal Penelitian

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pondok pesantren yang eksistensinya berada dalam jalur sistem

pendidikan kemasyarakatan, disebut sebagai pendidikan non formal. Program

pendidikan pesantren pada umumnya bebas dari ketentuan formal karena

program tersebut disusun sendiri. Program pendidikan pesantren berisi

pendidikan formal, nonformal dan informal yang berjalan setiap hari dalam

sistem asrama. Maka dari itu selain tempat belajar, pesantren juga merupakan

proses hidup itu sendiri. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan yang

mengajarkan ilmu Agama Islam yang diajarkan secara sistimatis, langsung

dari dalam bahasa Arab serta berdasarkan pembacaan kitab-kitab klasik

karangan ulama-ulama besar.1 Kegiatan lembaga pesantren bertujuan untuk

mengajarkan kepada santrinya cara hidup, dan berperilaku yang baik sesuai

dengan ajaran Islam.

Terdapat beberapa elemen dalam pesantren yaitu kyai yang merupakan

pengasuh (pemimpin) yang mentransformasi ilmu-ilmu agama kepada para

santri, sedangkan para santri merupakan murid yang dengan tekun dan patuh

dalam menerima dan mentransformasi ilmu-ilmu agama tersebut, sehingga

terdapat kesinambungan antara kyai dengan santri. Santri-santri yang tinggal

dalam lingkungan pesantren akan memperlajari kitab-kitab Islam.2

1

Dawan Rahardjo, Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta: LP3ES, 1974), hlm 02

2

(8)

2

Oleh karena itu, santri merupakan elemen penting dalam suatu lembaga

pesantren. Di suatu lembaga pesantren terdapat dua kelompok santri, antara

lain yaitu:

1. Santri mukim yaitu murid-murid yang berasal dari daerah yang jauh dan

menetap dalam kelompok pesantren

2. Santri kalong yaitu murid-murid yang berasal dari desa-desa di sekitar

pesantren, yang biasanya tidak menetap dalam pesantren.

Dari dua kriteria santri di atas, peneliti lebih menekankan pembahasan

ini kepada santri mukim karena di pondok pesantren Al-Muhajirin,

santri-santrinya berasal dari daerah yang jauh sehingga menetap dalam pesantren.

Seorang santri pergi dan menetap di suatu pesantren karena mempunyai

berbagai alasan yaitu:3

1. Santri ingin mempelajari kitab-kitab yang membahas Islam secara lebih

mendalam dibawah bimbingan kyai.

2. Santri memperoleh pengalaman kehidupan pesantren, baik dalam bidang

pengajaran, keorganisasian dan hubungan dengan pesantren-pesantren yang

lainnya.

3. Santri ingin memusatkan studinya di pesantren tanpa di sibukkan oleh

kewajiban sehari-hari di rumah keluarganya.

Memasuki era globalisasi dan modernisasi, perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan pesat. Teknologi

informasi adalah teknologi yang digunakan untuk mengelolah data

3

(9)

3

(memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data) untuk

menghasilkan informasi yang berkualitas. Perkembangan teknologi di

masyarakat dalam era informasi sekarang ini, memang sudah tidak dapat

dihindari lagi. Dalam suatu era dimana „„penguasa‟‟ informasi adalah

teknologi sebagai kunci untuk bisa mengambil manfaat. Penguasaan informasi

antara lain memiliki kemampuan mengakses, mengelolah, memanfaatkan, dan

menyebarluaskan informasi yang digunakan untuk beragam kepentingan

secara cepat dan tepat.

Di era teknologi informasi sekarang penguasaan teknologi ibarat ilmu

untuk memperluas pengetahuan, memperluas jangkauan dakwah, dan lain

sebagainya. Menurut KH. Abdullah Syafi‟ie kekuatan teknologi dapat

mengawetkan pesan-pesan agama yang beliau sampaikan lewat Radio

Syafi‟iyah dengan cara saat beliau ceramah Agama yang di rekam oleh

petugas stasiun radionya dalam berbagai kaset dengan tujuan agar nantinya

dapat di dengar oleh seluruh umat beragama Islam.4

Kemajuan teknologi informasi telah masuk dalam lembaga pesantren,

sehingga santri dengan mudah untuk memperoleh informasi-informasi dari

luar pesantren seperti di lingkungan pondok pesantren Al-Muhajirin, santri

pondok pesantren Al-Muhajirin telah banyak membawa gadget dalam

pesantren sehingga terjadi pengaruh positif dan negatif pada perilaku santri

dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Misal, santri menjadi kurang

4

(10)

4

berinteraksi secara langsung sesama santri, lebih fokus ke gadget dari pada

mendengarkan temannya berbicara dan lain sebagainya.

Dalam pondok pesantren akan terlahir suatu Interaksi sosial, yang

merupakan hubungan timbal balik antar manusia dalam kehidupan sosial yang

di dorong oleh motif-motif internal, yaitu kepentingan dan tujuan. Pola-pola

interaksi sosial yang terdapat di pondok pesantren Al-Muhajirin yaitu

pola-pola hubungan sosial yang melahirkan pertentangan antar santri maupun santri

dengan pengurus. Yang melatarbelakangi adanya pertentangan adalah adanya

perbedaan kepentingan dan tujuan. Akan tetapi, pencapaian tujuan

masing-masing pihak tersebut akan berhadapan dengan kepentingan pihak lain,

sehingga pertemuan antar kepentingan akan menimbulkan benturan

kepentingan. Pola-pola hubungan timbal balik seperti ini akan menimbulkan

pertikaian, perselisihan, yang dalam istilah sosiologi disebut konflik.5 Seperti,

santri di pondok pesantren Al-Muhajirin memiliki suatu pertentangan antar

santri dan pengurus. Terjadinya pertentangan tersebut di sebabkan oleh

perbedaan peraturan pembawaan gadget dalam lingkungan pondok pesantren

Al-Muhajirin seperti santri di perbolehkannya membawa Handphone yang

tidak bermemory card, sedangkan pengurus di perbolehkan membawa

Handphone yang bermemory card, maka peraturan membawa gadget yang

berbeda akan melahirkan pola-pola hubungan timbal balik yang dapat

melahirkan pertentangan seperti kecemburuan sosial pada santri dengan

pengurus sehingga dapat menimbulkan konflik. Meskipun adanya suatu

5

(11)

5

pertentangan antar santri dan pengurus, terdapat pula pola-pola hubungan

kerja sama antar santri yang saling membutuhkan satu sama lain. Misal,

sebelum pondok pesantren Al-Muhajirin di perbolehkan membawa gadget,

antar santri dan pungurus saling kerja sama untuk mempergunakan teknologi

di dalam pondok pesantren. Sehingga, kiai memberikan izin santri-santrinya

untuk membawa gadget di dalam pondok pesantren Al-Muhajirin.

Dari berbagai fenomena dari latar belakang tersebut, maka peneliti

tertarik membahas permasalahan yaitu yang berjudul „„Gadget dan Perilaku

Santri Dalam Kehidupan Berinteraksi di Pondok Pesantren Al-Muhajirin

Dusun Panjer Desa Tunggal Pager Kecamatan Pungging Kabupaten

Mojokerto‟‟.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus penelitian

atau titik perhatian dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana perilaku santri dalam penggunaan gadget di lingkungan pondok

pesantren Al-Muhajirin Dusun Panjer Desa Tunggal Pager Kecamatan

Pungging Kabupaten Mojokerto?

2. Apa tujuan santri dalam penggunaan gadget di lingkungan pondok

pesantren Al-Muhajirin Dusun Panjer Desa Tunggal Pager Kecamatan

Pungging Kabupaten Mojokerto?

3. Bagaimana dampak penggunaan gadget bagi santri dalam kehidupan

berinteraksi di pondok pesantren Al-Muhajirin Dusun Panjer Desa Tunggal

(12)

6

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian ini yang terkait dengan „„Gadget dan

Perilaku Santri Dalam Kehidupan Berinteraksi Di Pondok Pesantren

Al-Muhajirin Desa Tunggal Pager Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto‟‟,

maka peneliti mempunyai beberapa tujuan yang berhubungan dengan

diadakannya penelitian ini diantaranya yaitu :

1. Untuk mengetahui bagaimana perilaku santri dalam penggunaan gadget di

lingkungan pondok pesantren Al-Muhajirin Dusun Panjer Desa Tunggal

Pager Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto.

2. Untuk mengetahui apa tujuan santri dalam penggunaan gadget di

lingkungan pondok pesantren Al-Muhajirin Dusun Panjer Desa Tunggal

Pager Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto.

3. Untuk mengetahui bagaimana dampak penggunaan gadget bagi santri

dalam kehidupan berinteraksi di pondok pesantren Al-Muhajirin Dusun

Panjer Desa Tunggal Pager Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto

D. Manfaat Penelitian

Penelitian yang berjudul “Gadget dan Perilaku Santri Dalam

Kehidupan Berinteraksi Di Pondok Pesantren Al-Muhajirin Desa Tunggal

Pager Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto”. Peneliti juga memiliki

manfaat dari penelitian yang telah dilakukan. Sebagaimana peneliti berharap

bahwa hasil dari penelitian tersebut dapat menjadikan masukan dan dapat

(13)

7

1. Secara Teoritis

a. Sebagaimana penelitian ini diharapkan mempunyai gambaran dengan

realitas sosial yang telah terjadi di masyarakat yang mana terdapat

kesesuaian diantara teori yang di pergunakan dengan realita yang terjadi.

b. Manfaat penelitian ini bisa menjadi bahan kajian dan tambahan

pengetahuan di bidang akademis dan menjadi sumber ilmu atau referensi

di dalam kajian mengkaji tentang gadget dan perilaku santri dalam

kehidupan berinteraksi di pondok pesantren Al-Muhajirin, dan

penerapan-penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Secara Praktis

a. Bagi peneliti

Peneliti dapat menambah pengetahuan serta pemahaman yang

berhubungan dengan gadget dan perilaku santri dalam

kesehari-hariannya. Dan dapat meningkatkan kompetensi di dalam bidang

penelitian.

b. Bagi santri Al-Muhajirin

Menjadikan santri Al-Muhajirin akan lebih hati-hati dalam

mengaplikasikan teknologi khususnya gadget dan perilaku santri dalam

kehidupan berinteraksi di pondok pesantren Al-Muhajirin agar terhindar

dari dampak negatif dari adanya gadget dan mengambil dampak positif

dari adanya gadget serta santri agar bisa lebih mengutamakan belajar

(14)

8

sesama santri, pengurus dan pengasuh pesantren lebih di utamakan agar

tidak terjadi kesalahfaham.

E. Definisi Konsep

Definisi konseptual merupakan penjelasan dari setiap kata dalam judul

penelitian yang membutuhkan sebuah penjelasan yang lebih lanjut. Tujuan

definisi konseptual yaitu untuk menghindari kesalahfahaman dalam

mengartikan maksud dari judul penelitian tersebut dan agar mengetahui

makna dari judul tersebut. Maka dari itu peneliti akan memberikan definisi

yang ada di dalam setiap kata yang digunakan dalam judul yaitu „„Gadget dan

Perilaku Santri Dalam Kehidupan Berinteraksi di Pondok Pesantren

Al-Muhajirin Desa Tunggal Pager Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto‟‟.

Adapun definisi konseptualnya adalah sebagai berikut:

1. Gadget

Menurut Kuncoro Gadget yaitu sebuah fitur berteknologi tinggi.

Gadget juga adalah sebuah piranti atau instrument yang memiliki tujuan

dan fungsi praktis spesifik yang berguna dan umumnya di berikan terhadap

sesuatu yang baru.6 Contohnya, komputer merupakan alat elektronik yang

memiliki pembaruan berbentuk gadget, yaitu handphone atau tablet.

Gadget adalah sebuah obyek (alat atau barang elektronik) teknologi kecil

yang memilki fungsi khusus, tetapi sering diasosiasikan sebagai sebuah

inovasi atau barang baru. Gadget kadang juga disebut dengan gizmos. Di

dalam gadget terdapat banyak aplikasi dan jejaring sosial untuk

6

(15)

9

berkomuikasi dengan sesama manusia dimuka bumi ini, contoh saja yang

sangat popular saat ini adalah facebook, twitter, yahoo, dll.

Gadget yang berhubungan dengan judul „„Gadget dan Perilaku

Santri Dalam Kehidupan Berinteraksi di Pondok Pesantren Al-Muhajirin

Desa Tunggal Pager Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto‟‟

merupakan pondok pesantren Al-Muhajirin yang telah memperbolehkan

santrinya dalam membawa gadget di lingkungan pesantren sehingga santri

telah banyak mempergunakan gadget seperti untuk keperluan-keperluan

komunikasi, mencari informasi, bermain permainan, dan mendengarkan

musik.

Santri dalam mempergunakan gadget di lingkungan pondok

pesantren dapat membawa pengaruh pada kesehari-hariannya santri dalam

belajar dan dapat membawa dampak pada diri santri sendiri serta dengan

adanya gadget juga dapat menjadikan konflik antar santri.

2. Perilaku Santri

Perilaku adalah keseluruhan tabiat dan sifat seseorang yang tercemin

dalam ucapan dan tidak tanduknya.7 Perilaku manusia pada dasarnya terdiri

dari komponen pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan

(psikomotor) atau tindakan. Menurut Kurt Lewin, perilaku didorong atas

motif tertentu sehingga mengakibatkan suatu perubahan dalam diri manusia

itu sendiri.

7

(16)

10

Santri menurut Abdul Qadir Djaelani adalah siswa yang di didik

dalam lingkungan pondok pesantren, sedangkan pondok pesantren adalah

lembaga pendidikan dan penyiaran agama Islam, tempat pelaksanaan

kewajiban belajar dan mengajar dan pusat perkembangan jama‟ah

(mayarakat) yang diselenggarakan dalam suatu tempat seperti masjid

sebagai pusat pendidikan dan pembinaannya.8 Sedangkan menurut W.J.S

Poerwadarminta santri adalah orang yang mendalami pengajiannya dalam

agama Islam (dengan pergi ke tempat yang sangat jauh seperti pesantren).9

Perilaku santri di pondok pesantren Al-Muhajirin yaitu mentaati

peraturan yang telah tersedia di dalam pondok pesantren seperti mengikuti

kegiatan dalam pondok misalnya diniyah, membaca kitab, membaca

Al-Qur‟an. Pondok pesantren Al-Muhajirin pada dasarnya selalu menanamkan

kepada santri untuk mempunyai rasa percaya diri sendiri, bersifat mandiri,

sederhana, dan mempunyai rasa solidaritas yang tinggi sehingga dapat

membentuk perilaku santri dan dapat mempengaruhi pola kehidupan santri

dalam melakukan aktifitas kesehariannya.

Perngaruh gadget terhadap perilaku santri Al-Muhajirin dalam

kehidupan di pesantren yaitu perilaku santri dalam melakukan aktifitas

kesehariannya yang tidak lepas dari gadget sehingga terjadi dampak negatif

dan positif dalam perilaku santri. Perilaku santri dalam mempergunakan

gadget dalam pesantren terdapat beberapa faktor penyebab yang

mempengaruhinya seperti dari peraturan-peraturan pondok pesantren itu

8

Abdul Qadir Djaelani, Peran Ulama dan Santri, (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1994),hlm. 07

9

(17)

11

sendiri misal di perbolehkannya membawa Handphone sehingga santri

dengan leluasanya membawa gadget di pesantren, dan dari lingkungan

sekitar dan lain-lain.

3. Interaksi

Interaksi merupakan hubungan timbal balik antar manusia dalam

kehidupan sosial yang didorong oleh motif-motif internal, yaitu

kepentingan dan tujuan. Dengan beragamnya kepentingan dan tujuan

masing-masing individu, maka akan lahir pola-pola interaksi sosial, yaitu:

pertama, pola-pola hubungan sosial yang yang melahirkan pertentangan

antar individu maupun antar kelompok. Yang melatarbelakangi adanya

pertentangan adalah adanya perbedaan kepentingan dan tujuan yang oleh

masing pihak ingin dicapai. Akan tetapi, pencapaian tujuan

masing-masing pihak tersebut akan berhadapan dengan kepentingan pihak lain,

sehingga pertemuan antar kepentiangan akan menimbulkan benturan

kepentingan. Pola-pola hubungan timbal balik seperti ini akan

menimbulkan pertikaian, perselisihan, yang dalam istilah sosiologi disebut

konflik. Proses sosial yang demikian akan menghasilkan interaksi sosial

yang bersifat disosiatif.

Kedua, pola-pola hubungan sosial yang melahirkan kerja sama antar

individu maupun antar kelompok. Hal ini dilatarbelakangi oleh sifat

manusia sebagai makhluk sosial antara satu dengan lainnya terdapat

(18)

12

proses sosial yang demikian ini disebut interaksi sosial asosiatif.10 Produk

dari interaksi sosial adalah nilai-nilai sosial, norma, sosial, dan lembaga

sosial.

Proses interaksi santri Al-Muhajirin sesudah adanya gadget di

lingkungan pesantren bersifat disosiatif yaitu interaksi yang didorong oleh

adanya perbedaan kepentingan dan tujuan santri sehingga menghasilkan

pertentangan atau konflik sesama santri seperti perbedaan membawa gadget

di lingkungan pesantren. Sedangkan proses interaksi santri Al-Muhajirin

sebelum adanya gadget di lingkungan pesantren bersifat asosiatif yaitu

interaksi yang didorong oleh kerjasama atau saling membutuhkan satu

sama lain seperti berinteraksi secara langsung dengan santri-santri lain,

lebih mementingkan mendengarkan temannya berbicara dan saling

bekerjasama sesama santri agar di perbolehkannya membawa gadget di

lingkungan pesantren.

Dari definisi konseptual yang telah dijelaskan oleh peneliti tentang

‘‘Gadget dan perilaku santri dalam kehidupan berinteraksi di Pondok

Pesantren Al-Muhajirin’’ yaitu perilaku santri dalam melakukan aktifitas

kesehariannya yang tidak lepas dari gadget sehingga terjadi dampak negatif

dan positif pada perilaku santri. Dengan adanya gadget dapat juga

membawa ke konflik yang di sebabkan oleh kurangnya interaksi sesama

santri ataupun pengurus dan pengasuh pesantren sehingga dapat

10

(19)

13

menimbulkan suatu pertentangan atau kesalahfahaman yang dikarenakan

oleh perbedaan peraturan membawa gadget.

F. Telaah Pustaka

Berdasarkan pada gambaran umum tema penelitian yang berhubungan

dengan judul yang diangkat oleh peneliti yaitu ‘‘Gadget dan Perilaku Santri

Dalam Kehidupan Berinteraksi (Studi Kasus Pondok Pesantren Al-Muhajirin

Dusun Panjer Desa Tunggal Pager Kecamatan Pungging Kabupaten

Mojokerto)’’sebagaimana gambaran umum di dalam tema penelitian tersebut

adalah yang berhubungan dengan gadget dan perilaku santri dalam kehidupan

berinteraksi. Perilaku santri yang dikaji oleh peneliti yaitu tentang perilaku

santri yang telah terpengaruh oleh adanya gadget sehingga berdampak pada

interaksi dan aktifitas kesehariaannya santri dalam lingkungan pesantren

Al-Muhajirin Dusun Panjer. Pengaruh dari adanya gadget dalam pesantren telah

dirasakan oleh santri-santri Al-Muhajirin.

Seperti halnya Menurut Mahmud Yunus, tokoh pendidikan Indonesia

berpendapat bahwa anak didik hendaknya memiliki tugas-tugas sebagai

berikut: Hendaklah mengurangi kesibukan yang berhubungan dengan urusan

dunia, artinya urusan yang tidak ada hubungan dengan ilmu yang di pelajari.

Kesibukan itu akan mengganggu ketekunan belajarnya.

Dari penjelasan dari Mahmud Yunus sudah sangat jelas bahwa santri di

dalam pondok pesantren harusnya dapat mengurangi kesibukan yang

berhubungan dengan urusan dunia seperti bermain gadget dalam pesantren,

(20)

14

seorang santri dan tempat belajarnya para santri untuk memiliki bekal

keilmuaan. Sehingga dengan adanya kesibukan santri dengan urusan dunia

akan berakibat mengganggu ketekunan belajar.

Menurut Hasan Fahmi tugas pelajar muslim yaitu: hendaklah pelajar

muslim meninggalkan kelakuan yang buruk karena kelakuan yang buruk akan

menimbulkan kesulitan dalam belajar, hendaklah para pelajar muslim bersifat

merendahkan diri terhadap gurunya menghormatinya, mematuhinya,

hendaklah para pelajar muslim memiliki semangat yang tinggi dan giat belajar

karena hal itu merupakan salah satu kunci keberhasilan belajar, para pelajar

muslim hendaklah bersifat tabah dalam menuntut ilmu.11

Sedangkan menurut Abdullah Syafi‟i para pelajar muslim hendaklah

memiliki akhidah islam yang kuat, memiliki niat yang ikhlas, memiliki etos

keilmuan, memiliki keterampilan, memiliki keberanian, dan berakhlak.

Peneliti membahas tentang gadget dan perilaku santri yang berada di

pondok pesantren Al-Muhajirin yaitu pengaruh gadget terdapat perilaku santri

dalam kehidupan berinteraksi di lingkungan pondok pesantren. Untuk lebih

memahami akan terjadinya kondisi pesantren yang sudah mengalami

perubahan peraturan seperti peraturan yang di perbolehkan membawa

Handphone, peneliti juga perlu melihat akan tujuan santri membawa gadget di

lingkungan pesantren, peneliti juga melihat faktor-faktor penyebab pengaruh

perilaku santri dalam penggunaan gadget, serta dampak-dampak dari adanya

gadget di lingkungan pondok pesantren.

11

(21)

15

Peneliti juga mengkaji akan pola interaksi yang terjadi sebelum

membawa dan sesudah membawa gadget di lingkungan pesantren. Di jelaskan

beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, sehingga

menjadi bahan pertimbangan, selain itu juga dapat dijadikan referensi,

tentunya penelitian terdahulu berguna untuk untuk menjelaskan beberapa hal

yang membedakan antara penelitian ini dengan penelitian yang sebelumnya

diantara adalah:

1. ‘‘Handphone Sebagai Gaya Hidup (Studi Kasus di Kalangan Mahasiswa

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya)’’ dengan

lokasi penelitian di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga

Surabaya.12 Pada tahun 2011 yang berasal dari jurusan Sosiologi (SOS)

Fakultas Dakwah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif.

Berdasarkan dari hasil skripsi yang telah dibuat oleh Nur Masbahah

tersebut yang mana mengkaji tentang bagaimana gaya hidup Mahasiswa

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya di bangun

melalui kepemilikan Hand Phone dan Faktor apakah yang mempengaruhi

keputusan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga

Surabaya dalam memilih Hand Phone. Pola gaya hidup mahasiswa Fakultas

Ekonomi dan Bisnis yang cenderung mengikuti gaya hidup yang

berkembang seperti memilih handphone sebagai alat komunikasi dan

penunjang jati dirinya di era modernisasi ini di kalangan mahasiswa

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya. Faktor yang

12Nur Mashabah, „„

Handphone Sebagai Gaya Hidup (Studi Kasus di Kalangan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga Surabaya)‟‟, (Skripsi,,. IAIN Sunan Ampel

(22)

16

mempengaruhi keputusan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis dalam

memilih handphone antara lain adalah sebagai kebutuhan hidup,

mempermudah tali silaturrahmi, sebagai sarana komunikasi, mempermudah

berkomunikasi dimanapun dan kapanpun, handphone dapat meningkatkan

image user, sebagai penunjang kehidupan sehari-hari. Jadi gaya hidup

mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis yaitu dibangun melalui

kepemilikan handphone yang mengikuti mode dan trend yang ada.

2. Skripsi yang lain ditulis oleh Ernawati dengan judul‘‘Transformasi

Masyarakat Santri (Studi Tentang Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan

Masyarakat Akibat Perkembangan Industrialisasi Di Desa Leran

Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik)’’ dengan lokasi di Desa Leran

Kecamatan Manyar Kabupaten Gresik.13Pada tahun 2008 Jurusan Sosiologi

Fakultas Dakwah dengan menggunakan metode kualitatif. Skripsi ini

mengkaji tentangbagaimana bentuk perubahan perilaku sosial keagamaan

masyarakat santri yang di akibatkan oleh perkembangan industrialisasi dan

latar belakang yang mempengaruhi perilaku sosial keagamaan di desa

Leran Kecamatan Mayar Kabupaten Gresik. Perubahan perilaku sosial

keagamaan masyarakat santri yang diakibatkan perkembangan

industrialisasi seperti berkurangnya jumlah orang yang membayar zakat

mal, menurunnya tingkat beramal misal berqurban di hari raya idul Adha,

menurunnya jumlah jama‟ah pada sholat fardhu baik di masjid-masjid

maupun di musholah, berkurangnya kegiatan jama‟ah misal tahlilan, maulid

13Ernawati, „„

Transformasi Masyarakat Santri (Studi Tentang Perubahan Perilaku Sosial Keagamaan Masyarakat Akibat Perkembangan Industrialisasi Di Desa Leran Kecamatan Manyar

(23)

17

diba‟ tadarus Al-Qur‟an. Latar belakang yang mempengaruhi terjadinya

perubahan perilaku sosial keagamaan desa Leran adalah pengaruh

lingkungan, adanya para pendatang (penduduk urban), adanya kesibukan,

kurangnya siraman rohani, kurangnya pengawasan orang tua terhadap anak,

dan pendidikan berorientasi pada dunia kerja.

3. Skripsi yang lain ditulis oleh Zainuddin dengan judul „„Perubahan Perilaku

Santri di Tengah Masyarakat Perkotaan (Studi Perilaku Santri di

Pesantren Darul Lughah Kecamatan Kota Kraksaan Kabupaten

Probolinggo)‟‟ dengan lokasi di Pesantren Darul Lughah Kecamatan Kota

Kraksaan Kabupaten Probolinggo.14 Pada tahun 2007 Jurusan Sosiologi

Fakultas Dakwah dengan menggunakan metode kualitatif. Skripsi ini

mengkaji tentang bagaimana bentuk perubahan perilaku santri dan apa saja

faktor penyebab perubahan perilaku santri di Pesantren Darul Lughah Wal

Karomah Kecamatan Kota Kraksaan Kabupaten Probolinggo. Bentuk

perubahan perilaku santri ke arus globalisasi terjadi secara proses pelan tapi

cepat. Sebab perubahan perilaku santri awalnya dimulai dari gaya hidup

berpakaian, bergaul, serta berinteraksi dengan individu atau kelompok dan

lingkungan dalam pesantren itu sendiri. Perubahan itu didukung dengan

adanya komputer, TV, media cetak, Internet, dan budaya atau adat

masyarakat khusunya Kota Kraksaan. Dan faktor yang mempengaruhi

terjadi perubahan terhadap perilaku santri diantaranya yaitu letak geografis

Pondok Pesantren yang berada ditengah kota Krasksaan sehingga arus

14Zainuddin, „„

(24)

18

informasi dan teknologi terjangkau dengan mudah dan membawa dampak

pada perubahan perilaku santri, adanya beberapa peraturan yang ditetapkan

oleh pesantren baik secara tertulis maupun yang tidak, interaksi sosial santri

dengan lingkungan yang ada di dalam pesantren.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dengan hasil penelitian sekarang

memiliki perbedaan. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif.

Kajian yang peneliti ambil lebih berhubungan dengan dampak gadget di

lingkungan pesantren, tujuan santri dan perilaku santri dalam penggunaan

gadget dalam pesantren, serta faktor penyebab yang mempengaruhi perilaku

santri seperti pengaruh gadget yang telah terjadi di lingkungan pesantren dan

telah memberikan dampak pada perilaku santri itu sendiri misal dampak

gadget dalam kehidupan santri, dari cara berinteraksi, berpola pikir,

menurunnya penjiwaan dalam diri santri, dan lain sebagainya.

Peneliti juga akan mengkaji akan pola interaksi sebelum adanya

peraturan membawa gadget serta susudah adanya peraturan di perbolehkan

membawa gadget yang terjadi antara kiai, pengurus, dan santri.

Dapat dilihat letak perbedaan antara peneliti sekarang dengan peneliti

terdahulu. Peneliti menggunakan penelitian terdahulu dengan tujuan agar

dapat membandingkan antara kajian peneliti yang sekarang dengan peneliti

yang terdahulu. Peneliti yang sekarang menggunakan teori konflik dari

Dahrendorf yang mana membahas tentang kekuasaan dan wewenang yang

(25)

19

serta larangan. Faktor dari adanya konflik yaitu wewenang yang tidak merata

sehingga menimbulkan konflik.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan suatu cara atau proses yang digunakan di

dalam melakukan penelitian. Sebagaimana metode penelitian dibutuhkan oleh

peneliti untuk tahapan di dalam melakukan penelitian. Menurut Dedy

Mulyana metode adalah proses, prinsip, dan prosedur yang kita gunakan untuk

mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan kata lain, metodologi

adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik penelitian.15

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

a. Pendekatan

Sesuai dengan judul penelitian yang diajukan yaitu gedget dan

perilaku santri dalam kehidupan berinteraksi di pondok pesantren

Al-Muhajirin, maka penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif. penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

menghasikan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang di amati.16

Dengan demikian, penelitian kualitatif adalah sebagai penelitian

yang tidak dihasilkan angka-angka tetapi menghasilkan data-data

deskriptif berupa acuan dan perilaku obyek yang diteliti.

15

Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma baru Ilmu Komunikasi dan Sosial lainnya (Bandung: PT remaja Rosdakarya,2008) ,145.

16

(26)

20

b. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti yaitu penelitian

deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang dimaksudkan

untuk menggumpulkan data informasi mengenai status suatu gejala yang

ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian

dilakukan.17

Sedangkan penelitian deskriptif menurut Mardalis adalah

penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini

berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan, mencatat,

analisis, dan menginterprestasikan kondisi-kondisi yang sekarang ini

terjadi atau ada.18 Jadi, dalam penelitian ini peneliti berusaha meneliti

seberapa besar pengaruh gadget terhadap kehidupan perilaku santri.

Latar belakang peneliti memilih metode penelitian kualitatif

deskriptif yaitu karena peneliti melihat bahwa metode penelitian

kualitatif deskriptif sangat sesuai dengan permasalahan yang diangkat

oleh peneliti dan sesuai dengan tema yang diambil oleh peneliti. Metode

penelitian kualitatif deskriptif dalam prosedur penulisannya berbentuk

kata-kata, gambar, dan datanya meliputi transkip wawancara, catatan

data lapangan, foto-foto, dokumentasi pribadi serta deskripsi mengenai

data situasi. Peneliti beranggapan bahwa jenis penelitian deskriptif ini

dapat digunakan untuk menjawab permasalahan yang diangkat oleh

17

Arikanto,Suharsimi . Prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta: Rineka Cipta,1993), hlm. 309

18

(27)

21

peneliti. Sebagaimana dalam hasilnya nanti berbentuk deskripsi atau

narasi tertulis.

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian ini adalah di pondok pesantren

Al-Muhajirin Dusun Panjer Desa Tunggal Pager Kecamatan Pungging

Kabupaten Mojokerto. Pemilihan lokasi di karenakan pesantren sudah

mengalami suatu perubahan seperti peran kiai yang dulunya masih

mempertahankan tradisi pesantren tapi kini kiai telah merubah peraturan

yang ada di pesantren misal santri sudah diperbolehkan membawa

gadget, pengaruh gadget bagi santri, dan tujuan santri membawa gadget

serta faktor yang mempengaruhinya. Peneliti juga sudah sedikit banyak

mengenal obyek penelitian sehingga dapat memudahkan peneliti untuk

menggali informasi-informasi yang dikaji.

b. Waktu penelitian

Dalam melakukan penelitian yang berjudul „„Gadget dan Perilaku

Santri Dalam Kehidupan Berinteraksi Di Pondok Pesantren

Al-Muhajirin Dusun Panjer Desa Tunggal Pager Kecamatan Pungging

Kabupaten Mojokerto. Peneliti telah menentukan waktu yang digunakan

di dalam melakukan proses penelitian. Waktu di dalam proses penelitian

tersebut adalah ketika pertama kali peneliti melakukan observasi atau

(28)

22

proses penelitian, dan pembuatan laporan penelitian. Sebagaimana waktu

penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini :

Tabel 1.1

Waktu Penelitian

No. Tahap penelitian Waktu penelitian

1. Pra studi lapangan 01 Desember – 03 Desember 2014 2. Studi lapangan 05 Januari – 26 April 2015 3. Pembuatan laporan 01 Maret – 31 Mei 2015

3. Pemilihan Subyek Penelitian

Dalam penelitian ini subyek yang diambil oleh peneliti dan dijadikan

sebagai key informan adalah pengasuh, pengurus, dan santri Al-Muhajirin.

Alasan peneliti untuk mengambil subyek informan tersebut karena peneliti

beranggapan bahwa para informan tersebut dapat memberikan informasi

yang berhubungan dengan data yang dibutuhkan oleh peneliti. Dengan

menggunakan key informan kelengkapan dan kevalidan data dapat tercapai.

Sumber data merupakan sumber dari mana data itu di peroleh,

berdasarkan jenisnya sumber data menurut Suharmini Arikunto dapat

dibedakan menjadi dua yaitu, data primer dan data sekunder.19

a. Data Primer : data yang diperoleh dari hasil wawancara atau informasi

dari informan, yaitu orang yang berpengaruh dalam proses perolehan

data atau bisa disebut key member yang memegang kunci utama sumber

data penelitian ini, karena informan merupakan seseorang yang

benar-benar tahu dan terlibat dalam penggunaan gadget dan perilaku santri

dalam kehidupan berinteraksi di pondok pesantren.

19

(29)

23

Beberapa informan yang dapat mewakili dalam penelitian ini dapat

dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 1.2 Daftar Informan

No. Nama Jabatan

1. KH. Abdul Ghofur Shidiq Pengasuh Pondok Pesantren 2. H.Imam Muhajir Ketua Yayasan Pondok Pesantren 3. Hj. Siti Mahmudah Bu nyai pondok pesantren

4. Rida Pengurus santri putri

5. Arif Pengurus santri putra

6. Zida Santri

7. Umma Santri

8. Radit Santri

9. Milla Santri

10. Dodi Santri

b. Data sekunder: data berasal dari sumber kedua atau dari instansi seperti

dokumen hasil belajar santri baik dalam bentuk laporan maupun data

sekunder lainnya atau dari teks book.20 Serta informasi yang dikeluarkan

oleh pihak ketua yayasan yang berupa data-data tertulis seperti profil

pondok pensantren, dokumen-dokumen pondok pesantren, jumlah santri

dan fasilitas-fasilitas pondok pesantren.

4. Tahap-Tahap Penelitian

Untuk melakukan sebuah penelitian kualitatif, perlu mengetahui

tahap-tahap yang akan dilalui dalam proses penelitian. Untuk itu peneliti

harus menyusun tahap-tahap penelitian yang lebih sistematis agar dapat

diperoleh hasil penelitian yang sistematis pula.

20

(30)

24

Tahap-tahap penelitiannya sebagai berikut:21

a. Tahap Pra Lapangan

Tahap pra lapangan merupakan tahap penjajakan penelitian

lapangan. Adapun langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti yatu :

1) Menyusun rancangan penelitian

Dalam menyusun rancangan penelitian, peneliti berangkat dari

permasalahan yang akan diangkat dalam penelitian.

2) Memilih lapangan penelitian

Dalam memilih lapangan penelitian, peneliti berpijak dari

rumusan masalah yang telah diangkat sehingga peneliti bisa memilih

lokasi penelitian yang sesuai.

3) Mengurus surat perijinan

Dalam melakukan penelitian, peneliti harus mempunyai surat

perijinan meneliti sehingga dapat memudahkan peneliti dalam proses

penelitian.

4) Penilaian lokasi penelitian

Di dalam penilaian lokasi penelitian, peneliti harus melihat

lokasi penelitian yang berhubungan dengan situasi, kondisi, latar

beserta konteksnya yang sesuai dengan permasalahan yang telah

diangkat oleh peneliti.

21

(31)

25

5) Memilih dan memanfaatkan informan

Sehubungan dengan informan yang akan digunakan didalam

pengumpulan data dalam penelitian, maka informan yang dipilih

oleh peneliti harus benar-benar mengetahui dan memahami akan

kondisi yang berada di lokasi penelitian. Di dalam pemilihan

informan tidak hanya satu sumber saja yang diambil melainkan harus

ada sumber lain guna mencapai kevaliditasan data.

6) Menyiapkan perlengkapan penelitian seperti alat tulis, kamera,

recorder, dan sebagainya.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Tahap ini mempersoalkan tentang segala macam pekerjaan

lapangan antara lain yaitu:

1) Tahap pengumpulan data, dalam tahap ini peneliti memegang

peranan sangat penting karena pada penelitian ini peran aktif dan

juga kemampuan peneliti dalam mengumpulkan data sangat

diperlukan. Tahap ini lakukan dengan:

a) Observasi terlibat

b)Interview atau wawancara mendalam

c) Dokumentasi

2) Tahap analisis data merupakan proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan

uraian dasar. Pada tahap ini data yang diperoleh dari berbagai

(32)

26

dan data lain yang mendukung dikumpulkan, diklasifikasi dan

dianalisa dengan domain.

3) Tahap Penulisan Laporan merupakan hasil akhir dari suatu

penelitian, sehingga dalam tahap ini peneliti mempunyai pengaruh

terhadap hasil penulisan laporan. Penulisan laporan yang sesuai

dengan prosedur penulisan yang baik akan menghasilkan kualitas

yang baik pula terhadap hasil penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data itu sendiri merupakan salah satu bagian

didalam proses pengumpulan dan penggalian data. Dalam hal ini tehnik

pengumpulan data bisa dilakukan dengan observasi, wawancara mendalam,

dan studi dokumentasi.

a. Metode Observasi

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui

suatu pengamatan, dengan di sertai pencatatan-pencatatan terhadap

keadaan atau perilaku obyek sasaran.22 Dalam arti luas observasi

sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan baik

secara langsung maupun tidak langsung.23 Observasi dapat dilakukan

secara partisipatif.

22

Abdurrahman Fathoni, Metedologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi. (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hlm. 104

23

(33)

27

Data yang ingin di proses dengan metode ini adalah :

1) Penggunaan gadget dan perilaku santri dalam kehidupan berinteraksi

di Pondok Pesantren Al-Muhajirin Dusun Panjer Desa Tunggal

Pager Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto.

2) Letak pondok pesantren Al-Muhajirin Dusun Panjer Desa Tunggal

Pager Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto.

3) Kondisi obyek penelitian (Pondok Pesantren Al-Muhajirin Dusun

Panjer Desa Tunggal Pager Kecamatan Pungging Kabupaten

Mojokerto).

b. Metode Interview (wawancara)

Interview adalah teknik pengumpulan data melalui proses tanya

jawab lisan yang berlangsung satu arah, artinya pertanyaan dari pokok

yang diwawancara dan jawaban diberikan oleh yang diwawancara.24

Untuk mendapatkan data secara langsung peneliti menggunakan

metode interview karena berdasarkan pertimbangan bahwa:

1) Peneliti dapat keterangan secara langsung dengan informan

2) Peneliti dapat terperinci menerima penjelasan yang menyangkut

kepentingan penelitian.

3) Peneliti akan lebih dekat dan akrab dengan subyek penelitian

4) Peneliti akan dapat memperoleh data yang valid dan terhindar dari

kesalahan observasi.

24

(34)

28

Adapun jenis wawancara yang akan peneliti gunakan adalah

wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang memuat garis

besar yang akan di tanyakan.

Metode ini digunakan untuk wawancara secara langsung pada saat

melakukan interview agar dapat memperoleh data tentang Gadget dan

Perilaku Santri Dalam Kehidupan Berinteraksi Di pondok Pesantren.

Dan peneliti akan interview kepada:

1) Pengasuh pondok pesantren Al-Muhajirin

2) Pengurus pondok pesantren Al-Muhajirin

3) Para santri pondok pesantren Al-Muhajirin

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi merupakan objek perolehan informasi dengan

memperhatikan tiga macam sumber yaitu tulisan (paper), tempat (place),

dan kertas atau orang (people).

Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui

peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku

tentang pendapat, teori-teori, dan lain-lain yang berkaitan dengan

masalah penelitian.25 Dengan adanya tehnik dokumentasi dapat

menjadikan hasil penelitian dari pengamatan dan wawancara lebih dapat

dipercaya. Karena di dalam tehnik dokumentasi telah menyertakan

bukti-bukti baik secara tertulis ataupun bentuk gambar sehingga dapat

memberikan kepercayaan yang akurat karena benar-benar melakukan

25

(35)

29

penelitian dan hasil data yang diperoleh benar-benar valid. Dari tehnik

dokumentasi peneliti melakukan pengambilan foto yang berada di

pondok pesantren Al-Muhajirin Desa Tunggal Pager Kecamatan

Pungging Kabupaten Mojokerto yang meliputi dokumentasi yang

berhubungan dengan proses penelitian. Seperti dokumentasi ketika

wawancara, struktur pondok pesantren, dan kondisi obyektif pondok

pesantren Al-Muhajirin (keadaan pondok, santri, sarana, dan prasarana

pondok dan lain-lain) serta dokumentasi yang resmi ataupun yang tidak

resmi.

6. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasi dan mengurutkan antara

kepala kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan dan

dapat diluruskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.26

Analisis data pada penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif

kualitatif yang hanya mengumpulkan, menulis, dan menyimpulkan

tanggapan dari sumber yang diperoleh peneliti dengan cara melalukan

wawancara langsung.

Menurut Burn Burgin bahwa analisis data dalam penelitian langsung

bersama dengan proses pengumpulan data dilanjutkan dengan tahap reduksi

data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.27

a. Pengumpulan Data

26

Lexy J, Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. ( Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002), hlm. 103

27

(36)

30

Analisis data dapat dilakukan jika data sudah terkumpul melalui

pengumpulan data diuraikan pada sebelumnya. Pengumpulan data

dimaksudkan dalam tahap analisis data karena tanpa terkumpulnya data

analisis, analisis tidak dapat dilakukan.

b. Reduksi Data

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah menyelasikan,

memproses, memfokuskan, dan mengabstrakan secara kasar dari data

yang diperoleh dilapangan.

c. Penyajian Data

Pada tahapan ini merupakan kegiatan menarik data yang di reduksi

dalam informasi yang memudahkan penarikan kesimpulan yang

dilakukan, penyajian data dapat berupa matriks, skema, tabel, jaringan

kerjasama yang berkaitan dengan data yang diperoleh. Dengan penyajian

data ini dapat diketahui secara tepat apa yang akan terjadi dan apa yang

akan dilakukan.

d. Penarikan Kesimpulan

Data-data yang telah terkumpulkan direduksi dan disajiakan

dengan cara yang mudah dipahami, kemudian ditarik satu kesimpulan

berdasarkan pengamatan yang menyeluruh dari data-data tesebut.

(37)

31

Proses Analisis Data

Berdasarkan gambar di atas dijelaskan bahwa pengumpulan data

menggunakan daftar pertanyaan yang diajukan kepada pengasuh pondok

pesantren Al-Muhajirin, pengurus pondok pesantren Al-Muhajirin, dan

santri pondok pesantren Al-Muhajirin. Data-data yang telah

terkumpulkan direduksi dan disajikan dengan cara yang mudah

dipahami, kemudian ditarik satu kesimpulan berdasarkan pengamatan

yang menyeluruh dari data-data tersebut.

7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan data dilakukan agar memperoleh data yang

valid dan dipercaya oleh semua pihak. Menurut Sugyono ada enam teknik

yang dapat digunakan untuk menguji kredibilitas data yaitu dengan

perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian,

triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, analisis kasus negatif member

check.28 Dan untuk pengecekan keabsahan data yang peneliti gunakan

dalam penelitian ini adalah teknik:

28

Sugyono. Memahami Penelitian Kualitatif. ( Bandung: Alfabeta, 1995), hlm. 121 Reduksi data

Pengumpulan data Penyajian data

(38)

32

a. Keikutsertaan

Peneliti dalam penelitian kualitatif adalah instrumen utama

sehingga keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan

data. Keikutsertaan tersebut hanya dilakukan dalam waktu singkat.

Sehingga peneliti akan dapat memperoleh data yang lebih banyak dan

dapat digunakan untuk mendeteksi data yang diperoleh, sehingga

menyediakan lingkup yang luas.

b. Triangulasi

Yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan sebagai

pembanding terhadap data itu.29 Data yang diperoleh dari satu sumber

akan dibandingkan dengan data yang diperoleh dari sumber yang lain

dengan berbagai teknik dan waktu yang berbeda. Sebagai contoh data

yang diperoleh dari bawahannya atau data yang diperoleh dengan

wawancara lalu dicek dengan obsevasi dan dokumentasi dalam waktu

yang berbeda.

Adapun pengecekan keabsahan data dalam penelitian data dalam

penelitian ini, penulis menggunakan teknik triangulasi sumber, yaitu

membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu

informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam

penelitian kualitatif.30 Untuk itu peneliti mencapainya dengan jalan:

29

Lexy J, Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. ( Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2002), hlm. 330

30

(39)

33

1) Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara

2) Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang

berkaitan.

c. Menggunakan bahan referensi

Yaitu adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah

ditemukan oleh peneliti. Sebagai contoh, data hasil ineterview perlu

didukung dengan adanya rekaman inteview. Data tentang penggunaan

gedget dan perilaku santri gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh

foto-foto. Alat bantu perekam data dalam penelitian kualitatif, seperti

kamera, alat rekam, suara sangat diperlukan untuk mendukung

kredibilitas data yang telah ditemukan peneliti. Selain itu dalam laporan

penelitian, data-data yang ditemukan perlu dilengkapi dengan foto-foto

atau dokumen autentik, sehingga menjadi lebih dapat dipercaya.

H. Sistematika Pembahasan

Dalam pembahasan atau penelitian diperlukan sistematika pembahasan

yang bertujuan untuk memudahkan penelitian, langkah-langkah pembahasan

sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pada Bab I ini merupakan gambaran yang berhubungan dengan

penelitian yang mana menjelaskan tentang obyek yang diteliti. Memuat

gambaran tentang latar belakang yang menjelaskan tentang alasan atau sebab

(40)

34

masalah yang mana memuat permasalahan yang akan dijawab didalam

penelitian. Telaah pustaka sebagaimana berhubungan dengan gambaran secara

umum tema penelitian yang diangkat oleh peneliti dan penelitian terdahulu

yang dijadikan sebagai pedoman akan perbedaan kajian penelitian yang

diangkat oleh peneliti. Tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi

konseptual, metode penelitian yang digunakan oleh peneliti sebagai tahapan

didalam melakukan penelitian, yang mana meliputi pendekatan dan jenis

penelitian, lokasi dan waktu didalam penelitian, tahap penelitian, tahap

pengumpulan data, tahap analisis data serta pemeriksaan keabsahan data.

BAB II KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF

Pada Bab II kali ini peneliti mengkaji tentang teori yang digunakan di

dalam penelitian tersebut. Sebagaimana teori yang sesuai dengan tema yang

diangkat oleh peneliti. Teori yang sudah ada direlavansikan dengan

permasalahan yang sudah diangkat oleh peneliti.

BAB III ANALISIS DATA

Di dalam Bab III ini peneliti mengkaji tentang penyajian dan Analisis

Data. Sebagaimana didalam analisis data tersebut peneliti menjelaskan tentang

data yang telah diperoleh di lapangan sebagaimana dapat menjawab

permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Hasil data yang sudah ditemukan

oleh peneliti dibentuk dengan analisis deskriptif, dengan mendeskripsikan

hasil penelitian. Kemudian setelah dianalisis dikorelasikan dengan teori yang

(41)

35

dilapangan baik berhubungan dengan profil lokasi penelitian, gambaran

peristiwa yang mana mendukung konteks penelitian.

BAB IV PENUTUP

Pada Bab IV ini berisi penutup, yang mana berisi kesimpulan dari hasil

penelitian. Kesimpulan pada Bab ini menjadi sangat penting karena berisi

intisari dari hasil akhir penelitian di dalam penelitian. Saran bisa ditujukan

kepada subyek penelitian atau pihak terkait dan berisikan informasi dari

(42)

36

BAB II

KONFLIK DALAM PERSPEKTIF DAHRENDORF

A. Teori Konflik

Kehidupan sosial dan konflik merupakan gejala yang tidak dapat

dipisahkan antara satu dan lainnya, konflik merupakan gejala yang selalu

melekat dalam setiap kehidupan sosial. Hal-hal yang mendorong timbulnya

konflik yaitu dari adanya persamaan dan perbedaan kepentingan sosial. Di

dalam setiap kehidupan sosial tidak ada satu pun manusia yang memiliki

kesamaan yang persis, baik dari unsur etnis, kepentingan, kemauan, kehendak,

tujuan, dan sebagainya.31 Sebagaimana di pesantren yang dipandang sebagai

lembaga pendidikan yang mengajarkan Agama kepada santrinya tetapi dalam

kehidupan pesantren tentunya tidak akan lepas dari konflik. Salah satu

penyebab adanya konflik yaitu disebabkan oleh interaksi sosial yang

mempunyai perbedaan kepentingan dan tujuan sehingga melahirkan

pertentangan, seperti halnya di pondok pesantren Al-Muhajirin. Konflik atau

pertentangan mendorong individu mencari teman yang menunjukkan

solidaritas pada diri dan permasalahan, sehingga terjadi pengelompokkan

anggota yang bertentangan antara satu dengan yang lain, baik secara

terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.

Dahrendorf melihat proses konflik dari segi intensitas dan sarana yang

digunakan dalam konflik. Intensitas merupakan sebagai tingkat keterlibatan

31

(43)

37

konflik yang di dalamnya terdapat waktu, tenaga, dana, dan pikiran. Istilah

konflik secara etimologis berasal dari bahasa Latin ‘‘con’’ yang berarti

bersama dan „„fligere’’ yang berarti benturan atau tabrakan.32 Dengan

demikian, konflik dalam kehidupan sosial berarti benturan kepentingan,

keinginan, pendapat, dan lain-lain yang melibatkan dua pihak atau lebih.

Selain itu, konflik dapat pula diartikan dengan perbedaan, pertentangan, dan

perselisihan. Konflik dalam terminologi Al-Qur‟an sepadan kata „‘Ikhtilaf’’

yang berarti berselisih atau berlainan, menemukan sebab perbedaan, berbeda,

mencari sebab perselisihan, dan sebagainya.33 Jadi konflik adalah perselisihan

atau persengketaan antara dua atau lebih kekuatan baik secara individu atau

kelompok yang kedua belah pihak memiliki keinginan untuk saling

menjatuhkan atau menyingkirkan atau mengalahkan atau menyisihkan.

Untuk mengkaji tentang ‘‘Gadget dan Perilaku Santri Dalam

Kehidupan Berinteraksi’’ peneliti melihat bahwa perilaku santri dalam

penggunaan gadget di lingkungan pesantren di latar belakangi oleh salah satu

faktor yaitu pola interaksi yang melahirkan hubungan kerja sama antar santri

yang saling membutuhkan satu sama lain, yang mana kerja sama memberikan

suatu pembaharuan peraturan di pesantren sehingga santri di perbolehkan

membawa gadget di lingkungan pesantren. Pola interaksi juga bisa melahirkan

hubungan pertentangan sehingga menjadikan suatu konflik. Pertentangan atau

pertikaian yaitu suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha

untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai

32

Elly M. Setiadi Usman Kolip. Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 347

33

(44)

38

ancaman atau kekerasan. Sebeb-sebab dari adanya pertentangan antara lain

adalah:34

1. Perbedaan antara individu-individu

2. Perbedaan kepentingan

3. Perubahan sosial

Peneliti menggunakan teori konflik sebuah konsep teoretik dari

Dahrendorf. Konsep sentral teori konflik adalah wewenang dan posisi.

Menurut Dahrendorf, dalam setiap kehidupan masyarakat selalu ada asosiasi

seperti: negara, industri, partai, agama, klub-klub, dan sebagainya. Dalam

setiap asosiasi akan selalu ada dua kelas, yaitu: kelas yang mempunyai

kewenangan (dominasi) dan yang tak memiliki kewenangan (subjeksi). Yang

dimaksud kewenangan adalah hak yang sah (legitimate) untuk memberikan

perintah kepada orang lain. Perbedaan kewenangan dan kekuasaan (power)

menurut weber adalah bahwa sumber-sumber pengaruh pada kewenangan

bukan dari orang menduduki jabatan atau posisi itu melainkan dari jabatannya

sendiri. Sedangakan, sumber kekuasaan adalah berasal dari orang yang

menduduki jabatan tersebut.35

Distribusi wewenang secara tidak merata menjadi faktor terjadinya

konflik sosial secara sistematis. Perbedaan wewenang adalah suatu tanda dari

adanya berbagai posisi dalam masyarakat. Perbedaan posisi dan wewenang di

dalam masyarakat itulah yang menjadi perhatian analisis teori konflik,

34

Soerjono Soekanto. Sosiologi Suatu Pengantar. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 99

35

(45)

39

terutama untuk mengidentifikasi berbagai peranan kekuasaan dalam

masyarakat.36 Sebagaimana dapat dilihat di pondok pesantren Al-Muahajirin

yang mana pengasuhnya memberikan wewenang kepada santrinya secara

tidak merata maka terjadi kecemburuan atau pertentangan, hal tersebut dapat

menjadikan faktor terjadinya konflik.

Kekuasaan selalu berarti subordinasi (relasi bawahan dan atasan) dan

superordinasi (relasi atasan dan bawahan). Mereka yang menduduki posisi

kekuasan tersebut diharapkan akan mengendalikan subordinat melalui

intruksi, larangan, dan perintah. karena otoritas bersifat legitim maka sanksi

dapat diberikan kepada mereka yang tidak mematuhinya. Dalam pondok

pesantren Al-Muhajirin seorang kiai yang berperan dalam mengendalikan

santrinya melalui peraturan-peraturan yang telah dibuatnya, apabila santri

tidak mematuhi peraturan yang telah dibuat maka akan diberikan sanksi.

Dalam masyarakat selalu terdapat dua golongan yang saling

bertentangan, yaitu antara penguasa dan yang dikuasai. Setiap golongan diikat

oleh kepentingan nyata yang bertentangan secara substansial dan secara

langsung. Pertentangan itu terjadi dalam situasi di mana golongan yang

berkuasa mempertahankan status quo pola-pola kewenangan yang ada (yang

tetap mendominasi), sedangkan golongan yang dikuasai berusaha untuk

mengadakan perubahan-perubahan. Pertentangan kepentingan ini selalu ada

setiap waktu dan dalam setiap struktur.

36

(46)

40

Benturan kepentingan tersebut dipicu oleh gejala satu pihak merebut

kekuasaan dan kewenangan di dalam masyarakat, di pihak lain terdapat

kelompok yang berusaha mempertahankan dan mengembangkan kekuasaan

dan kewenangan yang sudah ada ditangan mereka. Dalam pondok pesantren

Al-Muhajirin juga telah terjadi konflik antar individu yaitu yang terjadi

adanya perbedaan atau pertentangan atau ketidakcocokan antara individu satu

dengan individu lain. Karena masing-masing individu bersikukuh

mempertahankan tujuannya atau kepentingannya masing-masing.37

Konflik yang terjadi pada santri Al-Muhajirin yaitu dikarenakan santri

tidak memiliki kecocokan kepada pengurus pesantren yang dikarenakan

kecemburuan dalam mempergunakan gadget di pesantren dan pengurus

mempunyai posisi yang lebih tinggi dari pada santri.

Kepentingan merupakan elemen dasar dalam kehidupan sosial. Apabila

kepentingan itu saling bertabrakan (baik yang manifes maupun laten), maka

sudah tentu akan menjadi konflik.38 Sebagaimana yang ada dalam pesantren

Al-Muhajirin, yang mana pengasuh pesantren memberikan larangan kepada

santri agar tidak memakai Handphone yang bermemory card, adapun

kepentingan pengasuh pesantren yaitu agar santri bisa berkonsetrasi dalam

belajar dan agar santri tidak terlalu jauh dalam menerima dampak negatif

gadget. Sedangkan kepentingan yang dimiliki santri yaitu untuk hiburan dan

untuk mengetahui informasi seperti browsing, Facebook dan lain-lain. Dengan

perbedaan kepentingan tersebut akan mengakibatkan menjadi konflik.

37

Elly M. Setiadi Usman Kolip. Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 353

38

(47)

41

Dahrendorf melihat yang terlibat konflik adalah kelompok semu (quasi

group) dan kelompok kepentingan (interest group). Kelompok semu adalah

kelompok pemegang kekuasaan atau jabatan dengan kepentingan yang sama

yang terbentuk karena munculnya kelompok kepentingan. Kelompok kedua

yakni kelompok kepentingan yang terbentuk dari kelompok semu yang lebih

luas. Kelompok ini mempunyai struktur, organisasi, program, tujuan, serta

anggota yang jelas. Kelompok kepentingan inilah yang menjadi sumber nyata

timbulnya konflik sosial dalam masyarakat.39

Pada konflik santri Al-Muhajirin dengan pengurus serta pengasuh

pesantren, terjadi harapan peran yang telah disadari. Santri telah menyadari

kepentingan yaitu mendapatkan kesamarataan dalam hal mempergunakan

gadget dalam pondok pesantren sehingga santri tidak memiliki sifat

kecemburuan dan tidak merasa ketidakadilan dalam pemakaian gadget.

Teori konflik menurut Dahrendorf adalah mata rantai antara konflik dan

perubahan sosial. Konflik memimpin kearah perubahan dan pembangunan.

Karena dalam situasi konflik golongan yang terlibat konflik melakukan

tindakan perubahan dalam struktur sosial. Kalau konfliknya hebat, maka yang

terjadi adalah perubahan secara radikal. Bila konfliknya disertai kekerasan,

maka perubahan struktur akan efektif. Dahrendorf melihat masyarakat selalu

dalam kondisi konflik dengan mengabaikan norma-norma dan nilai yang

berlaku umum yang menjamin terciptanya keseimbangan dalam masyarakat.40

39

George Ritzer, Douglas J. Goodman. Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial PostModern. (Bantul: Kreasi Kencana, 2013), hlm. 285

40

(48)

42

Dari teori konflik sosial tersebut dapat diambil beberapa garis besar

tentang pokok-pokok dasar dari teori, yaitu:41

1. Setiap kehidupan sosial selalu berada dalam proses perubahan, sehingga

perubahan merupakan gejala yang bersifat permanen yang mengisi setiap

perubahan kehidupan sosial. Gejala perubahan kebanyakan sering diikuti

oleh konflik baik secara personal maupun secara interpersonal.

Sebagaimana dapat dilihat di pondok pesantren Al-Muhajirin bahwasanya

terjadi perubahan seperti halnya dulu di pesantren Al-Muhajirin belum di

perbolehkan membawa gadget, setelah di perbolehkan terdapat suatu

konflik antar santri dan pengurus yang disebabkan oleh tidak meratanya

wewenang yang diberikan oleh pengasuh.

2. Setiap kehidupan sosial selalu terdapat konflik di dalam dirinya sendiri,

oleh sebab itu konflik merupakan gejala yang permanen yang mengisi

setiap kehidupan sosial. Gejala konflik akan berjalan seiring dengan

kehidupan sosial itu sendiri, sehingga lenyapnya konflik juga akan

bersamaan dengan lenyapnya kehidupan sosial. Konflik juga terdapat

dalam pondok pesantren Al-Muhajirin, konflik terjadi dikarenakan ada

penyebab yang memicu munculnya suatu konflik, menyelesaikan konflik

yaitu mencari akar permasalahan dari konflik tersebut bisa dilakukan

dengan cara musyawarah, kenapa konflik ini muncul.

3. Setiap elemen dalam kehidupan sosial memberikan andil bagi perubahan

dan konflik sosial, sehingga antara konflik dan perubahan merupakan dua

41

(49)

43

variabel yang saling berpengaruh. Elemen-elemen tersebut akan selalu

dihadapkan pada persamaan dan perbedaan, sehingga persamaan akan

mengantarkan pada akomodasi sedangkan perbedaan akan mengantarkan

timbulnya situasi konflik. Sebagaimana yang ada dalam pesantren

Al-Muhajirin, jika peraturan yang dibuat oleh pengasuh pesantren di

persamakan dengan semua santri dan pengurus maka tidak akan terjadi

suatu pertentangan dalam pesantren dan santri tidak akan memiliki rasa

ketidakadilan, sehingga santri dan pengurus memiliki keseimbangan dalam

peraturan dan tidak akan terjadi suatu percekcokan atau kesalahfahaman

dalam diri santri. Sedangkan, jika peraturan yang dibuat oleh pengasuh

pesantren dibedakan maka akan terjadi suatu konflik seperti pertentangan

yang akan dilakukan santri sehingga santri tidak mentaati apa yang

diperintahkan pengasuh.

4. Setiap kehidupan sosial, masyarakat akan terintegrasi diatas penguasaan

atau dominasi sejumlah kekuatan-kekuatan lain. Dominasi kekuatan secara

sepihak akan menimbulkan konsiliasi, akan tetapi mengandung simpanan

benih-benih konflik yang bersifat laten, yang sewaktu-waktu akan meledak

menjadi konflik manifes (terbuka). Sebagaimana yang ada dalam pondok

pesantren Al-Muhajirin, yang mana pengasuh pesantren memberikan

peraturan yang berbeda kepada pengurus pesantren seperti diperbolehkan

membawa Handphone yang bermemory card, pesantren seperti tidak

Gambar

  Tabel 1.1 Waktu Penelitian
  Tabel 1.2 Daftar Informan
  Tabel 3.1 Jumlah Santri Pondok Pesantren Al-Muhajirin
Tabel 3.2 Sarana Dan Prasarana Pesantren
+5

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengembangkan sikap tolong menolong pada anak dengan menggunakan metode bermain peran di PAUD Lamahu Kecamatan Tilongkabila

Sikap amanah ini me munculkan perilaku aparatur untuk me lak sanakan pengelolaan keuangan daerah dengan baik, salah satunya adalah mem beri persetujuan atas SPJ, melakukan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui efektivitas bimbingan manajemen waktu dalam upaya mengatasi perilaku prokrastinasi akademik santri pada

Berbagai bentuk aktifitas bermain dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan di SD Antawirya (Islamic Javanese School) Junwangi, Krian salah satunya yaitu dengan

Skripsi ini memiliki tujuan untuk: 1) mengetahui konsep ta’dhim santri kepada guru dalam kitab Adab al-‘Alim Wal Muta’allim Karya KH. 2) mengetahui relevansi konsep ta’dhim

“tujuan dilaksanakannya pengajian kitab kuning ini agar para santri pondok pesantren Miftahul Ulum ini mendapatkan pengetahuan agama islam langsung dari karya para

64 Seperti yang di katakan pimpinan pondok pesantren Khairul Ummah dalam wawancara ialah : “cara yang dilakukan untuk membentuk karakter santri salah satunya ialah dengan mengadakan

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI ORANGTUA DAN ANAK DALAM PENGGUNAAN GADGET Studi Deskriptif di SDN Banjarsari, Bandung SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh