• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR LAMPIRAN"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan ii DAFTAR ISI Hal. KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL……… iv DAFTAR LAMPIRAN……… v I. PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Tujuan ... 4 1.3. Sasaran ... 5 1.4. Dasar Hukum ... 6 1.5. Pengertian ... 10

II. MEKANISME PELAKSANAAN KEGIATAN ... 14

2.1. Jenis dan Sumber Pembiayaan Bantuan ... 14

2.2. Kriteria Lokasi ... 17

2.3. Kriteria Penerima ... 18

2.4. Mekanisme Penetapan Calon Penerima dan Calon Lokasi (CPCL) ... 19

2.5. Distribusi Bantuan Sarana ... 21

2.6. Penatausahaan Aset Bantuan ... 25

III. PENGELOLAAN SARANA PASCAPANEN DAN PENGOLAHAN HASIL TANAMAN PANGAN…… 26

3.1. Penanganan Pascapanen dan Pengolahan Hasil ... 26

3.2. Pengelolaan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil ... 30

(4)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan iii

IV. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN .. 34 4.1. Monitoring dan Evaluasi ... 34 4.2. Pelaporan ... 35 V. PENUTUP ... 37

(5)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan iv

DAFTAR TABEL

Hal. Tabel 1. Jenis Sarana Pascapanen dan Pengolahan

Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016………15 Tabel 2. Contoh Sarana Pengolahan Hasil pada

(6)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan v

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

Lampiran 1. Alokasi Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016 ... 40 Lampiran 2. Contoh Format Berita Acara Pemeriksaan

dan Serah Terima Hasil Pekerjaan (BAP-STHP) ... 42 Lampiran 3. Contoh Format Dokumen Surat Pernyataan

Pengadaan Sarana ... 44 Lampiran 4. Contoh BASTB Kelompok Tani /

Gapoktan ... 52 Lampiran 5. Contoh Surat Perjanjian Pendayagunaan

Sarana... 54 Lampiran 6. Contoh Surat Pernyataan Hibah Tanah / Lahan ... 58 Lampiran 7. Contoh Form Penggunaan Sarana

Pascapanen dan Pengolahan Hasil……. 62 Lampiran 8. Contoh Form Perbandingan Penggunaan

Sarana Pascapanen Secara Tradisional Dan Mekanisasi……….. 63

(7)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 1

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Undang - Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan menyatakan bahwa kedaulatan pangan adalah hak negara dan bangsa secara mandiri menentukan kebijakan pangan yang menjamin hak atas pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi masyarakat untuk menentukan sistem pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal.Salah satu prioritas utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 adalah kedaulatan pangan. Sebagai penjabaran dari RPJMN, maka pembangunan pertanian periode 2015-2019 bertujuan untuk: (1) Meningkatkan ketersediaan dan diversifikasi untuk mewujudkan kedaulatan pangan, (2) Meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pangan dan pertanian, (3) Meningkatkan ketersediaan bahan baku bioindustri dan bioenergi (4) Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani, dan (5) Meningkatkan kualitas

(8)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 2

kinerja aparatur Pemerintah bidang pertanian yang amanah dan profesional.

Kedaulatan pangan diwujudkan dari pencapaian swasembada pangan yang secara bertahap diikuti dengan peningkatan nilai tambah hasil pertanian dalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani. Dalam rangka pencapaian swasembada pangan, maka setiap tahun disusun sasaran produksi komoditas tanaman pangan sejalan dengan meningkatnya permintaan. Untuk tahun 2016, Pemerintah telah menetapkan sasaran produksi padi sebesar 76,23 juta ton gabah kering giling, jagung sebesar 21,35 juta ton pipilan kering dan kedelai sebesar 1,50 juta ton biji kering.

Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya padi, jagung dan kedelai masih dihadapkan pada beberapa permasalahan, antara lain masih tingginya susut hasil (padi 10,43 %, jagung 5,20 %, kedelai 15,5 %) dan masih rendahnya nilai tambah produk tanaman pangan. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah melalui penerapan / penggunaan inovasi teknologi pertanian termasuk penggunaan alat mesin pertanian yang sesuai dengan

(9)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 3

kondisi spesifik lokasi. Fasilitasi sarana pascapanen tahun 2016 diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap target penurunan susut hasil yang telah ditetapkan yaitu padi 0,18 %, jagung 0,48 % dan kedelai 0,65 %.

Sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian danPeraturan Menteri Pertanian Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian,fungsi pascapanen, pengolahan, mutu dan standarisasi serta pemasaran dan investasi tanaman pangan menjadi tugas pokok Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan (PPHTP). Dalam rangka mendukung tugas pokok dan fungsi tersebut, Direktorat PPHTP mengalokasikan dukungan fasilitasi sarana pascapanen dan pengolahan hasil untuk komoditas padi, jagung dan kedelai.

Salah satu kebijakan Direktorat PPHTP adalah mengamankan produksi melalui penurunan susut hasil,peningkatan mutu hasil dan peningkatan nilai tambah. Penggunaan sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan memiliki peranan

(10)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 4

penting dan strategis dalam mendukung peningkatan produktivitas, efisiensi kerja, kualitas, nilai tambah dan daya saing. Selain itu penggunaan sarana pascapanen dapat mengatasi masalah kelangkaan tenaga kerja di sektor pertanian yang banyak terjadi di daerah.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka Pemerintah memfasilitasi sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan melalui sumber dana APBN Tahun 2016. Untuk mendukung optimalisasi kegiatan pengelolaan sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan agar berjalan efektif dan efisien serta sesuai dengan sasaran yang telah ditetapkan, maka disusun Petunjuk Teknis sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan Tahun 2016.

Buku Petunjuk Teknis ini, selanjutnya segera dijabarkan oleh Dinas Pertanian Provinsi dengan menyusun petunjuk pelaksanaan secara rinci dan lengkap, termasuk spesifikasi teknis sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan yang akan dilakukan pengadaannya didaerah.

(11)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 5

1.2. Tujuan

1. Memberikan penjelasan secara umum tentang kriteria/syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh penerima sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan.

2. Memperlancar penanganan sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan.

3. Memudahkan dalam pengendalian, monitoring dan evaluasi sesuai sasaran yang sudah ditetapkan.

4. Meningkatkan pemanfaatan sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan.

1.3. Sasaran

1. Terpenuhinya kriteria / syarat dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh penerima sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan.

2. Terlaksananya penanganan pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan.

3. Terlaksananya pengendalian, monitoring dan evaluasi sesuai sasaran yang sudah ditetapkan.

4. Termanfaatkannya sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan secara optimal.

(12)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 6

1.4. Dasar Hukum

1. Undang - Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3478);

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2010 tentang Usaha Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5106);

4. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah;

5. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 45 Tahun 2013 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

(13)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 7

6. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah;

7. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah;

8. Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian.

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96 / PMK.06 / 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, dan Pemindahtanganan Barang-Barang Milik Negara;

10. Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 50 / PMK.06 / 2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penghapusan Barang Milik Negara; 11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 4 / PMK.06 /

2015 tentang Pendelegasian Kewenangan dan Tanggungjawab Tertentu Dari Pengelola Barang Kepada Pengguna Barang;

12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 168 / PMK.05 / 2015 tentang Mekanisme Pelaksanaan Anggaran

(14)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 8

Bantuan Pemerintah Pada Kementerian Negara/Lembaga;

13. Peraturan Kepala Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2015 tentang e-Purchasing;

14. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 05/Permentan/OT.140/1/2007 tentang Syarat dan Tata Cara Pengujian dan Pemberian Sertifikat Alat dan Mesin Budidaya Tanaman;

15. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 58 / Permentan / OT.140 / 8 / 2007 tentang Pelaksanaan Sistim Standardisasi Nasional di Bidang Pertanian;

16. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 35/Permentan/OT.140/7/2008 tentang Persyaratan dan Penerapan Cara Pengolahan Hasil Pertanian Asal Tumbuhan Yang Baik (Good Manufacturing Practices);

17. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 22 / Permentan / HK.140 / 4 / 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Pertanian Nomor 44/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Pedoman

(15)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 9

Penanganan Pascapanen Hasil Pertanian Asal Tanaman (Good Handling Practices);

18. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 43 / Permentan / OT.010 / 8 / 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian; 19. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia

Nomor 62 / Permentan / RC.130 / 12 / 2015 tanggal 16 Desember 2015 tentang Pedoman Pengelolaan dan Penyaluran Bantuan Pemerintah Lingkup Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2016;

20. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 63 / Permentan / RC.130 / 12 / 2015 tanggal 16 Desember 2015 tentang Pelimpahan Wewenang Kepada Gubernur Dalam Pelaksanaan Kegiatan dan Tanggung Jawab Pengelolaan Dana Dekonsentrasi Lingkup Kementerian Pertanian Tahun Anggaran 2016;

21. Peraturan Menteri Pertanian Republik Indonesia Nomor 64/Permentan/RC.130/12/2015 tanggal 16 Desember 2015 tentang Penugasan Kepada Gubernur Dalam Pelaksanaan Kegiatan dan

(16)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 10

Tanggung Jawab Pengelolaan Dana Tugas Pembantuan Provinsi Tahun Anggaran 2016;

1.5. Pengertian

1. Bantuan Pemerintah adalah bantuan yang tidak memenuhi kriteria bantuan sosial yang diberikan oleh Pemerintah kepada Perseorangan, Kelompok Masyarakat atau Lembaga Pemerintah/Non Pemerintah.

2. Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah standar yang ditetapkan oleh Badan Standardisasi Nasional dan berlaku secara nasional. Standardisasi dimaksudkan untuk meningkatkan perlindungan kepada konsumen, pelaku usaha, tenaga kerja, dan masyarakat baik untuk keselamatan, keamanan maupun pelestarian fungsi lingkungan hidup, serta untuk membantu kelancaran perdagangan dan mewujudkan persaingan usaha yang sehat dalam perdagangan.

3. Laporan uji (Test Report) adalah keterangan hasil pengujian dari uji verifikasi, uji unjuk kerja, uji beban

(17)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 11

berkesinambungan,uji pelayanan dan uji kesesuaian terhadap alat dan mesin pertanian.

4. Lembaga Sertifikasi Produk (LS Pro) adalah suatu unit atau institusi yang tidak memihak atau netral yang telah diakreditasi untuk melakukan penandaan SNI. 5. Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) adalah pejabat

yang ditetapkan oleh Pengguna Anggaran (PA) untuk menggunakan APBN atau ditetapkan oleh Kepala Daerah untuk menggunakan APBD.

6. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) adalah pejabat yang bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan pengadaan barang/jasa.

7. e-Procurement (Pengadaan Secara Elektronik) adalah pengadaan barang/jasa yang dilaksanakan dengan menggunakan teknologi informasi dan transaksi secara elektronik sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

8. e-tendering adalah tata cara pemilihan penyedia barang/jasa yang dilakukan secara terbuka dan dapat diikuti oleh semua penyedia barang/jasa yang terdaftar pada sistem pengadaan secara eletronik

(18)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 12

dengan cara menyampaikan 1 (satu) kali penawaran dalam waktu yang telah ditentukan.

9. e-Catalogue (Katalog Elektronik) adalah sistem informasi elektronik yang memuat daftar, jenis, spesifikasi teknis dan harga barang tertentu dari berbagai penyedia barang/jasa Pemerintah.

10. e-Purchasing adalah tata cara pembelian barang/jasa melalui sistem katalog elektronik.

11. Barang Milik Negara, yang selanjutnya disebut BMN adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.

12. Pengelola Barang adalah pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan pengelolaan BMN.

13. Pengguna Barang adalah pejabat pemegang kewenangan penggunaan BMN.

14. Penggunaan adalah kegiatan yang dilakukan oleh Pengguna Barang dalam mengelola dan menatausahakan BMN yang sesuai dengan tugas dan fungsi instansi yang bersangkutan.

(19)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 13

15. Pemindahtanganan adalah pengalihan kepemilikan Barang Milik Negara (BMN);

16. Hibah adalah pengalihan kepemilikan barang dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah, dari Pemerintah Daerah kepada Pemerintah Pusat, atau dari Pemerintah Pusat kepada pihak lain, tanpa memperoleh penggantian.

17. Belanja barang untuk diserahkan kepada Masyarakat atau Pemda adalah belanja barang yang diserahkan kepada masyarakat/pemda yang merupakan pengeluaran anggaran belanja Negara untuk diserahkan kepada masyarakat/pemda yang dikaitkan dengan tugas dan fungsi strategis pencapaian kinerja suatu satuan kinerja dan tujuan kegiatannya tidak termasuk dalam kriteria belanja sosial.

(20)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 14

II. MEKANISME PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1. Jenis dan Sumber Pembiayaan

1. Jenis Sarana

Jenis sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan secara rinci tertera pada Tabel 1 dan Tabel 2. Untuk Unit Pengolahan Hasil (UPH) jagung dan kedelai apabila sarana yang dibutuhkan tidak tertera pada Tabel 2 tersebut, maka dapat menyesuaikan dengan kebutuhan poktan/gapoktan. Jenis sarana pascapanen dan UPH Jagung/Kedelai yang menggunakan mesin (engine) minimal memiliki laporan uji/Test Report atau Sertifikat Produk Pengguna Tanda Standar Nasional Indonesia (SPPT-SNI) yang masih berlaku dari lembaga pengujian alsintan yang sudah terakreditasi

2. Sumber Pembiayaan

Sumber pembiayaan untuk pengadaan dan penyaluran sarana adalah dari APBN pada DIPA Tugas Pembantuan Provinsi di masing-masing Satker Dinas Pertanian Provinsi.

(21)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 15

Tabel 1. Jenis Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan Tahun 2016

No. Jenis Sarana

1. Combine Harvester Kecil (Daya Motor 7,0 kW - 11,0 kW) 6224 unit 2. Combine Harvester Sedang (Daya Motor 11,1 kW - 31,0 kW) 2872 unit 3. Combine Harvester Besar (Daya Motor 31,1 kW - 65,0 kW) 340 unit 4. Power Thresher Padi (kapasitas minimal 500 kg/jam) dengan

kelengkapan 2 unit terpal ukuran minimal 6 x 6 m

2916 unit 5. Corn Sheller (kapasitas 1-3 ton/jam) dengan kelengkapan 2 unit terpal

ukuran minimal 6 x 6 m

6240 unit

6. Unit Pengolahan Hasil (UPH) Jagung 60 paket

7. Unit Pengolahan Hasil (UPH) Kedelai 30 paket

8. Power Thresher Multiguna (kapasitas minimal 450 kg/jam) dengan kelengkapan 2 unit terpal ukuran minimal 6 x 6 m

6500 unit

9. Destoner/pemisah batu (kapasitas 4-5 ton/jam) 2 unit

10. Polisher (kapasitas 500 - 700 kg/jam) 22 unit

11. Corn Combine Harvester (minimal Daya Motor 45 kw) 180 unit

12. Vertical Dryer Padi Kapasitas 30 ton/proses 2unit

13. Vertical Dryer Padi Kapasitas 6 ton/proses 3unit

14. Vertical Dryer Jagung Kapasitas 6 ton/proses 5unit

15. Sarana Pengangkut Hasil Pertanian Roda 3 ( mesin minimal 200 cc) 700 unit Volume

(22)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 16

Tabel 2. Contoh Sarana Pengolahan Hasil Pada Unit Pengolahan Hasil (UPH)

1 Jagung Pati Jagung 1 Bak Perendaman 2 Alat Pemisah Lembaga 3 Alat Penggiling 4 Alat Pengayak 5 Alat Pengemas 6 Alat Press Manual 7 Alat Pengering Tepung Jagung 1 Alat Penepung

2 Pengayak 3 Timbangan 4 Alat Pengemas Marning 1 Bak Perendaman

2 Alat Perebus Jagung Stainless 3 Alat Penggorengan

4 Alat Pengemas 5 Keranjang 6 Baskom Grits Jagung 1 Bak Perendaman

2 Alat Pengering 3 Alat Penggiling 4 Alat Pengayak 5 Alat Pengemas Tepung Instan 1 Alat Pembuat Brondong Jagung 2 Penepung (discmill)

3 Alat Pengayak 80 Mesh 4 Alat Pengemas

Tortila 1 Bak Pencuci/Perendaman 2 Panci Perebus

3 Alat Peniris/Spinner

4 Alat Penggiling/Blender

5 Alat Pemipih 6 Alat Pengering/Oven

7 Alat Penggoreng 8 Alat Pengemas 2 Kedelai Bubuk Kedelai 1 Pengupas Kulit Kedelai

2 Alat Perebus 3 Alat Pengering 4 Mesin Penggiling 5 Pengayak 6 Pencampur 7 Pengemas Sari Kedelai 1 Panci

2 Blender (alat penggiling) 3 Kain Saring 4 Kompor 5 Alat Pengemas Tempe 1 Rak 2 Pengupas Kedelai 3 Sealer

Tahu 1 Mesin Pemecah Kedelai 2 Mesin Giling Kedelai Kecap 1 Bak Perendaman

2 Alat Perebus 3 Alat Peniris/Spinner

4 Alat Penyaring Keripik Tempe 1 Alat Pengiris

2 Alat Penggiling 3 Alat Penggoreng 4 Alat Peniris/Spinner

5 Alat Pengemas

(23)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 17

2.2. Kriteria Lokasi

Kriteria lokasi mempertimbangkan beberapa hal sebagai berikut :

1. Memenuhi persyaratan teknis untuk operasional sarana pascapanen atau pengolahan hasil disesuaikan kondisi spesifikasi lokasi.

2. Memperhatikan ketersediaan dan kebutuhan sarana sejenis di wilayah tersebut dengan prioritas tingkat kejenuhan sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan yang masih rendah.

3. Mendukung upaya khusus peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai, diutamakan untuk kegiatan ekstensifikasi dan Peningkatan Indeks Pertanaman Padi, Jagung dan Kedelai.

4. Lokasi dryer padi sebaiknya lebih diprioritaskan pada lokasi yang terintegrasi dengan unit penggilingan padi yang sudah ada dan masih aktif

5. Khusus sarana pengangkut hasil pertanian roda-3

untuk mendukung kegiatan Seribu Desa Mandiri Benih.

(24)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 18

2.3. Kriteria Penerima

Penerima sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan adalah Kelompok tani/ Gapoktan/ UPJA/ Masyarakat dan Pemerintah Daerah dengan persyaratan sebagai berikut:

2.3.1.Kelompok tani/ Gapoktan/ UPJA/ Masyarakat

1. Kelompok tani/ Gapoktan/ UPJA/ Masyarakat yang memiliki keabsahan (pengukuhan) dari instansi yang berwenangdan direkomendasikan oleh Dinas Pertanian.

2. Bersedia, mau dan mampu mengoptimalkan bantuan, bertanggung jawab dalam memanfaatkan dan merawat bantuan sarana pascapanen atau pengolahan hasil tanaman pangan yang diterimanya dengan baik.

3. Bersedia memanfaatkan dan mengelola sarana pascapanen atau pengolahan hasil tanaman pangan untuk mendukung upaya khusus peningkatan produksi padi, jagung dan kedelai, serta peningkatan nilai tambah.

(25)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 19

4. Penerima bantuan sarana pascapanen pada tahun 2015 tidak boleh menerima kembali bantuan yang sama pada tahun 2016.

2.3.2. Pemerintah Daerah

1. Bersedia mengelola bantuan sarana dalam bentuk Brigade yang memiliki keabsahan (pengukuhan) dari instansi yang berwenang. 2. Bersedia menyediakan gudang penyimpanan

sarana.

3. Bersedia memobilisasi sarana.

4. Bersedia mengalokasikan dana APBD untuk biaya pemeliharaan sarana.

2.4. Mekanisme Penetapan Calon Penerima dan Calon Lokasi (CPCL)

1. Calon penerima sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan mengajukan usulan/proposal kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Selanjutnya Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota menyampaikan usulan CPCL kepada Dinas Pertanian Provinsi.

(26)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 20

2. Usulan CPCL tersebut diseleksi oleh tim verifikasi yang ditunjuk oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pimpinan unit kerja yang mengelola kegiatan sarana tersebut selaku KPA.

3. Tim verifikasi melakukan seleksi CPCL berupa seleksi administrasi dan seleksi aspek teknis.

4. Usulan CPCL selanjutnya ditetapkan oleh Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Provinsi dan disahkan oleh Kepala Dinas Pertanian Provinsi selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA). SK penetapan CPCL tersebut disampaikan kepada Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, C.q Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan.

5. Hasil CPCL yang telah ditetapkan oleh Dinas Pertanian Provinsi tersebut merupakan dasar penyaluran bantuan sarana kepada penerima bantuan.

6. CPCL bantuan sarana pascapanen bisa sama dengan CPCL di kegiatan ekstensifikasi (PAT, cetak sawah) peningkatan Indeks Pertanaman, sepanjang belum pernah menerima sarana pascapanen sejenis.

(27)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 21

7. Pengadaan sarana pascapanen atau pengolahan hasil menggunakan sistem e-purchasing atau e-catalog. Sedangkan untuk pengadaan sarana pascapanen atau pengolahan hasil tanaman pangan yang belum tercantum dalam e-purchasing atau

e-catalog, dilakukan dengan metode pelelangan atau sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

8. Spesifikasi teknis sarana pascapanen atau pengolahan hasil tanaman pangan secara rinci/detail ditentukan oleh masing-masing Provinsi sesuai spesifik lokasi atau kebutuhan daerah, dan tetap memperhatikan aspek kualitas sarana dalam rangka meningkatkan kinerja sarana dan kualitas hasil.

2.5. Distribusi Sarana

Pendistribusian sarana sebagaimana pada lampiran 1 mengikuti beberapa ketentuan sebagai berikut:

1. Bantuan sarana didistribusikan sampai ke titik bagi sesuai kesepakatan dalam dokumen kontrak antara Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dengan Penyedia Barang/Sarana.

(28)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 22

2. Penyaluran bantuan tersebut harus dinyatakan dalam Berita Acara Pemeriksaan dan Serah Terima Hasil Pekerjaan (BAP-STHP) dari penyedia kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota atau pejabat yang mewakili Kepala Dinas Pertanian. Format BAP-STHP tersebut sebagaimana tercantum pada Lampiran 2. 3. Dinas Pertanian Kabupaten/Kota menerbitkan Surat

Pernyataan bersedia menerima bantuan sarana yang ditandatangani oleh Kepala Dinas atas nama Pemerintah Daerah dengan format sebagaimana Lampiran 3.

4. Surat BAP-STHP dan Surat Pernyataan sebagaimana tersebut pada butir 3) dan butir4) digunakan sebagai dasar pembayaran kepada pihak penyedia.

5. Penyerahan bantuan sarana kepada Kelompok tani/ Gapoktan/ UPJA/ Masyarakat dengan Berita Acara sebagaimana tercantum pada Lampiran 5 menjadi tanggung jawab Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota. Berita Acara tersebut disampaikan kepada Dinas Pertanian Provinsi dan tembusan ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Cq. Direktorat

(29)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 23

Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, segera setelah penyerahan sarana.

6. Penyerahan bantuan sarana tersebut agar dilengkapi dokumentasi foto saat penyerahan sarana, baik dari Penyedia kepada Dinas Pertanian Provinsi / Kabupaten serta Dinas Kepada Kelompok tani/ Gapoktan/ UPJA/ Masyarakat.

7. Sarana yang didistribusikan harus dalam keadaan baik, baru, terakit sempurna, lengkap dan dilakukan uji coba (running test).

8. Apabila dalam pelaksanaannya terdapat sarana yang tidak dimanfaatkan oleh penerima bantuan, maka Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dapat merelokasi sarana tersebut ke kelompok lainnya di wilayah kecamatan yang sama/antar kecamatan. Apabila diperlukan relokasi antar Kabupaten/Kota, maka menjadi kewenangan Kepala Dinas Pertanian Provinsi.

9. Sarana pengering (vertical dryer), sebelum didistribusikan terlebih dahulu disiapkan bangunan

(30)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 24

bangunan dryer disesuaikan dengan dimensi sarana

dryer dan kelengkapannya;

10. Untuk sarana dryer, pihak penyedia barang diharuskan untuk melakukan pemasangan instalasi dan merakit komponen dryer hingga siap dioperasikan;

11. Penyedia barang menjamin bahwa barang tersebut memenuhi persyaratan teknis, baik kuantitas maupun kualitasnya dan memperhatikan jaminan layanan purna jual dan suku cadang;

12. Penyedia barang diharuskan melaksanakan pelatihan operasional sarana pascapanen, agar operator dapat memahami penggunaan dan pemeliharaan sarana tersebut;

13. Setiap sarana bantuan diberi tanda dengan grafir/plat nama (name plate) terbuat dari plat yang pemasangannya dirivet secara rapi, sehingga tidak mudah untuk dihilangkan dan ditempatkan dibagian sarana yang mudah terlihat. Plat nama mencantumkan sumber pendanaan kegiatan dan tahun pengadaan. Selain itu perlu juga dicantumkan kontak person produsen (nama dan nomor telepon)

(31)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 25

yang mudah dihubungi bila terjadi kerusakan. Tata letak name plate dan kontak person penyedia barang ditentukan oleh penyedia barang.

2.6. Penatausahaan Aset Bantuan

Mekanisme penatausahaan aset dari bantuan Pemerintah yang diserahkan kepada masyarakat (MAK 526) mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 248/PMK.07/2010 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 96/PMK.06/2007 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Penggunaan, Pemanfaatan, dan Pemindahtanganan Barang-Barang Milik Negara.

(32)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 26

III. PENGELOLAAN SARANA PASCAPANEN DAN PENGOLAHAN HASIL TANAMAN PANGAN

3.1. Penanganan Pascapanen dan Pengolahan Hasil

Penanganan pascapanen tanaman pangan yang baik dan benar (Good Handling Practices/GHP) merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan secara baik dan benar, dimulai dari panen sampai dengan siap dikonsumsi dan/atau diolah, meliputi : pengumpulan, perontokan, pembersihan, pengupasan, sortasi, pengeringan, pengemasan, penyimpanan dan pengangkutan.

Pengolahan Hasil Pertanian Yang Baik (Good

Manufacturing Practices/ GMP) merupakan

serangkaian kegiatan yang baik untuk memproduksi suatu produk olahan antara lain mencakup lokasi, bangunan, ruang dan sarana pabrik, proses pengolahan, peralatan pengolahan, penyimpanan dan distribusi produk olahan, kebersihan dan kesehatan pekerja, serta penanganan limbah dan pengelolaan lingkungan. Hal tersebut diupayakan untuk dapat mencegah terjadinya kontaminasi/pencemaran oleh

(33)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 27

mikro organisme, benda/bahaya fisik dan senyawa kimia yang dapat mengganggu atau membahayakan kesehatan manusia dan masyarakat serta menjaga kesehatan dan keselamatan pekerja.

Pengelolaan pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan merupakan suatu proses kegiatan yang dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan terhadap kegiatan penanganan pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan, serta penggunaan sumberdaya dalam mencapai tujuan yang tidak terlepas dari aspek sumberdaya manusia.

Pengelolaan yang baik adalah sebagai pondasi bagi pengembangan setiap organisasi dan unsur yang terlibat langsung meliputi : perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling).

Pengelolaan pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan diarahkan pada upaya untuk mewujudkan pengembangan dari hulu hingga industri hilir pada kawasan yang diarahkan untuk mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk olahan baik

(34)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 28

produk antara (intermediate product) maupun produk akhir (final product) agar terjadi peningkatan nilai tambah dan memiliki daya saing produk.

Untuk itu dibutuhkan adanya dukungan Pemerintah berupa fasilitasi sarana pascapanen dan pengolahan tanaman pangan, sehingga produk tanaman pangan yang dijual tidak hanya dalam bentuk segar namun sudah dalam bentuk produk olahan. Oleh sebab itu, produk olahan tersebut perlu dilakukan standarisasi produk akhir terutama untuk komoditas yang mempunyai prospek di pasar luar negeri.

Pengembangan unit pengolahan pertanian yang akan dilaksanakan saat ini melalui pendekatan sistem agribisnis. Pendekatan agribisnis dalam pengembangan kawasan komoditi tanaman pangan bermakna bahwa kegiatan pertanian pada suatu kawasan agar lebih berorientasi pada keuntungan usaha tani. Pendekatan agribisnis mensyaratkan adanya keterpaduan antar pemangku kepentingan pertanian yang terdiri dari kalangan bisnis atau usaha, masyarakat dan Pemerintah.

(35)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 29

Salah satu indikator dan kriteria keberhasilan di tingkat kawasan pertanian tanaman pangan adalah meningkatnya aktivitas penanganan pascapanen dan pengolahan hasil serta nilai tambah produk. Keberadaan aktivitas usaha pascapanen dan pengolahan hasil mencerminkan bahwa kawasan pertanian telah ada dan terintegrasi dalam sistem dan usaha agribisnis mulai hulu sampai hilir. Peningkatan aktivitas pascapanen dan pengolahan akan meningkatkan efisiensi kerja, kualitas dan nilai tambah dari produk yang dihasilkan dan dapat diukur dari bertambahnya volume komoditas yang diolah, bertambahnya jumlah dan jenis usaha pascapanen dan pengolahan produk, meningkatnya penggunaan alat dan mesin pascapanen dan pengolahan.

Pengembangan agroindustri tanaman pangan merupakan suatu sistem yang terintegrasi mulai dari aspek budidaya (on-farm), pascapanen hingga pengolahan (off-farm) dan pemasaran. Semua aspek tersebut dilakukan dalam suatu aktivitas yang saling terkait antara seluruh komponen pendukung mulai dari

(36)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 30

hulu (kontinuitas pasokan bahan baku) sampai hilir (pengolahan dan akses pemasaran).

Pada saat ini penanganan pascapanen maupun pengolahan hasil tanaman pangan masih belum dilaksanakan secara optimal, sehingga membutuhkan adanya sentuhan dan perbaikan teknologi dengan turut memperhatikan segi efektivitas, efisiensi, mutu dan pasar. Untuk mendukung perbaikan teknologi tersebut Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan melalui dana APBN tahun 2016 telah mengalokasikan fasilitasi sarana pascapanen dan fasilitasi sarana pengolahan hasil sebanyak 22.304 unit.

3.2. Pengelolaan Sarana Pascapanen dan

Pengolahan Hasil

Pengelolaan pemanfaatan sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan agar dapat berjalan secara optimal harus memperhatikan beberapa aspek penting yaitu aspek operasional sarananya, manajemen, maupun struktur kelembagaannya.

(37)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 31

Pengelolaan pemanfaatan bantuan sarana adalah sebagai berikut :

1. Kelompok tani/ Gapoktan/ UPJA/ Masyarakat a. Kelompok tani/ Gapoktan/ UPJA/ Masyarakat

harus mempunyai struktur organisasi yang dilengkapi uraian tugas dan fungsi secara jelas dan disepakati semua anggota.

b. Kepemilikan alat dan sarana adalah milik Kelompok tani/Gapoktan/UPJA/Masyarakat (bukan milik perorangan) dan dioperasionalkan oleh Kelompok tani/Gapoktan/UPJA/ Masyarakat.

c. Mekanisme dan tata hubungan kerja antar anggota Kelompok tani/Gapoktan/ UPJA/ Masyarakat disusun secara partisipatif.

d. Proses pengambilan keputusan dilakukan secara musyawarah/mufakat dan dituangkan dalam berita acara atau risalah rapat yang ditandatangani oleh pengurus dan diketahui oleh unsur pembina atau instansi terkait.

e. Anggota melakukan pengawasan terhadap pengembangan usaha Kelompok tani / Gapoktan / UPJA / Masyarakat.

(38)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 32

f. Pengembangan Kelompok tani / Gapoktan / UPJA / Masyarakat diarahkan untuk menuju terbangunnya lembaga ekonomi seperti koperasi atau unit usaha berbadan hukum lainnya.

g. Bersedia untuk mendukung panen serempak dan percepatan panen

2. Pemerintah Daerah

a. Brigade agar dilengkapi dengan struktur organisasi pengelolaan brigade.

b. Pengelolaan brigade harus sesuai dengan aturan dan ketentuan yang telah ditetapkan. c. Pengelolaan brigade dilaksanakan oleh Dinas

Pertanian bersama-sama dengan Instansi Terkait untuk mendukung kelancaran penerapan panen serempak dalam rangka pelayanan kepada petani/kelompok tani yang membutuhkan layanan penggunaan sarana panen dengan mempertimbangkan keberadaan sarana didaerah tersebut.

d. Operasional pemanfaatan sarana dibebankan kepada pengguna jasa (Kelompok tani/Gapoktan/UPJA/ Masyarakat).

(39)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 33

e. Brigade wajib melakukan pemeliharaan atau perawatan sarana secara regular, sehingga kondisi sarana selalu terawat dengan baik.

Hasil akhir yang diharapkan dengan dilakukannya pengelolaan sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan adalah :

1. Penerima bantuan sarana mampu mengoptimalkan pemanfaatan sarana dalam penanganan pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan, sehingga dapat menghasilkan keuntungan bagi kelompok untuk pengembangan usaha.

2. Penerima bantuan sarana mampu mengatur arus kas dan berorientasi profit oriented.

3. Penerima bantuan sarana mengembangkan kapasitas organisasi dan skala usaha kelompok. 4. Penerima bantuan sarana memiliki kesadaran dalam

meminimalkan susut hasil tanaman pangan.

5. Penerima bantuan sarana sudah berorientasi peningkatan nilai tambah dan daya saing.

(40)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 34

IV. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

4.1. Monitoring dan Evaluasi

Pembinaan terhadap pemanfaatan sarana dilaksanakan melalui monitoring dan evaluasi agar bantuan sarana dapat berdayaguna dan berhasil guna. Untuk itu diperlukan pengawalan terhadap Kelompok tani/ Gapoktan / UPJA / Masyarakat penerima bantuan sarana.

Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilaksanakan oleh petugas Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk mengetahui kondisi sarana, perkembangan pemanfaatan dan permasalahan yang muncul di lapangan, serta untuk mendapatkan masukan langsung dari pengguna terhadap sarana yang diterima. Masukan yang diperoleh digunakan untuk acuan dalam penentuan kebijakan selanjutnya.

(41)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 35

4.2. Pelapo ran

Pelaporan dilaksanakan secara berjenjang mulai dari penerima bantuan, Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, Dinas Pertanian Provinsi sampai Pusat.

Penerima bantuan sarana pascapanen tanaman pangan melaporkan kinerja penggunaan sarana setiap m u s i m t a n a m , sedangkan untuk Kelompok tani / Gapoktan / UPJA / Masyarakat penerima bantuan sarana pengolahan menyampaikan laporan kinerja, kondisi sarana pengolahan dan perkembangan usahanya 1 (satu) kali setiap tahun. Laporan ditujukan pada Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan dilengkapi dengan gambar/foto pemanfaatan sarana tersebut di lapangan.

Laporan dari penerima bantuan sarana pascapanen tanaman pangan dibuat rekapitulasinya oleh Dinas Pertanian Kabupaten/Kota untuk disampaikan ke Dinas Pertanian Provinsi. Laporan dari Dinas Pertanian Provinsi selanjutnya disampaikan kepada Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian dengan alamat:

(42)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 36

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan - Direktorat Jenderal Tanaman Pangan

Jalan Ragunan Nomor 15 Pasar Minggu Jakarta Selatan, 12520

Telp : (021) 7806090 Fax : (021) 78832318 e-mail : dit.pphtp@gmail.com

Pe la po ra n in i me ru pa ka n m asukan p en tin g b a gi p e re ncana an pe n gem ba n ga n sa rana pa scap ane n d an pe n go lah an hasil ta nama n pan gan p ada ma sa me nd ata n g, seh in gga kete rlamb ata n ma upu n ke la la ia n da lam p emb ua tan lap o ra n te rsebu t a kan me n ja di e va lua si kin e rja da n pe rtimba n ga n da lam keb ija kan p embe ria n ban tu an se lan jutn ya .

(43)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 37

V. PENUTUP

Dukungan terhadap ketersediaan s a r a n a p a s ca p a n e n d a n p e n g o l a h a n h a s il ta n a m a n p a n g a n di lokasi sentra-sentra tanaman pangan sebagai salah satu upaya khusus untuk mendukung tercapainya sasaran peningkatan produksi tanaman pangan dan kesejahteraan masyarakat tani. Dengan adanya dukungan sarana tersebut akan diperoleh efisiensi waktu, efisiensi jumlah tenaga kerja, efisiensi biaya usaha tani, meningkatkan produksi dan kualitas hasil pertanian dan pada akhirnya meningkatkan pendapatan petani.

Diperlukan peran aktif dari Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kotaatau instansi terkait dalam pendampingan, pengawalan dan pengawasan pengelolaan sarana kepada Kelompok tani / Gapoktan / UPJA / Masyarakat, sehingga in ve s ta s i sa ra n a t e r se b u t d a p a t m e n d o ro n g p e n ge lo l a a n sa ra n a p a s ca p a n e n d a n p e n go la h a n h a s i l ta n a m a n p a n ga n ke arah mandiri, serta menjadi perintis berkembangnya kelembagaan dan sarana diwilayahnya masing - masing.

(44)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 38

Bantuan sarana ini diharapkan dapat membantu Kelompok tani / Gapoktan / UPJA / Masyarakat agar tahapan pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan menjadi efisien dan dapat menurunkan susut hasil, serta memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan seluruh anggotanya.

(45)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 39

LAMPIRAN

(46)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 42 Lampiran 2. Contoh Format Berita Acara Pemeriksanaan dan

Serah Terima Hasil Pekerjaan (BAP-STHP)

BERITA ACARA PEMERIKSAAN DAN SERAH TERIMA HASIL PEKERJAAN (BAP-STHP)

BANTUAN ... (JENIS SARANA) KEGIATAN BANTUAN SARANA TAHUN 2016

Nomor :

Pada hari ini ... tanggal ... bulan ... tahun dua ribu enam belas, kami yang bertandatangan dibawah ini :

PIHAK PERTAMA : Nama : ... Jabatan : ... Alamat : ... PIHAK KEDUA : Nama : ... Jabatan : ... Alamat : ...

Dengan ini menyatakan bahwa PIHAK PERTAMA menyerahkan barang kepada PIHAK KEDUA berupa ... (jenis sarana), sesuai Perjanjian (kontrak) Nomor: ... tanggal ... 2016, dengan rincian sebagai berikut :

No. Nama/Jenis Barang Merk/Tipe Jumlah Barang 1.

2. 3.

(47)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 43 Seluruh barang yang diserahterimakan dalam keadaan baik, baru, dan lengkap sesuai dengan spesifikasi terlampir, serta telah dilakukan uji coba (running test).

Demikian Berita Acara Pemeriksaan dan Serah Terima Hasil Pekerjaan ini dibuat dan ditandatangani kedua belah pihak dengan sebenarnya. Berita Acara Pemeriksaan dan Serah Terima Hasil Pekerjaan ini dibuat rangkap 6 (enam) untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

PIHAK KEDUA **) PIHAK PERTAMA *)

Yang Menerima, Yang Menyerahkan,

(... ) ( ... ) NIP. Mengetahui : ***) ( ... ) NIP. Keterangan :

*) : Pihak Penyedia Barang

**) : Petugas Penerima ... (Jenis sarana) Kabupaten/Kota ***) : Kepala Dinas atau Pejabat yang ditunjuk

(48)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 44 Lampiran 3. Contoh Format Dokumen Surat Pernyataan Bersedia

Menerima Bantuan Sarana

..., ... 2016 Nomor :

Lampiran : 2 berkas

Hal : Penyampaian Surat Pernyataan Bersedia Menerima Hibah Yth.

Kepala Dinas ... Kabupaten/Kota ... di

Tempat

Sehubungan telah selesainya pendistribusian bantuan sarana ... (jenis dan merk sarana), kegiatan Pengadaan Bantuan Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil Tanaman Pangan TA. 2016, dapat kami sampaikan hal-hal sebagai berikut :

1. Bantuan sarana tersebut merupakan pos belanja barang yang menggunakan AKUN 526 yaitu belanja barang yang diserahkan kepada Masyarakat/Pemerintah Daerah.

2. Dalam rangka tertib administrasi dan pengelolaan Barang Milik Negara (BMN), maka sarana tersebut akan dihibahkan kepada Masyarakat/Pemerintah Daerah.

3. Untuk proses usulan penghibahan ke Pengelola Barang Cq. Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) dipersyaratkan adanya Surat Pernyataan bersedia menerima hibah, selanjutnya kami mohon kesediaannya agar dapat menandatangani surat pernyataan sebagaimana lampiran 1 dan 2.

(49)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 45 4. Surat Pernyataan dibuat diatas kertas kop Dinas Pertanian,

ditandatangani dan distempel.

5. Surat pernyataan asli dan lampirannya agar dapat dikirimkan kepada kami melalui pos dengan alamat :

Dinas Pertanian Provinsi ……… Jalan ……….

Demikian kami sampaikan, atas perhatian dan kerjasamanya diucapkan terima kasih.

Kepala Dinas …..…..… Provinsi …………..

( ………. ….. ) NIP.

Tembusan :

1. Direktur Jenderal Tanaman Pangan 2. Bupati ………….…….

(50)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 46 Contoh Lampiran 1.Surat Pernyataan untuk barang yang

diserahkan Ke Kelompoktani/Gapoktan/ UPJA/Mayarakat SURAT PERNYATAAN

Nomor : ... Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : ... NIP : ... Pangkat/Golongan : ... / ...

Jabatan : Kepala Dinas ... selaku SKPD Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor : 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara dengan ini menyatakan bersedia menerima hibah Barang Milik Negara (BMN) yang akan digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah Daerah pada Kantor Dinas Pertanian ... dengan jenis barang sebagai berikut :

No Jenis Barang /

Volume AKUN Nilai (Rp) Keterangan

1. Belanja Barang Diserahkan Kepada Masyarakat 1) 2. Belanja Barang Diserahkan Kepada Masyarakat 1) 3. Belanja Barang Diserahkan Kepada Masyarakat 1)

Ket : 1) Pemerintah Daerah menyerahkan Sarana kepada

Poktan/Gapoktan/UPJA dengan Berita Acara Serah Terima Barang (BASTB)

(51)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 47 Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. ..., ... 2016 a.n Bupati Kepala Dinas, ( ... ) NIP.

(52)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 48 Contoh. Lampiran 2. Surat Pernyataan Untuk Barang Yang Diserahkan Ke Kelompoktani/Gapoktan/ UPJA/Masyarakat

LAMPIRAN SURAT PERNYATAAN Nomor : KABUPATEN : ... INSTANSI : ... No Nama kelompok Penerima Nama Barang Kode

Barang Merk Tipe

Jumlah (unit) Harga Perolehan (Rp) Tahun

Perolehan Kondisi Lokasi B RR RB Keterangan : - B = Baik - RR = Rusak Ringan - RB = Rusak Berat ..., ... 2016 a.n Bupati Kepala Dinas, ( ... ) NIP.

(53)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 49 Contoh. Lampiran 1. Surat Pernyataan Untuk Barang Yang Diserahkan Ke Pemda Sebagai ASET PEMDA

SURAT PERNYATAAN

Nomor : ... Yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : ... NIP : ... Pangkat/Golongan : ... / ...

Jabatan : Kepala Dinas ... selaku SKPD Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor : 96/PMK.06/2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan, Pemanfaatan, Penghapusan dan Pemindahtanganan Barang Milik Negara dengan ini menyatakan bersedia menerima hibah Barang Milik Negara (BMN) yang akan digunakan untuk penyelenggaraan tugas dan fungsi Pemerintah Daerah pada Kantor Dinas Pertanian ... dengan jenis barang sebagai berikut :

No Jenis Barang /

Volume AKUN Nilai (Rp) Keterangan

1. Belanja Barang Diserahkan Kepada Masyarakat 1) 2. Belanja Barang Diserahkan Kepada Masyarakat 1) 3. Belanja Barang Diserahkan Kepada Masyarakat 1)

Ket : 1) Sarana menjadi aset Pemerintah Daerah

(54)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 50 Demikian pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. ..., ... 2016 a.n Bupati Kepala Dinas, ( ... ) NIP.

(55)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 51

Contoh lampiran 2.Surat Pernyataan Untuk Barang Yang Diserahkan Ke Pemda Sebagai ASET PEMDA (BRIGADE)

LAMPIRAN SURAT PERNYATAAN Nomor :

KABUPATEN : ...

ESELON I : Ditjen Tanaman Pangan KEMENTERIAN: Pertanian

NO NAMA BARANG

KODE

BARANG MERK TIPE

JUMLAH (UNIT) HARGA PEROLEHAN (RP) TAHUN

PEROLEHAN KONDISI LOKASI B RR RB Keterangan : - B = Baik - RR = Rusak Ringan - RB = Rusak Berat ..., ... 2016 a.n Bupati Kepala Dinas, ( ... ) NIP.

(56)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 52 Lampiran 4. Contoh BASTB KelompokTani/Gapoktan

BERITA ACARA SERAH TERIMA PEKERJAAN Nomor : ...

Pada hari ini... tanggal ... bulan...tahun 2016, yang bertandatangan di bawah ini :

1. Nama : ... Jabatan : ... Alamat : ...

... (ditulis lengkap) Yang selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA (pihak yang

menyerahkan)

2. Nama : ...

Jabatan : Ketua Kelompoktani/Gapoktan ... Alamat : ...

... (ditulis lengkap) Yang selanjutnya disebut PIHAK KEDUA (pihak yang

menerima)

Dengan ini PIHAK PERTAMA DAN PIHAK KEDUA menyatakan dengan sesungguhnya bahwa :

1. PIHAK PERTAMA telah menyerahkan hasil pelaksanaan pekerjaan berupa :

(57)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 53 2. PIHAK KEDUA menerima hasil pekerjaan tersebut diatas

dalam keadaan baik dan lengkap sesuai dengan spesifikasi terlampir, serta telah dilakukan uji coba (running test) untuk selanjutnya dikelola dan dimanfaatkan sesuai peruntukannya, serta menyatakan sanggup melakukan pemeliharaan terhadap sarana tersebut.

3. Apabila PIHAK KEDUA tidak mengoperasikan sarana tersebut sesuai ketentuan, maka PIHAK KEDUA bersedia atas pengalihan sarana tersebut kepada poktan/gapoktan lainnya di wilayah setempat atau di wilayah lainnya oleh PIHAK PERTAMA.

Demikian Berita Acara Serah Terima Pekerjaan ini dibuat dan ditandatangani kedua belah pihak untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Dinas Pertanian Ketua Poktan/ Kabupaten/Kota Gapoktan

( ... ) ( ...) NIP.

Mengetahui

Dinas Pertanian Kabupaten/Kota/ Atasan Langsung Penerima Barang,

( ... ) NIP.

(58)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 54 Lampiran 5. Contoh Surat Perjanjian Pendayagunaan Sarana

SURAT PERJANJIAN PENDAYAGUNAAN BANTUAN SARANA PASCAPANEN DAN PENGOLAHAN HASIL

PADI/JAGUNG/KEDELAI *)

Pada hari ini... tanggal ... bulan...tahun ..., yang bertandatangan di bawah ini :

1. Nama : ... Jabatan : ...

Dinas Pertanian Kabupaten/Kota ... Alamat : ...

... (ditulis lengkap) Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA

2. Nama : ... Jabatan : Ketua Kelompok Tani/Gabungan Kelompok

Tani ...

Alamat : ... ...(ditulis lengkap) Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA

Kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan perjanjian pendayagunaan bantuan sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan dari dana APBN Tahun Anggaran 2016 Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian dengan ketentuan sebagai berikut :

I. Sarana yang didayagunakan adalah : 1. a. Nama sarana : ...

(59)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 55 c. Kapasitas : ...

d. Jumlah : ... (unit)

e. Kondisi sarana : Baik dan siap operasional 2. a. Nama sarana : ...

b. Merk : ... c. Kapasitas : ... d. Jumlah : ...(unit)

e. Kondisi sarana : Baik dan siap operasional II. PIHAK PERTAMA berkewajiban :

- Melakukan pendampingan, bimbingan teknis dan manajemen, pembinaan, monitoring dan supervisi kepada PIHAK KEDUA.

III. PIHAK KEDUA akan mendayagunakan dan mengembangkan bantuan sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan tersebut dengan cara : 1. Bersedia, mau dan mampu mengoptimalkan bantuan,

bertanggung jawab dalam memanfaatkan dan merawat bantuan sarana yang diterimanya dengan baik;

2. Bersedia memanfaatkan dan mengelola sarana untuk mendukung peningkatan produksi pertanian dan penguatan modal kelompok;

3. Memiliki komitmen menyediakan biaya operasional kegiatan usaha sarana tersebut;

4. Kelompok penerima memanfaatkan bantuan bersedia menjalin kerjasama/kemitraan atau berintegrasi dengan unit pengelola alsintan/UPJA dalam atau di luar kelompok;

(60)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 56 5. Bersedia untuk dipindahkan ke lokasi lain jika

poktan/gapoktan tidak mampu memanfaatkan bantuan sarana yang diterima (tidak operasional lagi);

6. Khusus penerima bantuan sarana pengering (dryer) harus mampu menyediakan lahan untuk menempatkan dryer tersebut yang dikukuhkan dengan surat pernyataan hibah atau hak guna pakai.

7. Dapat menyisihkan dana hasil usaha pelayanan sarana tersebut ke dalam kas kelompok untuk perbaikan dan menambah sarana yang dibutuhkan secara swadana dalam jangka waktu tertentu;

8. Menyiapkan dan menyampaikan laporan setiap 1 (satu) musim sekali mengenai pelaksanaan kegiatan usahanya dan dilaporkan kepada Pihak Pertama (Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota), dan selanjutnya Pihak Pertama akan melaporkan secara berjenjang ke Provinsi dan Pusat.

IV. Apabila PIHAK KEDUA tidak melaksanakan kewajibannya dan memanfaatkan sarana tersebut 1 (satu) tahun sejak sarana tersebut siap dioperasionalkan, maka bantuan sarana tersebut dapat dipindahkan oleh PIHAK PERTAMA atas persetujuan dari Dinas Pertanian Provinsi dan akan diberikan ke poktan/gapoktan lain yang mau dan mampu serta bertanggung jawab dalam mengelola bantuan sarana tersebut. PIHAK KEDUA tidak dapat menuntut ganti rugi dan tetap melaksanakan kewajiban-kewajiban yang belum dilaksanakan sebelumnya.

(61)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 57 Perjanjian kerjasama ini berlaku selama umur ekonomis sarana pascapanen dan pengolahan hasil tanaman pangan tersebut sejak ditandatangani, dan dibuat rangkap 3 (tiga) yang masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama dan 2 (dua) diantaranya bermaterai cukup.

Demikian perjanjian pendayagunaan bantuan sarana ini dibuat dan ditandatangani oleh :

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Dinas Pertanian Ketua Poktan/ Kabupaten/Kota Gapoktan

( ... ) ( ...) NIP.

Mengetahui

Dinas Pertanian Provinsi,

( ... ) NIP.

*) coret yang tidak perlu

(62)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 58 Lampiran 6. Contoh Surat Pernyataan Hibah Tanah/Lahan

SURAT PERNYATAAN HIBAH ATAU HAK GUNA PAKAI TANAH/LAHAN

UNTUK PENEMPATAN BANGUNAN/REHABILITASI BANGUNAN SARANA PENGERING (DRYER) / RMU

Hari ini ... tanggal ... bulan ... tahun ...yang bertandatangan di bawah ini :

1. Nama : ... Jabatan : ... ... Alamat : ...

... (ditulis lengkap) Selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA

2. Nama : ...

Jabatan : Ketua Kelompok tani/Gabungan Kelompok tani*)...

Alamat : ...

...(ditulis lengkap) Selanjutnya disebut PIHAK KEDUA

Bahwa dengan ini saya (PIHAK PERTAMA) menghibahkan/ memberikan Hak Guna Pakai*) tanah/lahan hak milik saya seluas ± ... m² (p x l = ... m x ...m) yang terletak di RT/RW... Dusun …………. Desa ... Kecamatan ... Kabupaten/Kota ... di Provinsi ..., kepada Penerima Hibah atau Hak Guna Pakai

(63)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 59 (PIHAK KEDUA) yang akan digunakan untuk penempatan bangunan sarana pengering (dryer) atau RMU.

Adapun batas-batas tanah tersebut sebagai berikut : 1. Sebelah Utara berbatasan dengan : ... 2. Sebelah Selatan berbatasan dengan : ... 3. Sebelah Timur berbatasan dengan : ... 4. Sebelah Barat berbatasan dengan : ... I. PIHAK PERTAMA sebagai penghibah atau yang memberikan

Hak Guna Pakai tanah/lahan :

1. Menghibahkan/menyerahkan hak guna pakai tanah/lahannya untuk digunakan sebagai tempat bangunan (dryer atau RMU) dan berjanji tidak akan menuntut PIHAK KEDUA di kemudian hari atas penggunaan tanah/lahan tersebut diatas selama perjanjian berlangsung;

2. Mengawasi PIHAK KEDUA dalam menggunakan tanah/lahan tersebut sebagaimana mestinya agar tidak beralih fungsi;

3. Berhak menegur PIHAK KEDUA apabila tidak menggunakan tanah/lahan tersebut sesuai perjanjian. II. PIHAK KEDUA berkewajiban untuk :

1. Memanfaatkan tanah/lahan tersebut sebagai tempat untuk mendirikan bangunan sarana pengering (dryer) atau RMUdengan ukuran bangunan mengikuti ketentuan; 2. Mengembalikan hibah/hak guna pakai lahan jika masa

perjanjian telah berakhir.

III. Apabila PIHAK KEDUA tidak melaksanakan kewajibannya sesuai dengan ketentuan, maka bantuan sarana pengering

(64)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 60 (dryer) atau RMU tersebut akan ditarik oleh kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota dan akan direlokasi ke poktan/gapoktan lain dan tanah/lahan yang telah dihibahkan atau sebagai hak guna pakai dikembalikan kepada PIHAK PERTAMA sesuai dengan luas tanah/lahan yang diberikan semula tanpa menuntut dan meminta ganti rugi dalam bentuk apapun dan tetap melaksanakan kewajiban-kewajiban yang belum dilaksanakan sebelumnya dan mengganti bangunan sarana (dryer atau RMU) tersebut yang telah didirikan di lokasi yang baru.

Surat Perjanjian ini dibuat di depan kedua belah pihak (PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA) dan disaksikan oleh 3 (tiga) orang saksi, yaitu dari 1 (satu) orang dari masing masing-masing pihak dan 1 (satu) orang Pejabat/Aparat Desa setempat, yaitu :

No. Nama Alamat Tandatangan

1. ... ... ... 2. ... ... ... 2. ... ... ...

Perjanjian kerjasama ini berlaku minimal selama 10 (sepuluh) tahun atau selama umur ekonomis sarana tersebut (untuk Hak Guna Pakai) atau selama organisasi gapoktan/poktan ada terhitung sejak surat perjanjian ini ditandatangani, dan dibuat rangkap 3 (tiga) yang masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama dan 2 (dua) diantaranya bermaterai cukup.

Demikian surat pernyataan hibah atau hak guna pakai dari penggunaan tanah/lahan ini untuk penempatan bangunan sarana (dryer afau RMU) yang dibuat dengan sebenar-benarnya dalam

(65)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 61 keadaan sehat jasmani dan rohani serta tanpa ada paksaan dan atau tekanan dari pihak manapun juga. Dan apabila dikemudian hari ada gugatan dari ahli waris pihak pertama, maka sepenuhnya PIHAK PERTAMA akan bertanggung jawab.

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

Ketua Poktan/

Gapoktan

( ... ) ( ...)

(66)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 62 Lampiran 7 CONTOH FORM PENGGUNAAN SARANA PASCAPANEN DAN PENGOLAHAN HASIL

Provinsi : Kabupaten/Kota : 1. Nama Poktan/Gapoktan : 2. Alamat : 3. Nama Ketua : 4. Nomor Handphone :

5. Bantuan Tahun Anggaran :

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Upah Operator/Ha ri Kerja atau 1 kali Total Biaya Peraw atan Sarana/Mus im Panen Jml Dana Kas Yg Dihasilkan Dari Dana Kas Telah Digunakan Untuk Sisa Dana Kas Sampai Saat ini (Rp) ** Jenis Bahan Bakar ( Bensin, Jumlah Pemakaian Bahan Jenis Bantuan Sarana Jumlah (Unit) Jml Hari Kerja Operasional Sarana/Mus Penggunaa n Sarana Berapa Kali Panen Hasil Total Penyew aan Sarana (Rp/Musim

(67)

Direktorat Jenderal Tanaman Pangan 63 Ket: *) Sarana disesuaikan dengan komoditi dapat lebih dari 1 jenis dan disebutkan sarananya

Lampiran 8

PROVINSI : KABUPATEN : KECAMATAN : DESA : POKTAN/GAPOKTAN/UPJA/…… : JENIS BANTUAN SARANA :

KEBUTUHAN TRADISIONAL BANTUAN SARANA TRADISIONAL BANTUAN SARANA TRADISIONAL BANTUAN SARANA UPAH KERJA :

BAHAN BAKAR : LAIN-LAIN :

JUMLAH :

Ket : (*) Diisi sesuai penggunaan sarana dalam 1 ha atau 1 ton atau 1 kali proses, disesuaikan jenis sarana yang digunakan

Jumlah hari panen dalam 1 musim panen : …….. hari

CONTOH PERBANDINGAN PENGGUNAAN SARANA PASCAPANEN SECARA TRADISIONAL DAN MEKANISASI

WAKTU (HARI) TENAGA MANUSIA (ORANG) BIAYA OPERASIONAL (Rp)

Gambar

Tabel 1. Jenis Sarana Pascapanen dan Pengolahan Hasil   Tanaman Pangan Tahun 2016
Tabel  2.  Contoh  Sarana  Pengolahan  Hasil  Pada  Unit      Pengolahan Hasil (UPH)

Referensi

Dokumen terkait

masih jauh dari KKM yang ditetapkan, hal ini terlihat dari nilai evaluasi pada mata pelajaran bahasa indonesia, lebih dari 23 orang (60%) dari seluruh siswa

Pesisir Selatan 342 MASJID NURUL HIKMAH KOTO GADANG LINGGO SARI BAGANTI Kab. Pesisir Selatan 343 MASJID NURUL HUDA AIR SIKAMBING LINGGO SARI

Dari hadis diatas rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya , agar menuntut ilmu, terutama sekali adalah ilmu agama kepada orang yang menguasai ilmu tersebut,

Untuk stakeholder Yayasan pada ukuran satisfaction, indikator yang harus dipenuhi adalah (1) Keterlibatan pemangku kepentingan dalam perumusan Visi, Misi,

Menimbang : bahwa Peraturan Daerah yang disampaikan sudah sesuai dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan

Subjek terdiri dari 6 siswa yang dipilih menggunakan teknik purposive sampling dengan kriteria 1) siswa kelas XI 2) siswa yang telah melaksanakan tes penyelesaian soal;

Berdasarkan analisis data hasil penelitian, maka penelitian ini dapat disimpulkan bahwa LKS pada mata pelajaran matematika kelas 5 sekolah dasar dengan materi volume

Proforma Posisi Keuangan Konsolidasian Ringkasan Perseroaan semata-mata disusun untuk mencerminkan dampak keuangan material atas informasi Laporan Keuangan