• Tidak ada hasil yang ditemukan

dengan penerapan akuntansi dalam kegiatan usahanya.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "dengan penerapan akuntansi dalam kegiatan usahanya."

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENDAHULUAN

Usaha Kecil Menengah berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional karena Usaha Kecil Menengah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan dapat menyerap jumlah tenaga kerja dalam jumlah besar (Handayani, 2011). Menurut Pinasti (2007:2) di Indonesia, Usaha Kecil Menengah mampu menyerap 88% tenaga kerja pada tahun 2003. Peran penting Usaha Kecil Menengah dalam perekonomian nasional tidak disertai dengan penerapan akuntansi dalam kegiatan usahanya.

Akuntansi berperan menghasilkan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam aktivitas bisnis dan menggambarkan kondisi perusahaan, namun Usaha Kecil Menengah di Indonesia belum semuanya menerapkan akuntansi dalam kegiatan usahanya. Penelitian yang dilakukan Arifin, Kristina dan Putri pada tahun 2010 pada Usaha Kecil Menengah di Magelang dan Salatiga menunjukkan bahwa pencatatan yang dilakukan meliputi pencatatan dari transaksi penjualan yang berkisar antara 44% - 67%, pencatatan pembelian antara 46% - 65%, pencatatan persediaan antara 33% - 53%, serta pencatatan kas masuk dan keluar antara 78% - 98%. Hasil penelitian mengenai laporan yang dibuat, hanya ada 38% - 67% yang membuat laporan penjualan, ada sekitar 24% - 53% yang membuat laporan pembelian, 31% - 53% yang membuat laporan laba rugi, 17% - 24% yang membuat laporan perubahan modal, dan 27% - 28% responden yang membuat laporan neraca.

Informasi akuntansi mempunyai peran penting untuk mencapai keberhasilan usaha, termasuk bagi usaha kecil (Pinasti, 2007 : 2). Informasi akuntansi dapat

(2)

2

menjadi dasar yang handal bagi pengelola usaha kecil dalam pengambilan keputusan bisnis, antara lain keputusan menetapan harga, keputusan pembelian, keputusan produksi, dan lain-lain. Informasi akuntansi juga digunakan untuk menilai kinerja suatu usaha. Kinerja usaha berhubungan dengan kemampuan dan keberhasilan perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan.

Informasi akuntansi dapat menjadi dasar yang handal bagi pengambilan keputusan-keputusan dalam pengelolaan Usaha Kecil Menengah. Informasi akuntansi juga digunakan untuk mengukur kinerja suatu usaha. Namun dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Arifin, Kristina dan Putri pada tahun 2010 menunjukkan bahwa sebagian Usaha Kecil Menengah belum menerapkan akuntansi dalam kegiatan usahanya. Akuntansi belum semuanya diterapkan dalam Usaha Kecil Menengah karena adanya kendala yang dihadapi oleh pengelola Usaha Kecil Menengah yaitu dari segi kemampuan yang meliputi latar belakang pendidikan yang kurang memadai sehingga kurangnya pemahaman akan pentingnya akuntansi dalam pengelolaan usaha, serta belum pernah mengikuti pelatihan akuntansi. Padahal apabila akuntansi diterapkan dengan baik, maka akuntansi dapat menyediakan informasi yang sangat penting bagi kesuksesan usaha.

Meskipun penerapkan akuntansi dalam kegiatan usaha, menghasilkan informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan bisnis serta untuk mengukur kinerja usaha, namun pada kenyataanya banyak pengelola Usaha Kecil Menengah yang tanpa menerapkan akuntansi tetap dapat mengelola usahanya. Berdasarkan latar belakang teersebut, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

(3)

3

bagaimana pengelola Usaha Kecil Menengah memperoleh informasi dan menggunakannya untuk mengambil keputusan bisnis serta mengukur kinerja usahanya. Dalam hal ini peneliti mengambil obyek penelitian Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kota Purwodadi karena jumlah UKM di Purwodadi mengalami peningkatan dari tahun 2010 berjumlah 179 kemudian pada tahun 2011 berjumlah 202 UKM dan peneliti yang bertempat tinggal di Kota Purwodadi sehingga mudah untuk melakukan penelitian.

Persoalan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah : 1. Apa saja informasi akuntansi yang dimiliki Usaha Kecil Menengah? 2. Bagaimana penggunaan informasi akuntansi untuk pengambilan keputusan

bisnis padaUsaha Kecil Menengah?

3. Bagaimana penggunaan informasi akuntansi untuk penilaian kinerja padaUsaha Kecil Menengah?

Hasil penelitian ini diharapkan dapat :

1. Bagi peneliti, penelitian ini memberikan pemahaman mengenai informasi akuntansi pada Usaha Kecil Menengah di Kota Purwodadi untuk keputusan bisnis dan menilai kinerja usaha

2. Bagi Usaha Kecil Menengah, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara tidak langsung dengan memberikan pemahaman mengenai informasi akuntansi yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan bisnis serta penilaian kinerja usaha

3. Bagi perkembangan ilmu akuntansi, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi mengenai informasi akuntansi yang dibutuhkan UKM untuk

(4)

4

mengambil keputusan bisnis dan mengukur kinerja pada Usaha Kecil Menengah.

(5)

5

TELAAH TEORITIS Informasi Akuntansi

Informasi merupakan data yang telah diatur dan diproses untuk memberikan arti (Romney, 2006 : 11). Informasi menjadi sumber daya organisasi yang sangat penting jika informasi tersebut mampu memfasilitasi keputusan bisnis. Informasi dapat berupa informasi tertulis dan juga informasi tidak tertulis. Informasi tertulis dapat diartikan sebagai informasi yang terdokumentasi. Informasi tersebut dapat berupa dokumen, catatan ataupun laporan. Sedangkan, informasi tidak tertulis dapat didefinisikan sebagai informasi yang tidak terdokumentasi atau informasi yang berasal dari pihak lain.

Institute of Chartered Accountants in Australia (ICAA) (2006) dalam Handayani (2011) mendefinisikan informasi akuntansi sebagai informasi kuantitatif dari suatu entitas yang disiapkan sesuai dengan rangkaian aturan atau standar. ICAA menegaskan bahwa informasi akuntansi bersifat keuangan. Sawers (2007) dalam Handayani (2011) mendefinisikan informasi akuntansi sebagai informasi kuantitatif tentang entitas ekonomi yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi dalam menentukan pilihan-pilihan diantara alternatif-alternatif tindakan. Informasi akuntansi diklasifikasikan dalam tiga jenis menurut manfaat bagi pemakai (Fiorelli, Zifaro : 2008) dalam Handayani (2011) :

1. Statutory Accounting Information, merupakan informasi yang harus disiapkan sesuai dengan peraturan yang ada

2. Budgetary Information, yaitu informasi akuntansi yang disajikan dalam bentuk anggaran yang berguna bagi pihak internal dalam perencanaan, penilaian, dan pengambilan keputusan.

(6)

6

3. Additional Accounting Information, yaitu informasi akuntansi lain yang disiapkan perusahaan guna meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan.

Menurut Tunggal (1997:1) akuntansi berguna untuk memberikan informasi yang dapat digunakan dalam proses pengambilan keputusan. Informasi ini merupakan data yang disajikan atau diperoleh perusahaan yang bersifat keuangan dan dinyatakan dalam unit moneter. Setiap perusahaan memerlukan informasi tentang perusahaannya antara lain perlu mengetahui berapa nilai perusahaannya, dan laba atau ruginya. Informasi tersebut dapat digunakan untuk mengetahui besarnya modal dalam perusahaan, mengetahui maju mundurnya perusahaan, sebagai dasar perhitungan pajak, menjelaskan keadaan perusahaan sewaktu-waktu memerlukan kredit dari bank atau pihak lain. Untuk memperoleh informasi tersebut, pengelola usaha mengadakan catatan yang teratur mengenai transaksi-transaksi yang dilakukan perusahaan, dinyatakan dengan uang.

Informasi untuk menilai kinerja yang paling dibutuhkan usaha kecil adalah informasi laba atau rugi usaha, dan posisi keuangan yang terdiri dari harta, utang, modal. Informasi laba atau rugi dapat diketahui dari laporan laba-rugi, sedangkan informasi posisi keuangan dapat dilihat pada neraca (Karyawati, 2008 : 77).

Usaha Kecil Menengah

Bentuk UKM dapat berupa perusahaan perseorangan, persekutuan, seperti misalnya firma dan CV, maupun perseorangan terbatas. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 mendefinisikan Usaha Kecil Menegah sebagai berikut :

 Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan

(7)

7

anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar

 Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar

Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 UKM dapat dikategorikan berdasarkan jumlah aset dan omzet, sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS) menyusun kategori Usaha Kecil Menegah (UKM) berdasarkan jumlah tenaga kerja (Irawan, 2007 : 8).

Tabel 1 Kriteria UKM

Uraian

Kriteria

Aset Omzet Tenaga kerja

Menurut UU No.20 tahun 2008 Menurut BPS

Usaha Kecil > 50 Jt – 500 Jt > 300 Jt – 2,5 M 5 – 19 orang

Usaha Menengah > 500 Jt – 10 M > 2,5 M – 50 M 20 – 99 orang

Sumber : UU No.20 Tahun 2008 dan BPS Akuntansi Usaha Kecil

Menurut Karyawati (2008) perusahaan kecil biasanya melakukan akuntansi secara sederhana yaitu sering disebut pembukuan. Pembukuan adalah proses pencatatan secara manual transaksi-transaksi (kejadian) keuangan dalam buku-buku yang diperlukan, seperti buku-buku pencatatan transaksi harian. Salah satu manfaat pembukuan adalah untuk alat evaluasi usaha. Dari pembukuan usaha yang tertata dengan baik, kondisi ekonomi perusahaan lebih mudah dilihat dan

(8)

8

dianalisis. Hal ini akan memudahkan perusahaan mengevaluasi kinerjanya guna mekakukan perbaikan di masa mendatang.

Tujuan akuntansi sederhana usaha kecil adalah sebagai alat perencanaan dan penilaian kinerja, untuk kepentingan internal perusahaan, dan mendapatkan dana dari lembaga keuangan (Karyawati, 2008). Pencatatan akuntansi dalam aktivitas usaha dengan skala kecil mendekati kepada sistem pembukuan, yaitu dengan tata buku tunggal dimana hanya catatan-catatan penting saja yang dilakukan pencatatan secara lengkap. Dalam tata buku tunggal, transaksi-transaksi yang terjadi pada perusahaan-perusahaan kecil atau menengah dapat dicatat dalam buku-buku harian dan buku-buku pembantu. Buku-buku harian mencatat buku penerimaan uang, buku penjualan, buku pembelian, dan buku memorial. Sedangkan pada buku-buku pembantu mencatat piutang, buku utang dan buku persediaan. Buku-buku tersebut sebenarnya merupakan pengganti dari nama-nama perkiraan (buku besar) dalam akuntansi biasa (Tunggal,1997 : 24-25).

Keputusan Bisnis

Keputusan bisnis adalah perumusan beraneka alternatif tindakan dalam menggarap situasi bisnis yang dihadapi serta penetapan piliham yang tepat antara berbagai alternatif yang tersedia setelah diadakan pengevaluasian mengenai keefektifan masing-masing untuk mencapai sasaran para pengambil keputusan (Radford, 1984:1). Terdapat tiga tipe keputusan menurut Jogiyanto (2005:66) yaitu :

1. Keputusan tidak terstruktur (unstructured decision) adalah keputusan yang tidak terjadi berulang-ulang dan tidak selalu terjadi.

(9)

9

2. Keputusan semi terstruktur (semistructured decision) adalah keputusan yang sebagian terstruktur , sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tidak terstruktur.

3. Keputusan terstruktur (structured decision) adalah keputusan yang sifatnya berulang-ulang dan rutin, dan dapat dipahami sehingga dapat didelegasikan pada pegawai.

Menurut Romney (2006:12-13) terdapat tiga tipe keputusan bisnis yaitu keputusan terstruktur, keputusan semi terstruktur, dan keputusan tidak terstruktur. Keputusan terstruktur adalah keputusan yang bersifat berulang-ulang, rutin, dan dipahami dengan baik hingga dapat didelegasikan kepada pegawai di tingkat yang paling rendah dalam suatu organisasi. Keputusan semi terstruktur adalah keputusan yang ditandai dengan peraturan-peraturan yang tidak lengkap untuk mengambil keputusan dan adanya kebutuhan untuk membuat penilaian serta pertimbangan subjektif sebagai pelengkap analisis data formal. Keputusan tidak terstruktur bukan merupakan keputusan yang berulang dan rutin.

Keputusan bisnis yang akan diambil tentunya akan membutuhkan informasi yang berhubungan dengan keputusan bisnis tersebut, demikian juga dalam siklus transaksi yang terdapat dalam setiap kegiatan usaha, dimana dalam setiap siklus akan memebutuhkan informasi. Siklus transaksi menurut Romney (2006:29) (transaction cycles) terdiri dari:

Siklus pendapatan (revenue) mencakup kegiatan penjualan dan menerimaan dalama bentuk uang tunai.

Siklus pengeluaran (expenditure) mencakup kegiatan pembelian dan pembayaran dalam bentuk uang tunai.

(10)

10

Siklus penggajian sumber daya manusia (payroll) mencakup kegiatan mengontrak dan menggaji pegawai

Siklus produksi mencakup kegiatan mengubah bahan mentah dan buruh menjadi produk jadi.

Siklus keuangan mencakup kegiatan untuk mendapatkan dana dari investor dan kreditor dan membayar mereka kembali.

Aktivitas-aktivitas yang biasanya dilakukan untuk setiap siklus transaksi beserta nama dokumen atau formulir yang dipakai untuk mencatat data kegiatannya, Romney (2006:31) memberikan contoh dokumen sumber yang digunakan pada perusahaan dagang, dimana kegiatan bisnisnya hanya ada siklus pendapatan, siklus pengeluaran, dan siklus sumber daya manusia seperti yang disebutkan dalam Tabel 2.

Tabel 2

Kegiatan Bisnis yang Umum dan Dokumen Sumber

Kegiatan Bisnis Dokumen Sumber

Siklus Pendapatan

Menerima pesanan pelanggan Mengirim pesanan

Menerima uang tunai

Menyimpan tanda terima tunai Menyesuaikan akun pelanggan

Pesanan penjualan

Tanda pengiriman atau bill of lading

Laporan atau daftar pembayaran (remittance) Slip penyimpanan

Memo kredit

Siklus Pengeluaran

Permintaan atas barang Pesanan atas barang Penerimaan atas barang Pembayaran atas barang

Daftar permintaan barang (purchase requisition) Pesanan pembelian (purchase order)

Laporan penerimaan (receiving report) Cek

Siklus produksi

Desain produk

Perencanaan dan penjadwalan Operasi produksi

Akuntansi biaya

Daftar bahan baku Daftar operasi Perintah produksi Biaya-biaya

(11)

11 Siklus Sumber Daya Manusia

Kumpulan data iuran pegawai Catat jam kerja pegawai

Catat waktu yang dihabiskan untuk pekerjaan tertentu

Formulir pajak (Form W4) Kartu jam kerja (time card)

Catatan waktu kerja atau lembar waktu kerja

Sumber : Romney, 2006 : 31

Dalam sebuah usaha selalu ada kegiatan bisnis yang dilakukan. Kegiatan bisnis yang dilakukan pada sebuah usaha akan membuat keputusan utama dari kegiatan bisnis tersebut dimana akan membutuhkan informasi. Romney (2006:28) telah membuat kegiatan bisnis, keputusan utama dan kebutuhan informasi yang terdaftar dalam tabel 3.

Tabel 3

Kegiatan bisnis, Keputusan Utama, dan Kebutuhan Informasi

Kegiatan Bisnis Keputusan Utama Kebutuhan Informasi

Perolehan modal Berapa banyak?

Investasi atau pinjam?

Jika pinjam, ketentuan terbaik?

Proyeksi arus kas

Pro-forma laporan keuangan Jadwal amortisasi utang Perolehan gedung dan

peralatan

Ukuran gedung ? Jumlah peralatan? Sewa atau bel? Lokasi?

Bagaimana depresiasinya

Kebutuhan kapasitas Harga

Studi pasar

Tabel pajak dan peraturan Mengontrak dan melatih

pegawai

Persyaratan pengamanan? Bagaimana menilai integritas dan kompetensi pelamar? Bagaimana melatih?

Deskripsi kerja

Pengalaman kerja dan keahlian pelamar

Perolehan persediaan Bagaimana cara membawanya?

Berapa banyak yang perlu dibeli?

Penjual (vendor) yang mana?

Bagaimana mengelola

persediaan (penyimpanan,

kontrol dan lain-lain)?

Analisis pasar

Laporan status persediaan

Kinerja dan ketentuan

pembayaran vendor

Kegiatan periklanan dan pemasaran

Media yang mana/ Isi?

Analisis biaya Jangkauan pasar

Penjualan barang Penaikan (mark up) persentase?

Penawaran kredit in house? Kartu kredit apa yang diterima?

Pro-forma laporan keuangan Biaya kartu kredit

Status kredit pelanggan Pengumpulan

pembayaran dari

pelanggan

Jika menawarkan kredit,

bagaimana ketentuannya?

Bagaimana mengurus

penerimaan uang tunai?

Status akun pelanggan Laporan jatuh tempo piutang

(12)

12

pegawai Pemotongan dan iuran

(withholdings)?

Proses pembayaran in-house atau menggunakan jasa luar?

Jam kerja (untuk pegawai yang di bayar per jam)

Formulir pajak (Form W4)

Biaya jasa pembayaran

eksternal

Pembayaran pajak Persyaratan pajak atas gaji

Persyaratan pajak penjualan

Peraturan pemerintah Total pengeluaran untuk gaji Total penjualan

Pembayaran penjual Bayar ke siapa?

Kapan membayar?

Berapa banyak yang dibayar?

Faktur dari penjual (vendor) Utang usaha

Sumber : Romney, 2006 : 28

Penilaian Kinerja

Kinerja adalah suatu tampilan keadaan secara utuh atas perusahaan selama periode waktu tertentu, merupakan hasil kerja atau prestasi yang dipengaruhi oleh kegiatan operasional dan memanfaatkan sumber-sumber daya yang dimiliki (Helfert, 1993 : 52). Suatu kinerja sangat berhubungan dengan kredibilitas suatu perusahaan karena kinerja dapat digunakan untuk melihat kemampuan dan keberhasilan perusahaan dalam memanfaatkan sumber daya yang dimiliki untuk memperoleh keuntungan yang diharapkan.

Kinerja perusahaan adalah hasil dari banyak keputusan individual yang dibuat secara terus menerus oleh manajemen (Helfert, 1997 : 67). Kinerja suatu perusahaan dikatakan mempunyai hasil yang baik apabila perusahaan berhasil menjalankan kegiatan operasional, dan mampu menghasilkan laba yang diharapkan baik jangka pendek maupun jangka panjang.

Penilaian kinerja menurut Siagian (2004) merupakan pengukuran dan perbandingan hasil-hasil kinerja nyata dengan hasil-hasil yang diharapkan akan tercapai (Iswari, 2011). Pengukuran kinerja menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim adalah kuantifikasi dari efisiensi perusahaan atau segmen atau keefektifan dalam pengoperasian bisnis selama periode akuntansi (Fahmi 2010 : 7).

(13)

13

Penilaian kinerja perusahaan dapat diukur dengan berbagai teknik analisis, termasuk dengan menggunakan rasio keuangan. Akan tetapi perlu disadari bahwa teknik yang berbeda akan sesuai untuk tujuan yang berbeda. Widayanti (2009:46) menjelaskan beberapa rasio keuangan yang perlu diketahui antara lain :

1. Likuiditas

Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Rasio ini dihitung berdasarkan data dari laporan neraca.

2. Leverage

Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan dibelanjai dengan hutang. Rasio ini dihitung berdasarkan data dari laporan neraca.

3. Aktivitas

Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan sumber dananya. Rasio ini dihitung berdasarkan data dari laporan laba rugi.

4. Profitabilitas

Rasio ini mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan sebagaimana ditunjukkan dari keuntungan yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Rasio ini dihitung berdasarkan data dari laporan neraca dan laporan laba rugi.

(14)

14

METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan adalah Usaha Kecil Menengah yang berada di Purwodadi dimana Usaha Kecil Menengah di Kota Purwodadi berjumlah 179 pada tahun 2010, kemudian pada tahun 2011 jumlah Usaha Kecil Menengah menjadi 202 menurut data dari Dinas Perindustrian Perdagangan Pertambangan dan Energi Kabupaten Grobogan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah Convenience Sampling dimana peneliti mengambil sampel Usaha Kecil Menengah dengan pertimbangan kemudahan karena kedekatan dengan beberapa responden yang memiliki kriteria aset, omzet, dan jumlah tenaga kerja sesuai dengan kriteria Undang-undang 20 Tahun 2008 dan BPS. Sampel dipilih yang lokasi usahanya berada di sekitar tempat tinggal peneliti dan yang bersedia untuk diwawancarai dan mengisi kuesioner. Peneliti mendatangi 40 UKM, namun 2 toko tidak memenuhi kriteria UKM, 5 responden menolak melakukan wawancara maupun mengisi koesioner sehingga UKM yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 33 UKM.

Pengambilan sampel yang digunakan minimal 33 UKM yang didasarkan pada teori yang diutarakan oleh Roscoe, yaitu rules of thumb. Roscoe menyatakan bahwa sampel yang layak adalah berkisar antara 30-500 (Supramono dan Utami, 2003:64) Dari 40 responden yang disurvei, 2 toko tidak memenuhi kriteria UKM, 5 responden menolak melakukan wawancara maupun mengisi koesioner sehingga hanya 33 UKM yang diteliti

(15)

15

Metode Pengumpulan Data

Data yang dipergunakan adalah data primer, yang diperoleh dengan mengajukan daftar pertanyaan kepada responden melalui wawancara kepada pengelola Usaha Kecil Menengah (pemilik maupun karyawan) dan pembagian kuesioner. Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya jawab langsung dengan pengelola Usaha Kecil Menengah, sedangkan kuesioner merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010: 199). Teknik wawancara dan kuesioner digunakan untuk mengidentifikasi jenis informasi akuntansi yang dimiliki, dokumen, catatan atau laporan yang dimiliki, informasi akuntansi yang digunakan untuk pengambilan keputusan bisnis dan penilaian kinerja yang dilakukan oleh Usaha Kecil Menengah di Purwodadi dan memberikan kesimpulan atas data yang diperoleh.

Teknik Analisis

Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik Deskriptif Kualitatif dengan tujuan untuk mendapatkan informasi yang selengkap mungkin mengenai informasi akuntansi yang digunakan oleh pengelola Usaha Kecil Menengah. Dari wawancara dan kuesioner diharapkan dapat menggali apa saja informasi akuntansi yang digunakan oleh pengelola Usaha Kecil Menengah beserta pengambilan keputusan bisnis dan penilaian kinerja yang dilakukan berdasarkan informasi tersebut.

Langkah Analisis

(16)

16

- Mengidentifikasi informasi akuntansi yang dimiliki oleh UKM. - Mengklasifikasikan dokumen, catatan atau laporan yang dimiliki

oleh UKM.

- Mengidentifikasikan informasi akuntansi yang digunakan untuk penilaian kinerja pada UKM.

- Mengidentifikasikan informasi akuntansi yang digunakan untuk melakukan pengambilan keputusan bisnis pada UKM.

(17)

17

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Obyek dalam penelitian ini adalah Usaha Kecil Menengah di Kota Purwodadi

sesuai dengan kriteria Undang-undang 20 Tahun 2008 dan BPS, dimana lokasi

usahanya berada di sekitar tempat tinggal peneliti dan yang bersedia. Dari 40 responden yang disurvei, 2 toko tidak memenuhi kriteria UKM, 5 responden menolak melakukan wawancara maupun mengisi koesioner sehingga hanya 33 UKM yang diteliti. Pengambilan sampel didasarkan pada teori yang diutarakan oleh Roscoe, yaitu rules of thumb. Roscoe menyatakan bahwa sampel yang layak adalah berkisar antara 30-500 (Supramono dan Utami, 2003:64).

Profil Usaha Kecil Menengah

Dari 33 Usaha Kecil Menengah yang bergerak di bidang jasa, dagang dan manufaktur sebagian besar dikelola oleh pemilik yaitu sebanyak 32 UKM (96%) dengan bentuk kepemilikan perseorangan,dapat dilihat dari tabel 4.

Tabel 4 Pengelola Usaha

Pengelola usaha Responden

Jumlah %

Pemilik 32 96%

Karyawan 1 4%

Jumlah Responden 33 100%

Sumber : Data Primer

Tingkat pendidikan pemilik sebagian besar adalah SMA yaitu 20 responden (61%), untuk tingkat pendidikan sampai dengan SMP hanya 7 responden (21%) , sedangkan 6 responden (18%) dengan tingkat pendidikan D3 – S2. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan responden maka semakin lengkap pencatatan atau pembukuan yang dimiliki semakin

(18)

18

lengkap, sedangkan semakin rendah tingkat pendidikan maka tidak membuat pencatatan maupun pembukuan (lihat tabel 5).

Tabel 5

Tingkat Pendidikan Dengan Catatan Yang Dimiliki

Tingkat Pendidikan

Mempunyai Tidak Mempunyai

Total Responden

Catatan Catatan

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

D1 – D3 2 100% 0 0% 2 100% S1-S2 2 50% 2 50% 4 100% SMA 12 60% 8 40% 20 100% SD 0 0% 0 0% 0 0% SMP 1 14% 6 86% 7 100% Total 17 52% 16 48% 33 100%

Sumber : Data Primer

Dokumen legal yang dimiliki 28 UKM (85%) adalah SIUP dan TDP hanya 17 UKM yang memiliki NPWP (51%), karena pajak dirasa memberatkan bagi pemilik usaha serta kurangnya kesadaran membayar pajak dari pemilik usaha. Usaha yang bergerak di bidang jasa dan manufaktur sebagian belum memiliki NPWP, dengan jumlah 6 responden yang bergerak di bidang jasa dan 5 responden yang bergerak di bidang manufaktur.

Sebagian besar UKM tidak memisahkan entitas usaha dengan entitas pemilik, yaitu sebanyak 27 UKM (82%). Tidak adanya pemisahan entitas usaha dengan pemilik disebabkan pemilik menggunakan pendapatan dari kegiatan usaha untuk biaya hidup sehari – hari, dan pemilik tidak mau direpotkan dengan adanya pemisahan entitas dengan pemilik. Responden yang melakukan pemisahan entitas usaha dengan pemilik hanya 6 responden (18%) dengan alasan uang untuk kegiatan usaha tidak boleh digabung dengan uang pribadi, supaya mudah mengetahui berapa besar uang yang tersedia untuk kegiatan usaha, lihat lampiran 5.

(19)

19

Sumber pendananan sebagian besar UKM adalah dari modal sendiri sebanyak 20 UKM (60%), lihat lampiran 5. Pada umumnya pemilik usaha menggunakan modal sendiri untuk membuka sebuah usaha dikarenakan modal sendiri yang dimiliki sudah cukup untuk kegiatan usaha. Alasan lain dari 2 (6%) responden menggunakan modal sendiri tanpa memiliki hutang jangka panjang karena prinsip tidak mau berhutang dan juga hutang dirasa memberatkan karena penjualan yang tidak menentu sehingga membuat pengelola usaha tidak dapat memprediksi pendapatan yang akan diperoleh setiap harinya. Responden yang menggunakan modal sendiri dan juga hutang jangka panjang dari bank ataupun lembaga keuangan hanya 13 responden (40%). Responden merasakan manfaat dari hutang jangka panjang untuk meningkatkan usahanya, karena dengan hutang perusahaan mereka dapat berkembang. Dari - Tabel 6 dapat disimpulkan bahwa UKM yang memiliki hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang cenderung memiliki pencatatan atau pembukuan yang lebih lengkap dibandingkan dengan UKM yang tidak memiliki hutang cenderung tidak mempunyai catatan ataupun pembukuan.

Tabel 6

Hutang Dengan Catatan Yang Dimiliki

Hutang

Mempunyai Tidak Mempunyai

Total Responden

Catatan Catatan

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Mempunyai Hutang 10 71% 4 29% 14 100%

Tidak Mempunyai

Hutang 7 37% 12 63% 19 100%

Total 17 52% 16 48% 33 100%

(20)

20

Usaha Kecil Menengah yang diteliti, sebagian besar berdiri >10-20 tahun yaitu 17 UKM (52%). Sedangkan UKM yang berdiri 0-10 tahun yaitu 8 UKM (24%), lihat tabel 7.

Tabel 7 Lama Usaha

Lama Usaha Responden

Jumlah % 0 -10 Tahun 8 24% >10 - 20 Tahun 17 52% >20 - 30 Tahun 5 15% >30 - 40 Tahun 1 3% >40 - 50 Tahun 2 6% >50 Tahun 0 0% Jumlah Responden 33 100%

Sumber : Data Primer

Dalam Tabel 8 menunjukkan bahwa semakin lama suatu usaha maka pengelola mempunyai catatan atau pembukuan yang lebih lengkap dibandingkan dengan usaha yang belum lama berdiri yang sebagian belum mempunyai catatan atau pembukuan.

Tabel 8

Lama Usaha Dengan Catatan Yang Dimiliki

Lama Usaha

Responden yang Memiliki Catatan

Responden yang Tidak Memiliki Catatan

Jumlah Responden

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

0 -10 Tahun 4 50% 4 50% 8 100% >10 - 20 Tahun 9 65% 8 35% 17 100% >20 - 30 Tahun 3 60% 2 40% 5 100% >30 - 40 Tahun 1 100% 0 0% 1 100% >40 - 50 Tahun 2 100% 0 0% 2 100% >50 Tahun 0 0% 0 0% 0 100% Total 19 58% 14 42% 33 100%

(21)

21

Tenaga kerja yang dimiliki oleh sebagian besar UKM rata-rata berjumlah 1– 10 orang yaitu sebanyak 24 UKM (73%), lihat lampiran 5. Jumlah tenaga ini merata pada usaha jasa, dangang maupun manufaktur. Tenaga kerja yang jumlahnya paling banyak dimiliki oleh usaha yang bergerak di bidang jasa seperti catering yaitu antara 30 – 40 tenaga kerja. Pesanan catering dalam jumlah besar memang membutuhkan tenaga yang banyak, antara lain tenaga kerja di bagian memasak dan juga tenaga di bagian penyajian. Usaha yang bergerak di bidang manufaktur seperti produksi tahu dan kecap juga memiliki jumlah tenaga kerja cukup banyak yaitu antara 25 – 40 tenaga kerja, karena proses produksi pada perusahaan ini masih menggunakan peralatan yang sederhana sehingga membutuhkan tenaga kerja dalam jumlah yang cukup besar.

Tabel 9 menunjukkan bahwa semakin banyak tenaga kerja yang dimiliki akan mempengahuri ada tidaknya pencatatan atau pembukuan. Jika jumlah tenaga kerja semakin banyak maka pengelola usaha sebagian besar akan cenderung memiliki catatan atau pembukuan.

Tabel 9

Tenaga Kerja dengan Catatan yang Dimiliki

Jumlah Tenaga Kerja Responden yang Memiliki Catatan Responden yang Tidak Memiliki Catatan Jumlah Responden

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 - 10 orang 9 38% 15 63% 24 100% >10 - 20 orang 3 75% 1 25% 4 100% >20 - 30 orang 1 50% 1 50% 2 100% >30 - 40 orang 3 100% 0 0% 3 100% >40 orang 0 0% 0 0% 0 0% Total 16 48% 17 52% 33 100%

(22)

22

UKM yang dimiliki total aset kurang dari Rp. 100.000.000,00 sebanyak 20 UKM (60%). Sedangkan UKM yang memiliki total omzet per bulannya rata-rata Rp. 25.000.000 – Rp.200.000.000,00 sebanyak 26 UKM (78%). Tabel 10 menunjukkan semakin tinggi omzet yang dihasilkan maka pengelola UKM cenderung akan mempunyai catatan dalam kegiatan usahnaya.

Tabel 10

Omzet dengan Catatatan yang Dimiliki

Omzet Responden yang Memiliki Catatan Responden yang Tidak Memiliki Catatan Jumlah Responden

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

>300 juta - 2,5 M 18 67% 9 33% 27 100%

>2,5 M - 50 M 6 100% 0 0% 6 100%

Total 24 73% 9 27% 33 100%

Sumber : Data Primer

Transaksi yang dilakukan UKM adalah secara tunai maupun kredit. Sebanyak 20 UKM (61%) memiliki transaksi tunai maupun kredit, sedangkan sebanyak 13 responden (39%) hanya memiliki transaksi tunai. Transaksi secara kredit berhubungan dengan piutang yang diberikan pada pelanggan dan juga hutang kepada pemasok, sedangkan transaksi secara tunai berhubungan dengan kegiatan penjualan dan pembelian bahan baku maupun persediaan secara tunai.

Pencatatan transaksi pada UKM sebagian besar masih manual yaitu 32 UKM (97%). Pencatatan secara manual dirasakan mudah dilakukan dibandingkan secara komputerisasi yang dianggap membutuhkan keahlian khusus dan membutuhkan biaya cukup besar (lihat tabel 11).

(23)

23

Tabel 11

Pencatatan Transaksi Pada UKM

Pencatatan Transaksi Responden

Jumlah %

Manual 32 97%

Komputerisasi 1 3%

Total Responden 33 100%

Sumber : Data Primer Informasi yang dimiliki Usaha Kecil Menengah

Informasi Akuntansi dapat berupa dokumen, catatan maupun laporan. Dokumen yang sebagian besar dimiliki responden adalah nota/faktur pembelian 90%, nota/faktur penjualan 54%, dengan periodisasi pembuatan dilakukan setiap terjadinya transaksi. Nota atau faktur pembelian maupun penjualan digunakan untuk mengetahui pembelian dan penjualan yang terjadi dalam kegiatan usaha, yang meliputi jumlah barang, harga, dan nama barang.

Kwitansi dimiliki oleh 8 responden (24%) dimana periodisasi pembuatan dilakukan setiap terjadi transaksi pembayaran. Kwitansi digunakan sebagai bukti pembayaran uang muka oleh pembeli dimana dari kwitansi dapat dilihat berapa uang yang masuk dan berapa sisa pembayaran yang harus dilunasi oleh pembeli. Kwitansi banyak dipakai oleh usaha yang bergerak dibidang jasa seperti catering, rias, bengkel besi dimana pembayarannya dapat dilakukan beberapa kali (lihat tabel 12.

Tabel 12

Dokumen yang dimiliki UKM

Nama Dokumen Responden yang Memiliki Dokumen Responden yang Tidak Memiliki Dokumen Total Responden

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Nota/Faktur pembelian 30 90% 3 10% 33 100%

Nota Penjualan 18 54% 15 46% 33 100%

(24)

24

Sumber : Data Primer

Catatan/Buku yang sering dibuat oleh responden adalah catatan, piutang, kas masuk dan keluar, penjualan, dan biaya gaji (lihat tabel 13). Pencatatan atau pembukuan piutang dilakukan oleh 8 responden (72%) dari jumlah 11 responden yang melakukan transaksi secara kredit, dengan periodisasi setiap terjadinya transaksi. Transaksi penjualan secara kredit sebagian besar dilakukan pada usaha jasa yaitu sebanyak 6 responden (55%) dan juga usaha manufaktur sebanyak 5 responden (45%). Usaha jasa yang melakukan transaksi secara kredit meliputi usaha rias, catering, karena pada umumnya pelanggan membayar uang muka terlebih dahulu dan akan melakukan pelunasan setelah mereka menerima jasa dari usaha tersebut. Sedangkan pada usaha manufaktur seperti pembuatan sale pisang dan makanan ringan juga melakukan transaksi secara kredit dengan sistem titip setor. Dengan adanya catatan ataupun buku piutang akan meminimalisasi kesalahan dalam pembayaran piutang. Catatan atau buku piutang juga dapat digunakan untuk mengetahui berapa besarnya saldo piutang tersebut.

Pencatatan kas masuk dan kas keluar dilakukan oleh 21 responden (63%) dengan periodisasi pembuatan catatan/ buku kas masuk dan kas keluar setiap hari. Dari catatan/ buku kas masuk dan kas keluar dapat diketahui berapa laba yang diperoleh dari selisih antara kas masuk dan kas keluar apabila transaksi yang dilakukan secara tunai.

Responden yang melakukan pencatatan penjualan adalah sebanyak 18 (54%), dengan periodisasi pembuatan catatan setiap terjadinya transaksi. Dari catatan penjualan responden dapat mengetahui penjualan yang terjadi dalam setiap transaksi. Catatan penjualan pada umumnya dibuat oleh usaha yang bergerak

(25)

25

dibidang dagang dan manufaktur dengan jumlah responden sebanyak masing – masing 7 (63%), hanya 4 (36%) responden saja yang membuat catatan penjualan pada usaha yang bergerak pada bidang jasa. Usaha jasa selain menjual jasanya, sebagian juga menjual persediaan barang seperti pada usaha bengkel sepeda motor, salon, dan foto copy.

Biaya gaji dan selain gaji dicatat oleh 19 responden (57%) dengan periodisasi pembuatan setiap bulan. Dengan mencatat biaya gaji maka dapat diketahui berapa jumlah gaji, lembur, bonus yang harus dibayar pada karyawan. Catatan atau pembukuan yang dibuat oleh responden sebagian besar digunakan untuk kepentingan operasional perusahaan.

Pendapatan dan pengeluaran juga dicatat oleh 14 responden (42%), dengan periodisasi pembuatan tiap hari. Dari catatan atau buku pendapatan dan pengeluaran dapat diketahui jumlah pendapatan yang diterima secara tunai dan jumlah pengeluaran yang dilakukan dari kegiatan usaha.

Tabel 13

Catatan yang dimiliki UKM

Catatan Responden yang Memiliki Catatan Responden yang tidak Memiliki Catatan Total Responden

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Piutang 8* 72% 3 28% 11 100%

Kas masuk/keluar 21 63% 12 37% 33 100%

Penjualan 18 54% 15 46% 33 100%

Biaya 19 57% 14 43% 33 100%

Pendapatan/ Pengeluaran 14 42% 19 58% 33 100%

Ket (*): 8 (72%) dari total 11 responden

Sumber : Data Primer

Dalam tabel 14 dijelaskan bahwa UKM tidak mempunyai informasi yang dapat digolongkan sebagai statutory accounting information karena UKM yang menjadi obyek dari penelitian ini bukan anggota dari suatu organisasi tertentu dan

(26)

26

juga adanya telah menerbitkan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, maka perusahaan kecil seperti UKM tidak perlu membuat laporan keuangan (www.iaiglobal.or.id).

Catatan/ buku kas masuk dan kas keluar, penjualan dan presensi karyawan diklasifikasikan sebagai additional acconting information karena catatan/ buku tersebut digunakan untuk pengambilan keputusan bisnis. Catatan rincian biaya dan catatan pesanan termasuk dalam budgetary information karena catatan tersebut disajikan dalam bentuk anggaran yang berguna bagi pengelola UKM dalam perencanaan, penilaian dan pengambilan keputusan. Catatan rincian biaya dimiliki oleh usaha manufaktur seperti catering, sedangkan catatan pesanan dimiliki oleh usaha jasa seperti jasa rias.

Tabel 14

Klasifikasi Informasi Akuntansi

Klasifikasi Informasi

Akuntansi Keterangan

Informasi Akuntansi pada UKM

1. Statutory Accounting

Information

Informasi yang harus

disiapkan sesuai dengan

peraturan yang ada.

-

2. Budgetary Information Informasi akuntansi yang

disajikan dalam bentuk anggaran yang berguna bagi pihak internal dalam perencanaan, penilaian, dan pengambilan keputusan.

Catatan rincian biaya Catatan pesanan

3. Additional Accounting

Information

Informasi akuntansi lain yang disiapkan perusahaan guna meningkatkan efektivitas pengambilan keputusan.

Catatan kas masuk/keluar Catatan penjualan Presensi karyawan

Sumber : Data Primer

Laporan yang dimiliki sebagian besar responden adalah laporan laba rugi yaitu sebanyak 5 responden (15%) dengan periodisasi pembuatan tiap bulan, sedangkan yang membuat laporan neraca sebanyak 4 responden (12%) dengan

(27)

27

periodisasi pembuatan tiap tahun, sedangkan responden yang memiliki laporan kas yaitu sebanyak 4 responden (12%) dengan periodisasi pembuatan tiap bulan, hanya 1 (3%) responden yang membuat laporan persediaan tiap akhir tahun karena usaha dikelola oleh karyawan, sedangkan 2 (6%) responden membuat laporan persediaan tiap harinya (lihat tabel 15). Laporan laba rugi, neraca, kas, dan persediaan dibuat untuk kepentingnan internal usaha dimana dari laporan tersebut dapat mengetahui perkembangan dari usaha. Laporan laba rugi digunakan sebagai dasar untuk mengetahui besarnya pajak yang harus dibayar.

Tabel 15

Laporan yang dimiliki UKM

Laporan Responden yang Memiliki Laporan Responden yang Tidak Memiliki Laporan Total Responden

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Laba Rugi 5 15% 28 85% 33 100%

Neraca 4 12% 29 82% 33 100%

Kas 4 12% 29 82% 33 100%

Persediaan 3 9% 30 91% 33 100%

Sumber : Data Primer

Penggunaan Informasi Akuntansi Untuk Pengambilan Keputusan Bisnis UKM

Informasi sangat berguna bagi pengelola UKM untuk pengambilan keputusan. Keputusan bisnis yang dilakukan sebagian besar diputuskan oleh pemilik sendiri yaitu 32 responden (96%), dapat dilihat pada tabel 16.

Tabel 16

Pengambil Keputusan Bisnis

Pengambil Keputusan Bisnis Responden

Jumlah %

Pemilik 32 96%

Karyawan 1 4%

Jumlah Responden 33 100%

(28)

28

Keputusan bisnis yang sering dilakukan Usaha Kecil dan Menengah menyangkut penentuan jumlah pembelian persediaan, jumlah produksi, harga pokok serta harga jual. Pengelola UKM memutuskan membeli persediaan atau bahan baku dengan menggunakan informasi tidak tertulis yaitu dengan cek persediaan fisik 26 responden (79%), hanya sebagian saja yaitu 7 responden (21%) yang mencatat jumlah persediaan yang dimiliki dengan catatan persediaan. Informasi yang digunakan untuk mengetahui harga pokok adalah nota atau nota pembelian yaitu 26 responden (79%). Informasi berdasarkan ingatan harga pokok digunakan oleh 7 respoden (21%) untuk menentukan harga pokok. Harga pokok akan menjadi dasar menentukan laba yang akan ditetapkan oleh penjual.

Responden dalam menentukan harga jual menggunakan informasi tidak tertulis yaitu berdasarkan prosentase keuntungan yang diharapkan yaitu sebanyak 28 responden (84%), dan informasi tertulis yaitu berdasarkan harga pasar sebanyak 5 responden (16%). Prosentase keuntungan yang diharapkan sebagain besar pengelola UKM anatara 10% – 20%. Informasi mengenai HET (harga eceran tertinggi) diperoleh dari pihak eksternal yaitu dari pemasok.

Keputusan bisnis untuk memproduksi sesuai pesanan pada usaha manufaktur dilakukan oleh 11 responden (100%) dimana kegiatan tersebut dilakukan secara terencana. Informasi yang digunakan pada usaha manufaktur untuk memutuskan memproduksi sesuai pesanan adalah informasi catatan pesanan yaitu 6 responden (55%). Sebanyak 5 responden (45%) menggunakan informasi berdasarkan ingatan pesanan, informasi tersebut bisa melalui telepon ataupun bertemu langsung dengan pemilik (lihat tabel 17).

(29)

29

Tabel 17

Keputusan Bisnis Yang Sering Dilakukan

NO Keputusan Bisnis Informasi Tertulis Informasi Tidak tertulis

Jumlah Responden

Ket Jumlah % Ket jumlah % jumlah %

1

Kapan akan membeli

(BB/ persediaan/ BHP dll) dan berapa jumlahnya Catatan persediaan 7 21% Cek Persediaan fisik 26 79% 33 100% 2 Menentukan Harga Pokok Nota 26 79% Ingatan harga pokok 7 21% 33 100% 3 Menentukan Harga Jual HET 5 16% Prosentase Laba yang diharapkan 28 84% 33 100% 4 Kapan akan memproduksi dan berapa jumlahnya Catatan pesanana 6* 55% Ingatan pesanana 5 45% 11 100%

Ket (*): 6 responden dari 11 total responden

Sumber : Data Primer

Pengambilan keputusan bisnis pada Usaha Kecil Menengah yang sering dilakukan adalah membeli persediaan/ bahan baku yaitu 27 responden (45%), dimana keputusan tersebut sebagian besar dilakukan secara terencana yaitu sebanyak 15 responden (45%) dan juga dilakukan secara spontan yaitu sebanyak 12 responden (36%).

Keputusan menggaji karyawan dilakukan oleh 15 responden (45%) dengan pengambilan keputusan secara terencana. Sebagian besar responden yang memiliki usaha dagang melakukan penggajian setiap bulan dengan melihat daftar presensi karyawan untuk menentukan besarnya gaji maupun bonus yang akan diberikan. Pada usaha di bidang jasa seperti catering, rias yang sebagian besar menggunakan tenaga lepas pada umunnya akan memberikan gaji setelah mereka menyelesaikan pekerjaannya. Usaha yang bergerak dibidang manufaktur pada umumnya melakukan penggajian setiap minggu seperti pada usaha pembuatan kecap, tahu, sale pisang, makanan ringan.

(30)

30

Keputusan untuk memberikan diskon penjualan sebanyak 12 responden (36%) dilakukan secara spontan. Pada umumnya pemilik usaha akan memberikan diskon kepada pelanggan ataupun kepada relasi. Keputusan memberikan diskon bisa terjadi apabila adanya kesepakatan harga antara penjual dan pembeli apabila pembeli menawar harga kepada penjual dan terjadi kesepakatan harga.

Keputusan menerima pesanan yaitu sebanyak 7 responden (21%). Keputusan tersebut biasa dilakukan pada usaha jasa seperti catering, rias, persewaaan sound system. Dalam memutuskan menerima pesanan pemilik hanya mengunakan informasi ingatan dan untuk memastikannya mereka melihat pada buku pesanan.

Keputusan membeli persediaan secara tunai atau kredit dilakukan oleh 7 responden (21%). Keputusan membeli persediaan secara tunai maupun kredit dilakukan secara spontan dengan melihat kas ditangan. Pembelian secara tunai dilakukan apabila kas ditangan mencukupi, jika tidak mencukupi untuk pembelian tunai maka pembelian akan dilakukan secara kredit. Usaha yang bergerak di bidang dagang pada umumnya melakukan pembelian secara kredit dengan jatuh tempo satu bulan. Keputusan untuk membeli bahan baku dilakukan pada usaha yang bergerak di bidang manufaktur dimana pembelian bahan baku pada umumnya dilakukan secara tunai.

Keputusan untuk menentukan berapa jumlah tenaga kerja yang akan digunakan dalam usaha yaitu sebanyak 5 responden (15%), keputusan tersebut dilakukan secara terencana, dan pada umumnya dilakukan pada usaha yang bergerak dibidang jasa diantaranya usaha catering, rias, persewaan sound system. Usaha catering, rias banyak menggunakan tenaga kerja lepas dalam usahanya.

(31)

31

Usaha catering dalam menentukan berapa jumlah tenaga kerja yang akan digunakan berdasarkan besar kecilnya cara atau banyak sedikitnya tamu yang diundang dalam sebuah acara. Begitu juga pada usaha jasa rias, semakin banyak jumlah orang yang akan dirias maka akan membutuhkan lebih banyak tenaga kerja.

Memutuskan membeli pada pemasok yang mana juga dilakukan oleh 5 responden (15%), keputusan tersebut dilakukan secara terencana. Pemilik ataupun pengelola akan memutuskan membeli pada pemasok yang menawarkan harga lebih murah dibandingkan dengan yang lain.

Keputusan untuk menetapkan harga dilakukan oleh 3 (27%) responden, hal ini terjadi pada usaha yang bergerak di bidang jasa yaitu catering dan jasa rias dimana harga ditentukan berdasarkan keinginan dari pelanggan. Keputusan penetapan harga tersebut dilakukan berdasarkan permintaan pelanggan dengan memperhitungkan biaya – biaya yang akan dikeluarkan (lihat tabel 18).

Tabel 18

Keputusan Bisnis Yang Sering Dilakukan UKM

No Keputusan Bisnis Yang Sering Dilakukan UKM Jumlah %

1 Membeli Persediaan/ Bahan Baku 27 82%

2 Menggaji Pegawai 15 45%

3 Memberi Diskon Penjualan 12 36%

4 Produksi 11 33%

5 Membeli Persediaan secara tunai/ kredit 7 21%

6 Mempekerjakan Tenaga Kerja 5 15%

7 Memutuskan Membeli pada pemasok yang mana 5 15%

8 Membeli tunai/ kredit 4 36%

9 Menentukan Harga 3 9%

Sumber : Data Primer

Dalam tabel 19 menjelaskan pengambilan keputusan bisnis yang sering dilakukan pada UKM berdasarkan jenis usahanya. Pada usaha jasa keputusan

(32)

32

bisnis yang sering dilakukan adalah keputusan menerima pesanan (64%), membeli persediaan/ bahan baku (64%), mempekerjakan tenaga kerja (45%). Pada usaha dagang keputusan yang sering dilakukan yaitu membeli persediaan/ bahan baku (100%), keputusan memberikan diskon (73%), dan keputusan membeli pada

pemasok yang mana (45%). Pada usaha yang bergerak di bidang manufaktur

keputusan bisnis yang sering dilakukan adalah membeli persediaan/ Bahan baku (100%), keputusan melakukan produksi (100%), dan keputusan menggaji pegawai (100%).

Tabel 19

Keputusan Bisnis Yang Sering Dilakukan UKM Berdasarkan Jenis Usaha

No Keputusan Bisnis Yang Sering Dilakukan UKM

Jenis Usaha

Jasa Dagang Manufaktur

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1

Membeli persediaan/ Bahan

baku 7 64% 11 100% 11 100%

2 Produksi 0 0% 0 0% 11 100%

3 Menggaji pegawai 2 18% 2 18% 11 100%

4 Memberikan diskon 4 36% 8 73% 0 0%

5 Menerima pesanan 7 64% 0 0% 0 0%

6 Mempekerjakan tenaga kerja 5 45% 0 0% 0 0%

7

Memutuskan membeli pada

pemasok yang mana 0 0% 5 45% 0 0%

8 Membeli tunai/ kredit 0 0% 4 36% 0 0%

9 Menentukan harga 3 27% 0 0% 0 0%

Sumber : Data Primer

Terdapat tiga tipe keputusan bisnis menurut Jogiyanto (2005) yaitu keputusan bisnis terstruktur, semi terstruktur dan tidak terstruktur. Dalam tabel 20 dijelaskan bahwa keputusan bisnis terstruktur meliputi keputusan membeli persediaan/ bahan baku, produksi, menggaji pegawai, memberikian diskon penjualan, menerima pesanan. Keputusan bisnis dari kegiatan tersebut dikatakan sebagai keputusan terstruktur diakarenakan sifatnya berulang – ulang dan rutin dilakukan. Keputusan bisnis semi terstruktur meliputi keputusan memutuskan

(33)

33

membeli pada pemasok yang mana dan membeli tunai atau kredit, karena sebagian sifatnya rutin dan berulang dan sebagian sifatnya tidak selalu terjadi. Untuk keputusan tidak terstruktur meliputi keputusan memberikan diskon dan mempekerjakan tenaga kerja. Keputusan bisnis tersebut dikatakan keputusan tidak terstruktur karena tidak terjadi berulang – ulang dan tidak selalu terjadi.

Tabel 20 Keputusan Bisnis

Keputusan Bisnis Keterangan Keputusan Bisnis yang

sering Dilakukan UKM

Terstruktur Keputusan yang sifatnya

berulang-ulang dan rutin terjadi, dan dapt

dipahami sehingga dapat

didelegasikan pada pegawai.

Membeli

(persediaan/bahan baku Produksi

Menerima pesanan Menentukan harga

Semi Terstruktur keputusan yang sebagian terstruktur,

sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tidak terstruktur.

Promosi

Target pemasaran Memberikan diskon

Tidak Terstruktur keputusan yang tidak terjadi

berulang-ulang dan tidak selaulu terjadi.

Menambah investasi Ekspansi (buka cabang) Sumber : Data Primer

Dalam tabel 21 menjelaskan tentang keputusan bisnis dan informasi yang digunakan perusahaan pada umumnya dan pada UKM . Terdapat beberapa perbedaan dalam menggunakan informasi untuk pengambilan keputusan bisnis antara perusahaan pada umumnya dan UKM.

Tabel 21

Keputusan Bisnis dan Informasi yang Digunakan UKM

Kegiatan Bisnis Kebutuhan Informasi Keputusan Bisnis

UKM Kebutuhan Informasi UKM Perolehan modal Berapa banyak? Investasi atau pinjam? Jika pinjam, ketentuan terbaik?

Proyeksi arus kas Pro-forma laporan keuangan Jadwal amortisasi utang Perolehan modal Kapan harus menambah pendanaan dan berapa besarnya (Modal sendiri/ pinjaman bank/ lembaga keuangan). Catatan kas Laporan kas Perkiraan modal yang dibutuhkan

(34)

34 Perolehan gedung dan

peralatan

Ukuran gedung ? Jumlah peralatan? Sewa atau bel? Lokasi?

Bagaimana depresiasinya

Kebutuhan kapasitas Harga

Studi pasar Tabel pajak dan peraturan

Perolehan gedung dan peralatan

Beli kios/ toko Sewa kios/ toko Beli peralatan

Pemilihan lokasi

untuk toko

Kas ditangan

Mengontrak dan melatih pegawai

Persyaratan pengamanan? Bagaimana menilai integritas dan kompetensi pelamar?

Bagaimana melatih?

Pelamar Deskripsi kerja

Pengalaman kerja dan keahlian Mempekerjakan tenaga kerja Kebutuhan tenaga kerja Perkiraan jumlah

tenaga kerja yang dimiliki

Perolehan persediaan

Bagaimana cara

membawanya?

Berapa banyak yang perlu dibeli?

Penjual (vendor) yang

mana?

Bagaimana mengelola

persediaan (penyimpanan, kontrol dan lain-lain)?

Analisis pasar

Laporan status

persediaan

Kinerja dan ketentuan pembayaran vendor Persediaan Membeli (persediaan, bahan baku) Membeli secara tunai/ kredit Buku pesanan Catatan persediaa Cek fisik persediaan Kas yang tersedia, Uang di bank

Kegiatan periklanan dan pemasaran

Media yang mana/ Isi?

Analisis biaya Jangkauan pasar

Kegiatan periklanan

Media iklan yang digunakan Perhitungan Biaya iklan Perkiraan media yang digunakan Penjualan barang

Penaikan (mark up) persentase? Penawaran kredit in house?

Kartu kredit apa yang diterima?

Pro-forma laporan keuangan

Biaya kartu kredit Status kredit pelanggan

Penjualan barang Memberikan diskon Dasar perkiraan penjualan Pengumpulan pembayaran dari pelanggan

Jika menawarkan kredit, bagaimana ketentuannya? Bagaimana mengurus penerimaan uang tunai?

Status akun pelanggan Laporan jatuh tempo piutang Piutang Kapan piutang akan diterima Catatan piutang Buku pesanan Kwitansi

(35)

35 Pembayaran gaji pegawai

Jumlah gaji?

Pemotongan dan iuran (withholdings)? Proses pembayaran in-house atau menggunakan jasa luar?

Penjualan (untuk komisi)

Jam kerja (untuk pegawai yang di bayar per jam)

Formulir pajak (Form W4)

Biaya jasa pembayaran eksternal Pembayaran gaji karyawa Kapan harus membayar gaji karyawan dan berapa besarnya? Perhitungan bonus/ lembur Presensi karyawan

Ingatan gaji dan

bonus yang akan diberikan

Pembayaran pajak

Persyaratan pajak atas gaji Persyaratan pajak penjualan Peraturan pemerintah Total pengeluaran untuk gaji Total penjualan Pembayaran pajak Kapan harus membayar pajak dan berapa besarnya Catatan Pendapatan Perkiraan pendapatan Pembayaran penjual Bayar ke siapa? Kapan membayar

Berapa banyak yang

dibayar?

Faktur dari penjual

(vendor) Utang usaha Hutang Kapan hutang harus dibayar, berapa besarnya dan kepada siapa

Faktur dari penjual Nota

Kartu hutang Ingatan hutang yang dimiliki dan pada siapa

Sumber : Data Primer

Penggunaan Informasi Akuntansi Untuk Penilaian Kinerja UKM

Informasi yang digunakan oleh 8 responden untuk mengetahui kemampuan membayar hutang jangka pendek dengan menggunakan catatan penjualan yaitu 6 responden (75%) , 2 responden (25%) menggunakan dasar ingatan mengenai penjualan yang terjadi. Hutang jangka pendek yang dimaksud di sini adalah hutang kepada pemasok. Jatuh tempo pelunasan hutang pada pemasok rata – rata adalah satu bulan. Jika pengelola dapat melunasi hutang kepada pemasok sebelum/ sampai jatuh tempo maka kinerja usaha baik.

Responden yang mempunyai hutang di Bank sebayak 14 responden. Semua responden yang berhutang mengatakan bahwa hutang bermanfaat bagi usahanya karena hutang digunakan untuk kegiatan operasional usaha diantaranya untuk menambah jumlah persediaan, membeli mesin untuk produksi. Kemampuan

(36)

36

membayar hutang jangka panjang dilihat dari pendapatan yang diperoleh yaitu sebanyak 10 responden (70%) dengan periode pengembalian hutang antara 2 – 3 tahun. Kinerja usaha dapat dikatakan baik apabila bisa memenuhi kewajiban jangka panjangnya.

Pembelian persediaan sebagian besar dilakukan setiap saat, apabila persediaan mulai menipis atau habis maka akan dilakukan pembelian persediaan, 18 responden (72%) menggunakan informasi tidak tertulis yaitu cek persediaan fisik yang ada dan 7 responden (28%) menggunakan informasi tertulis berupa catatan persediaan. Hanya 3 responden yang membeli persediaan setiap minggu. Kinerja usaha dikatakan baik apabila seringnya melakukan pembelian persediaan. Dalam tabel 22 dapat disimpulkan bahwa semakin bermacam – macam jenis persediaan maka pengelola cenderung tidak memiliki catatan persediaan, dikarenakan keterbatasan kemampuan untuk menghitung, mengelompokkan serta mencatat persediaan yang dimiliki. Namun pengelola UKM mempunyai antisipasi untuk menghindari persediaan terhindar dari pencurian yaitu dengan pengawasan secara langsung oleh pemillik karena pemilik juga berada ditempat usaha dan ada juga pemilik yang melengkapi gudang penyimpanan persediaan dengan CCTV. Jika jenis persediaan hanya beberapa macam maka pengelola usaha akan membuat catatan persediaan, dikarenakan kemudahan dalam mencatatnya.

Tabel 22

Jenis Persediaan Dengan Catatan Yang Dimiliki

Jenis Persediaan

Mempunyai Tidak mempunyai

Catatan Responden Jumlah Catatan

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

< 50 1 13% 7 87% 8 100%

> 50 5 71% 2 29% 7 100%

(37)

37

Usaha yang menerima pembelian secara kredit menetapkan periodisasi penagihan piutang sebagian besar dilakukan setiap minggu. Dengan alasan supaya kas yang diterima dari piutang dapat segera digunakan untuk kegiatan operasional usaha. Untuk mengetahui periodisasi penagihan piutang 8 responden (72%) menggunakan informasi tertulis berupa catatan piutang dan 3 responden (28%) informasi tidak tertulis berupa ingatan piutang yang dimiliki.

Rata-rata tingkat balik modal usaha antara 2 – 7 tahun. Semakin cepat periodisasi balik modal maka dapat dikatakan kinerja usah baik, sebaliknya jika periodisasi balik modal semakin lama maka dapat dikatakan usaha tidak berkembang dengan cepat. Cepat maupun lambatnya periodisasi balik modal juga tergantung pada besar kecilnya modal yang digunakan dalam usaha. Usaha yang bergerak dibidang manufaktur seperti produksi sale pisang, makanan ringan periodisasi balik modal sangat cepat yaitu setelah produksi terjual maka modal langsung dapat kembali, dikarenakan tingkat keuntungannya hampir 50%.

Rata-rata omzet dari UKM berkisar antara Rp. 25.000.000,00 – Rp. 200.000.000,00 sebanyak 23 responden (69%) dengan menggunakan informasi catatan pendapatan dan penjualan dan informasi tidak tertulis berupa perkiraan omzet yaitu . Informasi untuk mengetahui peningkatan omzet yaitu sebanyak 23 responden (69%) menggunakan catatan penjualan dan pendapatan.

Informasi untuk mengukur laba rugi dilihat dari kas masuk dan kas keluar yaitu sebanyak 20 responden (60%), sedangkan untuk mengetahui peningkatan laba juga melihat dari informasi catatan kas masuk dan keluar, dan menggunakan informasi tidak tertulis berupa perkiraan laba/ rugi yaitu 13 (40%) responden (dilihat pada tabel 23).

(38)

38

Tabel 23 Penilaian Kinerja

NO Penilaian Kinerja Informasi Tertulis Informasi Tidak tertulis

Jumlah Responden

Ket Jumlah % Ket jumlah % jumlah %

1 Kemampuan membayar hutang jangka pendek Catatan penjualan 6* 75% Ingatan penjualan yang terjadi 2 25% 8 100% 2 Pembelian persediaan Catatan persediaan 7** 28% Cek persediaan fisik 18 72% 25 100% 3 Periodisasi penagihan Piutang Catatan piutang 8*** 72% Ingatan putang yang dimiliki 3 28% 11 100% 5 Omzet Penjualan dan

pendapatan 23 69% Perkiraan omzet 10 31% 33 100%

6 Laba rugi Kas masuk dan kas keluar 20 60% Perkiraan laba/rugi 13 40% 33 100%

Ket (*)= 6 dari 8 total responden (**)= 7 dari 25 total responden (***)= 8 dari 11 total responden

Sumber : Data Primer

Dalam tabel 24 menjelaskan penilaian kinerja pada UKM. Perusahaan pada umumnya menggunakan rasio keuangan untuk penilaian kinerja, sedangkan pada UKM pengelola memiliki tolak ukur tersendiri untuk menilai kinerja usaha.

Tabel 24

Penilaian Kinerja pada UKM

Rasio Keuangan Penjelasan Penilaian Kinerja pada

UKM

Informasi yang digunakan UKM

Rasio Likuiditas Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Rasio ini dihitung berdasarkan data dari laporan neraca.

Pada UKM tidak menggunakan rasio likuiditas melainkan menggunakan informasi lain Kemapuan membayar hutang jangka pendek Periodisasi pembayaran hutang jangka pendek Catatan Penjualan Ingatan penjualan yang terjadi Rasio Leverage Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan dibelanjai dengan hutang. Rasio ini dihitung berdasarkan data dari laporan neraca.

Pada UKM tidak menggunakan rasio leverage melainkan menggunakan informasi lain

Hutang jangka panjang bermanfaat/ tidak bagi usaha

Hutang jangka panjang dapat digunakan dengan baik/ tidak Kemampuan membayar hutang Catatan penjualan Catatan persediaan Catatan pendapatan

(39)

39

jangka panjang Periode pengembalian hutang

Rasio Aktivitas Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan

menggunakan sumber dananya. Rasio ini dihitung berdasarkan data dari laporan laba rugi. Pada UKM tidak menggunakan rasio aktivitas melainkan menggunakan informasi lain Periode pembelian persediaan Periodisasi penagihan piutang (cepat/ lambat) Tingkat balik modal (cepat/ lambat) Catatan persediaan Cek persediaan fisik Catatan piutang Rasio Profitabilitas Rasio ini mengukur efektifitas manajemen secara keseluruhan sebagaimana ditunjukkan dari keuntungan yang diperoleh dari penjualan dan investasi. Rasio ini dihitung berdasarkan data dari laporan neraca dan laporan laba rugi.

Pada UKM tidak menggunakan rasio profitabilitas melainkan menggunakan informasi lain Omzet/ jumlah penjualan (naik/ turun) Peningktan omzet (naik/ turun) Pengukuran laba Peningkatan laba (naik/ turun) Usaha beroperasi hemat/ boros Catatan penjualan Catatan pendapatan Perkiraan omzet Catatan kas masuk dan keluar Perkiraan laba/rugi

Sumber : Data Primer

Tabel 25 menjelaskan dasar pengukuran kinerja yang sering digunakan oleh pengelola UKM dalam menilai perkembangan usahanya. Laba sering digunakan oleh pengelola UKM untuk menilai kinerja yaitu sebanyak 18 responden (55%). Jika laba meningkat diasumsikan bahwa kinerja usaha bagus atau meningkat dibandingkan sebelumnya. Apabila laba menurun menandakan bahwa kinerja usaha menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya.

Bertambahnya jumlah pesanan juga menjadi dasar penilain kinerja usaha yaitu sebanyak 9 respoden (27%), jika pesanan semakin bertambah maka kinerja usaha semakin bagus atau meningkat. Penilaian kinerja berdasarkan jumlah pesanan pada umumnya dilakukan pada usaha jasa dan manufaktur.

(40)

40

Perputaran persediaan juga sering digunakan pada usaha dagang dalam mengukur kinerja yaitu sebanyak 5 responden (15%). Jika persediaan lebih cepat terjual maka kinerja usaha dikatakan baik, sebaliknya apabila persedian lama terjual maka kinerja usaha dikatakan menurun dibandingkan periode sebelumnya. Pengelola UKM pada umumnya menilai kinerja usahanya baik atau menurun yaitu dengan menggunakan beberapa informasi.

Tabel 25

Penilaian Kinerja Yang Sering Digunakan Pada UKM

No Penilaian Kinerja Responden

Jumlah %

1 Laba rugi (pendapatan, biaya) 18 55%

2 Bertambahnya jumlah pesanan 9 27%

3 Perputaran Persediaan 5 15%

4 Bertambahnya peralatan 1 3%

Jumlah Responden 33 100%

Sumber : Data Primer

Tabel 26 menjelaskan bahwa kinerja usaha dapat diukur dengan peningkatan kegiatan usaha yaitu sebanyak 25 responden (76%), peningkatan kegiatan usaha dapat dilihat dari laba maupun pendapatan, jumlah pesanan dan perputaran persediaan, kewajiban membayar hutang, jumlah pelanggan, jumlah produksi, jumlah tenaga kerja, jumlah perlengkapan, pemebelian bahan baku, pembelian persediaan.

Kinerja usaha juga dapat diukur dengan tingkat kesejahteraan pemilik yaitu sebanyak 6 responden (18%), kesejahteraan pemilik disini adalah biasa membiayai kebutuhan hidup dan membiayai anak menempuh pendidikan perguruan tinggi, penambahan investasi.

(41)

41

Kesejahteraan karyawan juga dapat digunakan sebagai dasar pengukuran kinerja yaitu sebanyak 2 responden (6%). Kesejahteraan yang dimaksud adalah pengadaan piknik bagi karyawan.

Tabel 26

Penilaian Kinerja Yang Sering Digunakan Pengelola UKM

No Penilain kinerja yang sering digunakan

Responden

Jumlah %

1 Peningkatan Kegiatan Usaha 25 76%

2 Kesejahteraan Pemilik 6 18%

3 Kesejahteraan Karyawan 2 6%

Jumlah Responden 33 100%

Sumber : Data Primer

Tabel 27 menjelaskan bahwa pada usaha jasa sebagian besar responden yaitu 64% menggunakan peningkatan kegiatan usaha untuk menilai kinerja baik atau tidak. Pada usaha di bidang dagang menggunakan peningkatan kegiatan usaha dan kesejahteraan pemilik yaitu masing – masing 64% dan 36% untuk menilai kinerja usaha. Usaha pada bidang manufaktur menggunakan peningkatan kegiatan usaha yaitu 55% dan kesejahteraan pemilik yaitu 45% untuk penilaian kinerja.

Tabel 27

Penilaian Kinerja Yang Sering Digunakan Pengelola UKM Berdasarkan Jenis Usaha

No Penilaian Kinerja

Jenis Usaha

Total

Jasa Dagang Manufaktur

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Peningkatan Kegiatan Usaha 7 64% 7 64% 6 55% 20 61% 2 Kesejahteraan Pemilik 2 18% 4 36% 5 45% 11 33% 3 Kesejahteraan Karyawan 2 18% 0 0% 0 0% 2 6% Jumlah Responden 11 100% 11 100% 11 100% 33 100%

(42)

42

Tabel 28 menjelaskan bahwa usaha yang bergerak di bidang jasa dalam mengukur kinerja sering menggunakan pendapatan yang diperoleh dan jumlah pesanan. Jika pendapatan dan jumlah pesanan meningkat dibandingkan periode sebelumnya, maka kinerja usaha dikatakan meningkat. Hanya 1 (9%) responden saja yaitu pada usaha catering yang mengatakan bahwa kinerja usahanya meningkat jika adanya penambahan peralatan. Pada usaha yang bergerak di bidang dagang dalam penilaian persediaan menggunakan pendapatan dan perputaran persediaan. Jika pendapatan meningkat dibandingkan periode sebelumnya maka kinerja usaha dapat dikatakan baik dan apabila semakin cepat perputaran persediaan maka kinerja juga dikatakan baik. Usaha di bidang manufaktur dalam penilaian kinerja menggunakan pendapatan dan juga pesanan. Semakin tinggi jumlah pendapatan dan juga jumlah pesanan dibandingkan dengan periode sebelumnya maka kinerja dapat dikatakan baik atau meningkat.

Tabel 28

Penilaian Kinerja Yang Digunakan UKM Berdasarkan Jenis Usaha

No Penilaian Kinerja

Jenis Usaha

Total

Jasa Dagang Manufaktur

Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1 Pendapatan 6 55% 6 55% 6 55% 18 55% 2 Pesanan 4 45% 0 0% 5 45% 9 27% 3 Perputaran Persediaan 0 0% 5 45% 0 0% 5 15% 4 Tambah peralatan 1 9% 0 0% 0 0% 1 3% Jumlah Responden 11 100% 11 100% 11 100% 33 100%

Sumber : Data Primer Kendala Penggunaan Informasi Akuntansi pada UKM

Dalam tabel 29 menjelaskan bahwa sebagian besar pengelola UKM yaitu sebanyak 20 responden (61%) tidak mempunyai kendala dalam pembuatan catatan maupun pembukuan dikarenakan pencatatan maupun pembukuan yang

Gambar

Tabel 1  Kriteria UKM
Tabel pajak dan peraturan  Mengontrak  dan  melatih
Tabel 4  Pengelola Usaha
Tabel 7  Lama Usaha
+7

Referensi

Dokumen terkait

Bank Mandiri (Persero), Tbk pada Aspek kualitas Aktiva sebaiknya Bank Mandiri lebih memperhatikan masalah pinjaman yang diberikan agar kerugian akibat tingkat

Berikut beberapa prinsip kerja Carey yang patut dicatat: 39 (1) Menganggap penyebaran Alkitab ke dalam sebanyak mungkin bahasa adalah salah satu azaz pokok pengabaran

 pertama akan akan berganti berganti kulit kulit menjadi menjadi nimfa nimfa ke-2, ke-2, 3, 3, demikian demikian seterusnya seterusnya sampai sampai nimfa

Simpanan Idul Qurban tersebut telah dibagikan kepada para anggota yang menyimpan untuk digunakan berqurban pada bulan November 2009 sebesar Rp13.200.000.. Layanan

Muntah biasanya dapat merupakan gejala diare non inflamatori atau sebagai gejala penyerta akibat proses infeksi mikroorganisme di saluran cerna bagian atas seperti enterik

Emisi CO2 selain disebabkan oleh berubahnya tampungan karbon di atas permukaan tanah, tampungan nekromasa, tampungan serasah, tampungan di bawah permukaan

Penulis memilih topik batu giok dalam skripsi penulis karena merasa tertarik dengan pernyataan-pernyataan yang penulis baca, baik itu di dalam buku atau artikel-artikel di

BEBERAPA SIFA'P PRODUKSI AYAM