Nomor Daftar FPIPS: 1828/UN.40.2.5.1/PL/2013
ANALISIS POTENSI KESENIAN SEBAGAI DAYA TARIK
WISATA DESA NAGRAK DI KABUPATEN SUBANG
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian
Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pariwisata
Program Studi Manajemen Resort & Leisure
Disusun Oleh :
MUHAMAD SULAIMAN
0901832
MANAJEMEN RESORT DAN LEISURE
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Analisis Potensi Kesenian Sebagai Daya Tarik Wisata
Desa Nagrak Di Kabupaten Subang
Oleh
Muhamad Sulaiman
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
© Muhamad Sulaiman 2013
Universitas Pendidikan Indonesia
Desember 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,
LEMBAR PENGESAHAN
MUHAMAD SULAIMAN 0901832
ANALISIS POTENSI KESENIAN SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DESA NAGRAK DI KABUPATEN SUBANG
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing,
Pembimbing I
Prof. Dr. Darsiharjo, MS.
NIP. 19620921 198603 1 005.
Pembimbing II
Fitri Rahmafitria, S.P.,M.Si
NIP. 19741018 200812 2 001
Mengetahui,
Ketua program studi Manajemen Resort dan Leisure
Fitri Rahmafitria, S.P.,M.Si
ANALISIS POTENSI KESENIAN SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DESA NAGRAK DI KABUPATEN SUBANG
Oleh : Muhamad Sulaiman
0901832
ABSTRAK
Potensi seni yang dimiliki Desa Nagrak belum semuanya memiliki daya tarik wisata yang mampu menghasilkan kesejahteraan bagi masyarakat lokal, masih dalam tahap konsumsi pribadi. Harus ada pengembangan lebih lanjut agar masyarakat luas lebih mengetahui dan mengenal daya tarik wisata di Desa Nagrak. Dengan penelitian ini semoga masyarakat luas akan lebih mengenal dan mengetahui potensi daya tarik wisata seni di Desa Nagrak.
Metodologi yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Lokasi penelitian adalah Desa Nagrak dan penelitian dilakukan selama dua bulan dari Juni hingga Agustus. Dengan menggunakan tujuh variabel penilaian untuk sebuah potensi kesenian yaitu keunikan, kelangkaan, keindahan, seasonalitas, sensitifitas, aksesibilitas dan fungsi sosial. Responden penelitian ini adalah warga lokal yang benar-benar paham dengan potensi dan kesenian di Desa Nagrak.
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat beberapa kesenian yang memiliki daya tarik yang tinggi sebesar 11,76%, sedang sebesar 88,23% dan rendah 0% setelah dilakukan penilaian dari ahli. Sehingga setelah melakukan penilaian dapat merumuskan pengembangan potensi yang baik untuk wisata seni di Desa Nagrak agar berjalan sesuai yang diharapkan masyarakat lokal. Harus adanya pembinaan kepada masyarakat mengenai pariwisata, pembangunan dan pemeliharaan fasilitas oleh pemerintah, dan sarana promosi harus menjadi sarana melestarikan kesenian.
THE ANALYSIS OF ART POTENTIAL AS TOURISM ATTRACTIONS AT NAGRAK VILLAGE SUBANG REGENCY
By : Muhammad Sulaiman
0901832
ABSTRACT
Potential of art owned by the Nagrak Village not all have a tourism attraction that is able to produce prosperity for the local people, is still in the stage of personal consumption . There should be further development so the wide public is more aware and familiar about tourism attraction in Nagrak Village. With this research I hope the public will get to know and identify art potential tourism attraction in the Nagrak Village.
The methodology used is descriptive qualitative . The research location in Nagrak Village and research conducted during the two months of June to August. Assessment using seven variables, that is uniqueness, rarity, beauty, seasonalitas, sensitivity, accessibility and social functions. Respondent of this research is local residents really understand about the arts potential in the Nagrak Village.
The results showed there is some art that has high appeal 11.76 % , medium 88.23 % and low is 0 % after the assessment from the expert . So after doing assessment can formulate a good arts potential for the development in the tourism village of Nagrak to run as expected the local people. Should be a guidance to the local people on tourism, construction and maintenance of facilities by the government, and the means of promotion should be a means of preserving art.
DAFTAR ISI
ABSTRAK………... i
ABSTRACT………... .ii
KATA PENGANTAR ... iii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iv
DAFTAR ISI………..…….vi DAFTAR TABEL……….viii
DAFTAR GAMBAR………..ix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D. Manfaat Penelitian... 3
E. Definisi Operasional ... 4
1. Analisis Potensi ... 4
2. Potensi Seni Budaya ... 5
3. Daya Tarik ... 6
4. Wisata ... 7
5. Desa Nagrak ... 7
BAB II KAJIAN TEORITIS A. Pariwisata dan Kepariwisataan... 9
B. Atraksi Wisata ... 14
C. Konsep Pengembangan Pariwisata ... 16
D. Wisata Seni dan Budaya ... 18
E. Desa Wisata ... 19
F. Kerangka Pemikiran... 20
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian... 21
C. Instrumen Penelitian ... 22
D. Teknik Pengumpulan Data ... 24
E. Teknik Pengolahan Data ... 24
BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi ... 26
1. Lokasi Penelitian ... 26
2. Iklim dan Cuaca ... 27
3. Tanah ... 28
4. Penggunaan Lahan ... 28
5. Morfologi ... 29
6. Hidrologi ... 30
7. Flora dan Fauna (Keanekaragaman Hayati) ... 31
B. Profil Desa ... 31
1. Kondisi Sosial Masyarakat Desa Nagrak ... 31
2. Jumlah Penduduk Desa Nagrak ... 32
C. Hasil Penelitian ... 35
1. Potensi Seni Tradisi di Desa Nagrak ... 35
2. Potensi Seni Pertunjukan di Desa Nagrak ... 50
3. Potensi Seni Musik di Desa Nagrak ... 57
4. Potensi Seni Tari di Desa Nagrak ... 68
D. Analisis Potensi Kesenian Desa Nagrak ... 69
E. Jumlah Pengunjung ... 72
F. Calender Of Event... 74
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 76
B. Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 78
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Motivasi Kegiatan Wisatawan ... 14
Tabel 3.1 Variabel Penelitian ... 23
Tabel 4.1 Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan di Kecamatan Ciater ... 28
Tabel 4.2 Penggunaan Lahan Desa Nagrak ... 29
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Menurut Umur ... 33
Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Menurut Jenis Pekerjaan ... 34
Tabel 4.5 Indikator Penilaian Ruwatan Desa ... 39
Tabel 4.6 Indikator Penilaian Sunatan ... 41
Tabel 4.7 Indikator Penilaian Nikahan Adat Sunda ... 44
Tabel 4.8 Indikator Penilaian Ngaronda ... 46
Tabel 4.9 Indikator Penilaian Ngalisung ... 48
Tabel 4.10 Indikator Penilaian Ngawuluku ... 49
Tabel 4.11 Indikator Penilaian Kuda Renggong ... 51
Tabel 4.12 Indikator Penilaian Wayang Golek ... 53
Tabel 4.13 Indikator Penilaian Terbang Buhun ... 55
Tabel 4.14 Indikator Penilaian Bobodoran ... 57
Tabel 4.15 Indikator Penilaian Gembyung ... 58
Tabel 4.16 Indikator Penilaian Celempung ... 60
Tabel 4.17 Indikator Penilaian Karinding ... 62
Tabel 4.18 Indikator Penilaian Kacapi... 64
Tabel 4.19 Indikator Penilaian Suling ... 66
Tabel 4.20 Indikator Penilaian Rebana ... 67
Tabel 4.21 Indikator Penilaian Jaipongan ... 69
Tabel 4.22 Poin Analisis Potensi Kesenian Desa Nagrak ... 71
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 20
Gambar 3.1 Gambar Desa Nagrak ... 21
Gambar 4.1 Denah Lokasi Kecamatan Ciater ... 26
Gambar 4.2 Diagram Penggunaan Lahan Desa Nagrak... 29
Gambar 4.3 Kelompok Umur Desa Nagrak ... 33
Gambar 4.4 Ruwatan Desa Nagrak ... 37
Gambar 4.5 Ruwatan Desa Nagrak ... 38
Gambar 4.6 Anak Selesai di Sunat ... 40
Gambar 4.7 Upacara Pernikahan Adat Sunda ... 43
Gambar 4.8 Ngaronda ... 45
Gambar 4.9 Ngalisung ... 47
Gambar 4.10 Ngawuluku ... 49
Gambar 4.11 Kuda Renggong ... 50
Gambar 4.12 Wayang Golek ... 52
Gambar 4.13 Terbang Buhun ... 54
Gambar 4.14 Penampilan Bobodoran ... 56
Gambar 4.15 Gembyung... 58
Gambar 4.16 Celempung ... 59
Gambar 4.17 Karinding ... 61
Gambar 4.18 Kacapi Parahu ... 63
Gambar 4.19 Kacapi Siter ... 63
Gambar 4.20 Suling ... 65
Gambar 4.21 Rebana ... 67
Gambar 4.22 Jaipongan ... 68
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pengembangan pariwisata Indonesia Menggunakan konsepsi pariwisata
budaya yang dirumuskan dalam Undang-Undang Pariwisata Nomor 10 Tahun
2009 yang menyatakan bahwa “Kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang
terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang
muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara
wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan, Pemerintah, Pemerintah
Daerah dan pengusaha”. Pariwisata budaya sebagai suatu kebijaksanaan
pengembangan kepariwisataan Indonesia menekankan pada penampilan
unsur-unsur budaya sebagai asset utama menarik wisatawan berkunjung ke Indonesia.
Untuk sebagian orang, agenda wisata setiap tahunnya telah menjadi sebuah
kebutuhan layaknya kebutuhan primer. Dasar dari pandangan ini adalah wisata
digunakan sebagai penyeimbang hidup setelah sekian hari berkutat dengan
pekerjaan yang memiliki jadwal yang ketat. Sehingga dengan melakukan wisata
akan merecharge tubuh dan pikiran mereka menjadi segar kembali sehingga bisa
bekerja dengan lebih maksimal lagi setelah itu.
Kesadaran akan pentingnya peran kesenian daerah dalam pembangunan juga
mulai muncul di kalangan masyarakat, stakeholders dan Pemerintah Jawa Barat.
Dalam konteks perkembangan seni dan budaya provinsi Jawa Barat dewasa ini
menunjukkan adanya fenomena semakin terpinggirnya dan semakin menjauh dari
kehidupan masyarakatnya. Kesenian merupakan suatu hal yang dihasilkan
masyarakat dari kebiasaan-kebiasaan yang akhirnya mengkristal atau mendarah
daging. Kesenian dengan masyarakat memang tidak bisa dipisahkan. Karena
manusialah yang menghasilkan kesenian. Kesenian yang berkembang
dimasyarakat sejak dulu membuat masyarakat indonesia pada saat ini harus sadar
bahwa mereka mempunyai kesenian yang berbeda dan kaya.
Kesenian merupakan suatu karya yang dibuat atau diciptakan dengan
2
Kesenian berkaitan langsung dengan kesejahteraan, keindahan, kebijaksanaan,
ketentraman, dan pada puncaknya merupakan proses evolusi manusia untuk
makin dekat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu, kesenian akan
berkembang apabila masyarakat makmur dan sejahtera.
Harry Sulastianto, (2006:5) menjelaskan bahwa “Seni budaya merupakan
suatu keahlian mengekspresikan ide-ide dan pemikiran estetika, termasuk
mewujudkan kemampuan serta imajinasi pandangan akan benda, suasana, atau
karya yang mampu menimbulkan rasa indah sehingga menciptakan peradaban
yang lebih maju”.
Desa Nagrak sebuah desa yang berpotensi untuk dijadikan kawasan seni
budaya karena memiliki beberapa potensi kesenian yang ada namun belum dapat
dikembangkan secara optimal. Dengan suasana yang dingin dan hijau tentu ini
adalah sebuah nilai plus bagi wisatawan yang ingin menilik kembali dan
mengetahui mengenai kesenian sunda yang sudah agak sulit diketemukan di kota
besar.
Selain itu banyaknya potensi sumber daya alam dan manusia dalam hal ini
mempunyai potensi kepariwisataan yang bisa di gali lebih jauh, sehingga
keragaman daya tarik kepariwisataan yang dihadirkan bisa lebih menarik
wisatawan untuk sering berkunjung di Desa Nagrak.
Perlu diadakannya pelestarian dan pengembangan kesenian pada dasarnya
dilaksanakan untuk mengetengahkan nilai-nilai kesenian guna memperkokoh
ketahanan budaya bangsa. Kebijakan yang dikembangkan dalam melaksanakan
program ini adalah mengembangkan kesenian sebagai alat pemersatu bangsa
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia serta meningkatkan adab
masyarakat Indonesia..
Desa Nagrak adalah salah satu desa dari tujuh desa yang ada di Kecamatan
Ciater. Desa ini memiliki topografi berbukit dengan luas mencapai 954 Ha dengan
ketinggian 800 m dpl. Perbatasan bagian barat dengan Desa Ciater, bagian selatan
dengan Kabupaten Bandung Barat, bagian timur dengan Desa Cibeusi dan
Cibitung dan perbatasan bagian utara dengan Desa Palasari. Dengan koordinat
3
Sari Ater sebagai kawasan wisata terkenal di Indonesia ingin memperluas
bidang usahanya agar lebih banyak lagi atraksi wisata yang dapat disuguhkan
kepada para pengunjung. Maka Desa Nagrak dan Sari Ater Hotspring Resort
berencana membangun kawasan wisata terpadu bertemakan Kampung Seni
Budaya mungkin khususnya seni budaya daerah Subang dan luasnya seni dan
budaya Sunda. Potensi seni dan budaya Desa Nagrak sendiri tidak terlalu banyak
seperti kuda renggong, gembyung, sunatan, nikahan, celempung, kecapi, suling,
wayang, rebana, bobodoran, ngaronda, ngalisung, ngawuluku, galuraan, tari
jaipong, rapak kendang, kosidahan dan seren taun namun daerah Subang bahkan
budaya Sunda yang dapat dioptimalkan sebagai atraksi wisata yang berbasis seni
budaya lokal yang harus kita lestarikan masih sangat banyak jadi jangan pernah
takut untuk kekurangan atraksi wisata. Berdasarkan permasalahan yang ada, maka
penulis mengambil judul penelitian mengenai”ANALISIS POTENSI KESENIAN SEBAGAI DAYA TARIK WISATA DESA NAGRAK di KABUPATEN SUBANG”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di jelaskan, maka dapat
dirumuskan batasan permasalahan sebagai berikut:
1. Potensi kesenian apa saja yang ada di Desa Nagrak?
2. Jenis potensi kesenian yang bagaimana yang menjadi daya tarik wisata di
Desa Nagrak ?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yanng ingin dicapai dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi potensi seni budaya yang ada di Desa Nagrak.
2. Mengkategorikan potensi kesenian yang ada di Desa Nagrak sebagai daya
tarik wisata.
D. Manfaat Penelitian
4
1. Sebagai masukan kepada masyarakat dan pemerintah bahwa potensi
kawasan wisata seni dan budaya dapat menjadi sumber ilmu bermanfaat
bagi para pengunjung.
2. Sebagai bahan informasi dan pengetahuan bagi masyarakat Desa Nagrak
agar membantu dan mendukung dalam pembangunan kepariwisataan.
3. Menumbuhkan kesadaran, kecintaan, kepedulian pemerintah dan
masyarakat akan potensi pariwisata daerah.
4. Mendukung kegiatan pembangunan kepariwisataan di Indonesia, serta
sebagai sarana informasi untuk meningkatkan kualitas sumber daya
manusia.
E. Definisi Operasional 1. Analisis potensi
Dwi pratowo Darminto dan Rifka julianty (2002:52) “Analisis adalah sebuah langkah penjabaran sebuah permasalahan dari setiap bagian
penelahaan bagian itu untuk mendapatkan pemahaman yang tepat serta arti yang keseluruhan dari masalah tersebut”.
Lan (2002: 42-43) “menyebutkan bahwa teknik penelitian yang
menggunakan analisis berangkat dari tiga sifat yang melekat padanya yakni
objektif, sistematis, dan generalitas. Sifat objektif pada teknik analisis isi
menyiratkan adanya kesamaan hasil yang akan diperoleh apabila penelitian ini
dilakukan oleh orang lain. Sistematis merupakan sifat yang menandai bahwa
kategorisasi yang ada dalam penelitian ini mengikuti aturan yang telah
ditetapkan secara konsisten. Persyaratan semacam ini menjamin penyeleksian
dan pengkodingan data tidak mengalami bias. Sedangkan sifat generalitas dari
teknik analisis isi ini mengarahkan bahwa hasil temuan dalam penelitian harus
memiliki relevansi teoritis”.
Dengan kata lain analisis potensi adalah penjabaran dari sebuah fenomena
yang dapat dimanfaatkan untuk menjadi yang lebih baik. Ada beberapa
5
daerah lain seperti Nikahan, Sunatan, Ruwatan Desa dan lain-lainnya. Namun
setiap daerahpun memiliki cara masing-masing yang mampu memberikan
perbedaan seperti Sunatan di Desa Nagrak yang masih memiliki mantra Desa
untuk menyunat anak-anak lelaki di Desa Nagrak. Mantra ini sudah turun
temurun dan tersohor di Desa Nagrak ini.
Menurut Sujali (1989:5), “potensi wisata Adalah kemampuan dalam suatu
wilayah yang mungkin dapat dimanfaatkan untuk pembangunan, mencakup
alam dan manusia serta hasil karya manusia itu sendiri”. Penjabaran potensi
kesenian Desa Nagrak saya lakukan agar dapat diketahui apa saja kesenian di
Desa Nagrak yang dapat diperlihatkan dan dipertunjukkan. Karena potensi
kesenian yang sangat banyak maka mesti ada beberapa potensi yang dapat
menjadi unggulan dari Desa Nagrak maka saya menulis skripsi ini untuk
mengetahui potensi mana yang paling menonjol untuk dijadikan atraksi wisata
dan ikon kesenian di Desa Nagrak.
2. Potensi seni budaya
Menurut Sukaryono (1988:7) "Seni adalah ungkapan isi hati dan perasaan
yang disebut sebagai bahasa seniman yang dikomunikasikan”.
Menurut Thomas Munro (Mikke Susanto, 2002:101) “Seni adalah alat
buatan manusia untuk menimbulkan efek-efek psikologis atas manusia lain yang melihatnya”.
Maka seni dan budaya akan sangat erat kaitannya satu sama lain juga
berarti keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam
rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dan
dipertahankan hingga turun temurun karena memiliki simbol-simbol yang
bermakna bagi manusia. Seni di Indonesia sangatlah banyak jangankan
se-Indonesia setiap daerah pun tentu meiliki seni masing-masing begitu pula
dengan desa Nagrak yang memiliki kesenian sunda yang masih banyak karena
masyarakatnya yang masih sadar akan pentingnya seni bagi jati diri bangsa.
banyaknya kesenian yang dapat dikembangkan merupakan potensi besar bagi
6
melestarikan kesenian yang ada di desa nagrak untuk diperlihatkan,
dipertontonkan dan dipedulikan oleh masyarakat di daerah lain. Sebagai
contohnya Ruwatan Desa yang sudah mulai jarang ataupun langka diadakan di
desa-desa yang terutama sudah tergerus modernisasi, bersyukurlah Desa
Nagrak masih memiliki upacara adat ini yang hanya tinggal beberapa desa saja
yang masih melakukan upacara adat ini setiap tahunnya. Desa Nagrak tak
semerta-merta memiliki upacara adat ini, ini di teruskan secara turn-temurun
dari generasi ke generasi. Sempat berhenti digelar sekitar tahun 1970an
sampai dengan 1980an namun karena kesadaran seni yang tinggi maka
masyarakat mengadakannya kembali.
3. Daya tarik
Oka A. Yoeti (1985:151) menyatakan bahwa “daya tarik wisata atau “tourist attraction”, istilah yang lebih sering digunakan, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu”.
Berdasarkan Undang-Undang nomor 10 tahun 2009, Daya Tarik Wisata
dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki keunikan, kemudahan, dan
nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan
manusia yang menjadi sasaran atau kunjungan wisatawan.
Sebuah tujuan wisata akan memiliki nama tersendiri ketika tempat itu
memiliki suatu daya tarik wisata yang berbeda dengan tempat lainnya semisal
Dufan dengan wahana halilintarnya, De’ranch dengan berkuda ala koboinya
dan Sariater dengan kolam air panasnya. Maka penggagas Desa wisata di Desa
Nagrak pun harus memiliki suatu ikon tujuan wisata yang berupa atraksi
wisata yang dapat disuguhkan dan akan menjadi ikon yang pekat ketika orang
berbicara wahana halilintar ataupun kolam air panas maka mereka akan
langsung teringat Dufan dan Sariater. Semoga dengan skripsi ini muncullah
potensi kesenian di Desa Nagrak yang dapat dijadikan ikon Desa Nagrak itu
sendiri. Wisatawan sebuah destinasi wisata tentu ingin mengunjungi satu
destinasi wisata yang mencakup berbagai atraksi wisata ataupun ada
7
Sariater akan dibuatlah Desa Nagrak yang berbasis Seni, yang pemasarannya
pun akan dibantu oleh Sariater.
4. Wisata
Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 2009, “Wisata adalah kegiatan
perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi,
atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara”.
Nyoman S. Pendit, (2003:14) “Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat
sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata.
Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh
seseorang atau sekelompok orang diluar tempat tinggalnya, bersifat sementara
untuk berbagai tujuan selain mencari nafkah. Pada dasarnya pula seseorang
berpergian itu hanya memiliki dua alasan yang pertama ialah berbisnis atau
perjalanan karena urusan pekerjaan, acara bersama teman, ataupun kegiatan
sehari-hari.Lalu alasan kedua adalah berwisata atau perjalanan pergi ke suatu
tempat untuk mencari hiburan untuk dapat lepas dari rutinitas pekerjaan
sehari-hari. Dengan berwisata ke Desa Nagrak selain mendapatkan suasana
yang jelas nyaman, dingin dan udara segar namun kita pula disuguhkan
atraksi-atraksi wisata yang sangat mendidik dan bernilai seni tinggi. Karena
manusia tak akan pernah bisa dilepaskan dari unsur seni bagaimanapun seni
sudah menjadi darah daging bagi manusia. Kesadaran tinggi warga Desa
Nagrak akan adanya peluang bisnis usaha Pariwisata ditunjang lokasi yang
strategis maka harus adanya peran serta masyarakat dan pemerintah untuk
mau berkeringat dalam membangun tujuan bersama ini yang dibuat oleh
masyarakat untuk masyarakat dan demi kemajuan masyarakat pula.
5. Desa Nagrak
8
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Undang-Undang nomor 22 Tahun 1999 menuliskan “Desa adalah kesatuan
masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat
setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan Nasional dan berada di
daerah Kabupaten”.
Desa Nagrak merupakan Desa yang strategis jika dijadikan sebuah tujuan
wisata, meskipun berada di Kabupaten Subang namun justru lebih dekat
kepada Kabupaten Bandung dibandingkan ke Kota Subang itu sendiri. Selain
Bandung merupakan tujuan wisata dari para wisatawan di sekitaran Jawa
Barat, Jakarta maupun kota-kota lainnya. Namun daerah Kecamatan Ciater itu
sendiri merupakan tujuan wisata yang tersohor dengan Sariaternya yang selalu
dipenuhi pengunjung setiap harinya terutama akhir pekan. Ini merupakan
modal besar bagi Desa Nagrak hanya saja mesti ada pemasaran yang baik
guna para wisatawan dapat mengetahui secara terperinci mengenai
21
BAB III
METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penenelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Nagrak yang terletak di Kecamatan Ciater,
Kabupaten Subang. Dengan koordinat garis lintang selatan 6° 44' 42" (6.745°) dan
garis bujur timur 107° 40' 1" (107.6669°). (Sumber koordinat wilayah: Badan
Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Subang). Gambar lokasi dapat dilihat
pada gambar 3.1 di bawah ini:
Gambar 3.1: Gambar Desa Nagrak. (http://desawisatacisaat.wordpress.com)
Akses menuju lokasi desa Nagrak cukuplah mudah karena desa ini sangat
22
Ater. Namun memang jalan desa di Desa Nagrak memang sedikit kurang
diperhatikan karena terlihat dari jalan yang sempit dan sangat rusak parah.
B. Metode Penelitian
Sugiyono (2008:5) “deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu statistik suatu penelitian, tetapi tidak digunakan untuk
membuat kesimpulan yang lebih luas”.
Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Margono, 2005 : 36) penelitian kualitatif
adalah proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.
Pengertian Deskriptif Kualitatif yaitu suatu prosedur penelitian yang
menggunakan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan pelaku yang dapat diamati.
Begitu juga menurut Kasiran (1998) dalam bukunya Metodologi Penelitian
Kuantitatif dan Kualitaif, “Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang bersifat atau memiliki karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan kewajaran
atau sebagimana adanya ( natural setting) dengan tidak dirubah dalam bentuk
simbol atau bilangan, sedangkan perkataan penelitian pada dasarnya berarti
rangkaina keggiatan atau proses pengungkapan rahasia sesuatu yang belum
diketahui dengan mempergunakan cara bekerja atau metode yang sistematis,
terarah dan dapat dipertanggung jawabkan”.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian dibutuhkan untuk mengambil data yang diperlukan agar
sesuai/relevan dengan apa yang diinginkan dan diharapkan, serta sesuai dengan
objek penelitian. Alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Angket variabel indikator potensi seni yang terdiri dari 7 indikator keindahan,
keunikan, kelangkaan, aksesibilitas, seasonalitas, sensitifitas dan fungsi sosial.
Dimana nilai terendah adalah 7 dan tertinggi adalah 70. Tabel variabel penelitian
23
Tabel 3.1: Variabel Penelitian
No Variabel
Kesenian Indikator Keterangan
1 Seni
Tradisi
- Keunikan Keunikan material objek yang menjadi sumber kepuasan pengunjung.
- Keindahan Komposisi, nuansa dan tata nilai yang menjadi orientasi seni tradisi tersebut.
- Kelangkaan Merupakan karya monumental dari leluhur suatu kelompok masyarakat tertentu.
- Seasonalitas Dapat ditampilkan dan dinikmati pada hari-hari tertentu dalam tahun tertentu.
- Sensitifitas Kualitas seni tradisi akan berubah karena adanya interaksi pengunjung yang belum memahami aturan khusus dalam kegiatan wisata tersebut. - Aksesibilitas Lokasi objek wisata dapat dijangkau oleh semua jenis kendaraan.
- Fungsi
Sosial
Seni tradisi diyakini dan dipercaya masyarakat lokal mempunyai sejarah yang sangat kuat dengan cikal bakal dan perkembangan masyarakat tersebut.
2
Seni Pertunju
kan
- Keunikan Pola dan dinamika gerak seni pertunjukan sangat berbeda dengan dinamika seni pertujukan sejenis.
- Keindahan Keindahan komposisi, nuansa gerak dan musik yang digunakan dalam seni pertunjukan.
- Kelangkaan Seni pertunjukan tersebut icon dari seni pertunjukan Provinsi. - Seasonalitas Seni pertunjukan dapat dinikmati pada saat hari-hari tertentu dalam
tahun tertentu.
- Sensitifitas Makna seni pertunjukan tidak terganggu karena keikutsertaan penonton dalam menirukannya.
- Aksesibilitas Lokasi objek wisata dapat dijangkau oleh semua jenis kendaraan.
- Fungsi
Sosial
Seni pertunjukan tersebut hingga saat ini masih digunakan sebagai salah satu sumber elemen budaya pada berbagai upacara budaya.
3 Seni
Musik
- Keunikan Jenis alat musicnya berbeda dengan alat musik pada umumnya.
- Keindahan Kepuasaan psikologi pengunjung yang ditimbulkan oleh komposisi dan nuansa total dari music tersebut.
- Kelangkaan Musik tersebut icon dari seni pertunjukan Provinsi.
- Seasonalitas Musik dapat dinikmati pada saat hari-hari tertentu dalam tahun tertentu.
- Sensitifitas Makna seni musik tidak terganggu karena keikutsertaan penonton dalam menirukannya.
- Aksesibilitas Lokasi objek wisata dapat dijangkau oleh semua jenis kendaraan.
- Fungsi
Sosial
Seni musik tersebut hingga saat ini masih digunakan sebagai salah satu sumber elemen budaya pada berbagai upacara budaya.
4 Seni Tari
- Keunikan Pola dan dinamika gerak seni tari sangat berbeda dengan dinamika seni pertujukan sejenis.
- Keindahan Keindahan komposisi dan nuansa pola gerak tarian tersebut. - Kelangkaan Seni tari tersebut icon dari seni pertunjukan Provinsi.
- Seasonalitas Tarian dapat dinikmati pada saat hari-hari tertentu dalam tahun tertentu.
- Sensitifitas Makna seni tari tidak terganggu karena keikutsertaan penonton dalam menirukannya.
24
- Fungsi
Sosial
Seni tari tersebut hingga saat ini masih digunakan sebagai salah satu sumber elemen budaya pada berbagai upacara budaya.
Sumber: Penilaian Potensi Objek Wisata (Ricky Avenzora) dimodifikasi oleh penulis.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data penelitian ini adalah :
1. Observasi lapangan
Melakukan pengamatan langsung ke Desa Nagrak di Kabupaten Subang.
Menganalisis tentang potensi wisata seni yang ada guna mengidentifikasi yang
layak dijadikan sebuah atraksi wisata.
2. Studi Literatur
Teknik pengumpulan data dengan cara mempelajari buku-buku, majalah
dan informasi atau sumber lainnya yang berhubungan dengan analisis potensi
wisata seni di desa Nagrak.
3. Wawancara
Metode wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara
menanyakan secara langsung data yang dibutuhkan kepada seseorang yang
dianggap mempunyai kapasitas dibidangnya, dan sesuai dengan kebutuhan
penelitian. Dalam wawancara ini yang menjadi responden adalah tokoh
masyarakat sekitar desa Nagrak yaitu Bapak Lili Suganda dan Kang Adi
Sutisna dan ditunjang oleh tiga observer lain yang kesemuanya aktif dibidang
kesenian Sunda di Desa Suntenjaya ialah Bapak Asep Saepudin, Bapak Zaenal
Abidin dan Bapak Iwan.
4. Studi dokumentasi
Melengkapi data dengan melihat dokumen atau informasi yang telah
tersimpan melalui media gambar dan peta dari dinas terkait sehingga
diketahuilah potensi Desa Nagrak.
E. Teknik Pengolahan Data
Teknik pengolahan data yang digunakan adalah :
25
Dalam menulis karya ilmiah, yang penting dilakukan adalah
mengumpulkan informasi yang relevan dengan topik yang dibahas.
2. Angket Analisis Potensi Kesenian
Wawancara instrumen angket dengan scoring potensi kesenian di Desa
Nagrak. Dengan tekhnik wawancara terhadap tokoh masyarakat yang sangat
memahami dan mengerti betul mengenai kesenian di Desa Nagrak/ expert.
Dimana dengan menggunakan variabel instrumen di atas. Angka 7 adalah nilai
terkecil dan angka 70 adalah angka yang terbesar.
Saya memutuskan mewawancarai dua orang ahli di bidang kesenian
khususnya kesenian di Desa Nagrak itu sendiri. Bapak Lili Suganda ialah
selaku penggiat seni yang juga bekerja di kantor Desa Nagrak sebagai
bendahara desa. Lelaki dengan tinggi sekitar 155cm ini sudah mengenal seni
sunda dari umur 5 tahun. Kebetulan ayahnya pun tokoh penggiat seni di Desa
Nagrak. Lalu kang Adi Sutisna yang sehari-hari biasa dipanggil Entis ini
berumur 36 tahun dan memiliki tinggi 170cm. Dia bekerja sebagai
Pramuwisata di Sariater Resort and Spa, juga giat di organisasi selain sebagai
ketua karang taruna Desa Nagrak kang Adi pun memiliki jabatan sebagai
wakil ketua IPCI ( Ikatan Pramuwisata Ciater Indonesia). Kang Adi sangat
termotivasi dan ingin menggerakkan desanya agar mau maju dan bergerak
khususnya di bidang pariwisata.
3. Editing data
Editing data adalah meneliti kembali data yang dikumpulkan dengan
menilai apakah data yang telah terkumpul tersebut cukup baik atau relevan
untuk diproses atau diolah lebih lanjut. Hal-hal yang diteliti dalam melakukan
editing adalah memeriksa kembali kelengkapan pengisian, memperjelas
keterbacaan tulisan, kesesuaian jawaban, mengoreksi kembali satuan yang
76
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi dilapangan serta analisis yang dilaksanakan pada
bab terdahulu, penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk merumuskan
konsep pengembangan Desa Nagrak sebagai kawasan Desa Wisata. Diharapkan
dengan merumuskan suatu konsep pengembangan Desa Nagrak sebagai kawasan
wisata dapat memberikan suatu manfaat yang lebih terarah dan berguna bagi
perkembangan suatu kawasan, khususnya perkampungan masyarakat yang
memiliki potensi untuk dapat dikembangkan lebih maju. Setelah melalui
serangkaian tahapan penelitian dan dari analisis terdahulu dapat disimpulkan
beberapa hal sebagai berikut:
1. Desa Nagrak memiliki beragam potensi seni untuk dapat dijadikan atraksi
wisata dan menjadikan Desa Nagrak sebagai tujuan berwisata seni. sangat
banyak potensi kesenian yang dapat terus dipertahankan dan dipelihara
oleh masyarakat.
2. Menurut penelitian ini maka, potensi kesenian Desa Nagrak dapat
dijadikan daya tarik wisata kategori yang paling tinggi yaitu Lisung, Kuda
Renggong, daya tarik wisata kategori sedang ialah Jaipong, Ruwatan Desa,
Wayang dan lainnya. Dengan hasil ini maka Desa Nagrak dengan potensi
kesenian yang banyak harus memiliki sebuah wadah yang dapat
mengangkat taraf hidup masyarakatnya. Dimana pelestariaan kesenian
dapat dijadikan sebagai tolak ukur kesenian itu sendiri maupun bagi
daerah lain.
B. Saran
Penelitian ini adalah penelitian lapangan yang mengobservasi kondisi
eksisting Desa Nagrak agar dapat dikembangkan menjadi suatu kawasan wisata,
yang diharapkan dapat memberikan manfaat positif yang pada akhirnya bertujuan
77
Memperhatikan kesimpulan dan hasil analisis pada bab terdahulu, disarankan
dalam strategi pengembangan Desa Nagrak sebagai kawasan wisata, adalah :
perlunya dilakukan kajian terhadap prioritas pengembangan potensi wilayah Desa
Nagrak dan melakukan perencanaan lebih mendetail tentang mekanisme
pengembangan Desa Nagrak sebagai kawasan wisata. Beberapa aspek penting
yang harus diperhatikan dalam pengembangan Desa Nagrak sebagai kawasan
wisata, adalah :
1. Beragamnya kesenian di Desa Nagrak harus dibarengi pembinaan kepada
masyarakat Desa Nagrak secara menyeluruh mengenai Pariwisata dan
Desa Wisata. Dan adanya Regeneration kepada remaja ataupun pemuda
desa mengenai kesenian di Desa Nagrak.
2. Pembangunan dan pemeliharaan fasilitas penunjang oleh pemerintah desa
dan pemerintah terkait. Atraksi yang ada lebih dikemas secara menarik dan
apik agar lebih layak ditampilkan dan lebih menarik bagi wisatawan
hingga mengundang wisatawan untuk tertarik berkunjung ke Desa Nagrak.
3. Dalam acara-acara penting Kabupaten Subang seperti pelantikan Gubernur,
Walikota, Lurah, Mojang Jajaka dan penyambutan tamu khusus alangkah
baiknya lebih mengedepankan Desa Nagrak untuk tampil di ajang
event-event Kabupaten Subang, selain media promosi juga sarana melestarikan
DAFTAR PUSTAKA
A, Yoeti, Oka . (1996). Pengantar Ilmu Pariwisata. Angkasa, Bandung.
Avenzora, Ricky. 2008. Penilaian Potensi Objek Wisata. Ekoturisme – Teori dan Praktek. Penerbit BRR NAD – Nias
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1995). Dampak Pengembangan
Pariwisata Terhadap Kehidupan Sosial Budaya Daerah Bali. Denpasar:
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Hadi, Ahmad (2004). Panggelar Sastra. Tangerang: Pamulang.
Kurnia, Ade (2011). Pengembangan Desa Jelekong Sebagai Kawasan Desa Wiata
Seni dan Budaya di Kabupaten Bandung. Skripsi Sarjana Dalam Program
Studi Manajemen Resort and Leisure. UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Munandar, Aris (2012) Identifikasi Potensi Budaya Dalam Pengembangan Desa
Pasir Biru Sebagai Desa Wisata di Kabupaten Sumedang. Skripsi Sarjana
Dalam Program Studi Manajemen Resort and Leisure. UPI Bandung:
Tidak Diterbitkan.
Mutakin, Awan (2006). Pengantar Antropologi Hand Out. Bandung:Hand Out
dalam terbitan UPI.
Mutakin, Awan (2006). Studi Masyarakat Indonesia. Bandung:Hand Out dalam
terbitan UPI.Sastrayuda,
Nugroho, Iwan (2011). Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Nurhikmah, Ai (2010). Analisis Potensi Situ Ciburuy Sebagai Kawasan Rekreasi
Wisata Air. Skripsi Sarjana Dalam Program Studi Manajemen Resort and
Pendit, Nyoman S. (1990).Ilmu Pariwisata. Pradnya Paramita, Jakarta
Pitana, I Gde & Cecep Rukendi. 2008. Petunjuk Pengembangan Ekowisata
Budaya dan Kuliner. Ekoturisme – Teori dan Praktek. Penerbit BRR NAD
– Nias
Pratiwi, Nindya Shinta (2011). Pengembangan Desa Cinta Asih Sebagai Kawasan
Agro Wisata Berbasis masyarakat di Kabupaten Garut. Skripsi Sarjana
Dalam Program Studi Manajemen Resort and Leisure. UPI Bandung:
Tidak Diterbitkan.
Rahmawati, Annisa (2013). Analisis Produk Wisata Unggulan Pantai Batu Karas
Berdasarkan Persepsi Wisatawan. Skripsi Sarjana Dalam Program Studi
Manajemen Resort and Leisure. UPI Bandung: Tidak Diterbitkan.
Sastrayuda, Gumelar S. (2009). Jurnal perkuliahan konsep resort and leisure
Sastrayuda, Gumelar S. (2010). Hand out Mata Kuliah Concept Resort and
Leisure,Strategi Pengembangan dan Pengelolaan Resort and Leisure.
Sugiyono. (2012). Metode penelitian pendidikan.Alfabeta, Bandung.
Sugiyono.(2008).Statistika untuk penelitian.Alfabeta, Bandung
Undang-undang Republik Indonesia No.10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan
Undang-undang Republik Indonesia No.25 Tahun 2004 tentang sistem
perencanaan pembangunan nasional.
Wirasundia, Mohammad Yasir (2010). Pengembangan Potensi Pemandian Air
Panas Cikundul Sebagai Objek Daya Tarik Wisata Dikota Sukabumi.
Skripsi Sarjana Dalam Program Studi Manajemen Resort and Leisure. UPI
Bandung: Tidak Diterbitkan.
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/LAINNYA/GUMELAR_S/HAND_OUT_MA
TKUL_KONSEP_RESORT_AND_LEISURE/PENGEMBANGAN_KA