POLA KONSELING KELUARGA SAKINAH OLEH PASANGAN SUAMI ISTRI DALAM HUBUNGAN JARAK JAUH DI DESA SUKOSARI
KUNIR LUMAJANG
SKRIPSI Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Oleh:
Siti Alvin Nuril Bariroh B03211030
PROGRAM STUDI BIMBINGAN KONSELING ISLAM
JURUSAN DAKWAH
FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
DAFTAR ISI
SAMPUL DALAM... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii
PERSETJUAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN OTENTISITAS SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
1. Pendekatan dan jenis penelitian... 14
2. Sasaran dan lokasi penelitian ... 15
G. Sistematika Pembahasan... 26
BAB II KELUARGA SAKINAH, HUBUNGAN JARAK JAUH DAN POLA KONSELING A. Keluarga Sakinah ... 28
1. Pengertian Keluarga Sakinah ... 22
2. Kriteria Keluarga Sakinah ... 31
3. Upaya Membentuk keluarga Sakinah ... 33
1. Faktor Penyebab Hubungan Jarak Jauh Suami Istri ... 52
2. Dampak Dari Hubungan Jarak Jauh ... 54
3. Solusi Dalam Hubungan Jarak Jauh ... 57
4. Nilai-Nilai Islam Yang Menjadi Pegangan Dalam Membentuk Keluarga Sakinah ... 61
C. Pola Konseling ... 64
D. Penelitian Terdahulu yang Relevan... 66
BAB III POLA KONSELING KELUARGA SAKINAH OLEH PASANGAN SUAMI ISTRI DALAM HUBUNGAN JARAK JAUH DI DESA SUKOSARI KUNIR LUMAJANG A. Setting Penelitian ... 70
1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 70
2. Deskripsi Peneliti ... 82
3. Deskripsi Subjek Penelitian ... 84
B. Deskripsi Hasil Penelitian... 88
1. Deskripsi Proses Pembentukan Keluarga Sakinah Oleh Pasangan Suami Istri Dalam Hubungan Jarak Jauh Di Desa Sukosari Kunir Lumajang... 88
2. Deskripsi Nilai-Nilai Islam Yang Diterapkan Oleh Pasangan Suami Istri Untuk Membentuk Keluarga Sakinah Dalam Hubungan Jarak Jauh Di Desa Sukosari Kunir Lumajang ... 109
BAB IV ANALISIS POLA KONSELING KELUARGA SAKINAH OLEH PASANGAN SUAMI ISTRI DALAM HUBUNGAN JARAK JAUH DI DESA SUKOSARI KUNIR LUMAJANG A. Analisis Proses Pembentukan Keluarga Sakinah Oleh Pasangan Suami Istri Dalam Hubungan Jarak Jauh Di Desa Sukosari Kunir Lumajang ... 116
B. Analisis Nilai-Nilai Islam Yang Diterapkan Oleh Pasangan Suami Istri Untuk Membentuk Keluarga Sakinah Dalam Hubungan Jarak Jauh Di Desa Sukosari Kunir Lumajang ... 124
ABSTRAK
Siti Alvin Nuril Bariroh (B03211030), Pola konseling Keluarga Sakinah Oleh
Pasangan Suami Istri Dalam Hubungan Jarak Jauh Di Desa Sukosari Kunir Lumajang.
Fokus penelitian (1) Bagaimana proses pembentukan keluarga sakinah oleh pasangan suami istri dalam hubungan jarak jauh di desa Sukosari Kunir Lumajang? (2) Nilai-nilai islam apa yang diterapkan oleh pasangan suami istri untuk membentuk keluarga sakinah dalam hubungan jarak jauh di desa Sukosari Kunir Lumajang?
Menjawab permasalahan tersebut, penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan analisa deskriptif. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah melalui hasil wawancara dan observasi kepada subjek dan informan, hasil data tersebut disajikan dalam bab penyajian data dan analisa data yang berguna untuk mengetahui proses pembentukan keluarga sakinah oleh pasangan suami istri dalam hubungan jarak jauh dan nilai-nilai islam yang diterapkan untuk membentuk keluarga sakinah dalam hubungan jarak jauh.
Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa proses pembentukan keluarga sakinah dimulai dari pra pernikahan dan dalam pernikahan itu yakni pada pra pernikahan dengan memilih calon pasangan, melaksanakan rukun dan syarat sah pernikahan dan dalam pernikahan dengan memenuhi hak dan kewajiban dalam keluarga, menjaga komunikasi, memegang komitmen, adanya rasa saling percaya, keterbukaan, toleransi dan waspada serta memberikan kejutan-kejutan kecil pada pasangan. Nilai-nilai islam yang diterapkan untuk membentuk keluarga sakinah yakni dengan saling menghormati dan menghargai antar pasangan, kejujuran, selalu bersyukur dan bersabar, adanya musyawarah dalam penyelasian problem dan diterapkannya keteladanan dalam keluarga, sehingga dapat dinemukan pola konseling dalam proses pembentukan keluarga sakinah yaitu pola konseling sosial dan pola konseling religiusitas.
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam pasal 1 Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang
Perkawinan disebutkan “Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri, dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa”.1 Keluarga adalah anugerah yang diberikan
oleh Allah kepada setiap manusia. Menjaga dan memelihara keutuhan
keluarga adalah hal yang harus selalu diperhatikan. Dalam sebuah keluarga
kita harus saling mengisi satu sama lainnya. Semua perbedaan baik
pendapat atau kebiasaan harus saling dipahami agar keluarga dapat hidup
rukun. Membina keluarga itu adalah tugas bersama dalam anggota
keluarga. Penyesuaian diri dalam keluarga itu dibutuhkan agar keluarga
damai dan tidak ada terjadi percekcokan yang dapat mengganggu
keharmonisan keluarga.
Keluarga terbentuk dengan adanya aqad antara dua orang yakni
dalam ucapan ijab qabul. Inilah Aqad dalam sebuah pernikahan yang
menjadikan halal, yang sebelumnya haram, dan menjadikan berpahala
yang sebelumnya merupakan dosa.2 Dengan terucapnya ijab qabul maka
1
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir, (Surabaya: Pustaka Progressif, 2002), hal. 987
2
2
ada perjanjian yang sangat berat kepada Allah, sehingga Allah
memberikan kepada manusia beberapa kesenangan dan amanah di balik
kesenangan-kesenangan itu. Dalam surat Annisa‟ ayat 21:
ْ
Artinya : Dan bagaimana kalian akan mengambilnya kembali, padahal
kalian telah bergaul satu sama lain dan mereka telah mengambil janji yang kuat dari kalian?3
Dari kata Mitsaq di atas yang berarti janji, yang mana pada sebuah
pernikahan telah diucapkan oleh seorang laki-laki untuk menikahi
perempuan dalam lafal aqad. Seseorang tidak boleh sembarangan dalam
mengucapkan aqad karena dalam sebuah aqad terdapat tengungjawab dan
konsekuensi yang sangat besar dibaliknya. Dengan janji yang telah terucap
maka dalam kehidupan berumah tangga dituntut untuk saling memahami
posisi masing-masing serta melakukan hak dan kewajiban masing-masing
sehingga dapat tercapainya sebuah keluarga yang sakinah.
Keluarga sakinah merupakan dambaan sekaligus harapan bahkan
tujuan insan, baik yang akan ataupun yang tengah membangun rumah
tangga. Sehingga tidaklah mengherankan, jika di kota-kota besar pada
masa sekarang ini membincangkan konsep keluarga sakinah merupakan
kajian yang menarik dan banyak diminati oleh masyarakat. Sehingga
penyajiannya pun beragam bentuk; mulai dari sebuah diskusi kecil,
seminar, dan lokal karya hingga privat. Membentuk keluarga sakinah
3
Abd. Rouf Al Manawi, Faiq Al Qodir Al Jami’ Al shoghir (CD aplikasi Al Maktabah Al
3
sangat penting dan bahkan merupakan tujuan yang dicapai bagi setiap
orang yang akan membina rumah tangga, sebagaimana firman Allah SWT
dalam surat Ar-Rum ayat 21: Islam menginginkan pasangan suami istri
yang telah atau akan membina suatu rumah tangga melalui akad nikah
tersebut bersifat langgeng. Terjalin keharmonisan di antara suami istri
yang saling mengasihi dan menyayangi itu sehingga masing-masing pihak
merasa damai dalam rumah tangganya.
Problem dalam rumah tangga saat ini merupakan hal yang sudah
tidak asing lagi, baik dari lingkungan selebritis, pejabat-pejabat tinggi
negara sampai masyarakat biasa, sehingga banyak yang berakhir dengan
perceraian. Problem dalam rumah tangga dapat memberikan kesan positif
apabila problem itu bisa diselesaikan dengan baik dan akan
mengembalikan keluarga itu menjadi keluarga yang harmonis dan penuh
kasih sayang, tetapi jika terlalu sering problem rumah tangga itu timbul
maka akan menimbulkan kegoncangan dan ketidak harmonisan dalam
rumah tangga. Jika hal seperti ini dibiarkan dan tidak dicari jalan
pemecahanya maka rumah tangga itu akan hancur dan berakhir perceraian
dan persengketaan antar anggota keluarga. Oleh karena itu, jangan sampai
antara suami istri sering berdebat dan saling menyalahkan antar suami istri
jadi saling dukung mendukung antara suami istri dan saling memahami
kekurangan masing-masing serta saling mengalah dalam berbagai hal
4
Menuju keluarga yang sakinah tidaklah semudah membalikkan
tangan, banyak sandungan-sandungan mulai yang besar hingga yang
terkecil sekalipun, baik dari suami istri itu sendiri maupun dari kedua
belah pihak pasangan bahkan juga dari luar, banyak kemungkinan yang
akan terjadi yang tidak pernah disangka-sangka sebelumnya. Apabila
suami istri sudah tidak bisa lagi merasakan kebahagiaan dalam rumah
tangganya maka sangatlah mungkin jika suami istri tersebut akan memilih
perceraian sebagai jalan terbaik bagi kehidupan rumah tangganya.
Pemikiran ini terjadi apabila pasangan tersebut tidak lagi mampu
mengemban tugas dan tangung jawabnya serta menegakkan kehidupan
rumah tangga yang berisikan semangat kasih sayang, ketentraman serta
saling memberikan dorongan baik moral maupun spiritual untuk
menciptakan kebahagiaan hidup bersama dan masih banyak lagi
alasan-alasan yang bisa menjadikan runtuhnya mahligai rumah tangga.4
Kebahagian keluarga bukanlah berdasarkan atas kesenangan materi
saja tapi kebahagiaan yang hakiki harus muncul dari dalam jiwa berupa
ketaqwaan kepada Allah SWT.5 Kesuksesan seorang suami atau istri tidak
menjamin kebagian dalam keluarga, keluarga sakinah tidak diukur dengan
kaya tidaknya keluarga itu, namun dilihat bagaimana mereka mampu
melampaui kehidupan berumah tangga yang penuh dengan lika-liku.
Bahkan kawin cerai ini banyak yang dari kalangan orang-orang yang
4
Harun Nasution, Islam Regional, (Jakarta : Mizan, 1989), Hal. 435.
5
Saiful Anwar, Rahasia Menjalin Rumah Tangga Harmonis Seperti Rosul, (Jakarta:
5
berada yang hidupnya bisa dikatakan mapan serta kebutuhan hidup mereka
tercukupi, namun kehidupan rumah tangga mereka bagaikan neraka tanpa
merasakan kebahagiaan dan ketenangan.6
Masalah rumah tangga memang sangat luas cakupannya karena
menyangkut berbagai aspek kehidupan dalam berumah tangga. Mulai dari
masalah ekonomi, anak, tetangga, pendidikan, agama, budaya, ideologi,
fasilitas bersama, dan masih banyak lagi yang lainnya. Setiap anggota
keluarga berpotensi memunculkan masalah rumah tangga. Mulai dari anak,
cucu, mertua, orangtua, suami, istri, adik, kakak, ipar, anak angkat, dan
lain-lain.
Berangkat dari berbagai problem inilah keluarga sakinah
menghidupkan suasana yang lama terasa hambar dalam pernikahan,
membangkitkan cinta yang tadinya sudah layu, membasahi hati yang
sudah menjadi kering, menuai keharmonisan demi keharmonisan di tiap
atmosfer para penghuni rumah tangganya. Kecintaan yang berlandaskan
agama, menjaga cinta dan kesucian masing-masing pasangan di bawah
naungan Al-Rohiim (Yang Maha Pengasih), menikah dikarenakan tujuan
yang benar mengupayakan tuntunan syari‟at, menjadikan kasih sayang dan bentuk-bentuk perhatian sebagai pahala, komitmen perkawinan yang kuat,
serta komunikasi yang efektif, hal-hal itulah yang diutamakan dapat
membawa keseimbangan nuansa harmonis dan hawa sakinah yang
menjadikan cinta selalu menyala dalam hati kedua pasangan, kesetiaan
6
Labib Mz, Menciptakan Keluarga Sakinah Dalam Pandangan Islam, ( Surabaya:
6
yang mengikat kokohnya sebuah komitmen, itu semua sangat penting
dalam menentramkan keutuhan perkawinan.
Ketika tinggal bersama sudah banyak sekali problem yang harus
dihadapi dan diselesaikan dalam kehidupan berumah tangga apalagi ketika
mereka harus tinggal berjauhan dengan pasangan maka sudah pasti lebih
banyak problem dan godaan-godaan yang menerpa rumah tangga. Seperti
halnya pasangan suami istri yang harus tinggal terpisah karena karir
masing-masing. Ketika bersama banyak kemungkinan yang akan terjadi
tanpa diduga apalagi ketika berjauhan pasti godaan dari luar atas
pernikahan akan datang nyaris tiada henti. Terlebih ketika teknologi
komunikasi menguasai setiap lorong-lorong paling sempit dan paling
pribadi dalam hidup kita.7
Semua itu kembali pada insan masing-masing, jika mereka mampu
menjaga diri dari apapun yang bisa merusak rumah tangganya maka
hal-hal yang dapat memicu munculnya sebuah masalah tidak akan pernah ada
dan keluarga yang harmonis akan tetap terjaga meskipun jarak
memisahkan sehingga dapat tercipta keluarga yang sakinah. Oleh sebab itu
dalam keluarga diperlukan adanya komunikasi yang efektif, komitmen
bersama, dan rasa saling percaya apalagi untuk pasangan yang saling
berjauhan. Dalam kehidupan manusia, komunikasi semakin dirasakan
urgensinya bukan saja di sebabkan kemajuan ilmu pengetahuan dan
7
Dadang Kadarusman, Mengatasi Godaan Dari Luar, Atas Pernikahan Kita, Di akses
pada tanggal 20 desember 2014, Pukul 19.03,
7
teknologi saja, tetapi karena hasrat dasar sosial yang terdapat dalam diri
setiap individu. Dengan komunikasi manusia akan mendapatkan keperluan
yang dibutuhkan, bahkan berkomunikasi dapat pula merupakan salah satu
sumber kebahagiaan. Peran komunikasi dalam rumah tangga sangatlah
penting dan perlu untuk dibina serta dilestarikan kelancaran dan
efektivitasnya. Kurang lancarnya komunikasi salah satu penyebab
timbulnya dan berkembangnya beberapa permasalahan dalam sebuah
keluarga hubungan suami istri akan berantakan.
Di desa Sukosari Kunir Lumajang, di desa ini banyak pasangan
suami istri yang harus tinggal berjauhan dikarenakan pekerjaan, namun
kebanyakan dari pasangan itu tidak dapat mempertahankan keharmonisan
rumah tangganya karena tidak mampu menahan godaan-godaan baik dari
dalam keluarga itu sendiri ataupun dari luar/sekitar mereka tinggal
sehingga perceraian menjadi jalan akhirnya. Terdapat satu pasangan suami
istri yang bernama (nama samaran) Khotimah dan Ahmad pasangan ini
tinggal terpisah karena karir mereka. Mereka memiliki 3 anak, 2
perempuan dan 1 laki-laki yang saat ini masih menduduki bangku sekolah.
Anak pertama beliau berusia 16 tahun, anak keduanya berusia14 tahun
dan anak yang ketiga berusia 9 tahun. Beliau menjalani hubungan jarak
jauh sejak awal 2004 sampai saat ini. Saat ini jarak jauh yang beliau jalani
dengan pasangan yakni antara lumajang dan jombang yang jarak lumajang
dengan jombang ± 193 KM. Suami berprofesi sebagai dosen di dua
8
kepala sekolah di MTs Wahid Hasyim desa Sukosari, dari kedua profesi
yang berbeda mereka harus tinggal berjauhan dengan pasangan. Suami
pulang ke Lumajang 2-3 minggu sekali, Namun mereka mampu
mempertahankan kehidupan rumah tangga mereka sehingga tetap
harmonis dan tercipta keluarga yang sakinah, rumah tangga yang seperti
inilah yang dapat dijadikan contoh untuk para pasangan suami istri yang
menjalani hubungan jarak jauh.
Istri dan suami keduanya orang-orang yang mempunyai banyak
aktivitas. Istri sebagai kepala sekolah MTs sekaligus guru, beliau juga
mengelolah yayasan yatim sebagai ketua, selain itu juga masuk dalam
kepengurusan KKM (kelompok kerja madrasah) yang tidak semua kepala
sekolah direkrut untuk menjadi anggotanya, di luar itu beliau juga menjadi
ketua majelis ta‟lim langgar Assalbiyah, beliau juga koordinator bidang pendidikan muslimat kecamatan Kunir dan beliau juga Koordinator bidang
pemberdayaan perempuan dan keluarga MUI kecamatan Kunir. Sedangkan
suami seorang dosen di dua universitas swasta universitas Darul Ulum
Jombang dan Hasyim Asyari Tebuireng, beliau juga menempuh
pendidikan S3 di UIN sunan ampel Surabaya, selain itu beliau sebagai
9
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan sebelumnya, maka
penulis dapat merumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini,
yaitu:
1. Bagaimana proses pembentukan keluarga sakinah oleh pasangan
suami istri dalam hubungan jarak jauh di desa Sukosari Kunir
Lumajang?
2. Nilai-nilai islam apa yang diterapkan oleh pasangan suami istri untuk
membentuk keluarga sakinah dalam hubungan jarak jauh di desa
Sukosari Kunir Lumajang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan masalah diatas, maka Peneliti dapat
menentukan Tujuan dari penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan keluarga sakinah
dari pasangan suami istri dalam hubungan jarak jauh di desa Sukosari
Kunir Lumajang.
2. Untuk mengetahui nilai-nilai islam yang diterapkan oleh pasangan
suami istri untuk membentuk keluarga sakinah dalam hubungan jarak
jauh di desa Sukosari Kunir Lumajang.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat secara teoritis maupun praktis bagi para pembaca, antara lain
10
1. Secara Teoritis
a. Memberikan pengetahuan dan wawasan bagi peneliti lain dalam
bidang bimbingan konseling Islam terutama keluarga dalam upaya
pembentukan keluarga sakinah khususnya bagi program studi BKI
UIN Sunan Ampel Surabaya.
b. Sebagai sumber informasi dan referensi bagi pembaca mengenai
upaya pembentukan keluarga sakinah.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat
terutama untuk pasangan suami istri yang hubungan jarak jauh atau
berbeda tempat agar dapat menjaga rumah tangganya dan menjadikan
rumah tangga yang sakinah.
E. Definisi Konsep
Dalam penelitian ini terdapat berbagai istilah yang mungkin
belum di mengerti, oleh karena itu penulis berusaha menjelaskan
beberapa istilah yang di anggap perlu untuk di jelaskan, yaitu:
1. Keluarga Sakinah
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri
11
tinggal disuatu tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling
ketergantungan.8
Menurut psikologi, keluarga bisa diartikan sebagai dua orang
yang berjanji hidup bersama yang memiliki komitmen atas dasar
cinta, menjalankan tugas dan fungsi yang saling terkait karena
sebuah ikatan batin, atau hubungan perkawinan yang kemudian
melahirkan ikatan sedarah, terdapat pula nilai kesepahaman, watak,
kepribadian yang satu sama lain saling mempengaruhi walaupun
terdapat keragaman, menganut ketentuan norma, adat, nilai yang
diyakini dalam membatasi keluarga dan yang bukan keluarga.9
Pernikahan merupakan suatu proses pembentukan suatu keluarga
yang berupa penjanjian sakral antar suami istri, perjanjian sakral ini
merupakan prinsip universal yang terdapat dalam sebuah tradisi
keagamaan. Dengan ini pula pernikahan dapat menuju terbentuknya
rumah tangga yang sakinah atau keluarga yang harmonis.
Kata sakinah dalam kamus ilmiah mempunyai arti yaitu
ketentraman, damai dan ketenangan.10 Dalam bahasa arab kata “
Sakinah” didalamnya terkandung arti “tenang”, “terhormat”,
8
Sugeng Irawan, “ pengasuhan anak dalam keluarga” “ the next lost generations”, (
Semarang : Andi, 2005) hal, 25 9
Mufidah. Ch, “Psikologi Keluarga Islam Berwawasan Gender, ( Malang : UIN Maliki
Press, 2013) hal, 34 10
Tim pustaka agung Harapan, Kamus Ilmiah Populer Lengkap, (Surabaya: pustaka
12
“aman”, “penuh kasih sayang”, “mantap dan memperoleh pembelaan”.11
Dari beberapa definisi di atas yakni tentang keluarga dan
sakinah, maka dapatlah kita definisikan bahwa keluarga sakinah itu
adalah berkumpulnya dua individu atau lebih yang diikat oleh tali
pernikahan dalam upaya melestarikan kehidupan dimana dalamnya
terdapat interaksi yang melahirkan ketenangan, rasa aman,
kemantapan baik ekonomi, fisik, maupun psikis, saling menghormati,
saling mengasihi dan menyayangi, serta saling membela satu sama
lain.
2. Hubungan jarak jauh
Pengertian hubungan jarak jauh atau sering disebut dengan
Long Distance Relationship (LDR) adalah dimana pasangan dipisahkan oleh jarak fisik yang tidak memungkinkan adanya kedekatan
fisik untuk periode waktu tertentu. Menurut Stafford kesempatan untuk
komunikasi yang sangat terbatas dalam persepsi individu
masing-masing yang menjalani hubungan jarak jauh. Sulitnya komunikasi yang
dilakukan karena keterbatasan alat serta tempat yang tidak trategis
untuk berkomunikasi dengan lancar. Holt & Stone menggunakan faktor
waktu dan jarak untuk mengkategorikan pasangan yang menjalani
hubungan jarak jauh. Berdasarkan informasi demografis dari partisipan
penelitian yang menjalani hubungan jarak jauh, didapat 3 kategori
11
Mashuri Kartubi DKK, Baiti Jannati Menuju Pintu-Pintu Surge Dalam Rumah
13
waktu terpisah (0, kurang dari 6 bulan, lebih dari 6 bulan), 3 kategori
pertemuan (sekali seminggu, seminggu hingga sebulan, kurang dari satu
bulan) dan 3 kategori jarak (0-1 mil, 2-294mil, lebih dari 250 mil).
Dari hasil penelitian Hotl & Stone dapat disimpulkan bahwa
hubungan jarak jauh merupakan sebuah proses seseorang dengan
pasangan yang berada di tempat yang berbeda baik jarak dan fisik, telah
menjalani hubungan jarak jauh minimal 6 bulan dan memiliki intensitas
pertemuan yang minimal satu kali dalam satu bulan.12
3. Pola Konseling
Arti kata pola itu sendiri adalah bentuk atau model (atau,
lebih abstrak, suatu set peraturan) yang bisa dipakai untuk membuat
atau untuk menghasilkan suatu atau bagian dari sesuatu, khususnya
jika sesuatu yang ditimbulkan cukup mempunyai suatu yang sejenis
untuk pola dasar yang dapat ditunjukkan atau terlihat, yang mana
sesuatu itu dikatakan memamerkan pola.13
Menurut Prayitno dan Erman Amti.“Konseling adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling
oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang
mengalami suatu masalah (disebut klien), yang bermuara pada
teratasinya masalah yang dihadapi oleh klien.”14
12
Diakses pada tanggal 5 maret 2015, pukul 21.35,
https://cdn.fbsbx.com/hphotos-
xpa1/v/t59.2708-21/11031753_854758337922853_625067172_n.pdf/2013-1-01461-PS-Bab2001.pdf. 13
Anonim, https://id.wikipedia.org/wiki/pola. Diakses pada tanggal 20 agustus 2015. 14
14
Dari penegrtian diatas dapat disimpulakan bawasannya pola
konseling adalah bentuk atau model proses pemberian bantuan yang
dlakukan melalui wawancara konseling oleh seorang yang ahli
(konselor) kepda individu yang mengalami masalah (klien) sehinnga
dapat mengatasi masalah yang dihadapi.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan jenis penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif. Pendekatan kulaitatif yaitu riset yang bersifat deskriptif dan
cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang di alami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motifasi, tindakan, secara holistik dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.15 Sedangkan jenis penelitian yang digunakan adalah
fenomenologi, penelitian dengan berlandaskan fenomenologi melihat
objek penelitian dalam satu konteks naturalnya.16
Peneliti menggunakan pendekatan kualitatif karena dalam
penelitian ini melakukan penafsiran terhadap fenomena sosial dengan
cara deskriptif dan data yang akan diperoleh adalah data kualitatif
Muhammad Idrus, Metode Penelitian Ilmu Sosial pendekatan Kualitatif dan
15
berupa kata-kata atau teks bukan berupa angka serta untuk mengetahui
fenomena sosial secara mendalam peneliti harus melakukan penelitian
secara inten. Data yang berupa kata–kata atau teks tersebut kemudian
dianalisis. Hasil analisis itu dapat berupa gambaran atau deskripsi.17
Fenomena pada penelitian ini yakni pasangan suami istri yang
tinggal berjauhan namun mereka tetap mampu menjadikan
keluarganya keluarga yang sakinah meskipun jarak memisahkan.
Dalam fenomena sosial yang saat ini marak terjadi pasangan yang
menjalani hubungan jarak jauh tetapi mereka tidak dapat
mempertahankan keluarganya bahkan banyak dari mereka yang
memilih untuk mengakhiri pernikahannya.
2. Sasaran dan lokasi penelitian
Sasaran dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang
bernama(nama samaran) Khotimah dan Ahmad sebagai subjek
sekaligus objek dalam penelitian. Lokasi penelitian ini bertempat di
Desa Sukosari Kecamatan Kunir Kabupaten Lumajang tepatnya di
Dusun Sukolilo RT 06 / RW 02.
3. Jenis dan sumber data
a. Jenis Data
Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data
yang bersifat non statistik, dimana data yang diperoleh nantinya
17
16
dalam bentuk verbal atau deskriptif bukan dalam bentuk angka.
Adapun jenis data pada penelitian ini adalah :
1) Data Primer yaitu data yang diambil dari sumber pertama di
lapangan. Di peroleh data tentang pembentukan keluarga
sakinah dan nilai-nilai islam yang di terapkan oleh pasangan
suami istri yang menjalani hubungan jarak jauh.
2) Data Sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua
atau sumber sekunder.18 Diperoleh dari gambaran lokasi
penelitian, keadaan lingkungan, riwayat pendidikan, dan
perilaku keseharian.
b. Sumber Data
Yang dimaksud sumber data adalah subjek dari mana data
diperoleh.19
1) Sumber Data Primer yaitu sumber data yang langsung
diperoleh penulis dilapangan yaitu informasi dari subjek.
Adapun subjeknya yaitu pasangan suami istri (Ahmad dan
Khotimah).
2) Sumber Data Sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari
orang lain sebagai pendukung guna melengkapi data yang
penulis peroleh dari data primer. Sumber ini bisa diperoleh
dari keluarga, kerabat , dan tetangga.
18
Burhan Bungin, Metode Penelitian Sosial: Format-format Kuantitatif Dan Kualitatif (Surabaya: Universitas Airlangga,2001), hal. 128.
19
17
4. Tahap-tahap penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 tahapan dari
penelitian.
a. Tahap Pra Lapangan
Ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh
peneliti dalam tahapan ini ditambah dengan satu pertimbangan
yang perlu dipahami, yaitu etika penelitian lapangan. Kegiatan
dan pertimbangan tersebut diuraikan berikut ini.20
1) Menyusun rancangan penelitian
Dalam hal ini peneliti membuat susunan rancangan
penelitian apa yang akan peneliti teliti ketika sudah terjun ke
lapangan.
2) Memilih lapangan penelitian
Dalam hal ini peneliti mulai memilih lapangan yang
akan diteliti. Dengan mempertimbangkan teori yang sesuai
dengan yang ada di lapangan.
3) Mengurus perizinan
Dalam hal ini peneliti mengurus surat-surat perizinan
dalam pelaksanaan penelitian pada pihak-pihak yang
berwenang memberikan izin, sehingga dapat mempermudah
kelancaran peneliti dalam melakukan penelitian.
4) Menjajaki dan memilih lapangan
20
Lexi J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
18
Penjajakan dan penilaian lapangan akan terlaksana
dengan baik apabila peneliti sudah membaca terlebih dahulu
dari keputusan atau mengetahui melalui orang dalam situasi
atau kondisi daerah tempat penelitian dilakukan.21 Dalam hal
ini peneliti akan menjajaki lapangan dengan mencari
informasi di tempat peneliti melakukan penelitian.
5) Memilih dan memanfaatkan informan
Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk
memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar
penelitian. Pemanfaatan informan oleh peneliti tersebut,
untuk membantu agar secepatnya membantu memberikan
banyak informasi mengenai situasi dan kondisi yang ada di
lapangan.
6) Menyiapkan perlengkapan
Dalam hal ini peneliti menyiapkan alat-alat untuk
keperluan penelitian seperti bulphoint, kertas, pensil, map,
klip, tape recorder, kamera, dan lain-lain.
7) Persoalan Etika Penelitian
Persoalan etika akan timbul apabila peneliti tidak
menghormati, tidak mematuhi, dan tidak mengindahkan
nilai-nilai masyarakat dan pribadi tersebut.22 Dalam hal ini peneliti
19
harus mampu menyesuaikan diri, serta untuk sementara
waktu menerima norma-norma dan nilai-nilai yang ada di
latar penelitian, dan sementara meninggalkan budayanya
sendiri.
b. Tahap Persiapan Lapangan
Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan untuk
memasuki lapangan dan persiapan yang harus dipersiapkan adalah
jadwal yang mencakup waktu, kegiatan yang dijabarkan secara
rinci. Kemudian ikut berperan serta sambil mengumpulkan data
yang ada di lapangan.
c. Tahap Pekerjaan Lapangan
Dalam tahap pekerjaan lapangan ini, yang akan dilakukan
peneliti adalah memahami latar penelitian terlebih dahulu serta
mempersiapkan diri baik fisik maupun mental. Selanjutnya yakni
memasuki lapangan untuk menjalin keakraban dengan subyek
atau informan lainnya agar memperoleh banyak informasi. Dan
ini terus dilakukan selama proses penelitian. Selanjutnya yakni
berperan sambil mengumpulkan data melalui wawancara,
observasi, serta dokumentasi, foto, rekaman, dan lain-lain.23
23
Lexi J. Moelong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja
20
5. Teknik pengumpulan data
Salah satu tahap penting dalam dalam proses penelitian adalah
pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data yang akan
peneliti gunakan, yakni sebagai berikut:
a. Observasi
Observasi yaitu pengamatan dan penelitian yang sistematis
terhadap gejala yang diteliti.24 Observasi adalah pengamatan yang
dilakukan secara sengaja, sistematis mengenai fenomena sosial
dengan gejala-gejala psikis untuk kemudian dilakukan pencatatan.
Pada dasarnya teknik observasi di gunakan untuk melihat atau
mengamati perubahan fenomena sosial yang tumbuh dan
berkembang yang kemudian dapat dilakukan penilaian atas
perubahan tersebut. Bagi pelaksana atau petugas atau disebut
sebagai observer bertugas melihat objek dan kepekaan
mengungkap serta membaca permasalahan dalam momen-momen
tertentu dengan dapat memisahkan antara yang diperlukan dengan
yang tidak diperlukan.25
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan observasi
untuk mengamati subjek, yakni kondisi dari suami istri,
bagaimana ekspresi ketika rindu atau butuh kasih sayang,
mengamati keseharian suami istri, selain itu juga untuk
24
Dr. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung, Alfabeta, 2012), hal: 145
25
21
mengamati bagaimana kondisi keluarga, lingkungan disekitar
yakni ditempat penelitian, serta luas wilayah, jumlah penduduk,
batas wilayah, dan lokasi rumah tempat penelitian.
b. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu.
Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara yang
mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan
jawaban.26 Wawancara dilakukan untuk menggali data lebih
mendalam dari data yang diperoleh dari observasi.27 Wawancara
digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin
melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan
yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui
hal-hal dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondenya
sedikit/ kecil.28
Dalam hal ini peneliti sebagai pewawancara dan subjek
sebagai terwawancara. Adapun yang akan peneliti gali yakni
segala informasi secara mendalam pada diri subjek yang meliputi:
Identitas diri subjek (tempat tanggal lahir, usia, pendidikan),
kondisi keluarga, lingkungan dan ekonomi , keseharian suami
istri, problem yang pernah dialami suami istri, bagaiman suami
Rully Indrawan dan Poppy Yaniawati, Metode Penelitian, (Bandung: Refika Aditama,
2014), hal: 136 28
22
istri saat mengalami problem, serta bagaimana suami istri
menyelesaikan problem, bagaiamana cara suami istri
menghilangkan rasa kesepian, bagaimana cara membetuk
keluarga sakinah meski dengan menjalani hubungan jarak jauh
dan bagaiamana menerapkan nilai-nila islam dalam keluarga
dengan hubungan jarak jauh.
Selain menggali data dari subjek peneliti juga berupaya
untuk menggali data dari orang-orang yang dekat dengan subjek
agar data yang didapatkan lebih akurat. Selain itu data yang
dianggap penting selanjutnya, yakni luas wilayah, jumlah
penduduk, batas wilayah, lokasi rumah tempat penelitian.
c. Dokumentasi
Tehnik pengumpulan data memalui dokumentasi diartikan
sebagai upaya untuk memperoleh data dan informasi berupa
catatan tertulis/gambar yang tersimpan berkaitan dengan masalah
yang diteliti. Dokumentasi merupakan fakta dan data yang
tersimpan dalam berbagai macam bahan yang berbentuk
dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk
surat-surat, laporan, peraturan, catatatan harian, biografi, simbol,
dan data lain yang tersimpan.29 Adapun yang akan peneliti cari
melalui dokumentasi yakni: riwayat pendidikan subjek, gambaran
lokasi penelitian.
29
Rully Indrawan dan Poppy Yaniawati, Metode Penelitian, (Bandung: Refika Aditama,
23
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang proses teknik
pengumpulan data dapat dilihat melalui tabel dibawah ini.
Tabel 1.1
Jenis Data, Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data
NO Jenis Data Sumber Data TPD
TPD : Teknik Pengumpulan Data
O : Observasi
W : Wawancara
D : Dokumentasi
6. Teknik analisis data
Lexy J. Moleong di dalam bukunya yang berjudul “Metodelogi
Penelitian Kualitatif” mengatakan bahwa menurut Bogdan & Biklen
analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan
bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milah menjadi
24
menemukannya pola, dan menemukan apa yang penting dan apa yang
dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang
lain.30
Dalam melakukan analisis peneliti menggunakan analisis
deskriptif. Analisis deskriptif yaitu berusaha mendeskripsikan dan
menginterpretasi apa yang ada (bisa mengenai kondisi atau hubungan
yang ada, pendapat yang sedang tumbuh, proses yang sedang
berlangsung, akibat atau efek yang terjadi atau kecenderungan yang
tengah berkembang).31
Adapun yang dianalisis dalam penelitian ini yakni upaya
pembentukan keluarga sakinah oleh pasangan suami istri dalam
hubungan jarak jauh dan nilai-nilai islam apa yang diterapkan oleh
pasangan suami istri dalam membentuk keluarga sakinah.
7. Teknik keabsaan data
Teknik keabsahan data merupakan faktor yang menentukan
dalam penelitian kualitatif untuk mendapatkan kemantapan validitas
data. Dalam penelitian ini peneliti memakai keabsahan data sebagai
berikut:
a. Perpanjangan pengamatan
Dengan memperpanjang pengamatan berarti peneliti
kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi
dengan sumber data yang pernah ditemui. Dengan perpanjang
30
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, hal. 248. 31
25
pengamatan ini berarti hubungan peneliti dengan obyek yang
diteliti tidak akan ada jarak lagi.32
b. Meningkatkan Ketentuan
Meningkatkan ketentuan berarti melakukan pengamatan
secara lebih cermat dan berkesinambungan. Dengan cara tersebut
maka kepastian data akan dapat direkam secara pasti dan
sistematis.
c. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan fakta yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu, untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Lalu
triangulasi dalam pengujian keabsahan data diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu. Triangulasi dibedakan menjadi empat macam
yaitu:
a. Triangulasi data (data trianggulation) atau trianggulasi sumber
adalah penelitian dengan menggunakan berbagai sumber data
yang berbeda untuk mengumpulkan data yang sejenis.
b. Triangulasi peneliti (investigator trianggulation) adalah hasil
peneliti baik data maupun simpulan mengenai bagian tertentu
atau keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa
peneliti.
32
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung:
26
c. Triangulasi metodologis (methodological trianggulation) jenis
trianggulasi bisa dilakukan oleh seorang peneliti dengan
mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik
atau metode pengumpulan data yang berbeda.
d. Triangulasi teoritis (theoretical trianggulation) trianggulasi ini
dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan prespektif lebih
dari satu teori dalam membahas permasalahan yang dikaji.33
Dalam penlitian ini penenliti menggunakan triangulasi
teoritis yakni dengan menggunakan teori yang telah ada pada bab
kajian teori.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk mempermudah dalam pembahasan ini, peneliti membagi
pembahasan ke dalam lima bab, yang masing-masing terdiri dari sub-sub
bab.
BAB I Pendahuluan yang berisikan gambaran umum yang
membuat pola dasar dan kerangka pembahasan skripsi. Bab ini meliputi
latar belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,
Definisi Konsep, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan.
BAB II Tinjauan Pustaka dalam bab ini peneliti menyajikan
tentang kajian teori yang dijelaskan dari beberapa referensi untuk
menelaah objek kajian yang dikaji, dalam skripsi ini akan membahas
tentang pengertian Keluarga sakinah, Kriteria keluarga Sakinah, Upaya
33
27
membentuk keluarga Sakinah, Hubungan jarak jauh, Nilai-nilai islam
yang di terapkan dalam membentuk keluarga sakinah dan konseling
keluarga.
BAB III Penyajian Data yang menjelaskan tentang setting
penelitian yang meliputi, deskripsi umum objek penelitian, dan membahas
deskripsi hasil penelitian tentang proses pembentukan keluarga sakinah
oleh pasangan suami istri dalam hubungan jarak jauh di desa Sukosari,
Kunir, Lumajang dan nilai-nilai islam yang diterapkan oleh pasangan
suami istri dalam membentuk keluarga sakinah.
BAB IV Menjelaskan tentang analisis proses pembentuk keluarga
sakinah oleh pasanngan suami istri dalam hubungan jarak jauh dan analisis
nilai-nilai islam yang diterapkan oleh pasangan suami istri untuk
membentuk keluarga sakinah dalam hubungan jarak jauh di desa Sukosari,
Kunir, Lumajang.
BAB V Merupakan bab penutup yang berisi tentang kesimpulan
BAB II
KELUARGA SAKINAH, HUBUNGAN JARAK JAUH DAN POLA KONSELING
A. KELUARGA SAKINAH
1. Pengertian keluarga sakinah
Istilah keluarga sakinah merupakan konsep berkeluarga ideal
umat Islam yang sudah tidak asing lagi. Istilah ini dibentuk oleh dua
suku kata, yakni kata keluarga dan kata sakinah. Pengertian keluarga
Menurut George Murdock menguraikan bahwa “keluarga merupakan
kelompok sosial yang memiliki karakteristik tinggal bersama, tempat
kerja sama ekonomi, dan terjadi proses reproduksi”.34
Sugeng Irawan dalam bukunya yang berjudul Pengasuhan
Anak Dalam Keluarga mendefinisikan bahwa “Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari atas kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah
suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan”.35 Definisi lainnya
menjelaskan “Keluarga ialah pasangan suami istri, baik mempunyai
anak atau tidak mempunyai anak (nuclear family). Keluarga yang
34
Sri Lestari, Psikologi Keluarga Penanaman Nilai dan Penanganan konflik Dalam
Keluarga, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2012), Hal.3. 35
29
dimaksud adalam sumai istri yang terbentuk melalui perkawinan.36
Yusli Singgih D Gunarsa mendefiniskan “Keluarga merupakan suatu
kelompok sosial yang bersifat langeng berdasarkan hubungan
pernikahan dan hubungan darah.37
Dari pengertian tentang keluarga di atas dapat memberikan
pemahaman bahwa keluarga bermula dari terjadinya hubungan atau
ikatan berupa perkawinan seorang laki-laki dan perempuan, dan
sebaliknya terdiri dari dua orang tesebut, kemudian ditambah anak,
atau anak-anak sehingga anak mempunyai hubungan keluarga dengan
orang tuanya karena hubungan darah.
Istilah sakinah, dalam bahasa Arab kata sakinah di dalamnya
terkandung arti tenang, terhormat, aman, penuh kasih sayang, mantap
dan memperoleh pembelaan.38
Pengambilan kata sakinah yang ditujukan pada tujuan
pernikahan di dalam islam, diambil dari ayat ke 21 dari al-Qur‟an
Surat al-Rum, sebagai berikut :
ْ
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang.
36
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat
Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syari‟ah, Membina Keluarga Sakinah, ( Jakarta: Departemen
Agama RI, 2006), Hal.4 37
Yulia Singgih D Gunarsa, Asas-Asas Psikologi Keluarga Idaman, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2002), Hal.43
38
30
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.”39
Dalam ayat tersebut di atas ada kalimat “ litaskunuu ilaiha”.,
yang dalam terjemah bahasa Indonesia lebih diartikan dengan “
supaya kamu cenderung dan tentram kepadanya”. Kalimat
“litaskunuu” inilah, yang kemudian membentuk kata sakinah.
Kata sakinah disebutkan sebanyak enam kali dalam al-qur’an,
yaitu pada surat al baqarah [2]:248, surat At-Taubah [9]:26 dan 40,
surat Al-Fath [48}:4,18, dan 28. Dalam ayat-ayat tersebut dijelaskan
bahwa sakinah itu didatangkan Allah SWT ke dalam hati para nabi
dan orang-orang yang beriman agar tabah dan tidak gentar
menghadapi tantangan, rintangan, ujian, cobaan, ataupun musibah.
Sehingga sakinah dapat juga dipahami dengan “sesuatu yang
memuaskan hati”.40
Menurut Rasyid Ridla “sakinah adalah sikap jiwa yang timbul
dari suasana ketenangan dan merupakan lawan dari goncangan batin
dan kekalutan”.41
Departemen Agama RI mendefinisikan bahwa :
Keluarga sakinah adalah keluarga yang dibina atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat hidup spiritual dan material secara layak dan seimbang diliputi suasana kasih sayang antar anggota keluarga dan lingkungannya dengan selaras, serasi,
39
Abd. Rouf Al Manawi, Faiq Al Qodir Al Jami’ Al shoghir (CD aplikasi Al Maktabah
31
serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam
nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia.42
Ainur rohim faqih juga mendefinisikan” keluarga sakinah adalah
keluarga yang tentram, penuh kasih dan sayang.”43
Dari beberapa definisi di atas yakni tentang keluarga dan
sakinah, maka dapatlah kita definisikan bahwa keluarga sakinah itu
adalah berkumpulnya dua individu atau lebih yang diikat oleh tali
pernikahan dalam upaya melestarikan kehidupan dimana dalamnya
terdapat interaksi yang melahirkan ketenangan, rasa aman,
kemantapan baik ekonomi, fisik, maupun psikis, saling menghormati,
saling mengasihi dan menyayangi, serta saling membela satu sama
lain.
Keluarga sakinah merupakan kondisi keluarga yang sangat
ideal dalam menjalani kehidupannya, dimana keluarga yang ideal
seperti ini sangat jarang adanya. Namun sekalipun sangat jarang
keberadaannya, bukan berarti tidak dapat diwujudkan, hanya saja
dalam upaya mewujudkannya diperlukan pengorbanan yang sangat
besar dan sangat panjang, baik pengorbanan waktu, materi, ilmu dan
lain-lain.
42
Departemen Agama RI Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Urusan Agama Islam Dan Pembinaan Syari’ah, Membina Keluarga Sakinah, ( Jakarta: Departemen Agama RI,2006), Hal.6
43
Ainur Rahim Faqih, Bimbingan Dan Konseling Dalam Islam,
32
2. Kriteria Keluarga Sakinah
Didalam kehidupan berkeluarga, agar tujuan perkawinan dapat
tercapai yaitu untuk menjadi keluarga sakinah maka harus ada
kriteria-kriteriayang dilaksanakan di dalam keluarga tersebut. Kriteria-kriteria
tersebut yaitu :
a. Keluarga Sakinah I:
1) Keluarga tersebut dibentuk melalui perkawinan yang sah
berdasarkan peraturan yang berlaku atas dasar cinta kasih dan kasih sayang;
3) Keluarga menamatkan sekolah 9 tahun;
4) Mampu berinfaq;
9) Keluarga mampu memenuhi tugas dan kewajibannya
33
10) Pendidikan minimal SMA.
d. Keluarga Sakinah IV:
1) Memenuhi criteria Sakinah III;
2) Keluarga tersebut dapat menunaikan ibadah haji;
3) Salah satu keluarga menjad pimpinan organisasi islam;
4) Mampu melaksanakan wakaf;
5) Keluarga mampu mengamalkan pengetahuan agama kepada
masyarakat;
6) Keluarga menjadi panutan masyarakat;
7) Keluarga dan anggotanya minimal sarjana dari Perguruan
Tinggi;
8) Keluarga yang menjunjung tinggi nilai-nilai akhlaqul karimah;
9) Keluarga yang di dalamnya tumbuh cinta dan kasih sayang44
3. Upaya Membentuk Keluarga Sakinah
a. Memilih pasangan
Diantara kunci sukses dalam membentuk keluarga sakinah
adalah memilih pasangan yang tepat. Pasangan merupakan faktor
yang menentukan apakah bahtera rumah tangga yang akan diarungi
bersama mampu sampai ketujuan atau tidak. Oleh sebab itu, islam
sangat memperhatikan persoalan menentukan kriteria pasangan
yang baik sehingga dapat mengantarkan keluarga kita menuju
keluarga sakinah.
1) Kriteria calon istri
Sesungguhnya pernikahan tidak hanya bertujuan untuk
memenuhi insting dan berbagai keinginan yang bersifat materi.
Lebih dari itu, terdapat berbagai tugas yang harus dipenuhi,
baik segi kejiwaan, ruhaniah, kemasyarakatan yang harus
44
34
menjadi tanggung jawabnya. Termasuk juga hal-hal lain yang
diinginkan oleh insting manusia.
Dari sini, tidak diperkenankan dalam memilih istri
hanya terbatas dari segi fisik, dengan mengesampingkan sisi
lainnya. Bahkan harus memelihara tujuan-tujuan secara
keseluruhan dan menjamin pemenuhan atas tujuan tersebut.
Sunnah nabi telah memberikan perhatian dalam
memilih istri sebagaimana yang terdapat dalam hadist yang
diriwayatkan oleh Abu Hurairah ra merangkan bahwasannya
wanita yang baik menurut Islam adalah wanita yang agamanya, maka pilihlah yang mempunyai agama, engkau akan selamat.” 45
Pada hadist Nabi yang mulia di atas, Rasulullah SAW
membagi keinginan pernikahan dari segi tujuan pokok dalam
pernikahan pada empat bagian: 46
Pertama, memilih istri dari segi kepemilikan hartanya
agar ia tertolong dari kekayaan dan dengan itu ia terpenuhi
segala kebutuhannya atau agar dapat membantu dan
45
Husni M. Saleh. Fiqih Munakahah. (Surabaya: Dakwah Digital Press, 2008) Hal: 40 46
35
memecahkan kesulitan hidup yang bersifat materi dengan
mengubah pandangan atas kewajiban kepemilikan harta
dengan agama atau tanpa adanya kewajiban.
Kedua, memilih istri berdasarkan nasabnya, nasab istri
dalam berbagai keadaan umum menjadi keinginan banyak
orang. Seperti seseorang yang berusaha mengambil manfaat
dari nasab istri untuk kemuliaan serta ketinggian kedudukan
dan sebagainya.
Ketiga, memilih istri hanya berdasarkan perasaan akan
kecantikannya, dengan alasan bahwa dalam pernikahan
mencakup kecantikan untuk bersenang-senang sehingga
mendorong untuk menjaga diri dan tidak melihat
perempuan-perempuan lain serta tidak melakukan perbuatan yang dibenci
Allah.
Adapun tujuan pernikahan yang hanya terbatas pada
kebutuhan dunia tanpa memperhatikan kebutuhan ruhani.
Dengan demikian, ia telah jatuh dalam perangkap hal-hal
bersifat lahiriah tanpa mempertimbangkan unsur lainnya.
Keempat, adapun anjuran memilih Istri karena
agamanya, Rasulullah telah mempertimbangkan bagian ini
sebagai landasan dalam memilih istri. Karena perempuan yang
beragama meskipun tidak cantik secara fisik, agama
36
berbeda agama antara individu satu dengan yang lainnya.
perempuan yang baik agamanya memiliki keutamaan yang
lebih baik daripada kecantikan fisik. Ia dapat menyenangkan
hati dan baik perilakunya.
2) Kriteria calon suami
Dalam Al-Qur’an yang suci Allah SWT telah
meletakkan dan menetapkan konsep-konsep yang benar dan
sangat sempurna dalam rangka memilih calon suami dan istri.
Hal ini sebagaimana yang tertuang dalam firmannya:
اوف ت ئ بق و ش ْ ك نْ ج ىثْ ك ْ ْ ك نْ ّ إ س ّن ا هّآ آ
يب ي ّ ّ إ ْ ك ْا ّ دْن ْ ْك ّ إ
Artinya : “Wahai manusia, sesungguhnya kami menciptakan
kamu dari dalam diri laki-laki dan wanita dan kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal. (QS AL-Hujuraat : 13).”47
Unsur ketaqwaan adalah satu-satunya prinsip yang
paling kuat dan benar, manakala seseorang menetapkan
terhadap calon suami atau istri, sebab kriteria inilah yang dapat
menjamin kwalitas untuk tidak melakukan sesuatu yang
merugikan dan dimurkai Allah SWT baik itu bagi dirinya
sendiri, keluarga dan anak cucunya kelak, sehingga dengan
kualitas pribadi yang berakhlaqul karimah inilah yang akan
47
Abd. Rouf Al Manawi, Faiq Al Qodir Al Jami’ Al shoghir (CD aplikasi Al Maktabah
37
dapat menciptakan dan membentuk sebuah keluarga yang
islami.48
Di dalam bukunya Ali Yusuf As-Subki yang berjudul
Fiqih Keluarga menyebutkan suami yang terpuji dalam
pandangan Islam adalah yang memiliki sifat-sifat kemanusiaan
yang utama, sifat kejantanan yang sempurna, ia memandang
kehidupan dengan benar, melangkah pada jalan yang lurus, ia
bukanlah orang yang memiliki kekayaan, atau orang yang
memiliki fisik yang baik dan kedudukan tinggi, dengan tanpa
memberi pertolongan dengan memberikan anugerah dan unsur
yang baik.49
b. Melaksanakan rukun dan syarat sah pernikahan
1) Rukun pernikahan
Rukun ialah sesuatu yang mesti ada yang menentukan
sah dan tidaknya suatu pekerjaan (ibadah), atau unsur pokok
(tiang) dalam setiap perbuatan hukum. Sedangkan syarat ialah
unsur pelengkapnya. Kedua unsur ini dalam perkawinan adalah
penting sekali karena apabila tidak terpenuhi maka perbuatan
itu dianggap tidak sah menurut hukum.50
Jumhur ulama’ sepakat bahwa rukun pernikahan itu
Ali Yusuf As-Subki. Fiqih Keluarga. (Jakarta: Amzah, 2010), Hal. 21 50
38
(a)Adanya calon suami istri yang akan melakukan pernikahan
(b)Adanya wali dari pihak calon pengantin wanita.
Akad nikah dianggap sah apabila ada seorang wali atau
wakilnya yang akan menikahkannya.
(c)Adanya dua orang saksi
Pelaksanaan akad nikah akan sah apabila dua orang
saksi yang menyaksikan akad nikah tersebut.
(d) Sighat akad nikah, yaitu ijab Kabul yang di ucapkan oleh
wali atau wakilnya dari pihak wanita, dan dijawab oleh
calon pengantin laki-laki.
Pendapat yang mengatakan bahwa rukun nikah itu ada
empat, karena calon pengantin laki-laki dan calon pengantin
perempuan digabung menjadi satu rukun, seperti terlihat
dibawah ini.
Rukun perkawinan:
- Dua orang saling melakukan akad perkawinan, yakni
mempelai laki-laki dan mempelai perempuan
- Adanya wali
- Adanya dua orang saksi
- Dilakukan dengan sighat tertentu.
2) Syarat Sahnya pernikahan
Syarat pernikahan merupakan dasar bagi sahnya
39
pernikahan itu sah dan menimbulkan adanya segala hak dan
kewajiban sebagai suami istri.
Pada garis besarnya syarat-syarat sahnya pernikahan itu
ada dua:
(a)Calon mempelai perempuannya halal dikawini oleh
laki-laki yang ingin menjadikannya istri. Jadi perempuannya itu
bukan merupakan orang yang haram dinikahi, baik karena
haram dinikahi untuk sementara maupun untuk
selama-lamanya.
(b)Akad nikah dihadiri para saksi.
Secara rinci, masing-masing rukun di atas akan
menjelaskan syarat-syaratnya sebagai berikut:
a) Syarat keduanya mempelai.
(1) Syarat-syarat pengantin pria.
Syari’at islam menentukan beberapa syarat yang harus
dipenuhi oleh calon suami berdasarkan ijtihad para
ulama, yaitu:
- Calon suami beragama islam
- Terang (jelas) bahwa bahwa calon suami itu betul
laki-laki
- Orangnya diketahui dan tertentu
- Calon mempelai laki-laki itu jelas halal kawin
40
- Calon mempelai laki-laki tahu/kenal pada calon istri
serta tahu betul calon istrinya halal baginya
- Calon suami rela (tidak dipaksa) untuk melakukan
perkawinan itu
- Tidak sedang melakukan ihram
- Tidak mempunyai istri yang haram dimadu dengan
calon istri
- Tidak sedang mempunyai istri empat.
(2) Syarat-syarat pengantin perempuan:
- Beragama Islam atau ahli kitab
- Terang bahwa ia wanita, bukan khuntsa (banci)
- Wanita itu tentu orangnya
- Halal bagi calon suami
- Wanita itu tidak dalam ikatan pekawinan dan tidak
masih dalam „iddah
- Tidak dipaksa/ikhtiar
- Tidak dalam keadaan ihram haji atau umroh.51
c. Landasan hidup suami-istri
1) Hak dan kewajiban suami istri
(a) Hak Bersama Suami dan Istri
- Suami dan istri dihalalkan saling bergaul mengadakan
gubungan seksual. Melakukan hubungan ini adalah hak
51
41
bagi suami dan istri dan tidak boleh dilakukan jika tidak
bersama.
- Kedua belah pihak wajib berprilaku yang baik, sehingga
dapat melahirkan kemesraan dan kedamaian hidup.
Berdasarkan firman Allah dalam surat An – Nisa: 19
ّ و ش
و ْ ْ
Artinya : “ dan bergauallah dengan mereka (istri) secara
patut”52
- Anak mempunyai nasab yang jelas.
- Hak saling mendapatkan warisan.53
(b) Kewajiban Suami dan Istri
- Suami istri berkewajiban menegakkan rumah tangga
yang sakinah, mawaddah, dan warahmah.
- Suami istri saling mencinta, hormat, dam menghormati.
- Memelihara kehormatan.
- Mengasuh anak, baik jasmani, rohani, dan pendidikan.54
Hak dan kewajiban suami istri menurut UU nomor 1
tahun 1974 tentang perkawinan tercantum dalam pasal 77 dan
78.
Dalam pasal 77 disebutkan : (1) Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah yang menjadi
52
Abd. Rouf Al Manawi, Faiq Al Qodir Al Jami’ Al shoghir (CD aplikasi Al Maktabah
42
sendi dasar dan susunan masyarakat (2) Suami istri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain; (3) Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan
memelihara anak-anak mereka, baik mengenai
pertumbuhan jasmani, rohani maupun kecerdasannya dan pendidikan agamanya; (4) suami istri wajib memelihara kehormatannya; (5) jika suami atau istri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama.
Pada Pasal 78 disebutkan : (1) Suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap. (2) Rumah kediaman yang dimaksud dalam ayat (1), ditentulan oleh
suami istri bersama. 55
2) Hak Dan Kewajiban Suami
Islam mewajibkan suami terhadap istrinya memberikan
hak-hak yang harus dipenuhinya sebagai hak istri. Hak suami
tercermin dalam ketaatannya, menghormati keinginannya, dan
mewujudkan kehidupan yang tenang dan nikmat sebagaimana
yang diinginkan. Hak–hak suami terhadap istrinya yang
diwajibkan oleh Islam memungkinkan perempuan melaksanakan
tanggung jawabnya yang pokok dalam rumah dan masyarakat.
Memberi kemampuan bagi laki–laki untuk membangun
rumahnya dan keluarganya.56.
(a) Hak Suami Terhadap Istri
- Ditaati dalam hal–hal yang tidak maksiat.
- Istri menjaga dirinya sendiri dan harta suami.
55
Tim Redaksi Nuansa Aulia, Komplikasi Hukum Islam Edisi Revisi, (Bandung: CV. Nuansa Aulia, 2012), Hal.24
56
43
- Menjauhkan diri dari mencampuri sesuatu yang dapat
menyusahkan suami.
- Tidak bermuka masam di hadapan suami.
- Tidak menunjukkan keadaan yang tidak disenangi
suami.
(b) Kewajiban Suami Terhadap Istri
- Memberi nafkah, pakaian, dan tempat tinggal.
- Membiayai pendidikan anak.
- Biaya rumah tangga, biaya perawatan, dan pengobatan
bagi istri dan anak.
Kewajiban suami menurut UU nomor 1 tahun 1974
tentang perkawinan tercantum dalam pasal 80.
44
ayat (4) huruf a dan b. (7) Kewajiban suami sebagaimana
dimaksud ayat (5) gugur apabila istri nusyuz. 57
3) Hak Dan Kewajiban Istri
Agama islam memberikan peraturan-peraturan tentang
kewajiban suami, begitu juga istri harus melaksanakan
kewajiban-kewajiban terhadap suaminya, dan ini merupakan hak
bagi suami. Kewajiban-kewajiban istri terhadap suami tidak ada
yang berupa materi. Hak-hak istri yang menjadi kewajiban
suami dapat dibagi dua: hak-hak kebendaan, yaitu mahar
(maskawin) dan nafkah, dan hak-hak bukan kebendaan,
misalnya berbuat adil di antara para istri (dalam perkawinan
poligami), tidak berbuat yang merugikan istri dan sebagainya.58
(a) Hak Istri Terhadap Suami
- Mahar, sesuatu yang diberikan kepada seorang wanita
berupa harta atau yang serupa dengannya ketika
dilaksanakan akad.
- Nafkah, menjadi hak dari berbagai hak istri terhadap
suaminya sejak mendirikan kehidupan rumah tangga.
- Pendidikan dan pengajaran, termasuk hak perempuan
atas suaminya untuk mendapat pengajaran mengenal
hukum–hukum shalat, haidh, dan lain–lain.
45
(b) Kewajiban Istri Terhadap Suami
- Mendidik dan memelihara anak dengan baik dan penuh
tanggung jawab.
- Menghormati serta mentaati suami dalam batasan
wajar.
Kewajiban istri menurut UU nomor 1 tahun 1974 tentang
perkawinan tercantum dalam pasal 83 dan 84.
Dalam Pasal 83 disebutkan bahwa : (1) Kewajiban utama bagi seoarang istri ialah berbakti lahir dan batin kepada suami di dalam yang dibenarkan oleh hukum islam. (2) Istri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-hari dengan sebaikbaiknya.
Dalam Pasal 84 disebutkan bahwa : (1) Istri dapat dianggap nusyuz jika ia tidak mau melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 ayat (1) kecuali dengan alasan yang sah, (2) Selama istri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap istrinya tersebut pada pasal 80 ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk kepentingan anaknya. (3) Kewajiban suami tersebut pada ayat (2) di atas berlaku kembali sesudah istri nusyuz (4) Ketentuan tentang ada atau tidak adanya nusyuz dari istri harus didasarkan atas bukti yang sah. 59
59
46
b) Komunikasi dalam keluarga
Komunikasi dalam interaksi keluarga yang dianggap
penting untuk mencapai tujuan tertentu, biasanya direncanakan dan
diutamakan. Komunikasi dikatakan berhasil kalau menghasilkan
sesuatu yang diharapkan. Komunikasi demikian harus dilakukan
dengan efektif. Tanpa komunikasi, sepilah kehidupan keluarga
terasa hilang, karena di dalamnya tidak ada kegiatan berbicara,
berdialog, bertukar pikiran, dan sebagainya, sehingga kerawanan
hubungan antara orang tua dan anak sukar untuk dihindari. Oleh
karena itu, komunikasi merupakan sesuatu yang esensial dalam
kehidupan keluarga.
Komunikasi keluarga mengacu pada pertukaran informasi
secara verbal (lisan) dan non verbal (bahasa tubuh) antar anggota
keluarga. Komunikasi melibatkan kemampuan untuk
memperhatikan apa-apa yang disampaikan, dipikirkan dan
dirasakan oleh orang lain. Dengan kata lain, bagian terpenting dari
komunikasi keluarga tidak semata-mata hanya berbicara, tetapi
menyimak apa yang akan dikatakan oleh orang lain.
Komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya
pengertian, dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap,
meningkatkan hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya
47
Agar komunikasi berhasil memang diperlukan strategi.
Tentu tidak semua orang dapat dengan mudah melakukannya,
tetapi tidak juga membangun komunikasi yang efektif itu sulit
diwujudkan. Oleh karena itu dalam berkomunikasi diperlukan
prinsip-prinsip untuk dapat meningkatkan keefektifannya. Adapun
prinsip-prisip komunikasi efektif diantaranya sebagai berikut :
1. Fasih.
Fasih ialah mengucapkkan kata-kata atau kalimat
dengan jelas. Kalimat yang jelas diucapkan akan membantu
kelancaran dalam proses komunikasi.
2. Ringkas.
3. Mudah dipahami.
4. Jujur
Kejujuran dari komunikator akan dapat menimbulkan
kesan positif dari komunikan. Jujur ternyata dapat
menimbulkan kepercayaan sehingga komunikasi akan lebih
efektif dibanding dengan komunikasi yang tidak dilandasi
dengan kejujuran.
5. Menarik. 60
Selain prinsip-prinsip diatas agar komunikasi efektif maka
dapat dilihat dari beberapa tanda-tanda komunikasi yang efektif
sebagai berikut :
60
Helmawati, Pendidikan Keluarga Teoritis Dan Praktis, ( Bandung: PT Remaja