• Tidak ada hasil yang ditemukan

{mosimage}oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "{mosimage}oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

{mosimage}Oleh: Rokhmat S. Labib, M.E.I. |

Dan sungguh orang-orang kafir yang sebelum mereka (kafir Mekah) telah mengadakan tipu daya, tetapi semua tipu daya itu adalah dalam kekuasaan Allah. Dia mengetahui apa yang diusahakan oleh setiap diri, dan orang-orang kafir akan mengetahui untuk siapa tempat kesudahan (yang baik) itu (QS al-Ra'd [13: 42].

Hingga kini, war on terrorisme yang dikomandani Amerika Serikat masih terus berlanjut. Tidak begitu jelas sampai kapan perang itu berakhir. Sebab, Bush pernah menyatakan bahwa perang melawan teroris memerlukan waktu yang panjang. Kendati telah berganti presidennya, diyakini kebijakan AS tidak banyak berubah.

Banyak bukti yang menunjukkan, sasaran tembak propaganda itu adalah Islam dan umatnya. Pasalnya, Islam terutama setelah tumbangnya negara-negara Sosialis-- ditetapkan sebagai musuh Amerika yang paling berbahaya. Hanya saja, jika disebut perang terhadap Islam, tentu akan melahirkan perlawanan dari umat Islam. Lebih dari itu, propaganda itu dapat menarik dukungan dari sebagian umat Islam. Akibatnya, Islam berubah menjadi musuh bagi

pemeluknya sendiri.

Jika ditilik ke belakang, berbagai upaya kaum kafir untuk menjauhkan umat Islam dari

agamanya bukan sesuatu yang baru. Bukan hanya kaum Nabi Muhammad saw, namun juga nabi-nabi yang terdahulu. Kaum kafir itu berupaya keras dan melakukan berbagai makar untuk menghadang dînul-Lâh yang haq. Namun mereka bernasib sama: gagal. Realitas itu diungkap dalam beberapa ayat al-Quran, di antaranya adalah QS al-Ra'd [13]: 42.

Makar Kaum Kafir

Allah Swt berfirman: Wa qad makara al-ladzîna min qablihim (dan sungguh orang-orang kafir yang sebelum mereka [kafir Mekah] telah mengadakan tipu daya). Menurut Ibnu Sayyidah --sebagaimana disitir Manzhur dalam Lisân al-'Arab--, kata al-makr berarti al-khadî'ah (tipu daya).  Pengertian lebih detail disampaikan oleh al-Khazin dan al-Baghawi dalam tafsir mereka.

(2)

Bahwa al-makr adalah menimpakan sesuatu yang tidak disukai kepada seseorang, yang orang itu tidak dapat merasakannya. Diberitakan ayat ini, 'orang-orang sebelum mereka juga

melakukan makar yang sama. Yang dimaksud dengan 'mereka' di sini adalah kaum kafir Qurays dan penduduk Makkah. Sehingga 'orang-orang sebelum mereka' adalah kaum-kaum terdahulu, sebelum diutusnya Nabi Muhammad saw. Demikian penjelasan al-Thabari, al-Razi, al-Alusi, dan al-Baghawi dalam tafsir mereka.

Telah maklum, di awal dakwahnya, Rasulullah saw mendapatkan penolakan dan penentangan dari kaumnya sendiri, yakni sebagian besar kaum Qurays dan penduduk Makkah. Kaum

Musyrik itu menempuh berbagai cara untuk menghadang Islam. Baik dengan cara halus, seperti bujukan kekayaan dan kekuasaan yang mensyaratkan Ra-sulullah saw menghentikan dakwah. Atau dengan cara kasar, seperti pemutusan hubungan muamalah, penyiksaan,

peng-usiran, bahkan pembunuhan. Semua itu dilakukan untuk mememurtadkan umat Islam dari agamanya. Upaya mereka di-gambarkan dalam firman Allah Swt: Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup (TQS al-Baqarah [2]: 217). Makar mereka juga diberitakan Allah Swt dalam firman-Nya: Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau

membunuhmu, atau mengusirmu (TQS al-Anfal [8]: 30).

Ayat ini pun mengingatkan, makar untuk memerangi dîn al-haqq itu tidak hanya dilakukan kaum kafir Qurays dan penduduk Makkah terhadap Rasulullah saw beserta pengikutnya. Namun juga dilakukan oleh kaum kuffar sebelum mereka terhadap para nabi dan rasul mereka. Dalam al-Quran cukup banyak kisah yang menceritakan ulah orang-orang baik secara individual maupun komunal-- yang menghadang dakwah dan melenyapkan pengembannya. Semasa Nabi Ibrahim ada Raja Namrudz, Nabi Musa berhadapan dengan Raja Fir'aun beserta

balatentaranya, Nabi Isa dikejar-kejar Yahudi. Pula Nabi Sholeh dimusuhi kaum Tsamud; dan Nabi Hud oleh kaum Ad. Bahkan semua nabi dan rasul juga menghadapi makar kaum kafir. Allah Swt berfirman: Sebelum mereka, kaum Nuh dan golongan-golongan yang bersekutu sesudah mereka telah mendustakan (rasul) dan tiap-tiap umat telah merencanakan makar terhadap rasul mereka untuk menawannya (TQS al-Mukmin [40]: 5).

Tampak jelas, kaum kafir itu memiliki karakter yang sama, yakni melakukan makar terhadap dîn al-haqq. Karakter itu pun melintasi zaman; mulai dari dahulu, sekarang, hingga yang akan datang.

(3)

Setelah menceritakan karakter abadi kaum kafir yang terus-menerus melakukan makar terhadap agama-Nya beserta pemeluknya, Allah Swt berfirman: falil-Lâh al-makr jamî'a[n] (tetapi semua tipu daya itu adalah dalam kekuasaan Allah). Frasa ini memberikan penegasan, segala upaya makar dipastikan akan gagal, betapa pun kerasnya usaha mereka. Sebab, semua makar ada dalam genggaman kekuasaan-Nya.

Frasa falil-Lâh al-makr jamî'a[n] memberikan makna bahwa seluruh makar itu hanya bisa terjadi atas izin, qudrah, dan irâdah Allah Swt. Al-Khazin menyatakan bahwa sebuah makar sama sekali tidak akan dapat mendatangkan bahaya tanpa izin dan kehendak-Nya. Jika Dia tidak mengizinkan dan menghendaki, niscaya tidak akan pernah berhasil. Sebab, Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan atas kehendak dan kekuasaan-Nya, Dia akan menggagalkan semua makar jahat kaum kafir itu. Menurut al-Samarqandi dalam Bahr al-'Ulûm, frasa ini memberikan pengertian bahwa Allah Swt membalas makar mereka, menolong para nabi-Nya, membatalkan makar kaum kafir.

Kepastian gagalnya makar mereka ditegaskan dalam beberapa ayat, seperti firman Allah Swt: Mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. Dan Allah sebaik-baik Pembalas tipu daya (TQS al-Anfal [8]: 30). Juga dalam QS Ibrahim [14]: 6.

Bukan hanya gagal, namun makar mereka itu justru akan berbalik menimpa diri mereka sendiri. Allah Swt berfirman: Sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mengadakan makar, maka Allah menghancurkan rumah-rumah mereka dari fondasinya, lalu atap (rumah itu) jatuh menimpa mereka dari atas, dan datanglah adzab itu kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari (TQS al-Nahl [16]: 26). Penegasan yang sama juga disampaikan dalam QS al-Nahl [16]: 45, al-Naml [27]: 51.

Patut dicatat, dinisbahkannya kata al-makr kepada Allah Swt bukan berarti Dia membuat rencana jahat bagi manusia. Ungkapan itu memberikan pengertian bahwa Allah Swt hanya membalas makar jahat yang mereka lakukan. Ungkapan tersebut semisal dengan QS al-Syura [42]: 40 yang menyebutkan bahwa balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa (wajazâ'u say'at[in] syay'at[un] mitsluhâ).   

(4)

Selanjutnya Allah Swt berfirman: ya'lamu mâ taksibu kullu nafs[in] (Dia mengetahui apa yang diusahakan oleh setiap diri). Ayat ini kian mengukuhkan kepastian gagalnya makar yang mereka lakukan. Bahwa Allah Swt mengetahui semua perbuatan hamba. Tidak ada yang tersembunyi dari pandangan-Nya, di bumi dan di langit. Tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia ketahui (lihat al-An'am [6]: 69). Dia juga mendengar semua pembicaraan makluk-Nya, baik yang dikeraskan maupun yang dirahasiakan, bahkan yang masih tersimpan dalam hati (lihat QS al-Mulk [67]: 13).

Oleh karena itu, semua makar jahat yang mereka susun dan jalankan juga diketahui oleh-Nya. Dan tentu saja, dengan mudah makar jahat itu dapat digagalkan-Nya. Sebab, sebuah makar hanya mungkin berhasil jika objek sasarannya tidak mengetahui makar.

Penegasan ini juga sekaligus memberikan ancaman bagi mereka. Karena Dia mengetahui segala yang dikerjakan hamba-Nya, termasuk ketika mereka membuat makar terhadap

agama-Nya, maka Dia pun memberikan balasan kepada pelakunya. Balasan itu tak lain adalah siksa.

Jika kini mereka belum mengetahui, ayat ini memberitakan bahwa di akhirat kelak mereka akan mengetahui dan merasakan balasan atas ulah mereka semasa di dunia. Allah Swt berfirman: wa saya'lamu al-kuffâr liman uqbâ al-dâr (dan orang-orang kafir akan mengetahui untuk siapa tempat kesudahan [yang baik] itu). Allah telah menyediakan balasan bagi manusia sesuai dengan amalnya.

Isu terorisme yang dipropagandakan Amerika dan sekutunya adalah bagian dari makar menghadang Islam. Dan menurut ini, makar itu akan berakhir dengan kegagalan, betapa pun keras upaya mereka. Pelan namun pasti, kedok mereka semakin terungkap.

Meskipun telah menghabiskan milyaran US dollar, isu terorisme tak berhasil menjauhkan umat Islam dari agamanya. Sebagaimana disitir Steven Kull, Direktur Univercity of Maryland, 

berdasarkan hasil survei, Amerika dan sekutunya gagal dalam kampanye 'Perang Melawan Terorisme' (eramuslim 30/09/08).

(5)

Referensi

Dokumen terkait

9 tahun 1975 tentang pelaksanaan UU Perkawinan yang merujuk dalam Pasal 114 KHI dan Pasal 119 KHI, maka alasan permohonan cerai tersebut dapat dikabulkan oleh pihak pengadilan

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah “Apakah dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative tipe Team Quiz dapat meningkatkan Motivasi dan

Dari aspek sedimentologi adalah ditemukan- nya lapisan breksi dengan fragmen batuan beku basal (Gambar 11), yang sama dengan lava bantal Watuadeg di bagian bawah

Adapun yang disangka oleh mereka yang beriman terhadap sebagian apa yang datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala dan menyangka bahwa hal tersebut bermanfaat bagi mereka, maka ayat

Setan adalah musuh bagi manusia. Sebagaimana layaknya musuh, maka yang diinginkan setan terhadap manusia  adalah kecelakaan., kesengsaraan, dan kerugian. Sebaliknya, dia tidak

Perbuatan buruk pertama yang disebutkan adalah: baddalû ni’matal-Lâh kufr[an] (orang-orang yang telah menukar nikmat Allah dengan kekafiran).. Menurut Fakhruddin al-Razi ada

Mereka tidak seperti orang-orang yang ketika diingatkan dengan ayat-ayat Allah, mereka terlihat tersungkur atasnya, menghadap kepada orang yang mengingatkan, dan menampakkan