• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II POTENSI DAN PERMASALAHAN DESA WISATA BONGKASA PERTIWI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II POTENSI DAN PERMASALAHAN DESA WISATA BONGKASA PERTIWI"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

POTENSI DAN PERMASALAHAN DESA WISATA

BONGKASA PERTIWI

Pada bab ini akan dibahas mengenai Tinjauan Umum Desa Wisata Bongkasa Pertiwi, Potensi, Permasalahan, Kondisi Lingkungan, Kondisi Fisik Fasilitas, dan Potensi Pengembangan.

2.1

TINJAUAN UMUM DESA BONGKASA PERTIWI

Desa Bongkasa Pertiwi merupakan satu dari sebelas desa wisata yang di oleh Pemerintah Kabupaten Badung, melalui Peraturan Bupati No 47 Tahun 2010. Desa ini telah masih tergolong muda, karena baru berdiri sejak 2003. Desa ini awalnya merupakan satu desa dinas dengan Desa Bongkasa, namun karena perkembangan penduduk akhirnya dengan musyawarah dari seluruh lapisan pejabat desa, maka desa ini resmi dimekarkan dan ditetapkan oleh bupati badung dalam SK No 1067 tahun 2003 dan I Made Suardana, selaku pejabat Kepala Desa Bongkasa Pertiwi saat itu. Desa ini terdiri dari tiga banjar Dinas, yaitu Banjar Karang Dalem I, Banjar Karang Dalem II, dan Tegal Kuning. Banjar Karang

(2)

Dalem I ditetapkan sebagai lokasi untuk pengembangan desa wisata oleh Pemkab Badung.

2.1.1 Potensi Budaya

Masyarakat desa ini mayoritas adalah Agama Hindu. tradisi dan budaya masih dipertahankan turun-temurun. Masyarakat disini juga melakukan kegiatan tradisional Bali pada umumnya layaknya di daerah-daerah lainnya di Bali. Walaupun desa ini sudah dimekarkan, namun Desa Bongkasa Pertiwi dan Desa Bongkasa, masih terikat dalam satu desa adat, yaitu Desa Adat Bongkasa, sehingga adat dan budayanya masih sama atau satu kesatuan.

Menurut cerita Kepala Desa Bongkasa Pertiwi, I Wayan Suarjana, Oktober 2015, Desa Bongkasa (sebelum dimekarkan) diibaratkan sebagai salah satu sumber mata air kesenian di Bali, terbukti dari banyaknya maestro seni yang berasal dari desa ini, antara lain:

1. Ki Dalang Tangsub, pendiri Desa Bongkasa yang dikenal dengan munculnya geguritan di Bali, dan salah satu yang terkenal adalah “Eda Ngaden Awak Bisa”;

2. Ida Pedanda Sagra atau yang lebih dikenal dengan Dalang Ore, merupakan sesepuh pedalangan di Bali yang terkenal mahir menirukan suara monyet dan setiap pertunjukkannya suasana pertunjukkan dapat dirubahnya seperti berada di sebuah hutan. Oleh karena itu beliau dijuluki Dalang Ore karena dapat menirukan suara monyet/ ore;

3. Dalang Jagra, beliau juga terkenal dengan seni pedalangannya dan menjadi panutan. Di Desa Bongkasa terkenal pewayangan dengan epos Ramayananya dan menjadi salah satu pakem dalam ilmu pewayangan/pedalangan di Bali.

Pada saat upacara agama / odalan masyarakat desa ini sering mengadakan pertunjukan “Calonarang”, yaitu tari-tarian yang mengisahkan tentang Bali yang sengsara oleh kekuatan jahat. Memang jenis tarian ini sering dipentaskan di hampir setiap wilayah di Bali, namun menurut masyarakat desa, tarian di desa ini memiliki tingkat kesakralan yang tinggi. Selain itu Desa Adat Bongkasa juga memiliki tarian sakral khas daerah yaitu “Tari Beringin” yang hanya dipentaskan

(3)

ketika upacara besar keagamaan di Pura Khayangan Tiga atau Pura besar yang ada di desa.

Desa ini juga memiliki potensi di bidang seni budaya lainnya, yaitu Komunitas Kreatif Bongkasa Pertiwi, yaitu seni pertunjukan berupa tari-tarian dan teaterikal. Sanggar teater ini sudah sering pentas baik di desa maupun hingga keluar desa. Teater ini biasanya pentas dengan tema sosial atau pandangan terhadat kehidupan jaman sekarang.

Gambar 2. 1Muda Mudi Desa Bongkasa Bersiap Untuk Menampilkan Teater Sumber:

http://fajarbali.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2825:jelang%ADlebaran% ADtradisi%ADngotek%ADdilombakan&catid=42:jem&Itemid=64 diunduh pada tanggal 5

Januari 2016

Kegiatan Adat di desa ini masih kental, setiap kegiatan keagamaan akan melibatkan banjar / gotong royong, dan masyarakat yang memiliki kegiatan tidak akan mengeluarkan biaya, karena ditanggung oleh anggaran desa. Hal ini berlaku untuk seluruh warga Desa Bongkasa Pertiwi sesuai dengan awig-awig (peraturan) desa.

Budaya yang tak kalah uniknya, adalah perang sambuk. Perang sambuk

(serabut kelapa) merupakan tradisi para Sekaa Truna Budhi Pawerti Stiti yang dilakukan pada malam pangerupukan yang dalam rangka menyambut hari raya Nyepi. Biasanya perang sambuk dilakukan pada jam dua belas malam setelah selesai melakukan arak-arakan ogoh-ogoh, hal ini dimaksudkan agar tidak mengganggu lalu lintas yang lewat di jalan area Banjar Pengembungan sari. Perang sambukini memiliki makna antara lain: memupuk kebersaan antar anggota

(4)

pemuda, belajar bekerjasama antar anggota pemuda, meningkatkan semangat keberanian setiap pemuda, hiburan tersendiri bagi pemuda.

Gambar 2. 2Kegiatan Perang Sambuk

Sumber: http://stbudhipawertistiti.blogspot.co.id/2014/11/perangsambuktradisisetiap.html diunduh pada tanggal 5 januari 2016

Perang sambuk ini melibatkan dua tim yang anggotanya tidak tentu. Pemilihan anggota tim dilakukan seadil-adilnya agar tidak terjadi blok-blokan pemuda atau perselisihan. Pembagian anggota tiap tim biasanya berdasarkan tinggi/berat badan dan umur, pembagian tim dengan system suit. Peraturan dalam permainan ini antara lain:

- Dilakukan pada malam hari dan dalam keadaan lampu dimatikan - Pembagian anggota tim di lakukan seadil-adilnya.

- Sambuk (serabut kelapa) yang digunakan untuk menyerang lawan harus berisi api, apabila menyerang menggunakan sambuk bongol

(tidak berisi api) akan dikenakan hukuman yang telah di sepakati kedua team.

- Apabila terjadi perselisihan permain dihentikan - Lamanya waktu permainan disepakati kedua tIm

- Pada saat melakukan permainan ini di awasi pecalang (Petugas keamanan adat di Bali) dan Kelihan Adat dan Dinas Banjar Pengembungan Sari

(5)

- Selesai permainan tidak boleh ada dendam antar pemuda

2.1.2 Potensi Alam

Bongkasa Pertiwi memiliki beragam potensi alam, salah satu diantaranya adalah Sungai Ayung. Sungai ini menjadi batas sisi timur desa membentang dari utara hingga selatan desa, oleh karena itu seluruh desa dialiri oleh sengai ini. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.5

Terlihat pada Gambar 2.5 yang ditunjukkan oleh nomor 1 (satu), dan 5 (lima) persawahan pada lingkungan BanjarKarang Dalem I dan II, masih membentang luas.Di Desa Bongkasa Pertiwi, masyarakat masih mempertahankan lahan desanya untuk sawah, dimana 75 km2 dari luasan wilayah desa adalah persawahan. Masyarakat desa ini masih menerapkan sistem pertanian tradisional Bali yaitu Subak. Hingga saat ini, desa ini memiliki 9 kelompok Subak.

Mayoritas masyarakat bekerja di sektor pertanian, memperoleh 34,66% dari angka pendapatan seluruh penduduk desa. System pertanian/ Subak yang diterapkan di desa ini pada umumnya sama dengan Subakdi daerah lain. Pada saat membajak sawah, masyarakat telah beralih menggunakan mesin/traktor, hal ini dikarenakan masyarakat lebih memilih menggunakan sarana yang lebih praktis.

Masyarakat kerap melakukan pergantian jenis tanaman, sesuai dengan kondisi air dan tanah persawahan. Biasanya pergantian ini dari padi ke bunga atau umbi-umbian dengan periode 4-5 kali panen padi. Dapat dilihat pada Gambar 2.4 kondisi persawahan dan jalur petani kesawah atau yang sering disebut denganjalur

Subak.

Kondisi kontur tanah desa yang memiliki kemiringan/ perbedaan ketinggian yang beragam, sehingga berdampak pula pada areal persawahan. Hal ini menyebabkan beberapa sisi dari areal persawahan terdapat pada lahan dengan kemiringan cukup terjal. Hal ini memberikan pemandangan yang eksotis baik ke arah persawahan maupun ke arah sisi miring dari jurang. Lokasi ini dapat dimanfaatkan untuk View point/ tempat melihat view bagi wisatawan. Dapat dilihat pada Gambar 2.3

(6)

Gambar 2. 3Persawahan View Jurang Sumber. Obervasi Oktober 2015

Gambar 2. 4Situasi Sawah dan Jalur Subak. Sumber. Obervasi Oktober 2015

(7)

Gambar 2. 5Potensi Alam Desa Bongkasa Pertiwi Sumber: maps.google.com diolah oleh penulis Oktober 2015

Selain itu indahnya panorama persawahan saat ini dimanfaatkan oleh perusahaan swasta sebagai jalur ATV. Wisatawan dapat menikmati \pemandangan sembari mengendarai kendaraan tersebut dengan memaksimalkan jalur subak

(8)

seperti pada Gambar. Potensi ini juga dapat dimanfaatkan sebagai jalur Trekking

ataupun bersepeda. Penambahan Bale atau rest area untuk beristirahat sambil menikmati viewdapat meningkatkan minat wisatawan untuk menikmati view ini.

Selain itu dapat dilihat pada Gambar 2.5 nomor 2 (dua) ,4 (empat) dan 6 (enam) batas sisi timur desa ini berupa tebing yang memiliki kemiringan yang lumayan terjal. Oleh karena itu, perbedaan ketinggian ini juga memberikan panorama yang menakjubkjan, dari sisi jurang, dapat dilihat pemandangan desa seberang dengan jelas.

Dengan arus air yang deras, sungai Ayung dimanfaatkan sebagai rafting. Salah satunya berada pada titik nomor 7 (tujuh) pada Gambar 2.5. Banyaknya kegiatan rafting di desa ini, mengakibatkan desa ini semakin dikenal oleh wisatawan baik lokal maupun mancanegara. Pada Gambar 2.5 nomor 3 (tiga) merupakan lingkungan Jalan Dewi Gangga yang masyarkatnya masih menerapkan aturan Arsitektur Tradisional Bali pada bangunan rumahnya.

2.1.3 Sumber Daya Manusia

Jumlah penduduk di Desa Bongkasa Pertiwi sebanyak 2.355 jiwa. Pekerjaan penduduk meliputi, petani, buruh, jasa dan perdagangan, tukang, pengerajin, pegawai negeri dan sebagainya. Berdasarkan wawancara dengan Perbekel/ kepala Desa Bongkasa Pertiwi, I Wayan Suarjana, Oktober 2015 mayoritas penduduk sudah berkecimpung dalam dunia pariwisata seperti bekerja pada perusahaan pariwisata yang ada di desa, maupun di Ubud.

Remaja di desa ini mayoritas sedang menempuh pendidikan SMK tentang pariwisata, hal ini diharapkan mampu mendukung program desa wisata di desa iniSebagian penduduk juga memiliki perkebunan, dan yang paling banyak adalah kebun semangka.Selain bertani, sebagian masyarakat desa ini, memiliki keahlian dalam berkerajinan perak. Menurut data yang diperoleh dari Perbekel/ Kepala Desa Bongkasa Pertiwi, I Wayan Suarjana, Oktober 2015, terdapat 26 industri pengerajin perak di desa ini. Hasil perak biasa dipasarkan ke Desa Celuk yang terkenal dengan kawasan souvenir kerajinan perak di Kecamatan Sukawati, Gianyar. Hasil kerajinan masyarakat ini dapat dijadikan souvenir untuk wisatawan yang berkunjung

(9)

2.1.4 Letak Geografis

Kabupaten Badung merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Bali, dengan Ibukota Mangupura. Letak Geografis Kabupaten Badung antara 8o14’01” – 8o50’52” LS dan 115o05’03” – 115o26’51” BT. Kabupaten Badung memiliki hampir 28% (17 desa) di wilayah pesisir dengan panjang pantai yaitu sepanjang 64 km. Sisanya sebanyak 45 desa berada bukan di wilayah pesisir.

Abainsemal secara geografis terletak pada 08° 26’59’’ – 08° 36’10’’ LS 115° 11’38’’ – 115° 14’57’’ BT. Dapat dilihat pada Tabel 2.2, luas wilayah kecamatan ini seluas 69, 1 km2 dan 16,48% dari luas Kabupaten Badung. Dan ditempuh 15km dari Denpasar. Di Kecamatan Abiansemal terdiri dari 33 Subak, dengan luas lahan 2.862,54 Ha. (BPS Kabupaten Badung, 2014)

Secara Geografis Desa Bongkasa Pertiwi terletak pada 08° 28' 13.4724" LS 115° 14' 19.6152" BT. Desa Bongkasa Pertiwi terdiri dari 3 banjar dinas antara lain, Banjar Dinas Karang Dalem I, Banjar Dinas Karang Dalem II, Banjar Dinas Tegal Kuning.

Tabel 2. 1Luas Wilayah Kabupaten Badung, Ketinggian dari Permukaan Laut dan Jarak ke Denpasar Dirinci per Kecamatan

Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Persentase Luas Wilayah Ketinggian Dari Permukaan Laut (Meter) Jarak Ke Denpasar (Km) Kuta Selatan 101,13 24,16 28 18,3 K u t a 17,52 4,19 27 9,6 Kuta Utara 33,86 8,09 65 6,6 Mengwi 82,00 19,59 0 - 350 15 Abiansemal 69,01 16,49 75 - 350 15 Petang 115,00 27,48 275 - 2.075 30 B a d u n g 418,52 100,00 0 - 2.075

-Sumber :Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah III Denpasar Seperti pada Gambar 2.5 batas-batas wilayah Desa Bongkasa Pertiwi, Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung. sebelah utara adalah Desa

(10)

Carangsari, sebelah timur Desa Kedewatan, sebelah selatan dengan Desa Bongkasa dan sebelah barat yaitu Desa Taman.

SumberProfil Desa Bongkasa Pertiwi

Gambar 2. 6Peta Lokasi Desa Wisata Bongkasa Pertiwi Sumber :Profil Desa Bongkasa Pertiwi

2.1.5 Topografi

Bagian utara merupakan kawasan pegunungan yang berhawa sejuk dengan tingkat kesuburan yang tinggi sehingga cocok untuk dikembangkan berbagai sektor seperti pertanian, perkebunan dan peternakan. Sedangkan bagian selatan dulunya dikenal sebagai kawasan perbukitan yang tandus dan berpotensi untuk pengembangan galian C seperti batu kapur. Kecamatan Abiansemal berada pada ketinggian 75 – 350 dari permukaan laut.

Pulau Bali

Kabupaten Badung Kecamatan Abiansemal

(11)

Desa Bongkasa Pertiwi merupakan suatu daerah yang termasuk dataran tinggi dengan ketinggian 312 m dari permukaan laut.

2.1.6 Klimatologi

Curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Januari yaitu sebesar 639,2 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan September 1,4 mm. Keadaan suhu maksimum tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu 31,50C, sedangkan suhu maksimum terendah terjadi pada bulan Agustus yaitu 29,10C. Suhu minimum tertinggi terjadi pada bulan Maret dan April yaitu 25,10C dan terendah pada bulan Agustus yaitu 23,40C. Kelembaban udara di Kabupaten Badung berkisar antara 77% - 84%. Kelembaban tertinggi sebesar 84% terjadi pada bulan Januari sedangkan terendah terjadi pada bulan Agustus, September dan Oktober sebesar 77%. (BPS Kabupaten Badung 2014).

Desa Bongkasa Pertiwi beriklim tropis lembab dengan curah hujan hampir 2000-3000 mm/ enam bulan dengan suhu daerah rata-rata 30-350C (profil Desa Bongkasa Pertiwi)

2.1.7 Aksesibelitas

Dikarenakan letaknya yang jauh dari pusat kota, desa Bongkasa Pertiwi hanya dilalui oleh sebuah jalan Lokal atau Jalan desa. Terdapat juga jalan lingkungan yang menghubungkan rumah warga. Jalan Lokal adalah Jalan yang menghubungkan antar desa, dengan ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah. Jalan local terdiri dari dua jenis, yaitu primer dan sekunder. Jalan local primer memiki ciri lebar tidak kurang dari 6 meter. Bus dan truk masih diperbolehkan untuk menggunakan jalan ini. Jalan lokal sekunder adalah jalan yang memiliki lebar tidak kurang dari 5 meter. Bus dan truk tidak diperbolehkan untuk melintas. Jalan lingkungan adalah jalan yang terdapat pada lingkungan perumahan.

Kesimpulan yang dapat diambil dari penjabaran letak geografis, topografi, klimatologi dan aksesibilitas Desa Bongkasa Pertiwi adalah bahwa letaknya yang jauh dari pusat kota menyebabkan desa ini masih dipertahankan budaya Bali dan masih belum terjadi polusi udara. Letaknya pada ketinggian 75-300 memang

(12)

sesuai dengan pertanian, sehingga pemandangan pertanian warga masih tersebar luas dan dapat dijadikan daya tarik wisata. Akses yang cukup jauh dari pusat kota Badung mengakibatkan perlu adanya promosi agar wisatawan mengetahui jalur menuju desa ini. Namun jika di tempuh dari Ubud tidak akan menembuh waktu yang lama.

2.2

TINJAUAN FISIK DAN FASILITAS

Tinjauan fisik dan fasilitas berfungsi untuk mengetahui keadaan semula desa wisata bongkasa pertiwi. Tinjauan meliputi tinjauan dari elemen penataan, teori daya tarik wisata, dan peraturan pemerintah tentang syarat-syarat daya tarik wisata.

2.2.1 Tinjauan Menurut 8 Elemen Penataan

Landasan yang digunakan untuk meninjau adalah 8 elemen penataan menurut Shirvani (1985).

1. Tata Guna Lahan

Pengaturan penggunaan lahan bagaimana seharusnya suatu daerah berfungsi.

Tabel 2. 2Tata Guna Lahan Desa

No Kegunaan Lahan Luas Km2

1 Permukiman 38,80 2 Persawahan 75,00 3 Perkebunan 37,17 4 Pura 4,90 5 Lapangan Olahraga 0,16 6 Kuburan 0,30 7 Lain-lain 0,67

Sumber. Profil Desa Bongkasa Pertiwi

Di Desa Wisata Bongkasa Pertiwi, pengaturan tata guna lahan dapat dilihat pada Gambar 2.7 dan Table 2.2. Dari Gambar 2.8 dapat dilihat bahwa mayoritas desa masih berupa lahan hijau. Di desa ini masih memiliki lahan terbuka hijau sebesar 79% dari luas keseluruhan desa. Peruntukkan lahan sebagai

(13)

bangunan adalah sebesar 15,6%. Untuk sirkulasi berupa jalan desa, memiliki prosentase sebesar 5,4%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar. 2.8

(14)

Bangunan penduduk mayoritas berada pada jalur jalan desa, dan sebagaian berada pada jalan lingkungan. Oleh karena itu, banyak terdapat warung-warung yang milik warga yang berlokasi tepat pada pinggir jalan dan memanfaatkan sebagian dari telajakan.

Kebanyakan masyarakat masih memiliki halaman belakang rumah (tebe)

dengan luasan yang cukup banyak, yang biasanya digunakan sebagian warga untuk memelihara ternak seperti babi ataupun sapi.

(15)

Bagian belakang rumah warga ada pula yang tidak dimanfaatkan, dan memiliki potensi dengan pemandangan yang indah dan pepohonan yang teduh, hal ini dapat dimaksimalkan sebagai penunjang wisata seperti beberapa unit

homestay.

2. Masa dan Bentuk Bangunan

Berkaitan dengan bentuk bangunan, kepejalan, garis sempadan, penutupan lahan atau amplop bangunan, disamping gaya arsitektural.

Gambar 2. 9Angkul-Angkul di Bongkasa Pertiwi Sumber: Observasi Oktober 2015

(16)

Di desa ini, seluruh bangunan menggunakan gaya arsitektur tradisional Bali, dikarenakan seluruh warga desa adalah beragama Hindu.dengan demikian, tampilan, bentuk bangunan, dan material yang digunakan mayoritas sama, yang membedakan adalah tingkat ekonomi penduduk sehingga hal tersebut berpengaruh pada besaran bangunan dan jenis material yang digunakan.

Gambar 2. 10Tipe atau Ciri Khas Angkul Angkul di Bongkasa Pertiwi Sumber: Observasi Oktober 2015

Dapat dilihat pada Gambar 2.9 dan Gambar 2.10, penggunaan pintu masuk/ angkul-angkul yang merupakan ciri khas dari rumah Bali masih terlestarikan. Terdapat pengulangan bentuk dasar dari Angkul-angkul yang terdapat di desa ini. Pada bagian kolom, terdapat aksen menjorok kedepan. Hal ini tetap diterapkan bahkan dari yang masi sangat tradisional hinggga yang sudah diperbarui.

Bangunan rumah penduduk yang masih menggunakan arsitektur tradisional Bali sebagai konsep penataan lingkungan rumah, dapat dimaksimalkan sebagai potensi wisata. Adapun layout dari rumah warga di lingkungan Jalan

(17)

Dewi Gangga dapat dilihat pada Gambar 2.11 Pada Gambar 2.12 dan Gambar 2.13 dapat dilihat salah satu jenis layout srumah warga dan situasi rumahnya.

Gambar 2. 11Layout Rumah Warga di Lingkungan Jalan Dewi Gangga Sumber: Observasi Oktober 2015

(18)

Gambar 2. 12Siteplan Salah Satu Rumah Warga Sumber: Observasi Oktober 2015

Pada Gambar 2.12 ditampilkan salah satu rumah warga yang tergolong dalam rumah yang belum ditambahkan bangunan lain selain kamar mandi. Itupun kamar mandi/WC merupakan bantuan dan terletak di halaman belakang/ tebe.

Gambar 2. 13Situasi Rumah Warga

1. Angkul-angkul 2. Merajan 3. Dapur 4. Bale Dauh 5. Natah 6. Bale Dangin 7. Bale Daja 8. Tebe dan WC

(19)

3. Sirkulasi dan Perparkiran

Efisiensi lahan untuk upaya menghubungkan kegiatan yang berlangsung pada suatu daerah baik kendaraan maupun manusia.

Gambar 2. 14Sirkulasi Dan Parkir Desa Bongkasa Pertiwi Sumber: Observasi Oktober 2015

Jalan Desa 6m

Jalan Desa 5m

Jalan Lingkungan 4m

Jalan Lingkar 2,5m

Parkir Desa Penunjang Pariwisata

1 4 3 2 1 2 3 3

(20)

Di desa ini, sirkulasi utama berlangsung pada jalan desa yang melintang dari utara hingga selatan desa. Didukung dengan jalan lingkungan yang menjadi akses untuk mengelilingi desa ataupun menuju rumah penduduk yang berada tidak pada jalan utama desa. Dapat dilihat pada Gambar 2.14, sirkulasi di desa ini terdiri dari jalan utama desa selebar 6m, jalan 5m, jalan lingkungan 4m, dan jalur lingkar selebar 2,5m.

Untuk perparkiran, desa wisata ini telah dilengkapi dengan parkir kendaraan pariwisata. Hingga saat ini parkir tersebut biasa menampung 10 bus pariwisata. Letaknya berada pada Banjar Tegal Kuning. Adanya parkir ini tidak dapat menampung kendaraan wisatawan seluruhnya, oleh karena itu masih memakan parkir pada area wisata seperti finish rafting yang biasanya dipenuhi dengan mobil travel.

Dengan sistem seperti ini, pengunjung tidak mengetahui desa beserta potensi budayanya, dikarenakan wisatawan hanya difokuskan pada kegiatan rafting dan pengelolaan pribadi. Oleh sebab itu perlu penataan agar terjadi sebuah kesatuan pengelolaan yang dapat membuat wisatawan mengenal lebih dalam tentang potensi desa wisata ini.

4. Ruang Terbuka dan Tata Hijau

Terdiri dari Hard Scape yaitu trotoar, plaza, square, dan Soft Scapeberupa lingkungan alam, atau taman.

Desa ini masih asri, dan jauh dari hiruk pikuk pusat kota. Mayoritas wilayah desa ini adalah lahan pertanian, sehingga ruang terbuka masih sangat banyak, khususnya ruang terbuka hijau seperti Gambar 2.13.

Jika dikaitkan dengan ruang terbuka untuk menunjang kegiatan pariwisata di desa ini, Hard Scape seperti trotoar, plaza dapat dikatakan belum terbangun. Begitupula dengan Soft Scape seperti taman juga belum ada. Kedepannya dapat dikembangkan ruang terbuka yang dapat memfasilitasi wisatawan namun tetap menggunakan konsep ramah lingkungan dan tidak merusak sumber daya alam. Lahan produktif seperti sawah yang dikelola oleh Subak, sebisa mungkin tidak di usik agar mata pencarian penduduk dan budaya tetap terlestarikan.

(21)

Gambar 2. 15 Ruang Terbuka Hijau Sumber. Observasi Oktober 2015

5. Jalur Pejalan Kaki

Tidak hanya sebagai jalur pedestrian, juga sebagai tempat aktivitas pengguna, dan ciri khas suatu lingkungan.

Gambar 2. 16Kondisi Pedestrian Sumber. Observasi Oktober 2015

Lahan Produktif 1 Lahan Hijau 2 1 2

(22)

Keberadaan pedestrian belumlah memenuhi standar keamanan dan kenyamanan pengguna. Dilihat dari Gambar 2.14 Tidak adanya pembatas pengguna dan kendaraan bermotor menyebabkan kurangnya rasa aman untuk berjalan kaki. Selain itu pohon peneduh yang juga berfungsi sebagai Green Belt

juga belum ada. Ciri khas dari lingkungan juga belum terlihat, oleh karena itu perlu adanya penataan lebih lanjut untuk memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pengguna.

6. Aktivitas Pendukung

Fungsi pelengkap ruang terbuka kota untuk melayani kegiatan masyarakat.

Ruang terbuka desa yang berfungsi untuk melayani kegiatan masyarakat dari segi tradisi, desa ini telah memiliki fasilitas public seperti balai banjar dan wantilan pada tempat suci/ pura. Bangunan tersebut digunakan untuk melakukan kegiatan kebudayaan/ keagamaan maupun kegiatan kemanusiaan, seperti rapat, hiburan dan sekedar berkumpul. Dari segi pariwisata, ruang terbuka untuk wisatawan belum tersedia secara khusus, oleh sebab itu perlu penataan lebih lanjut. Adapun ruang terbuka yang dapat dikembangkan dengan melayani kegiatan wisatawan sekedar untuk berkumpul ataupun rekreasi.

7. System Penanda

Sebagai sarana komunikasi dan penanda, sehingga pemberi informasi atau menerangkan suatu tempat/objek.

Di desa bongkasa pertiwi telah terdapat sistem pendanda khususnya nama desa, nama banjar, batas wilayah dan nama jalan seperti gambar 2.15. Untuk mana desa dan banjar sudah mengadopsi gaya arsitektur bali, namun nama jalan masih berupa plat besi, sehingga perlu penambahan unsur arsitektur Bali.

Selain itu penanda yang digunakan sebagai penunjuk arah yang berfungsi untuk mempermudah wisatawan menemukan lokasi tertentu belum terdapat di desa ini, oleh sebab itu pelu penambahan agar pengunjung tidak tersesat.

(23)

Gambar 2. 17Sistem Penanda yang Sudah Ada Sumber. Observasi Oktober 2015

8. Preservasi dan Konservasi

Kegiatan perlindungan terhadap tempat atau asset desa yang sudah ada dan bersejarah.

Di Desa Bongkasa Pertiwi masih kental dengan adat dan budaya tradisional Bali. Kegiatan keagamaan masih kental, begitupun kegiatan gotong royong atau yang dikenal dengan sebutan ngayah masih diterapkan di desa ini. Dengan masih dipertahankannya budaya dan kegiatan tersebut, maka keberadaan tempat suci dan tempat yang menunjang kegiatan adat masih dipertahankan, bahkan diperbaiki untuk menjadi lebih layak dan lebih memiliki estetika. Bangunan yang masih dikonservasi seperti pura, wantilan, dan balai banjar seperti Gambar 2.16.

Gambar 2. 18Bale Banjar yang dikonservasi di Bongkasa Pertiwi Sumber.Observasi Oktober 2015

(24)

2.2.2 Tinjauan Menurut Teori

Adapun tinjauan berikutnya dilakukan berdasarkan teori Lothar A. Kreck dalam Yoeti, 1996, dapat dilihat pada table 2.2

Tabel 2. 3Sarana dan Prasarana Objek Wisata

NO SYARAT MENURUT TEORI KONDISI DI DESA

1

OBJEK

Terdapat objek salah satu dari alam, social ataupun budaya

Objek yang paling terkenal adalah sungai ayung, yang dugunakan sebagai arum jeram

2

AKSES

Adanya jalan, adanya kemudahan rute, tempat parkir, dan harga parkir yang terjangkau

Sudah terdapat akses, dapat ditempuh melalui berbagai jalur di Badung.

3

AKOMODASI

Adanya pelayanan penginapan (hotel, wisma, losmen)

Belum terdapat akomodasi yang dikelola oleh desa.

4

FASILITAS

Agen perjalanan, pusat informasi, salon, fasilitas kesehatan, pemadam kebakaran/hydrant, TIC (Tourism Information Centre), Guiding (pemandu wisata), plang informasi, petugas yang memeriksa masuk keluarnya wisatawan (petugas entry dan exit)

Belum ada

5

TRANSPORTASI

Adanya transportasi lokal yang nyaman, variatif, yang

menghubungkan akses masuk

(25)

6

CATERING SERVICE

Adanya pelayanan makanan dan minuman (restaurant, rumah makan, warung nasi, dan lain-lain)

Belum ada

7

AKTIVITAS REKREASI,

Terdapat sesuatu yang dilakukan di lokasi wisata, seperti berenang, terjun paying, berjemur,

berselancar, jalan-jalan dan lain-lain.

Terdapat Rafting dan Paintball dan ATV milik swasta

8

PERBELANJAAN

Adanya tempat untuk membeli barang-barang umum

Sudah ada, kios kios kecil milik warga

9

KOMUNIKASI

Adanya televisi, telepon umum, radio, sinyal telepon, penjual voucher (isi ulang seluler), dan internet akses

Belum mencakup seluruh pelosok desa

10

SYSTEM PERBANKAN

Adanya bank (beberapa jumlah dan jenis bank dan atm beserta

sebarannya)

Belum ada

11

KESEHATAN,

Adanya poliklinik poli umum/ jamian ketersediaan pelayanan yang baik untuk penyakit yang mungkin diderita oleh wisatawan.

(26)

12

KEAMANAN

Adanya jaminan keamanan (petugas khusus keamanan, polisi wisata, pengawas pantai, rambu-rambu perhatian, pengarah kepada wisatawan)

Sudah ada keamanan desa yaitu

Pecalang.

13

KEBERSIHAN

Tempat sampah dan rambu-rambu peringatan tentang kebersihan

Belum ada

14

SARANA IBADAH

Terdapat salah satu sarana ibadah bagi wisatwan

Sudah Ada

15

SARANA PENDIDIKAN Terdapat salah satu pendidikan formal

Sudah terdapat Sekolah Dasar

2.2.3 Tinjauan Menurut Peraturan Pemerintah

Adapun tinjauan berikutnya dilakukan berdasarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 41 tahun 2010 Tentang Standarisai Daya Tarik Wisata Budaya, dapat dilihat pada table 2.2

Tabel 2. 4Tinjauan Menurut Pergub 41 Tahun 2010

NO SYARAT MENURUT PERGUB

41 TH 2010 KONDISI DI DESA

1

Memiliki pengelola obyek wisata dengan manajemen yang tertata dan disarankan berbadan hukum;

(27)

2

Memprioritaskan sumber daya manusia yang dipekerjakan dari masyarakat setempat;

Belum Ada

3 Memiliki toilet yang standar; Sudah ada pada areal parkir

4 Memiliki fasilitas P3K yang memadai;

Sudah terdapat di Puskesmas, dan masing-masing objek wisata buatan, seperti rafting ATV dan paintball

5 Memiliki loket penjualan

tiket/karcis/donasi; Belum ada,

6 Memiliki petugas yang menangani keamanan;

Sudah ada keamanan desa yaitu Pecalang.

7 Memiliki petugas yang menangani

parkir Belum ada

8 Memiliki petugas yang menangani

kebersihan; Belum ada

9 Memiliki fasilitas parkir; Sudah ada

10 Memiliki fasilitas tempat sampah

yang cukup memadai; Belum ada

11 Memiliki informasi tentang daya

tarik wisata; Belum ada

12

Memiliki usaha penunjang DTW seperti art shop, restoran, warung dan lain-lain yang ditempatkan disekitar tempat parkir.

(28)

Tabel 2. 5Fasilitas yang Belum Ada di Desa Wisata Bongkasa Pertiwi

NO FASILITAS YANG BELUM ADA

1 Pengelola yang berbadan hukum 2 TIC (tourist Information Centre)

3 Transportasi Lokal

4 Tempat Makan

5 Toko Souvenir

6 ATM / Bank

7 Loket Tiket

8 Sumber daya manusia, Petugas Keamanan, Kebersihan, Parkir

9 Tempat Sampah

Dari dua tinjauan yang dilakukan, dapat ditarik kesimpulan pada tabel 2.4 bahwa masih banyak sarana dan prasara yang perlu ditata guna menjadikan Desa Bongkasa Pertiwi sebagai Desa Wisata yang layak dan memenuhi standar-standar yang ditetapkan. Hampir keseluruhan dari aspek yang ditinjau masih belum memenuhi standar.

Oleh sebab itu sangat perlu dilakukan penataan. Penataan juga akan dilakukan pada bangunan yang sudah ada di desa yang dapat dimanfaatkan sebagai sarana wisata untuk memenuhi standar kebersihan dan kenyamanan, seperti Wantilan, Bale Banjar, dan sebagainya.

2.3 POTENSI PENGEMBANGAN

Dari analisa dan tinjauan yang telah dikakukan, maka sudah mulai memiliki gambaran tentang apa saja yang akan ditata dan dikembangkan. Pengembangan dengan langkah penambahan fasilitas pariwisata merujuk pada Tabel 2.3-2.5. Jenis fasilitas yang dikembangkan dikelompokkan menjadi dua yaitu fasilitas pariwisata dan fasilitas pengelola.

(29)

2.5.1 Pengembangan Fasilitas Pariwisata

Pengembangan yang akan dilakukan dengan penambahan loket tiket, area parkir, pusat informasi, pusat souvenir, p3k, toilet dan tempat sampah. Selain itu fasilitas yang juga akan dikembangkan adalah fasilitas yang dapat memaksimalkan potensi desa seperti melihat pemandangan, bersepeda,dan

trekking.

Untuk memperlancar sirkulasi dan mempermudah wisatawan melakukan kegiatan di desa maka akan dikembangkan transportasi lokal yang hemat energy dan rendah emisi seperti sepeda listri atau mobil listrik. Hal ini juga berdampak pada tingkat keamanan pengguna jalan di desa karena jumlah kendaraan wisatawan yang lalu lalang sudah diminimalisir.

2.5.2 Pengembangan Fasilitas Pengelola

Untuk menjalankan kegiatan pariwisata tentunya wajib dikelola oleh manajemen yang berbadan hukum, dam hal ini adalah milik desa. Untuk menunjang kegiatan tersebut, perlu ditambahkan sebuah kantor pengelola.

Gambar

Gambar 2. 1 Muda Mudi Desa Bongkasa Bersiap Untuk Menampilkan Teater Sumber:
Gambar 2. 2 Kegiatan Perang Sambuk
Gambar 2. 3 Persawahan View Jurang
Gambar 2. 5 Potensi Alam Desa Bongkasa Pertiwi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam mem-validasi model REMO wilayah studi yang digunakan adalah lima pulau besar dan tiga laut seperti yang terlihat pada

Pada Gambar 2.3 ditunjukkan skema proyeksi PA yang digunakan adalah phantom dengan luas lapangan penyinaran yang berukuran 30 x 30 cm dimana variasi jarak dari titik fokus ke

Dari berbagai metode penentuan posisi dengan GPS, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.9, metode yang tepat untuk digunakan dalam studi potensi gempa bumi adalah

Dalam pengembangan aset wisata desa tradisional di Banjarmasin, adatiga potensi dan karakteristik yang sama yang siap dikembangkan, yaitu desa Kuin, Mantuil dan Melayu, akan

Terlihat bahwa 3 (tiga) dari 5 (lima) sasaran, menunjukkan pencapaian kurang dari 100%, yaitu sasaran Meningkatnya partisipasi kelembagaan masyarakat dalam pembangunan desa

Selain itu, kendala- kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pengembangan Ancient Track One di Desa Wisata Bedulu dan Desa Buruan dengan melakukan evaluasi

Berdasarkan analisis kluster pada gambar dendogram di masing-masing desa memperlihatkan adanya pengaruh eksternal yaitu lingkungan tumbuh yang ditunjukkan melalui

Etnobotani tumbuhan dapat diintegrasikan dalam pengembangan desa wisata Sesaot dengan pendekatan arsitektur ramah lingkungan dengan menanam berbagai jenis tumbuhan obat tersebut di